Anda di halaman 1dari 13

Nama : Ni Putu Abellia Ryzka Shakadevi

NIM : 21010000153
Prodi : S1 Hukum
Kelas : C
Matkul : Penghamtar Ilmu Hukum (PIH)

BAB 1

MANUSIA DAN MASYARAKAT

   Hukum tidak lepas dari kehidupan manusia. Maka untuk membicarakan hukum kita
tidak dapat lepas membicarakannya dari kehidupan manusia. Kepentingan adalah suatu
tuntutan perorangan atau kelompok yang diharapkan untuk dipenuhi. Setiap manusia adalah
mendukung atau penyandang kepentingan. Sejak dilahirkan manusia butuh makan, pakaian,
tempat berteduh dan sebagainya. Menginjak dewasa bertambah jumlah dan jenis
kepentingannya. Manusia dalam hidupnya dikelilingi berbagai macam bahaya yang
mngancam kepentingannya, sehingga seringkali menyebabkan kepentingannya atau
keinginannya tidak tercapai. Untuk itu ia memerlukan bantuan manusia lain. Dengan kerja
sama dengan manusia lain akan lebih mudahlah keinginannya tercapai atau kepentingannya
terlindungi. Lebih- lebih mengingat bahwa manusia itu termasuk makhluk yang lemah dalam
menghadapi ancaman bahaya terhadap dirinya atau kepentingannya akan lebih kuat
kedudukannya menghadapi bahaya apabila ia bekerjasama dengan manusia lain dalam
kelompok atau kehidupan bersama. Ia akan lebih kuat menghadapi ancaman-ancaman
terhadap kepentingannya, yang dengan demikian akan lebih terjamin perlindungannya
apabila ia hidup dalam masyarakat, yaitu salah satu kehidupan bersama yang anggota-
anggotanya mengadakan pola tingkah laku yang maknanya dimengerti oleh sesama anggota.
Masyarakat merupakan suatu kehidupan bersama yang terorganisir untuk mencapai dan
merealisir tujuan bersama. Masyarakat merupakan kelompok atau sekumpulan manusia. Apa
yang mempertemukan atau mendekatkan kedua manusia itu satu sama lain adalah pemenuhan
kebutuhan atau kepentingan mereka. Kehidupan bersama dalam masyarakat tidaklah
didasarkan pada adanya beberapa manusia secara kebetulan bersama, tetapi didasarkan pada
adanya kebersamaan tujuan. Manusia sebagai individu itu pada dasarnya bebas dalam
perbuatannya, tetapi dalam perbuatannya itu ia dibatasi oleh masyarakat. Masyarakat tidak
akan membiarkan manusia individual berbuat semau-maunya, sehingga merugikan
masyarakat. Masyarkat itu merupakan tatanan sosial psikologis. Ia harus mengingat dan
memperhitungkan adanya masyarakat. Manusia akan berusaha dan akan merasa berbahagia
apabila ia dapat menyesuaikan diri dengan masyarakat. Bila tidak berhasil menyesuaikan diri
ia akan merasa kecewa dan sedih karena ia merasa sebagai seseorang yang tidak dikehendaki.
Dapatlah dikatakan bahwa tidak ada seorang manusia yang hidup seorang diri terpencil jauh
dan lepas dari kehidupan bersama. Manusia tidak mungkin berdiri diluar atau tanpa
masyarakat, sebaliknya masyarakat tidak mungkin ada tanpa manusia. Sudah menjadi sifat
pembawaannya bahwa manusia hanya dapat hidup dalam masyarakat. Manusia dan
masyarakat merupakan pengertian komplementer. Jadi untuk menghadapi bahaya yang
mengancam dirinya dan agar kepentingan-kepentingannya lebih terlindungi maka manusia
hidup berkelompok dalam masyarakat. Di dalam masyarakat manusia selalu berhubungan
satu sama lain. Kehidupan bersama itu menyebabkan adanya interaksi, kontak atau hubungan
satu sama lain. Kontak dapat berarti hubungan yang menyenangkan atau menimbulkan
pertentangan atau konflik. Mengingat akan banyaknya kepentingan tidak mustahil terjadi
konflik atau bentrokan antara sesame manusia, karena kepentingannya saling bertentangan.
Konflik kepentingan itu terjadi apabila dalam melaksanakan atau mengejar kepentingannya
seseorang merugikan oranglain. Manusia berkepentingan bahwa ia merasa aman. Aman
berarti bahwa kepentingan-kepentingannya tidak diganggu. Gangguan kepentingan atau
konflik haruslah dicegah atau tidak dibiarkan berlangsung terus, karena akan mengganggu
keseimbangan tatanan masyarakat. Oleh karena itu keseimbangan tatanan masyarakat yang
terganggu haruslah dipulihkan ke keadaan semua. Terutama apabila terjadi konflik barulah
dirasakan kebutuhan akan perlindungan kepentingan.

Jadi manusia di dalam masyarakat memerlukan perlindungan kepentingan.


