A. PENDAHULUAN
1. Latar Belakang
Penyakit Paru Obstruksi Kronik ( PPOK ) adalah suatu penyakit yang ditandai dengan
adanya obstruksi aliran udara yang disebabkan oleh bronkitis kronis atau empisema.
Obstruksi aliran udara pada umumnya progresif kadang diikuti oleh hiperaktivitas
jalan nafas dan kadangkala parsial reversibel, sekalipun e,pisema dan bronkitis
kronis harus didiagnosa dan dirawat sebagai penyakit khusus, sebagian besar pasien
PPOK mempunyai tanda dan gejala kedua penyakit tersebut. Sekitar 14 juta orang
Amerika terserang PPOK dan Asma sekarang menjadi penyebab kematian keempat di
Amerika Serikat. Lebih dari 90.000 kematian dilaporkan setiap tahunnya. Rata-rata
kematian akibat PPOK meningkat cepat, terutama pada penderita laki-laki lanjut
usia.
Oleh karena itu penyakit PPOK haruslah mendapatkan pengobatan yang baik dan
terutama perawatan yang komprehensif, semenjak serangan sampai dengan perawatan di
rumah sakit. Dan yang lebih penting dalah perawatan untuk memberikan pengetahuan
dan pendidikan kepada pasien dan keluarga tentang perawatan dan pencegahan serangan
berulang pada pasien PPOK di rumah. Hal ini diperlukan perawatan yang komprehensif
dan paripurna saat di Rumah Sakit.
2. Tujuan
Tujuan penulisan Laporan Pendahuluan ini adalah :
a. Mengetahui dan memahami tentang proses penyakit, pengertian, penyebab,
pengobatan dan perawatan dari PPOK.
b. Mengetahui dan memahami pengkajian yang dilakukan, masalah keperawatan yang
muncul, rencana keperawaatan dan tindakan keperawatan yang diberikan dan evaluasi
keperawatan yang dilakukan.
B. KONSEP TEORI
1. Pengertian
a. PPOK Merujuk pada sejumlah gangguan yang mempengaruhi pergerakan udara dari dan
keluar Paru. Gangguan yang penting adalah Bronkhitis Obstruktif, Emphysema dan
Asthma Bronkiale. (Black. J. M. & Matassarin,.E. J. 1993).
b. Suatu kondisi dimana aliran udara pada paru tersumbat secara terus menerus.
Proses penyakit ini adalah seringkali kombinasi dari 2 atau 3 kondisi berikut ini
(Bronkhitis Obstruktif Kronis, Emphysema dan Asthma Bronkiale) dengan suatu
penyebab primer dan yang lain adalah komplikasi dari penyakit primer.(Enggram, B.
1996).
Bronkhitis Kronis
Gangguan klinis yang ditandai dengan pembentukan mucus yang berlebihan dalam
bronkus dan termanifestasikan dalam bentuk batuk kronis dan pembentuk sputum selama
3 bulan dalam setahun, paling sedikit 2 tahun berturut � turut.
Emphysema
Perubahan anatomis parenkim paru yang ditandai pelebaran dinding alveolus, duktus
alveolaris dan destruksi dinding alveolar
Asthma Bronkiale
Suatu penyakit yang ditandai dengan tanggap reaksi yang meningkat dari trachea dan
bronkus terhadap berbagai macam rangsangan dengan manifestasi berupa kesukaran
bernafas yang disebabkan oleh peyempitan yang menyeluruh dari saluran nafas.
Asthma tidak dibahas disini karena gejala dan tanda lebih spesifik dan ada
pembahasan khusus mengenai penyakit asma
2. Patogenesis PPOK
PERADANGAN
BRONKUS
& ALVEOLUS
# SAAT
EKSPIRASI SAL.
