Anda di halaman 1dari 2

Kelompok

1. Muhammad Fahrizal
2. Muhammad Rifki Aulia Pratama
3. Muhammad Fatih Prayudha
4. Hafizullah Levi zain

LEGENDA PUTRI HIJAU


Menurut legenda, dahulu di Kesultanan Deli Lama, sekira 10 km dari Medan, hidup seorang
putri cantik bernama Putri Hijau. Kecantikan sang putri ini tersebar sampai telinga Sultan
Aceh sampai ke ujung utara Pulau Jawa. Sang pangeran jatuh hati dan ingin melamar sang
putri. Sayang, lamarannya ditolak oleh kedua saudara Putri Hijau, yakni Mambang Yazid dan
Mambang Khayali. Penolakan itu menimbulkan kemarahan Sultan Aceh.
Maka, lahirlah perang antara Kesultanan Aceh dan Deli. Konon, saat perang itu seorang
saudara Putri Hijau menjelma menjadi ular naga dan seorang lagi menjadi sepucuk meriam
yang terus menembaki tentara Aceh. Sisa “pecahan” meriam itu hingga saat ini ada di tiga
tempat, yakni di Istana Maimoon, di Desa Sukanalu
(Tanah Karo) dan di Deli Tua (Deli Serdang).
Pangeran yang seorang lagi yang telah berubah menjadi seekor ular naga itu, mengundurkan
diri melalui satu saluran dan masuk ke dalam Sungai Deli disatu tempat yang berdekatan
dengan Jalan Putri Hijau sekarang. Arus sungai membawanya ke Selat Malaka dari tempat ia
meneruskan perjalanannya yang terakhir di ujung Jambo Aye dekat Lhokseumawe, Aceh.
Putri Hijau ditawan dan dimasukkan dalam sebuah peti kaca yang dimuat ke dalam kapal
untuk seterusnya dibawa ke Aceh. Ketika kapal sampai di ujung Jambo Aye, Putri Hijau
mohon diadakan satu upacara untuknya sebelum peti diturunkan dari kapal. Atas
permintaannya, harus diserahkan padanya sejumlah beras dan beribu-ribu telur. Permohonan
tuan Putri itu dikabulkan.
Tetapi, baru saja upacara dimula, tiba-tiba berhembus angin rebut yang maha dahsyat disusul
oleh gelombanggelombang yang sangat tinggi. Dari dalam laut muncul abangnya yang telah
menjelma menjadi ular naga itu dengan menggunakan rahangnya yang besar itu, diambilnya
peti tempat adiknya dikurung, lalu dibawanya masuk ke dalam laut. Lagenda ini sampai
sekarang masih terkenal dikalangan orang-orang Deli dan malahan juga dalam masyarakat
Melayudi Malaysia.
Di Deli Tua masih terdapat reruntuhan benteng dari Putri yang berasal dari zaman Putri
Hijau, sedangkan sisa meriam, penjelmaan abang Putri Hijau, dapat dilihat di halaman Istana
Maimoon, Medan hingga saat ini.
THE LEGEND OF THE GREEN PRINCESS
According to legend, once in the Deli Lama Sultanate, about 10 km from Medan, there lived
a beautiful princess named Putri Hijau. The beauty of this princess spreads to the ears of the
Sultan of Aceh to the northern tip of the island of Java. The prince fell in love and wanted to
propose to the princess. Unfortunately, his application was rejected by the two sisters of Putri
Hijau, namely Mambang Yazid and Mambang Khayali. This refusal angered the Sultan of
Aceh.
Thus, war was born between the Sultanate of Aceh and Deli. It is said that during the war a
sister of Putri Hijau transformed into a dragon and another became a cannon that kept
shooting at the Acehnese soldiers. The remnants of the "shrapnel" of the cannon are currently
in three places, namely at Maimoon Palace, in Sukanalu Village
(Tanah Karo) and in Deli Tua (Deli Serdang).
The other prince who had turned into a dragon withdrew through a channel and entered the
Deli River in a place adjacent to Jalan Putri Hijau now. The river current carried him to the
Malacca Strait from where he made his last journey at the end of Jambo Aye near
Lhokseumawe, Aceh.
Putri Hijau was taken captive and put in a glass crate which was loaded onto a ship and then
brought to Aceh. When the ship reached the end of Jambo Aye, Putri Hijau asked for a
ceremony for her before the coffin was unloaded from the ship. At his request, he had to give
him a certain amount of rice and thousands of eggs. The princess's request was granted.
However, just as the ceremony had begun, suddenly a powerful gale blew, followed by very
high waves. From the sea emerged his brother who had transformed into a dragon using his
big jaw, he took the chest where his sister was locked up and brought him into the sea. This
legend is still famous among the Deli people and even in Malay society in Malaysia.
In Deli Tua there are still ruins of the fort of Putri who came from the time of Putri Hijau,
while the rest of the cannon, the incarnation of Putri Hijau's brother, can be seen in the
courtyard of the Maimoon Palace, Medan to this day.

Anda mungkin juga menyukai