Anda di halaman 1dari 18

MAKALAH TITRASI KOMPLEKSOMETRI

DISUSUN OLEH:

Irsyad Eky Nur Faiz (2201020)

Livi Melati Putri Adnini (2201024)

Meilani Nur Rahmawati (2201026)

Reviana Nurmalita (2171028)

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN NASIONAL

SURAKARTA

2021
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah memberikan
rahmat dan hidayah-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan tugas makalah yang
berjudul “Titrasi Kompleksometri”. Adapun tujuan dari penulisan makalah ini adalah
untuk memenuhi tugas dari dosen pada matakuliah Kimia Analisis I.
Kami mengucapkan terimakasih kepada Ib Crescentiana Dhurhania selaku
dosen Kimia Analisis I yang telah memberikan tugas ini sehingga dapat menambah
pengetahuan dan wawasan sesuai dengan bidang studi yang kami tekuni. Kami juga
mengucapkan terimakasih kepada semua pihak yang telah membagi sebagian
pengetahuannya sehinggakami dapat menyelesaikan makalah ini.
Kami menyadari, makalah yang kami tulis ini masih jauh dari kata sempurna.
Sehingga, kami selaku penyusun laporan ini sangat mengharapkan kritik dan saran
yang membangun dari pembaca sekalian sebagai bahan evaluasi bagi kami
dikemudian hari.

Surakarta, 22 Oktober 2021

Penulis

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ................................................................................................... i


DAFTAR ISI ................................................................................................................. ii
BAB I ............................................................................................................................ 1
DASAR TEORI ............................................................................................................ 1
BAB II ........................................................................................................................... 3
LARUTAN BAKU ....................................................................................................... 3
BAB III ......................................................................................................................... 7
STANDARISASI .......................................................................................................... 7
BAB IV ......................................................................................................................... 9
INDIKATOR ................................................................................................................ 9
BAB V......................................................................................................................... 11
PENETAPAN KADAR .............................................................................................. 11
DAFTAR PUSTAKA ................................................................................................. 15

ii
BAB I
DASAR TEORI

Kompleksometri merupakan metode penetapan kadar secara volumetric


dengan mendasarkan pada reaksi kompleks antara ion logam dengan ligan. Teknik ini
umum digunakan untuk analisis logam menggunakan titran yang berupa ligannya,
seperti etilendiamintetraasetat (EDTA). Beberapa ion logam mampu membentuk
kompeks yang sedikit terdisosiasi dengan berbagai ligan (agen-agen pengompleks).
Pembentukan kompleks menjadi dasar titrasi yang akurat terhadap ion-ion logam
menggunakan ligan sebagai titran. Sebagai contoh, ion logam magnesium dapat
membentuk kompleks dengan EDTA sebagai ligan, sehingga Mg dapat dititrasi
dengan EDTA. Titrasi kompleksometri sangat berguna untuk determinasi sejumlah
logam. Selektivitas kompleksometri dapat dicapai dengan dua cara, yaitu
penggunaan agen pelindung (masking agent) yang akan melindungi logam dari reaksi
yang tidak diinginkan, dan pengendalian pH, karena sebagaimana diketahui bahwa
kebanyakan agen-agen pengompleks bersifat asam lemah atau basa lemah, yang
kesetimbangannya dipengaruhi oleh pH larutan (Rochman, A., dkk. 2021).

Reaksi kompleksometri yaitu reaksi yang menyebabkan terbentuknya


senyawa kompleks sebagai produk reaksi, yaitu senyawa yang terdiri dari atom pusat
dan ligan, yang bersifat kurang terdisosiasi karena berikatan koordinasi. Contohnya
adalah reaksi antara Na2EDTA dengan ZnSO4 yang membentuk senyawa kompleks
sebagai produk, yaitu suatu senyawa dengan atom pusat logam Zn2+ dan etilendiamin
(EDTA) sebagai ligan (Ethica, S.N., 2020).

