Anda di halaman 1dari 11

Perencanaan Dinding Geser pada Struktur Gedung Beton Bertulang dengan

Sistem Ganda

Choerur Robach, Retno Anggraini, Achfas Zacoeb


Jurusan Teknik Sipil Fakultas Teknik Universitas Brawijaya
Jalan MT. Haryono 167 Malang 65145, Jawa Timur - Indonesia
E-mail: choerur.robach@gmail.com

ABSTRAK
Dinding geser pada Sistem Ganda sebagai salah satu alternatif sistem struktur,
disyaratkan untuk memikul sebagian besar beban lateral, yaitu maksimum sebesar
75%. Distribusi beban lateral pada struktur dengan Sistem Ganda adalah proporsional
sesuai dengan kekakuan relatif masing-masing komponennya. Selanjutnya, dengan
beban yang sudah terdistribusi, dilakukan perencanaan pada dinding geser. Dengan
menetapkan kekakuan relatif dinding geser terhadap seluruh gedung, akan didapatkan
dimensi dinding geser yang diperlukan untuk memenuhi kekakuan rencana.
Selanjutnya, dilakukan perhitungan massa gedung dan didapatkan gaya gempa berupa
gaya geser dasar nominal V. Dengan Analisis Statik Ekuivalen didapatkan gaya geser
dasar horizontal Fi untuk tiap lantainya. Gaya geser Fi kemudian didistribusikan ke
tiap portal yang proporsinya sesuai dengan kekakuan relatifnya, sesuai dengan syarat
Sistem Ganda. Dengan memodelkan dinding geser sebagai struktur kantilever,
didapatkan gaya geser dan momen lentur, dan dari analisis terhadap tributary area
(area yang didukung oleh dinding geser), didapatkan gaya aksial yang bekerja pada
penampang dinding geser. Dari gaya-gaya dalam hasil analisis tersebut, direncanakan
tulangan tulangan horizontal dan vertikal. Kemudian dari tulangan vertikal yang
terpasang, dilakukan pemeriksaan kapasitas penampang terhadap lentur dan aksial
dengan bantuan diagram interaksi.

Kata kunci : gedung, beton bertulang, Sistem Ganda, dinding geser, komponen batas.

Pendahuluan terhadap gempa. Dalam SNI-1726-2002


Perkembangan kota Malang yang telah diatur sistem ataupun subsistem
makin pesat, memicu maraknya struktur untuk merencanakan struktur
pembangunan gedung-gedung tinggi gedung tahan gempa di berbagai wilayah
yang memang sudah menjadi kebutuhan gempa. Masing-masing sistem dan
karena makin terbatasnya lahan. Struktur subsistem tentunya memiliki kelebihan
gedung beton bertulang menjadi salah dan kekurangan masing-masing sesuai
satu solusi untuk memenuhi kebutuhan dengan karakteristik gedung maupun
itu. Struktur gedung beton bertulang beban, terutama beban gempa yang
dipilih karena memiliki durabilitas dan merupakan beban lateral. Terdapat tujuh
kemampuan layan yang lebih baik sistem dan subsistem struktur gedung
daripada struktur baja. Selain itu, untuk menurut SNI-1726-2002, yaitu Sistem
volume bangunan yang sama, struktur Dinding Penumpu, Sistem Rangka
beton bertulang umumnya lebih murah Gedung, Sistem Rangka Pemikul
daripada struktur baja. Momen, Sistem Ganda, Sistem Struktur
Meningkatnya kebutuhan akan Gedung Kolom Kantilever, Sistem
gedung tinggi harus diimbangi dengan Interaksi Dinding Geser dengan Rangka
pemahaman tentang sistem struktur dan Subsistem Tunggal.
gedung tinggi, terutama ketahanan

