Anda di halaman 1dari 16

Lateks

Lateks adalah suatu sistem koloid dimana partikel karet dilapisi oleh protein dan fosfolipid.
Protein ini akan memberikan muatan negatif yang mengelilingi partikel karet sehingga mencegah
terjadinya interaksi antara sesama partikel karet, dengan demikian sistem koloid lateks akan tetap
stabil. Namun dengan adanya mikroorganisme maka protein yang terdapat dalam partikel karet
akan rusak dan terjadilah interaksi antara partikel karet membentuk flokulasi dan gumpalan [8].
Lateks karet adalah suspensi koloid polyisoprene yang diperoleh dari tumbuhan Hevea
Brasiliensis[9]. Lateks merupakan nama lain dari getah kental yang mirip dengan susu, berasal
dari tumbuhan. Dapat dilihat pada Gambar 2.3, yaitu lateks karet.

Gambar 2.1 Lateks Alam


Pada Gambar 2.4 dan tabel 2.1 memperlihatkan perbedaan komposisi Fresh Latex dan Lateks
sentrifugasi:

Gambar 2. 2 Komposisi Lateks dalam Tabung Reaksi


Tabel 2. 1 Komposisi Lateks Karet
Komposisi Fresh Latex Lateks Sentrifugasi
Karet 35% 59%
Protein 2% 1%
Karbohidrat 1,5% 0,2%
Lipid 1,3% 2%
Sumber : [10]

Lateks yang telah di sentrifugasi persen komposisinya akan berbeda. Tujuan dari
sentrifugasi lateks adalah untuk mengkonsentrasikan lateks. Sentrifugasi Fresh latex
memungkinkan pemisahan ekstensif fase karet dispersi yang lebih ringan dari serum berair.
Sekitar 80% fase karet tetap dalam konsentrat, dan kandungan padat hingga 60% wt. sebagian
besar komponen lateks lainnya dan partikel karet dengan diameter yang lebih kecil tetap berada
dalam serum. Jadi lateks pekat memiliki partikel rata-rata yang lebih tinggi ukurannya dari lateks
segar. Prosesnya terus menerus dan karena itu sangat ekonomis, dan sentrifugasi lateks
merupakan metode konsentrasi yang paling umum digunakan[11].
Apabila lateks disentrifugasi pada kecepatan 3200 rpm selama 1 jam, maka akan terbentuk
4 fraksi, yaitu[12]:
1. Fraksi Karet
Fraksi ini berwarna putih, teridiri dari partikel karet, protein, lipid dan ion logam.
2. Fraksi Frey Wessling
Fraksi ini terdiri dari partikel Frey Wessling yang ditemukan oleh Frey Wessling.
Fraksinya berwarna kuning karena mengandung karotenida.
3. Fraksi Serum
Fraksi serum ini biasa disebut dengan fraksi C (centrifuge serum).
4. Fraksi Bawah
Fraksi ini terdiri dari partikel lutoid yang bersifat gelatin, mengandung senyawa nitrogen
dan ionkalsium serta magnesium.

Fraksi lateks dipisahkan dengan tujuan untuk memisahkan karet berdasarkan


massa jenisnya. Dimana partikel yang memiliki massa jenis tinggi maka akan terdistribusi pada
bagian bawah lateks, sedangkan pada partikel yang memiliki massa jenis rendah seperti karet
akan terdistribusi pada bagian atas lateks[13]. Berikut fraksi lateks berdasarkan pada
komponennya:

Tabel 2. 2 Tabel Fraksi Lateks dan Komponennya


Fraksi Lateks Komponen
- Karet
- Protein
Fraksi Karet (35%)
- Lipid
- Ion Logam
Fraksi Frey Wessling - Karotenoida
(5%) - Lipid
- Air
- Karbohidrat dan inositol
- Protein dan turunannya
Fraksi Serum (50%) - Senyawa nitrogen
- Asam Nukleat dan nukleosida
- Ion Anorganik
- Ion logam
- Proteina dan senyawa nitrogen
Fraksi Bawah - Karet dan karotenoida
- Lipid dan ion logam
Sumber :[14]
Didalam lateks karet juga terdapat protein dengan persentase sebesar 1,06%, protein ini
sebagian besar terserap dalam partikel karet dan sebagian yang lain larut dalam serum. Protein
yang terserap dalam partikel karet merupakan koloid pelindung bagi butir karet, sehingga protein
akan memberikan muatan negatif yang mengelilingi partikel karet. Inilah yang menyebabkan
antar partikel tidak saling berinteraksi seperti terlihat pada Gambar 2.6 Tetapi dengan adanya
mikroorganisme ataupun koagulan, protein akan terurai dan lapisan pelindung akan rusak. Maka
dari itulah terjadi penggumpalan.
Gambar 2.6 Struktur Molekul Karet