Perlindungan kepentingan itu tercapai dengan terciptanya pedoman atau Peraturan hidup
yang menentukan bagaimana manusia harus bertingkah laku dalam masyarakat agar tidak
merugikan orang lain dan dirinya sendiri. Pedoman, patokan atau ukuran untuk berperilaku
atau bersikap dalam kehidupan bersama ini disebut norma atau kaidah sosial. Kaidah sosial
pada hakikatnya merupakan perumusan suatu pandangan mengenai perilaku atau sikap yang
seyogyanya dilakukan atau yang seyogyanya tidak dilakukan, dilarang dijalankan atau yang
dianjurkan untuk dijalankan. Kaidah sosial ini ada yang berbentuk tertulis ada pula yang lisan
yang merupakan kebiasaan yang diteruskan dari generasi ke generasi.
 BAB 2

KAIDAH- KAIDAH SOSIAL

   Tata kaidah tersebut terdiri dari kaidah kepercayaan atau keagamaan, kaidah
kesusilaan, kaidah sopan santun dan kaidah hukum, yang dapat dikelompokkan seperti
berikut:

1.Tata kaidah dengan aspek kehidupan pribadi yang dibagi lebih lanjut menjadi;

a. Kaidah kepercayaan atau keagamaan

b.  kaidah kesusilaan

2.  Tata kaidah dengan aspek kehidupan antar pribadi yang dibagi lebih lanjut menjadi; 

a.   kaidah sopan santun

b.  kaidah hokum

 Kaidah kepercayaan atau keagamaan

Kaidah ini ditunjukkan terhadap kewajiban manusia kepada Tuhan dan kepada dirinya
sendiri. Sumber atau asal kaidah ini adalah ajaran ajaran kepercayaan atau agama yang oleh
pengikut-pengikutnya dianggap sebagai perintah Tuhan. Tuhanlah yang mengancam
pelanggaran-pelanggaran kaidah kepercayaan atau agama itu dengan sanksi. Ketentuan-
ketentuan di bawah ini yang oleh para pengikut atau pemeluknya dianggap sebagai perintah
Tuhan, merupakan kaidah keagamaan.

Dan dan janganlah kamu mendekati zina sesungguhnya zina itu


adalah suatu perbuatan yang keji dan suatu jalan yang buruk .

(surah Al Isra ayat 32)

 Dan janganlah kamu membunuh jiwa yang diharamkan Allah


(membunuhnya) melainkan dengan suatu ( alasan) yang benar. Dan
barangsiapa dibunuh secara zalim, maka sesungguhnya kami telah memberi
kekuasaan kepada ahli warisnya tetapi Janganlah ahli waris itu melampaui
batas dalam membunuh, karena ia adalah orang yang  mendapat
pertolongan.

(Surah Al Isra ayat 33)

Kaidah kepercayaan  atau keagamaan ini bertujuan menyempurnakan manusia oleh


karena kaidah ini ditunjukkan kepada umat manusia dan melarang manusia melakukan
perbuatan jahat. Kaidah kepercayaan atau keagamaan ini hanyalah membebani manusia
dengan kewajiban- kewajiban dan tidak memberi hak. Adanya hanya menunaikan kewajiban,
mentaati dan melaksanakan kaidah kepercayaan atau keagamaan.

 Kaidah kesusilaan

  Sebagai pendukung kaidah kesusilaan adalah nurani individu dan bukan manusia
sebagai makhluk sosial atau sebagai anggota masyarakat yang terorganisir.Kaidah kesusilaan
ini ditunjukkan kepada umat manusia agar terbentuk kebaikan akhlak pribadi guna
penyempurnaan manusia dan melarang manusia melakukan perbuatan jahat. Asal atau
sumber kaidah kesusilaan adalah dari manusia sendiri, jadi bersifat otonom dan tidak
ditunjukkan kepada sikap lahir, tetapi ditujukan kepada sikap batin manusia juga. Batinnya
sendirilah yang mengancam perbuatan yang melanggar kaidah kesusilaan dengan sanksi.

Kaedah sopan santun, Tata karma atau Adat

  Kaidah sopan santun didasarkan atas, kebiasaan kepatutan atau kepantasan yang 
berlaku dalam masyarakat. Kaidah sopan santun ditunjukkan kepada sikap lahir pelakunya
yang konkrit demi penyempurnaan atau ketertiban masyarakat dan bertujuan menciptakan
perdamaian, tata tertib atau membuat “sedap” lalu lntas antar manusia yang bersifat lahiriyah.
Sopan santun menyentuh manusia tidak semata- mata sebagai individu, tetapi sebagai
makhluk social, jadi menyentuh kehidupan bersama. “Ta’tahu sopan santun, ta’tahu
adat”kata-kata ini dilemparkan dalam pergaulan sebagai celaan terhadap pelanggar kaedah
sopan santun. Mendahulukan anak-anak dan wanita dalam keadaan tertentumerupakan sikap
sopan: ini lazim disebut unggah-ungguhatau etiquette, yaitu kebiasaan dalam pergaulan. Beda
sopan santun dalam pergaulan (etiquette) dengan Fashion atau mode terletak pada sifat
perubahannya. Kekuasaan masyarakat secara tidak resmilah yang mengancam dengan sanksi
bila kaedah sopan santun itu dilanggar. Yang memaksakan kepada kita adalah kekuasaan di
luar diri kita (Heteronom).

Setiap pelanggaran ketiga norma atau kaidah tersebut di atas akan terkena sanksii,
sanksi tidak lain merupakan reaksi, akibat atau konsekuensi pelanggaran kaedah social.
Sanksi dalam arti luas dapat bersifat menyenangkan atau positif, yang berupa penghargaan
(ganjaran0 seperti respek (rasa hormat), simpati, pemberian penghargaan seperti Satya
Lencana, Bintang dan sebagainya dan bersifat tidak menyenangkan atau negative berupa
hukuman seperti sikap antipasti, celaan atau pidana. Yang dimaksud dengan sanksi lazimnya
adalah yang bersifat negative. Pada hakikatnya sanksi bertujuan untuk memulihkan
keseimbangan tatanan masyarakat, yang telah terganggu oleh pelanggaran- pelanggaran
kaidah, dalam keadaan semula. Sebagai perlindungan kepentingan manusia kaidah
kepercayaan atau keagamaan, kaidah kesusilaan dan kaidah sopan santun atau adat dirasakan
belum cukup memuaskan, sebab:

a. Masih banyak kepentingan-kepentingan manusia lainnya yang


memerlukan perlindungan, tetapi belum mendapat perlindungan dari
ketiga kaidah social tersebut.

b. Kepentingan- kepentingan manusia yang telah mendapat perlindungan


dari ketiga kaidah social tersebut belum cukup terlindungi, karena
dalam hal terjadi pelanggaran kaidah-kaidah tersebut reaksi atau
sanksinya dirasakan belum cukup memuaskan.

