Anda di halaman 1dari 25

LAPORAN PENDAHULUAN

ASUHAN KEPERAWATAN KLIEN DENGAN


PENYAKIT PARU OBSTRUKTIF KRONIK

A. PENDAHULUAN
1. Latar Belakang
Penyakit Paru Obstruksi Kronik ( PPOK ) adalah suatu penyakit yang ditandai dengan
adanya obstruksi aliran udara yang disebabkan oleh bronkitis kronis atau empisema.
Obstruksi aliran udara pada umumnya progresif kadang diikuti oleh hiperaktivitas
jalan nafas dan kadangkala parsial reversibel, sekalipun e,pisema dan bronkitis
kronis harus didiagnosa dan dirawat sebagai penyakit khusus, sebagian besar pasien
PPOK mempunyai tanda dan gejala kedua penyakit tersebut. Sekitar 14 juta orang
Amerika terserang PPOK dan Asma sekarang menjadi penyebab kematian keempat di
Amerika Serikat. Lebih dari 90.000 kematian dilaporkan setiap tahunnya. Rata-rata
kematian akibat PPOK meningkat cepat, terutama pada penderita laki-laki lanjut
usia.
Oleh karena itu penyakit PPOK haruslah mendapatkan pengobatan yang baik dan
terutama perawatan yang komprehensif, semenjak serangan sampai dengan perawatan di
rumah sakit. Dan yang lebih penting dalah perawatan untuk memberikan pengetahuan
dan pendidikan kepada pasien dan keluarga tentang perawatan dan pencegahan serangan
berulang pada pasien PPOK di rumah. Hal ini diperlukan perawatan yang komprehensif
dan paripurna saat di Rumah Sakit.

2. Tujuan
Tujuan penulisan Laporan Pendahuluan ini adalah :
a. Mengetahui dan memahami tentang proses penyakit, pengertian, penyebab,
pengobatan dan perawatan dari PPOK.
b. Mengetahui dan memahami pengkajian yang dilakukan, masalah keperawatan yang
muncul, rencana keperawaatan dan tindakan keperawatan yang diberikan dan evaluasi
keperawatan yang dilakukan.

B. KONSEP TEORI
1. Pengertian
a. PPOK Merujuk pada sejumlah gangguan yang mempengaruhi pergerakan udara dari dan
keluar Paru. Gangguan yang penting adalah Bronkhitis Obstruktif, Emphysema dan
Asthma Bronkiale. (Black. J. M. & Matassarin,.E. J. 1993).

b. Suatu kondisi dimana aliran udara pada paru tersumbat secara terus menerus.
Proses penyakit ini adalah seringkali kombinasi dari 2 atau 3 kondisi berikut ini
(Bronkhitis Obstruktif Kronis, Emphysema dan Asthma Bronkiale) dengan suatu
penyebab primer dan yang lain adalah komplikasi dari penyakit primer.(Enggram, B.
1996).

Bronkhitis Kronis
Gangguan klinis yang ditandai dengan pembentukan mucus yang berlebihan dalam
bronkus dan termanifestasikan dalam bentuk batuk kronis dan pembentuk sputum selama
3 bulan dalam setahun, paling sedikit 2 tahun berturut � turut.

Emphysema
Perubahan anatomis parenkim paru yang ditandai pelebaran dinding alveolus, duktus
alveolaris dan destruksi dinding alveolar

Asthma Bronkiale
Suatu penyakit yang ditandai dengan tanggap reaksi yang meningkat dari trachea dan
bronkus terhadap berbagai macam rangsangan dengan manifestasi berupa kesukaran
bernafas yang disebabkan oleh peyempitan yang menyeluruh dari saluran nafas.

Asthma dibedakan menjadi 2 :


1. Asthma Bronkiale Alergenik
2. Asthma Bronkiale Non Alergenik

Asthma tidak dibahas disini karena gejala dan tanda lebih spesifik dan ada
pembahasan khusus mengenai penyakit asma

2. Patogenesis PPOK

Patofisiologi Bronkhitis Kronis dan Emphysema

MEROKOK PREDISPOSISI GENETIK


FAKTOR
POLUSI UDARA ( KEKURANGAN ( 1 � ANTI TRIPSIN ) TIDAK DIKETAHUI
###

#GANGGUAN SEKAT DAN JARINGAN SEUMUR


HIDUP
##PEMBERSIHAN PARU PENYOKONG HILANG
#
#

PERADANGAN
BRONKUS
& ALVEOLUS
# SAAT
EKSPIRASI SAL.
## UDARA YG KECIL
KOLAPS

##
###PERADANGAN
JALAN UDARA
#
DINDING BRONKIALE
HYPOVENTILASI LEMAH & ALVEOLAR
# PECAH
#

SAAT EKSPIRASI SALURAN


## UDARA YANG KECIL KOLAPS

EMPHYSEMA
SERING PADA
BRONKIOLITIS TERJADI EMPHYSEMA
LANSIA
KRONIS
TIDAK

TIMBUL
GEJALA

BRONKIOLITIS KRONIK
SERING

TERJADI

PPOK
1.
3. Penyebab PPOK
a. Bronkitis Kronis
1) Faktor tak diketahui
2) Merokok
3) Polusi Udara
4) Iklim

b. Emphysema
1) Faktor tak diketahui
2) Predisposisi genetic
3) Merokok
4) Polusi udara

c. Asthma Bronkiale
Faktor Prediasposisi nya adalah :
1. Alergen (debu, bulu binatang, kulit dll)
2. Infeksi saluran nafas
3. Stress
4. Olahraga (kegiatan jasmani berat )
5. obat-obatan
6. Polusi udara
7. lingkungan kerja
8. Lain-lain, (iklim, bumbu masak, bahan pengawet dll)

4. Gambaran Klinis
a. Asthma Bronkiale
Selama serangan klien mengalami dispnea dan tanda kesulitan bernafas. Permulaan
tanda serangan terdapat sensasi kontriksi dada (dada terasa berat), Whezing, batuk
non produktif, takhi kardi dan takipnea.

b. Manifestasi klinis Emphysema dan bronkhitis kronis


GAMBARANEMPHYSEMABRONKHITISMulai timbulUsia 30 � 40 tahun20 � 30 tahun batuk akibat
merokok (cacat pada usia pertengahan)SputumMinimalBanyak sekaliDispneDispnea
relatif diniLambatRasio V/QKetidakseimbangan minimalKetidakseimbangan nyataBentuk
TubuhKurus dan rampingGizi cukupDiameter AP dadaDada seperti tongTidak
membesarGambaran respirasiHyperventilasihypoventilasiPa O2
Sa O 2Norml/rendah
normalMeningkat
DesaturasiPolisitemianormalHb dan Hematokrit meningkatSianosisJarangsering
5. PENATALAKSANAAN
Intervensi medis bertujuan untuk :
1) Memelihara kepatenan jalan nafas dengan menurunkan spasme bronkus dan
membersihkan secret yang berlebihan
2) Memelihara keefektifan pertukaran gas
3) Mencegah dan mengobati infeksi saluran pernafasan
4) Meningkatkan toleransi latihan.
5) Mencegah adanya komplikasi (gagal nafas akut dan status asmatikus)
6) Mencegah allergen/iritasi jalan nafas
7) Membebaskan adanya ansietas dan mengobati depresi yang sering menyertai adanya
obstruksi jalan nafas kronis.

Managemen medis yang diberikan berupa


1) Pharmacologic management
a) Anti inflamasi ( kortikosteroid, sodium kromolin dll)
b) Bronkodilator
Adrenergik : efedrin, epineprin, beta adrenergik agonis selektif
Non adrenergik : aminophilin, tefilin
c) Antihistamin
d) Steroid
e) Antibiotic
f) Ekspektoran
Oksigen digunakan 3 l/m dengan cannula nasal.
2) Hygiene Paru.
Bertujuan untuk membersihkan sekret dari paru-paru dan kemudian meningkatkan kerja
silia dan menurunkan resiko infeksi.
Dilaksanakan dengan nebulizer, fisioterapi dada, postural drainase
3) Exercise
Bertujuan untuk mempertinggi kebugaran dan melatih fungsi otot skeletal agar lebih
efektif.
Dilaksanakan dengan jalan sehat.
4) Menghindari bahan iritans
Penyebab iritans jalan nafas harus dihindari seperti asap rokok dan perlu juga
mencegah adanya alergen yang masuk tubuh.
5) Diet
Klien sering mengalami kesulitan makan karena adanya dipsnea. Pemberian porsi yang
kecil namun sering lebih baik daripada makan langsung banyak.

