Anda di halaman 1dari 5

RESUME SURVEILANS KESEHATAN MASYARAKAT

MANAJEMEN SISTEM SURVEILANS


Disusun guna memenuhi tugas Surveilans Kesehatan Masyarakat
Dosen Pengampu : M. Ari Wuryanto, SKM, M.Epid

DISUSUN OLEH :
Nama : Dini Kusumastuti
NIM : 25010116120013
Kelas : A 2016

FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT


UNIVERSITAS DIPONEGORO
SEMARANG
2018
MANAJEMEN SISTEM SURVEILANS

Objektif
- Mendeskripsikan tipe-tipe system surveilens
- Membedakan antara tipe-tipe system surveilans
- Mendeskripsikan pengumpulan dan entri data
- Mendeskripsikan persoalan dokumentasi dan latihan
- Mendeskripskan laporan dan pembagian data (data sharing)
- Mendeskripsikan peranan pengelola data
- Mendeskripsikan cara-cara mengelola data
Pada pengumpulan data, adanya ketentuan-ketentuan yang ada didalam manajemen, yaitu :
1. Perlu diberlakukannya aturan baik ditingkat local maupu nasional yang menetapkan
tanggungjawab pengumpul dan pelapor data.
2. Dinas kesehatan local harus sadar dan teratur dalam mengirimkan laporan ataupun
data-data kepada Dinas Kesehatan.
3. Semua prosedur petunjuk pelaksanaan dan petunjuk teknis harus terdokumentasi, agar
bisa diingat dan diterapkan.
Dalam manajemen sistem survailans terdapat tanggungjawab pada pengelolaan data dasar
atau sering disebut data base manager. Tanggung jawab tersebut meliputi pengelolaan data
dasar survilans dan pemeliharaan keutuhan dan kelengkapan data dasar. Survailans
membutuhkan ahli-ahli atau tenaga handal dalam pengelolaan berbagai bentuk data, dengan
program-program pelatihan akan meningkatkan kualitas tenaga survailans dengan program
yang dimaksud adalah,
a. Kritis terhadap pelaksanaan harian sistem survailans
b. Menyediakan instruksi yang jelas dan terperinci
c. Mendiskusikan prosedur operasional
d. Menjelaskan secara rinci dan detail pelaksanaan dalam buku latihan
Kategori laporan penyakit yang wajib dilaporkan :
a. Penyakit/cedera individual
b. Total angka pasien yang dilihat
c. Total angka kasus jika ada epidemik
Klasifikasi Sistem Surveilans
Surveilans Pasif
Kekurangan surveilans pasif adalah kurang sensitif dalam mendeteksi kecenderungan
penyakit. Data yang dihasilkan cenderung under-reported, karena tidak semua kasus datang
ke fasilitas pelayanan kesehatan formal. Selain itu, tingkat pelaporan dan kelengkapan
laporan biasanya rendah, karena waktu petugas terbagi dengan tanggungjawab utama
memberikan pelayanan kesehatan di fasilitas kesehatan masing-masing.
Surveilans Aktif
Surveilans aktif menggunakan petugas khusus surveilans untuk kunjungan berkala ke
lapangan, desa-desa, tempat praktik pribadi dokter dan tenaga medis lainnya, puskesmas,
klinik, dan rumah sakit, dengan tujuan mengidentifikasi kasus baru penyakit atau kematian,
disebut penemuan kasus (case finding), dan konfirmasi laporan kasus indeks. Kelebihan
surveilans aktif, lebih akurat daripada surveilans pasif, sebab dilakukan oleh petugas yang
memang dipekerjakan untuk menjalankan tanggungjawab itu. Selain itu, surveilans aktif
dapat mengidentifikasi outbreak lokal. Kelemahan surveilans aktif, lebih mahal dan lebih
sulit untuk dilakukan daripada surveilans pasif.
Sentinel
Sistem surveilans dapat diperluas pada level komunitas, disebut community
surveilance. Dalam community surveilance, informasi dikumpulkan langsung dari komunitas
oleh kader kesehatan, sehingga memerlukan pelatihan diagnosis kasus bagi kader kesehatan.
Definisi kasus yang sensitif dapat membantu para kader kesehatan mengenali dan merujuk
kasus mungkin (probable cases) ke fasilitas kesehatan tingkat pertama.
Metode pemeliharaan integritas sistem:
 Menunjuk otoritas untuk tugas-tugas khusus
 Membuat cadangan di tempat yang aman
 Perbaikan data secara rutin
 Memantau virus computer
 Merancang rencana alternatif
Dalam manajemen sistem surveilans tdapat beberapa teksik modifikasi sistem laporan yaitu
sebagai berikut :
 Mantapkan pengembangan modul
 Mulai pegembangan dalam uji lingkungan
 Hasilkan petunjuk pengolahan data
 Kembangkan pelatihan
 Finalisasi dokumen spesifikasi
 Tinjau kembali metode pengolahan infomasi dan masalah-masalah dalam pengelolaan
data
 Angkat masalah akses
 Kembangkan propotipe
Pertanyaan-pertanyaan yang mungkin muncul

 Pengenalan dan sumber-sumber laporan


 Jalur dan penjadwalan laporan
 Persoalan-persoalan kebijakan dalam pelaporan
 Tanggung jawab pengelola data dasar (Data Base Manager)
 Mengelola data dasar surveilens
 Memelihara integritas/ keutuhan dan kelengkapan data dasar
Program-program pelatihan

