Anda di halaman 1dari 3

Manajemen Kesehatan Lingkungan dalam Bencana

Bencana Gempa Bumi Tsunami Palu 2018

Dosen Pengampu : Dr. Dra. Nur Endah Wahyuningsih, MS

Intan Permata Sari 25010116130238


Dini Kusumastuti 25010116120013
Wikri Eko Putra 25010116120026
Indira Casheila Anindityo 25010116120046
Auliya Afrikatun 25010116120066
Lutfi Setyowati 25010116120075

Kesehatan Lingkungan 2

FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT


KESEHATAN MASYARAKAT
UNIVERSITAS DIPONEGORO
SEMARANG
2019
Pertanyaan:

1. Dengan spesifikasi huntara yang sedemikian rupa (entah menggunkaan bambu atau
triplek, dsb) apakah pengungsi mau tinggal disana? Karena pasti masih ada rasa trauma
tinggal di rumah karena takut ada gempa susulan.
2. Banyak lembaga-lembaga sosial swasta yang juga membangun shelter, Huntara (Hunian
Sementara) dan Huntap (Hunian Tetap). Apakah lembaga-lembaga swasta ini juga
diharuskan mengikuti spesifikasi huntara dari Pemerintah?

Jawaban:

1. Setiap bencana maupun musibah pasti akan menimbulkan dampak traumatik. Dan tidak
menutup kemungkinan para korban harus diamankan ke tempat atau lokasi yang lebih
aman. Jika ditanyakan apakah pengungsi mau untuk tinggal di pengungsian, mau tidak
mau pengungsi atau korban tersebut harus tetap tinggal di lokasi pengungsian atau shelter
yang telah disediakan. Untuk lokasi shelter sendiri pasti sudah dipertimbangkan baik dari
segi keamanan maupun ketahanan bangunannya. Dan pada shelter sebaiknya
menyediakan ketersediaan sarana dan prasarana infrastruktur, ketersediaan berbagai
pelayanan, dan ketersediaan akses demi kenyamanan dari para pengungsi tersebut. Selain
itu, para relawan di tempat pengungsian juga mengadakan kegiatan bagi para pengungsi
yang bertujuan untuk mengurangi atau menghilangkan rasa traumatik tersebut.
Penanganan trauma bisa berupa psikoterapi, terapi relaksasi atau terapi lainnya, serta
konsumsi obat bila diperlukan. Kegiatan yang dapat dilakukan untuk mengurangi rasa
trauma antara lain mengajak anak-anak untuk bermain, menggerakkan ibu-ibu untuk
memasak, atau melakukan kegiatan positif lainnya.
2. Secara teori Huntara maupun Huntap sudah memiliki spesifikasi ukuran dan lokasi
tertentu, dan jika lembaga-lembaga sosial tersebut berkeinginan untuk membangun
Huntara dan Huntap maka juga harus mengikuti spesifikasi yang usdah ada, demi
kenyamanan dan keamanan para pengungsi atau para korban tersebut untuk tinggal. Dan
juga Huntara disini bertujuan dibangunnya untuk mengamankan pengungsi dengan
menjauhkannya dari tempat bencana. Bangunan huntara yang meliputi sarana dan pra
sarananya hampir semuanya bersifat non-permanen untuk menekankan fungsinya sebagai
tempat tinggal pada masa transisi.
Huntap diperuntukkan bagi korban bencana yang sudah tidak punya tempat tinggal lagi.
Juga diperuntukkan bagi meraka yang tempat tinggalnya masuk Kawasan Rawan
Bencana yang tidak boleh ditinggali lagi menurut aturan pemerintah. Huntap yang
dibangun harus berkonsep eco-settlement dan memenuhi standard permukiman yang
sesuai UU No.1 Tahun 2011. Konsep eco-settlement merupakan konsep dasar untuk eko-
kota dan desa yang meliputi tiga pilar, yaitu ekologi, ekonomi, dan sosial-budaya. Prinsip
utama konsep tersebut antara lain :
a) Integritas ekologi
b) Gaya hidup yang berkelanjutan
c) Pemerintahan yang baik, dan
d) Pemeliharaan keragaman budaya yang harmoni.

Anda mungkin juga menyukai