Anda di halaman 1dari 4

MATERI PPT

BAB II PEMBAHASAN

A. Anak Berkebutuhan Khusus (Children with Special Needs)


Istilah anak berkebutuhan khusus memiliki cakupan yang sangat luas. Dalam paradigma
pendidikan kebutuhan khusus keberagaman anak sangat dihargai. Setiap anak memiliki latar
belakang kehidupan budaya dan perkembangan yang berbeda-beda, dan oleh karena itu setiap
anak dimungkinkan akan memiliki kebutuhan khusus serta hambatan belajar yang berbeda-beda
pula, sehingga setiap anak sesungguhnya memerlukan layanan pendidikan yang disesuaikan
sejalan dengan hambatan belajar dan kebutuhan masing-masing anak. Anak berkebutuhan
khusus dapat diartikan sebagai seorang anak yang memerlukan pendidikan yang disesuiakan
dengan hambatan belajar dan kebutuhan masing-masing anak secara individual.
1. Anak Berkebutuhan Khusus Bersifat Sementra (Temporer)
Anak berkebutuhan khusus yang bersifat sementara (temporer) adalah anak yang
mengalami hambatan belajar dan hambatan perkembangan disebabkan oleh faktor-faktor
eksternal. Misalnya anak yang yang mengalami gangguan emosi karena trauma akibat
diperekosa sehingga anak ini tidak dapat belajar. Pengalaman traumatis seperti itu bersifat
sementra tetapi apabila anak ini tidak memperoleh intervensi yang tepat boleh jadi akan menjadi
permanen. Anak seperti ini memerlukan layanan pendidikan kebutuhan khusus, yaitu pendidikan
yang disesuikan dengan hambatan yang dialaminya tetapi anak ini tidak perlu dilayani di sekolah
khusus. Di sekolah biasa banyak sekali anak-anak yang mempunyai kebutuhan khusus yang
bersifat temporer, dan oleh karena itu mereka memerlukan pendidikan yang disesuiakan yang
disebut pendidikan kebutuhan khusus.
2. Anak Berkebutuhan Khusus yang Bersifat Menetap (Permanen)
Anak berkebutuhan khusus yang bersifat permanen adalah anak-anak yang mengalami
hambatan belajar dan hambatan perkembangan yang bersifat internal dan akibat langsung dari
kondisi kecacatan, yaitu seperti anak yang kehilangan fungsi penglihatan, pendengaran,
gangguan perkembangan kecerdasan dan kognisi, gangguan gerak (motorik), gangguan iteraksi-
komunikasi, gangguan emosi, social dan tingkah laku. Dengan kata lain anak berkebutuhan
khusus yang bersifat permanen sama artinya dengan anak penyandang kecacatan. Istilah anak
berkebutuhan khusus bukan merupakan terjemahan atau kata lain dari anak penyandang cacat,
tetapi anak berkebutuhan khusus mencakup spektrum yang luas yaitu meliputi anak
berkebutuhan khusus temporer dan anak berkebutuhan khusus permanen (penyandang cacat).
Oleh karena itu apabila menyebut anak berkebutuhan khusus selalu harus diikuti ungkapan
termasuk anak penyandang cacat. Jadi anak penyandang cacat merupakan bagian atau anggota
dari anak berkebutuhan khusus. Oleh karaena itu konsekuensi logisnya adalah lingkup garapan
pendidikan kebutuhan khusus menjadi sangat luas, berbeda dengan lingkup garapan pendidikan
khusus yang hanya menyangkut anak penyandang cacat.
B. Jenis-Jenis Anak Berkebutuhan Khusus dan Layanan Pendidikan
1. Tunanetra
2. Tunarungu
3. Tunagrahita
4. Tunadaksa
5. Tunalaras
6. Autisme
7. Down syndrome
- Tiga faktor yang dapat diidentifikasi tentang sebab musabab timbulnya kebutuhan khusus
pada seorang anak yaitu:
1. Faktor Internal
2. Faktor Ekternal
3. Kombinasi Faktor Eksternal dan Internal
C. Model Layanan Pendidikan Anak Berkebutuhan Khusus

Samuel A. Kirk (1986) membuat gradasi layanan pendidikan bagi anak berkebutuhan khusus
bergradasi dari model segregasi ke model mainstreaming bentuk-bentuk layanan pendidikan bagi
anak berkebutuhan khusus dapat dikelompokkan menjadi 2 kelompok besar, yaitu:

1. Bentuk Layanan Pendidikan Segregrasi.


Ada empat bentuk penyelenggaraan pendidikan dengan sistem segregasi, yaitu:
a. Sekolah Luar Biasa (SLB)
b. Sekolah Luar Biasa Berasrama
c. Kelas jauh atau kelas kunjung
d. Sekolah Dasar Luar Biasa
2. Bentuk Layanan Pendidikan Terpadu atau Terintegrasi

Ada tiga bentuk keterpaduan dalam layanan pendidikan bagi anak berkebutuhan khusus menurut
Depdiknas (1986). Ketiga bentuk tersebut adalah:

a. Bentuk Kelas Biasa


b. Kelas Biasa dengan Ruang Bimbingan Khusus
c. Bentuk Kelas Khusus
D. Perubahan Paradigma PLB menjadi Pendidikan Kebutuhan khusus
1. Paradigma Pendidikan Luar Biasa/PLB
2. Paradigma Pendidikan Kebutuhan Khusus (Special Needs Education)
E. Hambatan Belajar dan Hambatan Perkembangan

