Anda di halaman 1dari 12

KELOMPOK 3

Analisis
Komoditas Pasar
Pasar Komoditas
Adinda Omega Chairunnisa (200203166)
Muhammad Revado Ghithraf Farrizi (200203316)

Anggota Ravenska Ananda Faizal (200203234)

Kelompok
Salma Putri Nurfaizah (200203274)
Sulthan Zaidan Athallah (200203247)
Wening Tyas Widianingsih (200203253)
Pasar Komoditas
Pasar komoditas adalah suatu tempat
pertemuan (pasar) antara permintaan dan
penawaran komoditas atau barang. Ini
merupakan pasar yang memperjualbelikan
barang yang laku di pasaran dunia internasional.
Pihak penjual dan pihak pembeli barang-barang
komoditas bertemu di pasar tersebut. Selain
pembeli dan penjual, ada pula pedagang
perantara yang dikenal dengan komisioner dan
makelar
Analisis Komoditi Daging
Sapi di Pasar Santa
Daging sapi merupakan salah satu produk pangan yang memiliki nilai gizi untuk
memenuhi kebutuhan protein bagi masyarakat. Rantai pasokan atau Supply Chain daging
sapi merupakan suatu konsep yang memiliki sistem pengaturan yang berkaitan dengan
aliran produk, aliran keuangan dan aliran informasi dalam proses distribusi sapi potong
hidup menjadi daging sapi. Analisis komoditi ini bertujuan untuk mengetahui
perbandingan harga, kualitas, konsumen, kemasan, dan persediaan antar pedagang
Harga
Pedagang A menjual daging sapi dimulai dari harga Rp. 130.000/kg untuk bagian daging yang berlemak
– Rp.135.000/kg untuk bagian paha. Sementara, pedagang B menjual daging sapi dengan rentang
harga Rp. 120.000/kg untuk bagian dada – Rp. 130.000 untuk bagian paha.
Pedagang A
Kualitas
Kualitas daging yang dijual oleh pedagang A lebih unggul dibandingkan dengan kualitas daging
pedagang B. Hal tersebut dapat dilihat dari kesegaran daging dan juga bentuk potongan yang dijual,
sehingga sesuai dengan harga yang diberikan oleh pedagang A.

Konsumen
Para konsumen biasanya banyak membeli daging sapi pada bagian paha, karena pada bagian tersebut
memiliki sedikit lemak dan juga cocok digunakan untuk diolah menjadi masakan contohnya rendang.
Pedagang mengalami kelarisan atau lonjakan pembelian hanya pada saat menjelang Hari Raya ataupun
hari-hari besar lainnya, selain hari-hari tersebut pembelian berada di angka normal. Namun, pada masa
pandemi saat ini, konsumen daging sapi di Pasar Santa mengalami penurunan sebesar 70%, sehingga
menyebabkan omzet pendapatan pedagang, baik pedagang A dan B menurun drastis.

Kemasan
Pedagang A dan pedagang B menjual daging sapi mereka menggunakan kemasan plastik.
Pedagang B
Persediaan
Pedagang A dan pedagang B melakukan persediaan awal pada saat malam hari. Setiap harinya,
pedagang A melakukan stok sebesar 2 ekor daging sapi dan pedagang B melakukan stok sebesar
50kg. Hal ini membuktikan bahwa daging sapi yang dijual oleh para pedagang di Pasar Santa
merupakan daging segar.
Analisis Komoditi Kacang
di Pasar Santa
Kacang Tanah adalah tanaman polongan-polongan yang dibudidayakan, serta menjadi
kelompok kacang-kacangan kedua terpenting setelah kedelai di Indonesia. Hal ini
menjadikan kacang tanah banyak di jual dipasar baik itu swalayan maupun tradisional.
Oleh sebab itu, kami menganalisis berbagai perbandingan mulai dari harga, kualitas,
konsumen, kemasan, serta persediaannya. Metode analisis yang kami lakukan
menggunakan metode observasi dan kegiatan wawancara langsung terhadap masing-
masing narasumber.