Bagi setiap kaidah social tersebut sanksinya tidak dirasakan secara langsung di dunia
ini dengan cukup memuaskan, sehingga masih dirasakan kurang cukup memberi jaminan
perlindungan kepentingan manusia. Jadi kepentingan manusia di dalam masyarakat dirasakan
belum cukup terlindungi oleh ketiga kaidah social seperti diatas. Kaidah social ini adalah
kaidah huku.
BAB 3

KAEDAH HUKUM

Kaidah hukum ini melindungi lebih lanjut kepentingan- kepentingan manusia yang
sudah mendapat perlindungan dari ketiga kaidah lainnya dan melindungi kepentingan
kepentingan manusia yang belum mendapat perlindungan dari ketiga kaidah tadi. Kaidah
hukum  ditujukan  terutama kepada pelakunya yang konkrit, yaitu di pelaku yang  nyata-
nyata berbuat, bukan untuk penyempurnaan manusia, melainkan untuk ketertiban masyarakat
agar masyarakat tertib, agar jangan sampai jatuh korban kejahatan, agar tidak terjadi
kejahatan. Isi kaidah hukum itu ditujukan kepada sikap lahir manusia. Orang tidak akan
dihukum atau diberi sanksi hukum hanya karena apa yang dipikirkan atau di batinnya: tidak
seorangpun dapat dihukum karena apa yang difikirkan atau dibatinnya (cogitationis poenam
nemo patitut).Memang benar bahwa hukum pada hakikatnya tidak memperhatikan sikap
batin manusia dalam arti bahwa hukum tidak memberi pedoman tentang bagaimana
sayogyanya batin manusia itu. Kaidah hukum berasal dari luar diri manusia. Kaidah hukum
berasal dari kekuasaan luar diri manusia yang memaksakan kepada kita (heteronom). Dalam
hal ini pengadilanlah sebagai lembaga yang mewakili masyarakat menjatuhkan hukuman.
Kalau kaidah kepercayaan, kesusilaan dan sopan santun hanya membebani manusia dengan
kewajiban- kewajiban saja, maka kaidah hukum kecuali membebani manusia dengan
kewajiban memberi hak: kaidah hukum itu bersifat Normatif dan Atributif.

Kaidah Hukum dan Kaidah Sosial Lainnya

Kaidah hukum dapat dibedakan dari kaidah kepercayaan, kaidah kesusilaan dan sopan
santun, tetapi tidak dapat dipisahkan, sebab meskipun ada perbedaannya nya ada pula titik
temunya. Terdapat hubungan yang erat sekali antara keempat empatnya. Isi masing-masing
kaidah saling mempengaruhi satu sama lain, kadang-kadang saling memperkuat. Antara
kaidah kepercayaan atau keagamaan dan hukum banyak temunya. Pasal 29 UUD misalnya
menjamin kebebasan beragama bagi setiap penduduk. Pembunuhan, pencurian, perzinahan
tidak di benarkan oleh kedua kaidah itu.Batas yang tajam tidak dapat ditarik antara kaidah
kesusilaan dan kaidah hukum. Hukum positif kita memperhatikan pengertian-pengertian
tentang kesusilaan seperti iktikad baik (ps. 1338, 1363 BW),Bersikap seperti kepala somah
yang baik (ps. 1560 BW),Kelayakan dan kepatutan. Bagi hukum kadaluarsa ini tujuan nya  
adalah untuk menjamin kepastian hukum. Hukum menuntut menuntut legalitas, yang berarti
bahwa yang dituntut adalah pelaksanaan atau ketaatan kaidah semata-mata, sedangkan
kesusilaan menuntut moralitas, yang berarti bahwa yang dituntut adalah perbuatan yang
didorong oleh rasa wajib.Ada kalanya kaidah sopan santun diberantas oleh kaidah hukum,
tetapi ada kalanya diakui.
Sollen Sein
Kaidah hukum merupakan ketentuan atau pedoman tentang apa yang seyogyanya atau
seharusnya dilakukan. Kaidah hukum berisi kenyataan normatif,Suatu kenyataan normatif
dan bukan menyatakan sesuatu yang terjadi secara nyata, melainkan apa yang seharusnya
atau seyogyanya terjadi.Kaidah hukum itu bersifat memerintah, pemerintah mengharuskan
atau preskiptif. Telah dikemukakan bahwa kaidah hukum itu bersifat pasif. Agar kaidah
hukum itu aktif atau hidup, diperlukan ‘’ rangsangan’’.Rangsangan untuk mengaktifkan
kaidah hukum adalah peristiwa konkrit (das Sein). Peristiwa hukum adalah peristiwa yang
relevan bagi hukum, peristiwa yang oleh hukum dihubungkan dengan akibat hukum atau
peristiwa yang oleh hukum dihubungkan dengan timbulnya atau lenyapnya hak dan
kewajiban. Suatu peristiwa hukum tidak mungkin terjadi tanpa adanya kaidah hukum.
Peristiwa hukum tidak dapat di konstatir tanpa menggunakan kaidah hukum. Peristiwa-
peristiwa hukum itu di ciptakan oleh kaidah hukum. Sebaliknya kaidah hukum itu dalam
proses terjadinya dipengaruhi oleh peristiwa-peristiwa konkrit. Sanksi terhadap
pelanggaran kaidah hukum dapat dipaksakan, dapat dilaksanakan di luar kemauan yang
bersangkutan, bersifat memaksa. Kalau dikatakan bahwa sanksi pada kaidah hukum itu
bersifat memaksa atau menekan ini tidak berarti bahwa sanksi terhadap pelanggaran kaidah
sosial lainnya sama sekali tidak bersifat memaksa atau menekan. Ketaatan pada
kaidah hukum bukan semata-mata didasarkan pada sanksi yang bersifat memaksa,
tetapi karena di dorong oleh alasan kesusilaan dan kepercayaan. Tidak setiap kaidah hukum
disertai dengan sanksi. Kaidah hukum tanpa saksi disebutlex imperfecta.Tidak semua
pelanggaran kaidah dapat dipaksakan sangsinya. Beberapa kewajiban tidak dapat dapat
dituntut pemenuhannya menurut hukum secara paksa. Sekalipun pada umumnya kaidah
hukum itu disertai sangsi namun tidak terhadap semua pelanggaran kaidah hukum dikenakan
sanksi. 