6. Pemeriksaan diagnostik
* Test faal paru
1) Kapasitas inspirasi menurun
2) Volume residu : meningkat pada emphysema, bronkhitis dan asthma
3) FEV1 selalu menurun = derajat obstruksi progresif Penyakit Paru Obstruktif
Kronik
4) FVC awal normal ( menurun pada bronchitis dan astma.
5) TLC normal sampai meningkat sedang (predominan pada emphysema).

* Transfer gas (kapasitas difusi).


Pada Penyakit Paru Obstruktif Kronik Transfer gas relatif baik.
Pada emphysema : area permukaan gas menurun.
(
Transfer gas (kapasitas difusi).menurun

* Darah :
Hb dan Hematokrit meningkat pada polisitemia sekunder.
Jumlah darah merah meningkat
Eo dan total IgE serum meningkat.
Analisa Gas Darah ( gagal nafas kronis.
Pulse oksimetri ( SaO2 oksigenasi menurun.
Elektrolit menurun oleh karena pemakaian deuritika pada cor pulmunale.

* Analisa Gas Darah


PaO2 menurun, PCO2 meningkat, sering menurun pada astma. PH normal asidosis,
alkalosis respiratorik ringan sekunder.

* Sputum :
Pemeriksaan gram kuman/kultur adanya infeksi campuran.
Kuman patogen >> :
Streptococcus pneumoniae.
Hemophylus influenzae.
Moraxella catarrhalis.

* Radiologi :
Thorax foto (AP dan lateral).
Hiperinflasi paru-paru, pembesaran jantung dan bendungan area paru-paru.
Pada emphysema paru :
> Distensi >
> Diafragma letak rendah dan mendatar.
> Ruang udara retrosternal > (foto lateral).
> Jantung tampak memanjang dan menyempit.
* Bronkogram : menunjukkan dilatasi bronkus, kolap bronkhiale pada ekspirasi kuat.

* EKG.
Kelainan EKG yang paling dini adalah rotasi clock wise jantung. Bila sudah terdapat
Kor Pulmonal terdapat deviasi aksis ke kanan dan P- pulmonal pada hantaran II, III
dan aVF. Voltase QRS rendah. Di V1 rasio R/S lebih dari 1 dan di V6 V1 rasio R/S
kurang dari 1. Sering terdapat RBBB inkomplet.

2. Lain-lain perlu dikaji Berat badan, rata-rata intake cairan dan diet harian.

7. Pathway

MEROKOK PREDISPOSISI GENETIK


FAKTOR
POLUSI UDARA ( KEKURANGAN ( 1 � ANTI TRIPSIN ) TIDAK DIKETAHUI
###

##GANGGUAN SEKAT DAN JARINGAN SEUMUR


HIDUP
#PEMBERSIHAN PARU PENYOKONG HILANG
##

PERADANGAN
BRONKUS
& ALVEOLUS SAAT EKSPIRASI SAL.
### UDARA YG KECIL
KOLAPS
##
###PERADANGAN
JALAN UDARA
#
DINDING BRONKIALE
HYPOVENTILASI LEMAH & ALVEOLAR
# PECAH
#

SAAT EKSPIRASI SALURAN


## UDARA YANG KECIL KOLAPS

EMPHYSEMA
SERING PADA
BRONKIOLITIS TERJADI EMPHYSEMA
LANSIA
#KRONIS
TIDAK
#
TIMBUL

GEJALA
# BRONKIOLITIS KRONIK
SERING

TERJADI
####################
PPOK
1.
KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN

Pengkajian :
1. Riwayat atau faktor penunjang :
- Merokok merupakan faktor penyebab utama.
- Tinggal atau bekerja di area dengan polusi udara berat.
- Riwayat alergi pada keluarga
- Riwayat Asthma pada anak-anak.

2. Riwayat atau adanya faktor pencetus eksaserbasi :


- Alergen.
- Stress emosional.
- Aktivitas fisik yang berlebihan.
- Polusi udara.
- Infeksi saluran nafas.

3. Pemeriksaan fisik :
a. Manifestasi klinik Penyakit Paru Obstruktif Kronik :
* Peningkatan dispnea.
* Penggunaan otot-otot aksesori pernafasan (retraksi otot-otot abdominal,
mengangkat bahu saat inspirasi, nafas cuping hidung).
* Penurunan bunyi nafas.
* Takipnea.
b. Gejala yang menetap pada penyakit dasar
> Asthma
* Batuk (mungkin produktif atau non produktif), dan perasaan dada seperti terikat.
* Mengi saat inspirasi maupun ekspirasi yang dapat terdengar tanpa stetoskop.
* Pernafasan cuping hidung.
* Ketakutan dan diaforesis.

> Bronkhitis
* Batuk produktif dengan sputum berwarna putih keabu-abuan, yang biasanya terjadi
pada pagi hari.
* Inspirasi ronkhi kasar dan whezzing.
* Sesak nafas
> Bronkhitis (tahap lanjut)
* Penampilan sianosis
* Pembengkakan umum atau �blue bloaters� (disebabkan oleh edema asistemik yang
terjadi sebagai akibat dari kor pulmunal).
> Emphysema
* Penampilan fisik kurus dengan dada �barrel chest� (diameter thoraks anterior
posterior meningkat sebagai akibat hiperinflasi paru-paru).
* Fase ekspirasi memanjang.

> Emphysema (tahap lanjut)


* Hipoksemia dan hiperkapnia.
* Penampilan sebagai �pink puffers�
* Jari-jari tabuh.

Aktivitas dan IstirahatGejalaKeletihan, kelelahan, malaiseKetidakmampuan melakukan


aktivitas sehari-hari karena sulit bernafas. Perlu tidur dalam posisi duduk cukup
tingi. Dispnea pada saat istirahat atau respon terhadap aktivitas atau
latihanTandaKelelahan, gelisah, insomnia, kelemahan umum/kehilangan masa
ototSirkulasiGejalaPembengkakan pada ekstremitas bawahTandaPeningkatan tekanan
darah. Peningkatan frekuensi jantung
Distensi vena leher, sianosis periferIntegritas egoGejala/tandaAnsietas, ketakutan
dan peka rangsangMakanan/cairanGejala Mual/muntah, Nafsu makan menurun,
ketidakmampuan makan karena distress pernafasan
Penurunanan BB menetap (empisema) dan peningkatan BB karena edema
(Bronkitis)TandaTurgor kulit buruk, edema, berkeringat, penurunan BB, penurunan
massa ototHygieneGejalaPenurunan Kemampuan/peningkatan kebutuhan bantuan melakukan
aktivitas tubuhTandaKebersihan buruk, bau badanPernafasanGejalaNafas pendek,
khususnya pada saat kerja, cuaca atau episode serangan asthma, rasa dada
tertekan/ketidakmampuan untuk bernafas. Batuk menetap dengan produksi sputum setiap
hari selama 3 bulan berturut-turut selam 3 tahun sedikitnya 2 tahun. Sputum hijau,
putih, kuning dengan jumlah banyak (bronchitis)
Episode batuk hilang timbul dan tidak produktif (empisema),
Riwayat Pneumonia, riwayat keluarga defisiensi alfa antitripsinTandaRespirasi cepat
dangkal, biasa melambat, fas ekspirasi memanjang dengan mendengkur, nafas bibir
(empisema)
Pengguanaan otot Bantu pernafasan, Dada barell chest, gerakan diafragma minimal.
Bunyi nafas, Ronki, wheezing, redup
Perkusi hypersonor pada area paru (udara terjebak, dan dapat juga redup/pekak
karena adanya cairan).
Kesulitan bicara 94 � 5 kalimat 0
Sianosis bibir dan dasar kuku, jari tabuh.SeksualitasLibido menurunInteraksi
sosialGejalaHubungan ketergantungan, kurang sisitem pendukungTandaKeterbatasan
mobilitas fisik
Kelalaian hubungan antar keluarga
Diagnosa keperawatan
1. Bersihan jalan nafas tidak efektif
2. Pola nafas tidak efektif
3. Kerusakan pertukaran gas
4. Ketidakseimbangan nutrisi : kurang dari kebutuhan tubuh
5. Kurang pengetahuan berhubungan dengan kurang informasi
6. Kurang perawatan diri : berpakaian, mandi, makan, toileting

Perencanaan
Perencanaan meliputi penyusunan prioritas, tujuan dan kriteria hasil dari masing-
masing masalah yang ditemukan.