Titrasi kompleksometri adalah titrasi berdasarkan pembentukan senyawa


kompleks antara kation(ion logam) dengan zat pembentuk kompleks (ligan). Salah
satu zat pembentuk kompleks yang banyak digunakan dalam titrasi kompleksometri

1
adalah garam dinatrium etilendiamina tetraasetat (Na2EDTA) yang mempunyai
rumus bangun sebagai berikut :

EDTA, merupakan salah satu jenis asam amina polikarboksilat. EDTA


sebenarnya adalah ligan seksidentat yang dapat berkoordinasi dengan suatu ion logam
lewat kedua nitrogen dan keempat gugus karboksil-nya atau disebut ligan multidentat
yang mengandung lebih dari dua atom koordinasi per molekul,misalnya asam 1,2-
diamino etana tetra asetat (asametilenadiamina tetraasetat, EDTA) yang mempunyai
dua atom nitrogen penyumbang dan empat atom oksigen penyumbang dalam molekul
(Rival, 1995).

2
BAB II
LARUTAN BAKU

Larutan standar adalah larutan yang dibuat dan diketahui konsentrasinya


secara teliti. Larutan standar dikelompokkan menjadi larutan standar primer dan
sekunder. Larutan standar primer adalah larutan baku yang konsentrasinya dapat
langsung diketahui dari berat bahan yang sangat murni yang dilarutkan dan volume
larutannya diketahui. Larutan standar sekunder yaitu larutan baku yang
konsentrasinya tidak diketahui dengan pasti karena bahan yang digunakan untuk
membuat larutan tersebut memiliki kemurnian yang rendah (Rodiani T. dan Suprijadi,
2013).

Sifat Fisika dan Kimia Zinc Sulphate Heptahydrate (ZnSO4.7H2O) menurut


peraturan ( UE ) no.1907/2006:
Bentuk : padat
Warna : keputih-putihan
Bau Tak : berbau
Ambang Bau : tidak berlaku
pH : kira-kira 4 - 6 pada 50 g/l 20 °C
Titik lebur : 100 °C
Titik didih/rentang didih : tidak berlaku
Titik nyala : tidak berlaku
Flamabilitas (padatan, gas) : produk ini tidak mudah-menyala
Terendah batas ledakan : tidak berlaku
Tertinggi batas ledakan : tidak berlaku
Densitas : 1,97 g/cm3 pada 20 °C
Kelarutan dalam air : 965 g/l pada 20 °C
Suhu penguraian : > 39 - 280 °C
Sifat peledak : tidak diklasifikasikan sebagai mudah meledak

3
Sifat oksidator : tidak ada
Penyimpanan dengan wadah yang tidak mengandung logam. Tertutup sangat
rapat. Kering Suhu penyimpanan yang direkomendasikan, lihat label produk.

Sifat Fisika dan Kimia Na2EDTA (Rowe et al., 2009):


Berat molekul : 380,20
Titik lebur : > 300°C
pH : 11,3 dalam 1% w/v dalam air
Pemerian : Serbuk kristal putih
Kelarutan : larut dalam air
Penggunaan : Na EDTA digunakan sebagai Chellating agent dan juga
sebagai pengawet anti mikroba. Pada sediaan topikal, Na
EDTA digunakan sebagai chellating agent dengan kadar 0,01-
0,1%.
Penyimpanan EDTA harus di dalam ruangan dengan suhu tidak terlalu tinggi
tidak terlalu rendah alias suhu ruang. Jauhkan obat dengan kandungan EDTA dari
paparan cahaya langsung.

Sifat Fisika dan Kimia Amonium Hidroksida (NH4OH) :


Titik leleh : -77
Titik didih : 28
Berat jenis : 0,91 g/cm3 (25% w/w) dan 0,88 g/cm3 (35% w/w)
Berat jenis uap : 1,2 (udara -1)
Wujud zat cairan
Bau : menyengat
Kelarutan : larut dalam air
Ambang bau : 0,043 – 53 ppm
Warna : tidak berwarna dan mudah menguap
Kelarutan dalam air : bercampur
pH : 13,6

4
Formula molekul : NH4OH
Berat molekul : 35,04
Fungsi : sebagai pemberi suasana basa
Konsentrasi : sampai dengan 30%
Entalpi pembentukan standar : -80 kj.mol-1
Entalpi molar standar : -31.5.10-5cm3/ mol
Penyimpanan Amonium Hidroksida, pisahkan basa dari asam, logam aktif,
bahan eksplosif, peroksida organic dan bahan flammable, disimpan dalam wadah
plastic dan ditempatkan dalam baki plastic untuk menghindari pecah atau kebocoran.