2.1.4 Koagulan Kimia dan Koagulan Alami


Dalam pengolahan lateks terdapat proses koagulasi, dimana lateks cair akan
menjadi koagulum. lateks memerlukan bantuan koagulan untuk mempercepat prosesnya
koagulasinya. Ada dua jenis koagulan yaitu koagulan kimia dan koagulan alami.
a) Koagulan kimia
Koagulan kimia adalah bahan kimia yang ditambahkan dalam lateks untuk mempercepat
proses koagulasi. Contoh bahan kimia yang dapat digunakan sebagai koagulan adalah
Asam Formiat dan asam asetat.
b) Koagulan alami
Koagulan alami adalah bahan alam yang digunakan sebagai koagulan untuk mempercepat
proses koagulasi. Contoh bahan alami yang dapat digunakan sebagai koagulan adalah
belimbing wuluh, mengkudu, nanas dan lain sebagainya.
Koagulan lateks anjuran sesuai Permentan No. 38 dan Permendag No. 53 tentang
bokar adalah Asam Formiat dan Asam Asetat [15].
Proses Koagulasi
Koagulasi lateks adalah peristiwa perubahan fase sol menjadi gel dengan bantuan bahan
penggumpal yang disebut dengan koagulan. Penggumpalan lateks dapat terjadi karena penurunan
pH lateks atau penambahan asam H+ dan pengaruh enzim. Dalam proses penggumpalan, partikel
karet akan mengerut serta mengeluarkan air dan serum yang terkandung di dalamnya, dengan
keluarnya serum maka penguraian zat anti oksidan akan berkurang. Hal ini disebabkan
berkurangnya jasad renik. Dalam keadaan kering reaksi ikatan silang lebih cepat terjadi dan
dalam keadaan basah terjadi persilangan lambat, ini menyebabakan ketahanan karet terhadap
reaksi oksidasi berkurang [16].
Lateks akan menggumpal atau membeku secara alami dalam waktu beberapa jam setelah
ditampung, proses ini disebut prakoagulasi. Penggumpalan lateks juga dapat dilakukan dengan
bantuan penambahan senyawa tertentu yang disebut dengan koagulan. Pembekuan atau
koagulasi bertujuan untuk mempersatukan (merapatkan) butir-butir karet yang terdapat dalam
cairan lateks, supaya menjadi suatu gumpalan atau koagulan [17].
Proses koagulasi terjadi karena hilangnya muatan - muatan pada partikel karet, sehingga
daya intereaksi antara karet dengan pelindungnya menjadi hilang. Partikel karet yang telah lepas
akan bergabung membentuk gumpalan. Penggumpalan karet di dalam lateks kebun dapat
dilakukan dengan penurunan pH sampai mencapai titik isoelektrik, yakni kondisi saat muatan
positif protein seimbang dengan muatan negatif sehingga elektrokinetis potensial sama dengan
nol. Lateks segar dengan pH 6,4 – 6,9 yang bermuatan negatif akan bermuatan netral dengan
penambahan asam hingga titik isoelektriknya pada ph sekitar 4,7 – 5,1 sehingga daya interaksi
karet dengan pelindungnya menjadi hilang. Selanjutnya partikel-partikel karet yang sudah bebas
tersebut akan menyatu membentuk gumpalan. Oleh karena itu, bahan koagulan harus merupakan
senyawa asam. Penggumpalan lateks dapat terjadi secara sendirinya atau alamiah dan juga bisa
disebabkan karena adanya pengaruh dari luar seperti gaya mekanis, panas, elektrolit, enzim,
asam, ataupun zat penarik air dan penambahan zat penggumpal. Penggumpalan lateks akibat
pengaruh luar ini dilakukan untuk mempercepat proses penggumpalan dari lateks cair itu sendiri
dengan cara yang lebih efisien dan murah agar diperoleh karet yang bermutu tinggi.
Penggumpalan secara alami dapat terjadi karena aktivitas bakteri penggurai yang terdapat di
udara dan masuk ke dalaam bahan lateks. Lateks segar yang baru disadap dari pohon karet
merupakan salah satu media yang cocok untuk pertumbuhan bakteri. Pertumbuhan bakteri ini
terjadi dalam media pembuluh kulit pohon lateks. Bakteri mulai masuk ke dalam lateks sejak
lateks mengalir disepanjang irisan sadap dan berkembang biak di sepanjang media. Zat makanan
utama bagi bakteri tersebut adalah karbohidrat yang terdapat didalam fraksi serum lateks.
Dengan adanya oksigen dalam udara, karbohidrat dapat diubah bakteri menjadi asam asetat dan
asam format. Proses tersebut dapat mengakibatkan lateks menggumpal akibat hasil dari proses
yang berupa asam dan sumber lain yang dapat menggumpalkan lateks adalah protein yang
terhidrolisa menjadi asam amino [18].
Pembekuan atau koagulasi bertujuan untuk mempersatukan (merapatkan) butiran-butiran
karet yang terdapat dalam cairan lateks, supaya menjadi suatu gumpalan atau koagulan.
Komposisi kimia lateks segar secara garis besar adalah 25-40% karet dan 60-75% merupakan
bahan bukan karet. Kandungan bukan karet ini selain air adalah protein (globulin dan havein),
karbohidrat (sukrosa, glukosa, galaktosa dan fruktosa), lipida (gliserida, sterol, dan fosfolipida).
Komposisi ini bervariasi tergantung pada jenis tanaman, umur tanaman, musim, sistem deres dan
penggunaan stimulan. Dalam proses penggumpalan lateks, terjadi perubahan sol ke gel dengan
pertolongan zat penggumpal. Pada sol karet terdispersi di dalam serum, tetapi pada gel karet di
dalam lateks. Penggumpalan dapat terjadi dengan penambahan asam (menurunkan pH), sehingga
koloid karet mencapai titik isoelektrik dan terjadilah penggumpalan. Penambahan elektrolit yang
bermuatan positif juga dapat menetralkan muatan negatif dari partikel karet dan menggumpalkan
karet [8].
Tahapan proses pengolahan lateks untuk menghasilkan karet adalah dimulai dari
penyaringan, pengenceran, koagulasi dan pengeringan. Pada proses pertama yaitu penyaringan
lateks dimaksudkan agar lateks tidak terkontaminasi oleh kotoran-kotoran lain yang bisa
menyebabkan kualitas karet menjadi kurang bagus dan bisa saja menyebabkan lateks bisa
berjamur [19]. Tahap selanjutnya adalah pengenceran, setelah pengenceran adalah koagulasi atau
penggumpalan. Lateks sebenarnya bisa saja menggumpal secara alami tanpa penambahan suatu
koagulan tetapi memerlukan waktu yang cukup lama yaitu sekitar 4-6 jam setelah penyadapan.
Apabila turun hujan, lateks bisa saja hilang terbawa oleh air hujan sebelum lateks menggumpal.
Selain itu, lateks yang menggumpal secara alami mutu hasilnya sangat rendah. Karena itu,
diperlukan penambahan koagulan untuk mempercepat proses koagulasi dan meningkatkan mutu
dari lateks yang dihasilkan. Koagulan merupakan bahan yang digunakan untuk membantu proses
koagulasi. Sifat dari koagulan sangat mempengaruhi proses koagulasi.
Gambar 2.8 Proses Koagulasi Lateks