Tujuan Penatalaksanaan
* Mengurangi gejala dan meningkatkan kualitas hidup.
* Pemeliharaan fungsi paru yang optimal dalam waktu singkat dan panjang.
* Pencegahan dan penanganan eksaserbasi.
* Mengurangi perburukan fungsi paru setiap tahunnya.

Kriteria Keberhasilan :
* Berkurangnya gejala sesak nafas.
* Berkurangnya frekuensi dan lamanya eksaserbasi.
* Membaiknya faal paru.
* Menurunnya gejala psikologik (depresi, kecemasan).
* Memperbaiki kualitas hidup.
* Dapat melakukan aktifitas sehari-hari.

RENCANA KEPERAWATAN

NoDiagnosa KeperawatanTujuan dan criteria HasilIntervensi1Bersihan Jalan Nafas


tidak Efektif

Definisi : Ketidakmampuan untuk membersihkan sekresi atau obstruksi dari saluran


pernafasan untuk mempertahankan kebersihan jalan nafas.

Batasan Karakteristik :
- Dispneu, Penurunan suara nafas
- Orthopneu
- Cyanosis
- Kelainan suara nafas (rales, wheezing)
- Kesulitan berbicara
- Batuk, tidak efekotif atau tidak ada
- Mata melebar
- Produksi sputum
- Gelisah
- Perubahan frekuensi dan irama nafas

Faktor-faktor yang berhubungan:


- Lingkungan : merokok, menghirup asap rokok, perokok pasif-POK, infeksi
- Fisiologis : disfungsi neuromuskular, hiperplasia dinding bronkus, alergi jalan
nafas, asma.
- Obstruksi jalan nafas : spasme jalan nafas, sekresi tertahan, banyaknya mukus,
adanya jalan nafas buatan, sekresi bronkus, adanya eksudat di alveolus, adanya
benda asing di jalan nafas.
NOC :
* Respiratory status : Ventilation
* Respiratory status : Airway patency
* Aspiration Control

Kriteria Hasil :
* Mendemonstrasikan batuk efektif dan suara nafas yang bersih, tidak ada sianosis
dan dyspneu (mampu mengeluarkan sputum, mampu bernafas dengan mudah, tidak ada
pursed lips)
* Menunjukkan jalan nafas yang paten (klien tidak merasa tercekik, irama nafas,
frekuensi pernafasan dalam rentang normal, tidak ada suara nafas abnormal)
* Mampu mengidentifikasikan dan mencegah factor yang dapat menghambat jalan
nafasNIC :
(1) Airway suction
* Pastikan kebutuhan oral / tracheal suctioning
* Auskultasi suara nafas sebelum dan sesudah suctioning.
* Informasikan pada klien dan keluarga tentang suctioning
* Minta klien nafas dalam sebelum suction dilakukan.
* Berikan O2 dengan menggunakan nasal untuk memfasilitasi suksion nasotrakeal
* Gunakan alat yang steril sitiap melakukan tindakan
* Anjurkan pasien untuk istirahat dan napas dalam setelah kateter dikeluarkan dari
nasotrakeal
* Monitor status oksigen pasien
* Ajarkan keluarga bagaimana cara melakukan suksion
* Hentikan suksion dan berikan oksigen apabila pasien menunjukkan bradikardi,
peningkatan saturasi O2, dll.
(2) Airway Management
* Buka jalan nafas, guanakan teknik chin lift atau jaw thrust bila perlu
* Posisikan pasien untuk memaksimalkan ventilasi
* Identifikasi pasien perlunya pemasangan alat jalan nafas buatan
* Pasang mayo bila perlu
* Lakukan fisioterapi dada jika perlu
* Keluarkan sekret dengan batuk atau suction
* Auskultasi suara nafas, catat adanya suara tambahan
* Lakukan suction pada mayo
* Berikan bronkodilator bila perlu
* Berikan pelembab udara Kassa basah NaCl Lembab
* Atur intake untuk cairan mengoptimalkan keseimbangan.
* Monitor respirasi dan status O22Pola Nafas tidak efektif
Definisi : Pertukaran udara inspirasi dan/atau ekspirasi tidak adekuat
Batasan karakteristik :
- Penurunan tekanan inspirasi/ekspirasi
- Penurunan pertukaran udara per menit
- Menggunakan otot pernafasan tambahan
- Nasal flaring
- Dyspnea
- Orthopnea
- Perubahan penyimpangan dada
- Nafas pendek
- Assumption of 3-point position
- Pernafasan pursed-lip
- Tahap ekspirasi berlangsung sangat lama
- Peningkatan diameter anterior-posterior
- Pernafasan rata-rata/minimal
* Bayi : < 25 atau > 60
* Usia 1-4 : < 20 atau > 30
* Usia 5-14 : < 14 atau > 25
* Usia > 14 : < 11 atau > 24
- Kedalaman pernafasan
* Dewasa volume tidalnya 500 ml saat istirahat
* Bayi volume tidalnya 6-8 ml/Kg
- Timing rasio
- Penurunan kapasitas vital
Faktor yang berhubungan :
- Hiperventilasi
- Deformitas tulang
- Kelainan bentuk dinding dada
- Penurunan energi/kelelahan
- Perusakan/pelemahan muskulo-skeletal
- Obesitas
- Posisi tubuh
- Kelelahan otot pernafasan
- Hipoventilasi sindrom
- Nyeri
- Kecemasan
- Disfungsi Neuromuskuler
- Kerusakan persepsi/kognitif
- Perlukaan pada jaringan syaraf tulang belakang
- Imaturitas Neurologis
NOC :
* Respiratory status : Ventilation
* Respiratory status : Airway patency
* Vital sign Status
Kriteria Hasil :
* Mendemonstrasikan batuk efektif dan suara nafas yang bersih, tidak ada sianosis
dan dyspneu (mampu mengeluarkan sputum, mampu bernafas dengan mudah, tidak ada
pursed lips)
* Menunjukkan jalan nafas yang paten (klien tidak merasa tercekik, irama nafas,
frekuensi pernafasan dalam rentang normal, tidak ada suara nafas abnormal)
* Tanda Tanda vital dalam rentang normal (tekanan darah, nadi, pernafasan)NIC :
I. AIRWAY MANAGEMENT
* Buka jalan nafas, guanakan teknik chin lift atau jaw thrust bila perlu
* Posisikan pasien untuk memaksimalkan ventilasi
* Identifikasi pasien perlunya pemasangan alat jalan nafas buatan
* Pasang mayo bila perlu
* Lakukan fisioterapi dada jika perlu
* Keluarkan sekret dengan batuk atau suction
* Auskultasi suara nafas, catat adanya suara tambahan
* Lakukan suction pada mayo
* Berikan bronkodilator bila perlu
* Berikan pelembab udara Kassa basah NaCl Lembab
* Atur intake untuk cairan mengoptimalkan keseimbangan.
* Monitor respirasi dan status O2

Terapi Oksigen
* Bersihkan mulut, hidung dan secret trakea
* Pertahankan jalan nafas yang paten
* Atur peralatan oksigenasi
* Monitor aliran oksigen
* Pertahankan posisi pasien
* Onservasi adanya tanda tanda hipoventilasi
* Monitor adanya kecemasan pasien terhadap oksigenasi

Vital sign Monitoring


* Monitor TD, nadi, suhu, dan RR
* Catat adanya fluktuasi tekanan darah
* Monitor VS saat pasien berbaring, duduk, atau berdiri
* Auskultasi TD pada kedua lengan dan bandingkan
* Monitor TD, nadi, RR, sebelum, selama, dan setelah aktivitas
* Monitor kualitas dari nadi
* Monitor frekuensi dan irama pernapasan
* Monitor suara paru
* Monitor pola pernapasan abnormal
* Monitor suhu, warna, dan kelembaban kulit
* Monitor sianosis perifer
* Monitor adanya cushing triad (tekanan nadi yang melebar, bradikardi, peningkatan
sistolik)
* Identifikasi penyebab dari perubahan vital sign
3Kerusakan Pertukaran gas

