Anda di halaman 1dari 7

Strategi Pemasaran Digital

Menggunakan Influencer
Artikel · Ulasan - Bisnis Umum
Lama Baca : 5 Menit

Gambar diambil dari elegantthemes.com

Sejak awal pandemi hingga saat ini, beberapa kota besar di Indonesia masih memilih
menerapkan aturan PSBB yang ketat guna memerangi COVID-19. Sebab tidak bisa
mempromosikan produk lewat jalur offline, banyak UMKM mulai mekasimalkan promosi
mereka di media sosial. Belakangan ini, tren yang sedang berkembang di kalangan pebisnis
Indonesia adalah menggunakan influencer sebagai strategi mengembangkan dan
mempromosikan usaha serta produk mereka. Apa itu influencer?

Influencer, secara sederhana dapat diartikan sebagai seseorang yang memiliki pengaruh besar
di masyarakat, baik dalam skala kecil atau lokal maupun skala besar atau nasional. Mereka
yang menyandang status sebagai influencer bisa berasal dari berbagai kalangan dan latar
belakang pekerjaan, mulai dari YouTuber, Selebgram, public figure, atlet, dokter blogger,
hingga artis dan selebriti. Umumnya, mereka juga memiliki pengikut (followers) yang tidak
sedikit di berbagai lini media sosial. Intinya, mereka punya pengaruh besar dan karena itulah
banyak pebisnis yang menggandeng influencer untuk kepentingan promosi produk
(Niagahoster.co.id).

Penasaran bagaimana cara dan alur kerja influencer? Dan bagaimana sebaiknya UKM
serta influencer bekerja sama melalui digital platform? Yuk, simak uraian berikut ini!

Seberapa Penting Peran Influencer dalam Penjualan Produk?

Pertanyaan di atas boleh jadi ada di benak teman-teman UKM saat ini. Banyak yang
berpendapat bahwa menggunakan influencer sebenarnya tidak berpengaruh besar dalam
penjualan produk. Yonatan Nugroho, CEO sekaligus Founder Trinity Entertainment Group,
meyakinkan bahwa memang influencer sangat efektif untuk campaign produk. Umumnya,
mereka mampu mempromosikan produk dalam sebuah konsep terencana yang hasilnya juga
bagus. Dalam pengalamannya menangani banyak influencer selama ini, hal terpenting yang
hrus teman-teman UKM lakukan adalah mematangkan strategi kampanye produk sebelum
kemudian menggaet influencer yang sesuai segmentasi pasarnya.

Darius Sinathriya, public figure sekaligus enterpreneur, berpendapat bahwa nampaknya


perusahaan besar dan usaha kecil menengah memiliki pemahaman yang berbeda
tentang influencer. Pemegang keputusan di perusahaan besar (big company) umumnya sudah
sangat paham apa fungsi seorang influencer. Sementara di UMKM, mereka berpandangan
menggunakan influencer akan langsung berdampak pada meningkatnya drive sale produk.
Padahal kenyataannya, belum tentu saat kita membayar mereka, para influencer bisa
langsung melakukan itu. Mengapa? Sebab, ada banyak elemen berperan untuk mencapai
peningkatan penjualan secara signifikan, dan influencer hanyalah satu dari banyak elemen
tersebut. Kita harus juga memperhitungkan elemen sistem distribusinya, aksesibilitas produk,
kualitas produk, karakteristik, dan lain-lain.

Selain itu, dikatakannya juga bahwa seorang atau beberapa influencer akan lebih efektif
digunakan untuk meningkatkan brand awareness, alias kesadaran masyarakat atas
eksistensi brand kita. Selain itu, masing-masing influencer juga punya segmentasi pasar sendiri
dan sobat UKM harus pula mempelajari ini. Jika memang produk kita dan segmentasi pasar
si influencer cocok, ini bisa jadi kolaborasi untuk memperkenalkan produk kita ke khalayak
hingga akhirnya menggoda mereka untuk memesan. Jadi, jangan sangka
menggunakan influencer bisa langsung meroketkan penjualan, sebab kadang ada
baiknya brand kita dikenal terlebih dulu.