## UDARA YG KECIL
KOLAPS
##
###PERADANGAN
JALAN UDARA
#
DINDING BRONKIALE
HYPOVENTILASI LEMAH & ALVEOLAR
# PECAH
#
EMPHYSEMA
SERING PADA
BRONKIOLITIS TERJADI EMPHYSEMA
LANSIA
KRONIS
TIDAK
TIMBUL
GEJALA
BRONKIOLITIS KRONIK
SERING
TERJADI
PPOK
1.
3. Penyebab PPOK
a. Bronkitis Kronis
1) Faktor tak diketahui
2) Merokok
3) Polusi Udara
4) Iklim
b. Emphysema
1) Faktor tak diketahui
2) Predisposisi genetic
3) Merokok
4) Polusi udara
c. Asthma Bronkiale
Faktor Prediasposisi nya adalah :
1. Alergen (debu, bulu binatang, kulit dll)
2. Infeksi saluran nafas
3. Stress
4. Olahraga (kegiatan jasmani berat )
5. obat-obatan
6. Polusi udara
7. lingkungan kerja
8. Lain-lain, (iklim, bumbu masak, bahan pengawet dll)
4. Gambaran Klinis
a. Asthma Bronkiale
Selama serangan klien mengalami dispnea dan tanda kesulitan bernafas. Permulaan
tanda serangan terdapat sensasi kontriksi dada (dada terasa berat), Whezing, batuk
non produktif, takhi kardi dan takipnea.
6. Pemeriksaan diagnostik
* Test faal paru
1) Kapasitas inspirasi menurun
2) Volume residu : meningkat pada emphysema, bronkhitis dan asthma
3) FEV1 selalu menurun = derajat obstruksi progresif Penyakit Paru Obstruktif
Kronik
4) FVC awal normal ( menurun pada bronchitis dan astma.
5) TLC normal sampai meningkat sedang (predominan pada emphysema).
* Darah :
Hb dan Hematokrit meningkat pada polisitemia sekunder.
Jumlah darah merah meningkat
Eo dan total IgE serum meningkat.
Analisa Gas Darah ( gagal nafas kronis.
Pulse oksimetri ( SaO2 oksigenasi menurun.
Elektrolit menurun oleh karena pemakaian deuritika pada cor pulmunale.
* Sputum :
Pemeriksaan gram kuman/kultur adanya infeksi campuran.
Kuman patogen >> :
Streptococcus pneumoniae.
Hemophylus influenzae.
Moraxella catarrhalis.
* Radiologi :
Thorax foto (AP dan lateral).
Hiperinflasi paru-paru, pembesaran jantung dan bendungan area paru-paru.
Pada emphysema paru :
> Distensi >
> Diafragma letak rendah dan mendatar.
> Ruang udara retrosternal > (foto lateral).
> Jantung tampak memanjang dan menyempit.
* Bronkogram : menunjukkan dilatasi bronkus, kolap bronkhiale pada ekspirasi kuat.
* EKG.
Kelainan EKG yang paling dini adalah rotasi clock wise jantung. Bila sudah terdapat
Kor Pulmonal terdapat deviasi aksis ke kanan dan P- pulmonal pada hantaran II, III
dan aVF. Voltase QRS rendah. Di V1 rasio R/S lebih dari 1 dan di V6 V1 rasio R/S
kurang dari 1. Sering terdapat RBBB inkomplet.
2. Lain-lain perlu dikaji Berat badan, rata-rata intake cairan dan diet harian.
7. Pathway
PERADANGAN
BRONKUS
& ALVEOLUS SAAT EKSPIRASI SAL.
### UDARA YG KECIL
KOLAPS
##
###PERADANGAN
JALAN UDARA
#
DINDING BRONKIALE
HYPOVENTILASI LEMAH & ALVEOLAR
# PECAH
#
EMPHYSEMA
SERING PADA
BRONKIOLITIS TERJADI EMPHYSEMA
LANSIA
#KRONIS
TIDAK
#
TIMBUL
GEJALA
# BRONKIOLITIS KRONIK
SERING
TERJADI
####################
PPOK
1.
KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN
Pengkajian :
1. Riwayat atau faktor penunjang :
- Merokok merupakan faktor penyebab utama.
- Tinggal atau bekerja di area dengan polusi udara berat.
- Riwayat alergi pada keluarga
- Riwayat Asthma pada anak-anak.
3. Pemeriksaan fisik :
a. Manifestasi klinik Penyakit Paru Obstruktif Kronik :
* Peningkatan dispnea.
* Penggunaan otot-otot aksesori pernafasan (retraksi otot-otot abdominal,
mengangkat bahu saat inspirasi, nafas cuping hidung).
* Penurunan bunyi nafas.
* Takipnea.
b. Gejala yang menetap pada penyakit dasar
> Asthma
* Batuk (mungkin produktif atau non produktif), dan perasaan dada seperti terikat.
* Mengi saat inspirasi maupun ekspirasi yang dapat terdengar tanpa stetoskop.
* Pernafasan cuping hidung.
* Ketakutan dan diaforesis.
> Bronkhitis
* Batuk produktif dengan sputum berwarna putih keabu-abuan, yang biasanya terjadi
pada pagi hari.
* Inspirasi ronkhi kasar dan whezzing.
* Sesak nafas
> Bronkhitis (tahap lanjut)
* Penampilan sianosis
* Pembengkakan umum atau �blue bloaters� (disebabkan oleh edema asistemik yang
terjadi sebagai akibat dari kor pulmunal).
> Emphysema
* Penampilan fisik kurus dengan dada �barrel chest� (diameter thoraks anterior
posterior meningkat sebagai akibat hiperinflasi paru-paru).
* Fase ekspirasi memanjang.
Perencanaan
Perencanaan meliputi penyusunan prioritas, tujuan dan kriteria hasil dari masing-
masing masalah yang ditemukan.
Tujuan Penatalaksanaan
* Mengurangi gejala dan meningkatkan kualitas hidup.
* Pemeliharaan fungsi paru yang optimal dalam waktu singkat dan panjang.
* Pencegahan dan penanganan eksaserbasi.
* Mengurangi perburukan fungsi paru setiap tahunnya.
Kriteria Keberhasilan :
* Berkurangnya gejala sesak nafas.
* Berkurangnya frekuensi dan lamanya eksaserbasi.
* Membaiknya faal paru.
* Menurunnya gejala psikologik (depresi, kecemasan).
* Memperbaiki kualitas hidup.
* Dapat melakukan aktifitas sehari-hari.
RENCANA KEPERAWATAN
Batasan Karakteristik :
- Dispneu, Penurunan suara nafas
- Orthopneu
- Cyanosis
- Kelainan suara nafas (rales, wheezing)
- Kesulitan berbicara
- Batuk, tidak efekotif atau tidak ada
- Mata melebar
- Produksi sputum
- Gelisah
- Perubahan frekuensi dan irama nafas
Kriteria Hasil :
* Mendemonstrasikan batuk efektif dan suara nafas yang bersih, tidak ada sianosis
dan dyspneu (mampu mengeluarkan sputum, mampu bernafas dengan mudah, tidak ada
pursed lips)
* Menunjukkan jalan nafas yang paten (klien tidak merasa tercekik, irama nafas,
frekuensi pernafasan dalam rentang normal, tidak ada suara nafas abnormal)
* Mampu mengidentifikasikan dan mencegah factor yang dapat menghambat jalan
nafasNIC :
(1) Airway suction
* Pastikan kebutuhan oral / tracheal suctioning
* Auskultasi suara nafas sebelum dan sesudah suctioning.
* Informasikan pada klien dan keluarga tentang suctioning
* Minta klien nafas dalam sebelum suction dilakukan.
* Berikan O2 dengan menggunakan nasal untuk memfasilitasi suksion nasotrakeal
* Gunakan alat yang steril sitiap melakukan tindakan
* Anjurkan pasien untuk istirahat dan napas dalam setelah kateter dikeluarkan dari
nasotrakeal
* Monitor status oksigen pasien
* Ajarkan keluarga bagaimana cara melakukan suksion
* Hentikan suksion dan berikan oksigen apabila pasien menunjukkan bradikardi,
peningkatan saturasi O2, dll.