Hukum dan Kekuasaan

  Yang dapat memberi atau memanfaatkan terhadap pelanggaran adalah penguasa,


karena penegakan hukum dalam hal ada pelanggaran adalah monopoli penguasa. Mempunyai
kekuasaan untuk memaksakan sanksi terhadap pelanggaran kaidah hukum. Hakikat
kekuasaan tidak lain adalah kemampuan seseorang untuk memaksakan kehendaknya kepada
orang lain. Hukum ada karena kekuasaan yang sah. Jadi hukum bersumber pada kekuasaan
yang sah. Di dalam sejarah tidak jarang kita jumpai hukum yang tidak bersumber pada
kekuasaan yang sah atau kekuasaan yang menurut hukum yang berlaku sesungguhnya tidak
berwenang. Revolusi misalnya merupakan kekuasaan yang tidak sah (coup de’etat) dan
sering merupakan kekerasan atau kekuatan fisik. Sebaliknya itu hukum itu sendiri pada
hakikatnya nya adalah kekuasaan. Hukum adalah kekuasaan, kekuasaan yang mengusahakan
ketertiban. Kalau dikatakan bahwa hukum itu kekuasaan tidak berarti bahwa kekuasaan itu
hukum.
Apakah yang dimaksudkan dengan rule of law itu? Dari bunyi kata-katanya Rule of
law berarti pengaturan oleh hukum. Jadi yang mengatur adalah hukum, hukumlah yang
memerintahkan atau berkuasa. Ini berarti supresi hukum. Perlu diingat bahwa hukum adalah
perlindungan kepentingan manusia, sehingga “governance not by man but by law”Tidak
boleh diartikan bahwa manusianya pasif sama sekali dan menjadi budak hukum. Hukumlah
yang berkuasa. Pengekangan kekuasaan oleh hukum merupakan unsur esensial dan Tiada
kekuasaan yang kebal terhadap kecaman. Pengertian rule of law ini timbul pada tahun 1955,
yaitu pada waktu diadakan kongres internasional pertama yang disponsori oleh internasional
Commision of Jurists yang diadakan di Atena dan dihadiri oleh sarjana hukum dari 48
negara. Konsep Rule of Law Ini pertama kali dikembangkan dalam Kongres di Delhi pada
tahun 1959 yang diselenggarakan oleh Internasional Commision of Jurist yang diikuti oleh
185 orang Hakim, sarjana dan dosen hukum 53 negara. 

“Eigenrichting”
Telah diketengahkan di muka bahwa pelaksanaan sanksi adalah monopoli penguasa.
Perorangan tidak diperkenankan melaksanakan sanksi untuk mencegah menegakkan hukum.
Pada hakikatnya tindakan menghakimi sendiri ini merupakan pelaksanaan sanksi oleh
perorangan. Jadi ada pelanggaran kaidah-kaidah hukum tertentu yang tidak dikenakan
sanksi:  ini merupakan penyimpangan atau pengecualian. Pelanggaran-pelanggaran ini
merupakan perbuatan-perbuatan yang dilakukan dalam keadaan tertentu. 
Pertama ialah perbuatan yang pada hakikatnya nya merupakan pelanggaran kaidah
hukum, tetapi tidak dikenakan sanksi karena dibenarkan atau mempunyai dasar pembenaran
(rechtvaardigingsgrond). Keadaan darurat (noodtoestand) merupakan konflik kepentingan
hukum atau konflik antara kepentingan hukum dan kewajiban hukum di mana kepentingan
yang kecil harus dikorbankan terhadap kepentingan yang lebih besar. Keadaan darurat ini
dapat menjadi dasar darurat (noodwear) Merupakan alasan untuk dibebaskan dari hukuman
karena melakukan pembelaan diri, kehormatan atau barang secara terpaksa terhadap serangan
yang mendadak dan melanggar hukum (ps. 49 KUHP). Dalam pembelaan darurat harus ada
serangan yang langsung dan bersifat melawan hukum, kalau tidak maka tidak mungkin
adanya pembelaan terpaksa. Bagi hakim cukup membuktikan ada tidaknya penyerangan.
Kedua ialah perbuatan yang pada hakikatnya nya merupakan pelanggaran kaidah
hukum, tetapi tidak dikenakan sanksi karena si pelaku pelanggaran dibebaskan dari kesalahan
(schuldopheffingsgrond).Perbuatan ini terjadi karena apa yang dinamakan Force Mayeur,
overmacht atau keadaan memaksa, yaitu Keadaan atau kekuatan di luar kemampuan manusia
(ps 48 KUHP).Dalam ilmu hukum pidana ke dua alasan yang menyebabkan pelanggar kaidah
hukum tidak dikenakan sanksi yaitu alasan pembenar (rechtvaardigingsgrond) Dan alasan
pelepas unsur kesalahan (schulduitsluitingsgrond) disebut fait d’excuse (alasan pemaaf,
strafuitsluitingsgrond). Jadi ada dua penyimpangan dari kaidah, yaitu penyimpangan yang
merupakan pengecualian dan yang merupakan penyelewengan atau pelanggaran. Yang
dimaksudkan dengan penyimpangan yang merupakan pengecualian ialah bahwa
penyimpangan itu tidak dikenakan sanksi.