1
2

Sistem Rangka Pemikul Momen


(SRPM) merupakan sistem struktur yang
paling umum dipakai di Indonesia. Pada
SRPM, komponen utama struktur adalah
balok dan kolom yang memikul seluruh
beban, baik itu beban gravitasi maupun
beban lateral. Sistem Ganda, sebagai
salah satu alternatif sistem struktur,
merupakan kesatuan antara SRPM
dengan dinding geser, yang mana
masing-masing komponen memiliki
ketentuan dalam hal distribusi beban Gambar 1 Sistem struktur beton
gravitasi maupun beban lateral. Pada bertulang penahan gempa bumi
Sistem Ganda, beban gravitasi Sumber: Purwono (2005: 23)
seluruhnya dipikul oleh portal SRPM. Pada dasarnya setiap struktur pada
Selain itu, portal SRPM juga harus suatu bangunan merupakan
direncanakan mampu memikul penggabungan berbagai elemen struktur
sekurang-kurangnya 25% dari seluruh secara tiga dimensi. Fungsi utama dari
beban lateral. sistem struktur adalah untuk memikul
Adapun tujuan penulisan skripsi ini secara aman dan efektif beban yang
adalah sebagai berikut: bekerja pada bangunan, serta
1. Mengetahui mekanisme pembagian menyalurkannya ke tanah melalui
beban pada struktur beton bertulang pondasi. Beban yang bekerja pada
yang menggunakan Sistem Ganda. bangunan terdiri dari beban vertikal,
2. Mendapatkan hasil rancangan horizontal, perbedaan temperatur,
dinding geser pada struktur beton getaran, dan sebagainya. Dalam berbagai
bertulang yang menggunakan sistem struktur, baik yang menggunakan
Sistem Ganda. bahan beton bertulang, baja, maupun
komposit, selalu ada komponen
Sistem Struktur (subsistem) yang dapat dikelompokkan
Tinggi atau rendahnya suatu dalam sistem yang digunakan untuk
bangunan berkaitan erat dengan masalah menahan gaya gravitasi dan sistem untuk
sistem pembebanan lateral. Semakin menahan gaya lateral. (Juwana, 2005)
tinggi suatu bangunan, maka sistem Terdapat 7 sistem dan subsistem
pembebanan lateral yang berupa beban struktur penahan gempa menurut SNI
angin dan beban gempa akan semakin 03-1726-2002, yaitu:
besar pula. (Juwana, 2005: 24). 1. Sistem dinding penumpu;
Semakin tinggi suatu bangunan, 2. Sistem rangka gedung;
pentingnya aksi gaya lateral menjadi 3. Sistem rangka pemikul momen;
makin berarti. Pertimbangan kekakuan 4. Sistem ganda;
menentukan jenis rancangan. Derajat 5. Sistem struktur gedung kolom
kekakuannya terutama bergantung pada kantilever;
jenis sistem struktur yang dipilih. 6. Sistem interaksi dinding geser
(Schueller, 1991: 117) dengan rangka;
Untuk itu, dikenal beberapa sistem 7. Subsistem tunggal;
struktur, terutama dalam kaitannya 8.
dengan kemampuan suatu struktur untuk Sistem Rangka Pemikul Momen
menahan beban lateral seperti pada Di Indonesia, sistem struktur gedung
gambar berikut: yang umum digunakan adalah Sistem
Rangka Pemikul Momen, yang mana
3

beban horizontal akibat gempa akan direncanakan untuk menahan beban


dipikul terutama melalui mekanisme gempa V secara proporsional
lentur. Pada saat gempa terjadi, rangka berdasarkan kekakuan relatifnya. Pada
pemikul momen harus berperilaku wilayah gempa 5 dan 6, rangka ruang itu
sebagai rangka daktail supaya harus didesain sebagai SRPMK dan DS
integritasnya tetap terjaga sehingga harus sesuai ketentuan SNI 2847 Pasal
bangunan terhindar dari kemungkinan 23.6.6 yaitu sebagai DSBK (Dinding
mengalami roboh dengan seketika. Struktural Beton Khusus), termasuk
Perilaku daktail ini hanya dapat dicapai ketentuan pada pasal-pasal sebelumnya
apabila pada saat terbentuknya sendi- yang masih berlaku. Untuk wilayah
sendi plastis pada pelat-balok-kolom gempa 3 dan 4, SRPM harus didesain
mampu mentransfer efek beban lateral sebagai SRPMM dan DS tidak perlu
gempa tanpa kehilangan kekuatan dan detailing khusus. Sedangkan untk
kekakuannya. wilayah gempa 1 dan 2, boleh dipakai
Menurut tabel 3 SNI 03-1726-2002 SRPM biasa dan DS beton biasa.
tercantum tiga jenis SRPM yaitu
SRPMB (Sistem Rangka Pemikul Dinding Geser
Momen Biasa), SRPMM (Sistem Dinding struktural pada bangunan
Rangka Pemikul Momen Menengah), berbentuk rangka (frame building) harus
dan SRPMK (Sistem Rangka Pemikul dirancang sedemikian rupa sehingga
Momen Khusus), yang mana masing- memiliki kekakuan yang memadai yang
masing jenis SRPM dibedakan diperlukan untuk mengurangi simpangan
berdasarkan wilayah gempa. antar lantai yang disebabkan oleh
gempa. Dinding seperti itu disebut
Sistem Ganda dinding geser. Fungsi lainnya adalah
Secara umum, menurut SNI-1726- untuk mengurangi kemungkinan
2002 Tabel 3, Sistem Ganda dapat kehancuran komponen nonstruktural
diartikan sebagai kesatuan sistem yang ada pada gedung pada umumnya.
struktur yang terdiri dari rangka ruang (Nawy, 2005: 741)
yang memikul seluruh beban gravitasi Gedung yang diperkaku dengan
dan pemikul beban lateral berupa dinding geser dianggap lebih efektif
dinding geser atau rangka pengaku daripada gedung dengan rangka kaku,
dengan rangka pemikul momen. Rangka dengan mempertimbangkan pembatasan
pemikul momen harus direncanakan kehancuran, keamanan secara
secara terpisah mampu memikul keseluruhan dan keandalan struktur. Hal
sekurang-kurangnya 25% dari seluruh ini berdasarkan fakta bahwa dinding
beban lateral. Kedua sistem harus geser dianggap lebih kaku daripada
direncanakan untuk memikul secara elemen rangka biasa sehingga dapat
bersama-sama seluruh beban lateral menahan beban lateral yang lebih besar
dengan memperhatikan interaksi/Sistem akibat gempa, dan di saat yang
Ganda. bersamaan dapat membatasi simpangan
Menurut Purwono (2005: 25) tipe antar lantai. (Nawy, 2005: 741)
sistem struktur ini memiliki 3 ciri dasar. Lantai yang berlaku sebagai
Pertama, rangka ruang lengkap berupa diafragma horizontal meneruskan beban
SRPM untuk memikul beban gravitasi, lateral secara merata ke dinding geser.
yang sekaligus harus bisa memikul Dianggap bahwa lantai cukup tebal dan
sedikitnya 25% dari beban lateral tidak mempunyai bukaan besar, dengan
(gempa nominal V). Kedua, dinding kata lain lantai-lantai sangat kaku dan
struktural (DS) yang memikul sisa beban tidak berubah bentuk. Penyebaran gaya
lateral. Ciri ketiga, SRPM dan DS harus lateral ke dinding geser adalah fungsi
4