Definisi : Kelebihan atau kekurangan dalam oksigenasi dan atau pengeluaran


karbondioksida di dalam membran kapiler alveoli

Batasan karakteristik :
( Gangguan penglihatan
( Penurunan CO2
( Takikardi
( Hiperkapnia
( Keletihan
( somnolen
( Iritabilitas
( Hypoxia
( kebingungan
( Dyspnoe
( nasal faring
( AGD Normal
( sianosis
( warna kulit abnormal (pucat, kehitaman)
( Hipoksemia
( hiperkarbia
( sakit kepala ketika bangun
(frekuensi dan kedalaman nafas abnormal

Faktor faktor yang berhubungan :


( ketidakseimbangan perfusi ventilasi
( perubahan membran kapiler-alveolarNOC :
* Respiratory Status : Gas exchange
* Respiratory Status : ventilation
* Vital Sign Status
Kriteria Hasil :
* Mendemonstrasikan peningkatan ventilasi dan oksigenasi yang adekuat
* Memelihara kebersihan paru paru dan bebas dari tanda tanda distress pernafasan
* Mendemonstrasikan batuk efektif dan suara nafas yang bersih, tidak ada sianosis
dan dyspneu (mampu mengeluarkan sputum, mampu bernafas dengan mudah, tidak ada
pursed lips)
* Tanda tanda vital dalam rentang normalNIC :
II. AIRWAY MANAGEMENT
* Buka jalan nafas, guanakan teknik chin lift atau jaw thrust bila perlu
* Posisikan pasien untuk memaksimalkan ventilasi
* Identifikasi pasien perlunya pemasangan alat jalan nafas buatan
* Pasang mayo bila perlu
* Lakukan fisioterapi dada jika perlu
* Keluarkan sekret dengan batuk atau suction
* Auskultasi suara nafas, catat adanya suara tambahan
* Lakukan suction pada mayo
* Berika bronkodilator bial perlu
* Barikan pelembab udara
* Atur intake untuk cairan mengoptimalkan keseimbangan.
* Monitor respirasi dan status O2

III. RESPIRATORY MONITORING


* Monitor rata � rata, kedalaman, irama dan usaha respirasi
* Catat pergerakan dada,amati kesimetrisan, penggunaan otot tambahan, retraksi otot
supraclavicular dan intercostal
* Monitor suara nafas, seperti dengkur
* Monitor pola nafas : bradipena, takipenia, kussmaul, hiperventilasi, cheyne
stokes, biot
* Catat lokasi trakea
* Monitor kelelahan otot diagfragma (gerakan paradoksis)
* Auskultasi suara nafas, catat area penurunan / tidak adanya ventilasi dan suara
tambahan
* Tentukan kebutuhan suction dengan mengauskultasi crakles dan ronkhi pada jalan
napas utama
* auskultasi suara paru setelah tindakan untuk mengetahui hasilnya4Kurang
Pengetahuan
Definisi :
Tidak adanya atau kurangnya informasi kognitif sehubungan dengan topic spesifik.
Batasan karakteristik : memverbalisasikan adanya masalah, ketidakakuratan mengikuti
instruksi, perilaku tidak sesuai.

Faktor yang berhubungan : keterbatasan kognitif, interpretasi terhadap informasi


yang salah, kurangnya keinginan untuk mencari informasi, tidak mengetahui sumber-
sumber informasi.NOC :
* Kowlwdge : disease process
* Kowledge : health Behavior
Kriteria Hasil :
* Pasien dan keluarga menyatakan pemahaman tentang penyakit, kondisi, prognosis dan
program pengobatan
* Pasien dan keluarga mampu melaksanakan prosedur yang dijelaskan secara benar
* Pasien dan keluarga mampu menjelaskan kembali apa yang dijelaskan perawat/tim
kesehatan lainnyaNIC :
* Teaching : disease Process
1. Berikan penilaian tentang tingkat pengetahuan pasien tentang proses penyakit
yang spesifik
2. Jelaskan patofisiologi dari penyakit dan bagaimana hal ini berhubungan dengan
anatomi dan fisiologi, dengan cara yang tepat.
3. Gambarkan tanda dan gejala yang biasa muncul pada penyakit, dengan cara yang
tepat
4. Gambarkan proses penyakit, dengan cara yang tepat
5. Identifikasi kemungkinan penyebab, dengna cara yang tepat
6. Sediakan informasi pada pasien tentang kondisi, dengan cara yang tepat
7. Hindari harapan yang kosong
8. Sediakan bagi keluarga informasi tentang kemajuan pasien dengan cara yang tepat
9. Diskusikan perubahan gaya hidup yang mungkin diperlukan untuk mencegah
komplikasi di masa yang akan datang dan atau proses pengontrolan penyakit
10. Diskusikan pilihan terapi atau penanganan
11. Dukung pasien untuk mengeksplorasi atau mendapatkan second opinion dengan cara
yang tepat atau diindikasikan
12. Eksplorasi kemungkinan sumber atau dukungan, dengan cara yang tepat
13. Rujuk pasien pada grup atau agensi di komunitas lokal, dengan cara yang tepat
14. Instruksikan pasien mengenai tanda dan gejala untuk melaporkan pada pemberi
perawatan kesehatan, dengan cara yang tepat
5.Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh
Definisi : Intake nutrisi tidak cukup untuk keperluan metabolisme tubuh.
Batasan karakteristik :
- Berat badan 20 % atau lebih di bawah ideal
- Dilaporkan adanya intake makanan yang kurang dari RDA (Recomended Daily
Allowance)
- Membran mukosa dan konjungtiva pucat
- Kelemahan otot yang digunakan untuk menelan/mengunyah
- Luka, inflamasi pada rongga mulut
- Mudah merasa kenyang, sesaat setelah mengunyah makanan
- Dilaporkan atau fakta adanya kekurangan makanan
- Dilaporkan adanya perubahan sensasi rasa
- Perasaan ketidakmampuan untuk mengunyah makanan
- Miskonsepsi
- Kehilangan BB dengan makanan cukup
- Keengganan untuk makan
- Kram pada abdomen
- Tonus otot jelek
- Nyeri abdominal dengan atau tanpa patologi
- Kurang berminat terhadap makanan
- Pembuluh darah kapiler mulai rapuh
- Diare dan atau steatorrhea
- Kehilangan rambut yang cukup banyak (rontok)
- Suara usus hiperaktif
- Kurangnya informasi, misinformasi

Faktor-faktor yang berhubungan :


Ketidakmampuan pemasukan atau mencerna makanan atau mengabsorpsi zat-zat gizi
berhubungan dengan faktor biologis, psikologis atau ekonomi.NOC :
* Nutritional Status : food and Fluid Intake
Kriteria Hasil :
* Adanya peningkatan berat badan sesuai dengan tujuan
* Berat badan ideal sesuai dengan tinggi badan
* Mampu mengidentifikasi kebutuhan nutrisi
* Tidak ada tanda tanda malnutrisi
* Tidak terjadi penurunan berat badan yang berartiNIC :
Nutrition Management
* Kaji adanya alergi makanan
* Kolaborasi dengan ahli gizi untuk menentukan jumlah kalori dan nutrisi yang
dibutuhkan pasien.
* Anjurkan pasien untuk meningkatkan intake Fe
* Anjurkan pasien untuk meningkatkan protein dan vitamin C
* Berikan substansi gula
* Yakinkan diet yang dimakan mengandung tinggi serat untuk mencegah konstipasi
* Berikan makanan yang terpilih ( sudah dikonsultasikan dengan ahli gizi)
* Ajarkan pasien bagaimana membuat catatan makanan harian.
* Monitor jumlah nutrisi dan kandungan kalori
* Berikan informasi tentang kebutuhan nutrisi
* Kaji kemampuan pasien untuk mendapatkan nutrisi yang dibutuhkan

Nutrition Monitoring
* BB pasien dalam batas normal
* Monitor adanya penurunan berat badan
* Monitor tipe dan jumlah aktivitas yang biasa dilakukan
* Monitor interaksi anak atau orangtua selama makan
* Monitor lingkungan selama makan
* Jadwalkan pengobatan dan tindakan tidak selama jam makan
* Monitor kulit kering dan perubahan pigmentasi
* Monitor turgor kulit
* Monitor kekeringan, rambut kusam, dan mudah patah
* Monitor mual dan muntah
* Monitor kadar albumin, total protein, Hb, dan kadar Ht
* Monitor makanan kesukaan
* Monitor pertumbuhan dan perkembangan
* Monitor pucat, kemerahan, dan kekeringan jaringan konjungtiva
* Monitor kalori dan intake nuntrisi
* Catat adanya edema, hiperemik, hipertonik papila lidah dan cavitas oral.
* Catat jika lidah berwarna magenta, scarlet
6Defisit perawatan diri b/d kelemahan fisik

