Anda di halaman 1dari 7

TELAAHAN STAF

TENTANG
Pembentukan Direktorat Kesehatan Kerja dan Direktorat Kesehatan Olah Raga

I. Persoalan
Lingkup Kesehatan Kerja dan Kesehatan Olah Raga, pada saat ini berkembang
sangat pesat baik secara nasional dan internasional.

II.Praanggapan

1. Kesehatan kerja telah berkembang secara bertahap dan luas yang mencakup
promosi kesehatan dan pemeliharaan kesehatan pekerja secara keseluruhan
di semua jenis pekerjaan yang ada, serta mencegah terjadinya bahaya
kesehatan kerja di antara para pekerja.
2. Sementara Kesehatan Olah berkembang di Indonesia dari tahun 1990 salah
satu tujuannya meningkatkan derajat kesehatan dan kebugaran bagi atlet
serta masyarakat umum dan memiliki pendekatan yang multidisiplin para klinisi
kedokteran olahraga di Indonesia harus melakukan diagnosis yang
komprehensif dan algoritme bagi pengobatan untuk cedera dan kondisi
kedokteran olahraga di semua kelompok usia dari pediatri hingga geriatri.

III.Fakta yang mempengaruhi

Baik Kesehatan Keselamatan Kerja maupun Kesehatan Olah Raga, di


Indonesia sudah memiliki Undang-undang dan turunan peraturan-peraturan
lainnya untuk pelaksanaannya seperti :

