0 penilaian0% menganggap dokumen ini bermanfaat (0 suara)
69 tayangan2 halaman
Legenda Putri Hijau menceritakan tentang seorang putri cantik bernama Putri Hijau di Kesultanan Deli Lama yang dicari oleh Sultan Aceh untuk dinikahi namun ditolak oleh saudara-saudaranya, menimbulkan perang antara Deli dan Aceh. Putri Hijau akhirnya ditawan namun diselamatkan oleh saudaranya yang menjelma menjadi ular naga.
Legenda Putri Hijau menceritakan tentang seorang putri cantik bernama Putri Hijau di Kesultanan Deli Lama yang dicari oleh Sultan Aceh untuk dinikahi namun ditolak oleh saudara-saudaranya, menimbulkan perang antara Deli dan Aceh. Putri Hijau akhirnya ditawan namun diselamatkan oleh saudaranya yang menjelma menjadi ular naga.
Legenda Putri Hijau menceritakan tentang seorang putri cantik bernama Putri Hijau di Kesultanan Deli Lama yang dicari oleh Sultan Aceh untuk dinikahi namun ditolak oleh saudara-saudaranya, menimbulkan perang antara Deli dan Aceh. Putri Hijau akhirnya ditawan namun diselamatkan oleh saudaranya yang menjelma menjadi ular naga.
Menurut legenda, dahulu di Kesultanan Deli Lama, sekira 10 km dari Medan,
hidup seorang putri cantik bernama Putri Hijau. Kecantikan sang putri ini tersebar sampai telinga Sultan Aceh sampai ke ujung utara Pulau Jawa. Sang pangeran jatuh hati dan ingin melamar sang putri. Sayang, lamarannya ditolak oleh kedua saudara Putri Hijau, yakni Mambang Yazid dan Mambang Khayali. Penolakan itu menimbulkan kemarahan Sultan Aceh. Maka, lahirlah perang antara Kesultanan Aceh dan Deli. Konon, saat perang itu seorang saudara Putri Hijau menjelma menjadi ular naga dan seorang lagi menjadi sepucuk meriam yang terus menembaki tentara Aceh. Sisa “pecahan” meriam itu hingga saat ini ada di tiga tempat, yakni di Istana Maimoon, di Desa Sukanalu (Tanah Karo) dan di Deli Tua (Deli Serdang). Pangeran yang seorang lagi yang telah berubah menjadi seekor ular naga itu, mengundurkan diri melalui satu saluran dan masuk ke dalam Sungai Deli disatu tempat yang berdekatan dengan Jalan Putri Hijau sekarang. Arus sungai membawanya ke Selat Malaka dari tempat ia meneruskan perjalanannya yang terakhir di ujung JamboAye dekat Lhokseumawe, Aceh.Putri Hijau ditawan dan dimasukkan dalam sebuah peti kaca yang dimuat ke dalam kapal untuk seterusnya dibawa ke Aceh. Ketika kapal sampai di ujung JamboAye, Putri Hijau mohon diadakan satu upacara untuknya sebelum peti diturunkan dari kapal. Atas permintaannya, harus diserahkan padanya sejumlah beras dan beribu-ribu telur. Permohonan tuan Putri itu dikabulkan. Tetapi, baru saja upacara dimula, tiba-tiba berhembus angin rebut yang maha dahsyat disusul oleh gelombanggelombang yang sangat tinggi. Dari dalam laut muncul abangnya yang telah menjelma menjadi ular naga itu dengan menggunakan rahangnya yang besar itu, diambilnya peti tempat adiknya dikurung, lalu dibawanya masuk ke dalam laut. Lagenda ini sampai sekarang masih terkenal dikalangan orang-orang Deli dan malahan juga dalam masyarakat Melayudi Malaysia. Di Deli Tua masih terdapat reruntuhan benteng dari Putri yang berasal dari zaman Putri Hijau, sedangkan sisa meriama penjelmaan abang Putri Hijau, dapat dilihat di halaman Istana Maimoon, Medan hingga saat ini.