Anda di halaman 1dari 23

PERJANJIAN JASA KONSTRUKSI

MANAJEMEN KONSTRUKSI KELAS D 2020

Dosen: Ary Setyawan


Materi yang akan dibahas:
1. Pengertian Perjanjian (JK).
2. Subyek Perjanjian (JK).
3. Obyek Perjanjian (JK).
4. Keabsahan Perjanjian (JK).
5. Akibat Hukum Perjanjian (JK).
6. Model Perjanjian JK.
7. Penyelesaian Sengketa Di
Bidang JK.
8. Variasi Perjanjian di bidang
JK.
note:
istilah kontrak dan perjanjian digu-
nakan secara bergantian dengan
makna yang sama
Dalil-Dalil Dalam Perjanjian
1. Pacta Sunt Servanda (janji itu mengikat).
Promissorum Implendorum Obligatio (kita
harus memenuhi janji kita).
2. Penerapan asas persamaan kedudukan para
pihak dalam perjanjian.
1. PENGERTIAN PERJANJIAN (KONTRAK JK)

• Suatu perbuatan hukum yang mana dua orang


atau lebih saling mengikatkan diri,yang
menimbulkan akibat hukum berupa pemenuhan
hak dan kewajiban pada masing-masing pihak.

• Hak dan kewajiban tersebut berupa prestasi , yang


dapat berupa menyerahkan suatu benda, melakukan
suatu perbuatan atau tidak melakukan suatu perbuatan
2. SUBYEK PERJANJIAN

1. Pengguna JK
2. Penyedia JK- Psl 5 UU JK dapat berbentuk orang
perseorangan atau Badan Usaha.
PT
KOPERASI
BERBADAN
HUKUM
BADAN
USAHA TIDAK
BERBADAN CV
HUKUM Firma

BADAN
BERSIFAT Negara
BUKAN BERBA- PUBLIK Propinsi
BADAN DAN
USAHA
HUKUM
BERSIFAT
PRIVAT Yayasan
3. OBYEK PERJANJIAN JK
Bidang JK meliputi:
a. Pekerjaan arsitektural dan/atau
b. Sipil dan/atau
c. Mekanikal dan/atau
d. Elektrikal dan/atau
e. Tata Lingkungan
Jenis Pekerjaan JK:
a. Layanan Jasa Perencanaan, yang meliputi rangkaian
kegiatan atau bagian-bagian dari kegiatan mulai dari
studi pengembangan sampai dengan penyusunan
dokumen kontrak kerja konstruksi.
b. Layanan jasa Pelaksanaan, yang meliputi rangkaian
kegiatan atau bagian-bagian dari kegiatan mulai dari
penyiapan lapangan sampai dengan penyerahan akhir
hasil pekerjaan konstruksi.
c. Layanan jasa pengawasan baik keseluruhan maupun
sebagian pekerjaan pelaksanaan konstruksi mulai dari
pelaksanaan penyiapan lapangan sampai dengan
penyerahan akhir hasil konstruksi.
4. KEABSAHAN PERJANJIAN JK
1. Ada kesepakatan di antara para pihak.
2. Para Pihak cakap dan berwenang menurut hukum (
Pasal 8 UU JK):memenuhi persyaratan usaha,
Keahlian dan Keterampilan.
a. Perencana:
- Badan: ada ijin usaha di bidang JK
mempunyai sertifikat klasifikasi
dan kualifikasi perusahaan JK
- Orang perseorangan: mempunyai
sertifikat keahlian.
- Orang perseorangan yang dipekerja-
kan Badan : mempunyai sertifikat
keahlian.
b. Pelaksana:
- Badan : -------- idem--------
- Orang perseorangan: sertifikat keterampil
an kerja dan sertifikat keahlian kerja.
- orang yang dipekerjakan badan : ---- idem-------
c. Pengawas :
- Badan : ---------- idem-----------
- orang perseorangan : mempunyai sertifikat keahlian.
- orang yang dipekerjakan Badan :mempu-
nyai sertifikat keahlian.
• Tenaga kerja yang melaksanakan pekerjaan keteknikan
yang bekerja pada pelaksana konstruksi harus memiliki
sertifikat keterampilan dan keahlian kerja.
Keabsahan Perjanjian JK- lanjutan
3. Hal tertentu : Obyek perjanjian.
4. Causa yang halal : Isi dan tujuan
perjanjian tidak bertentangan dengan
undang-undang, kesusilaan, ketertiban
umum.
5.MODEL PERJANJIAN JK
1. Common law system - induktif
2. Civil law system – deduktif
Misalnya model kontrak dari FIDIC
(Federation Internationale des Ingenieurs
Conseils atau International Federation of
Consultant Engineers (Federasi
Internasional Konsultan Teknik).
CIRI MODEL KONTRAK FIDIC
• Kontrak model FIDIC lebih didominasi oleh sistem
hukum common law .
• Kontrak sangat rinci,(distandarisir, dengan format:
a. General Condition, berisi ketentuan-ketentuan umum,
antara lain:Definisi dan interpretasi; Tugas dan
wewenang Pengawas Teknik dan Wakil Pengawas
Teknik; Penyerahan Tugas dan Subkontrak; Dokumen
kontrak; kewajiban hukum; Tenaga kerja;
Tanggungjawab terhadap kerusakan/cacat;
Perubahan,Penambahan dan Penghapusan; Prosedur
Klaim; Pembayaran;
Resiko; Penyelesaian Sengketa; Perubahan-perubahan
biaya; dan atau perubahan mata uang.