Menakar Budget dan Ongkos Untuk Influencer

Berapa sih normalnya budget yang harus kita keluarkan dari total omzet? Menjawab ini,


Darius Sinathriya kembali bercerita bahwa sepanjang pengamatannya selama masa pandemi,
cukup banyak teman-teman influencer dan public figure yang memberi ruang sangat besar
bagi UMKM untuk berkolaborasi dengan mereka. Beberapa bahkan menggratiskan. Sobat
UMKM hanya perlu mengirim foto atau video produk, dan mereka akan bantu promosikan di
story Instagram, misalnya. Hampir setiap hari mereka unggah tentang berbagai macam
produk UMKM, jumlahnya tidak berbatas. Setiap hari pula ada ratusan UMKM yang
mengirimkan dan meminta promosi produknya. Namun, influencer biasanya tidak
mengunggah jika memang kualitas produknya kurang bagus. Sebab, jika followers memesan
dan kecewa, nama influencer juga yang nantinya turun.

Inilah kenapa kualitas keseluruhan produk juga penting untuk disempurnakan sebelum
promosi. Kesuksesan sebuah produk tidak hanya bergantung pada influencer-nya, tapi juga
pada kualitasnya. Untuk kisaran harga, bisa dibilang setiap segmen punya tarif yang berbeda-
beda sehingga perkiraannya bisa luas sekali, mulai dari gratis (Rp 0,-) hingga batas harga yang
tidak ditentukan (unlimited).

Trik dan Teknik Membuat Guideline untuk Influencer

Jika ditilik, tentu guideline akan berbeda jika kita menggunakan jasa gratis dengan yang
berbayar. Apabila sahabat UKM punya budget yang memadai, buat guideline yang bagus dan
jelas, nanti influencer tentu akan mengikuti dan bertanya jika belum paham benar. Yonatan
menyarankan agar teman-teman UMKM membuat guideline yang sedetail mungkin agar
tidak salah sasaran. Tapi setiap influencer punya gayanya masing-masing, dan rata-rata
mereka bukan yang hard sale. Influencer umumnya lebih suka dengan gaya soft sale, alias
menjual secara halus dan menggiring followers untuk mengenal dan merasa bahwa produk
yang dipromosikannya ini memang layak dibeli. Sedangkan jika rekan-rekan UKM ingin
menggunakan yang gratis, teman-teman cukup menyertakan video, foto, dan deskripsi
produk. Jangan lupa juga untuk menyebutkan keunggulan produk, seperti harga yang
terjangkau, rasa yang enak, bahan yang lembut, dan lain-lain.

Selain itu, jika untuk jasa yang gratis, sebaiknya tidak membuat konsep yang terlalu ribet agar
mudah untuk influencernya. Dalam membuat kata-kata, atau slogan, juga harus hati-
hati. Influencer memiliki gaya mereka masing-masing, sehingga jangan sampai menyodorkan
guide kata-kata yang terlalu umum atau seragam kepada banyak influencer. Kalau bisa,
menyesuaikan juga dengan gaya influencernya. Sebagai saran, UKM dianjurkan untuk
menggaet influencer lokal jika memang jangkauan produk yang diinginkan masih dalam ranah
lokal. Biasanya, influencer lokal followers-nya akan dominan berdomisili di wilayah tersebut,
sehingga promosinya menjadi tepat sasaran dan lebih efektif dalam menggenjot
penjualan. Micro-influencer, memang lebih efektif digunakkan, karena memang
meskipun followers-nya tidak banyak, namun intensitas mereka berkomunikasi
dengan followers-nya lebih banyak. Mereka juga umumnya gemar bergerilya menawarkan
produk dan lebih fokus dalam berpromosi. Ini bisa jadi strategi baru untuk teman-teman
UMKM, karena budget-nya pun lebih terjangkau.