Dasar Psikologis dari hokum

  Di dalam masyarakat walau bagaimanapun primitifnya, manusia selalu menjadi


subjek hukum, menjadi penyandang hak dan kewajiban. Jadi hukum terdapat dalam
masyarakat manusia. Dalam setiap masyarakat selalu ada sistem hukum, ada masyarakat ada
hukum:ubi societas ibi jus. Dalam bab 1 telah dikemukakan bahwa manusia adalah Zoon
Politicon dan bahwa manusia dan masyarakat merupakan pengertian komplementer. Dalam
diri manusia terdapat tiga hasrat atau nafsu, yaitu hasrat yang individualistis (egoistis atau
otomistis) hasrat yang kolektivistis (egoistis atau organis) dan hasrat yang bersifat mengatur
atau menjaga keseimbangan.Sudah menjadi sifat pembawaannya manusia bahwa ia
mempunyai hasrat yang bersifat individualistis. Manusia adalah makhluk sosial. Hidup tanpa
masyarakat tidak mungkin, karena Hasrat kolektivistis dalam kesadaran kita tidak mungkin
ditiadakan. Sebaliknya suatu masyarakat selalu terdiri dari individu.
“Raison d’etre”nya Hukum
Di sinilah baru dipersoalkan hukum. Hukum pada hakikatnya nya baru timbul (untuk
dipermasalahkan) kalau terjadi pelanggaran kaidah hukum, konflik,  kebatilan atau “tidak
hukum” (unlaw, onrecht).

Isi, Sifat dan Bentuk Kaidah Hukum

Ditinjau dari segi isinya kaidah hukum dapat dibagi menjadi tiga. Ada kaidah hukum
berisi perintah, Kaidah hukum yang berisi larangan, yang ketiga adalah kaidah hukum yang
berisi perkenan. Ditinjau dari sifatnya ada dua macam kaidah hukum, yaitu kaidah hukum
yang imperative dan fakultatif.Kaidah hukum itu imperatif apabila kaidah hukum itu bersifat
a priori harus ditaati, bersifat mengingat atau memaksa. Kaidah hukum fakultatifapabila
kaidah hukum itu tidak a priori mengikat.Kaidah hukum fakultatif ini bersifat melengkapi,
subsidiair atau dispositif. Kaidah hukum yang isinya perintah dan larangan bersifat
imperatif, sedangkan yang isinya perkenan bersifat fakultatif.

Asas Hukum

  Pada hakikatnya nya apa yang dinamakan kaidah adalah nilai, karena berisi apa yang
“seyogyanya” harus dilakukan, sehingga harus dibedakan dari peraturan konkrit yang dapat
dilihat dalam bentuk kalimat-kalimat. Asas hukum umum adalah norma dasar yang
dijabarkan dari hukum positif dan yang oleh ilmu hukum tidak dianggap berasal dari aturan-
aturan yang lebih umum. Dapatlah disimpulkan bahwa asas hukum Atau prinsip hukum
bukanlah peraturan hukum konkrit, merupakan pikiran dasar yang umum sifatnya atau
merupakan latar belakang dari peraturan yang konkrit yang terdapat dalam dan di belakang
setiap sistem hukum yang terjema dalam peraturan perundang-undangan dan putusan hakim
yang merupakan hukum positif dan dapat diketemukan dengan mencari sifat-sifat umum
dalam peraturan konkrit tersebut. Fungsi ilmu hukum adalah mencari asas hukum ini dalam
hukum positif .Jadi asas hukum bukanlah kaidah hukum yang konkrit, melainkan merupakan
latar belakang peraturan yang konkrit dan bersifat umum atau abstrak. Tujuan hukum itu
adalah kesempurnaan masyarakat, suatu cita-cita. Di dalam hubungan antara asas hukum dan
kaidah hukum yang konkrit itulah terdapat sifat hukum. Asas hukum mempunyai dua fungsi:
fungsi dalam hukum dan fungsi dalam ilmu hukum. Asas dalam hukum mendasarkan
eksistensinya pada rumusan oleh pembentuk undang-undang dan hakim. Asas dalam ilmu
hukum hanya bersifat mengatur dan exsplikatif (Menjelaskan). Tujuannya adalah memberi
ikhtisar, tidak normatif sifatnya dan tidak termasuk hukum positif. Asas hukum dibagi juga
menjadi asas hukum umum dan asas hukum khusus. Asas hukum umum ialah asas hukum
yang berhubungan dengan seluruh bidang hukum. Asas hukum khusus berfungsi dalam
bidang Yang lebih sempit seperti dalam bidang hukum perdata, hukum dan sebagainya
.Kaidah hukum adalah pedoman tentangapa yang seyogyanya dilakukan dan apa yang
seyogyanya tidak dilakukan, ini pemisahan antara yang baik dan yang buruk.

