Di Susun Oleh :
Kelas : 2D Farmasi
Kelompok : 2
YUDILLA APRILIANTI N 31120220
NENG WIDY WIDIYAWATI 31120243
VIANI YUNIA RISMAYANTI 31120226
SABILLA NURACHMA DEWI 31120236
SRIDEVI 31120210
MARTHA ULY A 31120235
MELA PUSPITASARI 31120223
HEPY NOVIA PP 31120232
IKHAL MUHAMMAD AL-HAZ 31120240
FAJAR RAMADHAN 31120186
PRODI S1 FARMASI
STIKes BAKTI TUNAS HUSADA TASIKMALAYA
2021
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi dalam bidang kesehatan yang
semakin pesat, menuntut seorang farmasis untuk selalu mengembangkan cara
pembuatan obat dan formulasi sediaan obat, peningkatan kualitas obat dan efisiensi
dalam pembuatan merupakan hasil yang ingin dicapaidari pengembangan cara
pembuatan dan formulasi sediaan obat tersebut, sehingga dapat lebih diterima oleh
masyarakat.
Salep merupakan salah satu sediaan farmasi setengah padat yang digunakan
untuk iritasi atau gangguan pada kulit dengan cara dioleskan pada area luka/iritasi
tersebut. Sediaan salep tersedia dalam berbagai bentuk.
A. TEORI
Salep adalah sediaan setengah padat yang mudah dioleskan dan digunakan
sebagai obat luar. Bahan obatnya harus larut atau terdispersi homogen dalam darsar
salep yang cocok (F.I.ed.III).
Salep adalah sedian setengan padat yang ditujukan untuk pemakaian topical
kulit atau selaput lender salep tidak booleh berbau tengik kecuali dinyatakan lain, kadar
bahan obat dalam salep mengandung obat keras narkotika adalah 10 % (FI IV).
Menurut R. Voight salep adalah gel dengan sifat deformasi plastis yang
digunakan pada kulit atau selaput lendir. Sediaan ini dapat mengandung bahan obat
tersuspensi, terlarut atau teremulasi.
Menurut Ansel salep (unguents) adalah preparat setengah padat untuk
pemakaian luar yang dimaksudkan untuk pemakaian pada mata dibuat khusus dan
disebut salep mata. Salep mata akan dibicarakan dalam bab yang berikutnaya. Salep dapat
mengandung obat atau tidak mengandung obat, yang disebutkan terakhir bisanya
dikatakan sebagai “dasar salep” (basis ointment) dan digunakan sebagai pembawa dalam
penyimpan salep yang mengandung obat.
Dasar salep yang digunakan sebagai pembawa dibagi dalam 4 kelompok:dasar
salep senyawa hidrokarbon, dasar salep serap, dasar salep yang dapat dicuci dengan air,
dasar salep larut dalam air. Setiap salep obat menggunakan salah satu dasar salep
tersebut.
Dasar salep hidrokarbon, dasar salep ini dikenal sebagai dasar salep berlemak
antar lain vaselin putih dan salep putiih. Hanya sejumlah kecil komponen berair dapat
dicampurkan kedalamnya. Salep ini dimaksud untuk memperpanjang kontak bahan obat
dengan kulit dan bertindak sebagai pembalut penutup. Dasar salep hidrokarbon
digunakan terutama sebagai emolien, dan sukar dicuci , tidak mengering dan tidak tmpak
berubah dalam waktu lama.
Dasar salep serap, dasar salep serap ini dapat dibagi dalam 2 kelompok.
Kelompok pertama terdiri atas dasar salep yang dapat bercampur dengan air membentuk
emulsi air dalam minyak (parafi hidrofilik dan lanolin anhidrat), dan kelompok ke 2 terdiri
atas emulsi air dalam minyak yang dapat bercampur dengan sejumlah larutan air
tambahan (lanolin). Dasar salep serap juga dapat bermanfaat sebagai emolien.
Dasar salep yang dapat dicuci dengan air, dasar salep ini adalah emulsi minyak
dalam air antara lain salep hidrofilik dan lebih tepat disebut krim. Dasat ini dinyatakan
juga sebagai “dapat dicuci dengan air” karena mudah dicuci dikulit atau dilap basah,
sehingga dapat diterima untuk dasar kosmetik. Beberapa bahan obat dapat menjadi lebih
efektif menggunakan dasar salep ini daripada dasar salep hidrokarbon. Keuntungan lain
dari dasar salep ini adalah dapat diencerkan dengan air dan mudah menyerap cairan yang
terjdi pada kelainan dermatologik.