Harga
Pada point harga, Pedangang A selalu menjual dengan harga Rp 8.000 per
Pedagang A 1/4 kg dan ini sudah disediakan per plastik. Sedangkan untuk pedagang B
harga yang di tawarkan ialah Rp 32.000/ Kg.


Kualitas
Kualitas Kacang dari kedua pedagang ini terbilang sama bagusnya, tidak
terlihat kacang yang membusuk atau tidak layak.

Kemasan
Untuk Pedagang A kemasan yang digunakan ialah plastik dengan ukuran 1/4-
1/2 kg, ini dikarenakan komoditi telah di kemas. Jika Untuk pedagang B
kemasan yang digunakan lebih fleksibel namun tetap menggunakan plastik.

Konsumen
Pedagang B Di pedangang A diketahui konsumen yang biasa membeli ialah konsumen
untuk penggunaan pribadi. Sementara untuk Pedagangan B konsumen yang
biasa membeli kacang tidak hanya dari konsumen pribadi namun juga dari
beberapa restoran.
Persediaan
Untuk pedagang A persediaan ulang dilakukan per 3 hari sekali. Pembelian
persediaan ini tidak terlalu banyak dan hanya sesuai kebutuhan. Hal ini
dikarenakan efek dari pandemi yang belum berakhir. Sementara untuk
pedagang B, persediaan selalu dilakukan dalam bentuk perkilo yakni 50 Kg.
Analisis Komoditi Apel di Swalayan
(Carrefour)
Apel adalah jenis buah-buahan, atau buah yang dihasilkan dari pohon buah apel. Apel
merupakan buah yang banyak digemari oleh hampir kebanyakan penduduk di Indonesia.
Selain dengan harganya yang terjangkau, buah ini memiliki rasa yang enak dan juga
banyak mengandung banyak khasiat yang baik bagi tubuh. Buah ini sering kita dijumpai di
hampir seluruh pasar tradisional maupun swalayan. Analisis komoditi ini dilakukan
bertujuan untuk mengetahui perbandingan harga, kualitas, konsumen, kemasan, dan
persediaan. Metode analisis yang kami lakukan menggunakan metode observasi dan
kegiatan wawancara langsung terhadap narasumber yang bekerja di swalayan tempat
kami berobservasi.
Apel A Harga
Apel A merupakan Apel Lokal yang dibandrol dengan harga Rp. 2.390/gr. Sementara, Apel B merupakan Apel Fuji yang dibandrol dengan harga
Rp. 15.000/pack.

Kualitas
Kualitas Apel A dan Apel B di swalayan ini sama-sama menunjukkan kondisi yang bagus. Namun untuk penempatannya, Apel A ditempatkan
diatas box-box dan dibiarkan terbuka begitu saja. Sedangkan untuk Apel B ditempatkan di rak pendingin khusus buah dan sayur. Jadi terdapat
kemungkinan bahwa apel B kualitasnya terlihat lebih segar dan bagus sedikit dibandingkan dengan apel A.

Konsumen
Para konsumen biasanya membeli sesuai dengan selera dan kebutuhan mereka masing-masing. Jika konsumen menginginkan Apel dengan
kualitas impor maka konsumen biasanya akan memilih Apel B yaitu Apel Fuji. Namun, jika konsumen lebih menginginkan Apel dengan kualitas
lokal maka konsumen cenderung memilih Apel A.

Apel B Kemasan
Untuk kemasan dapat dilihat jika Apel A hanya dikemas dengan menggunakan jaring buah dan jika konsumen ingin membeli dengan jumlah
banyak biasanya akan ditempatkan ke dalam kantong plastik. Sedangkan untuk Apel B dikemas dengan menggunakan styrofoam dan
dibungkus menggunakan plastik pembungkus makanan (Plastic Wrap). Untuk kemasan terlihat bahwa Apel B lebih terlihat higienis jika
dibandingkan dengan Apel A yang hanya dikemas dengan jaring buah. Mengapa demikian? karena Apel A dapat terkontaminasi langsung
dengan tangan konsumen yang sedang memilih-milih buah tersebut sedangkan Apel B masih terlindungi oleh plastic wrap dan styrofoam.