dari susunan geometrisnya. Apabila yang dimaksud dapat berupa


resulltan dari gaya lateral melalui titik perpindahan (displacement), reaksi
berat dari kekakuan relatif bangunan, tumpuan dan gaya dalam.
maka yang dihasilkan hanyalah reaksi
translasi. (Schueller, 1991: 110) Perencanaan Dimensi
Salah satu hal pokok yang harus Struktur dengan bentang dan sistem
dipertimbangkan dalam perencanaan struktur yang berbeda mempunyai
dinding geser pada Sistem Ganda adalah ukuran komponen struktur optimal yang
penempatan dinding geser. Dalam sistem berbeda pula, untuk selanjutnya
gedung tinggi yang bentuknya tidak dijadikan patokan bagi perancang untuk
beraturan, seringkali terjadi eksentrisitas merencanakan desain dan menghitung
yang berlebihan. Eksentrisitas pada kekuatan strukturalnya. Sebagai contoh,
gedung terjadi karena tidak berimpitnya perancang umumunya membuat dimensi
pusat massa dan pusat kekakuan gedung. pra-perencanaan untuk komponen balok
Eksenstrisitas yang besar dapat dengan kisaran minimum sebesar 1/12
menyebabkan rotasi pada gedung. Untuk panjang bentangnya dan maksimum
itu, dinding geser harus ditempatkan sebesar 1/8 panjang bentangnya.
sedemikian rupa untuk membatasai Dimensi komponen ini nantinya akan
eksentrisitas itu, atau dengan kata lain dievaluasi lagi, karena struktur yang
agar didapatkan eksentrisitas sekecil dibahas adalah stuktur beton bertulang,
mungkin. Selain itu, yang harus menjadi yang artinya peranan dari tulangan tidak
pertimbangan adalah bentuk denah boleh dikesampingkan. Dimensi
gedung dan tata guna lantai, di mana penampang komponen struktural akan
dinding geser yang menerus umumnya mempengaruhi hasil desain, seperti
diletakkan di dekat tangga atau lift untuk penempatan dan jumlah tulangan, yang
menghindari terganggunya sirkulasi selanjutnya akan mempengaruhi perilaku
ruang dan menjaga kenyamanan stuktur secara keseluruhan, sehingga dari
pengguna gedung. perancang yang berbeda masing-masing
akan didapatkan pula hasil rancangan
Analisis Struktur dan perilaku struktural yang berbeda.
Analisis struktur menurut cara-cara
mekanika teknik yang baku merupakan Kekakuan Struktur
pra-perencanaan bagi desain beton
bertulang. Bentuk dan besarnya ukuran
penampang akibat pembebanan akan
menentukan desain. Analisis dengan
bantuan komputer dalam mendapatkan
bentuk dan besarnya sistem struktur
berupa gaya-gaya dalam harus dilakukan
dengan model-model matematik yang Gambar 2 Hubungan beban dan
mensimulasikan keadaan strtuktur yang perpindahan pada struktur beton
sesungguhnya dilihat dari segi sifat bertulang
bahan dan kekakuan unsur-unsurnya. Sumber: Paulay & Priestley (1992: 11)
Analisis struktur merupakan salah Hubungan nonlinear khusus antara
satu langkah terpenting dalam beban yang bekerja dan perpindahan,
perencanaan struktur, karena hasil dari yang menjelaskan respon dari komponen
analisis struktur nantinya akan struktur beton bertulang terhadap
digunakan untuk menggambarkan perpindahan, ditunjukkan pada gambar
kondisi riil dari struktur yang akan 2. Jika Sy merupakan kekuatan ideal Si
dirancang menggunakan model. Hasil dari masing-masing elemen, dan Δy
5