Tahapan proses koagulasi lateks karet yang terdapat pada gambar 7 adalah sebagai berikut:
1. Lateks dari karet terdiri dari suspensi berair dari partikel karet koloid
2. Setiap partikel karet terdiri dari polimer karet yang ditutupi oleh lapisan membran protein
yang bermuatan negatif yang mana partikel bermuatan negatif saling menjauhkan atau
memisahkan diri
3. Penambahan koagulan alami yang mengandung asam akan mempercepat bakteri dari udara
tumbuh dan berkembang biak di lateks, dengan demikian asam laktat di produksi
4. Muatan positif ion hydrogen dari asam akan menetralkan muatan negatif molekul karet.
5. Molekul karet akan bertabrakan satu sama lain setelah dinetralkan, lapisan membran
terluar atau protein akan pecah itulah yang menyebabkan bau tidak sedap pada lateks
6. Polimer karet dilepaskan dan disatukan. Dan terjadilah proses koagulasi.

Adapun untuk mencegah koagulasi dari lateks tahapannya adalah sebagai berikut
1. Ion hidroksida, OH- dari alkali menetralkan H+ yang dihasilkan oleh asam akibat serangan
bakteri terhadap protein
2. Membran protein tetap bermuatan negatif karena tidak ada ion hidrogen H+
3. Partikel karet saling tolak
4. Polimer karet tidak dapat bergabung dan membeku.

2.1.7 Dry Rubber Content (DRC)


Dry Rubber Content (DRC) adalah kandungan padatan karet per satuan berat (%). Dy
Rubber Content (DRC) merupakan salah satu data yang diperlukan untuk menghitung asam
formiat dalam proses penggumpalan. DRC menjadi salah satu penentu kualitas mutu produk
karet. Komponen terbesar dari dalam lateks adalah partikel karet dan air. Tingginya nilai DRC
menyatakan kandungan air dalam lateks semakin rendah. Lateks yang baik memiliki DRC 28%
untuk lateks kebun mutu 1 dan untuk lateks kebun 2 DRC nya adalah 20%. Dalam pengolahan
karet sheet nilai DRC digunakan untuk sebagai dasar menentukan jumlah kebutuhan air pada
proses pengenceran lateks sampai diperoleh kadar karet standar. Proses pengenceran yang terlalu
encer akan mengakibatkan koagulum (bekuan) yang terlalu lunak, sehingga mudah robek pada
saat penggilingan. Sebaliknya jika koagulum terlalu keras, akan mengakibatkan pemakaian
tenaga gilingan yang lebih besar dan memerlukan waktu pengeringan terlalu lama [12].
Penentuan kadar DRC dapat diperoleh dengan rumus sebagai berikut:
Berat Lateks Kering
DRC= ×100 % ............................................................... (1)
Berat Lateks Basah
Keterangan:
DRC = Kandungan Karet Kering (%)
Berat Lateks Kering = Berat lateks setelah di oven (gram)
Berat Lateks Basah = Berat lateks sebelum ditambahkan koagulan (gram)

2.1.8 Plastisitas awal (Po)


Plastisitas awal (Po) merupakan nilai plastisitas awal mengukurnya dengan alat plastimeter
Wallace. Nilai Po menggambarkan kekuatan karet. Biasanya karet dengan nilai Po menunjukkan
BM nya tinggi. Syarat uji minimum Po = 30 untuk semua jenis SIR menunjukkan bahwa karet
harus memiliki BM minimum 1.300.000. SIR dengan Po kurang dari 30 biasanya disebabkan
karet telah mengalami degredasi atau pemotongan rantai molekulnya, yang berakibat sifat fisik
merosot. Nilai Po berbanding lurus dengan nilai PRI nya, Jika nilai Po nya rendah maka nilai
PRI pun akan rendah.
Beberapa faktor yang bisa menyebabkan nilai Po rendah antara lain yaitu bahan baku yang
telah mengalami degradasi akibat perlakuan yang kurang tepat seperti perendaman dalam air,
penggunaan formalin sebagai pengawet lateks kebun dan umur bahan olah yang terlalu lama
dapat menyebabkan penurunan nilai Po. Nilai Po rendah juga bisa disebabkan oleh pengeringan
pada suhu terlalu tinggi lebih dari 130°C dalam waktu yang lama dan pengeringan ulang karet
yang kurang matang. Pemeraman dapat menyebabkan karet menjadi keras dengan disertai
peningkatan nilai viskositas atau Po, serta penurunan PRI [20].