1. Undang-undang No. 1 Tahun 1970 tentang Keselamatan Kerja


Undang-Undang ini mengatur dengan jelas tentang kewajiban pimpinan
tempat kerja dan pekerja dalam melaksanakan keselamatan kerja.
2. Undang-undang nomor 23 tahun 1992 dan Undang-undang Nomor 36 tahun
2009 tentang Kesehatan. Undang-undang ini menyatakan bahwa secara
khusus perusahaan berkewajiban memeriksakan kesehatan fisik, kondisi
mental dan kemampuan fisik pekerja yang baru maupun yang akan
dipindahkan ke tempat kerja baru, sesuai dengan sifat-sifat pekerjaan yang
diberikan kepada pekerja, serta pemeriksaan kesehatan secara berkala.
Para pekerja juga berkewajiban memakai alat pelindung diri (APD) dengan
tepat dan benar serta mematuhi semua syarat keselamatan dan kesehatan
kerja yang diwajibkan.  Pada pasal 23 Tentang Kesehatan Kerja juga
menekankan pentingnya kesehatan kerja agar setiap pekerja dapat bekerja
secara sehat tanpa membahayakan diri sendiri dan masyarakat
sekelilingnya hingga diperoleh produktifitas kerja yang optimal. Sedangkan
pada Undang-undang No 36 Tahun 2009 pada pasal 164, pasal 165 dan
pasal 166
3. Undang-undang No. 13 Tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan
Undang-Undang ini mengatur mengenai segala hal yang berhubungan
dengan ketenagakerjaan mulai dari upah kerja, jam kerja, hak
maternal, cuti sampai dengan keselamatan dan kesehatan kerja.Sebagai
penjabaran dan kelengkapan Undang-undang tersebut, Pemerintah juga
mengeluarkan Peraturan Pemerintah (PP) dan Keputusan Presiden terkait
penyelenggaraan Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3), diantaranya
adalah :
a. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia No. 11 Tahun 1979 tentang
Keselamatan Kerja Pada Pemurnian dan Pengolahan Minyak dan
Gas Bumi
b. Peraturan Pemerintah Nomor 7 Tahun 1973 tentang Pengawasan
Atas Peredaran, Penyimpanan dan Penggunaan Pestisida
c. Peraturan Pemerintah Nomor 13 Tahun 1973 tentang Pengaturan dan
Pengawasan Keselamatan Kerja di Bidang Pertambangan
d. Keputusan Presiden Nomor 22 Tahun 1993 tentang Penyakit Yang
Timbul Akibat Hubungan Kerja.
4. Pada Undang-undang Nomor 36 tahun 2009 tentang kesehatan
menyebutkan Kesehatan Olahraga pada Pasal 80 (1) Upaya kesehatan
olahraga ditujukan untuk meningkatkan kesehatan dan kebugaran jasmani
masyarakat. (2) Peningkatan derajat kesehatan dan kebugaran jasmani
masyarakat sebagaimana dimaksud pada ayat (1) merupakan upaya dasar
dalam meningkatkan prestasi belajar, kerja, dan olahraga. (3) Upaya
kesehatan olahraga sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilaksanakan
melalui aktifitas fisik, latihan fisik, dan/atau olahraga. Pasal 81 (1) Upaya
kesehatan olahraga lebih mengutamakan pendekatan preventif dan promotif,
tanpa mengabaikan pendekatan kuratif dan rehabilitatif. (2)
Penyelenggaraan upaya kesehatan olahraga diselenggarakan oleh
Pemerintah, pemerintah daerah, dan masyarakat.
5. Pada Undang-undang Nomor 3 tahun 2005 tentang Sistim Keolahragaan
Nasional
a. Pasal 4 Keolahragaan nasional bertujuan memelihara dan
meningkatkan kesehatan dan kebugaran, prestasi, kualitas manusia,
menanamkan nilai moral dan akhlak mulia, sportivitas, disiplin,
mempererat dan membina persatuan dan kesatuan bangsa,
memperkukuh ketahanan nasional, serta mengangkat harkat,
martabat, dan kehormatan bangsa.
b. Pasal 19 ayat (1) Olahraga rekreasi dilakukan sebagai bagian proses
pemulihan kembali kesehatan dan kebugaran. (2) Olahraga rekreasi
dapat dilaksanakan oleh setiap orang, satuan pendidikan, lembaga,
perkumpulan, atau organisasi olahraga. (3) Olahraga rekreasi
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) bertujuan: a. memperoleh
kesehatan, kebugaran jasmani, dan kegembiraan; ayat (5) Setiap
orang yang menyelenggarakan olahraga rekreasi tertentu yang
mengandung risiko terhadap kelestarian lingkungan, keterpeliharaan
sarana, serta keselamatan dan kesehatan wajib: a. menaati ketentuan
dan prosedur yang ditetapkan sesuai dengan jenis olahraga; dan b.
menyediakan instruktur atau pemandu yang mempunyai pengetahuan
dan keterampilan sesuai dengan jenis olahraga.
c. Pasal 20 ayat (6) Untuk keselamatan dan kesehatan olahragawan
pada tiap penyelenggaraan, penyelenggara wajib menyediakan
tenaga medis dan/atau paramedis sesuai dengan teknis
penyelenggaraan olahraga prestasi. Pasal 45 Penyelenggaraan
kejuaraan olahraga sebagaimana dimaksud dalam Pasal 43
bertujuan: a. memasyarakatkan olahraga; b. menjaring bibit atlet
potensial; c. meningkatkan kesehatan dan kebugaran; d.
meningkatkan prestasi olahraga; e. memelihara persatuan dan
kesatuan bangsa; dan f. meningkatkan ketahanan nasional.
d. Pasal 68 mengenai Sarana olahraga sebagaimana dimaksud pada
ayat (2) diproduksi, diperjualbelikan, dan/atau disewakan untuk
masyarakat umum, baik untuk pelatihan maupun untuk kompetisi
wajib memenuhi standar kesehatan dan keselamatan sesuai dengan
peraturan perundangundangan. (4) Produsen wajib memberikan
informasi tertulis tentang bahan baku, penggunaan, dan pemanfaatan
sarana olahraga untuk memberikan pelindungan kesehatan dan
keselamatan.

IV.Analisis

Analisis pada telaah ini kami khususkan pada pengembangan Direktorat Kesehatan
Kerja dan Olah Raga menjadi Direktorat Kesehatan Kerja (Kesehatan dan
Keselamatan Kerja) dan Direktorat Kesehatan Olah Raga.