Dalam paradigma pendidikan kebutuhan khusus (special needs education), anak yang
mempunyai kebutuhan khusus baik yang bersifat temporer maupun yang bersifat permanen akan
berdampak langsung kepada proses belajar, dalam bentuk hambatan untuk melakukan kegiatan
belajar (barrier to learning and development). Hambatan belajar dan hambatan perkembangan
dapat muncul dalam banyak bentuk. Untuk mengetahui dengan jelas hambatan belajar, hambatan
perkembangan dan kebutuhan yang dialami oleh seorang anak sebagai akibat dari kebutuhan
khusus tertentu/kecacatan tertentu, dilakukan dengan mengunakan asesmen.
Konsep hambatan belajar dan hambatan perkembangan sangat penting untuk dipahami
karena hambatan belajar dapat muncul di setiap kelas dan pada setiap anak. Semua anak
mempunyai kemungkinan yang sama untuk mengalami hambatan belajar dan hambatan
perkembangan. Pendidikan kebutuhan khusus menekankan pada upaya untuk membantu anak
menghilangkan atau sekurang-kurangnya mengurangi hambatan belajar dan hambatan
perkembangan sebagai akibat dari kondisi tertentu, agar anak dapat mencapai perkembangan
optimum.

1. Pengaruh Pendidikan Kebutuhan Khusus


(a) Pendidikan Kebutuhan Khusus di Negara Maju

Istilah pendidikan butuhan khusus (special needs education) dan kebutuhan khusus akan


pendidikan (special educational needs) sering digunakan tetapi kadang-kadang tidak begitu jelas. Di
Negara-negara maju di belahan utara, istilah tersbut sudah digunakan sejak tahu 70-an. Laporan Warnock
pada tahun 1978 menekankan bahwa 20% dari jumlah anak usia sekolah memiliki kebutuhan khusus
sementara pada aspek tertentu selama mereka belajar di sekolah dan mereka itu berada di sekolah biasa.

b) Pendidikan Kebutuhan Khusus di Negara Berkembang


Kebijakan dan paktek pendidikan bagi anak penyandang cacat di Negara-negara bekembang
dibelahan selatan banyak diimpor dari Negara maju atau merupakan kehendak dari Negara-
negara pemberi bantuan (utang), atau diperkenalkan oleh elit yang mempunyai ikatan dengan
Negara maju tertentu dan meniru apa yang dilakukan secara praktis di negara maju.
Meskipun kebijakan dan praktek pendidkan anak penyandang cacat yang ditiru dari negara
maju maksudnya baik, tetapi hasilnya bisa menjadi malapetaka karena :

1) mencabut anak penyandang cacat dari jalur sekolah biasa dan dari masyaraktnya,
2) Terjadi pelabelan melalui tes psikologi yang berasal dari negara maju yang tidak
mempunyai nilai tranferabilitas kultural, (3) Sekolah khusus sering menjadi semacam tempat
pembuangan anak yang tidak memiliki fasilitas yang cukup dan tidak memiliki guru yang
terlatih dengan baik,
3) Menciptakan sekolah elit yang melayani sekelompok kecil anak
4) Merusak system pendukung lokal dan menggantinya dengan system yang tidak tepat.
Kenyataan seperti dijelaskan di atas menjadi pendorong munculnya pemikiran dan
kesadaran baru tentang pentingnya pendidikan yang berkualitas yang dapat menjangkau
semua anak dalam satu system pendidikan yang sama.

c) Pengaruh Gerakan Pendidikan Kebutuhan Khusus terhadap Inklusi

Ada banyak pelajaran yang baik yang dapat diambil dari praktek pendidikan kebutuhan khusus
yang berkualitas, yaitu

1) Pembelajaran kreatif yang berpusat pada anak merespon gaya dan kebutuhan belajar secara
individual,
2) Pendekatan holistic terhadap anak dengan memperhatikan semua area perkembanngan, (3)
Hubungan yang erat antara keluarga dan sekolah, dan keterlibatan orang secara aktif
terhadap pendidikan anaknya di sekolah,
3) Pengembangan teknologi yang spesifik memfasilitasi akses terhadap pendidikan dan
membantu mengatasi hambatan belajar.

Nilai-nilai positif yang terkandung dalam pendidikan kebutuhan khusus bersesuaian dengan
nilai-nilai yang terkandung dalam gerakan schools improvement. Selain itu keakhlian khusus
dalam pendidikan kebutuhan khusus memungkinkan anak penyandang cacat untuk memiliki
akses terhadap kurikulum atau keahlian dalam mengembangkan keterampilan dasar belajar
adalah sangat penting dalam mengembangkan pendidikan inklusif bagi semua.

Dalam konteks pendidikan inklusif peranan para profesional pendidikan kebutuhan khusus
berubah menjadi nara sumber (resources person) yang memfokuskan tugasnya kepada upaya
menghilangkan hambatan yang ada di dalam system, agar dapat diadaptasikan kebutuhan belajar
semua anak dapat dipenuhi.

Anda mungkin juga menyukai