merupakan deformasi struktural, berperan besar. Sehingga rumus


kemiringan kurva respon elastis linier kekakuan dapat dituliskan sebagai
yang digambarkan, K  Sy / y berikut:
E.I
digunakan untuk menghitung kekakuan. K
Rumus ini berdasarkan pada titik l
perpotongan kurva beban-perpindahan Keterangan:
pada beban sekitar 0,75 Sy sebagaimana K = kekakuan komponen struktur
ditunjukkan pada gambar 2, yang dapat E = modulus elastisitas bahan
dipakai sebagai kekakuan efektif yang I = momen inersia penampang
mendekati kekuatan lentur yang penting l = panjang komponen struktur
saat memperkirakan respon struktur Dalam tingkat yang sama, yang
untuk memenuhi syarat kemampuan berarti panjang tiap komponen struktur
layan. (Paulay & Priestley, 1992: 11) yang menahan gempa (kolom dan
Berdasarkan uraian di atas, dinding geser) adalah sama, maka nilai
kekakuan dapat diartikan sebagai gaya kekakuan bisa didapatkan dengan
per satuan deformasi, atau dengan kata membandingkan nilai momen inersia
lain, gaya yang diperlukan untuk penampang komponen tersebut.
menahan satu satuan deformasi. Dalam perencanaan struktur gedung
Sehingga, untuk membatasi deformasi terhadap pengaruh Gempa Rencana,
pada struktur, masing-masing pengaruh peretakan beton pada unsur-
komponennya harus direncanakan unsur struktur dari beton bertulang,
dengan baik agar memiliki kekakuan beton pratekan dan baja komposit harus
yang memadai. Jika gaya disimbolkan diperhitungkan terhadap kekakuannya.
dengan P, dan perpindahan disimbolkan Untuk itu, SNI-03-1726-2002 telah
dengan ∆, maka rumus kekakuan dapat memberikan ketentuan momen inersia
juga dituliskan: penampang unsur struktur dapat
P ditentukan sebesar momen inersia
K penampang utuh dikalikan dengan suatu

Kekakuan struktur merupakan salah persentase efektifitas penampang sebagai
satu parameter penting dalam kaitannya berikut:
terhadap ketahanan terhadap gempa. - untuk kolom dan balok rangka beton
Seringkali, untuk suatu stuktur yang bertulang terbuka : 75%
kekakuaannya kurang memadai untuk - untuk dinding geser beton bertulang
ketahanan terhadap gempa, ditambahkan kantilever : 60%
komponen untuk meningkatkan
ketahanan terhadap beban lateral. Pembebanan
Komponen yang dimaksud bisa berupa Pada prinsipnya pembebanan yang
dinding geser yang sudah dijelaskan akan diperhitungkan dalam perencanaan
sebelumnya, rangka pengaku (bracing) suatu gedung secara garis besar
dan sebagainya. Kekakuan struktur erat digolongkan dalam empat jenis
sekali kaitannya dengan dimensi tiap pembebanan yaitu sebagai berikut:
komponen stukturalnya, sehingga (Departemen Pekerjaan Umum, 1983: 7)
perencanaan dimensi akan sangat 1. Beban Mati.
berpengaruh terhadap kekakuan struktur 2. Beban Hidup.
yang direncanakan secara keseluruhan. 3. Beban Angin.
Dalam kaitannya dengan ketahanan 4. Beban Gempa.
struktur terhadap gempa, kekakuan Struktur dan komponen struktur
geserlah yang menjadi parameter, harus direncanakan hingga semua
sehingga momen inersia penampang penampang mempunyai kuat rencana
dalam arah gempa yang ditinjau yang minimum sama denagn kuat perlu, yang
6

dihitung berdasarkan kombinasi beban 2. Tentukan koefisien gaya geser dasar


dan gaya terfaktor yang sesuai dengan: yang memenuhi
(SNI 03-1726-2002, 2002: 59) 3. Hitung gaya geser dasar (V)
U = 1,4 D berdasarkan berat total gedung
U = 1,2 D + 1,6 L + 0,5 (A atau R) Gaya geser dasar nominal dirumuskan
U = 1,2 D + 1,0 L ± 1,6 W + 0,5 (A atau sebagai berikut:
R) C .I .Wt
U = 0,9 D ± 1,6 W V  1
R
U = 1,2 D + 1,0 L ± 1,0 E Keterangan:
U = 0,9 D ± 1,0 E C1 = Faktor Respons Gempa
Keterangan : I = Faktor Keutamaan gedung
D : beban mati yang diakibatkan oleh Wt = Berat total gedung
berat konstruksi permanen, R = Faktor reduksi gempa
L : beban hidup yang ditimbulkan oleh
penggunaan gedung, 4. Distibusikan gaya geser dasar untuk
A : beban atap, tiap lantai struktur gedung (F)
R : beban hujan, Gaya geser dasar horizontal untuk
W : beban angin, tiap lantai (Fi) yang dirumuskan sebagai
E : beban gempa. berikut:
Wi.zi.V
Analisis Statis Ekuivalen Fi 
 Wi.zi
Analisis statik ekuivalen merupakan
metode yang paling sederhana dan Keterangan:
paling banyak digunakan untuk Fi = Gaya geser pada lantai ke-i
menentukan beban gempa rencana. V = Gaya geser total
Metode ini memakai asumsi bahwa Wi = Berat bangunan lantai ke-i
respon gedung terhadap beban gempa zi = Tinggi lantai ke-i
terjadi pada ragam dinamik pertama,
yang ekuivalen dengan ragam statik. 5. Analisis struktur dengan pengaruh
Untuk itulah metode ini disebut analisis beban lateral untuk mendapatkan
statik ekuivalen. Respon yang terjadi, gaya-gaya dalam, seperti momen
terutama pada gedung yang kurang dari lentur dan gaya geser
10 lantai, seringkali diasumsikan linier. 6. Perkirakan perpindahan struktur dan
(Paulay & Priestley, 1992: 83) penyimpangan tiap lantai

