Laporan Kasus Diare
Laporan Kasus Diare
STATUS PASIEN
Identitas Pasien
Nama : An. K
Usia : 11 bulan
Jenis Kelamin : Perempuan
Nama Orangtua : Ibu. M
Alamat : Kp. Cianjur
Tanggal masuk RS : 02-05-2012
No.RMK : 4622312
Alloanamnesis pada Ibu Pasien
KU : Mencret disertai muntah
RPS : Sejak 3 hari sebelum masuk rumah sakit anak mencret. Mencret lebih dari 10x
sehari, kurang lebih setengah gelas belimbing setiap mencret, konsistensi cair dan
terdapat ampas berwarna kekuningan, terdapat darah di sangkal dan lendir di sangkal.
Sebelum mencret penderita juga mengalami muntah 4x sebanyak kurang lebih setengah
gelas belimbing tiap muntah. muntah terutama setelah makan minum dan muntah
berisikan makanan dan cairan. Pada awalnya anak rewel dan terus menangis disertai
tambah sering menetek dengan minum sangat bernafsu (seperti kehausan) namun sejak 2
hari terakhir anak mulai malas untuk menetek dan tampak amat lemas. Menurut Ibu OS,
anaknya juga mengalami demam sejak mencret muncul. Demam terus menerus, muncul
mendadak, dan langsung tinggi. Riwayat kejang disangkal. Penderita masih bisa BAK
dengan lancar, sehari 3 kali BAK. Gejala mimisan atau gusi berdarah disangkal. Dirumah
tidak ada yang menderita demam berdarah dan tidak ada penyemprotan pada hari – hari
terakhir. Keluhan nyeri telinga disangkal. Nyeri saat buang air kecil disangkal, nyeri saat
menelan disangkal, nyeri perut disangkal.
Sehari-hari menurut ibu OS satu keluarga biasa meminum air yang berasal dari air
sumur yang telah dimasak. Seluruh alat makan dicuci menggunakan air sumur yang
sama. Botol susu biasanya hanya dicuci dengan menggunakan air biasa bukan air
mendidih.
a. Riwayat penyakit dahulu :
Sebelumnya pasien belum pernah menderita penyakit seperti ini. Riwayat
asma disangkal. Riwayat batuk lama disangkal. Riwayat trauma disangkal
b. Riwayat penyakit keluarga :
Riwayat alergi disangkal, riwayat asma dan TBC disangkal.
c. Riwayat pengobatan
Pasien sudah berobat di bidan dan diberi obat penurun panas
d. Riwayat Alergi
Alergi obat atau makanan disangkal. Riwayat alergi pada orang tua
disangkal
e. Riwayat kehamilan :
Selama hamil ibu pasien memeriksakan kehamilan ke bidan 1 bulan
sekali. Ibu hamil An. K pada usia 20 tahun. Ini adalah kehamilan pertama kalinya.
Selama hamil ibu tidak menderita hipertensi, diabetes melitus, eklampsia atau
penyakit berat lainnya. Ibu makan dan minum sesuai anjuran bidan.
f. Riwayat Kelahiran :
By.K lahir cukup bulan ( 9 bulan) dirumah ditolong oleh bidan di RSUD
Cianjur. Pasien merupakan anak pertama dari ibu G1P1A0. Pasien lahir spontan
dan langsung menangis. Berat lahir 2900 gr, panjang badan 47 cm dan lingkar
kepala ibu tidak tahu. Warna air ketuban ibu juga tidak tahu. Diakui ibu tidak
terdapat penyulit saat persalinan.
g. Riwayat pemberian makanan :
- Anak diberikan ASI eksklusif tanpa makanan tambahan apapun semenjak
lahir hingga sekarang.
- Kesan : pemberian makanan sesuai dengan usia.
h. Riwayat perkembangan
- Motorik kasar :
Usia 3 bulan sudah bisa mengangkat kepala
Usia 8 bulan sudah bisa merangkak
Usia 11 bulan sudah bisa berdiri namun masih suka terjatuh
- Motorik halus :
Usia 6 bulan sudah bisa menggapai benda
Usia 10 memukulkan 2 benda (saling disentuhkan)
- Bahasa : sudah bisa mengoceh dan bisa menyebutkan mama
- Sosial : berespon terhadap orang yang baru dikenal, dan sudah bisa
tersenyum.
Kesan : perkembangan sesuai usia
i. Riwayat imunisasi :
- Hepatitis B, BCG, Polio saat lahir
- DPT dengan HB di kombo sudah 3 kali
- Polio (ditetes) sudah 3 kali
- Campak (di paha) 1 kali
Kesan : Imunisasi dasar lengkap sesuai usia.
