Anda di halaman 1dari 3

Faktor Yang Harus Diperhatikan Dalam Kontrak EPC

UU Jasa Konstruksi tidak mengatur mengenai dokumen apa saja yang termasuk dalam kontrak
kerja konstruksi. Namun, Pasal 76 PP Nomor 22/2020 mengatur bahwa kontrak kerja
konstruksi terdiri atas beberapa dokumen yang memuat paling sedikit meliputi:

a) surat perjanjian yang ditandatangani oleh Pengguna Jasa dan Penyedia Jasa yang
paling sedikit memuat:
1.      uraian para pihak;
2.      konsiderasi;
3.      lingkup pekerjaan;
4.      hal pokok seperti harga kontrak, jangka waktu pelaksanaan kontrak; dan
5.      daftar dokumen yang mengikat beserta urutan hierarki.

b) Syarat khusus kontrak yang berisi data informasi pekerjaan dan ketentuan perubahan
yang diizinkan oleh syarat umum kontrak berdasarkan karakteristik khusus pekerjaan;
c) syarat umum kontrak yang berisi ketentuan umum yang mengatur perikatan
berdasarkan sistem penyelenggaraan, lingkup pekerjaan, cara pembayaran dan sistem
perhitungan hasil pekerjaan;
d) dokumen Pengguna Jasa yang merupakan bagian dari dokumen pemilihan yang
menjadi dasar bagi Penyedia Jasa untuk menyusun penawaran, yang berisi lingkup
tugas dan persyaratannya meliputi, persyaratan spesifikasi pekerjaan, gambar-gambar,
daftar keluaran/ kuantitas dan harga;
e) usulan atau penawaran, yang disusun oleh Penyedia Jasa berdasarkan dokumen
pemilihan yang berisi metode, harga penawaran, jadwal waktu, dan sumber daya;
f) berita acara berisi kesepakatan yang terjadi antara Pengguna Jasa dan Penyedia Jasa
selama proses evaluasi usulan atau penawaran oleh Pengguna Jasa berupa klarifikasi
atas hal yang menimbulkan keraguan;
g) surat pernyataan dari Pengguna Jasa yang menyatakan menerima atau menyetujui
usulan atau penawaran dari Penyedia Jasa; dan
h) surat pernyataan dari Penyedia Jasa yang menyatakan kesanggupan untuk
melaksanakan pekerjaan.

Pengaturan mengenai standar kontrak atau model kontrak tersebut mengacu pada bentuk
standar dokumen kontrak dari Fédération Internationale des Ingénieurs-Conseils (FIDIC).
Standard dokumen yang berisi prasyarat dan kondisi kontrak (contract-types of manuals) serta
formulir-formulir dokumen kontrak dari FIDIC biasa digunakan untuk proyek-proyek konstruksi
secara luas di seluruh dunia, termasuk di Indonesia.
Standar dokumen dari The Conditions of Contract for Construction for Building and Engineering
Works Designed by the Employer (biasa disebut ‘CONS’ atau ‘Red Book’) adalah standar yang
paling sering digunakan untuk proyek konstruksi global termasuk di Indonesia. Mengacu pada
standar FIDIC Red Book itu, dokumen-dokumen yang harus ada dalam dokumen kontrak kerja
konstruksi secara urutan prioritas interpretasinya, antara lain:

1. the Contract Agreement


2. the Letter of Acceptance
3. the Letter of Tender
4. the Particular Conditions
5. the General Conditions
6. the Specifications
7. the Drawings
8. the Schedules and any other documents forming part of the Contract.

Apa yang dimaksud dokumen Contract Agreement (perjanjian kontrak) sama dengan apa yang
dimaksud surat perjanjian dalam PP Nomor 22/2020. Perjanjian kontrak hanya dokumen yang
simpel berisi komparisi para pihak, konsiderasi, lingkup pekerjaan dan hal hal pokok lainnya
seperti harga kontrak dan jangka waktu pelaksanaan kontrak. Selain itu, perjanjian kontrak juga
berisi klausul daftar dokumen yang harus dianggap dan ditafsirkan sebagai bagian dari
perjanjian atau dokumen perjanjian. Dalam praktik, dokumen perjanjian kontrak biasanya hanya
terdiri dalam 2 halaman saja.