Definisi :
Gangguan kemampuan untuk melakukan ADL pada diri

Batasan karakteristik : ketidakmampuan untuk mandi, ketidakmampuan untuk


berpakaian, ketidakmampuan untuk makan, ketidakmampuan untuk toileting

Faktor yang berhubungan : kelemahan, kerusakan kognitif atau perceptual, kerusakan


neuromuskular/ otot-otot sarafNOC :
* Self care : Activity of Daily Living (ADLs)
Kriteria Hasil :
* Klien terbebas dari bau badan
* Menyatakan kenyamanan terhadap kemampuan untuk melakukan ADLs
* Dapat melakukan ADLS dengan bantuan
NIC :
Self Care assistane : ADLs
* Monitor kemempuan klien untuk perawatan diri yang mandiri.
* Monitor kebutuhan klien untuk alat-alat bantu untuk kebersihan diri, berpakaian,
berhias, toileting dan makan.
* Sediakan bantuan sampai klien mampu secara utuh untuk melakukan self-care.
* Dorong klien untuk melakukan aktivitas sehari-hari yang normal sesuai kemampuan
yang dimiliki.
* Dorong untuk melakukan secara mandiri, tapi beri bantuan ketika klien tidak mampu
melakukannya.
* Ajarkan klien/ keluarga untuk mendorong kemandirian, untuk memberikan bantuan
hanya jika pasien tidak mampu untuk melakukannya.
* Berikan aktivitas rutin sehari- hari sesuai kemampuan.
* Pertimbangkan usia klien jika mendorong pelaksanaan aktivitas sehari-hari.

DAFTAR PUSTAKA

Alsagaff Hood, Abdul Mukty, (1995). Dasar � Dasar Ilmu Penyakit Paru. Airlangga
University Press. Surabaya.

Amin muhammad, Hood Alsagaff. (1989). Pengantar Ilmu Penyakit Paru. Airlangga
University Press. Surabaya.

Blac,MJ Jacob. (1993). l.uckman & Sorensen�s Medical surgical Nursing A


Phsycopsicologyc Approach. W.B. Saunders Company. Philapidelpia.

Barbara Engram. (1999). Rencana Asuhan Keperawatan Medikal Bedah. Vol. 1. Penerbit
EGC. Jakarta.

Marylin E doengoes. (2000). Rencana Asuhan keperawatan Pedoman untuk Perencnaan


/pendokumentasian Perawatan Pasien. EGC.Jakarta.

Soeparman, Sarwono Waspadji. (1990). Ilmu Penyakit Dalam Jilid II. Balai Penerbit
FKUI. Jakarta.

Sylvia Anderson Price, Lorraine McCarty Wilson. (1995). Patofisiologi Konsep Klinis
Proses - Proses Penyakit. EGC. Jakarta.

Yunus Faisal. (1992). Pulmonologi Klinik. Bagian Pulmonologi FKUI. Jakarta.

LAPORAN PENDAHULUAN
ASUHAN KEPERAWATAN PADA
PENYAKIT PARU OBSTRUKTIF KRONIK (PPOK)
STASE KEPERAWATAN MEDIKAL BEDAH
RUANG CEMPAKA RSU BANYUMAS
#SOBIHIN
N1B 005016

DEPARTEMEN PENDIDIKAN NASIONAL


UNIVERSITAS JENDRAL SOEDIRMAN
PROGRAM SARJANA KEPERAWATAN
PURWOKERTO
2007

LAPORAN KASUS (PROSES KEPERAWATAN)

Nama Mahasiswa : Subhan


N I M : 010030170 B
Ruang : Paru Rumah Sakit Umum Daerah Dr.
Soetomo.
Pengkajian diambil tanggal : 20 Mei 2002. Jam 08.00 BBWI

1. IDENTITAS PASIEN
Nama : Tn Ahmad Marjuki No. Regester : 10081519
Umur : 56 Tahun.
Jenis Kelamin : Laki-laki.
Suku/Bangsa : Jawa/Indonesia
Agama : Islam
Status Marietal : Kawin
Pekerjaan : PNS
Pendidikan : SLTA
Bahasa yang digunakan : Indonesia
Alamat : Ampel Madrasah 18 Surabaya.
Tanggal MRS : 15 Mei 2002 Jam����..�. WIB.
Cara Masuk : Lewat Instalasi Rawat Darurat RSUD Dr. Soetomo Surabaya
Diagnosa Medis : PPOK
Alasan Dirawat : Mendapatkan pertolongan pemberian Oksigen
Keluhan Utama : Sesak nafas.

2. RIWAYAT KEPERAWATAN (NURSING HISTORY)


1) Riwayat Penyakit Dahulu
Sesak nafas kumat-kumatan sejak 5 tahun yang lalu. Klien pernah MRS dengan penyakit
yang sama selama 8 kali. Mempunyai riwayat Asthma Bronkiale sejak kecil. Klien
merokok selama 30 tahun sebanyak 2 pak/hari.

2) Riwayat Penyakit Sekarang


Sesak nafas kumat-kumatan sejak 5 tahun yang lalu, 5 hari ini sesak bertambah
berat, sudah minum obat + aerosol tetapi tetap sesak. Sesak nafas pada waktu
berbaring, duduk, berdiri maupun berjalan. Sebelumnya batuk berdahak (+), warna
putihkekuningan

3) Riwayat Kesehatan Keluarga


Orang tua dan anak dari klien ada juga yang menderita penyakit seperti yang
diderita klien saat ini.

4) Keadaan Kesehatan Lingkungan


Klien mengatakan bahwa Lingkungan rumah tempat tinggal cukup bersih.

5) Riwayat Kesehatan Lainnya


Alat bantu yang dipakai : ������������������..

3. OBSERVASI DAN PEMERIKSAAN FISIK


1) Keadaan Umum : baik

2) Tanda-tanda vital
Suhu : 36,8 0C
Nadi : 100 X/menit. Kuat dan teratur
Tekanan darah : 100/60 mmHg.
Respirasi : 32 x/menit

3) Body Systems
(1) Pernafasan (B 1 : Breathing)
Pernafasan melalui hidung. Frekuensi 32 x/menit. Nafas pendek, khususnya pada saat
kerja, cuaca atau episode serangan asthma, rasa dada tertekan/ketidakmampuan untuk
bernafas. Batuk menetap dengan produksi sputum setiap hari selama 3 bulan berturut-
turut selama 3 tahun sedikitnya 2 tahun. Sputum putihkekuningan dengan jumlah
banyak. Pengguanaan otot bantu pernafasan, Dada barell chest, gerakan diafragma
minimal. Bunyi nafas, Ronki, wheezing, redup. Perkusi hypersonor pada area paru.
Sianosis bibir dan dasar kuku, jari tabuh.
Hasil foto Thorax PA tanggal 15 Mei 2002:
Cor : bentuk Tear Drops
Pulmo : Tampak bronchopulmonary Pattern sedikit meningkat hiperacrated kedua paru.
Kedua sinus Phrenicocostalis tumpul (tampak tenting pada kedua hemidiafragma).
Tampak perselubungan homogen pada hemithorax kanan bawah lateral.
Tampak callus formation pada costa 5, 6, 7, dan 8 kanan belakang.
Kesimpulan : Emphysematous Lung, Efusi Pleura bilateral yang telah mengalami
organisasi bekas fraktur Costa 5, 6, 7, dan 8 kanan belakang.

(2) Cardiovascular (B 2 : Bleeding)


Nadi 100 X/menit kuat dan teratur, tekanan darah 100/60 mmHg, Suhu 36,8 0C,
Pembengkakan pada ekstremitas bawah. Distensi vena leher, sianosis perifer.
Hasil EKG tanggal 17 Mei 2002:
Sinus takikardi disertai PAC dan PVC oleh karena pemberian Aminophyllin (Efek
Aritmogenik).

