Anda di halaman 1dari 30

MAKALAH

ALUR PELAYANAN KLINIK SANITASI


KASUS KERACUNAN PESTISIDA PADA PETUGAS PEMBERANTAS HAMA
(Studi Kasus pada Skripsi Hubungan Pengetahuan, Pemakaian Alat Pelindung Diri dan
Lama Pemaparan Pestisida terhadap Aktivitas Cholinesterase Darah Petugas
Pemberantasan Hama di CV. Pradipa Asri Karya Denpasar)

Dibuat Oleh:

Kelompok 4 / KL-2
Dini Kusumastuti 25010116120013
Lutfi Setyowati 25010116120075
Mulia Syakira Ramadhani 25010116140173
Demetrius William Sautmartua 25010116130221
Ayu Shafira Rachmani 25010116130252
Mitha Karunia Baeti 25010116140281
Chika Aldila Cahyani 25010116130328

PEMINATAN KESEHATAN LINGKUNGAN


FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT
UNIVERSITAS DIPONEGORO
2019
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Pengendalian organisme pengganggu pada tanaman dengan pestisida banyak digunakan
oleh petani pada tanaman hirtikultura, baik tanaman buah-buahan ataupun tanaman sayuran
seperti kubis, tomat, semangka, cabai, bawang merah dan lain sebagainya. Hal ini
dikarenkaan tuntutan masyarakat akan mutu produksi hortikultura yang mengutamakan
penampakan luar. Dalam upaya pengendalian hama, pada umumnya petani menggunakan
pestisida sebagai sarana untuk memberikan effect toxic terhadap hama sehingga diharapkan
populasi dapat dikontrol seminimal mungkin.
Pestisida selain digunakan untuk meningkatkan hasil produksi pertanian juga untuk
mengendalikan berbagai vektor penyakit menular (Insectborne Diseases) seperti malaria,
filariasis, dengue hemorrhagic fever (penyakit demam berdarah), dan pes. Salah satu
perusahaan yang bergerak di bidang pemberantasan hama penular penyakit atau serangga
yang mengganggu kegiatan aktifitas manusia adalah Perusahaan Pemberantasan Hama yang
sering disebut Pest Control. Perusahaan ini telah syah menurut peraturan yang berlaku, yang
bergerak dibidang usaha pemberantasan serangga, tikus dan hama pengganggu lainnya
dengan menggunakan pestisida di rumah – rumah, pekarangan penduduk, gedung- gedung,
bangunan pergudangan, tempat – tempat kerja, tempat – tempat umum dan sarana angkutan.
Gejala keracunan pestisida golongan organofosfat: apabila masuk kedalam tubuh baik
melalui kulit, mulut saluran pencernaan maupun saluran pernapasan, pestisida organofosfat
akan berikatan dengan enzim dalam darah yang berfungsi mengatur bekerjanya syaraf, yaitu
kholinesterase. Apabila kholinesterase terikat maka enzim tersebut tidak dapat
melaksanakan tugasnya sehingga syaraf dalam tubuh terus menerus mengirimkan perintah
kepada otot-otot tertentu. Dalam keadaan demikian otot – otot tersebut senantiasa bergerak –
gerak tanpa dapat dikendalikan. Disamping timbulnya gerakan – gerakan otot – otot tertentu,
tanda dan gejala lain dari keracunan pestisida dari organofosfat adalah pupil atau celah iris
mata menyempit sehingga penglihatan menjadi kabur, mata berair, mulut berbusa atau
mengeluarkan banyak air liur, sakit kepala, rasa pusing, berkeringat banyak, detak jantung
yang cepat, mual, muntah – muntah, kejang pada perut, mencret, sukar bernafas, otot-otot
tidak dapat digerakkan atau lumpuh dan pingsan. Sedangkan golongan karbamat: cara kerja
pestisida karbamat sama dengan pestisida organofosfat, yaitu menghambat enzim
kholinesterase, tetapi pengaruh pestisida karbamat terhadap kholinesterase hanya
berlangsung singkat karena pestisida karbamat cepat mengurai dalam tubuh. Tanda dan
gejala keracunan yang ditimbulkan oleh pestisida karbamat sama dengan yang ditimbulkan
oleh pestisida organofosfat.
Pengaruh negatif pestisida terhadap penjamah pestisida menjadi masalah yang cukup
serius bagi pengusaha pemberantas hama (pest control) maupun bagi para petani yang
berhubungan langsung dengan pestisida secara terus menerus sebagai penjamah pestisida.
Dimana residual effect yang dihasilkan oleh bahan aktif pestisida akan menyebabkan
penurunan kesehatan penjamah pestisida. Namun demikian risiko ini dapat dicegah dengan
menyediakan Alat Pelindung Diri (APD), memberikan pengetahuan kepada petugas agar
mengetahui cara penanganan pestisida dengan baik dan benar sehingga dapat mengurangi
dampak negatif yang ditimbulkan oleh bahan pestisida tersebut. Namun dalam kenyataannya
masih banyak karyawan maupun petani yang tidak menggunakan alat pelindung diri dalam
bekerja atau menggunakan alat pelindung diri tetapi tidak lengkap.
Dari permasalahan penyakit lingkungan berbasis lingkungan yaitu keracunan pestisida
yang berhubungan dengan sanitasi dan masalah kesehatan lingkungan. Tidak akan maksimal
bila pemberantasannya hanya menonjolkan efek kuratif dan rehabilitatif. Dalam
memberantas penyakit berbasis lingkungan ini, yang perlu dilakukan adalah dengan
mengubah perilaku masyarakat dengan cara menggencarkan aspek promotif dan preventif
melalui klinik sanitasi.
Klinik sanitasi merupakan suatu upaya dan kegiatan yang mengintegrasikan pelayanan
kesehatan antara promotif, preventif, dan kuratif yang difokuskan pada penduduk yang
beresiko tinggi untuk mengatasi masalah penyakit berbasis lingkungan dan masalah
kesehatan lingkungan pemukiman yang dilaksanakan oleh petugas puskesmas bersama
masyarakat yang dapat dilakukan secara pasif dan aktif di dalam dan di luar puskesmas.
Pelaksanaan klinik sanitasi dapat dilihat dari petugas, sarana prasarana, dana, pedoman,
jumlah penderita penyakit berbasis lingkungan, jumlah pasien klinik sanitasi, jumlah klien
klinik sanitasi, jumlah konseling yang dilakukan, jumlah kunjungan ke rumah warga,
kerjasama lintas program dan lintas sektor, dan evaluasi program klinik sanitasi. Dengan
melihat pelaksanaan dari klinik sanitasi, diharapkan sarana klinik sanitasi dapat memberikan
pelayanan yang baik dan dapat juga menurunkan angka terjadinya penyakit berbasis
lingkungan untuk kasus keracunan pestisida.
Bila ada pasien datang ke puskesmas menderita penyakit berbasis lingkungan dengan
latar belakang buruknya kebersihan diri, keluarga dan lingkungan, maka pasien tersebut
akan diarahkan ke klinik sanitasi dan segera diobati. Petugas klinik sanitasi akan
memberikan konseling mengenai penyakit berbasis lingkungan dan sanitasi lingkungan. Bila
perlu, petugas akan melakukan kunjungan ke rumah pasien tersebut untuk mencari
penyebab utama penyakit dan masalah sanitasi pasien tersebut dan memberi solusi untuk
agar dapat di tuntaskan penyakitnya. Selain itu masyarakat umum juga dapat berkonsultasi
di klinik sanitasi. Dalam waktu sebulan, petugas klinik sanitasi akan mengemukakan
masalah kesehatan lingkungan yang ada, dan akan berdiskusi dengan petugas lainnya di
puskesmas mengenai solusi untuk menyelesaikannya dan evaluasi program tersebut. Dengan
kegiatan konseling, kunjungan ke rumah pasien dan klien, dan lokakarya mini yang
dilakukan, klinik sanitasi diharapkan mampu menurunkan angka penyakit berbasis
lingkungan dan mengatasi masalah kesehatan lingkungan yang ada.

