Anda di halaman 1dari 9

NAMA : Nur Arisyah Rezky Amaliya

NIM : 1947141008
KELAS : C19A

TUGAS TEORI DAN APRESIASI SASTRA

1. Kemukakanlah pengertian keempat pendekatan apresiasi sastra berikut dengan bahasa yang
mudah dipahami dengan jelas yakni pendekatan :(a) emotif, (b) didaktis,(c) parafrastis, (d)
analitis
Jawab:
a. Pendekatan emotif dalam mengapresiasi sastra adalah suatu pendekatan yang
berusaha menemukan unsur-unsur yang berhubungan dengan emosi atau perasaan
pembaca. Prinsip-prinsip dasar yang meletarbelakangi adanya pendekatan emotif
yaitu pandangan bahwa cipta sastra merupakan dari karya seni yang hadir dihadapan
masyarakat pembaca untuk dinikmati sehingga mampu memberikan hiburan dan
kesenangan. Selain berhubungan dengan masalah keindahan yang lebih lanjut akan
berhubungan dengan masalah gaya bahasa seperti metafor, simile maupun penataan
setting yang mampu menghasilkan panorama yang menarik.
b. Pendekatan Didaktis secara harafiah juga berarti mendidik. Oleh karenannya,
pendekatan ini berusaha menemukan dan memahami gagasan, tanggapan evaluatif
atau sikap pengarang terhadap kehidupan. Pada akhirnya, pembaca akan
menemukan nasihat atau pandangan filosofis yang mampu memperkaya kehidupan
pembaca. Dalam pelaksanaannya, penggunaan pendekatan didaktis ini diawali
dengan upaya pemahaman satuan-satuan pokok pikiran yang terdapat dalam suatu
cipta karta. Satuan pokok pikiran itu pada dasarnya disarikan dari paparan gagasan
pengarang, baik berupa tuturan ekspresif, komentar, dialog, maupun deskripsi
peristiwa dari pengarang atau penyairnya.
c. Pendekatan Farafratis. Apresiasi sastra dengan pendekatan parafrastis dilakukan
dengan jalan mengungkapkan kembali gagasan yang disampaikan pengarang
(dengan kalimat dan bahasa yang berbeda) guna memahami kandungan makna
dalam karya sastra. Tujuan dari pendekatan parafrastis ialah menyederhanakan
pemakaian kata atau kalimat pengarang, sehingga pembaca lebih mudah memahami
kandungan makna yang tersimpan dalam suatu karya sastra. Pendekatan parafrastis
juga menggunakan cara pengungkapan kembali dengan tujuan membuat kalimat
tidak lagi berkonotatif-sehingga lebih mudah dipahami.
d. Pendekatan Analitis adalah pendekatan yang berusaha memahami gagasan, cara
pengarang menampilkan gagasan atau mengimajinasikan idenya, sikap pengarang
dalam menampilkan gagasan-gagasannya, elemen intrinsik dan mekanisme
hubungan dari setiap elemen intrinsik itu sehingga mampu membangun adanya
keselarasan dan kesatuan dalam rangka membangun totalitas bentuk maupun
totalitas maknanya. Pendekatan analitis bertujuan untuk menyusun sintesis lewat
analisis. Lewat penerapan pendekatan ini diharapkan pembaca pada umumnya
menyadari bahwa cipta sastra itu pada dasarnya diwujudkan dengan kegiatan yang
serius dan terencana sehingga tertanamkan rasa penghargaan atau sikap yang baik
terhadap karya sastra

2. Tuliskan minimal sebuah pantun dengan sejujurnya karya Anda sendiri!


Jawab:
Si adel suka kopi susu
Minum kopinya Bersama-sama
Biasakanlah membaca buku
Sebab buku adalah jendela dunia
Makna: Rajinlah membaca buku, sebab adalah jendela dunia

3. Parafrasekan puisi berikut menjadi sebuah cerita berikut dengan memperhatikan keeradaan
Pelaku dan dialonya, latar, alur, minmal 250 kata