PEMERIKSAAN FISIK
• Keadaan Umum : Tampak lemah, malas menetek
• Kesadaran : Letargis
Tanda Vital
• Suhu : 37,6 oC
• Nadi : 156 x/menit
• Pernapasan : 52x/menit
Status Antropometri
• Panjang Badan : 74 cm
• Berat Badan : 8 kg
• LK : 45 cm
• BB/U = (8/9) x 100 % = 88% (Gizi baik)
• TB/U = (74/73) x 100% = 101,3 % (Tinggi baik/normal)
• BB/TB = (8/9.4) x 100% = 85 % (Gizi baik)
Kesan: Status gizi baik
Status Generalis
Kepala
• Bentuk : Normocephal, Ubun-ubun cekung(+)
• Mata : Cekung (+), konjungtiva tidak anemis, sklera tidak ikterik, air
mata masih keluar (+)
• Hidung : Sekret (-), darah (-) ,PCH (-)
• Telinga : Sekret (-), serumen (-)
• Mulut : Mukosa mulut kering (+), POC (-)
Leher :Pembesaran KGB (-), Retraksi SS (-)
Thorax
• Pulmo
• Inspeksi : Pergerakan dinding thorax kiri-kanan simetris, tidak ada
bekas luka, tidak ada benjolan, retraksi ICS (-)
• Palpasi : vocal fremitus sulit dinilai
• Perkusi : Sonor pada seluruh lapang paru kiri-kanan
• Auskultasi : Suara nafas vesikuler diseluruh lapang paru kiri-kanan.
Ronkhi (-/-), wheezing (-/-)
• Cor
• Inspeksi : Ictus cordis tidak tampak
• Palpasi : Ictus cordis teraba di ICS 4 linea midklavikula sinistra.
• Auskultasi : Bunyi jantung I dan II reguler, murmur (-), gallop (-)
Abdomen
• Inspeksi : Supel, datar, retraksi epigastrium (-).
• Auskultasi : Bising usus meningkat
• Palpasi : Nyeri pada epigastrium (-),turgor kulit menurun >2 detik
• Perkusi : Timpani pada keempat kuadran abdomen
Ekstremitas :
• Akral hangat, Edema (-), CRT < 2 detik
Pemeriksaan Penunjang
Laboratorium
02-05-2012
Hematologi
Leukosit : 8,1 . 103 µ/L
Hemoglobin : 11,5 gr/dl
Hematokrit : 24,7 gr%
MCV : 72,7 fl
MCH : 24,1 pg
MCHC : 33.1 g/dl
Trombosit : 266 ribu
RESUME:
An.K usia 11 bulan, mencret sejak 3 hari sebelum masuk rumah sakit. Mencret
>10x/hari, Sebanyak ± setengah gelas belimbing tiap mencret, konsistensi cair, Ampas
(+) kuning, Lendir (-), Darah (-). Muntah(+) 4x SMRS, muntah makanan dan cairan.
Demam (+) sejak mencret muncul,terus menerus, muncul mendadak, langsung tinggi.
Anak tampak lemah dan malas menetek.
Diagnosa Kerja
Diare akut dengan dehidrasi berat e.c Viral infection
Diagnosa Banding
Diare akut dengan dehidrasi berat e.c Bacterial infection
Rencana diagnosis
Pemeriksaan Darah dan Elektrolit
Pemeriksaan Feses
Rencana penatalaksanaan:
• Infus RL@30cc/kgBB dalam 1 jam (240 x 15) /60= 60 tetes/menit
o Dilanjutkan Infus RL 70cc/kgbb dalam 5 jam (560 x 15)/300 = 28
tetes/menit
o Dilanjutkan Infus RL (8x(120+30)) / 96 = 12 tetes/menit
• Propyretic supp 80mg 3 x 1
• Ondansetron 2 x 1.2 mg
• Zinc syrup 1 x 1 cth
• Diet bubur saring
Prognosis
• Quo ad vitam : bonam
• Quo ad Functionam : bonam
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
DIARE AKUT PADA ANAK
2.1. Definisi
Diare akut adalah buang air besar lembek /cair bahkan dapat berupa air saja yang
frekuensinya lebih sering biasanya (biasanya dalam sehari 3 kali atau lebih) dan
berlangsung kurang dari 7 hari.
2.2 Epidemiologi
Di Amerika Serikat, 20-35 juta kejadian diare terjadi setiap tahunnya. Di dunia
sebesar 6 juta anak meninggal tiap tahunnya karena diare, di mana sebagian kematian
tersebut terjadi di negara berkembang. Penyakit diare adalah salah satu penyebab utama
morbiditas dan mortalitas pada anak di seluruh dunia, yang menyebabkan 1 miliar
kejadian sakit dan 3-5 juta kematian setiap tahunnya. (Parashar,2003).