 Kritis terhadap pelaksanaan harian sistem surveilens


 Menyediakan instruksi yang jelas dan terinci
 Mendiskusikan prosedur operasional
 Merinci pelaksanaan dalam buku latihan
Proses pelaporan harus:
1. Mengungkapkan kondisi yang lebih sering dilaporkan dari yang diperkirakan
2. Merespon laporan kasus-kasus individual
3. Mendeteksi kasus-kasus kluster
4. Menginformasikan(notifikasi) praktisi kesehatan masyarakat tentang adanya kondisi-
kondisi khusus dalam daerah mereka
5. Memperkuat pentingnya pelaporan
Ciri –ciri laporan baku
a. Menyediakan informasi tentang tempat, waktu dan orang
b. Mudah diintrepretasi ( dipahami)
c. Dihasilkan secara teratur
d. Disajikan dengan grafik
Pembagian data
Data boleh dibagi ketika kondisi investigasi membutuhkan penyelidikan tambahan atau
penngamatan dalam suatu wilayah atau dengan wilayah lain
Tahap-tahap dalam pemeliharaan program yang efektif:
a. Cadangkan data menurut jadwal yang ditetapkan
b. Pelihara rekaman dalam lingkungan yang aman
c. Memerlukan permintaan tertulis untuk pemeriharaan darurat
d. Menetapkan prioritas sesuai dengan urgensi, waktu dan daya yang dibutuhkan
e. Melembagakan pemeriharaan rutin
f. Pemeliharaan dokumentasi

MANAJEMEN SISTEM SURVEILANS TBC


Sistem surveilans TBC dengan memanfaatkan kemajuan teknologi komputer maka
akan dihasilkan informasi yang dapat digunakan untuk mendukung pengambilan keputusan
yang berkaitan dengan kegiatan manajemen mulai dari perencanaan sampai pada evaluasi
Program Penanggulangan Tuberculosis (P2TB). Terdapat tiga hal yang mendorong
pengembanagn sistem informasi surveilans TBC yaitu adanya masalah, peluang, dan arahan
dari manajemen. Arahan dari manajemen merupakan kebutuhan baru yang dikeluarkan oleh
manajemen, pemerintah, atau pihak luar organisasi lainnya.
Suatu sistem informasi manajemen kesehatan termasuk sistem informasi surveilans
tuberculosis (Surveilans TB Paru) sangat penting untuk :
1. Penyusunan kebijakan kesehatan dan perencanaan program penanggulangan TB
2. Mengetahui jangkauan pelayanan P2TB
3. Mengetahui secara cepat kecenderungan keberhasilan pengobatan
Sistem informasi surveilans TB menghasilkan informasi dengan format yang sama
untuk semua tingkat manajemen, tidak disesuaikan dengan kebutuhan informasi pada
masing-masing tingkat manajemen yaitu berupa tabel rekapitulasi penemuan kasus penderita
TB dan hasil pengobatan. Sedangkan pada sistem informasi yang dikembangkan dapat
menghasilkan informasi yang disesuaikan dengan kebutuhan informasi pada tiap tingkatan
manajemen. Kebutuhan informasi hasil kegiatan P2TB didasarkan pada tingkatan manajemen
yaitu :
1) Pimpinan Puncak, bahwa informasi yang dibutuhkan bersifat analisis dan untuk
perencanaan strategis. Pada Sistem Informasi Surveilans TB , Kepala Dinas
Kesehatan sebagai manajer puncak membutuhkan informasi berupa grafik indikator
keberhasilan P2TB.
2) Pimpinan Menengah, informasi yang dibutuhkan bersifat analisis, perencanaan taktis
dan supervisi. Pada Sistem Informasi Surveilans TB, maka informasi yang
dibutuhkan oleh Kepala Sub Dinas Pencegahan dan Pemberantasan sebagai manajer
tingkat menengah adalah laporan hasil evaluasi P2TB.
3) Pimpinan Bawah, informasi yang dibutuhkan digunakan untuk perencanaan tingkat
operasional dan supervisi. Kepala Seksi Pemberantasan penyakit sebagai manajer
tingkat bawah pada Sistem Informasi Surveilans TB membutuhkan informasi
rekapitulasi penemuan kasus dan rekapitulasi hasil pengobatan, berupa tabel.
4) Pelaksana atau staf Seksi Pemberantasan, bahwa informasi yang dibutuhkan bersifat
rutin untuk menunjang kegiatannya. Staf Pemberantasan Penyakit selaku pelaksana
surveilans TB membutuhkan data atau informasi rekapitulasi register TB. Hasil
tersebut sesuai dengan kebutuhan informasi berdasarkan level manajemen, yaitu
a) Manajer puncak, informasi untuk perencanaan strategis dan kebijakan serta
pengambilan keputusan.
b) Manajer menengah, informasi manajemen untuk perencanaan taktis dan
pengambilan keputusan.
c) Manajer bawah, informasi manajemen untuk perencanaan operasional dan
pengendalian.
d) Pelaksana , pengolahan transaksi informasi.

Sumber :
Hastuti, N. M. (2014). Manajemen Surveilans Epidemiologi Penyakit Potensi Kejadian Luar
Biasa (KLB) Di Dinas Kesehatan Kabupaten Karanganyar Tahun 2014 (Doctoral
dissertation, Universitas Muhammadiyah Surakarta).
Sugiarsi, S. (2013). Pengembangan Sistem Informasi Surveilans Tb Berbasis Komputer
Untuk Mendukung Evaluasi Hasil Kegiatan Program Penanggulangan Tb
(P2TB). Speed-Sentra Penelitian Engineering dan Edukasi, 4(1).

Anda mungkin juga menyukai