(3) Persyarafan (B 3 : Brain)


Tingkat kesadaran (GCS) Membuka mata : Spontan (4)
Verbal : Orientasi baik (5)
Motorik : Menurut perintah (6)
Compos Mentis : Pasien sadar baik.
Persepsi Sensori : Tidak ada kelainan/ Dalam batas normal.
Pendengaran : Tidak ada kelainan/ Dalam batas normal.
Penciuman : Tidak ada kelainan/ Dalam batas normal.
Pengecapan : Tidak ada kelainan/ Dalam batas normal.
Penglihatan : Tidak ada kelainan/ Dalam batas normal.
Perabaan : Tidak ada kelainan/ Dalam batas normal.

(4) Perkemihan-Eliminasi Uri (B.4 : Bladder)


Jumlah urine 1200 cc/24 jam, warna urine kuning muda.

(5) Pencernaan-Eliminasi Alvi (B 5 : Bowel)


Mulut dan tenggorokan normal, Abdomen normal, Peristaltik normal, tidak kembung,
tidak terdapat obstipasi maupun diare, Rectum normal, klien buang air besar 1
X/hari.
(6) Tulang-Otot-Integumen (B 6 : Bone)
Kemampuan pergerakan sendi bebas/terbatas
Parese ada/tidak, Paralise ada/tidak, Hemiparese ada/tidak,
Ekstrimitas : Tidak ada kelainan/ Dalam batas normal.
Atas : Tidak ada kelainan/ Dalam batas normal.
Bawah : Tidak ada kelainan/ Dalam batas normal.
Tulang Belakang : Tidak ada kelainan/ Dalam batas normal.
Warna kulit : Tidak ada kelainan/ Dalam batas normal.
Akral : Tidak ada kelainan/ Dalam batas normal.
Turgor : Tidak ada kelainan/ Dalam batas normal.
Tidak terdapat kontraktur maupun dikubitus.

(7) Sistem Endokrin


Terapi hormon : (-)
Karakteristik sex sekunder : Tidak ada kelainan/ Dalam batas normal.
Riwayat pertumbuhan dan perkembangan fisik : Tidak ada kelainan/ Dalam batas
normal.
Postural hipotensi : (-).

Pola aktivitas sehari-hari


(1) Pola Persepsi Dan Tata Laksana Hidup Sehatan
Pada klien dengan Penyakit Paru Obstruktif Kronik terjadi perubahan persepsi dan
tata laksana hidup sehat karena kurangnya pengetahuan tentang dampak Penyakit Paru
Obstruktif Kronik sehingga menimbulkan persepsi yang negatif terhadap dirinya dan
kecenderungan untuk tidak mematuhi prosedur pengobatan dan perawatan yang lama,
oleh karena itu perlu adanya penjelasan yang benar dan mudah dimengerti pasien.

(2) Pola Nutrisi dan Metabolisme


Akibat mual/muntah, nafsu makan menurun, ketidakmampuan makan karena distress
pernafasan maka berat badan menurun dan mudah lelah. Keadaan tersebut dapat
mengakibatkan terjadinya gangguan nutrisi dan metabolisme yang dapat mempengaruhi
status kesehatan penderita.
TB = 162 cm. BB = 33 kg. ( BB Edial = (162 � 100) � 10% = 56 kg.

(3) Pola Eliminasi


Jumlah urine 1200 cc/24 jam, warna urine kuning muda.
Pada eliminasi alvi relatif tidak ada gangguan. Klien buang air besar 1 X/hari.

(4) Pola tidur dan Istirahat


Perlu tidur dalam posisi duduk cukup tingi. Dispnea pada saat istirahat atau respon
terhadap aktivitas atau latihan.
Tanda : gelisah, insomnia.
(5) Pola Aktivitas dan latihan
Keletihan, kelelahan, malaise. Ketidakmampuan melakukan aktivitas sehari-hari
karena sulit bernafas. Kelelahan, kelemahan umum/kehilangan masa otot.

(6) Pola Hubungan dan Peran


Hubungan ketergantungan, kurang sisitem pendukung.
Keterbatasan mobilitas fisik.
Kelalaian hubungan antar keluarga.

(7) Pola Sensori dan Kognitif


Klien mampu melihat dan mendengar dengan baik, klien tidak mengalami disorientasi.

(8) Pola Persepsi Dan Konsep Diri


Adanya perubahan fungsi dan struktur tubuh akan menyebabkan penderita mengalami
gangguan pada gambaran diri. Lamanya perawatan, banyaknya biaya perawatan dan
pengobatan menyebabkan pasien mengalami kecemasan dan gangguan peran pada keluarga
(self esteem). Klien mengalami cemas karena Kurangnya pengetahuan tentang sifat
penyakit, pemeriksaan diagnostik dan tujuan tindakan yang diprogramkan.

(9) Pola Seksual dan Reproduksi


Libido menurun, gangguan potensi seksual, gangguan kualitas maupun ereksi, serta
memberi dampak pada proses ejakulasi serta orgasme. Selama dirawat di rumah sakir
klien tidak dapat melakukan hubungan seksual seperti biasanya.

(10) Pola mekanisme/Penanggulangan Stress dan koping


Lamanya waktu perawatan, perjalanan penyakit yang kronik, perasaan tidak berdaya
karena ketergantungan menyebabkan reaksi psikologis yang negatif berupa kecemasan
(Ansietas), ketakutan dan peka rangsang, mudah tersinggung dan marah, dapat
menyebabkan penderita tidak mampu menggunakan mekanisme koping yang konstruktif /
adaptif.

(11) Pola Tata Nilai dan Kepercayaan


Adanya perubahan status kesehatan dan penurunan fungsi tubuh berupa PPOM tidak
menghambat klien dalam melaksanakan ibadah tetapi mempengaruhi pola ibadah klien.
Personal Higiene
Penurunan Kemampuan/peningkatan kebutuhan bantuan melakukan aktivitas tubuh
( Kebersihan buruk, bau badan.

Ketergantungan
Klien tidak mempunyai kebiasaan minum-minuman yang mengandung alkohol.
Klien mempunyai kebiasaan merokok sejak 30 tahun yang lalu dan mampu menghabiskan 2
pak / hari.

Aspek Psikologis
Klien terkesan takut akan penyakitnya, merasa terasing dan sedikit stress
menghadapi tindakan yang diprogramkan.

Aspek Sosial/Interaksi
Hubungan ketergantungan, kurang sisitem pendukung.
Keterbatasan mobilitas fisik. Kelalaian hubungan antar keluarga.

Aspek Spiritual
Klien dan keluarganya sejak kecil memeluk agama Islam, ajaran agama dijalankan
setiap saat. Klien sangat aktif menjalankan ibadah dan aktif mengikuti kegiatan
agama yang diselenggarakan oleh mesjid di sekitar rumah tempat tinggalnya maupun
oleh masyarakat setempat.
Saat ini klien merasa tergangguan pemenuhan kebutuhan spiritualnya

DIAGNOSTIC TEST/PEMERIKSAAN PENUNJANG


Hasil pemeriksaan Laboratorium.

Darah lengkap tanggal : 15 Mei 2002.


- Hb : 10,7 gr% mg/dl (L 13,5 � 18,0 � P 11,5 �
16,0 mg/dl)
- Leukosit : 18.600 (4000 � 11.000).
- Trombosit : 381 (150 � 350).
- PCV : 0,33

Faal Hati tanggal : 15 Mei 2002.


- SGOT : 20 (L < 37 P < 31) U/L

Faal Ginjal tanggal : 15 Mei 2002.


- Ureum/BUN : 12 mg/dl (10 � 45)
- Serum Creatinin : 0,93 mg/dl (L : 0,9 � 1,5 P : 0,7 � 1,3)
Darah lengkap tanggal : 20 Mei 2002.
- Hb : 10,6 gr% mg/dl (L 13,5 � 18,0 � P 11,5 �
16,0 mg/dl)
- LED : 100 (L 0 � 15/jam P 0 �
20/jam
- Leukosit : 17.600 (4000 � 11.000).
- Hematokrit : 31,1 (L 0,40 � 0,47
P 0,38 � 0,42)
- Trombosit : 421 (150 � 350)
- PCV : 0,33

Gula darah tanggal : 20 Mei 2002.


- Glukosa Puasa : 50 mg/dl (( 126 mg/dl)

Lemak tanggal : 20 Mei 2002.