Syarat Khusus dan Syarat Umum Kontrak


z
Dalam standar kontrak FIDIC, dokumen syarat-syarat kontrak (the Conditions of Contract)
merupakan dokumen terpenting dalam kontrak yang di dalamnya mengatur hak, kewajiban, dan
tanggung jawab para pihak secara menyeluruh. Perbedaan signifikan antara standar kontrak
FIDIC dengan kontrak yang disusun sendiri tanpa standar (bespoke) yaitu adanya pemisahan
syarat-syarat kontrak menjadi dua bagian, yaitu: syarat khusus kontrak (particular conditions)
dan syarat umum kontrak (general conditions). Di Indonesia, standar dokumen kontrak seperti
itu biasa digunakan untuk proyek-proyek yang dikerjakan oleh BUMN atau anak usaha BUMN.
Namun, dalam perkembangannya, proyek-proyek besar yang dikerjakan oleh pihak swasta juga
banyak yang menggunakan standar kontrak seperti itu termasuk proyek-proyek konstruksi di
industri pertambangan mineral dan batubara.

Pada standar FIDIC, syarat khusus kontrak berisi ketentuan-ketentuan spesifik dari proyek
seperti masalah jaminan pelaksanaan, hukum dan bahasa yang berlaku dalam kontrak, sampai
nilai denda keterlambatan pekerjaan dan pembayaran. Syarat khusus kontrak di bagi dua
bagian: (i) Bagian A yang berisi Data Kontrak dan (ii) Bagian B yang berisi ketentuan khusus
yang digunakan oleh para pihak untuk menambahkan atau mengubah ketentuan-ketentuan
yang ada di syarat umum.
Dokumen syarat-syarat umum berisi klausul-klausul detail yang mengatur keseluruhan isi
kontrak. Syarat umum terdiri dari klausul definisi, mekanisme pembayaran pekerjaan,
perhitungan kemajuan pekerjaan, pengakhiran kontrak, dan klausul-klausul pelaksanaan lebih
lanjut dari dokumen perjanjian kontrak dan syarat khusus. Klausul-klausul dalam syarat umum
bersifat “standar” dan tidak dapat diubah. Bahkan untuk alasan hak cipta, FIDIC tidak
mengizinkan para pihak untuk melakukan modifikasi atas klausul-klausul dalam syarat umum
tersebut. Para pihak diberikan keleluasaan untuk mengubah atau menambahkan klausul-
klausul lain yang tidak ada di syarat umum pada dokumen syarat khusus.

Dokumen syarat khusus memiliki kedudukan yang lebih tinggi dibandingkan syarat umum.
Apabila terdapat perbedaan pertentangan interpretasi antara dokumen syarat khusus dengan
syarat umum, maka ketentuan yang digunakan adalah dokumen syarat khusus. Dalam praktik,
terkadang para pihak membuat klausul yang ambigu dan berbeda pada Dokumen Syarat
Khusus dan Syarat Umum. Walaupun ketentuan mengenai hirarki interpretasi dokumen kontrak
sudah jelas, para pihak sebaiknya tetap membuat kontrak dengan jelas tanpa adanya klausul-
klausul yang saling bertentangan satu sama lain. Semakin jelas kontrak disusun, semakin kecil
kemungkinan perselisihan terjadi.

Secara praktis, pemisahan antara syarat khusus dan syarat umum itu berguna karena dapat
memberikan efisiensi waktu pada tahap penyusunan dokumen kontrak. Para pihak dapat
langsung menyepakati syarat-syarat umum kontrak tanpa harus melakukan negosiasi dan
review ketentuan umum itu lebih lanjut. Penerapannya dihitung lebih ekonomis karena tidak
perlu lagi menyusun persyaratan umum pada kontrak-kontrak baru yang akan dibuat nantinya.

Momentum Penggunaan Standar FIDIC

Pasal 77 PP Nomor 22/2020 mengatur bahwa ketentuan penggunaan kontrak konstruksi


dengan dokumen terstandar hanya diwajibkan untuk proyek yang dibiayai oleh dana
APBN/APBD. Sedangkan untuk proyek non APBN/APBD, para pihak masih dapat
menggunakan dokumen kontrak sesuai kesepakatan para pihak tanpa standar tertentu
(bespoke).

Walaupun tidak ada kewajiban pada kontrak-kontrak konstruksi non APBN/APBN, penggunaan
standar dokumen untuk proyek-proyek swasta juga seharusnya dilakukan. Penyusunan
dokumen kontrak dengan mengacu pada standar FIDIC merupakan salah satu cara untuk
menghindari kesalahan penyusunan kontrak konstruksi akibat para pihak tidak terlalu
memahami hubungan kontrak konstruksi. Penggunaan standar FIDIC dapat memitigasi
terjadinya cedera janji serta perselisihan di antara para pihak.

Anda mungkin juga menyukai