Sedangkan pada Undang-undang No 36 Tahun 2009 pada pasal 164 ayat :


1) Upaya kesehatan kerja ditujukan untuk melindungi pekerja agar hidup sehat
dan terbebas dari gangguan kesehatan serta pengaruh buruk yang
diakibatkan oleh pekerjaan.
2) Upaya kesehatan kerja sebagaimana dimaksud pada ayat (1) meliputi
pekerja di sektor formal dan informal.
3) Upaya kesehatan kerja sebagaimana dimaksud pada ayat (1) berlaku bagi
setiap orang selain pekerja yang berada di lingkungan tempat kerja.
4) Upaya kesehatan kerja sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dan ayat (2)
berlaku juga bagi kesehatan pada lingkungan tentara nasional Indonesia
baik darat, laut, maupun udara serta kepolisian Republik Indonesia.
5) Pemerintah menetapkan standar kesehatan kerja sebagaimana dimaksud
pada ayat (1) dan ayat (2).
6) Pengelola tempat kerja wajib menaati standar kesehatan kerja
sebagaimana dimaksud pada ayat (5) dan menjamin lingkungan kerja yang
sehat serta bertanggung jawab atas terjadinya kecelakaan kerja.
7) Pengelola tempat kerja wajib bertanggung jawab atas kecelakaan kerja
yang terjadi di lingkungan kerja sesuai dengan ketentuan peraturan
perundang-undangan.

Pasal 165

1) Pengelola tempat kerja wajib melakukan segala bentuk upaya kesehatan


melalui upaya pencegahan, peningkatan, pengobatan dan pemulihan bagi
tenaga kerja.
2) Pekerja wajib menciptakan dan menjaga kesehatan tempat kerja yang sehat
dan menaati peraturan yang berlaku di tempat kerja.
3) Dalam penyeleksian pemilihan calon pegawai pada perusahaan/instansi,
hasil pemeriksaan kesehatan secara fisik dan mental digunakan sebagai
bahan pertimbangan dalam pengambilan keputusan.
4) Ketentuan sebagaimana dimaksud pada ayat (1), ayat (2), dan ayat (3)
dilaksanakan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.

Pasal 166 ayat:

1) Majikan atau pengusaha wajib menjamin kesehatan pekerja melalui upaya


pencegahan, peningkatan, pengobatan dan pemulihan serta wajib
menanggung seluruh biaya pemeliharaan kesehatan pekerja.
2) Majikan atau pengusaha menanggung biaya atas gangguan kesehatan
akibat kerja yang diderita oleh pekerja sesuai dengan peraturan perundang-
undangan.
3) Pemerintah memberikan dorongan dan bantuan untuk perlindungan pekerja
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dan ayat (2).

Pada Undang-Undang No.1 Tahun 1970 tentang keselamatan kerja atau dikenal
juga sebagai Kesehatan Keselamatan Kerja (K3) tidak hanya mengurusi penyakit
akibat kerja, kecelakaan akibat kerja tapi mencakup juga Kesehatan kerja
merupakan suatu hal yang penting pada semua pekerjaan dengan potensi bahaya.
Jika kesehatan kerja tidak tercapai, maka pekerja bisa terkena penyakit akibat
kerja. Beberapa ruang lingkup kesehatan kerja dalam ruang lingkup K3 adalah
sebagai berikut :
1. Penyelenggaraan Pelayanan Kesehatan Kerja
Pelayanan kesehatan kerja harus tersedia di semua tempat kerja yang
berisiko. Hal ini dimaksudkan supaya tenaga kerja memiliki fasilitas
pelayanan kesehatan jika dirasa memiliki keluhan kesehatan akibat kerja
supaya tidak bertambah parah. Pelayanan kesehatan kerja terdiri dari
sarana dan  prasarana, tenaga (dokter pemeriksa dan dokter perusahaan),
serta organisasi yang jelas.
2. Pelaksanaan Pemeriksaan Kesehatan Tenaga Kerja
Terdapat empat macam pemeriksaan kesehatan tenaga kerja yaitu
pemeriksaan awal (sebelum pekerja diterima dalam pekerjaan), berkala
(satu kali dalam satu tahun), khusus (untuk tenaga kerja yang memiliki risiko
tinggi), dan purna bakti (dilakukan tiga bulan sebelum pekerja pension).
3. Pelaksanaan P3K
P3K penting disediakan sebagai langkah persiapan ketika ada pekerja yang
mengalami keluhan secara tiba-tiba saat berada di tempat kerja. P3K yang
harus disediakan adalah petugas kesehatan, kotak P3K, dan isi kotak P3K.
4. Pelaksanaan Gizi Pekerja
Gizi pekerja juga harus diperhitungkan dan dipertimbangkan supaya pekerja
tetap berstamina saat bekerja. Gizi pekerja bisa dilakukan dengan
menyediakan kantin atau ruang makan, memberikan makanan bagi tenaga
kerja, pemeriksaan gizi dna makanan tenaga kerja, serta pengelolaan dan
petugas catering.
5. Pelaksanaan Pemeriksaan Syarat-Syarat Ergonomi
Pemeriksaan ergonomi juga harus dilakukan kepada pekerja untuk
mengevaluasi apakah terdapat kemungkinan risiko yang berdampak pada
kesehatan pekerja. Prinsip ergonomi yang diperiksa adalah antropometri,
efisien kerja, organisasi dan desain tempat kerja, serta faktor manusia.
Sedangkan, beban kerja yang dilihat adalah kelelahan, pengendalian
lingkungan kerja, dan kegiatan angkat-angkut.