Di Indonesia dilaporkan bahwa setiap anak mengalami diare sebanyak 1-2
episode per tahun (Depkes, 2003). Berdasarkan survei demografi kesehatan Indonesia
tahun 2002-2003, prevalensi diare pada anak – anak dengan usia kurang dari 5 tahun di
Indonesia adalah : laki-laki 10,8% dan perempuan 11,2%. Berdasarkan umur, prevalensi
tertinggi terjadi pada usia 6-11 bulan(19,4%), 12-23 bulan (14,8) dan 24-35 bulan (12,0)
(Biro pusat statistik, 2003).
Berdasarkan laporan WHO 2003, kematian akibat diare di negara berkembang
telah turun dari 4,6 juta tahun 1982 menjadi 2,5 juta kematian pada tahun 2003. Di
Indonesia angka kematian diare juga telah turun tajam dari 40% tahun 1972 menjadi 24,9
pada tahun 1980, 10% tahun 1985 hingga 7,4 % tahun 1996 dari semua kasus kematian.
Walaupun angka kematian karena diare telah turun, angka kesakitan karena diare tetap
tinggi baik di negara maju maupun di negara berkembang.
Diare akut sampai saat ini masih merupakan masalah kesehatan, tidak saja di
negara berkembang tetapi juga di negara maju. Penyakit diare masih sering menimbulkan
KLB (Kejadian Luar Biasa) dengan penderita yang banyak dalam waktu yang singkat.
2.3 Etiologi
1. Faktor infeksi
a. Infeksi enteral (infeksi saluran pencernaan makanan yang merupakan penyebab
utama diare)
Infeksi bakteri : vibrio, E. coli, salmondla, shigella, campylo bacter,yersinia,
aeromonas, dan sebagainya
Infeksi virus : enterovirus, adenovirus, rotavirus, astrovirus, daii lain-lain
Infeksi parasit : cacing (ascaris), protozoa (entamoeba histolytica,giardia
lamblia, tricomonas hominis dan jamur (candida albicans)
b. Infeksi parenteral (infeksi diluar alat pencernaan) seperti: OMA (Otitis Media
Akut), tonsilitis, tonsilofaringitis, bronkopneumonia, ensefalitis, dan sebagainya
(sering terjadi pada bayi dan umur dibawah 2 tahun)
2. Faktor Malabsorpsi
a. Malabsorbsi karbohidrat
Disakarida ; intoleransi laktosa, maltosa dan sukrosa
Monosakarida: intoleransi glukosa, fruktosadan galaktosa
b. Malabsorbsi lemak
c. Malabsorbsi protein
3. Faktor makanan
Makanan besi, beracun, alergi terhadap makanan
4. Lain-lain
a. Imunodefisiensi
b. Gangguan psikologis (cemas dan takut)
c. Faktor-faktor langsung:
KKP (Kurang Kalori Protein)
Kesehatan pribadi dan lingkungan
Sosioekonomi
2.4 Patofisiologi
Menurut patofisiologinya diare dibedakan dalam beberapa kategori yaitu diare
osmotik, sekretorik dan diare karena gangguan motilitas usus.
- Diare osmotik terjadi karena terdapatnya bahan yang tidak dapat diabsorpsi
oleh usus akan difermentasi oleh bakteri usus sehingga tekanan osmotik di
lumen usus meningkat yang akan menarik cairan.
- Diare sekretorik terjadi karena toxin dari bakteri akan menstimulasi cAMP
dan cGMP yang akan menstimulasi sekresi cairan dan elektrolit.
- Diare karena gangguan motilitas usus terjadi akibat adanya gangguan pada
kontrol otonomik, misal pada diabetik neuropati, postvagotomi, post reseksi
usus serta hipertiroid.
Mekanisme primer yang menyebabkan diare akut adalah:
1. Rusaknya vili-vili di sekitar daerah brush boarder usus halus, yang menyebabkan
malabsorbsi yang menyebabkan diare karena gangguan osmotik.
2. Kuman yang melepaskan toxin yang berikatan dengan enterosit reseptor yg spesifik
yang menyebabkan terlepasnya ion klorida kedalam membran intestinal sehingga
menyebabkan gangguan absorbsi sehingga menyebabkan diare.
Patogenesis terjadinya diare yang disebabkan virus yaitu virus yang masuk
melalui makanan dan minuman sampai ke enterosit, akan menyebabkan infeksi dan
kerusakan villi usus halus. Enterosit yang rusak diganti dengan yang baru yang fungsinya
belum matang, villi mengalami atropi dan tidak dapat mengabsorpsi cairan dan makanan
dengan baik, akan meningkatkan tekanan koloid osmotik usus dan meningkatkan
motilitasnya sehingga timbul diare.
