Anda di halaman 1dari 4

TASALI

Taruna Sadar Literasi


Tema : Jelajahi Potensi Kelautan dan Perikanan Daerah Melalui Literasi

NAMA : BEATRICE OKTAVIONA HIDAYATULLOH


KELAS : TAK / B
NRP : 57214213739

PROGRAM STUDI TEKNOLOGI AKUAKULTUR


POLITEKNIK AHLI USAHA PERIKANAN JAKARTA
TAHUN AKADEMIK 2021/2022
Mengenal Ikan Rengkik Maskot Kota Mojokerto

Oleh: Beatrice Oktaviona Hidayatulloh

Secara geografis wilayah Kabupaten Mojokerto terletak antara 111 020’13” –


111040’47” Bujur Timur dan 7 018’35” – 7 047” Lintang Selatan. Wilayah geografis
Kabupaten Mojokerto tidak berbatasan dengan pantai, hanya berbatasan dengan
wilayah kabupaten lainnya

Karakteristik Sektor Perikanan Perikanan merupakan salah satu sektor yang


menyumbangkan pendapatan daerah sama dengan sektor peternakan, ikan
merupakan sumber protein hewani yang sangat dibutuhkan oleh manusia. Sektor
perikanan yang banyak dibudidayakan di Kabupaten Mojokerto adalah ikan sungai
dan ikan kolam.

Gambar 1 Presentase Luas Lahan

Gambar 1 menunjukkan luas sungai memiliki kontribusi terbesar dalam


pembudidayaan ikan di Kabupaten Mojokerto dengan presentase sebesar 74%
sedangkan luas sungai dengan presentase 26%.

Sektor Perikanan Sektor perikanan adalah sektor yang memiliki potensi cukup
besar, meskipun Kabupaten Mojokerto tidak berbatasan dengan laut tetapi
penduduk memanfaatkan lahan dengan tambak baik ikan sungai, ikan kolam,
ikan keramba dan lain sebagainya,
Kota Mojokerto merupakan wilayah yang dilalui sungai Brantas sehingga
masyarakatnya sangat dekat dengan keanekaragaman jenis ikan sungai. Ikan
yang menjadi ikon Kota Mojokerto adalah Rengkik Hemibagrus
nemurus Valenciennes, 1840 sejenis ikan berkumis yang banyak ditemukan di
sepanjang aliran sungai Brantas. Secara umum Rengkik adalah ikan yang
tersebar luas di Asia Tenggara dan dikenal sebagai ikan konsumsi yang berasal
dari tangkapan alam. Di kota Mojokerto, Rengkik populer diolah menjadi menu
masakan Garang Asem ‘Ndas Rengkik’. Kepopuleran makanan ini membuat
permintaan Rengkik dalam kondisi segar terus meningkat seiring bertambahnya
waktu.

Menurut penuturan warga lokal saat ini semakin sulit mendapatkan Rengkik.
Masalah utama dari eksistensi Rengkik di sungai Brantas sebenarnya bukan
pada praktek penangkapan, akan tetapi lebih pada menurunya kualitas air
akibat pencemaran limbah rumah tangga dan terutama limbah industri.
Pencemaran tersebut membuat mutu lingkungan menurun sehingga banyak
dari spesies ikan tidak hanya Rengkik mengalami masalah dalam melanjutkan
kehidupannya. Sehingga, praktek resctoking benih Rengkik yang pernah
dilakukan oleh Pemkot Mojokerto diragukan benar-benar dapat memulihkan
kondisi populasi Rengkik, karena habitatnya terus mengalami penuruan
kualitas.

Penelitian terbaru terkait penangkaran Rengkik justru banyak dilakukan oleh


peneliti di wilayah Jawa Barat, sedangkan di wilayah Jawa Timur masih minim.
Keberadaan plasma nutfah Rengkik yang tersebar luas di Jawa Timur
selayaknya menjadi pemicu bagi peneliti di wilayah tersebut agar lebih serius
mengembangkan ikan ini. Memang dalam prakteknya, bahkan peneliti di Jawa
Barat mengeluhkan siklus reproduksi Rengkik tidak seperti ikan air tawar yang
lebih dahulu populer seperti Nila, Tombro dan Lele, Rengkik mengalami
pematangan telur hanya pada waktu tertentu saja sehingga menjadi problem
dalam menghasilkan benih secara kontinyu.
Harapan ke depan akan banyak penelitian penangkaran Rengkik di Jawa Timur
sebagai solusi dari terus menurunnya populasi Rengkik dan merosotnya mutu
lingkungan. Kita semua tentu tidak ingkin Rengkik hanya menjadi ikon kota
semata, tetapi upaya-upaya penyelamatan terhadap ikan ini tidak serius
ditangani.

Anda mungkin juga menyukai