Menurut Undang-Undang No.1 Tahun 1970 ruang lingkup keselamatan kerja


meliputi segala tempat kerja baik di darat, air, maupun di udara yang berada dalam
wilayah kekuasaan Negara Republik Indonesia. Berdasarkan Undang-Undang
tersebut, ruang lingkup keselamatan kerja dalam ruang lingkup K3 pelaksanaannya
ditentukan oleh tiga unsur yang berkaitan erat dengan kesehatan yaitu :
1. Tempat kerja. Tempat kerja merupakan tempat yang digunakan untuk
melakukan suatu kegiatan usaha.
2. Tenaga kerja. Tenaga kerja merupakan seseorang yang melakukan
pekerjaan untuk keperluan usaha
3. Sumber bahaya. Sumber bahaya merupakan suatu hal yang dapat
berpotensi untuk menyebabkan kecelakaan dan penyakit akibat kerja. Faktor
sumber bahaya bisa terdiri dari lima faktor bahaya yaitu faktor biologi,
bahaya kimia, bahasa fisik, bahaya biomekanik, dan bahaya sosial-
psikologis.

Fakta dan penjabaran ayat-ayat dari perundang-undangan diatas merupakan


amanat yang harus dikerjakan oleh pemerintah dan secara Nasional beban kerja itu
harus dibreakdown dan dibuakan kebijakan serta pelaksanaan operasionalnya oleh
Kementerian Kesehatan oleh Direktorat Kesehatan Kerja dapat melalui subdit:
1. Subdit Pelayanan Kesehatan Kerja
2. Subdit Kapasitas Kesehatan Kerja
3. Subdit Kesehatan Lingkungan Kerja (Ergomi Kerja)
4. Subdit Kemitraan Kesehatan Kerja
Untuk Kesehatan Olah Raga, Undang-undang Nomor 36 tahun 2009 tentang
Kesehatan yang menjadi dasar Kementerian Keshatan melaksanakan tugas-tugas
serta tanggung jawab pemerintah dibidang kesehatan dan Undang-undang Nomor
3 tahun 2005 tentang Sistim Keolahragaan Nasional yang menjadi dasar
pengembangan olah raga telah jelas mengamanatkan pada pasal-pasal dan ayat-
ayatnya, pada Undang-undang Nomor 3 tahun 2005 tentang Sistim Keolahragaan
Nasional yang berkaitan dengan kesehatan yaitu pada