 Hukum dan Etik


  Karena kaidah hokum itu melindungi kepentingan manusia maka harus ditaati, harus
dilaksanakan, di dipertahan dan bukan dilanggar. Etik adalah usaha manusia untuk mencari
norma baik dan buruk. Secara lebih sederhana dapatlah dikatakan bahwa etik adalah filsafat
tingkah laku atau filsafat mencari pedoman untuk mengetahui bagaimana manusia bertindak
yang baik atau etis. Etik pada hakikatnya nya merupakan pandangan hidup dan pedoman
tentang bagaimana orang itu seyogyanya berperilaku. Sasaran etik semata-mata adalah
perbuatan manusia yang dilakukan dengan sengaja. Kesadaran etis bukan hanya berarti sadar
akan adanya baik dan buruk, tetap sadar bahwa orang harus berbuat. Pelanggaran etik hukum
bukanlah merupakan pelanggaran kaidah hukum melainkan dirasakan sebagai bertentangan
dengan hati nurani.

BAB 4

HUKUM, HAK DAN KEWAJIBAN

Hukum hukum pada umumnya adalah keseluruhan kumpulan peraturan-peraturan


atau kaidah-kaidah dalam suatu kehidupan bersama. Pada umumnya orang datang pada
seorang sarjana hukum dengan masalah hukum untuk dipecahkan. Kepada sarjana hukum
dihadapkan masalah-masalah hukum diharapkan dapat memecahkan dan menemukan
hukumnya. peraturan-peraturan Hukum.  Hakim, Jaksa, pengacara, Dosen Hukum, notaris,
pegawai biro hukum berbagai instansi tidak dapat lepas dari peraturan-peraturan hukum
dalam menemukan hukumnya. Hubungan hukum itu terdiri dari ikatan ikatan antara individu
dan masyarakat dan antara individu itu sendiri tercermin pada hak dan kewajiban. Hukum
sebagai kumpulan peraturan atau kaidah mempunyai isi yang bersifat umum dan normatif,
umum karena berlaku bagi setiap orang dan normatif karena menentukan apa yang
seyogyanya dilakukan apa yang tidak boleh dilakukan.
Hak dan kewajiban.  Hukum harus dibedakan dari hak dan kewajiban, yang timbul
kalau hukum itu diterapkan terhadap peristiwa konkrit. Tetapi keduanya tidak dapat
dipisahkan satu sama lain. Tidak ada hak tanpa kewajiban, sebaliknya tidak ada kewajiban
tanpa hak. Hak itu memberi kenikmatan dan keleluasaan kepada individu Dalam
melaksanakannya, sedangkan kewajiban merupakan pembatasan dan beban sehingga yang
menonjol ialah segi aktif dalam hubungan hukum itu, yaitu hak. Hak dan kewajiban
merupakan perimbangan Kekuasaan dalam bentuk hak individual di satu pihak yang
tercermin pada kewajiban pada pihak lawan. Hak dan kewajiban ini merupakan kewenangan
yang diberikan kepada seseorang oleh hukum. Hak adalah kepentingan yang dilindungi
hukum sedangkan kepentingan adalah tuntutan perorangan atau kelompok yang diharapkan
untuk dipenuhi.  Banyak diatur dalam berbagai peraturan perundang-undangan, yang pada
umumnya sangat luas rumusnya.  kegiatan kepentingan umum itu meliputi bidang-bidang
pertahanan, pekerjaan umum, perlengkapan umum, jasa umum, keagamaan,  ilmu
pengetahuan dan seni budaya, kesehatanan, olahraga, keselamatan umum terhadap bencana
alam, kesejahteraan sosial, makam atau kuburan, pariwisata dan rekreasi, usaha-usaha
ekonomi yang bermanfaat bagi kesejahteraan umum. 
Pasal 49 UU No. 5 tahun 1986 tentang Peradilan Tata Usaha Negara dikatakan bahwa
kepentingan umum adalah kepentingan bangsa dan negara dan atau kepentingan masyarakat
bersama dan atau kepentingan pembangunan. UU No. 5 tahun 1991 tentang Kejaksaan
Republik Indonesia dalam penjelasan pasal 32 dikatakan bahwa kepentingan umum adalah
kepentingan bangsa dan negara dan atau kepentingan masyarakat luas. Dari berbagai
peraturan perundang-undangan dapat disimpulkan adanya kriteria tentang kepentingan umum
bersifat sosial, bertujuan membantu meningkatkan kesejahteraan masyarakat umum dan tidak
bertujuan mencari keuntungan atau laba kecuali kepentingan umum itu menyangkut
kepentingan bangsa dan negara, pelayanan umum dalam masyarakat luas, rakyat banyak dan
atau pembangunan. Tidak dapat disangkal bahwa tindakan pemerintah harus ditunjukkan
kepada pelayanan umum, dan melindungi kepentingan umum. Memang itulah tugas
pemerintah, sehingga kepentingan umum merupakan kepentingan atau urusan pemerintah. Di
dalam masyarakat terdapat banyak sekali dan beraneka ragam kepentingan-kepentingan
mengharapkan atau menuntut kepentingan-kepentingannya itu dipenuhi, yang sudah tentu
tidak mungkin dipenuhi semuanya sekaligus. Dari sudut pemerintah, maka dari sekian
banyak kepentingan harus dipilih dan pasti ada kepentingan kepentingan yang harus
didahulukan atau diutamakan dari kepentingan kepentingan yang lainnya. 
Jadi kepentingan umum adalah kepentingan yang harus didahulukan dari
kepentingan-kepentingan yang lain dengan tetap memperhatikan proporsi pentingnya dan
tetap menghormati kepentingan-kepentingan lain. Maka dari uraian di atas dapat disimpulkan
bahwa kepentingan pemerintah belum tentu atau tidak selalu merupakan kepentingan umum.
Kalau dirumuskan secara rinci atau kasuistis dalam peraturan perundang-undangan penerapan