2.1.9 Plastisity Retention Index (PRI)

Plasticity Retention indeks (PRI) merupakan nilai indeks plastisitasnya menyatakan


ketahanan karet alam mentah terhadap oksidasi pada suhu tinggi sebelum dan setelah
pengusangan pada suhu 140ºC selama 30 menit.
Untuk SIR 20 yang umumnya diolah dari koagulum maka tingginya nilai PRI ditentukan
oleh bahan penggumpal yang digunakan, tingkat pemeraman (maturasi) dan kondisi
pengeringannya. Pengujian PRI dilakukan untuk mengukur degredasi (penurunan) ketahanan
karet mentah terhadap oksidasi pada suhu tinggi (lebih dari 80%) menunjukkan bahwa ketahanan
karet mentah terhadap oksidasi adalah besar. Oksidasi karet oleh udara (O 2) terjadi pada ikatan
rangkap karbon karbon, sehingga panjang rantai polimer pada karet mengakibatkan sifat PRI
karet menjadi rendah. Dengan mengetahui nilai PRI dapat diperkirakan mudah tidaknya karet
menjadi lunak dan lengket jika lama disimpan atau dipanaskan, hal ini penting hubungannya
dengan proses vulkanisasi karet pada pembuatan barang jadi, agar diperoleh sifat karet yang
lebih kuat. Oksidasi pada karet alam merupakan proses yang kompleks, melibatkan banyak
reaksi di mana dipengaruhi oleh kondisi pemerosesan, katalis logam, pemanasan dan penyusun.
Untuk menghitung nilai dari PRI dapat menggunakan persamaan di bawah ini [20]:
Pa
PRI= x 100 %............................................................................................ (2)
Po
Keterangan :
PRI = Plasticity Retention Time (%)
Pa = Plastisitas setelah pengusangan selama 30 menit.
Po = Plastisitas awal.
METODOLOGI
3.1 Alat
Alat yang digunakan dalam proses penelitian adalah mangkok lateks untuk menampung
lateks dari pohon, sarung tangan untuk melindungi tangan utamanya dari bahan kimia dan pisau
sadap, pisau sadap untuk penyadapan pohon, blender untuk menghancurkan belimbing wuluh,
saringan untuk memisahkan antara belimbing wuluh dengan ampasnya, pH meter untuk
mengetahui pH yang dihasilkan dari lateks, koagulan dan sitrat yang dihasilkan, stopwatch untuk
mengetahui waktu yang dibutuhkan dalam proses koagulasi, neraca untuk menimbang berat
lateks maupun karet kering yang dihasilkan, rolling mill untuk menggiling atau memipihkan
karet untuk mempermudah proses pengeringan dalam oven, oven untuk mengeringkan karet
yang sudah terbentuk menjadi koagulum.

3.2 Bahan
Bahan-bahan yang digunakan adalah Latek karet, Asam Semut, Pace, dan Air.

3.3 Prosedur Kerja Penelitian


Terdapat beberapa prosedur yang digunakan dalam proses ini, seperti:
3.3.1 Preparasi Koagulan
Langkah-langkah dalam preparasi koagulan adalah:
a. Koagulan Pace
1. Siapkan Pace 3 kg
2. Bersihkan pace dengan air sampai bersih
3. Haluskan pace dengan menggunakan blender
4. Saring antara sari buah dan untuk ampasnya dibuang
5. Sari buah diambil sebanyak 500 ml dan diukur nilai pH
6. Sari buah di encerkan dengan air untuk membuat variasi konsentrasi.
7. Ukur kembali pH masing-masing variasi konsentrasi koagulan
8. Koagulan siap digunakan

b. Koagulan Asam Semut


1. Siapkan Asam Semut
2. Ambil Asam Semut () ml dan masukkan dalam labu takar.
3. Tambahkan aquades dan homogenkan.
4. Koagulan siap digunakan.