Dasar salep larut dalam air, kelompok ini disebut juga “dasar salep tak berlemak”
dan terdiri dari konstituen larut air. Dasar salep jenis ini memberikan banyak keuntungan
seperti dasar salep yang dapat dicuci dengan air dan tidak mengandung bahan yang tak
larut dalam air seperti parafin, lanolin anhidrat atau malam. Dasar salep ini lebih tepat
disebut “gel”.
B. PREFORMULASI
1. Asam Salisilat (FI ed III hal 56)
a. Pemerian : Hablur ringan tidak berwarna atau serbuk berwarna putih;
hampr tidak berbau; agak manis dan tajam
b. Kelarutan : Larut dalam 550 bagian air dan dalam 4 bagian etanol 195% P
mudah larut dalam kloroform p dan dalam eter P, larut dalamlarutan ammonium
asetat p, dinatrium hodrogenfosfat p, kalium sitrat P, dan natirum sitrat P
c. Titik lebur : 158,50 dan 1610
d. pH larutan : 1,84
e. Stabilitas : Stabil jika tidak melebihi 1500 C
f. Inkompatibilitas : Bereaksi dengan alkali dan karbonat hidroksids membentuk
garam yang larut dalam air inkompatibel dengan larutan besi klorida memberikan
warna ungu dan dengan nitro eter kuat
g. Polimorfisme :-
2. Sufur Praecipitatum (FI ed III hal 591)
a. Pemerian : Tidak berbau, tidak berasa
b. Kelarutan : Praktis tidak larut dalam air, sangat mudahlarut dalamkarbon
disulfide p, sukar larut dalam minyak zaitun P, sangat sukar larut dalam etano195% P
c. Titik lebur : 115,20 C
d. pH larutan : antara 4,2 – 6,2
e. Stabilitas : Sulfur bereaksi dengan logam seperti tembaga dan besi
menghasilkan warna dengan logam
f. Inkompatibilitas : tidak cocok dengan asam
g. Polimorfisme :-
3. Polyethileglycolum - 400 (FI ed III hal 506)
a. Pemerian : Serbuk licin putih atau potongan putih kuning gading, praktis
tidak berbau tidak berasa.
b. Kelarutan : Mudah larut dalam air, dalam etanol 95%p dan dalam kloroform
P praktis tidak latur dalam eter P.
c. Titik lebur : 50-580C
d. pH larutan : 5% b/v 4,5 – 7,5
e. Stabilitas : PEG secara kimiawi stabil di udara dan dalam larutan, meskipun
higroskopis. PEG tidak mengandung mikroba dan tidak akan tengik, PEG dan PEG
dalam bentuk cair, dapat disterilkan dengan autoklaf, filtrasi dan radiasi gamma. PEG
disimpan dalam wadah (stainles stail, aluminium, kaca atau tinned steel) tertutup
rapat.
f. Inkompatibilitas : PEG cair dan padat inkompatibel dengan beberapa warna
(colorting agent). Aktifitas antibacterial (antibiotik) terutama penisilin dan basitratin
dapat menurun bila menggunakan PEG sebagai basisnya.
g. Polimorfisme :-
4. Propilenglycolum (HOPE Hal 521)
a. Pemerian : Cairan kental, jernih, tidak berwarna, tidak berbau, rasa agak manis,
higroskopik
b. Kelarutan : Dapat campur dengan air dengan etanol 95%p dan dengan
kloroform p larut dalam 6 bagi eter, tidak dapat campur dengan eter minyak tanah p
dan minyak lemak.
c. Titik lebur : 1880 C
d. pH larutan : 3-6
e. Stabilitas : Higroskopis dan harus disimpan diwadah tertutup rapat,
dilindungi dari cahaya, ditempat dingim dan kering. Pada suhu yang tinggi akan
teroksidasi menjadi propional dehid asam laktat, asam piruvat dan asam asetat.