Kinerja Struktur Gedung


Kinerja Batas Layan
Kinerja batas layan struktur
gedung ditentukan oleh simpangan
antar-tingkat akibat pengaruh gempa
rencana, yaitu untuk membatasi
terjadinya pelelehan baja dan peretakan
beton yang berlebihan, disamping untuk
Gambar 3 Analisis Statik Ekuivalen mencegah kerusakan non-struktur dan
untuk menentukan gaya geser dasar ketidaknyamanan penghuni. Simpangan
Sumber: Paulay & Priestley (1992: 83) antar-tingkat harus dihitung dari
simpangan struktur gedung tersebut
Berikut ini merupakan langkah- akibat pengaruh gempa nominal yang
langkah analisis statik ekuivalen: telah dibagi dengan faktor skala.
1. Hitung waktu getar alami pertama Menurut SNI 03-1726-2002 pasal 8.1.2,
gedung untuk memenuhi persyaratan kinerja
7

batas layan struktur gedung, dalam dalam bidang dinding melebihi


segala hal simpangan antar-tingkat yang 2 Acv f 'c .
dihitung dari simpangan struktur gedung
SNI 03-2847-2002 pasal 23.2.6)(1)
tidak boleh melampaui 0,03/R kali tinggi
menyebutkan bahwa rasio penulangan
tingkat yang bersangkutan atau 30 mm,
ρv dan ρn untuk dinding struktural tidak
bergantung yang mana yang nilainya
boleh kurang dari 0,0025 pada arah
terkecil.
sumbu-sumbu longitudinal dan
transversal. Spasi tulangan untuk
Kinerja Batas Ultimate
masing-masing arah pada dinding
Kinerja batas ultimit struktur
struktural tidak boleh melebihi 450 mm.
gedung ditentukan oleh simpangan dan
Paling sedikit dua lapis tulangan harus
simpangan antar-tingkat maksimum
dipasang pada dinding apabila gaya
struktur gedung akibat pengaruh gempa
geser bidang terfaktor yang dibebankan
rencana dalam kondisi struktur gedung
diambang keruntuhan, yaitu untuk ke dinding melebihi 16 Acv f ' c . Kuat
membatasi kemungkinan terjadinya geser nominal, Vn, dinding struktural
keruntuhan struktur gedung yang dapat tidak diperkenankan lebih daripada:
menimbulkan korban jiwa dan untuk Vn  Acv ( c f ' c   n f y )
mencegah benturan berbahaya antar
Di mana koefisien α = 1/4 saat hw/lw ≤
gedung atau antar bagian struktur
1,5 dan α = 1/6 saat hw/lw ≥ 2,0, dan
gedung yang dipisah dengan sela
dapat digunakan interpolasi linier untuk
pemisah (sela dilatasi). Sesuai SNI-03-
nilai-nilai di antaranya.
1726-2002 pasal 8.2.1, simpangan dan
Dinding harus mempunyai tulangan
simpangan antar-tingkat harus dihitung
geser tersebar yang memberikan tahanan
dari simpangan struktur gedung akibat
dalam dua arah orthogonal pada bidang
dari pembebanan gempa nominal,
dinding. Apablia rasio hw/lw tidak
dikalikan dengan suatu faktor pengali ξ
melebihi 2,0, rasio penulangan ρv tidak
yaitu sebagai berikut :
boleh kurang daripada rasio penulangan
- Untuk struktur gedung beraturan ξ =
ρn. Kuat geser nominal sistem dinding
0,7 R
struktural yang secara bersama-sama
- Untuk struktur gedung tidak beraturan
memikul beban lateral tidak boleh
ξ = 0,7 R/faktor skala
melebihi ( 2 3 )A cv f'c , dengan Acv
Penulangan Dinding Geser adalah luas penampang total sistem
Penulangan Geser dinding struktural, dan kuat geser
Nawy (2005: 742) menjelaskan, nominal tiap dinding individual tidak
jika dinding geser direncanakan untuk boleh melebihi ( 5 6 )A cp f'c , dengan Acp
menerima gaya geser akibat gempa
adalah luas penampang dinding yang
Vu  Acv f ' c maka harus dipasang ditinjau.
tulangan dengan ratio ρv ≥ 0,0025. Jarak
penulangan tidak boleh melebihi 18 inci Penulangan Lentur dan Aksial pada
(45 cm). Jika Vu  Acv f ' c maka ratio Komponen Batas
Menurut Nawy (2005: 741) dinding
tulangan bisa dikurangi menjadi 0,0012
geser yang rasio tinggi dibanding
untuk tulangan no.5 atau yang lebih kecil
panjangnya melebihi 2, perilakunya
dan 0,0015 untuk tulangan deform yang
lebih seperti kantilever vertikal. Untuk
lebih besar. Penulangan geser harus
itu, kekuatan lenturnya lebih
menerus dan menyebar pada bidang
menentukan dibandingkan kekuatan
geser. Setidaknya harus dipakai dua lapis
gesernya. Dengan kata lain, dinding
tulangan bila gaya geser terfaktor di
geser dapat dimodelkan seperti kolom.
8