Sifat Fisika dan Kimia Natrium Hidroksida (NaOH) :


Massa molar : 39,9971 g/mol-1
Organoleptis : putih, licin, Kristal buram
Bau : tidak berbau
Densitas : 2,13 g/cm3
Titik lebur : 323 °C (613 °F, 596 °K)
Titik didih : 1388 °C (2530 °F, 1661 °K)
Kelarutan dalam air : larut dalam gliserol, tidak bereaksi dengan ammonia,
tidak larut dalam eter, larut perlahan dalam propilena glikol.
Penyimpanan Natrium Hidroksida, harus disimpan dalam wadah kedap udara
untuk menjaga normalitasnya karena akan menyerap air dari atmosfer, pisahkan basa
dari asam, logam aktif, bahan eksplosif, peroksida organic dan bahan flammable,
disimpan dalam wadah plastic dan ditempatkan dalam baki plastic untuk menghindari
pecah atau kebocoran.
Cara pembuatan larutan baku metode kompleksometri :
1. Persiapan larutan uji, sampel yang digunakan yaitu zink tablet merk
dagang Zinkid, Zincare dan Zink generic, dimana sampel tersebut masing-
masing mengandung zink 20 mg. Masing-masing sampel diambil 20
tablet, lalu ditimbang dan digerus sampai bercampur rata, kemudian

5
ditimbang lagi dengan jumlah yang setara dengan 1 tablet. Dimana sampel
Zinkid ditimbang dengan jumlah rata-rata sebanyak 554 mg, Zincare 232
mg, dan Zink generic 538 mg. Kemudian masing-masing sampel
dilarutkan dengan aquadest sampai larut, kemudian larutan disaring
kedalam labu ukur 100 mL, ditambahkan aquadest sampai tanda batas.
Dipipet masing-masing 20 mL larutan sampel, masukkan dalam
Erlenmeyer.
2. Pembuatan reagen
a. Larutan Na2EDTA 0,05 M
Ditimbang seksama sebanyak 9,3 gram Na2EDTA kemudian
dilarutkan dengan aquadest dalam labu ukur 500 mL, homogenkan,
cukupkan volume sampai tanda batas.
b. Larutan ZnSO4.7H2O 0,05 M
Ditimbang seksama ZnSO4.7H2O sebanyak 7,1885 gram dilarutkan
dengan aquadest dalam labu ukur 500 mL, homogenkan, cukupkan
volume sampai tanda batas.

6
BAB III
STANDARISASI

Standarisasi adalah proses dengan mana konsentrasi suatu larutan ditetapkan


dengan akurat. Standar primer merupakan Suatu zat yang tersedia dalam bentuk
murni atau keadaan dengan kemurnian yang diketahui, yang digunakan untuk
menstandarkan suatu larutan (Rodiani T. dan Suprijadi, 2013).

Larutan EDTA dibuat dari garamnya, misalnya Na2EDTA yang mudah larut
dibandingkan H4Y dan merupakan larutan standar sekunder sehingga harus
distandarisasi dengan larutan standar primer misalnya larutan Zn2+ (dari logam Zn
atau garam ZnSO4.7H2O) menurut reaksi :
Zn2+ (aq) + H2Y2- (aq) → ZnY2- (aq) + 2H+ (aq)

Kestabilan dari senyawa kompleks yang terbentuk tergantung dari sifat kation
dan pH dari larutan, oleh karena itu titrasi dilakukan pada pH tertentu. Pada larutan
yang terlalu alkalis atau basa perlu diperhitungkan kemungkinan mengendapnya
logam hidroksida (Rodiani T. dan Suprijadi, 2013).

Kesulitan yang timbul dari kompleks yang lebih rendah dapat dihindari
dengan penggunaan bahan pengkhelat sebagai titran. Bahan pengkhelat yang
mengandung baik oksigen maupun nitrogen secara umum efektif dalam membentuk
kompleks-kompleks yang stabil dengan berbagai macam logam. Keunggulan EDTA
adalah mudah larut dalam air, dapat diperoleh dalam keadaan murni, sehingga EDTA
banyak dipakai dalam melakukan percobaan kompleksometri. Namun, karena adanya
jumlah air yang tak tentu, sebaiknya EDTA distandarisasikan dahulu misalnya
dengan menggunakan larutan kadmium (Harjadi, 1993).