1. Pasal 4 Keolahragaan nasional bertujuan memelihara dan meningkatkan


kesehatan dan kebugaran, prestasi, kualitas manusia, menanamkan nilai
moral dan akhlak mulia, sportivitas, disiplin, mempererat dan membina
persatuan dan kesatuan bangsa, memperkukuh ketahanan nasional, serta
mengangkat harkat, martabat, dan kehormatan bangsa.
2. Pasal 19 ayat
1) Olahraga rekreasi dilakukan sebagai bagian proses pemulihan kembali
kesehatan dan kebugaran.
2) Olahraga rekreasi dapat dilaksanakan oleh setiap orang, satuan
pendidikan, lembaga, perkumpulan, atau organisasi olahraga.
3) Olahraga rekreasi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) bertujuan: a.
memperoleh kesehatan, kebugaran jasmani, dan kegembiraan;
5) Setiap orang yang menyelenggarakan olahraga rekreasi tertentu yang
mengandung risiko terhadap kelestarian lingkungan, keterpeliharaan
sarana, serta keselamatan dan kesehatan wajib:
a. Menaati ketentuan dan prosedur yang ditetapkan sesuai
dengan jenis olahraga; dan
b. Menyediakan instruktur atau pemandu yang
mempunyai pengetahuan dan keterampilan sesuai dengan jenis
olahraga.
3. Pasal 20 ayat (6) Untuk keselamatan dan kesehatan olahragawan pada tiap
penyelenggaraan, penyelenggara wajib menyediakan tenaga medis
dan/atau paramedis sesuai dengan teknis penyelenggaraan olahraga
prestasi.
4. Pasal 45 Penyelenggaraan kejuaraan olahraga sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 43 bertujuan: a. memasyarakatkan olahraga; b. menjaring bibit
atlet potensial; c. meningkatkan kesehatan dan kebugaran; d. meningkatkan
prestasi olahraga; e. memelihara persatuan dan kesatuan bangsa; dan f.
meningkatkan ketahanan nasional.
5. Pasal 68 mengenai Sarana olahraga sebagaimana dimaksud pada ayat (2)
diproduksi, diperjualbelikan, dan/atau disewakan untuk masyarakat umum,
baik untuk pelatihan maupun untuk kompetisi wajib memenuhi standar
kesehatan dan keselamatan sesuai dengan peraturan perundangundangan.
(4) Produsen wajib memberikan informasi tertulis tentang bahan baku,
penggunaan, dan pemanfaatan sarana olahraga untuk memberikan
pelindungan kesehatan dan keselamatan.

Isu lain pada kesehatan olah raga dikenal Penyakit Tidak Menular yang terkait
dengan multiple burden dalam kesehatan olah raga dikenal dengan istilah exercise
is medicine dan seperti diamanatkan pada undang-undang kesehatan akan
pentingnya kebugaran jasmani untuk produktivitas belajar maka kementerian
kesehatan bekerjasama dengan di kemendikbud & kemenpora dapat
mengembangkan olahraga pada anak-anak sekolah setelah tidak adanya Pusat
Kualitas Jasmani di Kemendiknas pada tahun 2010.
Undang-undang tentang Sistim Keolahragaan Nasional, diantaranya
mengamanatkan pula pengembangan Olahraga Perstasi, Olahraga Masyarakat
dimana secara Nasional maupun internasional telah memiliki organisasi induknya
dimana kesehatan menjadi bagian yang tidak terpisahakan, selain itu kesetaraan
dan pendayagunaan Disabilitas dalam bidang olahraga salah satunya secara
internasional dikenal event Paralimpic dimana para atlet penyandang disabilitas
dapat menunjukan prestasinya dibidang olahraga walaupun memiliki masalah
kesehatan baik ringan maupun yang komplek. Hal ini menjadi perhatian
pemerintah melalui kementerian kesehatan untuk melakukan pembinaan khusus
dibidang kesehatannya.
Dari begitu banyak isu kesehatan olahraga yang harus ditangani, maka
Kementerian Kesehatan sebaiknya mengembangkan Kesehatan Olahraga menjadi
Direktorat tersendiri dengan beberapa subdit yang akan mengakomodasi
kesehatan olahraga sesuai undang-undang yang ada yaitu:
1. Subdit Kesehatan Olahraga Pendidikan
2. Subdit Kesehatan Olahraga Prestasi
3. Subdit Kesehatan Olahraga Masyarakat/rekreasi
4. Subdit Olahraga Disabilitas.

V.Simpulan
Dari pembahasan diatas dapat disimpulkan Pengembangan Direktorat Kesjaor menjadi 2
Direktorat, yaitu Direktorat Kesehatan Kerja dan Direktorat Kesehatan Olahraga menjadi
sangat relevan dengan melihat fakta-fakta hokum dan beban serta lingkup kerja secara
nasional.

VI.Saran
Untuk mengembangkan telaahan ini dengan melakukan konsolidasi bersama para
stakeholders dan keilmuan terkait kesehatan kerja dan kesehatan olahraga.

Anda mungkin juga menyukai