B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana perencanaan program klinik sanitasi untuk kasus keracunan pestisida?
2. Bagaimana pelaksanaan program klinik sanitasi tersebut?
3. Bagaimana monitoring dan evaluasi untuk pelaksanaan program klinik sanitasi dalam
kasus keracunan pestisida ?
C.
BAB II
ISI

A. Gambaran Umum dan Karakteristik Wilayah


CV Pradipa Asri Karya Denpasar merupakan perusahaan jasa yang bergerak dalam
bidang pengendalian hama yang mengganggu kegiatan serta aktivitas manusia, yang
didirikan pada tanggal 25 Mei tahun 1997, dengan Surat Izin Usaha Perdagangan (SIUP)
Kecil : No. 1089/22-09/PK/XII/2005 dan jumlah karyawan sampai saat ini sebanyak 36
orang, yang terdiri dari 2 orang administrasi, 2 orang tenaga pemasaran, 1 orang sopir dan 31
orang sebagai penyemprot atau sebagai tenaga lapangan.
Aktivitas kegiatan perusahaan ini sebagian besar di lapangan, sedangkan dikantor
perusahaan hanya menangani masalah administrasi seperti masalah gaji, obat-obatan dan
peralatan penyemprotan. Kegiatan dilapangan adalah melakukan pengendalian dan
pemberantasan hama dilokasi – lokasi yang menjadi lahan perusahaan seperti Hotel, Villa,
beberapa Perumahan dan Restaurant. Jenis kegiatan yang dilakukan antara lain melakukan
penyemprotan terhadap nyamuk, lalat, kecoak, semut dan serangga lain yang dianggap
mengganggu dengan menggunakan pestisida. Untuk pengendalian tikus digunakan lem tikus
dan perangkap.
Jumlah karyawan yang ditempatkan di Hotel, Villa, beberapa Perumahan dan Restauran
tergantung dari besarnya Hotel, Villa, Perumahan dan Restauran sesuai dengan perjanjian
atau kontrak yang telah disepakati bersama. CV. ini belum pernah melakukan pemeriksaan
terhadap aktivitas cholinesterase darah petugas pemberantas hama. Saat ini CVPradipa Asri
Karya Denpasar melayani sebanyak 19 buah lokasi terdiri dari 13 buah Hotel, 1 buah Villa, 4
buah Perumahan dan 1 buah Restauran, untuk lebih jelasnya mengenai distribusi karyawan di
CV Pradipa Asri Karya Denpasar dapat dilihat pada tabel IV.1. Jam kerja karyawan sesuai
dengan jam kerja yang berlaku dimana mereka ditempatkan yaitu 8 jam kerja dengan
istirahat 1 jam.
Tabel 2.1 Distribusi Petugas Pemberantas Hama CV Pradipa Asri Karya Denpasar
Tahun 2006
No. Nama Perusahaan Jumlah Karyawan
1 Hotel Sheraton Laguna 2 orang
2 Hotel Nusa Dua Beach & SPA 3 orang
3 Hotel Melia Benoa 2 orang
4 Hotel Conrad & SPA Bali 2 orang
5 Hotel Putri Bali 2 orang
6 Hotel Ramada Tanjung 2 orang
7 Hotel Bali Mandira 2 orang
8 Hotel Kamandalu 2 orang
9 Hotel Le Meridian 2 orang
10 Hotel kind Villa Bintang 2 orang
11 Hotel Sari Segara Resort & SPA 2 orang
12 Hotel Lorin 1 orang
13 Hotel Plaza Bali 1 orang
14 Villa Ibah 1 orang
15 Perumahan Taman Griya 1 orang
16 Perumahan Bualu Indah 1 orang
17 Perumahan Muding Permai 1 orang
18 Lot N5 Nusa Dua (Proyek PT Griya Panca Loka) 1 orang
19 Diamond Bali Restaurant Nusa Dua 1 orang
Jumlah 31 orang
Sumber: Data CV. Pradipa Asri Karya tahun 2006