PANCARAN HIDUP
Amal Hamzah

Di pagi hari
Aku berangkat bekerja
Tampak olehku seorang lelaki
Mengorek-orek tong mencari nasi
Sepintas hatiku sedih
Terasa miskin badan sendiri
Di tengah kekayaan negeri raya
Awak menjadi peminta-minta
Lalu matku menoleh ke badannya
Tampak tegak teguh semata
Tiadaa cacat membuat celaka
Hatiku marah:
Orang begini tak perlu dikasihani
Di dunia Allah penuh rejeki
Ia tinggal bermalas diri
Jawab:
PANCARAN HIDUP
Di pagi hari yang cerah aku bangun dengan semangat untuk mencari rejeki, aku
bergegas membersihkan diri kemudian dilanjutkan dengan sarapan sepiring nasi dan telur
ceplok, meskipun menu sarapanku sederhana tetapi aku memakannya dengan sangat lahap.
Selesai sarapan aku bergegas memanaskan motor tua ku yang kubeli 10 tahun yang lalu, motor
ini menjadi saksi perjalanan hidupku di kota metropolitan ini. Aku berngkat bekerja tepat jam
7 pagi, jarak rumahku ke tempat kerjaku tidak begitu jauh, sesampainya di sebuah bagunan
tinggi menjulang, aku memarkirkan motor tuaku di parkiran khusus pekerja di kantor tersebut,
setelah itu aku bergegas memakai seragam putih hitamku yang bertuliskan namaku di pojok kiri
atas baju tersebut. Muhammad Eko Saputra, yah itulah namaku, aku bekerja sebagai seorang
satpam di kantor milik teman SMA ku. Aku bergegas mendekati seorang pria berbahu lebar
yang sedang menungguku menggantikannya berjaga “ Halo mas Ridwan, bagaimana keadaan
kantor tadi malam?” ucapku membuka percakapan. “Alhamdulillah aman mas Eko” ucap mas
Ridwan dengan sangat ramah sambil membereskan barang bawaan yang ia gunakan pada saat
jaga malam. “Oiya mas Eko saya deluan yahh... Saya mau langsung pamit pulang, mau siap-
siap kerja di pasar lagi” Ucap mas Ridwan. “Siap mas, hati-hati mas dijalan, semoga dagangan
laris manis” ucapku dengan senyum. Mas ridwan kemudian bergegas mendekati motornya dan
meninggalkan pelataran kantor. Dalam benakku, aku sangat kagum dengan mas Ridwan yang
merupakan pria pekerja keras, di malam hari iya bekerja sebagai satpam dan pagi hari hingga
sore ia berjualan di pasar, semuanya ia lakukan demi kesejahteraan anak dan istrinya. Hal inilah
yang membuatku malu untuk bermalas-malasan bekerja karena ada orang seperti mas Ridwan
yang menjadi motivasiku untuk jauh dari sifat malas.
Sore harinya jam jagaku telah berakhir, tepat jam 5 sore aku bergegas pulang, di
perepatan jalan aku berhenti, tampak olehku seorang lelaki yang mengorek-orek tong mancari
nasi, tiba-tiba sepintas hatiku sedih, terasa miskin badan sendiri dalam benakku berkata di
tengah kekayaan negeri raya ini awak menjadi peminta-minta. Tanpa berfikir panjang aku
memarkirakan motor tuaku dan mendekati lelaki itu, aku ingin memberikan sedikit rejeki ku
hari ini untuknya agar meringankan beban hidupnya, sesampainya didekat lelaki tersebut, aku
berniat mengajaknya mengobrol lalu mataku menoleh ke badannya, ternyata badan lelaki
tersebut tampak tegak teguh semata, tiada cacat membuat celaka, terlintas didalam hatiku “apa
yang membuat lelaki ini enggan bekerja sedangkan fisiknya saja sangat sehat dan bugar
dibandingkan fisikku”. Hatiku marah “Orang begini tak perlu dikasihani,di dunia Allah penuh
rejeki dan ia tinggal bermalas diri”. Aku kemudian mengurungkan niatku untuk bertegur sapa
dan mengobrol dengan lelaki itu, aku sangat kecewa dengannya, banyak orang yang rela tak
tidur dengan tenang, dan makan telat demi mencari rejeki yang halal, tetapi mengapa ia tinggal
bermalas-malasan mengharapkan belas kasihan orang lain. Aku mengendarai motor tuaku dan
bergegas pulang kerumah. Sesampainya dirumah aku masih memikirkan lelaki tersebut,aku
hanya berharap ia tidak terus-menerus mengharapkan belas kasihan orang lain dan mulai
bekerja dan mencari rejeki dengan usaha dan kerja kerasnya sendiri.

4. Apresiasikan cerita berikut (Kartini Oh Kartini) dengan menerapkan pendekatan Analitis!

KARTINI,OH, KARTINI
Mama kaget luar biasa ketika Ocha mengutarakan keinginannya mengikuti
Pemilihan Putri Kartini Cilik ‘97 di Super Market terbesar di Bandung. Bukan lantaran
tajkut tidak menang, tetapi lebih karena pembawaan Ocha yang tomboy.

