Anda di halaman 1dari 6

ANALISIS KASUS

“Narkoba di Kalangan Artis”

Disusun Oleh:

FAISAL RAHMAN SAPUTRA


[ 17.17.0.001 ]

PATOLOGI SOSIAL
DOSEN PENGAMPU :
Junierissa Marpaung, M.Psi

PRODI BIMBINGAN DAN KONSELING

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS RIAU KEPULAUAN

TAHUN AKADEMIK 2020


KASUS NARKOBA
I. KASUS

Jakarta, CNN Indonesia -- Kapolres Pelabuhan Tanjung Priok AKBP Ahrie Sonta
mengatakan selebritas Muhammad Millendaru Prakasa Samudro alias Millen Cyrus sudah
ditetapkan tersangka atas kasus narkoba. Ahrie menyebut Millen akan ditempatkan di sel pria.
"Kalau Millen sudah kita tetapkan menjadi tersangka. Karena kan dia (test urine) positif
dan barang buktinya ada pada dia. (Ditempatkan di sel) sesuai dengan jenis kelamin yang
tertera di KTP-nya ya. Ya sementara di KTP-nya beliau, laki-laki," kata Ahrie saat
dikonfirmasi, Senin (23/11).
Ia menjelaskan saat ditangkap pada Minggu (22/11) dini hari di salah satu hotel di
wilayah Jakarta Utara, polisi mengamankan barang bukti satu buah bong, sabu seberat 0,36
gram dan minuman keras.
Saat ditangkap itu, kata Ahrie, Millen juga tengah bersama seorang rekan prianya
berinisial JR. Dari test urine, JR diketahui negatif narkoba.
"Status JR masih saksi. Ada dua orang masih kita kejar," ucap Ahrie. Lebih lanjut, ia
menyatakan, dari pemeriksaan diketahui bahwa Millen sudah beberapa kali menggunakan
narkoba.
"Ya baru 3-4 kali, beberapa bulan. Ya kemarin di hotel, lalu ada di Bali dengan di Jakarta
di beberapa tempat. Baru itu aja," ucap dia. Belum ada pernyataan dari pihak Millen Cyrus
terkait kasus ini narkoba ini. Penangkapan Millen itu menambah daftar panjang kalangan
selebriti yang terjerat kasus narkoba di 2020 ini. (mjo/ain)

II. ANALISIS KASUS


A. Pengertian Narkoba berdasarkan kasus
Menurut Kurniawan, pengertian narkoba adalah zat kimia yang dapat mengubah
keadaan psikologi seperti perasaan, pikiran, suasana hati, dan perilaku jika masuk ke dalam
tubuh manusia baik dengan cara dimakan, diminum, dihirup, suntik, intravena, dan lain
sebagainya.
Menurut Ghoodse, pengertian narkoba adalah zat kimia yang dibutuhkan untuk
merawat kesehatan, saat zat tersebut masuk kedalam organ tubuh maka akan terjadi satu
atau lebih perubahan fungsi didalam tubuh. Lalu dilanjutkan lagi dengan ketergantungan
secara fisik dan psikis pada tubuh, sehingga jika zat tersebut dihentikan pengkonsumsiannya
maka akan terjadi gangguan secara fisik dan psikis.
Menurut analisa penulis dari kasus Millen cyrus, bahwa kasus narkoba suatu perbuatan
yang berhubungan dengan penggunaan zat kimia yang merusak sistem tubuh dan
menyebabkan adanya ketergantungan secara fisik dan psikis pada tubuh pengguna,
diketahui dari pemberitaan bahwa Millen cyrus sudah beberapa kali mengunaankan barang
haram ini.

B. Jenis narkoba berdasarkan kasus


Sabu, Memiliki nama populer di Indonesia dikenal dengan sebutan meth,
metamfetamin, kristal, kapur, es. Sabu adalah narkotika yang sangat adiktif dan
berpengaruh kuat terhadap saraf. Bentuknya putih, tidak berbau, pahit, dan seperti kristal.
Saat saraf pusat “kena”, efek sabu yang dirasakan penggunanya adalah peningkatan fokus,
mood, dan rasa percaya diri selama beberapa saat. Hasil survey BNN memperlihatkan shabu
sebagai narkoba peringkat 2 yang paling sering dikonsumsi oleh masyarakat di Indonesia.
Menurut analisa penulis kasus narkona Millen cyrus ini termasuk efek candu disebabkan
oleh saraf otak yang terpengaruh zat tertentu. Otak akan mengeluarkan dopamin (hormon
pengendali emosi), terutama di area yang berhubungan dengan reward. Efek inilah yang
akhirnya membuat pengguna ingin memakai sabu terus-menerus.

C. Faktor-faktor penyebab terjadinya kasus narkoba ini


Penyalahgunaan narkoba umumnya terjadi karena rasa ingin tahu yang tinggi dan
menderita gangguan mental, terdapat pula beberapa faktor lain yang dapat meningkatkan
risiko seseorang melakukan penyalahgunaan narkoba, antara lain:
1. Penyebab dari diri sendiri yaitu Ketidakmampuan menyesuaikan diri dengan
lingkungan, Kepribadian yang lemah, Kurangnya percaya diri, Tidak mampu
mengendalikan diri, Dorongan ingin tahu, ingin mencoba, ingin meniru, Dorongan ingin
berpetualang, Mengalami tekanan jiwa, Tidak memikirkan akibatnya dikemudian hari,
Ketidaktahuan akan bahaya narkoba.
2. Memiliki teman yang seorang pecandu narkoba. Seperti yang kita ketahui, dalam dunia
artis tidak sedikit yang menggunakan narkoba untuk mengurangi rasa lelah,
memberikan euphoria lebih dan kesenangan semu. Hal ini ditunjukkan dengan tidak
sedikit artis yang tertangkap menggunakan barang haram tersebut, oleh sebab itu mudah
saja bagi kalangan artis jika ingin menggunakan narkoba itu.