Diare karena bakteri terjadi melalui salah satu mekanisme yang berhubungan
dengan pengaturan transpor ion dalam sel-sel usus cAMP, cGMP, dan Ca dependen.
Patogenesis terjadinya diare oleh salmonella, shigella, E coli agak berbeda dengan
patogenesis diare oleh virus, tetapi prinsipnya hampir sama. Bedanya bekteri ini dapat
menembus (invasi) sel mukosa usus halus sehingga depat menyebakan reaksi
sistemik.Toksin shigella juga dapat masuk ke dalam serabut saraf otak sehingga
menimbulkan kejang. Diare oleh kedua bakteri ini dapat menyebabkan adanya darah
dalam tinja yang disebut disentri.
4. Gangguan gizi
Sewaktu anak menderita diare, sering terjadi gangguan gizi dengan akibat terjadinya
penurunan berat badan dalam waktu singkat. Hal ini disebabkan karena :
a. Makanan sering dihentikan oleh orang tua karena takut diare dan/atau
muntahnya akan bertambah berat.
b. Walaupun susu diteruskan, sering diberikan dengan pengenceran.
c. Makanan yang diberikan sering tidak dapat dicerna dan diabsorbsi dengan baik
karena adanya hiperperistaltik.
5. Gangguan sirkulasi
Sebagai akibat diare dengan/tanpa disertai muntah, dapat terjadi gangguan
sirkulasi darah berupa rejatan (shock) hipovolemik. Akibatnya perfusi jaringan berkurang
dan terjadi hipoksia dan asidosis bertambah berat. Kemudian dapat mengakibatkan
perdarahan di otak yang menimbulkan turunnya kesadaran (soporokomatusa) dan bila
tidak segera ditangani penderita dapat meninggal.
2.7. Kriteria Diagnosis
a. Anamnesis
Lama diare berlangsung, frekuensi diare dalam sehari, warna dan konsistensi
tinja, lendir dan atau darah dalam tinja
Muntah, rasa haus, rewel, anak lemah, kesadaran menurun, buang air kecil
terakhir, demam, sesak, kejang, kembung
Jumlah cairan yang masuk selama diare
Jenis makanan dan minuman yang diminum selama diare, mengonsumsi
makanan yang tidak biasa
Penderita diare disekitarnya dan sumber air minum
b. Pemeriksaan fisik
Keadaan umum, kesadaran, dan tanda vital
Tanda utama: keadaan umum gelisah/cengeng atau lemah/letargi/koma, rasa
haus, turgor kulit abdomen menurun
Tanda tambahan: ubun-ubun besar, kelopak mata, air mata, mukosa bibir,
mulu, dan lidah
Berat badan
Tanda gangguan keseimbangan asam basa dan elektrolit, seperti napas cepat
dan dalam (asidosos metabolik), kembung (hipokalemia), kejang (hipo atau
hipernatremia)
Penilaian derajat dehidrasi dilakukan sesuai kriteria berikut:
Tanpa dehidrasi (kehilangan cairan < 5% berat badan)
Tidak ditemukan tanda utama dan tandda tambahan
Keadaan umum baik, sadar
Ubun-ubun besar tidak cekung, mata tidak cekung, air mata ada,
mukosa mulut dan bibir basah
Turgor abdomen baik, bising usus normal
Akral hangat
Dehidrasi ringan sedang (kehilangan cairan 5-10% berat badan)
Apabila didapatkan 2 tanda utama ditambah 2 atau lebih tanda
tambahan
Keadaan umum gelisah atau cengeng
Ubun-ubun besar sedikit cekung, mata sedikit cekung, air mata kurang,
mukosa mulut dan bibir sedikit kering
Turgor kurang, akral hangat
Dehidrasi berat (kehilangan cairan > 10% berat badan)
Apabila didapatkan 2 tanda utama ditambah dengan 2 atau lebih tanda
tambahan
Keadaan umum lemah, letargi, atau koma
Ubun-ubun sangat cekung, mata sangat cekung, air mata tidak ada,
mukosa mulut dan bibir sangat kering
Turgor sangat kurang dan akral dingin
c. Laboratorium
Pemeriksaan laboratorium lengkap pada diare akut pada umumnya tidak
diperlukan, hanya pada keadaan tertentu mungkin diperlukan misalnya penyebab
dasarnya tidak diketahui atau ada sebab-sebab lain selain diare akut atau pada
penderita dengan dehidrasi berat. Contoh : pemeriksaan darah lengkap, kultur
urine dan tinja pada sepsis atau infeksi saluran kemih. Pemeriksaan laboratorium
yang kadang-kadang diperlukan pada saat diare akut :
Darah: darah lengkap, serum elektrolit, analisa gas darah, glukosa darah, kultur
dan kepekaan terhadap antibiotika.