3.3.2 Sampling
Langkah-langkah dalam sampling adalah sebagai berikut:
1. Pohon karet dilakukan penyadapan untuk mendapatkan lateks.
2. Lateks ditampung dalam mangkok sadap sebanyak 250 ml.
3. Lateks disaring untuk memisahkan antara lateks dengan kotorannya seperti debu, guguran
daun kering, serpihan kulit pohon, serangga.
4. Timbang karet 50 gram sebanyak 5 kali untuk 5 sampel. Kemudian lateks dikoagulasi.

3.3.3 Koagulasi
Langkah-langkah dalam proses koagulasi lateks adalah sebagai berikut:
1. Campurkan koagulan dengan sampel lateks dan catat waktu proses koagulasi
2. Aduk sampel lateks sampai terjadinya koagulasi secara keseluruhan.
3. Pisahkan antara koagulum (slab basah) dan air.
4. Analisis air dengan melihat perubahan warna, pH dan volume air yang dihasilkan

3.4 Karakterisasi Karet


Ada beberapa prosedur yang dilakukan untuk mendapatkan karakteristik karet, yaitu:

5.1 Kadar Kotoran


Prosedur analisa untuk kadar kotoran adalah:
1. Siapkan sampel karet dengan koagulan asam semut sebanyak ± 20 gram
2. Giling sampel. Penggilingan dilakukan sebanyak 2 kali pada gilingan laboratorium
dengan perbandingan kecepatan putaran 1:1. gilingan pertama masukan sampel ± 20
gram. Untuk gilingan kedua sampel yang dudah digiling kemudian dilipat lalu digiling
kembali.
3. Susun sampel yang sudah digiling sesuai dengan urutannya.
4. Timbang 10 gram sampel yang sudah berbentuk lembaran menggunakan neraca analitis
dengan ketelitian 0,1 mg.
5. Potong 10 gram sampel menjadi beberapa bagian untuk dimasukkan ke dalam labu
erlenmeyer 500 ml yang telah diisi dengan 250 ml terpentin mineral dan 2 ml pelarut
(larutan curio TS).
6. Panaskan sampel dalam erlenmeyer diatas pemanas infra red selama 1,5 sampai dengan
2,5 jam dengan suhu 140°C lalu kocok sesekali agar homogen.
7. Setelah sampel larut dengan sempurna kemudian disaring dengan saringan (Test Seive)
325 mesh yang sebelumnya sudah ditimbang massanya.
8. Hasil penyaringan dengan saringan 325 mesh disusun pada nampan alumunium
kemudian dipanaskan dalam oven dengan temperatur 100°C selama 1 jam.
9. Setelah saringan keluar dari oven kemudian dimasukkan ke dalam desikator selama 30
menit hingga mencapai suhu ruangan.
10. Kemudian timbang saringan untuk mendapatkan massa kotorannya untuk kemudian
dihitung kadar kotoran yang terdapat didalam karet.
11. Lakukan pengulangan sebanyak 3 kali (Triplo).
12. Lakukan prosedur 1-11 terhadap karet dengan koagulan Pace.

5.3 Kadar Abu


Abu umumnya berhubungan dengan kotoran dalam bentuk tanah, pasir atau bahan lain yang
digunakan pada proses penggumpalan lateks. Penentuan kadar abu dimaksudkan untuk
melindungi konsumen terhadap penambahan bahan-bahan lain ke dalam karet baik sebelum
diolah maupun pada waktu pengolahannya karena kadar abu sangat besar pengaruhnya terhadap
ketahanan retak dan lenturnya barang yang terbuat dari karet[3].
Prosedur untuk analisa kadar abu adalah:
1. Timbang 5 gram sampel karet dengan koagulan Asam Semut dalam neraca analitis
dengan ketelitian 0,1 mg.
2. Masukkan sampel ke dalam cawan yang telah ditimbang sebelumnya.
3. Kemudian pijarkan sampel diatas elektrik bunsen sampai tidak terdapat asap. Hindari
terjadinya percikan atau api menyala selama proses pembakaran terjadi.
4. Pemijaran dilanjutkan dalam mufle furnace dengan temperatur 550°C ± 20°C selama
kira-kira 2 jam atau sampai tidak mengandung jelaga.
5. Setelah pembakaran di mufle furnace cawan diangin-anginkan untuk menurunkan
menurunkan suhunya kemudian dimasukan dalam desikator selama 30 menit atau sampai
suhu kamar.
6. Kemudian timbang cawan berisi abu dengan neraca analitis dengan ketelitian 0,1 mg.
7. Lakukan pengulangan sebanyak 3 kali (Triplo).
8. Lakukan Prosedur 1-7 terhadap karet dengan koagulan Pace.