Obat–obatan atau jenis–jenis pestisida yang dipakai oleh perusahaan dalam


pengendalian dan pemberantasan hama dapat dilihat pada tabel 2.2
Tabel 2.2 Obat-obatan atau Jenis-jenis Pestisida yang dipakai oleh CV. Pradipa Asri
Karya Denpasar Tahun 2006

Tabel 2.2 Obat-obatan atau jenis-jenis pestisida yang dipakai oleh CV.Pradipa
Asri Karya sebagian besar 60% tingkat bahaya sedang.

B. Identitas Responden

1. Jumlah Responden
CV. Pradipa Asri Karya Denpasar mempekerjakan 31 (tiga puluh satu) orang
tenaga pemberantas hama. Responden dalam penelitian ini adalah semua tenaga
pemberantas hama yang bekerja di CV. Pradipa Asri Karya Denpasar yakni sebanyak
31 orang. Jenis kelamin responden semuanya laki-laki.
2. Umur
umur responden sebagian besar pada umur sampai dengan 27 tahun sebanyak 16
orang (51,6%). Distribusi umur responden dapat dilihat pada Tabel 2.3.
Tabel 2.3 Distribusi Umur Petugas Pemberantas Hama pada CV. Pradipa Asri Karya
Denpasar Tahun 2006

3. Pendidikan
Tingkat pendidikan responden sebagian besar SLTA sebanyak 17 orang (54,8%).
Distribusi tingkat pendidikan responden dapat dilihat pada tabel 2.4.
Tabel 2.4 Distribusi Tingkat Pendidikan Petugas Pemberantas Hama pada CV.
Pradipa Asri Karya Denpasar Tahun 2006

4. Tingkat Pengetahuan Petugas Pemberantas Hama


Sebagian besar responden mempunyai tingkat pengetahuan kurang, sebanyak 17
orang (54,8%). Distribusi tingkat pengetahuan responden dapat dilihat pada tabel 2.5.
Tabel 2.5. Distribusi Tingkat Pengetahuan Petugas Pemberantas Hama pada CV.
Pradipa Asri Karya Denpasar Tahun 2006
5. Pemakaian Alat Pelindung Diri Petugas Pemberantas Hama
Sebagian besar responden menggunakan alat pelindung diri tidak lengkap,
sebanyak 16 orang (51,6%). Distribusi pemakaian alat pelindung diri responden dapat
dilihat pada tabel 2.6.
Tabel 2.6 Distribusi Pemakaian APD Petugas Pemberantas Hama pada CV. Pradipa
Asri Karya Denpasar Tahun 2006

6. Lamanya Pemaparan Petugas Pemberantas Hama


a. Jam Per Minggu
Dilihat dari lamanya pemaparan yang dihitung dengan perhitungan jam/hari
selama seminggu , yang termasuk katagori pemaparan kurang baik terbanyak
yakni 17 orang (54,8%). Distribusi lamanya pemaparan responden dapat dilihat
pada tabel 2.7.
Tabel 2.7 Distribusi Lamanya Pemaparan Dengan Perhitungan Jam Per Minggu
Petugas Pemberantas Hama pada CV. Pradipa Asri Karya Denpasar Tahun 2006

b. Masa Kerja
Lamanya pemaparan dilihat dari masa kerja, masa kerja responden terbanyak
yakni < 5 tahun 17 orang (54,8 %). Distribusi lamanya pemaparan responden
dapat dilihat pada tabel 2.8.
Tabel 2.8 Distribusi Lamanya Pemaparan Dilihat Dari Masa Kerja Petugas
Pemberantas Hama pada CV. Pradipa Asri Karya Denpasar Tahun 2006

C. Masalah dan Perencanaan Program


1. Masalah
Terjadi keracunan kadar kolinesterase darah pada petugas pemberantas Hama di
Perusahaan (CV. Paradipa Asri Karya Denpasar) yakni sebesar 45,2 %, yang terdiri dari
16,1% keracunan sedang dan 29 % keracunan ringan.
Berdasarkan literature skripsi yang ditulis oleh Ni Gusti Made Ayu Nariyati
dengan judul ‘Hubungan Pengetahuan, Pemakaian Alat Pelindung Diri dan Lama
Pemaparan Pestisida Terhadap Aktivitas Cholinesterase Darah Petugas Pemberantas
Hama Tahun 2006’. Setelah peneliti mengolah data, ternyata presentase yang kurang
baik dari faktor-faktor seperti umur, pendidikan,pengetahuan,pemakaian APD,dan lama
paparan tidak terlalu jauh dengan presentase yang sudah baik. Akan tetapi, sesuai dengan
hasil output SPSS dengan pengolahan data Chi Square terdapat hubungan diantara faktor-
faktor diatas dengan aktivitas Cholinesterase Darah Petugas Pemberantas Hama.
2. Identifikasi Masalah
a. Hubungan Pengetahuan Petugas tentang Pestisida terhadap Aktivitas Cholinesterase
Darah
Berdasarkan hasil penelitian pada petugas pemberantas hama,responden yang
mempunyai aktivitas cholinesterase tidak normal atau keracunan sebagian besar
85,7% mempunyai tingkat pengetahuan kurang, sedangkan responden dengan
aktivitas cholinesterase normal atau tidak keracunan sebagian besar 70,6 %
pengetahuan baik. Kurangnya mendapatkan penyuluhan baik dari petugas kesehatan
maupun pertanian, kemungkinan terjadinya keracunan dipengaruhi oleh kurangnya
pemahaman responden tentang pestisida, artinya sebagian besar responden
mempunyai pengetahuan kurang mengenai: cara masuk pestisida kedalam tubuh,
menyebutkan keterangan yang tercantum dalam label kemasan pestisida, gejala-gejala
keracunan pestisida, sehingga berdampak terhadap terjadinya aktivitas cholinesterase
darah tidak normal atau keracunan. Berdasarkan hasil perhitungan statistik dengan
menggunakan uji Chi Square diperoleh C = 0,491 menunjukkan keeratan hubungan
yang substansial, dengan OR = 14,400 ini berarti responden yang berpengetahuan
kurang mempunyai risiko 14,400 kali untuk terjadinya aktivitas cholinesterase darah
tidak normal atau keracunan dibandingkan dengan yang berpengetahuan baik.