(2) Airway Management
* Buka jalan nafas, guanakan teknik chin lift atau jaw thrust bila perlu
* Posisikan pasien untuk memaksimalkan ventilasi
* Identifikasi pasien perlunya pemasangan alat jalan nafas buatan
* Pasang mayo bila perlu
* Lakukan fisioterapi dada jika perlu
* Keluarkan sekret dengan batuk atau suction
* Auskultasi suara nafas, catat adanya suara tambahan
* Lakukan suction pada mayo
* Berikan bronkodilator bila perlu
* Berikan pelembab udara Kassa basah NaCl Lembab
* Atur intake untuk cairan mengoptimalkan keseimbangan.
* Monitor respirasi dan status O22Pola Nafas tidak efektif
Definisi : Pertukaran udara inspirasi dan/atau ekspirasi tidak adekuat
Batasan karakteristik :
- Penurunan tekanan inspirasi/ekspirasi
- Penurunan pertukaran udara per menit
- Menggunakan otot pernafasan tambahan
- Nasal flaring
- Dyspnea
- Orthopnea
- Perubahan penyimpangan dada
- Nafas pendek
- Assumption of 3-point position
- Pernafasan pursed-lip
- Tahap ekspirasi berlangsung sangat lama
- Peningkatan diameter anterior-posterior
- Pernafasan rata-rata/minimal
* Bayi : < 25 atau > 60
* Usia 1-4 : < 20 atau > 30
* Usia 5-14 : < 14 atau > 25
* Usia > 14 : < 11 atau > 24
- Kedalaman pernafasan
* Dewasa volume tidalnya 500 ml saat istirahat
* Bayi volume tidalnya 6-8 ml/Kg
- Timing rasio
- Penurunan kapasitas vital
Faktor yang berhubungan :
- Hiperventilasi
- Deformitas tulang
- Kelainan bentuk dinding dada
- Penurunan energi/kelelahan
- Perusakan/pelemahan muskulo-skeletal
- Obesitas
- Posisi tubuh
- Kelelahan otot pernafasan
- Hipoventilasi sindrom
- Nyeri
- Kecemasan
- Disfungsi Neuromuskuler
- Kerusakan persepsi/kognitif
- Perlukaan pada jaringan syaraf tulang belakang
- Imaturitas Neurologis
NOC :
* Respiratory status : Ventilation
* Respiratory status : Airway patency
* Vital sign Status
Kriteria Hasil :
* Mendemonstrasikan batuk efektif dan suara nafas yang bersih, tidak ada sianosis
dan dyspneu (mampu mengeluarkan sputum, mampu bernafas dengan mudah, tidak ada
pursed lips)
* Menunjukkan jalan nafas yang paten (klien tidak merasa tercekik, irama nafas,
frekuensi pernafasan dalam rentang normal, tidak ada suara nafas abnormal)
* Tanda Tanda vital dalam rentang normal (tekanan darah, nadi, pernafasan)NIC :
I. AIRWAY MANAGEMENT
* Buka jalan nafas, guanakan teknik chin lift atau jaw thrust bila perlu
* Posisikan pasien untuk memaksimalkan ventilasi
* Identifikasi pasien perlunya pemasangan alat jalan nafas buatan
* Pasang mayo bila perlu
* Lakukan fisioterapi dada jika perlu
* Keluarkan sekret dengan batuk atau suction
* Auskultasi suara nafas, catat adanya suara tambahan
* Lakukan suction pada mayo
* Berikan bronkodilator bila perlu
* Berikan pelembab udara Kassa basah NaCl Lembab
* Atur intake untuk cairan mengoptimalkan keseimbangan.