E. Dampak narkoba berdasarkan kasus


Seperti yang sudah dijelaskan diatas bahwa kasus narkoba yang melibatkan artis Millen
cyrus menimbulkan sederet masalah bagi otak. Salah satunya gangguan jiwa berat.
Gangguan jiwa ini disebabkan karena kelainan secara kimiawi pada otak. Imbasnya bisa
mengganggu fungsi sistemik dan impuls syaraf otak yang menyebabkan kegagalan fungsi
otak dalam mengolah informasi dari dan ke panca indra. Tak hanya fisik dan mental saja.
Penyalahgunaan narkoba yang berkepanjang juga bisa menyebabkan gangguan kualitas
hidup. Contohnya, pecandu narkoba rentan mengalami masalah di kantor, atau keluarga.
Mereka juga umumnya mengalami kesulitan keuangan, hingga harus berhadapan dengan
kepolisian karena melanggar hukum. Apalagi Millen cyrus merupakan seorang pria yang
bernampilan seperti wanita, ini sudah menjurus kepada kasus LGBT.

F. Metode Penanganan Kasus


Upaya memberikan bantuan kepada klien kecanduan narkoba dapat menggunakan
beragam pendekatan konseling, sebagai berikut.
1. Konseling Individual (KI)
Metode KI adalah upaya membantu klien oleh konselor secara individual dengan
mengutamakan hubungan konseling antara konselor dengan klien yang bernuansa
emosional, sehingga besar kepercayaan klien terhadap konselor. Pada gilirannya klien
akan bicara jujur membuka rahasia batinnya (disclosure) yang selama ini tidak pernah
dikemukakan kepada orang lain termasuk keluarga (Ivey & Downing, 1980). KI
bertujuan menanamkan kepercayaan diri klien atas dasar kesadaran diri untuk:
(1) tidak menyalahkan orang lain atas kecerobohan dan kesalahannya mengkonsumsi
narkoba,
(2) menumbuhkan kesadaran untuk mengambil tanggung jawab atas perbuatannya yang
destruktif yang dilakukan selama ini dengan menerima segala akibatnya (seperti: keluar
dari sekolah/kuliah, kehilangan pekerjaan, dijauhi orang-orang yang dicintai, dsb),
(3) menerima realita hidup dengan jujur,
(4) membuat rencana-rencana hidup secara rasional dan sistematik untuk keluar dari
cengkraman setan narkoba dan menjadi manusia yang baik, dan
(5) menumbuhkan keinginan dan kepercayaan diri untuk melaksanakan rencana hidup
tersebut (Dyere & Vriend, 1977).
Jika seorang konselor menguasai pendidikan agama, akan lebih baik KI diiringi
dengan ajaran-ajaran agama seperti penyerahan diri kepada Allah, menerima cobaan
hidup dengan tawakal, taat ibadah, dan berbuat baik terhadap sesama. Jika konselor tidak
menguasai soal agama, konselor harus memasukkan seorang ahli agama kedalam tim
konselor.
2. Bimbingan Kelompok (BKL)
Bimbingan kelompok bertujuan memberi kesempatan klien untuk berpartisipasi
dalam memberi ceramah dan diskusi dengan berbagai kelompok masyarakat seperti
mahasiswa, sarjana, tokoh-tokoh masyarakat, guru-guru BK di sekolah, para siswa,
anggota DPR, ibu-ibu pengajian, dan sebagainya. Melalui interpersonal relation, akan
tumbuh kepercayaan diri klien (Yalom, 1985).
Dengan berdiskusi dengan beragam kelompok, diharapkan klien akan makin
meningkat kepercayaan diri untuk hidup normal dan juga tumbuh sikap kepemimpinan
diri, keluarga, dan masyarakat, sehingga setelah melakukan konseling klien menjadi
orang yang berguna. Pelajaran dari ceramah dan diskusi yang dilakukan klien secara terus
menerus akan mendewasakan klien sehingga menjadi kuat kepribadian untuk menjadi
anggota masyarakat.
3. Konseling Keluarga (KK)
Untuk membantu secepatnya pemulihan (recovery) klien narkoba, amat diperlukan
dukungan keluarga seperti ayah, ibu, saudara, istri, suami, pacar, dan keluarga dekat
lainnya. Fasilitator konseling keluarga adalah konselor, sedangkan pesertanya adalah
klien, orang tua, saudara, suami/istri, dan sebagainya. Nuansa emosional yang akrab
harus mampu diciptakan oleh konselor agar terjadi keterbukaan klien terhadap keluarga,
sebaliknya anggota keluarga mempunyai rasa tanggung jawab yang tinggi terhadap
pemulihan klien. Dampaknya adalah tumbuh rasa aman, percaya diri, dan rasa tanggung
jawab klien terhadap diri dan keluarga.

Anda mungkin juga menyukai