5.4 Kadar Nitrogen


Prosedur untuk analisa kadar nitrogen adalah:
1. Timbang 0,1 gram sampel karet dengan koagulan Asam Semut.
2. Masukkan sampel yang sudah ditimbang dalam labu keydhal, tambahkan 0,6 gram
campuran dari katalis dan 5 ml H2SO4 (p.a).
3. Didihkan perlahan sampai terdapat warna hijau atau tidak berwarna dan tidak terdapat
bintik berwarna kuning. Waktu yang diperlukan ± 1 jam.
4. Pindahkan labu keydhal ke dalam destilasi buchi 315 kemudian tambahkan 10 ml larutan
NaOH 67% ke dalam destilasi sampai berubah warna menjadi coklat.
5. Masukkan 10 ml asam borak dan 2 atau 3 tetes indikator ke dalam labu penampung 100
ml.
6. Letakkan labu sedemikian rupa sehingga ujung kondensor tercelup di bawah permukaan
asam borak.
7. Alirkan uap melalui alat destilasi selama 5 menit (dihitung dari saat destilasi mulai
keluar).
8. Hasil destilasi segera dititrasi dengan larutan standar H2SO4 0,01 N.
9. Titik akhir yang didapatkan yaitu dengan adanya perubahan warna hijau menjadi ungu
muda.
10. Lakukan pengulangan dengan larutan blanko (tanpa karet).
11. Lakukan Pengulangan sebanyak 3 kali (Triplo).
12. Lakukan Prosedur 1-11 terhadap karet dengan koagulan Pace.

5.5 Kadar PRI


PRI adalah suatu ukuran yang dapat digunakan sebagai indikator ketahanan karet terhadap
degradasi akibat oksidasi pada suhu tinggi. Nilai PRI yang tinggi menunjukkan ketahanan
terhadap degradasi yang tinggi. Dengan mengetahui nilai PRI maka dapat diperkirakan mudah
tidaknya karet jika disimpan atau dipanaskan. Tinggi rendahnya nilai PRI sangat tergantung dari
jenis bahan olah yang digunakan dan cara pengolahannya[3].
Prosedur untuk analisa kadar PRI adalah:
1. Sebelum melakukan analisis kadar PRI, angka 0 pada jentera angka mikrometer harus
ditetapkan pada ujung jarum mikrometer setelah meletakan 2 helai kertas sigaret (TST)
diantara dua platen.
2. Sampel karet dengan koagulan Asam Semut sebanyak ± 25 gram digiling dengan rolling
mill perbandingan putaran 1:1 sebanyak 3 kali yaitu:
a. Gilingan pertama sampel menjadi lembaran.
b. Gilingan kedua lembaran sampel dilipat.
c. Gilingan ketiga lembaran sampel digiling tanpa dilipat. Lembaran karet yang
dihasilkan memiliki ketebalan 1,6 - 1,8 mm.
3. lipat lembaran karet gilingan ketiga kemudian ditekan dengan tangan agar mendapatkan
ketebalan 3,2 – 3,6 mm (ukur dengan Tickness Gauge).
4. Potong lembaran karet menjadi persegi panjang kemudian potong lembaran karet menjadi
6 dengan menggunakan wallace puch dengan urutan seperti pada gambar dibawah ini :