- Cholesterol Total : 217 (100 - 240)

Faal Hati tanggal : 20 Mei 2002.


- Alkali Phospatase : 261
- SGOT : 29,2 (L < 37 P < 31)
U/L
- SGPT : 16,11 (L < 40 P < 31)
U/L
- Albumin : 3,81 gr/dl (3,2 � 3,5 gr/dl)

Faal Ginjal tanggal : 20 Mei 2002.


- Uric Acid : 4,13 mg/dl (L : 3,4 � 7,0 P 2,4 � 5,7)

Elektrolit tanggal : 20 Mei 2002.


- Natrium : 136 mmol/l (135 � 145 mmol/l)
- Kalium : 2,2 mmol/l (3,5 � 5,5 mmol/l)

Gas Darah Analisa :


- PH : (7,35 � 7,45)
- PO2 : (80 � 100) mmHg
- PCO2 : (35 � 45) mmHg
- HCO3 : (22 � 26) mmol/L
- BE : (- 2,5 - + 2,5) mmol/L

TERAPI :
- Oksigen 2 Lt/mt
- Inj Cepotaxime 3 X 1 gr.
- Tab Cefrofloxacin 2 X 500 mg
- Atroven Nebulizer 4 x / hr.
- Bricasma Nebulizer 4 x / hr.
- Syr Antacid 3 X 1 C1
- Tab Ranitidin 2 X 1
- Tab Codein 3 X 10 mg
- Infus RL drip KCl 25 mg/24 jam

Tanda tangan mahasiswa

(Subhan)
ANALISA DAN SINTESA DATA
NOD A T AETIOLOGIMASALAH1.S :
Klien mengatalakn sesak nafas. rasa dada tertekan/ketidakmampuan untuk bernafas.
O :
1. Warna kulit perifer cianosis.
2. RR : 32 x /menit.
3. Nafas pendek.
4. Pengguanaan otot bantu pernafasan
5. Sianosis bibir dan dasar kuku, jari tabuh.
peningkatan produksi mukus.Gangguan pertukaran gas2.S :
Klien mengatakan selalu ingin batuk.
Klien mengatakan mempunyai kebiasaan merokok sejak 30 tahun yang lalu dan mampu
menghabiskan 2 pak / hari.
O :
1. Bunyi nafas : Ronki, wheezing, redup.
2. Perkusi hypersonor pada area paru.
3. Batuk menetap dengan produksi sputum (+)
peningkatan produksi mukus/peningkatan sekresi lendirBersihan jalan nafas tidak
efektif3.O :
Klien hanya makan beberapa sendok dari makanan yang disajikan.
S :
Klien mengeluh sesak nafas pada waktu makan
Intake makanan yang kurang.Gangguan pemenuhan nutrisi kurang dari kebutuhan
tubuh4.O :
S :
Klien mengatalakn cemas karena Kurangnya pengetahuan tentang sifat penyakit,
pemeriksaan diagnostik dan tujuan tindakan yang diprogramkan.
Lamanya perawatan, banyaknya biaya perawatan dan pengobatan dan gangguan peran pada
keluarga (self esteem).
Kurangnya pengetahuan tentang penyakitnya.Cemas5.O :
S :
Klien mengatakan kurang mengetahui tentang proses penyakit, perawatan maupun
pengobatan serta kurangnya pengetahuan tentang diet.Kurangnya informasi.Kurangnya
pengetahuan tentang proses penyakit, diet, perawatan dan pengobatan
DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. Gangguan pertukaran gas berhubungan dengan peningkatan produksi mukus.
2. Bersihan jalan nafas tidak efektif berhubungan dengan peningkatan produksi
mukus/peningkatan sekresi lendir
3. Gangguan pemenuhan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan Intake
makanan yang kurang.
4. Cemas berhubungan dengan kurangnya pengetahuan tentang penyakitnya.
5. Kurangnya pengetahuan tentang proses penyakit, diet, perawatan dan pengobatan
berhubungan dengan kurangnya informasi.

RENCANA TINDAKAN

NODIAGNOSA KEPERAWATANTUJUANRENCANA TINDAKANRASIONAL1. Gangguan pertukaran gas


berhubungan dengan peningkatan produksi mukus.Klien mampu menunjukkan perbaikan
oksigenasi.
Kriteria hasil
1. Warna kulit perifer membaik (tidak cianosis)
2. RR : 12 � 24 x /menit
3. Nafas panjang
4. Tidak menggunakan otot bantu pernafasan.
5. Ketidaknyamanan dada (�)
6. Nadi 60 � 100 x/menit.
7. Dyspnea (�)1. Observasi status pernafasan, hasil gas darah arteri, nadi dan
nilai oksimetri.
2. Awasi perkembangan membran mukosa / kulit (warna).
3. Observasi tanda vital dan status kesadaran.
4. Evaluasi toleransi aktivitas dan batasi aktivitas klien.

5. Berikan oksigenasi yang telah dilembabkan.


6. Pertahankan posisi fowler dengan tangan abduksi dan disokong dengan bantal atau
duduk condong ke depan dengan ditahan meja.
7. Kolaborasi untuk pemberian obat yang telah diresepkan.

1. Memantau perkembangan kegawatan pernafasan.

2. Gangguan Oksigenasi perifer tampak cianosis.


3. Menentukan status pernafasan dan kesadaran.
4. Mengurangi penggunaan energi berlebihan yang membutuhkan banyak Okigen.
5. Memenuhi kebutuhan oksiegen.

6. Meningkatkan kebebasan suplay oksiegn.

7. Obat mukolitik dan ekspektoransia akan mengencerkan produksi mukus yang


mengental. 2.Bersihan jalan nafas tidak efektif berhubungan dengan peningkatan
produksi mukus/peningkatan sekresi lendirKlien dapat meningkatkan bersihan jalan
nafas
Kriteria hasil
1. Bunyi nafas bersih/Vesikuler
2. Batuk (-)
3. Mampu mendemonstrasikan batuk terkontrol.
4. Intake cairan adekuat1. Kaji kemampuan klien untuk memobilisasi sekresi, jika
tidak mampu :
a. Ajarkan metode batuk terkontrol
b. Gunakan suction (jika perlu untuk mengeluarkan sekret)
c. Lakukan fisioterapi dada
2. Secara rutin tiap 8 jam lakukan auskultasi dada untuk mengetahui kualitas suara
nafas dan kemajuannya.
3. Berikan obat sesuai dengan resep; mukolitik, ekspektorans
4. Anjurkan minum kurang lebih 2 liter per hari bila tidak ada kontra indikasi
5. Anjurkan klien mencegah infeksi / stressor
a. Cegah ruangan yang ramai pengunjung atau kontak dengan individu yang menderita
influenza
b. Mencegah iritasi : asap rokok
c. Imunisasi : vaksinasi Influensa.

1. Memantau tingkat kepatenan jalan nafas dan meningkatkan kemampuan klien merawat
diri / membersihkan/membebaskan jalan nafas.

2. Memantau kemajuan bersihan jalan nafas.

3. Mengencerkan secret agar mudah dikeluarkan.


4. mengencerkan sekert.
5. Menghindarkan bahan iritan yang menyebabkan kerusakan jalan nafas3.Gangguan
pemenuhan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan Intake makanan
yang kurang.Tujuan : Kebutuhan nutrisi dapat terpenuhi
Kriteria hasil :
1. Berat badan dan tinggi badan ideal.
2. Pasien mematuhi dietnya.
1. Kaji status nutrisi dan kebiasaan makan.

2. Anjurkan pasien untuk mematuhi diet yang telah diprogramkan.

3. Timbang berat badan setiap seminggu sekali.

4. Identifikasi perubahan pola makan.

5. Kerja sama dengan tim kesehatan lain untuk pemberian diet Tinggi Kalori dan
Tinggi Protein.1. Untuk mengetahui tentang keadaan dan kebutuhan nutrisi pasien
sehingga dapat diberikan tindakan dan pengaturan diet yang adekuat.
2. Kepatuhan terhadap diet dapat mencegah komplikasi terjadinya
hipoglikemia/hiperglikemia.
3. Mengetahui perkembangan berat badan pasien (berat badan merupakan salah satu
indikasi untuk menentukan diet).
4. Mengetahui apakah pasien telah melaksanakan program diet yang ditetapkan.
5. Pemberian diet yang sesuai dapat mempercepat proses penyembuhan dan mencegah
komplikasi.4.Cemas berhubungan dengan kurangnya pengetahuan tentang
penyakitnya.Tujuan : rasa cemas berkurang/hilang.
Kriteria Hasil :
1. Pasien dapat mengidentifikasikan sebab kecemasan.
2. Emosi stabil., pasien tenang.
3. Istirahat cukup.
1. Kaji tingkat kecemasan yang dialami oleh pasien.