Sehingga, tulangan geser vertikal yang batas tidak perlu diberi ketebalan
telah terpasang, dapat dianalisis melebihi tebal dinding atau diafragma.
kapasitasnya dengan bantuan diagram Pasal 23.6(6(2a)) menyatakan bahwa
interaksi seperti pada kolom. daerah tekan pada dinding geser perlu
diberi komponen batas apabila:
lw 
c , dengan u ≥ 0,007
600( u / hw ) hw
Nilai c merupakan jarak dari serat
tekan terluar ke sumbu netral. Untuk
menghitung c, perlu dihitung terlebih
dahulu kebutuhan tulangan vertikal DS
yang kedua ujung memiliki komponen
batas dengan ketebalan minimal sama
dengan dinding geser atau lebih besar.
lw merupakan panjang bentang bersih
dinding geser, δu merupakan simpangan
Gambar 4 Diagram Interaksi total yang terjadi pada gedung akibat
Sumber: McCormac (2006: 288) beban gempa, dan hw merupakan tinggi
Diagram interaksi sangat bersih dinding geser. Nilai c ditentukan
berguna untuk mempelajari kekuatan konsisten dengan terjadinya δu dan harus
kolom dengan proporsi beban dan diperoleh dari dua kombinasi beban
momen yang bervariasi. Jika kombinasi aksial yaitu:
beban berada di dalam kurva, maka Pu = 1,2 D + 0,5 L dan
menunjukkan belum terjadi keruntuhan Pu = 0,9 D
pada penampang. Namun jika Bila komponen batas khusus
kombinasi beban berada di luar kurva diperlukan sesuai 23.6(6(2(a)) maka
berarti menunjukkan sudah terjadi tulangannya harus diteruskan secara
keruntuhan. Jika kolom dibebani sampai vertikal dari penampang kritis sejarak
runtuh hanya dengan beban aksial, maka tidak kurang daripada nilai terbesar dari
keruntuhan akan terjadi pada titik A lw atau Mu/4Vu.
(Gambar 4). Beranjak dari titik A pada Bila komponen batas pada dinding
kurva, kapasitas beban aksial makin struktural tidak diperlukan, maka
berkurang sesuai dengan peningkatan persyaratan berikut harus dipenuhi,
kekuatan lentur. Pada dasar kurva, titik yaitu:
C menunjukkan kekuatan lentur jika 2,8
penampang hanya menerima beban g  , dan
fy
lentur tanpa terjadi beban aksial. Dan di
antara titik ekstrim antara A dan C, Vu  Acv f 'c
keruntuhan penampang terjadi karena
kombinasi aksial dan lentur. Titik B Metode Perancangan
disebut titik seimbang yang Secara garis besar, perencanaan
menunjukkan terjadi beban seimbang, dinding geser pada struktur gedung
yang secara teoretis berarti keruntuhan dengan Sistem Ganda meliputi:
tekan dan kelelehan tarik terjadi secara
bersamaan. Perencanaan Dimensi
Komponen batas menurut SNI Perencanaan dimensi adalah
03-2847-2002 pasal 23.1 adalah bagian langkah awal dalam perencanaan suatu
sepanjang tepi dinding dan diafragma struktur. Penentuan dimensi komponen
yang diperkuat oleh tulangan struktur pada umumnya didasarkan pada
longitudinal dan transversal. Komponen panjang bentang komponen yang
9