b. Hubungan Lamanya Pemaparan Pestisida Terhadap Aktivitas Cholinesterase Darah


Berdasarkan hasil penelitian pada petugas pemberantas hama, responden yang
mempunyai aktivitas cholinesterase darah tidak normal atau keracunan sebagian
besar 78,6% mempunyai pemaparan yang kurang baik sedangkan aktivitas
cholinesterase darah normal atau tidak keracunan sebagian besar 64,7% mempunyai
pemaparan baik. Berdasarkan hasil perhitungan statistik dengan menggunakan uji Chi
Square diperoleh C= 0,397 yang menunjukkan keeratan hubungan rendah, dan OR =
6,722 yang berarti responden dengan lama pemaparan kurang baik mempunyai risiko
aktivitas cholinesterase darah tidak normal atau keracunan 6,722 kali dibandingkan
dengan yang mempunyai pemaparan baik.

c. Hubungan Umur terhadap Aktivitas Cholinesterase Darah


Hasil penelitian ini umur mempunyai keeratan hubungan yang rendah terhadap
aktivitas cholinesterase darah, sesuai dengan uji statisitik menggunakan Chi Square
diperoleh C = 0,277, OR = 3,300 ini berarti risiko terjadinya aktivitas cholinesterase
darah tidak normal 3,300 kali pada responden yang berumur lebih dari 27 tahun
dibandingkan dengan yang berumur sampai dengan 27 tahun.

d. Hubungan Tingkat Pendidikan terhadap Aktivitas Cholinesterase Darah


Tingkat pendidikan secara statistik menunjukkan keeratan hubungan yang
substansial C = 0,432, OR = 8,125 ini berarti responden dengan tingkat pendidikan
SLTP mempunyai risiko 8,125 kali terjadinya aktivitas cholinesterase darah tidak
normal atau keracunan dibandingkan dengan tingkat pendidikan SLTA.
e. Hubungan Pemakaian APD Terhadap Aktivitas Cholinesterase Petugas Pemberantas
Hama
Berdasarkan hasil penelitian pada petugas pemberantas hama, responden dengan
aktivitas cholinesterase darah tidak normal atau keracunan sebagian besar 78,6%
pemakaian alat pelindung diri tidak lengkap, sedangkan aktivitas cholinesterase
normal atau tidak keracunan sebagian besar 70,6% pemakaian alat pelindung diri
lengkap. Berdasarkan uji statistik dengan menggunakan uji Chi Square diperoleh C=
0,440 yang menunjukkan keeratan hubungan yang substansial antara pekerja yang
menggunakan alat pelindung diri tidak lengkap dengan yang memakai alat pelindung
diri dengan lengkap terhadap aktivitas cholinesterase darah, OR = 8,800 ini berarti
responden yang tidak memakai alat pelindung diri tidak lengkap mempunyai risiko
terjadinya aktivitas cholinesterase tidak normal 8,800 kali dibandingkan dengan yang
menggunakan alat pelindung diri dengan lengkap.

3. Perencanaan Program
Sasaran program : Petugas Pemberantas Hama, di Perusahaan (CV. Paradipa Asri Karya
Denpasar) dengan rata-rata umur 27 tahun
Ruang Lingkup :
a. Upaya Pencegahan
1) Pemeriksaan Kadar Kolinesterase awal pada pegawai (Dilakukan terhadap seluruh
pegawai pemberantas hama di Perusahaan (CV. Paradipa Asri Karya Denpasar)
setelah itu juga perlu dilakukan bertahap.
2) Diadakanya Klinik Sanitasi terkait permasalahan keracunan pestisida
3) Observasi Lapangan oleh pihak yang berwenang (missal dinkes / lab kesehatan
yang dirujuk oleh perusahaan setempat)
4) Sosialisasi pemakaian Alat Pelindung Diri oleh Bagian K3 Dinkes daerah
perusahaan
5) Sosialisasi oleh dinas pertanian terkait dampak penggunaan pestisida bagi petugas
pemberantas hama
b. Strategi
1) Penyuluhan/ Sosialisasi dilakukan ketika Perusahaan sedang melaksanakan event
kunjungan dari pihak pertanian
2) Sosialisasi dengan membawa door prize sebagai ucapan terimakasi atas partisipasi
pegawai.
3) Memaparkan sosialisasi dengan teknik yang berbeda, diselingi dengan
penayangan video dan tetap menyampaikan intinya, namun tidak monoton.
4) Memancing materi yang menimbulkan rasa penasaran bagi petani, sehingga akan
ada banyak hal yang dikonsultasikan kepada petugas.