b. Ketentuan Khusus, berisi definisi; Tugas dan wewenang


Pengawas Teknik; Bahasa kontrak dan hukum yang
berlaku; Saat berlakunya kontrak; Jaminan
Pelaksanaan; Keselamatan, Keamanan dan
Perlindungan Lingkungan; Asuransi Pekerjaan dan
Pekerja; Upah;Resiko; Penambahan dan Pengurangan
Pekerjaan; Pengukuran dan metode Pengukuran dsb.
Syarat umum dan khusus, sudah distandarisasi,
sedang bagian lain yang harus diisi dan
ditandatangani oleh para pihak biasanya singkat,
antara lain:
a. Pernyataan bahwa semua kata dan /atau
istilah/ungkapan harus diartikan seperti tercantum
dalam syarat umum kontrak
(General conditions of contract).
b. Pernyataan bahwa dokumen lain merupakan satu
kesatuan dari Perjanjian.
c. Penyedia Jasa harus melaksanakan dan
menyelesaikan pekerjaan sesuai dengan
syarat-syarat kontrak.
d.Kewajiban Pengguna Jasa untuk
membayar hasil pekerjaan dari Penyedia
Jasa sesuai ketentuan yang tercantum
dalam kontrak.
6. Isi Perjanjian JK
1. Negotiated contract : Isi perjanjian
merupakan hasil negosiasi para pihak.
2. Standardized contract : Isi perjanjian
sudah dirancang secara sepihak.
----------Causa harus halal------------
7. AKIBAT HUKUM PERJANJIAN JK
Pasal 1338 KUHPerdata:
Perjanjian yang dibuat secara sah,
mengikat sebagai undang-undang bagi
para pihak yang membuatnya.
Sebagai dasar untuk penegakan hukum.
8. PENYELESAIAN SENGKETA DI
BIDANG JK
1. Apabila para pihak telah mengatur hukum yang
berlaku, forum yang dipilih, pemilihan domisili, di
dalam kontrak maka isi kontrak tersebut akan
mengikat sebagai UU bagi para pihaknya.
2. Apabila kontrak mereka tidak mengatur cara
penyelesaian sengketa, maka para pihak dapat
menyepakati cara penyelesaian sengketa setelah
sengketa terjadi, atau mengajukan sengketa melalui
pengadilan.
SEBAB-SEBAB TERJADINYA SENGKETA
DALAM KONTRAK
• Perbedaan penafsiran mengenai pelaksanaan kontrak,
termasuk:
a. controversy ( kontroversi pendapat).
b. misunderstanding (salah pengertian).
c. disagreement (ketidaksepakatan)
• Breach of contract (pelanggaran kontrak).
• Termination of contract (pengakhiran kontrak).
• Claim mengenai ganti rugi atas wanprestasi.
BERDASARKAN FIDIC (Federation
Internationale des Ingenieurs Conseils).
1. Apabila terjadi sengketa antara penyedia jasa dan
pengguna jasa, apapun bentuknya,pertama-tama harus
dinyatakan secara tertulis kepada pengawas teknik dengan
tembusan kepada pihak lainnya.
2. Selambat-lambatnya dalam waktu 84 hari setelah
pemberitahuan adanya sengketa diterima oleh Pengawas,
keputusannya diberitahukan kepada para pihak.
3. Apabila salah satu pihak atau para pihak tidak
puas dengan keputusan Pengawas Teknik,
dapat diusulkan penyelesaian melalui arbitrase.

4.Apabila para pihak menerima keputusan


Pengawas Teknik, maka keputusan tersebut
bersifat final and binding bagi para pihak.

Anda mungkin juga menyukai