2. Beri kesempatan pada pasien untuk mengungkapkan rasa cemasnya.


3. Gunakan komunikasi terapeutik.

4. Beri informasi yang akurat tentang proses penyakit dan anjurkan pasien untuk
ikut serta dalam tindakan keperawatan.
5. Berikan keyakinan pada pasien bahwa perawat, dokter, dan tim kesehatan lain
selalu berusaha memberikan pertolongan yang terbaik dan seoptimal mungkin.
6. Berikan kesempatan pada keluarga untuk mendampingi pasien secara bergantian.
7. Ciptakan lingkungan yang tenang dan nyaman.1. Untuk menentukan tingkat kecemasan
yang dialami pasien sehingga perawat bisa memberikan intervensi yang cepat dan
tepat.
2 Dapat meringankan beban pikiran pasien.

3 Agar terbina rasa saling percaya antar perawat-pasien sehingga pasien kooperatif
dalam tindakan keperawatan.
4 Informasi yang akurat tentang penyakitnya dan keikutsertaan pasien dalam
melakukan tindakan dapat mengurangi beban pikiran pasien.
5 Sikap positif dari timkesehatan akan membantu menurunkan kecemasan yang dirasakan
pasien.

6 Pasien akan merasa lebih tenang bila ada anggota keluarga yang menunggu.
7 Lingkung yang tenang dan nyaman dapat membantu mengurangi rasa cemas
pasien.5.Kurangnya pengetahuan tentang proses penyakit, diet, perawatan, dan
pengobatan berhubungan dengan kurangnya informasi.Tujuan : Pasien memperoleh
informasi yang jelas dan benar tentang penyakitnya.
Kriteria Hasil :
1. Pasien mengetahui tentang proses penyakit, diet, perawatan dan pengobatannya dan
dapat menjelaskan kembali bila ditanya.
2. Pasien dapat melakukan perawatan diri sendiri berdasarkan pengetahuan yang
diperoleh.
1. Kaji tingkat pengetahuan pasien/keluarga tentang penyakit paru obstruktif
kronik.

2. Kaji latar belakang pendidikan pasien.

3. Jelaskan tentang proses penyakit, diet, perawatan dan pengobatan pada pasien
dengan bahasa dan kata-kata yang mudah dimengerti.
4. Jelasakan prosedur yang kan dilakukan, manfaatnya bagi pasien dan libatkan
pasien didalamnya.1. Untuk memberikan informasi pada pasien/keluarga, perawat perlu
mengetahui sejauh mana informasi atau pengetahuan yang diketahui pasien/keluarga.
2. Agar perawat dapat memberikan penjelasan dengan menggunakan kata-kata dan
kalimat yang dapat dimengerti pasien sesuai tingkat pendidikan pasien.
3. Agar informasi dapat diterima dengan mudah dan tepat sehingga tidak menimbulkan
kesalahpahaman.

4. Dengan penjelasdan yang ada dan ikut secra langsung dalam tindakan yang
dilakukan, pasien akan lebih kooperatif dan cemasnya berkurang.
TINDAKAN KEPERAWATAN DAN EVALUASI (SOAP)

DIAGNOSA KEPERAWATANTINDAKAN KEPERAWATANEVALUASI (SOAP)1. Gangguan pertukaran gas


berhubungan dengan peningkatan produksi mukus.1. Mengobservasi status pernafasan,
nadi dan tekanan darah.
2. Mengawasi perkembangan membran mukosa / kulit (warna).
3. Mengobservasi tanda vital dan status kesadaran.
4. Mengevaluasi toleransi aktivitas dan batasi aktivitas klien.
5. Memberikan oksigenasi yang telah dilembabkan.
6. Mempertahankan posisi fowler dengan tangan abduksi dan disokong dengan bantal
atau duduk condong ke depan dengan ditahan meja.
7. Mengkolaborasikan untuk pemberian obat yang telah diresepkan.
S :
O :
1. Warna kulit perifer membaik (tidak cianosis)
2. RR : 12 � 24 x /menit
3. Ketidaknyamanan dada (�)
4. Nadi 60 � 100 x/menit.
5. Dyspnea (�)
A : Tujuan Berhasil
P : Intervensi dihentikan

2. Bersihan jalan nafas tidak efektif berhubungan dengan peningkatan produksi


mukus/peningkatan sekresi lendir1. Mengkaji kemampuan klien untuk memobilisasi
sekresi, jika tidak mampu :
a. Mengajarkan metode batuk terkontrol
b. Menggunakan suction (jika perlu untuk mengeluarkan sekret)
c. Melakukan fisioterapi dada
2. Secara rutin tiap 8 jam melakukan auskultasi dada untuk mengetahui kualitas
suara nafas dan kemajuannya.
3. Memberikan obat sesuai dengan resep; mukolitik, ekspektorans
4. Menganjurkan minum kurang lebih 2 liter per hari bila tidak ada kontra indikasi
5. Menganjurkan klien mencegah infeksi / stressor
a. Mencegah ruangan yang ramai pengunjung atau kontak dengan individu yang
menderita influenza
b. Mencegah iritasi : asap rokok.S :
O :
1. Bunyi nafas bersih
2. Batuk (-)
3. Mampu mendemonstrasikan batuk terkontrol.
4. Intake cairan adekuat
A : Tujuan Berhasil
P : Intervensi dihentikan
3. Gangguan pemenuhan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan intake
makanan yang kurang.1. Mengkaji status nutrisi dan kebiasaan makan.
2. Menganjurkan pasien untuk mematuhi diet yang telah diprogramkan.
3. Menimbang berat badan setiap seminggu sekali.
4. Mengidentifikasi perubahan pola makan.
5. Kerja sama dengan tim kesehatan lain untuk pemberian diet Tinggi Kalori Tinggi
Protein.
S :

O :
1. Pasien mematuhi dietnya.
A : Tujuan tercapai sebagian
P : Intervensi terus dilakukan.
4. Cemas berhubungan dengan kurangnya pengetahuan tentang penyakitnya.1. Mengkaji
tingkat kecemasan yang dialami oleh pasien.
2. Memberi kesempatan pada pasien untuk mengungkapkan rasa cemasnya.
3. Menggunakan komunikasi terapeutik.
4. Memberi informasi yang akurat tentang proses penyakit dan menganjurkan pasien
untuk ikut serta dalam tindakan keperawatan.
5. Memberikan keyakinan pada pasien bahwa perawat, dokter, dan tim kesehatan lain
selalu berusaha memberikan pertolongan yang terbaik dan seoptimal mungkin.
6. Memberikan kesempatan pada keluarga untuk mendampingi pasien secara bergantian.
7. Menciptakan lingkungan yang tenang dan nyaman
S :

O :
1. Pasien dapat mengidentifikasikan sebab kecemasan.
2. Emosi stabil., pasien tenang.
3. Istirahat cukup.
A : Tujuan Berhasil
P : Intervensi dihentikan5. Kurangnya pengetahuan tentang proses penyakit, diet,
perawatan, dan pengobatan berhubungan dengan kurangnya informasi.1. Mengkaji
tingkat pengetahuan pasien/keluarga tentang penyakit PPOM.
2. Mengkaji latar belakang pendidikan pasien.
3. Menjelaskan tentang proses penyakit, diet, perawatan dan pengobatan pada pasien
dengan bahasa dan kata-kata yang mudah dimengerti.
4. Menjelasakan prosedur yang akan dilakukan, manfaatnya bagi klien dan libatkan
klien didalamnya.S :
O :
1. Pasien mengetahui tentang proses penyakit, diet, perawatan dan pengobatannya dan
dapat menjelaskan kembali bila ditanya.
2. Pasien dapat melakukan perawatan diri sendiri berdasarkan pengetahuan yang
diperoleh.
A : Tujuan Berhasil
P : Intervensi dihentikan
#PAGE #

Anda mungkin juga menyukai