“Kamu hanya bercanda, kan?” tanya Mama masih terkaget-kaget.


“Ya, enggak dong, Ma. Ocha su-dah menginginkannya dari tahun kemarin. Lagi pula
Ocha sudah belajar berjalan di atas cat walk pada Sisil.” Jawabnya.

“Sisil yang mana? Tanya Mama lagi.

“ Putri Bu Dewi, yang rumahnya di Blok P. Dia kerap menang lomba putri-putrian
sampai jadi bintang iklan segala,” Ocha berusaha meyakinkan.
“Tap kamu.....”Mama menggantungkan kalimatnya. “Ah, sudahlah, lupakan
pemilihan itu”” Mama menepis tangan.

“Tapi, ma, meskipun tomboy, Ocha juga ingin sesekali tampil lemah lembut!” Ocha
tetap ngotot.
Mama terdiam beberapa jenak. Ocha yang jago Tae Kwondo, pmegang ban hitam, sering
mengan di kejuaraan karate, dan paling suka pakai celana dibanding rok, mau ikut
pemilihan putri-putrian? Apa tidak salah dengar?
“Ma biar jago teakwondo, tapi ocha bisa tampil lemah lembut kalau mama
mengizinkan”, Ucap ocha membaca pikiran Mama. “Kata Sisil, Ocha sudah punya modal
kepercayaan diri, tinggal belajar membawakannya sebaik mungkin,” lanjutnya.
Melihat kesungguhan yang terpancar dari mata putri semata wayangnya, akhirnya
Mama mengiyakan. Hari itu juga, dia mengajak Ocha mendaftar ketempat persewaan
pakaiaan tradisional yang tidak jauh dari rumah. Ocha memilih pakaian adat daerah
Jawa Tengah.

Ternyata, kertika Ocha mendaftar, Selly, teman sekolahnya yang selalu tampil cantik
dan sering mengikuti pemilihan putri-putrian itu juga mendaftar. Di sekolah diceritakan
pada teman-temannya.

“Orang tomboy ikut pemilihan putri-putrian? Apa tidak salah dengar?” Sindir Oni,
saat Ocha berjalan di depan mereka.

“Kalau pun tidak salah dengar, pasti dia sudah tidak waras!” kali ini suara Teni,
sipembuat ulah dan pembual besar.

Karuan membuat telinga Ocha merah. “kamu bilang apa?” tanya Ocha mendekati
mereka. Keempat teman Ocha yang memang jago ngerumpi dan ngomongin orang itu
langsung diam.
“Hei, anak-anak manis, kalau ngomong jangan sembarangan, ya. Kena batunya baru
tahu rasa!” ujar Ocha memperingatkan, sebelum masuk kelas dan membiarkan mereka
bungkam.
Hari yang dinanti-nanti akhirnya datang juga. Peserta Pemilihan Puti Kartini Cilik
97 itu ternyata banyak sekali. Ocha, yang duduk di kelas IV masuk kategori C. antara
kelas IV sampai kelas VI SD.
Di daerah bangku tengah, Mama melihat penampilan Ocha dengan haru campur senang.
Sesekali dia mengisap mata yang tiba-tiba lembab dengan sapu tangan.
Yang dikatakan Ocha memang benar. Dia bisa berjalan di atas pentas dengan luwes,
seperti layaknya putri Solo. Tiadak sia-sialah dia belajar berjalan selama sebulan lebih
pada Sisil.

“Itu putri Ibu?” tunjuk seorang penonton yang duduk di samping Mama Ocha. Mama
mengangguk.

“Penampilannya sempurna sekali. Saya yakin, dia pasti dapat salah satu juara,”
komentar penon-ton tadi.
Mama semakin haru. Dan, keharuan mama berubah jadi tangis kegembiraan yang
teramat sangat, ketika para pemenang diumumkan. Ocha terpilih sebagai The Best
Putri Kartini Cilik ‘97, sementara Silly hanya meraih juara harapan.

Selamat, ya” salah seorang penonton memberikan ucapan selamat pada Mama Ocha.
Ternayata dia seorang wartawan. Dia tanya macam-macam pada Mama Ocha. Saat
sedang asyik nya difoto, dari arah belakang tiba-tiba ada seorang ibu yang berteriak
minta tolong. Dia kecopetan.

Secepat kilat, Ocha mengangkat kain tinggi-tinggi, lantas tanpa menghiraukan


penampilannya menerjang seorang laki-laki bertopi yang ditunjuk Ibu yang
berteriakteriak tadi.