Feses :
PH asam diare osmotic
Leukosit > 5 / LPB disentri
Hal yang dinilai pada pemeriksaan feses:
- Makroskopis : konsistensi, warna, lendir, darah, bau
- Mikroskopis : leukosit, eritrosit, parasit, bakteri
Bentuk klinis diare berdasarkan penyebabnya :
d. Pemberian Zinc
Zinc merupakan salah satu mikronutrien yang penting dalam tubuh. Lebih dari 90
macam enzim dalam tubuh memerlukan zinc sebagai kofaktornya, termasuk enzim
superoksida dismutase (Linder,1999). Enzim ini berfungsi untuk metabolisme
radikal bebas superoksida sehingga kadar radikal bebas ini dalam tubuh berkurang.
Pada proses inflamasi, kadar radikal bebas superoksida meningkat, sehingga dapat
merusak berbagai jenis jaringan termasuk jaringan epitel dalam usus (Cousins et al,
2006).
Zinc yang ada dalam tubuh akan hilang dalam jumlah besar pada saat seorang anak
menderita diare. Dengan demikian sangat diperlukan pengganti zinc yang hilang
dalam proses kesembuhan seorang anak dan untuk menjaga kesehatannya di bulan-
bulan mendatang.
Mulai tahun 2004, WHO-UNICEF merekomendasikan suplemen Zinc untuk terapi
diare karena suplementasi zinc telah terbukti menurunkan jumlah hari lamanya
seorang anak menderita sakit, menurunkan tingkat keparahan penyakit tersebut, serta
menurunkan kemungkinan anak kembali mengalami diare 2-3 bulan berikutnya.
Banyak uji klinik yang melaporkan bahwa suplemen Zinc sangat bermanfaat untuk
membantu penyembuhan diare. Zinc sebaiknya diberikan sampai 10-14 hari,
11
walaupun diarenya sudah sembuh. Sayangnya suplemen Zinc ini belum banyak
beredar di apotek di Indonesia. Di beberapa RS besar di Indonesia telah
menggunakan suplemen Zinc dalam bentuk suspensi untuk penatalaksanaan diare
akut.
Adapun cara pemberian Tablet Zinc yaitu :
Untuk bayi usia di bawah 6 bulan berikan setengah tablet zinc (10mg) sekali
sehari selama sepuluh hari berturut-turut.
Untuk anak usia 6 bulan ke atas berikan satu tablet zinc (20 mg) sekali sehari
selama sepuluh hari berturut-turut.
Larutkan tablet tersebut dengan sedikit (beberapa tetes)air matang atau ASI dalam
sendok teh.
Jangan mencampur tablet zinc dengan oralit
Tablet harus diberikan selama sepuluh hari penuh (walaupun diare telah berhenti
sebelum 10 hari)
Apabila anak muntah sekitar setelah jam setelah pemberian tablet zinc, berikan
lagi tablet zinc dengan cara memberikan potongan lebih kecil dan berikan
beberapa kali hingga satu dosis penuh.
Bila anak menderita dehidrasi berat dan memerlukan cairan infus,tetap berikan
tablet zinc segera setelah anak dapat minum atau makan.
e. Pemberian Probiotik
Probiotik adalah suatu suplemen makanan, yang mengandung bakteri atau jamur
yang tumbuh sebagai flora normal dalam saluran pencernaan manusia, yang bila
diberikan sesuai indikasi dan dalam jumlah adekuat diharapkan dapat memberikan
keuntungan bagi kesehatan dengan cara meningkatkan kolonisasi bakteri probiotik
didalam lumen saluran cerna sehingga seluruh epitel mukosa usus telah diduduki
oleh bakteri probiotik melalui reseptor dalam sel epitel usus. Dengan mencermati
penomena tersebut bakteri probiotik dapat dipakai dengan cara untuk pencegahan
dan pengobatan diare baik yang disebabkan oleh Rotavirus maupun mikroorganisme
lain, speudomembran colitis maupun diare yang disebabkan oleh karena pemakaian
antibiotika yang tidak rasional (antibiotik asociated diarrhea ) dan travellers’s
diarrhea.
