DARURAT Akses terhadap pangan dan pemeliharaan status gizi yang memadai merupakan hal penentu yang penting dalam kelangsungan hidup masyarakat yang berhasil selamat dalam kondisi bencana. Orang-orang yang terkena dampak biasanya sudah berada di dalam kondisi kronis kekurangan gizi saat bencana melanda. Ketahanan pangan ada ketika semua orang, disetiap saat, memiliki akses secara fisik, sosial dan ekonomi terhadap pangan yang cukup, aman, dan bergizi untuk memenuhi kebutuhan pangan dan preferensi pangan yang dibutuhkan untuk hidup aktif dan sehat. Dalam definisi ini, dalam ketahanan pangan terdapat tiga komponen yaitu ketersediaan, akses, dan pemanfaatan. Pengkajian Ketahanan Pangan dan Gizi Standar Pengkajian Ketahanan Pangan dan Gizi 1: Ketahanan Pangan Di saat terjadi peningkatan risiko terhadap orang-orang untuk mengalami kerawanan pangan, pengkajian dilakukan dengan menggunakan metode yang dapat diterima untuk memahami jenis, derajat, dan tingkat kerawanan pangan yang terjadi, untuk mengidentifikasi mereka yang paling terkena dampak dan untuk mendefinisikan tindakan yang paling tepat untuk membantu Standar Pengkajian Ketahanan Pangan dan Gizi 2: Gizi Di saat seseorang berisiko mengalami kurang gizi, pengkajian dilakukan dengan menggunakan metode yang diterima secara internasional untuk memahami jenis, derajat, dan tingkat gizi serta mengidentifikasi mereka yang paling terkena dampak, yang paling berisiko, dan tanggap darurat yang sesuai. Pemberian Makanan Bayi dan Kanak- Kanak Standar Pemberian Makanan Bayi dan Kanak-Kanak 1: Panduan Kebijakan dan Koordinasi Perlindungan pemberian makanan bayi dan kanak-kanak yang aman dan tepat untuk penduduk terkena bencana dilakukan dengan penerapan panduan kebijakan kunci dan koordinasi yang kuat. Standar Pemberian Makanan Bayi dan Kanak-Kanak 2: Bantuan Dasar dan Ahli Ibu dan pengasuh bayi serta kanak-kanak memiliki akses dan mendapatkan bantuan pangan secara tepat waktu dan layak untuk meminimalkan risiko dan meningkatkan status gizi, kesehatan dan kemampuan bertahan hidup Pengelolaan Kurang Gizi Akut dan Kurang Zat Gizi Mikro Standar Pengelolaan Kurang Gizi Akut dan Kurang Zat Gizi Mikro 1: Kurang Gizi Akut Sedang Program harus berdasarkan pemahaman tentang kerumitan dan dinamika situasi gizi. Makanan tambahan dapat diberikan berdasarkan pemahaman atas situasi pangan yang kompleks dan dinamis. Pemberian makanan tambahan dapat diberikan berdasarkan sasaran atau pun pendekatan jaring pengaman. Keputusan tentang pendekatan yang akan digunakan harus didasarkan pada tingkat keparahan kurang gizi dan beban kasus, risiko peningkatan gizi buruk yang menggunakan kriteria antropometri, sumber daya yang tersedia dan akses bagi penduduk yang terkena dampak bencana Standar Pengelolaan Kurang Gizi Akut dan Kurang Zat Gizi Mikro 3: Gizi Buruk Akut program untuk menyikapi pengelolaan gizi buruk akut harus terdiri atas rawat inap bagi individu dengan komplikasi medis dan semua bayi berusia < 6 bulan yang menderita gizi buruk akut dan rawat jalan untuk kanak-kanak yang tidak mengalami komplikasi medis. Tingkat dukungan tambahan yang diperlukan untuk menjamin pengelolaan yang efektif untuk gizi buruk akut harus ditentukan berdasarkan kapasitas yang ada di fasilitas kesehatan dan di masyarakat, jumlah dan penyebaran geografis individu yang terkena dampak bencana dan situasi keamanan. Standar Pengelolaan Kurang Gizi Akut dan Kurang Zat Gizi Mikro 3: Kurang Zat Gizi Mikro Intervensi zat gizi mikro disandingkan dengan intervensi kesehatan masyarakat dan pemberian gizi lainnya untuk mengurangi penyakit umum yang berhubungan dengan situasi darurat dan penanganan kekurangan zat gizi mikro. Ketahanan Pangan Standar Ketahanan Pangan 1: Ketahanan Pangan Umum Setiap orang memiliki hak untuk mendapatkan bantuan kemanusiaan yang menjamin kelangsungan hidup mereka dan menjunjung tinggi martabat mereka dan sejauh mungkin mencegah penurunan atau pun hilangnya asset mereka serta sedapat mungkin membantu ketahanan mereka. Ketahanan Pangan – Pembagian Pangan Tujuan pembagian pangan adalah untuk memastikan bahwa orang- orang memiliki akses yang aman untuk mendapatkan pangan dengan mutu dan jumlah yang memadai, dan memiliki sarana untuk mempersiapkan dan mengonsumsinya dengan