akan kaku, tidak akan mudah mengikuti perkembangannya, karena Hakim melalui terikat
pada rumusan undang-undang yang sempit itu. Dalam setiap hak terdapat 4 unsur, yaitu
subjek hukum, objek hukum, hubungan hukum yang mengikat pihak lain dengan kewajiban
dan perlindungan hukum. Hak milik itu ada subyeknya, yaitu pemilik, sebaliknya setiap
orang terikat oleh kewajiban untuk menghormati hubungan antara pemilik dan obyeknya
yang dimilikinya. Apa yang dinamakan kewajiban ialah suatu beban yang bersifat
kontraktual. hak dan kewajiban itu timbul apabila terjadi hubungan hukum antara dua pihak
yang didasarkan pada suatu kontrak atau perjanjian.  Yang dinamakan tanggung jawab adalah
beban yang sifatnya moral. Hukum sebagai kumpulan peraturan bersifat abstrak dan bahwa
tatanan yang diciptakan oleh hukum itu baru menjadi kenyataan apabila kepada subjek
hukum diberi hak dan dibebani kewajiban. Untuk terjadinya hak dan kewajiban diperlukan
terjadinya suatu peristiwa yang oleh hukum dihubungkan sebagai akibat. Peristiwa konkrit
yang mana yang mempunyai akibat hukum itu tergantung pada kaidah atau situasi konkrit.
Peristiwa hukum itu sedemikian besar jumlahnya serta banyak pula jenisnya, sehingga perlu
adanya sistematik.  Pada hakekatnya adalah kejadian, keadaan atau perbuatan orang yang
oleh hukum dihubungkan dengan akibat hukum. Kelahiran atau kematian sedangkan keadaan
misalnya adalah umur.  Perbuatan hukum yang bukan perbuatan subyek hukum merupakan
perbuatan subyek hukum dibagi lebih lanjut menjadi perbuatan hukum dan perbuatan lainnya
yang bukan merupakan perbuatan hukum melainkan merupakan perbuatan nyata. Perbuatan
hukum adalah perbuatan subyek hukum yang ditunjukkan untuk menimbulkan akibat hukum
yang sengaja dikehendaki oleh subjek hukum. 
Perbuatan dibagi menjadi perbuatan hukum perbuatan hukum hak dan perbuatan
hukum sepihak dan ganda. Perbuatan hukum sepihak hanya memerlukan kehendak dan
pernyataan kehendak untuk menimbulkan akibat hukum dari satu subjek hukum saja.
Perbuatan hukum ganda memerlukan kehendak dan pernyataan kehendak dari sekurang-
kurangnya dua subjek hukum yang ditunjukkan kepada akibat hukum yang sama. Bukan
hanya peristiwa hukum saja lah yang penting bagi hukum tetapi banyak peristiwa-peristiwa
yang bukan peristiwa hukum yang relevan bagi hukum, menentukan isi hubungan-hubungan
hukum. Ada dua macam hak, yaitu hak absolut dan relatif. Hak absolut adalah hubungan
hukum antara subyek hukum dengan obyek hukum yang menimbulkan kewajiban pada setiap
orang lain untuk menghormati hubungan hukum itu. Hak relatif adalah hubungan subyek
hukum dengan subyek hukum tertentu lain dengan perantaraan benda yang menimbulkan
kewajiban pada subyek hukum lain tersebut. Hak absolut terdiri dari hak absolut yang bersifat
kebendaan dan hak absolut yang tidak bersifat kebendaan. Hak Absolut yang bersifat
kebendaan meliputi hak kenikmatan dan hak jaminan. Termasuk hak mutlak yang tidak
bersifat kebendaan adalah hak milik perindustrian dan hak milik intelektual. 
Hak cipta. Perlu untuk menetapkan undang-undang hak cipta yang baru menggantikan
UU no. 6 tahun 1982 sebagaimana telah diubah dengan UU no. 7 tahun 1987 dan UU no. 12
tahun 1997 maka diundangkan lah UU no. 19 tahun 2002 tentang hak cipta. Menurut UU no.
19 tahun 2002 hak cipta adalah hak eksklusif bagi pencipta atau pemegang hak cipta untuk
mengumumkan atau memperbanyak ciptaannya yang timbul secara otomatis setelah suatu
ciptaan dilahirkan tanpa mengurangi pembatasan menurut peraturan peraturan perundang-
undangan yang berlaku. Hak cipta terdiri dari hak ekonomi dan hak moral. Hak cipta
merupakan benda bergerak yang dapat beralih atau dialihkan secara tertulis, baik seluruhnya
atau sebagian. Ciptaan yang dilindungi adalah ciptaan dalam bidang ilmu pengetahuan, seni
dan sastra, yang meliputi semua hasil karya tulis seperti buku, program komputer, pamflet,
perwajahan, ceramah, kuliah, pidato dan ciptaan sejenis, alat peraga untuk kepentingan
pendidikan dan ilmu pengetahuan lagu atau musik dengan atau tanpa teks drama atau drama
musikal tari koreografi pewayangan dan pantomim seni rupa dalam segala bentuknya,
arsitektur, peta, seni batik, fotografi, sinematografi, hasil pengalih  wujudan seperti
terjemahan, Tafsir saduran, bunga rampai, database. Tidak dianggap sebagai pelanggaran hak
cipta adalah pengumuman dan atau perbanyakan lambang Negara dan lagu Kebangsaan,
Pengumuman dan atau perbanyakan segala sesuatu yang diumumkan dan atau diperbanyak
oleh atau atas nama pemerintah serta pengambilan berita aktual dari kantor berita.  Tidak
Dianggap sebagai pelanggaran hak cipta dengan syarat bahwa sumbernya harus
disebutkan. Pada dasarnya masa berlaku hak cipta adalah selama hidup pencipta dan terus
berlangsung hingga 50 tahun setelah pencipta meninggal dunia atau untuk ciptaan tertentu