* Monitor respirasi dan status O2
Terapi Oksigen
* Bersihkan mulut, hidung dan secret trakea
* Pertahankan jalan nafas yang paten
* Atur peralatan oksigenasi
* Monitor aliran oksigen
* Pertahankan posisi pasien
* Onservasi adanya tanda tanda hipoventilasi
* Monitor adanya kecemasan pasien terhadap oksigenasi
Batasan karakteristik :
( Gangguan penglihatan
( Penurunan CO2
( Takikardi
( Hiperkapnia
( Keletihan
( somnolen
( Iritabilitas
( Hypoxia
( kebingungan
( Dyspnoe
( nasal faring
( AGD Normal
( sianosis
( warna kulit abnormal (pucat, kehitaman)
( Hipoksemia
( hiperkarbia
( sakit kepala ketika bangun
(frekuensi dan kedalaman nafas abnormal
Nutrition Monitoring
* BB pasien dalam batas normal
* Monitor adanya penurunan berat badan
* Monitor tipe dan jumlah aktivitas yang biasa dilakukan
* Monitor interaksi anak atau orangtua selama makan
* Monitor lingkungan selama makan
* Jadwalkan pengobatan dan tindakan tidak selama jam makan
* Monitor kulit kering dan perubahan pigmentasi
* Monitor turgor kulit
* Monitor kekeringan, rambut kusam, dan mudah patah
* Monitor mual dan muntah
* Monitor kadar albumin, total protein, Hb, dan kadar Ht
* Monitor makanan kesukaan
* Monitor pertumbuhan dan perkembangan
* Monitor pucat, kemerahan, dan kekeringan jaringan konjungtiva
* Monitor kalori dan intake nuntrisi
* Catat adanya edema, hiperemik, hipertonik papila lidah dan cavitas oral.
* Catat jika lidah berwarna magenta, scarlet
6Defisit perawatan diri b/d kelemahan fisik
Definisi :
Gangguan kemampuan untuk melakukan ADL pada diri
DAFTAR PUSTAKA
Alsagaff Hood, Abdul Mukty, (1995). Dasar � Dasar Ilmu Penyakit Paru. Airlangga
University Press. Surabaya.
Amin muhammad, Hood Alsagaff. (1989). Pengantar Ilmu Penyakit Paru. Airlangga
University Press. Surabaya.
Barbara Engram. (1999). Rencana Asuhan Keperawatan Medikal Bedah. Vol. 1. Penerbit
EGC. Jakarta.
Soeparman, Sarwono Waspadji. (1990). Ilmu Penyakit Dalam Jilid II. Balai Penerbit
FKUI. Jakarta.
Sylvia Anderson Price, Lorraine McCarty Wilson. (1995). Patofisiologi Konsep Klinis
Proses - Proses Penyakit. EGC. Jakarta.
LAPORAN PENDAHULUAN
ASUHAN KEPERAWATAN PADA
PENYAKIT PARU OBSTRUKTIF KRONIK (PPOK)
STASE KEPERAWATAN MEDIKAL BEDAH
RUANG CEMPAKA RSU BANYUMAS
#SOBIHIN
N1B 005016
1. IDENTITAS PASIEN
Nama : Tn Ahmad Marjuki No. Regester : 10081519
Umur : 56 Tahun.
Jenis Kelamin : Laki-laki.
Suku/Bangsa : Jawa/Indonesia
Agama : Islam
Status Marietal : Kawin
Pekerjaan : PNS
Pendidikan : SLTA
Bahasa yang digunakan : Indonesia
Alamat : Ampel Madrasah 18 Surabaya.
Tanggal MRS : 15 Mei 2002 Jam����..�. WIB.
Cara Masuk : Lewat Instalasi Rawat Darurat RSUD Dr. Soetomo Surabaya
Diagnosa Medis : PPOK
Alasan Dirawat : Mendapatkan pertolongan pemberian Oksigen
Keluhan Utama : Sesak nafas.
2) Tanda-tanda vital
Suhu : 36,8 0C
Nadi : 100 X/menit. Kuat dan teratur
Tekanan darah : 100/60 mmHg.