Terdapat banyak laporan tentang penggunaan probiotik dalam tatalaksana diare akut
pada anak. Hasil meta analisa Van Niel dkk menyatakan lactobacillus aman dan
efektif dalam pengobatan diare akut infeksi pada anak, menurunkan lamanya diare
kira-kira 2/3 lamanya diare, dan menurunkan frekuensi diare pada hari ke dua
pemberian sebanyak 1-2 kali. Kemungkinan mekanisme efekprobiotik dalam
pengobatan diare adalah : Perubahan lingkungan mikro lumen usus, produksi bahan
anti mikroba terhadap beberapa patogen, kompetisi nutrien, mencegah adhesi
patogen pada anterosit, modifikasi toksin atau reseptor toksin, efektrofik pada
mukosa usus dan imunno modulasi.
Terdapat berbagai macam jenis probiotik yang hingga saat ini sering digunakan
sebagai suplemen. Golongan yang paling banyak digunakan adalah Lactic Acid
Bacteria (LAB). Golongan LAB dapat mengubah gula dan karbohidrat menjadi asam
laktat, yang berfungsi menurunkan kadar pH saluran gastrointestinal, sehingga
menghambat pertumbuhan bakteri patogen. Contoh strain golongan LAB adalah
Lactobacillus dan Bifidobacterium.
Sejak dipublikasikan pertama kali oleh seorang peneliti Rusia, Eli Metchnikoff, pada
awal abad 20, penelitian tentang probiotik hingga saat ini banyak dilakukan untuk
menguji kemanfaatannya pada populasi anak. Produk komersial yang mengandung
probiotik sebagai suplemen banyak tersedia di pasaran. Kemanfaatan probiotik
terutama banyak dilihat dari aspek pencegahan dan terapi penyakit, terutama
penyakit alergi dan infeksi.
Penggunaan probiotik untuk diare pada anak merupakan fokus studi yang paling
banyak dilakukan dalam penilaian kemanfaatan probiotik. Secara teoritis, probiotik
dapat mengurangi keparahan diare melalui efek kompetisi dengan patogen,
imunomodulator, meningkatkan sekresi IgA mukosa usus, dan mengurangi kejadian
intoleransi laktosa.
Pemberian probiotik terlihat bermanfaat dalam tatalaksana diare akut. Meta-analisis
yang dilakukan oleh Szajewska et al menunjukkan bahwa pemberian suplemen
Lactobacillus mengurangi durasi diare akut sehari lebih cepat dibandingkan plasebo
(95% CI) dengan level of evidence 1a. Efektivitasnya terutama lebih baik pada
mereka dengan etiologi rotavirus, yang merupakan penyebab terbanyak diare akut
pada anak.
f. Pemberian Antibiotik
Sebagian besar kasus diare tidak memerlukan pengobatan dengan antibiotika oleh
karena pada umumnya sembuh sendiri (self limiting). Antibiotik hanya diperlukan
pada sebagian kecil penderita diare misalnya kholera shigella, karena penyebab
terbesar dari diare pada anak adalah virus (Rotavirus). Kecuali pada bayi berusia di
bawah 2 bulan karena potensi terjadinya sepsis oleh karena bakteri mudah
mengadakan translokasi kedalam sirkulasi, atau pada anak/bayi yang menunjukkan
secara klinis gajala yang berat serta berulang atau menunjukkan gejala diare dengan
darah dan lendir yang jelas atau segala sepsis. Anti motilitis seperti difenosilat dan
loperamid dapat menimbulkan paralisis obstruksi sehingga terjadi bacterial
overgrowth, gangguan absorpsi dan sirkulasi.
Beberapa antimikroba yang sering dipakai antara lain:
Kolera : Tetrasiklin 12,5mg/kgBB/ dibagi 3 dosis (3 hari) atau Erytromycin 12,5
mg/kgBB 4x sehari selama 3 hari
Shigella : Ciprofloxacin 15 mg/kgBB 2x sehari selama 3 hari atau Ceftriaxone 50-
100 mg/kgBB 1x sehari IM selama 2-5 hari.
Amebiasis : Metronidasol 10mg/kg/ 3x sehari selama 5 hari (10 hari pada kasus
berat), Untuk kasus berat : Dehidro emetin hidrokhlorida 1-1,5 mg/kg (maks
90mg)(im) s/d 5 hari tergantung reaksi (untuk semua umur)
Giardiasis : Metronidazole 5mg/kgBB 3x sehari selama 5 hari.
h. Pemberian nasehat
Pemberian nasehat kepada orang tua anak (pengasuh) untuk segera membawa anaknya
kepada petugas kesehatan bila anak tidak membaik dalam 3 hari atau menderita
sebagai berikut:
Buang air besar cair lebih sering
Muntah berulang-ulang
Rasa haus yang nyata
Makan atau minum sedikit
Demam
Tinja berdarah
Aturan 2 : Berikan tambahan zinc (10 - 20 mg) untuk anak, setiap hari selama 10 –
14 hari
Zinc dapat diberikan sebagai sirup atau tablet, dimana formulasinya tersedia dan
terjangkau. Dengan memberikan zinc segera setelah mulai diare, durasi dan tingkat
keparahan episode serta risiko dehidrasi akan berkurang. Dengan pemberian zinc selama
10 sampai 14 hari, zinc yang hilang selama diare diganti sepenuhnya dan risiko anak
memiliki episode baru diare dalam 2 sampai 3 bulan ke depan dapat berkurang. (1)
Pada pedoman penatalaksanaan diare sebelumnya tidak ada anjuran untuk
memberikan zinc, namun pada pedoman penatalaksanaan diare WHO 2005 ada anjuran
seperti ini.