c. Intervensi
- Kegiatan Sosialisasi Penggunaan Pestisida dan Alat Pelindung Diri (APD) Pada
Pegawai Pemberantas Hama di Perusahaan (CV. Paradipa Asri Karya Denpasar)
- Sasaran penyuluhan
Prioritas utama penyuluhan adalah pegawai pemberantas hama di Perusahaan
(CV. Paradipa Asri Karya Denpasar) baik yang berusia sama dengan atau lebbih
dari 27 tahun, dan baik kurang atau lebih bekerja selama 5 tahun.
- Tujuan penyuluhan
Tujuan penyuluhan adalah menambah wawasan, pengetahuan serta praktik yang
benar dalam menggunakan pestisida sesuai dengan jenis yang tepat.
- Metoda penyuluhan
a) Ceramah umum untuk meningkatkan pengetahuan pegawai pemberantas hama
terhadap faktor-faktor yang mempengaruhi keracunan pestisida.
b) Focus Group Discussion yang terdiri dari sekelompok pegawai yang
melakukan penyemprotan/pemberian pestisida.
c) Demonstrasi penggunaan pestisida di lahan Perusahaan Perusahaan (CV.
Paradipa Asri Karya Denpasar) Adapun alat Pelindung Diri juga diperlukan
untuk peragaan yang dicontohkan oleh petugas Dinas Kesehatan setempat
agar pegawai disiplin dan memahami pemakaian Alata Pelindung Diri yang
benar.

D. Pelaksanaan Program
1. Dalam Gedung
a. Pemeriksaan Kadar Kolinesterase Pada Petugas Pemberantas Hama di Perusahaan
(CV. Paradipa Asri Karya Denpasar)
Topik: Pelayanan dalam ruang klinik sanitasi
Sub topik: Pemeriksaan kadar kolinesterase pada petugas pemberantas hama di
perusahaan CV. Paradipa Asri Karya Denpasar
Sasaran: Petugas Pemberantas Hama, di Perusahaan (CV. Paradipa Asri Karya
Denpasar) dengan rata-rata umur 27 tahun.
Pernyataan Standar: Pemeriksaan kadar kolinesterase pada petugas pemberantas
hama yang memiliki gejala penyakit berbasis lingkungan yang disebabkan oleh
paparan pestisida.

No Input Proses Output Outcame


1 Personil (SDM) - Pasien -Pasien 1. Laporan
-Tenaga kesehatan dipersilahkan merasa pemeriksaan
Puskesmas yang duduk nyaman kadar
ditunjuk oleh - Pasien tanpa ada kolinesterase
pimpinan menyerahkan perasaan pasien
Puskesmas kartu pasien takut atupun 2. Terpantaunya
- Pasien minder penyakit
diperiksa kadar - Pencatatan berbasis
kolinesterase terkait hasil lingkungan
-Pencatatan kadar yang
- Rujukan kolinesterase disebabkan
konsultasi pasien pada oleh paparan
buku register pestisida
dan buku 3. Peningkatan
status status
kesehatan
lingkungan
2 Perlengkapan Petugas Sarana dan
Ruangan: mempersiapkan pendukung penurunan
Meja Kerja segala sesuatu kegiatan. penyakit yang
Kursi Kerja yang disebabkan
Kursi Pasien dibutuhkan oleh perilaku
Pasien: 4. Meningkatnya
Kartu Status derajat
Buku Register kesehatan
Buku Pedoman masyarakat
Dana Perda
Dana Perusahaan
Cholinesterase kit

b. Konsultasi Klinik Sanitasi


Topik: Pelayanan dalam ruang klinik sanitasi
Sub topik: Konsultasi klinik sanitasi
Sasaran: Petugas pemberantas hama yang dirujuk/ ingin melakukan konsultasi
klinik sanitasi .
Pernyataan standar: Pasien memperoleh konseling klinik sanitasi oleh sanitarian
Puskesmas dalam waktu 5- 15 menit.

No Input Proses Output Outcame


1 Personil (SDM) - Pasien -Pasien 1. Laporan
-Tenaga kesehatan dipersilahkan merasa pemeriksaan
lingkungan duduk nyaman tanpa kadar
Puskesmas yang - Pasien ada perasaan kolinesterase
ditunjuk oleh menyerahkan takut atupun pasien
pimpinan kartu rujukan minder 2. Terpantaunya
Puskesmas - Konseling - Petugas penyakit
1. Pasien/ mengetahui berbasis
Klien masalah dan lingkungan
dipersilahkan penyakit yang yang
untuk diderita disebabkan
menyampaikan -Semua oleh paparan
keluhan dan masalah dan pestisida
masalah yang keluhan 3. Peningkatan
dihadapi dicatat pada status
2. Petugas kartu status kesehatan
menanggapi dan buku lingkungan
dan menjawab register. dan
semua -Pasien penurunan
pertanyaan. memahami penyakit yang
3. Petugas dan mengerti disebabkan
menanyakan bagaimana oleh perilaku
masalah lebih cara 4. Meningkatnya
lanjut sesuai mengatasi derajat
dengan permasalahan kesehatan
keluhan/ yang masyarakat
penyakit yang dihadapi. 5. Meningkatkan
diderita, -Petugas dan derajat
tentang kondisi pasien/ klien kesehatan
lingkungan dan mengetahui masyarakat
perumahan aktu
sarana sanitasi kunjungan
yang dimiliki, yang sudah
perilaku dan disepakati.
kebiasaan
(menggunakan
buku pedoman
standar
operasional
klinik sanitasi)
- Pencatatan
- Memberikan
saran- saran
dan petunjuk