Contoh perhitungan dalam standarisasi :


Rencana penimbangan ZnSO4 0,01 M :
BE ZnSO4 = 287,54 volume yang akan dibuat = 2L

7
Gr = BE x V x M
= 287,54 x 2L x 0,01 M
= 5,7506 gram
Jadi ZnSO4 yang harus ditimbang adalah 5,7506 gram
ZnSO4 yang tertimbang adalah 5,7506 gram
Konsentrasi ZnSO4 yang sebenarnya :
N = gram / BE x V
= 5,7506 / 287,54 x 2L
= 0,01 M
Data standarisasi NaEDTA dengan ZnSO4 :
Konsentrasi ZnSO4 = 0,01 M
Volume ZnSO4 = 25 mL
Volume Na.EDTA = 42,30 mL
Konsentrasi Na.EDTA?
(V x M) ZnSO4 = (V x M) Na.EDTA
25 mL x 0,01 M = 25 mL x M Na.EDTA
M Na.EDTA = (25 mL x 0,01 M) / 42,30 mL
M Na.EDTA = 0,0059 M

8
BAB IV
INDIKATOR

Indikator merupakan suatu zat yang menunjukkan warna yang berlainan


dengan kehadiran analit atau titran secara berlebih. Penentuan titik akhir titrasi
kompleksometri dapat dilakukan dengan cara visual, sebagai indikator digunakan
jenis indikator logam yaitu Eriochrom Black T (EBT) (Rodiani T. dan Suprijadi,
2013). Sebagian besar titrasi kompleksometri mempergunakan indikator yang juga
bertindak sebagai pengompleks dan tentu saja kompleks logamnya mempunyai warna
yang berbeda dengan pengompleksnya sendiri. Indikator demikian disebut indikator
metalokromat. Indikator jenis ini contohnya adalah Eriochromeblack T, pyrocatechol
violet, xylenol orange, calmagit, 1-(2-piridil-azonaftol), PAN, zincon, asam salisilat,
metafalein dan calcein blue (Khopkar, 2002).
Eriokrom Black T (EBT) merupakan asam lemah, tidak stabil dalam air
karena senyawa organic ini merupakan gugus sulfonat yang mudah terdisosiasi
sempurna dalam air dan mempunyai 2 gugus fenol yang terdisosiasi lambat dalam air
(Rodiani T. dan Suprijadi, 2013).
Indikator ini peka terhadap perubahan kadar logam dan pH larutan. Pada pH 8
-10 senyawa ini berwarna biru dan kompleksnya berwarna merah anggur. Pada pH 5
senyawa itu sendiri berwarna merah, sehingga titik akhir sukar diamati, demikian
juga pada pH 12. Umumnya titrasi dengan indikator ini dilakukan pada pH 10.
Struktur bangun EBT di berikan di bawah ini (Rodiani T. dan Suprijadi, 2013).

(Struktur molekul Eriokrom Black T)

9
Penggunaan :
Penentuan kadar Ca, Mg, Cd, Zn, Mn, Hg.

10
BAB V
PENETAPAN KADAR

Cara Kerja
Metode Kompleksometri
1. Persiapan Larutan Uji
Sampel yang digunakan yaitu zink tablet merek dagang Zinkid®,
Zincare® dan Zink generik, dimana sampel tersebut masing-masing
mengandung zink 20 mg. Masing-masing sampel diambil 20 tablet, lalu
ditimbang dan digerus sampai bercampur rata, kemudian ditimbang
lagi dengan jumlah yang setara dengan 1 tablet. Dimana sampel Zinkid®
ditimbang dengan jumlah rata-rata sebanyak 554 mg, Zincare® 323 mg
dan Zink generik 538 mg. Kemudian masing-masing sampel dilarutkan
dengan aquadest sampai larut, kemudian larutan disaring ke dalam labu
ukur 100 mL, ditambahkan aquadest sampai tanda batas. Dipipet masing-
masing 20 mL larutan sampel, dimasukkan dalam erlemeyer.
2. Pembuatan larutan baku
a. Larutan Na2EDTA 0,05M
Ditimbang seksama sebanyak 9,3 gram Na2EDTA kemudian
dilarutkan dengan aquadest dalam labu ukur 500 mL, homogenkan,
cukupkan volume sampai tanda batas.
b. Larutan ZnSO4.7H2O 0,05 M
Ditimbang seksama ZnSO47.H2O sebanyak 7,1885 gram
kemudian
dilarutkan dengan aquadest dalam labu ukur 500 mL, homogenkan,
cukupkan volume sampai tanda batas.
c. Larutan NH4OH