bersangkutan berdasarkan pada data Ganda, dengan tetap memperhatikan


gambar denah atau tata ruang pembagian beban lateral sesuai dengan
arsitektural. ketentuan untuk Sistem Ganda yang
Sesuai dengan SNI 03-2847-2002 disebutkan pada SNI 03-1726-2002.
pasal 16.5.3 tentang perencanaan Analisis untuk menghitung gaya pada
dinding secara empiris, ketebalan struktur akibat gaya gempa dilakukan
dinding tidak boleh kurang daripada dengan anlisis portal dua dimensi,
1/25 tinggi atau panjang bagian dinding dengan metode statik ekuivalen.
yang ditopang secara lateral, diambil
yang terkecil, dan tidak pula kurang Gaya Geser Rencana
daripada 100 mm. Gaya geser dasar horizontal yang
didapatkan dari perhitungan analisis
Kekakuan statik ekuivalen kemudian akan
Kekakuan suatu struktur erat didistribusikan lagi ke masing-masing
kaitannya dengan dimensi masing- portal sesuai dengan mekanisme
masing komponen strukturnya. pembebanan lateral berdasarkan
Komponen struktur yang dimaksud persyaratan Sistem Ganda, yaitu
meliputi kolom, balok, dan dinding minimal beban lateral sebesar 25%
geser. Kekakuan masing-masing harus mampu ditumpu oleh Sistem
komponen struktur harus dikontrol Rangka Pemikul Momen (SRPM), dan
untuk menyesuaikan dengan kebutuhan sisanya ditumpu oleh portal dinding
dan memenuhi syarat struktur yang geser. Gaya geser inilah yang disebut
menggunakan Sistem Ganda. gaya geser rencana yang akan
Setiap komponen struktur harus digunakan untuk menghitung desain
direncanakan sedemikian rupa agar dinding geser.
memiliki kekakuan yang cukup, agar Berdasarkan denah gedung, dinding
tidak terjadi deformasi yang berlebihan geser diletakkan pada portal B dan K
akibat beban yang bekerja. Sehingga (dua buah portal dari total dua belas),
rumus kekakuan dapat juga dituliskan: sedangkan sepuluh portal lainnya
Kekakuan masing-masing merupakan portal SRPM. Misalnya,
komponen struktural kemudian akan ditetapkan bahwa dari 100% beban
dihitung dan diperiksa apakah lateral dalam arah melintang, 25%
memenuhi kekakuan yang disyaratkan ditumpu oleh SRPM, maka beban lateral
untuk Sistem Ganda. Syarat Sistem sebesar 25% itu akan dibagi ke sepuluh
Ganda yaitu beban lateral minimal 25% portal, sehingga masing-masing portal
harus mampu ditumpu oleh sistem SRPM akan menerima 2,5% beban
rangka (balok dan kolom), sedangkan lateral. Sedangkan 75% sisanya, akan
sisanya harus ditumpu oleh dinding dibagi ke dua portal dinding geser,
geser. Artinya, sebagian besar beban sehingga masing-masing portal dinding
lateral akan ditumpu oleh dinding geser. geser akan menerima 37,5% beban
Sehingga, kekakuannya juga harus lebih lateral.
besar daripada kekakuan komponen
struktur pada sistem rangka, sesuai Hasil dan Pembahasan
dengan proporsi beban lateral yang Pada gedung dengan Sistem Ganda
ditumpunya. ini, perencanaan khusus dilakukan pada
dinding geser, sehingga komponen
Analisis Statik Ekuivalen struktural lainnya seperti pelat dan balok
Skripsi ini akan dititikberatkan pada hanya diperhitungkan sebagai beban.
perencanaan dinding geser pada struktur Sedangkan kolom, hanya diperhitungkan
gedung beton bertulang dengan Sistem kekakuan relatifnya terhadap seluruh
10

sistem struktur, berdasarkan taksiran Tulangan vertikal terpasang perlu


ukuran penampang yang dilakukan. diperiksa kapasitasnya terhadap aksial
Ketebalan dinding geser direncanakan dan lentur. Untuk memeriksa komponen
dengan menghitung kekakuan batas, dilakukan analisis terhadap gaya
lateral/geser untuk Sistem Ganda, yang aksial berdasarkan beban mati dan beban
merupakan kombinasi antara SRPM hidupnya yang dikombinasikan sebesar
dengan dinding geser, yang mana Pu’ = 1,2 D + 0,5 L. Pu’ dari beban mati
disyaratkan bahwa minimal 25% beban dan beban hidup ini kemudian
lateral ditumpu oleh SRPM dan sisanya dikombinasikan dengan Mu pada
ditumpu oleh dinding geser. Dengan diagram interaksi dengan bantuan
perhitungan yang dilakukan, didapatkan program PCACOL. Pada diagram
ketebalan dinding geser sebesar 30 cm interaksi, didapatkan bahwa untuk
(untuk lantai 1 sampai dengan 3) dan 25 tulangan vertikal yang terpasang masih
cm (untuk lantai 4 sampai dengan 7). cukup memadai untuk menahan aksial
Dari perhitungan massa bangunan, (ØPn > Pu’), namun tidak memadai
didapatkan gaya geser dasar nominal V, untuk menahan lentur (ØMn < Mu’),
yang besarnya sebesar 327046,28 kg. sehingga rasio tulangan perlu
Kemudian gaya geser dasar nominal itu dibesarkan. Sedangkan dari kombinasi
didistribuskan menjadi gaya geser Pu’ = 3399,72 dan Mn = 15858 kNm
horizontal Fi yang berkerja pada tiap dihasilkan c = 3230 mm, yang nilainya
lantai. Untuk menghitung gaya lateral lebih besar dari yang disyaratkan pada
yang bekerja pada portal dinding geser, persamaan 4-6 (1071 mm) sehingga
dilakukan distribusi terhadap Fi untuk dinding geser perlu dipasang komponen
tiap portalnya sesuai proporsi beban batas khusus. Setelah dipasang
yang telah ditetapkan (sesuai dengan komponen batas sebesar 700 mm x 700
kekakuan lateral), yaitu 25% untuk mm dengan rasio tulangan sebesar 2,6%
portal SRPM dan 75% untuk portal untuk 4 sisi atau 0,65% untuk tiap sisi
dinding geser. Dengan memodelkan (dipakai 16 – D22) dan rasio tulangan
dinding geser sebagai kantilever, pada badan dinding geser sebesar 1,3%
didapatkan gaya geser dan momen lentur untuk 2 sisi atau 0,65% untuk tiap sisi
pada tiap lantai. Sedangkan gaya aksial (dipakai 9 – D22) didapatkan bahwa
didapatkan dengan analisis terhadap dinding geser sudah cukup memadai
tributary area, yaitu area yang didukung untuk menahan aksial (ØPn > Pu’) dan
oleh dinding geser, meliputi semua lentur (ØMn > Mu’).
beban hidup dan beban mati yang
ditumpu oleh dinding geser pada area Kesimpulan dan Saran
tersebut, termasuk berat dinding geser Distribusi beban pada struktur
itu sendiri. memakai prinsip bahwa komponen
Gaya geser, momen lentur dan gaya struktur akan menerima beban sesuai
aksial digunakan untuk perhitungan dengan kekakuannya. Pada Sistem
penulangan dinding geser. Dari Ganda, komponen SRPM berupa kolom,
perhitungan tulangan geser yang menerima beban lateral minimal sebesar
dilakukan, untuk dinding geser lantai 1 25%, sedangkan sisanya diterima oleh
sampai dengan 3, diperlukan tulangan dinding geser. Dengan menghitung
horizontal D19 – 160 (2 lapis), dan massa gedung berdasarkan dimensi
tulangan vertikal D19 – 160 (2 lapis). komponen-komponennya, didapatkan
Sedangkan untuk dinding geser lantai 4 gaya gempa nominal V yang
sampai dengan 7, diperlukan tulangan didistribusikan menjadi gaya geser tiap
horizontal D19 – 200 (2 lapis), dan lantai Fi. Gaya geser Fi kemudian
tulangan vertikal D19 – 200 (2 lapis). didistribusikan ke tiap portal yang
11