2 Perlengkapan Petugas Sarana


Ruangan: mempersiapkan pendukung
Meja Kerja segala sesuatu kegiatan.
Kursi Kerja yang
Kursi Pasien/ dibutuhkan
Klien
Pasien/Klien:
Kartu Status
Buku Register
Buku Pedoman
Dana Perda
Bahan konsultasi
(flipchart, leaflet,
dll)

2. Luar Gedung
a. Observasi Lapangan

Topik: Observasi lapangan


Sub topik: Observasi lapangan pada petugas pemberantas hama
Sasaran: Kawasan petugas melakukan pemberantasan hama dimana pusat kegiatan
petugas terutama praktik penyemprotan pestisida, jenis pestisida yang digunakan,
dan penggunaan APD.
Pernyataan Standar: Petugas melakukan observasi dilapangan terkait praktik
penyemprotan pestisida, jenis pestisida yang digunakan dan penggunaan APD
dengan instrumen inspeksi lapangan.

No Input Proses Output Outcame


1 Personil (SDM) - Petugas - Petugas 1. Terpantaunya
-Tenaga melakukan mengetahu penyakit
kesehatan observasi i penyebab berbasis
lingkungan terkait praktik utama lingkungan
Puskesmas yang penyemprotan terjadinya yang
ditunjuk oleh pestisida, jenis penyakit disebabkan
pimpinan pestisida yang berbasis oleh paparan
Puskesmas dipakai, dan lingkungan pestisida
penggunaan terutama 2. Peningkatan
APD yang status
- Petugas disebabkan kesehatan
mencatat paparan lingkungan
semua hasil pestisida. dan
observasi pada penurunan
lembar penyakit yang
instrumen disebabkan
inspeksi oleh perilaku
lapangan. 3. Meningkatnya
- Petugas derajat
menguji zat kesehatan
aktif dalam masyarakat
pestisida
menggunakan
Sanitarian
Field Kit

2 Perlengkapan Petugas Sarana


- Instrumen mempersiapkan pendukung
Inspeksi segala sesuatu kegiatan.
- Sanitarian yang
Field Kit dibutuhkan
dalam
observasi
lapangan.

b. Sosialisasi

Topik: Sosialisasi
Sub topik: Sosialisasi penggunaan pestisida dan APD dalam pemberatasan hama.
Sasaran: Prioritas utama penyuluhan adalah petugas pemberantas hama di
Perusahaan (CV. Paradipa Asri Karya Denpasar).
Pernyataan Standar: Penyuluhan ini dilaksanakan guna meningkatkan
pengetahuan penggunaan pestisida dan APD dalam pemberantasan hama.

N Input Proses Output Outcame


o
1 Personil (SDM) - Petugas - Petugas 4. Terpantaunya
-Tenaga melatih salah pemeberantas penyakit
kesehatan satu petugas hama di CV. berbasis
lingkungan pemberantas Paradipa Asri lingkungan
Puskesmas hama sebagai Karya yang
yang ditunjuk penyuluh. Denpasar) disebabkan
oleh pimpinan -Petugas mengetahui oleh paparan
Puskesmas menjelaskan penyebab pestisida
-Petugas penyebab utama 5. Peningkatan
pemberantas paparan terjadinya status
hama yang pestisida pada penyakit kesehatan
dipilih sebagai petugas berbasis lingkungan
penyuluh dan pemberantas lingkungan dan
sudah diberi hama yang terutama penurunan
pelatihan. terpilih sebagai yang penyakit
penyuluh disebabkan yang
-Petugas paparan disebabkan
memilih media pestisida. oleh perilaku
dan metode - Petugas dapat 6. Meningkatny
yang cocok mempraktika a derajat
untuk n penggunaan kesehatan
penyuluhan dan APD masyarakat
- Petugas yang sesuai
pemberantas -
hama yang
terpilih sebagai
penyuluh
melakukan
penyuluhan
sesuai arahan
petugas
puskesmas
-FGD dengan
moderator
petugas
puskesmas.
- Petugas
pemberantas
hama
melakukan
praktik
penggunaan
pestisida dan
APD yang
benar.
- Pemberian
plakat kegiatan
klinik sanitasi
kepada
perusahaan
- Pemberian
souvenir
dengan
kategori
audiens terbaik
2 Perlengkapan Petugas Sarana
Ruangan: mempersiapka pendukung
- Kursi n segala kegiatan.
- Meja sesuatu yang
- Proyektor dibutuhkan
- LCD dalam
- Microphon observasi
e dan lapangan.
Speaker
Petugas
Pemberantas
Hama
- Leaflet
materi
- Pestisida
yang
pernah
digunakan
- Souvenir
- Plakat
Kegiatan
Klinik
Sanitasi
3. Alur Pelaksanaan Klinik Sanitasi Pestisida