Respirasi : 32 x/menit
3) Body Systems
(1) Pernafasan (B 1 : Breathing)
Pernafasan melalui hidung. Frekuensi 32 x/menit. Nafas pendek, khususnya pada saat
kerja, cuaca atau episode serangan asthma, rasa dada tertekan/ketidakmampuan untuk
bernafas. Batuk menetap dengan produksi sputum setiap hari selama 3 bulan berturut-
turut selama 3 tahun sedikitnya 2 tahun. Sputum putihkekuningan dengan jumlah
banyak. Pengguanaan otot bantu pernafasan, Dada barell chest, gerakan diafragma
minimal. Bunyi nafas, Ronki, wheezing, redup. Perkusi hypersonor pada area paru.
Sianosis bibir dan dasar kuku, jari tabuh.
Hasil foto Thorax PA tanggal 15 Mei 2002:
Cor : bentuk Tear Drops
Pulmo : Tampak bronchopulmonary Pattern sedikit meningkat hiperacrated kedua paru.
Kedua sinus Phrenicocostalis tumpul (tampak tenting pada kedua hemidiafragma).
Tampak perselubungan homogen pada hemithorax kanan bawah lateral.
Tampak callus formation pada costa 5, 6, 7, dan 8 kanan belakang.
Kesimpulan : Emphysematous Lung, Efusi Pleura bilateral yang telah mengalami
organisasi bekas fraktur Costa 5, 6, 7, dan 8 kanan belakang.
Ketergantungan
Klien tidak mempunyai kebiasaan minum-minuman yang mengandung alkohol.
Klien mempunyai kebiasaan merokok sejak 30 tahun yang lalu dan mampu menghabiskan 2
pak / hari.
Aspek Psikologis
Klien terkesan takut akan penyakitnya, merasa terasing dan sedikit stress
menghadapi tindakan yang diprogramkan.
Aspek Sosial/Interaksi
Hubungan ketergantungan, kurang sisitem pendukung.
Keterbatasan mobilitas fisik. Kelalaian hubungan antar keluarga.
Aspek Spiritual
Klien dan keluarganya sejak kecil memeluk agama Islam, ajaran agama dijalankan
setiap saat. Klien sangat aktif menjalankan ibadah dan aktif mengikuti kegiatan
agama yang diselenggarakan oleh mesjid di sekitar rumah tempat tinggalnya maupun
oleh masyarakat setempat.
Saat ini klien merasa tergangguan pemenuhan kebutuhan spiritualnya
TERAPI :
- Oksigen 2 Lt/mt
- Inj Cepotaxime 3 X 1 gr.
- Tab Cefrofloxacin 2 X 500 mg
- Atroven Nebulizer 4 x / hr.
- Bricasma Nebulizer 4 x / hr.
- Syr Antacid 3 X 1 C1
- Tab Ranitidin 2 X 1
- Tab Codein 3 X 10 mg
- Infus RL drip KCl 25 mg/24 jam
(Subhan)
ANALISA DAN SINTESA DATA
NOD A T AETIOLOGIMASALAH1.S :
Klien mengatalakn sesak nafas. rasa dada tertekan/ketidakmampuan untuk bernafas.
O :
1. Warna kulit perifer cianosis.
2. RR : 32 x /menit.
3. Nafas pendek.
4. Pengguanaan otot bantu pernafasan
5. Sianosis bibir dan dasar kuku, jari tabuh.
peningkatan produksi mukus.Gangguan pertukaran gas2.S :
Klien mengatakan selalu ingin batuk.
Klien mengatakan mempunyai kebiasaan merokok sejak 30 tahun yang lalu dan mampu
menghabiskan 2 pak / hari.
O :
1. Bunyi nafas : Ronki, wheezing, redup.
2. Perkusi hypersonor pada area paru.
3. Batuk menetap dengan produksi sputum (+)
peningkatan produksi mukus/peningkatan sekresi lendirBersihan jalan nafas tidak
efektif3.O :
Klien hanya makan beberapa sendok dari makanan yang disajikan.