11
Dipipet NH4OH pekat dari konsentrasi 25 % sebanyak 39 mL,
kemudian dilarutkan dengan aquadest dalam labu ukur 50 mL,
homogenkan, cukupkan volume sampai tanda batas.
d. Buffer Salmiak (campuran NH4Cl dan NH4OH)
Ditimbang seksama NH4Cl sebanyak 7 gram, dilarutkan
dengan 30 mL NH4OH dalam labu ukur 100 mL, kemudian
dicukupkan NH4OH sampai tanda batas.
e. Larutan NaOH 1 N
Ditimbang seksama NaOH sebanyak 4 gram, kemudian
dilarutkan dengan aquadest dalam labu ukur 100 mL, homogenkan,
cukupkan volume sampai tanda batas.
f. Indikator EBT
Ditimbang seksama EBT sebanyak 100 mg, digerus halus,
kemudian dicampurkan dengan 10 gram NaCl, lalu digerus sampai
menjadi campuran serbuk halus.
3. Penentuan Kadar Zink pada Sampel
a. Pembakuan Larutan Na2EDTA dengan ZnSO4.7H2O
Dipipet ZnSO4.7H2O 0,05 M sebanyak 25 mL, dimasukkan ke
dalam erlemeyer, kemudian ditambahkan 3 mL buffer salmiak pH 10
dan 50 mg indikator EBT. Kemudian dititrasi dengan Na2EDTA
hingga terjadi perubahan warna dari merah anggur menjadi biru tua.
Lalu dihitung konsentrasi Na2EDTA yang terpakai. Titrasi dilakukan
3 kali pengulangan.
b. Penetapan Kadar Zink dalam Sampel
Dipipet masing-masing 20 mL larutan uji, dimasukkan dalam
erlemeyer, ditambahkan 2 mL NaOH 1 N dan 50 mg indikator EBT.
Kemudian dititrasi dengan larutan baku Na2EDTA sampai terjadi
perubahan warna dari merah anggur menjadi biru tua. Titrasi
dilakukan 3 kali pengulangan. Penentuan Kadar Zink pada Sampel

12
Hasil dan Pembahasan
Tabel I. Pembakuan Na2EDTA dengan ZnSO4
No. Volume ZnSO4.7H2O Volume Na2EDTA
1 25 mL 24,90 mL
2 25 mL 24,50 mL
3 25 mL 25,10 mL
Rata-rata 25 mL 24,80 mL
Berdasarkan tabel I, terlihat hasil rata-rata volume Na2EDTA 24,80
mL, sehingga diperoleh pembakuan dari Na2EDTA dengan ZnSO4.7H2O
0,0504 mmol/ml
Tabel II. Hasil Presentase Kadar Zink
Sampel Vol. Titrasi (mL) Rata-Rata Presentase
1,20
Zinkid® 1,40 3,57 %
1,00
1,30
Zincare® 1,10 6,12 %
1,20
1,30
Zink generik
1,30 3,68 %
1,00
Berdasarkan tabel II, terlihat hasil persentase zink dari sampel tablet
dengan merek dagang Zinkid® adalah 3,57 %, Zincare® adalah 6,12 % dan
Zink generic adalah 3,68 %
Kesimpulan
1. Kadar zink dengan metode kompleksometri dalam tablet dengan merek
dagang Zinkid® yaitu 3,57 %, Zincare® 6,12 % dan Zink generik 3,68 %.

13
2. Metode kompleksometri dan spektrofotometri serapan atom untuk
penetapan kadar zink dalam sediaan farmasi tidak berbeda nyata.

14
DAFTAR PUSTAKA

Ethica, S.N., 2020. Buku Ajar Teori Kimia Analitik Teknologi Laboratorium
Medis. Yogyakarta: Deepublish

Khopkar. 2002. Konsep Dasar Kimia Analitik. UI Press. Jakarta

Rivai Harrizul. 1995. Asas Pemeriksaan Kimia. Universitas Indonesia (UI


Press)

Rochman, A., dkk. 2021. Analisis Obat Secara Volumetri. Yogyakarta: UGM
Press

Rodiani, T. dan Suprijadi. 2013. Analisis Titrimetri dan Gravimetri. Cianjur:


Kementerian Pendidikan Nasional Pusat Pengembangan dan Pemberdayaan
Pendidikan dan Tenaga Kependidikan Pertanian Cianjur

Rowe, R.C. et Al. (2009). Handbook Of Pharmaceutical Excipients, 6th Ed,


The Pharmaceutical Press, London

15

Anda mungkin juga menyukai