selama 50 tahun sejak pertama kali diumumkan. 
 Paten.  Yang dimaksud dengan paten adalah hak eksklusif yang diberikan oleh negara
kepada inventor atas hasil invensinya di bidang teknologi yang untuk selama waktu tertentu
melaksanakan sendiri invensinya tersebut atau memberikan persetujuannya kepada pihak lain
untuk melaksanakannya. Hak atas merek. Yang dimaksudkan dengan merek adalah tanda
yang berupa gambar, nama, kata, huruf-huruf, angka-angka, susunan warna, atau kombinasi
kombinasi dari unsur-unsur tersebut yang memiliki daya pembeda dan digunakan dalam
kegiatan perdagangan barang atau jasa.  Hak atas merek adalah hak eksklusif yang diberikan
oleh Negara kepada pemilik merek yang terdaftar dalam Daftar umum merek untuk jangka
waktu tertentu dengan menggunakan sendiri merek tersebut atau memberikan izin kepada
pihak lain untuk menggunakannya. Hak atas merek terdaftar dapat beralih atau dialihkan. 
Rahasia dagang.  Rahasia dagang adalah informasi yang tidak diketahui oleh umum di bidang
teknologi dan atau bisnis yang mempunyai nilai ekonomi, karena berguna dalam kegiatan
usaha dan dijaga kerahasiaannya oleh pemilik hak. Pelanggaran rahasia dagang berupa
sengaja dan tanpa hak menggunakan rahasia dagang, mengungkapkan rahasia dagang,
menguasai rahasia dagang dengan cara yang bertentangan dengan peraturan perundang-
undangan. Desain industri,  ialah suatu kreasi tentang bentuk, konfigurasi atau komposisi
garis atau warna atau garis dan warna atau gabungan dari padanya  yang berbentuk tiga
dimensi atau dua dimensi ia memberi kesan estetis dan dapat diwujudkan dalam pola tiga
dimensi atau dua dimensi serta dapat dipakai untuk menghasilkan suatu produk, barang,
komoditas Industri, atau kerajinan tangan. Hak desain industri adalah hak eksklusif yang
diberikan oleh negara RI kepada pendesain atas hasil kreasinya untuk selama waktu tertentu
melaksanakan sendiri, atau memberikan persetujuannya kepada pihak lain untuk
melaksanakan hak tersebut. Desain tata letak sirkuit terpadu. Sirkuit terpadu adalah suatu
produk dalam bentuk jadi atau setengah jadi yang di dalamnya terdapat berbagai elemen dan
sekurang-kurangnya satu dari elemen tersebut adalah elemen aktif yang sebagian atau
seluruhnya saling berkaitan serta dibentuk secara terpadu di dalam sebuah bahan
semikonduktor yang dimaksudkan untuk menghasilkan fungsi elektronik. Desain tata letak
adalah kreasi berupa rancangan peletakan tiga dimensi dari berbagai elemen sekurang-
kurangnya satu dari elemen tersebut adalah elemen aktif serta sebagai atau semua
interkoneksi dalam satu sirkuit terpadu dan peletakan tiga dimensi tersebut dimaksudkan
untuk persiapan pembuatan sirkuit terpadu. Hak desain tata letak terpadu adalah hak eksklusif
yang diberikan oleh negara RI kepada penulisan atas hasil kreasinya, untuk selama waktu
tertentu melaksanakan sendiri atau memberikan persetujuannya kepada pihak lain untuk
melaksanakan hak tersebut. Hak asasi manusia kita jumpai pengaturannya dalam Tap MPR
no. II/MPR/1998 Tentang hak asasi manusia, UUD dan UU no. 39 tahun 1999. 
Subyek hukum. Hukum itu adalah untuk manusia. Hukum itu mengatur hubungan
antara anggota-anggota masyarakat, antara subyek hukum. Adapun subyek hukum adalah
segala sesuatu yang dapat memperoleh hak dan kewajiban dari hukum. Jadi manusia oleh
hukum diakui sebagai penyandang hak dan kewajiban sebagai subyek hukum atas sebagai
orang. Disamping orang dikenal juga subyek hukum yang bukan manusia yang disebut badan
hukum adalah organisasi atau kelompok manusia yang mempunyai tujuan tertentu yang dapat
menyandang hak dan kewajiban.  Kewenangan hukum dan kecakapan bertindak.  Setiap
subyek hukum baik orang maupun badan hukum pada umumnya dapat mempunyai hak dan
kewajiban. Dikatakan pada umumnya oleh karena beberapa hak tertentu yang timbul dari
hukum tentang orang dan hukum keluarga yang melekat pada manusia hanya dapat dimiliki
oleh subjek hukum orang saja dan tidak dapat dimiliki oleh badan hukum. Disamping itu
tidak kepada setiap orang diberikan kewenangan hukum penuh. Mempunyai atau
menyandang hak dan kewajiban tidak selalu berarti mampu atau cakap melaksanakan sendiri
hak dan kewajiban yaitu.  Jadi subyek hukum orang yang pada dasarnya mempunyai
kewenangan hukum itu ada yang dianggap cakap bertindak sendiri ada yang dianggap tidak
cakap bertindak sendiri. Dibagi menjadi tiga golongan yaitu mereka yang belum cukup umur,
mereka yang diletakkan dibawah Pengampuan atau pengawasan dan isteri yang tunduk pada
BW. Pada umumnya terutama dalam yurisprudensi batas umur kedewasaan untuk melakukan
perbuatan hukum dan 21 tahun.  Kecakapan bertindak merupakan syarat terjadinya perikatan.
Pada dasarnya perbuatan hukum itu tidak sah tetapi tetap berlaku. Tetapi perbuatan hukum itu
dapat dibatalkan oleh Hakim atas tuntutan wakil atau walinya.

Anda mungkin juga menyukai