S :
Klien mengeluh sesak nafas pada waktu makan
Intake makanan yang kurang.Gangguan pemenuhan nutrisi kurang dari kebutuhan
tubuh4.O :
S :
Klien mengatalakn cemas karena Kurangnya pengetahuan tentang sifat penyakit,
pemeriksaan diagnostik dan tujuan tindakan yang diprogramkan.
Lamanya perawatan, banyaknya biaya perawatan dan pengobatan dan gangguan peran pada
keluarga (self esteem).
Kurangnya pengetahuan tentang penyakitnya.Cemas5.O :
S :
Klien mengatakan kurang mengetahui tentang proses penyakit, perawatan maupun
pengobatan serta kurangnya pengetahuan tentang diet.Kurangnya informasi.Kurangnya
pengetahuan tentang proses penyakit, diet, perawatan dan pengobatan
DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. Gangguan pertukaran gas berhubungan dengan peningkatan produksi mukus.
2. Bersihan jalan nafas tidak efektif berhubungan dengan peningkatan produksi
mukus/peningkatan sekresi lendir
3. Gangguan pemenuhan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan Intake
makanan yang kurang.
4. Cemas berhubungan dengan kurangnya pengetahuan tentang penyakitnya.
5. Kurangnya pengetahuan tentang proses penyakit, diet, perawatan dan pengobatan
berhubungan dengan kurangnya informasi.
RENCANA TINDAKAN
1. Memantau tingkat kepatenan jalan nafas dan meningkatkan kemampuan klien merawat
diri / membersihkan/membebaskan jalan nafas.
5. Kerja sama dengan tim kesehatan lain untuk pemberian diet Tinggi Kalori dan
Tinggi Protein.1. Untuk mengetahui tentang keadaan dan kebutuhan nutrisi pasien
sehingga dapat diberikan tindakan dan pengaturan diet yang adekuat.
2. Kepatuhan terhadap diet dapat mencegah komplikasi terjadinya
hipoglikemia/hiperglikemia.
3. Mengetahui perkembangan berat badan pasien (berat badan merupakan salah satu
indikasi untuk menentukan diet).
4. Mengetahui apakah pasien telah melaksanakan program diet yang ditetapkan.
5. Pemberian diet yang sesuai dapat mempercepat proses penyembuhan dan mencegah
komplikasi.4.Cemas berhubungan dengan kurangnya pengetahuan tentang
penyakitnya.Tujuan : rasa cemas berkurang/hilang.
Kriteria Hasil :
1. Pasien dapat mengidentifikasikan sebab kecemasan.
2. Emosi stabil., pasien tenang.
3. Istirahat cukup.
1. Kaji tingkat kecemasan yang dialami oleh pasien.
4. Beri informasi yang akurat tentang proses penyakit dan anjurkan pasien untuk
ikut serta dalam tindakan keperawatan.
5. Berikan keyakinan pada pasien bahwa perawat, dokter, dan tim kesehatan lain
selalu berusaha memberikan pertolongan yang terbaik dan seoptimal mungkin.
6. Berikan kesempatan pada keluarga untuk mendampingi pasien secara bergantian.
7. Ciptakan lingkungan yang tenang dan nyaman.1. Untuk menentukan tingkat kecemasan
yang dialami pasien sehingga perawat bisa memberikan intervensi yang cepat dan
tepat.
2 Dapat meringankan beban pikiran pasien.
3 Agar terbina rasa saling percaya antar perawat-pasien sehingga pasien kooperatif
dalam tindakan keperawatan.
4 Informasi yang akurat tentang penyakitnya dan keikutsertaan pasien dalam
melakukan tindakan dapat mengurangi beban pikiran pasien.
5 Sikap positif dari timkesehatan akan membantu menurunkan kecemasan yang dirasakan
pasien.