Aturan 3 yaitu berikan anak makanan untuk mencegah kurang gizi
Diet bayi yang biasanya harus dilanjutkan selama diare dan ditingkatkan
setelahnya. Makanan tidak boleh ditahan dan makanan anak yang biasa tidak boleh
diencerkan. pemberian ASI harus dilanjutkan. Tujuannya adalah untuk memberikan
makanan yang kaya nutrisipada anak. Sebagian besar anak-anak dengan diare cair
mendapatkan kembali nafsu makan mereka setelah dehidrasi diperbaiki, sedangkan
orang-orang dengan diare berdarah seringkali nafsu makan tetap buruk sampai
penyakitnya sembuh. Anak-anak ini harus didorong untuk mau makan secara normal
sesegera mungkin.
Ketika makanan diberikan, gizi yang cukup biasanya diserap untuk mendukung
pertumbuhan dan pertambahan berat badan. Makan juga mempercepat pemulihan fungsi
usus normal, termasuk kemampuan untuk mencerna dan menyerap berbagai nutrisi.
Sebaliknya, pada anak-anak yang dibatasi makannya dan makanan yang diencerkan dapat
menurunkan berat badan, menyebabkan diare lebih lama dan lebih lambat memulihkan
fungsi usus.
Secara umum, makanan yang sesuai untuk anak dengan diare adalah sama dengan
yang diperlukan oleh anak-anak yang sehat.
o Bayi segala usia yang menyusui harus tetap diberi kesempatan untuk menyusui sesering
dan selama mereka inginkan. Bayi sering menyusui lebih dari biasanya dan ini harus
didukung.
o Bayi yang tidak disusui harus diberikan susu biasa mereka makan (atau susu formula)
sekurang-kurangnya setiap tiga jam, jika mungkin dengan cangkir.
o Bayi di bawah usia 6 bulan yang diberi makan ASI dan makanan lain harus diberikan
ASI lebih banyak. Setelah anak tersebut sembuh dan meningkatnya pasokan ASI,
makanan lain harus diturunkan.
Jika anak usia minimal 6 bulan atau sudah diberikan makanan lunak, ia harus
diberi sereal, sayuran dan makanan lain, selain susu. Jika anak di atas 6 bulan dan
makanan tersebut belum diberikan, maka harus dimulai selama episode diare atau segera
setelah diare berhenti. Daging, ikan atau telur harus diberikan, jika tersedia. Makanan
kaya akan kalium, seperti pisang, air kelapa hijau dan jus buah segar akan bermanfaat.
Berikan anak makanan setiap tiga atau empat jam (enam kali sehari). Makan porsi
kecil yang Sering, lebih baik daripada makan banyak tetapi lebih jarang. Setelah diare
berhenti, dapat terus memberi makanan dengan energi yang sama dan membrikan satu
lagi makan tambahan daripada biasanya setiap hari selama setidaknya dua minggu. Jika
anak kekurangan gizi, makanan tambahan harus diberikan sampai anak telah kembali
berat badan normal-untuk-height.
Aturan 4 Bawa anak ke petugas kesehatan jika ada tanda-tanda dehidrasi atau
masalah lainnya
Ibu harus membawa anaknya ke petugas kesehatan jika anak:
• Buang air besar cair sering terjadi
• Muntah berulang-ulang
• Sangat haus
• Makan atau minum sedikit
• Demam
• Tinja Berdarah
• Anak tidak membaik dalam tiga hari.
Pedoman diare yang sebelumnya hanya mempunyai 3 aturan saja. Namun WHO
2005 menambahkan pemberian zinc pada rencana terapi A ini.
2.3.2 Rencana Terapi B: Terapi rehidrasi oral untuk anak-anak dengan dehidrasi
ringan-sedang
Jika berat badan anak diketahui maka hal ini harus digunakan untuk menentukan jumlah larutan
yang tepat. Jumlah larutan ditentukan dari berat badan (Kg) dikalikan 75 ml. Jika berat badan anak tidak
diketahui maka penentuan jumlah cairan ditentukan berdasarkan usia anak. Seperti yang terlihat pada tabel
2.5.