Petugas Pemeriksaan Kadar Konsultasi Klinik


Pemberantas Ada Gejala Kolinesterase Sanitasi Pulang
Hama

Tanpa Gejala

Observasi Lapangan

Praktik Penyemprotan
Pestisida, Jenis Pestisida
Yang Digunakan, dan
APD

Analisis Data

Sosialisasi

MONEV
E. Monitoring dan Evaluasi
Monitoring dan evaluasi merupakan kegiatan yang bertujuan untuk membandingkan
antara perencanaan suatu penelitian/pengkajian, diseminasi dan kegiatan manajemen dengan
pelaksanaan di lapangan serta hasil yang dicapai. Dengan demikian, monitoring dan evaluasi
merupakan suatu kegiatan pemantauan dan penilaian kemajuan serta keberhasilan dari suatu
sistem manajemen kegiatan. Tujuan dari kegiatan ini adalah untuk mengidentifikasi
kesenjangan atau kelemahan dari suatu program kegiatan sehingga dapat digunakan sebagai
dasar perbaikan untuk kedepannya.
1. Monitoring
Monitoring merupakan kegiatan yang mengacu pada pemeriksaan atau
pemantauan terhadap kinerja yang telah dilakukan dalam suatu program. Monitoring
dilakukan ketika sebuah kebijakan sedang diimplementasikan. Kegiatan monitoring
diperlukan agar kesalahan awal dapat segera diketahui dan dapat dilakukan perbaikan,
sehingga dapat mengurangi risiko yang lebih besar. Metode yang digunakan dalam
pelaksanaan monitoring adalah menggunakan metode campuran yaitu dengan
menggunakan dokumentasi, observasi lapangan dan wawancara.
Kegiatan monitoring dapat berupa observasi ke lapangan melihat penggunaan
pestisida yang digunakan oleh petugas pemberantas hama yang telah mendapatkan
intervensi dan dilakukan wawancara langsung serta dokumentasi.
2. Evaluasi
Evaluasi merupakan kegiatan yang mengacu pada penilaian berdasarkan hasil dan
dampak yang dihasilkan dari suatu sistem manajemen kegiatan. Evaluasi kebijakan
public dalam tahap pelaksanaannya menggunakan pengembangan beberapa indikator
untuk menghindari timbulnya bias serta sebagai pedoman ataupun arahan untuk
evaluator. Evaluasi memberi informasi yang valid dan dapat dipercaya mengenai
kebijakan, yaitu seberapa jauh kebutuhan, nilai dan kesempatan telah dicapai melalui
tindakan publik. Dalam teori Dunn menjelaskan bahwa kriteria rekomendasi kebijakan
memiliki kriteria yang sama dalam evaluasi kebijakan. Oleh karena itu, teori ini dapat
dijadikan sebagai tolak ukur penilaian evaluasi dalam sebuah program pengawasan
pestisida. Penilaian evaluasi berupa lembaran penilaian aspek-aspek kinerja kebijakan
yang harus dievaluasi berdasarkan Teori Dunn, sebagai berikut:
1. Evaluasi Pada Perencanaan:
a. Efektifitas: Apakah sasaran sudah sesuai dengan permasalahan?
b. Pemerataan: Apakah seluruh petugas pemberantasan hama sudah termasuk ke
dalam kelompok sasaran yang akan di intervensi?
c. Responsivitas: Apakah strategi yang digunakan sudah tepat sasaran?
d. Ketepatan: Apakah intervensi yang direncanakan benar-benar memiliki dampak
yang signifikan?
2. Evaluasi Pada Pelaksanaan:
a. Efektifitas: Apakah hasil yang diinginkan telah tercapai?
b. Efisiensi: Seberapa banyak upaya yang diperlukan untuk mencapai hasil yang
diinginkan?
c. Kecukupan: Seberapa jauh pencapaian hasil yang diinginkan untuk memecahkan
masalah?
d. Pemerataan: Apakah biaya manfaat didistribusikan secara merata kepada
kelompok-kelompok yang berbeda?
e. Responsivitas: Apakah hasil kebijakan memuaskan kebutuhan/preferensi atau
nilai-nilai kelompok tertentu?
f. Ketepatan: Apakah hasil (tujuan) yang diinginkan benar-benar atau bernilai?
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
 Sasaran dari program kinik sanitasi dalam kasus keracunan pestisida adalah Petugas
Pemberantas Hama, di Perusahaan rata-rata berumur 27 tahun dengan upaya pencegahan
berupa dan intervensi
 Pelaksanaan program berupa pemeriksaan kadar kolinesterase, klinik sanitasi, observasi
lapangan, sosialisasi APD dengan beberapa strategi dalam melakukan intervensi.
 Pelaksanaan program dibagi menjadi dua yaitu didalam gedung dan diluar gedung.
 Pelaksanaan program didalam gedung berupa pemeriksaan kadar kolinesterase pada
petugas pemberantasan hama serta konsultasi klinik sanitasi oleh sanitarian puskesmas.
 Pelaksanaan program diluar gedung berupa observasi lapangan pada petugas
pemberantasan hama, sosialisasi penggunaan pestisida dan APD kepada petugas
pemberantasan hama.
 Monitoring klinik sanitasi menggunakan metode campuran yaitu dengan dokumentasi,
observasi lapangan dan wawancara, seddangkan evaluasi klinik sanitasi mengacu pada
teori Dunn, yaitu melakukan evaluasi pada perencanaan (efektivitas, pemerataan,
responsivitas, ketepatan) serta evalluasi pada pelaksanaan (efektivitas, efisiensi,
kecukupan, pemerataan, responsivitas, ketepatan)

B. Saran
 Perlunya pengalokasian dana khusus untuk kegiatan klinik sanitasi baik di DKK maupun
ditingkat Puskesmas yang berasal dari APBD
 Dalam membuat perencanaan tidak hanya melibatkan petugas Puskesmas,namun
sebaiknya petugas sanitasi juga melibatkan tokoh masyarakat
 Untuk pencatatan dan pelaporan tidak saja petugas klinik sanitasi, dari pihak perusahaan
juga melakukan pencatatan sendiri mengenai pasien yang dirujuk ke klinik sanitasi.
DAFTAR PUSTAKA

[skripsi] Nariyati, Ni Gusti Made Ayu. Hubungan Pengetahuan, Pemakaian Alat Pelindung Diri
dan Lama Pemaparan Pestisida terhadap Aktivitas Cholinesterase Darah Petugas
Pemberantas Hama (Studi di CV Pradipa Asri Karya Denpasar). Surabaya: Universitas
Airlangga.