6 Pasien akan merasa lebih tenang bila ada anggota keluarga yang menunggu.
7 Lingkung yang tenang dan nyaman dapat membantu mengurangi rasa cemas
pasien.5.Kurangnya pengetahuan tentang proses penyakit, diet, perawatan, dan
pengobatan berhubungan dengan kurangnya informasi.Tujuan : Pasien memperoleh
informasi yang jelas dan benar tentang penyakitnya.
Kriteria Hasil :
1. Pasien mengetahui tentang proses penyakit, diet, perawatan dan pengobatannya dan
dapat menjelaskan kembali bila ditanya.
2. Pasien dapat melakukan perawatan diri sendiri berdasarkan pengetahuan yang
diperoleh.
1. Kaji tingkat pengetahuan pasien/keluarga tentang penyakit paru obstruktif
kronik.
3. Jelaskan tentang proses penyakit, diet, perawatan dan pengobatan pada pasien
dengan bahasa dan kata-kata yang mudah dimengerti.
4. Jelasakan prosedur yang kan dilakukan, manfaatnya bagi pasien dan libatkan
pasien didalamnya.1. Untuk memberikan informasi pada pasien/keluarga, perawat perlu
mengetahui sejauh mana informasi atau pengetahuan yang diketahui pasien/keluarga.
2. Agar perawat dapat memberikan penjelasan dengan menggunakan kata-kata dan
kalimat yang dapat dimengerti pasien sesuai tingkat pendidikan pasien.
3. Agar informasi dapat diterima dengan mudah dan tepat sehingga tidak menimbulkan
kesalahpahaman.
4. Dengan penjelasdan yang ada dan ikut secra langsung dalam tindakan yang
dilakukan, pasien akan lebih kooperatif dan cemasnya berkurang.
TINDAKAN KEPERAWATAN DAN EVALUASI (SOAP)
O :
1. Pasien mematuhi dietnya.
A : Tujuan tercapai sebagian
P : Intervensi terus dilakukan.
4. Cemas berhubungan dengan kurangnya pengetahuan tentang penyakitnya.1. Mengkaji
tingkat kecemasan yang dialami oleh pasien.
2. Memberi kesempatan pada pasien untuk mengungkapkan rasa cemasnya.
3. Menggunakan komunikasi terapeutik.
4. Memberi informasi yang akurat tentang proses penyakit dan menganjurkan pasien
untuk ikut serta dalam tindakan keperawatan.
5. Memberikan keyakinan pada pasien bahwa perawat, dokter, dan tim kesehatan lain
selalu berusaha memberikan pertolongan yang terbaik dan seoptimal mungkin.
6. Memberikan kesempatan pada keluarga untuk mendampingi pasien secara bergantian.
7. Menciptakan lingkungan yang tenang dan nyaman
S :
O :
1. Pasien dapat mengidentifikasikan sebab kecemasan.
2. Emosi stabil., pasien tenang.
3. Istirahat cukup.
A : Tujuan Berhasil
P : Intervensi dihentikan5. Kurangnya pengetahuan tentang proses penyakit, diet,
perawatan, dan pengobatan berhubungan dengan kurangnya informasi.1. Mengkaji
tingkat pengetahuan pasien/keluarga tentang penyakit PPOM.
2. Mengkaji latar belakang pendidikan pasien.
3. Menjelaskan tentang proses penyakit, diet, perawatan dan pengobatan pada pasien
dengan bahasa dan kata-kata yang mudah dimengerti.
4. Menjelasakan prosedur yang akan dilakukan, manfaatnya bagi klien dan libatkan
klien didalamnya.S :
O :
1. Pasien mengetahui tentang proses penyakit, diet, perawatan dan pengobatannya dan
dapat menjelaskan kembali bila ditanya.
2. Pasien dapat melakukan perawatan diri sendiri berdasarkan pengetahuan yang
diperoleh.
A : Tujuan Berhasil
P : Intervensi dihentikan
#PAGE #