1 2 1

2 1 2

Gambar contoh pengambilan sampel PRI


5. Sampel 1 untuk menentukan nilai Po (plastisitas awal), 2 untuk Pa (plastisitas akhir).
6. Hidupkan plastimeter wallace yang terhubung dengan steam generator dan pastikan
tekanan uap menunjukkan 0,5 sampai 1 PSI.
7. Sebelum digunnakan, jarus yang terdapat di dalam plastimeter harus diperiksa terlebih
dahulu dan posisi jarum harus 0.
8. Lakukan pengujian Po dengan meletakkan sampel 1 diantara kertas TST kemudian
sisipkan dalam piringan plastimeter. Tutup platen atas dengan menggerakkan handle,
setelah ketukan pertama platen bawah akan bergerak ke atas selama 15 detik dan
menekan platen atas.
9. Setelah tekanan ke dua jarum pada mikrometer akan berhenti, dan didapatkan nilai Po.
10. Lakukan pengujian Pa dengan menggunakan sampel 2. Susun sampel secara berurutan
dalam nampan alumunium dengan ukuran diameter 24 cm.
11. Nampan alumunium dimasukkan dalam oven untuk di usangkan dengan temperatur
140°C ± 2°C selama 30 menit (interval timer).
12. Kemudian lakukan prosedur seperti pengujian Po untuk mendapatkan nilai Pa.
13. Setelah mendapatkan nilai Po dan Pa, maka nilai kadar PRI dapat dihitung.
14. Lakukan pengulangan sebanyak 3 kali (Triplo).
15. Lakukan Prosedur 1-14 terhadap karet dengan koagulan Pace.

5.6 Kadar Zat Menguap


Prosedur untuk analisa kadar zat menguap adalah:
1. Siapkan ± 20 gram sampel karet dengan koagulan Asam Semut.
2. Atur rolling mill dengan perbandingan putaran 1:1 giling contoh satu kali dengan
ketebalan maksimum 1,5 mm.
3. Masukkan hasil gilingan ke dalam kantong plastik dan diberi kode.
4. Keluarkan sampel dari kantong plastik, timbang menggunakan neraca analitis sebanyak
10 gram dengan ketelitian 0,1 mg.
5. Gunting lembaran sampel menjadi berukuran 2,5 x 2,5 mm.
6. Masukkan dalam cawan porselen yang sebelumnya sudah diketahui massanya.
7. Masukkan dalam oven dengan temperatur 100oC selama 3 jam.
8. Keluarkan cawan dari oven untuk kemudian dimasukan dalam desikator selama 30 menit
sehingga mencapai suhu kamar.
9. Timbang cawan berisi sampel menggunakan neraca analitis dengan ketelitian mendekati
0,1 mg.
10. Lakukan pengulangan sebanyak 3 kali (Triplo).
11. Lakukan prosedur 1-10 terhadap karet dengan koagulan Pace.

5.7 Kadar Viscositas Mooney


Prosedur untuk analisa kadar viscositas mooney adalah:
1. Siapkan sampel karet dengan koagulan Asam Semut sebanyak ± 50 gram. Potong dan
cetak menggunakan cutting press, setiap sampel menjadi 2.
2. Hidupkan viskometer sampai temperatur 100oC.
3. Hidupkan kompresor sampai mencapai tekanan udara 75 PSI.
4. Tutup plat stator atas dengan cara menekan kedua tombol hijau sampai lampu indikator
menyala.
5. Hidupkan control heater dan boost heater.
6. Bila suhu telah naik dan lampu indikatornya berkedip-kedip secara perlahan maka
matikan boost heater.
7. Alur regulator pada temperatur 100oC sehingga temperatur strator atas dan bawah dapat
dibaca skala pada termometer tepat 100oC ± 5oC.
8. Buka stator atas dengan menekan tombol merah.
9. Keluarkan rotor dengan menekan handel kebawah dan gunakan sarung tangan untuk
mengeluarkan rotor yang panas tersebut.
10. Tusukan rotor ke sampel karet pertama, masukkan rotor ke dalam stator bawah lalu diatas
rotor diletakkan lagi sampel yang kedua tepat posisinya pada sampel satu.
11. Tutup stator atas dengan menekan kedua tombol hijau, setelah kedua rotor rapat
dihidupkan stop watch.
12. Setelah pemanasan sampel selama 1 menit, jalankan motor dengan cara menekan tombol
hijau.
13. Catat nilai viskositas pada skala mikrometer dimulai pada menit kedua sampai menit
kelima.
14. Nilai viskositas mooney pada skala micrometer dimulai pada menit ke-5.
15. Lakukan pengulangan sebanyak 3 kali (Triplo).
16. Lakukan prosedur 1-15 terhadap karet dengan koagulan Pace.

Anda mungkin juga menyukai