aman. Standar Ketahanan Pangan – Pembagian Pangan 1 : Kebutuhan Gizi Umum Memastikan kebutuhan gizi penduduk yang terkena bencana termasuk yang paling berisiko dapat terpenuhi. Apabila orang tidak memiliki akses terhadap pangan sama sekali, maka rasio pembagian harus memenuhi persyaratan gizi total. Perkiraan yang disepakati harus ditetapkan berdasarkan jumlah rata-rata makanan yang dapat diakses oleh penduduk yang terkena dampak bencana. Ketahanan Pangan – Standar Pemberian Makanan 2 : Kecocokan dan Penerimaan Makanan yang disediakan cocok dan dapat diterima sehingga dapat digunakan secara berdaya guna dan tepat guna di tingkat rumah tangga. Di saat nilai gizi menjadi pertimbangan utama ketika memilih persediaan makanan, bahan yang dipilih harus dikenali oleh penerima dan konsisten dengan tradisi agama dan budaya setempat. Ketahanan Pangan – Standar Pemberian Makanan 3 : Mutu dan Keamanan Makanan Pembagian makanan harus layak dikonsumsi oleh manusia dengan mutu yang sesuai. Makanan harus sesuai dengan standar makanan dari pemerintah penerima dan/atau standar Codex Alimentarius dalam hal mutu, pengemasan, pelabelan, dan “kesegaran bahan makanan”. Ketahanan Pangan – Standar Pemberian Makanan 4 : Pengelolaan Rantai Pasokan (SCM) Bahan dan biaya terkait dikelola dengan baik menggunakan sistem yang tidak memihak, transparan, dan responsif. Supply chain management (SCM) harus sangat kuat dan dapat dipertanggungjawabkan. Hal ini dikarenakan, nyawa dapat saja menjadi taruhannya dan pangan adalah hal yang paling penting disaat kondisi tanggap darurat. Ketahanan Pangan – Standar Pemberian Makanan 5 : Sasaran dan Penyaluran Metode penyaluran makanna untuk tanggap darurat dilakukan dengan tepat waktu, transparan dan aman, mendukung martabat dan sesuai dengan kondisi setempat. Sasaran pemberian makanan harus diberikan kepada masyarakat yang paling membutuhkan, rumah tangga dengan kondisi pangan yang paling rawan, dan orang perorangan yang menderita kurang gizi. Ketahanan Pangan – Standar Pemberian Makanan 6 : Penggunaan Makanan Makanan disimpan, disiapkan, dan dikonsumsi dengan cara yang aman dan tepat di tingkat rumah tangga dan komunitas. Bencana dapat mengganggu praktik keberishan normal seseorang. Mungkin perlu untuk meningkatkan kebersihan makanna dan secara aktif mendukung langkah-langkah yang sesuai dengan keadaan dan pola penyakit setempat. Ketahanan Pangan – Pembagian Uang Tunai dan Kupon Pembagian uang tunai dan kupon merupakan dua bentuk bantuan : • Pembagian uang tunai dapat menyediakan uang untuk orang-orang • Pembagian kupon memberikan kupon agar orang-orang dapat membeli jumlah pasti dari suatu produk tertentu misalnya maknana (kupon berbasis bahan) atau nilai moneter tetap (kupon berbasis nilai) Standar Ketahanan Pangan – Pembagian Uang Tunai dan Kupon 1 : Akses ke Barang dan Layanan yang Tersedia
Uang tunai dan kupon dianggap sebagai cara untuk memenuhi
kebutuhan dasar, untuk melindungi dan membangun kembali sumber mata pencaharian. Uang tunai dan kupon adalah mekanisme untuk mencapai tujuan yang diinginkan, bukan sebagai suatu intervensi yang berdiri sendiri. Ketahanan Pangan – Mata Pencaharian Standar Ketahanan Pangan – Sumber Mata Pencaharian 1 : Produksi Utama Produksi utama harus dilindungi dan didukung menjadi layak, produksi makanan strategis harus memiliki kesempatan untuk berkembang secara memadai. Hal ini mungkin akan dipengaruhi oleh berbagai faktor, antara lain : akses ke sumber daya alam yang cukup, tingkat keterampilan dan kemampuan, ketersediaan tenaga kerja, dan ketersediaan akses. Standar Ketahanan Pangan – Sumber Mata Pencaharian 2 : Tenaga Kerja dan Pendapatan Tenaga kerja dan pendapatan merupakan strategi untuk penghidupan yang layak, perempuan dan laki-laki memiliki kases yang sama terhadap peluang pendapatan yang sesuai. Tanggap darurat menyediakan kesempatan kerja yang sama untuk perempuan dan laki-laki dan tidak berpengaruh negatif terhadap pasar lokal atau berdampak negatif terhadap kegiatan mata pencaharian normal. Standar Ketahanan Pangan – Sumber Mata Pencaharian 3 : Akses Pasar Perlindungan dan promosi keamanan akses untuk penduduk terkena dampak bencana pergi ke pasar untuk mendapatkan barang dan layanan/jasa sebagai produsen, konsumen, dan pedagang.