Laki-laki itu terjengkang dan seketika ditangkap Pak Satpam. Tapi konde Ocha ikut
juga terjengkang, lepas dari rambutnya. Orang yang sedang belanja dan melihat
kejadian itu tertawa cekikikan..

“Aduh, konde kamu, Ocha” jerit Mama terus memungutnya. Ocha tidak merasa malu
atau merasa ditertawakan. Dengan cueknya, dia meminta mamanya membetulkan
kondenya seperti semula.

Om wartawan geleng kepala. “Ocha-Ocha, kamu memang Kartini zaman sekarang”


gumamnya pelan.

Jawab:
Pendekatan Analitis adalah pendekatan yang berusaha memahami gagasan, cara pengarang
menampilkan gagasan atau mengimajinasikan idenya, sikap pengarang dalam menampilkan
gagasan-gagasannya, elemen intrinsik dan mekanisme hubungan dari setiap elemen intrinsik itu
sehingga mampu membangun adanya keselarasan dan kesatuan dalam rangka membangun
totalitas bentuk maupun totalitas maknanya.Pendekatan analitis bertujuan untuk menyusun
sintesis lewat analisis.
Unsur Intrinsik Cerpen Kartini Oh Kartini
A. Tema
Tema adalah pokok pikiran yang dicetuskan pengarang yang menjadi jiwa dan dasar cerita.
Tema atau pokok persoalan cerpen Kartini,oh kartini. Terletak pada persoalan Pandangan orang
terhadap ocha si gadis tomboy yang mengikuti Pemilihan Putri Kartini Cilik’97. Dibuktikan
pada kutipan (1) “Mama terdiam beberapa jenak. Ocha yang jago Tae Kwondo, pemegang ban
hitam, sering mengan di kejuaraan karate, dan paling suka pakai celana dibanding rok, mau
ikut pemilihan putri-putrian? Apa tidak salah dengar?“Ma biar jago teakwondo, tapi ocha bisa
tampil lemah lembut kalau mama mengizinkan”, Ucap ocha membaca pikiran Mama. “ Kata
Sisil, Ocha sudah punya modal kepercayaan diri, tinggal belajar membawakannya sebaik
mungkin,” lanjutnya. Melihat kesungguhan yang terpancar dari mata putri semata
wayangnya, akhirnya Mama mengiyakan.”(2)“Orang tomboy ikut pemilihan putri-putrian?
Apa tidak salah dengar?” Sindir Oni, saat Ocha berjalan di depan mereka. (3) “Kalau pun
tidak salah dengar, pasti dia sudah tidak waras!” kali ini suara Teni, sipembuat ulah dan
pembual besar.

B. Latar
Latar disebut juga landas tumpu, menyaran pada pengertian tempat, hubungan waktu, dan
lingkungan sosial tempat terjadinya peristiwa yang diceritakan.Unsur latar dapat dibedakan ke
dalam tiga unsur pokok yaitu latar tempat, latar waktu, dan latar sosial. Latar pada cerpen ini
ada dua macam, yaitu: latar tempat dan latar waktu.

Latar Tempat
Latar jenis ini biasa disebut latar fisik. Latar ini dapat berupa rumah ocha,tempat sewa
baju tradisional, sekolah, tempat pentas. Latar tempat yang ada dalam cerpen ini tidak
dijelaskan secara terang-terngan tetapi secara tersirat. Dibuktikan pada bagian: (1) Hari itu
juga, dia mengajak Ocha mendaftar ketempat persewaan pakaiaan tradisional yang tidak jauh
dari rumah. Ocha memilih pakaian adat daerah Jawa Tengah. (2) Yang dikatakan Ocha
memang benar. Dia bisa berjalan di atas pentas dengan luwes, seperti layaknya putri Solo.
Tiadak sia-sialah dia belajar berjalan selama sebulan lebih pada Sisil. (3) “Hei, anak-anak
manis, kalau ngomong jangan sembarangan, ya. Kena batunya baru tahu rasa!” ujar Ocha
memperingatkan, sebelum masuk kelas dan membiarkan mereka bungkam.