Hilda, A. Evaluasi Kebijakan Pengawasan Penggunaan Pestisida Di Kabupaten Sigi. E-Journal


Katalogis. 2015. 3(2):77-83
LAMPIRAN

PEDOMAN WAWANCARA PEMERIKSAAN

KADAR COLINESTRASE DARAH PETUGAS PEMBERANTAS HAMA

I. DATA UMUM.

1. Propinsi :

2. Kabupaten/Kota :

3. Kecamatan :

4. Desa/Kelurahan :

II. IDENTITAS RESPONDEN


1. Nama :
2. Alamat :
3. Umur :
4. Jenis Kelamin :
a.
Laki – laki
b.
Perempuan
5. Pendidikan :
a.
Tamat SD
b.
Tamat SLTP
c.
Tamat SLTA
d.
Perguruan Tinggi (PT)
6. Status Perkawinan
a.
Kawin
b.
Tidak/belum kawin
c.
Duda/janda
III. Pengetahuan
1. Menurut yang saudara ketahui, arah penyemprotan yang benar adalah
a.
Searah dengan arah angin
b.
Sembarang/tidak memperhitungkan arah angin
c.
Berlawanan dengan arah angin
2. Dimana saudara menyimpan sisa – sisa pestisida sesudah selesai
melakukan penyemprotan :
a.
Disimpan ditempat yang khusus
b.
Disimpan pada tempat bersama bahan makanan
c.
Disembarang tempat
3. Sebutkan jenis alat pelindung diri yang saudara gunakan selama
melakukan penyemprotan dan manfaatnya :
No Jenis Alat Pelindung Diri Manfaat
1 Topi ( Alat Pelindung Kepala) ……………………………
……..
2 Masker (Alat Pelindung ……………………………
Pernafasan) ……..
3 Sarung Tangan (Alat Pelindung ……………………………
Tangan) ……..
4 Sepatu boot (Alat Pelindung Kaki ……………………………
……..
5 Baju Lengan Panjang/Celana ……………………………
Panjang (Alat Pelindung Badan) ……
6 Kaca Mata (Alat Pelindung Mata) ……………………………
……
Jumlah yang benar

4. Menurut saudara ketahui, pestisida masuk kedalam tubuh melalui :


a.
Pernafasan
b.
Mulut
c.
Kulit
d.
Tidak tahu
5. Keterangan apa yang tercantum dalam label kemasan pestisida yang
saudara gunakan:
a. Takaran pemakai (dosis)
b. Cara pemakaian ( aturan pakai )
c. Peringatan bahaya keracunan
d. kandungan bahan kimia
e. Tidak tahu
6. Sebutkan gejala – gejala keracunan pestisida yang saudara ketahui :
a. Pusing
b. Sakit kepala
c. Gemetar
d. Pingsan
e. Sesak nafas
f. Banyak meludahMata pedih/berair
g. Tidak tahu
7. Apakah saudara pernah mendapatkan penyuluhan tentang pestisida :
a. Pernah
b. Tidak pernah
Bila pernah, berasal dari petugas mana :
a. Kesehatan
b. Pertanian
c. Perkebunan
d. dan lain – lain, sebutkan …………….

8. Sebutkan jenis pestisida yang anda pakai :……………………… …………

IV. Lamanya Paparan


1. Sudah berapa lama saudara bekerja sebagai penyemprot pestisida --------- tahun
a. Dalam sehari berapa jam anda melakukan pekerjaan penyemprotan …….Jam
b. Berapa kali dalam seminggu saudara melakukan pekerjaan penyemprotan hama
------------ kali

V. Alat Pelindung Diri


1. Jenis alat pelindung diri yang paling sering saudara gunakan pada waktu menyemprot :
a. Alat pelindung Kepala ( topi )
b. Alat pelindung pernafasan ( masker )
c. Alat pelindung tangan ( sarung tangan )
d. Alat pelindung kaki ( sepatu boot )
e. Alat pelindung badan ( baju lengan panjang/celana panjang)
f. Alat pelindung mata (kaca mata)

HASIL PENGUKURAN CHOLINESTERASE DARAH

1. Hasil Pengukuran Cholinesterase Darah Petugas Pemberantas Hama:

a. 100 % c. 62,5 %

b. 87,5 % d. 50 %

A. PEDOMAN OBSERVASI
HASIL
NO KRETERIA PENGAMATAN
YA TIDAK

1 Apakah perusahaan menyediakan


kelengkapan alat pelindung diri

2 Apakah petugas menggunakan


alat pelindung diri secara lengkap

3 Apakah petugas melaksanakan


penyemprotan dengan benar
(tidak berlawanan dengan arah
angin)

4 Apakah petugas mencampur


pestisida sudah sesuai dengan
petunjuk penggunaanya

5 Apakah petugas menyimpan


pestisida ditempat yang aman

6 Sehabis menyemprot apakah


petugas membersihkan peralatan semprotnya.

B. Apabila ada jawaban tidak dilanjutkan ke pertanyaan :


1. Mengapa perusahaan tidak menyediakan APD?
Karena ……………………………………………………..
…………………………………………………………..
2. Mengapa tidak menggunakan alat pelindung diri secara lengkap?
Karena …………………………………………………………..
…………………………………………………………..
3. Mengapa tidak melaksanakan penyemprotan dengan benar?
Karena ………………………………………………………
…………………………………………………….
4. Mengapa tidak mencampur pestisida sesuai dengan petunjuk
penggunaannya?
Karena …………………………………………………….
…………………………………………………….
5. Mengapa tidak menyimpan pestisida di tempat yang aman?
Karena ……………………………………………………..
……………………………………………………..
6. Mengapa tidak membersihkan eralatan semprotnya sehabis
menyemprot?
Karena …………………………………………………….
…………………………………………………….

Anda mungkin juga menyukai