Persediaan
Swalayan ini bisa setiap harinya melakukan penambahan dan penggantian persediaan buah Apel baik untuk Apel A maupun Apel B.
Penambahan tersebut dilakukan agar persediaan buah apel ini tetap selalu tersedia setiap harinya sehingga konsumen bisa membeli buah apel
tanpa harus menunggu. Sedangkan untuk penggantian pun dilakukan setiap hari jika buah Apel A maupun B ini sudah terlihat tidak bagus untuk
dipasarkan,. Hal itu dilakukan karena swalayan ini selalu ingin memberikan kualitas buah Apel yang bagus kepada konsumen baik itu untuk Apel
A maupun Apel B.
Analisis Komoditi Garam di Swalayan
(Carrefour)
Garam adalah benda padatan berwarna putih berbentuk kristal yang merupakan
kumpulan senyawa dengan kandungan terbesar Natrium Klorida (>80%) serta senyawa
lainnya seperti magnesium klorida, magnesium sulfat, kalsium klorida dan lain-lain.
Garam merupakan salah satu dari sembilan kebutuhan pokok dan bahan baku berbagai
macam industri. Indonesia memiliki potensi produksi sumber daya laut yang sangat besar
termasuk garam, sehingga menjadi pengimpor garam sejak tahun 1998. Kebutuhan
garam perkapita rata-rata 4 kg, jika dikalikan 250 juta penduduk maka dibutuhkan 2.87
juta garam konsumsi pertahun, belum termasuk kebutuhan industri. Metode analisis yang
kami lakukan menggunakan metode observasi dan kegiatan wawancara langsung
terhadap narasumber yang bekerja di swalayan tempat kami berobservasi.

Harga
Garam A
Garam A merupakan Garam Meja yaitu garam yang sudah halus dibandrol dengan harga
Rp. 3.890/pcs. Sementara, Garam B merupakan Garam Bata yaitu garam yang masih

Kualitas berbentuk balok dibandrol dengan harga Rp. 26.000/pack.

Kualitas Garam A dan Garam B di swalayan ini sama-sama menunjukkan kondisi yang kurang bagus karena
berada disudut belakang swalayan sehingga jarang dilewati para konsumen. Garam A diletakan sebaris
dengan bumbu-bumbu dapur, lalu diletakan pada tengah rak agar lebih mudah terlihat. Sedangkan Garam B
ada di seberang rak Garam A dan penempatan Garam B ada dibagian pojok rak paling bawah namun sulit
terlihat oleh konsumen. Jadi kualitas Garam A lebih baik dari Garam B jika dilihat dari sudut harga,

Kemasan penempatan, dan kemasan.

Untuk kemasan dapat di perhatikan garam A berbentuk garam halus sedangkan


garam B berbentuk balok. Ini semua tergantung kebutuhan. Kebanyakan untuk
kebutuhan rumah tangga lebih dipilih garam halus. Untuk bentuk kemasan Garam B
keduanya sama yakni di lindungi oleh kemasan plastik.
Konsumen
Para konsumen untuk pembelian produk garam biasanya memilih sesuai harga
termurah, karena pada dasarnya garam A dan garam B tidak jauh kualitasnya
hampir sama kualitasnya. Tetapi untuk kemudahan konsumen biasanya lebih
memilih garam halus dari pada garam yang berbentuk balok
Persediaan
Swalayan ini biasanya hanya melakukan persediaan ketika barang mendekati
habis saja karena garam sendiri memiliki waktu penyimpanan yang bisa cukup
lama dan memilik expired yang lama. Sekali stok gram A dan B biasnya
tergantung keadaan, keaadan disini ialah kebutuhan konsumen dalam jangka
waktu perbulannya.
.
TERIMA
KASIH

Anda mungkin juga menyukai