RENCANA TERAPI C
UNTUK DEHIDRASI BERAT
2.9. Tatalaksana Nutrisi Pada Diare
Ibu perlu dibimbing tentang cara pemberian makanan yang baik pada anak,
mengajari pentingnya meneruskan pemberian makanan penuh selama diare dan
membantu usaha mereka untuk mengikuti anjuran ini. Empat kunci utama tatalaksana
gizi diare yang benar:
Menilai status gizi
Memberi makanan yang tepat pada saat episode diare
Memberi makanan yang tepat pada waktu penyembuhan dengan tindak
lanjutnya.
Komunikasi yang efektif tentang anjuran diet kepada ibu.
Pemberian ASI selama diare tidak boleh di kurangi atau di hentikan tetapi
diperbolehkan sesering atau selama anak menginginkannya. ASI harus di berikan untuk
menambah larutan oralit. Susu sapi atau formula yang biasa di terima bila timbul
dehidrasi maka pemberian susu harus di hentikan selama rehidrasi untuk 4-6 jam dan
kemudian dilanjutkan lagi. Makanan lunak bila anak berumur 4 bulan atau lebih sudah
bisa menerima makanan lunak, makanan ini harus di teruskan. Bayi umur 6 bulan atau
lebih
harus mulai di berikan makanan lunak bila belum pernah di beri. Bila timbul
dehidrasi makanan ini harus di hentikan 4 – 6 jan untuk rehidrasi untuk kemudian di
lanjutkan lagi. Paling tidak separuh makanan diet harus berasal dari makanan porsi kecil
tetapi sering (6 kali atau lebih) dan mereka harus di bujuk untuk makan.
Banyak literatur yang menyebutkan bahwa probiotik memberikan kebaikan dalam
penanganan diare akut pada bayi. Probiotik dengan pemberian dua kali sehari selama 5
hari dipercaya terbukti memberikan kebaikan dalam mengurangi frekuensi, serta durasi
penyakit diare. Probiotik dipercaya dapat mengurangi lama waktu kesakitan, dengan
meningkatkan respon imun, memperbaiki mukosa usus, sebagai substansi penting dalam
antimikroba dan menyeimbangan jumlah mikroba diusus. Angka penguranga dari
frekuensi defekasi secara drastis dalam <3 hari terdapat pada kelompok yang
memeperoleh probiotik dengan kelompok kontrol. Konsistensi faeces yang lebih padat
dan durasi yang lebih pendek pada kelompok probiotik. Rata-rata lama durasi diare juga
mengalami hasil yang signifikan pada kelompok probiotik.
Penderita yang dirawat inap harus ditempatkan pada tindakan pencegahan enterik,
termasuk cuci tangan sebelum dan sesudah kontak dengan penderita, penggunaan jas
panjang bila ada kemungkinan pencemaran dan sarung tangan bila menyentuh bahan
yang terinfeksi. Penderita dan keluarganya harus dididik mengenai cara penularan
enteropatogen dan cara-cara mengurangi penularan.
DAFTAR PUSTAKA
1. Behrman, R.E et.all. Nelson Textbook of Pediatrics. 17th edition. International
Edition. Saunders 2004. p 1239-1241
2. Budiarso, Aswita.dkk. Buku Pedoman Pengendalian Penyakit Diare . Jakarta:
Departement Kesehatan R.I PPM & PLP. 2009
3. Depatemen Kesehatan. Diare Pada Anak . Kamis, 31 September 2010
www.depkes.go.id
4. Ganna, Herry. Melinda, Heda. Ilmu Kesehatan Anak Pedoman Diagnosis dan
Terapi. Edisi 3. Bandung : 2005
5. Santoso, N. Budi, Diare Pada Bayi Dan Anak, Lab/SMF. Ilmu Kesehatan Anak
FK. Unibraw/RSU Dr. Saiful Anwar Malang. 2001
6. Pusponegoro. H, dkk. Standar Pelayanan Medis Kesehatan Anak. Edisi I. Ikatan
Dokter Anak Indonesia. 2004
7. Rasad S., 2005, Radiologi Diagnostik (2nd edition), Balai Penerbit Fakultas
Kedokteran Universitas Indonesia, Jakarta
8. Staf Pengajar Ilmu Kesehatan Anak, 1985, Buku Kuliah 3 Ilmu Kesehatan Anak.
Balai Penerbit Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, Jakarta
LAPORAN KASUS
“Diare Akut dengan Dehidrasi Ringan-Sedang”
Pembimbing :
Dr. Jauhari Tri Wasisto, Sp.A
Di susun Oleh :
Tri Agung Wibowo
2008730041