Stabil jika dicampr dengan etanol gliseril dan air
f. Inkompatibilitas : Propilenglikol tidak kompatibel dengan reagen pengoksidasi
seperti kalsium permanganate.
g. Polimorfisme : 1.4324
5. Mentholum (FI ed III hal 362)
a. Pemerian : Hablur berbentuk jarum atau prisma; tidak berwarna; bau tajam
seperti minyak premen; rasa panas dan aromatic diikuti rasa dingin
b. Kelarutan : Sukar latur dalam air sangat mudah larut dalam etanol 95%
dalam kloroform P dan dalam eter P mudah larut dalam paraffin cair P dan dalam
minyak atsiri
c. Titik lebur: 41- 440C
d. pH larutan :-
e. Stabilitas : Stabil dalam suhu ruang dapat disimpan selama 18 tahun.
f. Inkompatibilitas : Dengan butyl klonal hidrat; kamper; klorat hidrat; kromium
trioksida b-nafrol; fenol kalium permanganate pirogdol; resorsinel dan timol.
g. Polimorfisme :-
6. Methylis Parabenum/Nipagin (FI ed III hal 378)
a. Pemerian : Serbuk hablur halus; putih; hampir tidak berbau; tidak
mempunyai rasa, kemudian agak membakar drikusi, rasa kebal.
b. Kelarutan : Larut dalam 500 bagian air, dalam 20 bagian air mendidih dalam
3,5 bagian etanol 95% dan 3 bagian aseton p mudah larut dalam eter P dan dalam
larutan alkali hidroksida larut dalam 60 bagian gliserol P panas dan dalam 40 bagian
minyak lemak nabati panas jika didinginkan larutan tetap jernih
c. Titik lebur: 125 -1280C
d. pH larutan : 3-6
e. Stabilitas : Lebih mudah terurai dengan adanya udara dari luar
f. Inkompatibilitas : Tidak kompatibel dengan zat lain, seperti bentonin magnesium
trisilicate, talk, tragacan, natrium alginae, minyak essensial, sorbisol dan atropin
g. Polimorfisme :-
7. Propyl Paraben/Nipasol (FI ed III hal 575)
a. Pemerian : Serbuk hablur putih tidak berbau tidak berasa
b. Kelarutan : Sangat sukar larut dalam air larut dalam 35 bagian etanol 95% P
dalam 3 bagian aseton P dalam 140 bagian gliserol P dalam 40 bagian minyak lemak
mudah larut dalam alkali hidrogsida
c. Titik lebur: 95-980C
d. pH larutan : 3-6
e. Stabilitas : Lebih mudah terurai dengan adanya udara dari luar
f. Inkompatibilitas : Magnesium alumunium silikat, magnesium fisilikat oksida besi
kuning.
g. Polimorfisme :-
8. Polyethileglycolum - 400 (FI ed III hal 506)
a. Pemerian : Serbuk licin putih atau potongan putih laring gading, praktis tidak
berbau, tidak berasa.
b. Kelarutan : Mudah larut dalam air, dalam etanol (95%) P dan dalam kloform
P, praktis tidak larut dalam eter P
c. Stabilitas : Stabil diudara dan dalam larutan, meskipun nilai dengan besar
molekul kurang dari 2000 higroskopis, polyetilenglikol tidak mendukung
pertumbuhan mikroba, dan tidak terjadi tengik.
d. Inkompatibilitas : PEG 4000 memiliki inkompatibilitas terhadap bismuth, ichtamol,
benzokain, dan fenol yang mengurangi aktivitas pada seperempat bagian senyawa
ammonium dan hidroksi benzoat.
e. Titik Lebur : 500 C -580 C dan pada suhu kamar berbentuk padat
f. pH larutan : 4,67 – 9,89
g. Polimorfisme :-
BAB III
METODE
A. ANALISIS FORMULA
Menthol
Metil Propil
Paraben Paraben
Yudilla A.N
0,02 g 0,18 g
Propilenglikol
Sabilla N Fajar R
12,5 g
Hepy Novia
C. PROSEDUR KERJA
B. PEMBAHASAN
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
A. KESIMPULAN
B. SARAN
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
Timbang sediaan sampel sebanyak 0,5grm simpan di kaca objek lalu ratakan ke pinggir
dan sediaan sudah homogen. Tidak ada gumpalan dan warna tercampur rata.
Uji pH
Masukan pH meter kedalam sediaan tunggu 1 menit setelah 1 menit angkat dan
samakan sediaan salep ini mengandung pH4.
Uji Menyebar
Timbang sampel 0,5gr di kaca, lalu tutup dengan kaca setelah sudah di tutup dengan
kaca ekstensometer lalu letakan di atas massa sediaan selama 1 menit. Lalu ukur
diameternya. Pada percobaan ke 1 diameteernya sebanyak 4cm, ke-2 5cm, ke-3 5,5cm.
Pada percobaan ke-1 daya lekat dengan 02,79 detik, pada percobaan ke-2 daya lekat
dengan 03,01 detik, pada percobaan ke-3 daya lekat dengan 03,24 detik.
Uji Organotepris