Mendulang Data Media Sosial Lewat Influencer

Saat TOP bekerja sama dengan brand-brand besar, analytics  sosial media adalah hal yang
selalu didiskusikan. Tak hanya itu, hasil analytics juga biasa digunakan untuk membahas
langkah dan strategi selanjutnya bagi brand tersebut. Hal ini penting sekali, namun di UMKM
umumnya hal ini belum dilakukan. Padahal, analisa sosial media secara berkala merupakan
salah satu faktoor penting untuk pengembangan usaha dan strategi promosi kita. Ini bisa
menjadi salah satu masukan bagi sobat UMKM juga dalam mengelola sosial media, karena
semua hal memang harus diamati demi pengembangan dan promosi produk yang lebih
efektif. Dan sebenarnya, influencer bisa juga memfasilitasi hal ini.

Memilih Influencer Yang Tepat Untuk Produk Kita

Jika kita amati, setiap influencer memiliki gaya dan segmen pengikutnya sendiri-sendiri. Ada
juga yang bermain di cakupan berbeda. Ada artis-artis dan public figure yang pengaruhnya
luas alias skala nasional. Namun, ada pula beberapa influencer lokal yang walaupun tidak
terkenal secara nasional, namun pengaruhnya besar di ranah loka. Di sinilah teman-teman
harus pintar membaca karakter si influencer sendiri.

Misalnya saja, sobat UKM memiliki usaha Empon-Empon, ramuan tradisional Jawa yang sejak
pandemi menjadi populer lantaran khasiatnya yang ampuh untuk meningkatkan daya tahan
tubuh. Meskipun kian menjamur, namun produk ini termasuk yang masih baru dan karenanya
cukup sulit menemukan influencer yang punya gaya sesuai dalam mempromosikannya. Selain
itu, karena sedang populer, ada ratusan penjual yang menawarkan empon-empon. Di sini,
teman-teman harus pintar mendandani produk agar terlihat unik dan berbeda dengan
produk-produk saingan lain. Setelah itu, barulah kita mencari influencer.
Pemasaran untuk produk seperti empon-empon seharusnya bisa mencakup skala nasional,
dan bisa mendekati influencer yang memiliki followers jutaan serta terkenal di berbagai
kalangan. Contohnya saja, Raffi Ahmad, yang memang bisa menjangkau banyak kalangan dan
dikenal hampir semua orang di Indonesia. Untuk produk seperti ini, teman-teman UKM harus
pintar mencari peluang. Lain lagi jika target pasarnya lebih spesifik, misalnya produk susu
untuk lansia, sobat UKM bisa memilih artis atau influencer yang memang sudah berumur,
namun masih terlihat segar. Jadi, semuanya memang harus disesuaikan dengan target pasar
dari produk kita agar efektif.

Lain lagi jika kita menggaet influencer untuk produk yang sifatnya jasa, seperti hotel dan
prperti lainnya. Dalam ranah ini, influencer dan pengusaha sama-sama harus lebih hati-hati.
Ada kasus beberapa waktu lalu, di mana beberapa influencer yang cukup ternama
menawarkan jasa mereka kepada para pemilik properti (hotel, homestay, dan villa) di Bali.
Namun, karena salah strategi dan memilih waktu di masa pandemi, feedback dari masyarakat
justru negatif. Hal ini kadang terjadi, tapi sebenarnya influencer untuk support properti sangat
efektif. Untuk asuransi, di masa pandemi seperti sekarang ternyata pasarnya berkembang
sangat pesat, karena masyarakat menjadi lebih peduli dengan jaminan dan proteksi
kesehatan. Seorang agen asuransi biasanya sudah memiliki seninya sendiri dalam
menawarkan produk mereka.

Diharapkan, setelah membaca artikel ini, teman-teman bisa lebih memahami cara
menggunakan influencer dalam mengenalkan produk kepada masyarakat sekaligus
meningkatkan brand awareness. Diharapkan juga sobat UKM semakin memahami langkah apa
saja yang harus diambil saat menggunakan influencer agar efektif dalam meningkatkan
penjualan produk. Sebab, tentu saja, sudah saatnya sekarang UKM naik kelas!

Tonton juga diskusi lengkapnya di Webinar APINDO UMKM Akademi

Sonia Fatmarani, Kontributor Penulis ukmindonesia.id

Anda mungkin juga menyukai