proporsinya sesuai dengan kekakuan Daftar Pustaka


relatifnya. Dengan memodelkan dinding Departemen Pekerjaan Umum. 1983.
geser sebagai struktur kantilever, Peraturan Pembebanan Indonesia
didapatkan gaya geser dan momen untuk Gedung. Bandung:
lentur, dan dari analisis terhadap Departemen Pekerjaan Umum.
tributary area, didapatkan gaya aksial, Departemen Permukiman dan Prasarana
yang dipakai untuk merencanakan Wilayah. 2002. Standar
tulangan pada dinding geser, yang Perencanaan Ketahanan Gempa
meliputi tulangan horizontal dan untuk Struktur Bangunan Gedung,
vertikal. Tulangan vertikal yang Standar Nasional Indonesia 03-
terpasang, diperiksa kapasitasnya 1726-2002. Bandung: Departemen
terhadap lentur dan aksial dengan Permukiman dan Prasarana
bantuan diagram interaksi pada program Wilayah.
PCACOL. Jika gaya aksial dan momen Departemen Permukiman dan Prasarana
nominal pada penampang kurang dari Wilayah. 2002. Tata Cara
gaya aksial dan momen ultimit hasil Perhitungan Struktur Beton untuk
analisis, maka rasio tulangan perlu Bangunan Gedung, Standar
ditambah. Dan dari besarnya nilai c Nasional Indonesia 03-2487-2002.
(jarak serat tekan terluar ke sumbu Bandung: Departemen Permukiman
netral) dapat ditentukan apakah dinding dan Prasarana Wilayah.
geser perlu diberi komponen batas atau Juwana, J. S. 2005. Panduan Sistim
tidak. Dari hasil perhitungan yang Bangunan Tinggi. Jakarta: Erlangga.
dilakukan, didapatkan bahwa tulangan McCormac, J. C. 2006. Design of
horizontal pada dinding geser lantai 1 Reinforced Concrete. New Jersey,
sampai dengan 3 adalah D19 – 160 (2 USA: John Wiley & Sons, Inc.
lapis), dan pada lantai 4 sampai dengan 7 Muto, K. 1990. Analisis Perancangan
adalah D19 – 200 (2 lapis). Sedangkan Gedung Tahan Gempa. Jakarta:
tulangan vertikal untuk seluruh Erlangga.
penampang dinding geser adalah 16 – Nawy, E. G. 2005. Reinforced Concrete:
D22 (2 sisi), dan pada komponen batas A Fundamental Approach. New
adalah 9 – D22 (4 sisi). Jersey, USA: Pearson Education,
Pada perencanaan gedung yang Inc.
ideal, sebaiknya dilakukan perencanaan Paulay, T & M. J. N. Priestley. 1992,
terhadap keseluruhan komponen Seismic Design of Reinforced
struktural. Tujuannya, selain untuk Concrete and Masonry Buildings.
memberikan kekuatan yang memadai New Jersey, USA: John Wiley &
terhadap gedung, juga agar didapatkan Sons, Inc.
hasil perencanaan yang ekonomis dan Purwono, R. 2005. Perencanaan
sesuai kebutuhan. Selain itu, agar Struktur Beton Bertulang Tahan
didapatkan gambaran perilaku struktural Gempa. Surabaya: ITSpress.
secara menyeluruh pada gedung. Schueller, W. 1991. Struktur Bangunan
Sedangkan dari aspek peraturan, Bertingkat Tinggi. Bandung: Refika
sebaiknya dilakukan tinjauan terhadap Aditama.
peraturan terbaru yang sudah berlaku, Taranath, B. S. 1998. Structural Analysis
baik tentang gempa maupun tentang and Design of Tall Buildings. USA:
beton. Untuk itu, sebaiknya dilakukan McGraw-Hill.
kajian ataupun perbandingan hasil
perencanaan antara peraturan yang lama
dengan peraturan yang baru.

Anda mungkin juga menyukai