Latar Waktu
Latar jenis ini, yang terdapat dalam cerpen ini ada yang bersamaan dengan latar tempat,
seperti yang sudah dipaparkan di atas pada latar tempat atau contoh yang lainnya seperti:
(1)Hari itu juga, dia mengajak Ocha mendaftar ketempat persewaan pakaiaan tradisional yang
tidak jauh dari rumah (2) Hari yang dinanti-nanti akhirnya datang juga. Peserta Pemilihan
Puti Kartini Cilik 97 itu ternyata banyak sekali.
C. Alur
Alur menurut Suminto A. Sayuti (2000:31) diartikan sebagai peristiwa-peristiwa yang
diceritakan dengan panjang lebar dalam suatu rangkaian tertentu dan berdasarkan
hubunganhubungan konsolitas itu memiliki struktur. Adapun struktur alur adalah bagian awal,
bagian tengah, dan bagian akhir. Alur pada cerpen Kartini Oh Kartini adalah alur maju mundur
karena ada beberapa bagian yang membahas mengenai peristiwa masa lalu dan dikaitkan
dengan pristiwa di masa depan begitupun sebaliknya seperti pada kalimat “Di daerah bangku
tengah, Mama melihat penampilan Ocha dengan haru campur senang. Sesekali dia mengisap
mata yang tiba-tiba lembab dengan sapu tangan.Yang dikatakan Ocha memang benar. Dia bisa
berjalan di atas pentas dengan luwes, seperti layaknya putri Solo. Tiadak sia-sialah dia belajar
berjalan selama sebulan lebih pada Sisil.

D. Penokohan
Tokoh merupakan komponen terpenting dalam sebuah cerita. Tokoh merupakan pribadi
yang selalu hadir di dalam pikiran dan di hati kita sebagai pembaca dari awal sampai akhir.
a. Tokoh Ocha: Tokoh ini begitu berperan dalam cerita ini , pengarang menggambarkan
tokoh ini sebagai tokoh utama yang memilki sifat sederhana,apa adanya, pantang
menyerah dan berjiwa kuat.
b. Tokoh Mama: Pengarang menggambarkan toko ini sebagai seorang ibu yang selalu
mendukung dan menghargai setiap langkah yang dipilih putrinya.
c. Tokoh Oni: Pengarang menggambarkan tokoh ini sebagai teman Ocha yang memiliki
watak yang sinis
d. Tokoh Teri: Pengarang menggmbarkan tokoh ini sebagai teman Ocha yang memiliki
sifat pembuat masalah dan pembual
e. Tokoh Wartawan : Penulis menggambarkan toko tersebut sebagai salah-satu penonton
yang terpukau dengan penampilan Ocha yang memiliki watak yang baik dan sedikit
humoris
f. Tokoh Sisil; Meskipun tokoh ini tidak memiliki dialog dalam cerita tetapi tokoh ini
digambarkan pada dialog tokoh Ocha dan mamanya. Tokoh ini memiliki watak yang
baik dan sabar serta menjadi salah satu orang yang mendukung segala langkah Ocha .
Dibuktikan pada dialog . “Kata Sisil, Ocha sudah punya modal kepercayaan diri,
tinggal belajar membawakannya sebaik mungkin,” lanjutnya
g. Tokoh Sellly: Tokoh ini juga tidak memiliki dialog dalam cerita tetapi digambarkan
pada dialog tokoh lain, selly digambarkan sebagai teman Ocha yang cantik dan
bertalenta,. Dibuktikan pada dialog “Ternyata, kertika Ocha mendaftar, Selly, teman
sekolahnya yang selalu tampil cantik dan sering mengikuti pemilihan putri-putrian itu
juga mendaftar. Di sekolah diceritakan pada teman-temannya”
E. Titik Pengisahan/Sudut Pandang
Titik pengisahan yaitu kedudukan/posisi pengarang dalam cerita tersebut. Maksudnya
apakah, pengarang ikut terlibat langsung dalam cerita itu atau hanya sebagai pengamat yang
berdiri di luar cerita. Pada cerpen Kartini Oh Kartini pengarang memposisikan dirinya sebagai
pengamat .
F. Gaya Bahasa
Gaya bahasa adalah cara pengarang mengungkapkan ceritanya melalui bahasa yang
digunakan. Gaya bahasa yang digunakan pada cerpen Kartini Oh Kartini yaitu gaya bahasa yang
semi formal dan sederhana sehingga mudah dimengerti oleh segala kalangan pembaca.

G. Amanat
Amanat adalah ajaran moral atau pesan yang ingin disampaikan oleh pengarang melalui
karyanya. Amanat yang hendak disampaikan pengarang kepada pembaca atau pendengar yang
terdapat dalam cerpen Kartini Oh Kartini adalah Janganlah menggap remeh seseorang
berdasarkan latar belakang dan penampilannya, karena kemampuan seseorang tidak dapat
dinilai dari tampak luarnya , dan tetaplah berusaha untuk melakukan yang terbaik meskipun
banyak yang menggap usahamu sebagai hal yang sia-sia, buktikan kepada mereka bahwa kamu
lebih baik dari yang mereka kira.

Anda mungkin juga menyukai