Anda di halaman 1dari 18

LAPORAN PRAKTIKUM MATA KULIAH SEDIAAN SEMISOLID

PEMBUATAN SEDIAAN SALEP 2-5


Tanggal Praktikum : 03 November 2021
Tanggal Penyerahan : 10 November 2021

Di Susun Oleh :
Kelas : 2D Farmasi
Kelompok : 2
YUDILLA APRILIANTI N 31120220
NENG WIDY WIDIYAWATI 31120243
VIANI YUNIA RISMAYANTI 31120226
SABILLA NURACHMA DEWI 31120236
SRIDEVI 31120210
MARTHA ULY A 31120235
MELA PUSPITASARI 31120223
HEPY NOVIA PP 31120232
IKHAL MUHAMMAD AL-HAZ 31120240
FAJAR RAMADHAN 31120186
PRODI S1 FARMASI
STIKes BAKTI TUNAS HUSADA TASIKMALAYA
2021
BAB I
PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG
Kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi dalam bidang kesehatan yang
semakin pesat, menuntut seorang farmasis untuk selalu mengembangkan cara
pembuatan obat dan formulasi sediaan obat, peningkatan kualitas obat dan efisiensi
dalam pembuatan merupakan hasil yang ingin dicapaidari  pengembangan cara
pembuatan dan formulasi sediaan obat tersebut, sehingga dapat lebih diterima oleh
masyarakat.
Salep merupakan salah satu sediaan farmasi setengah padat yang digunakan
untuk iritasi atau gangguan pada kulit dengan cara dioleskan pada area luka/iritasi
tersebut. Sediaan salep tersedia dalam berbagai bentuk.

B. MAKSUD DAN TUJUAN PRAKTIKUM


- Melakukan preformulasi, formulasi, membuat produk jadi dan evaluasi sediaan
salep.
- Setelah melakukan praktikum ini, mahasiswa mampu melakukan kajian
preformulasi, membuat formulasi, produk jadi, dan kajian evaluasi sediaan salep.
- melakukan teknik pembuatan beberapa jenis sediaan semisolida (salep)
- melakukan beberapa uji fisik sediaan semisolida
- melakukan uji pelepasan obat dari sediaan semisolida
- membandingkan cara pembuatan, karakteristik fisik, pelepasan obat dari berbagai
jenis basis sediaan semisolida
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A. TEORI
Salep adalah sediaan setengah padat yang mudah dioleskan dan digunakan
sebagai obat luar. Bahan obatnya harus larut atau terdispersi homogen dalam darsar
salep yang cocok (F.I.ed.III).
Salep adalah sedian setengan padat yang ditujukan untuk pemakaian topical
kulit atau selaput lender salep tidak booleh berbau tengik kecuali dinyatakan lain, kadar
bahan obat dalam salep mengandung obat keras narkotika adalah 10 % (FI IV).
Menurut R. Voight salep adalah gel dengan sifat deformasi plastis yang
digunakan pada kulit atau selaput lendir. Sediaan ini dapat mengandung bahan obat
tersuspensi, terlarut atau teremulasi.
Menurut Ansel salep (unguents) adalah preparat setengah padat untuk
pemakaian luar yang dimaksudkan untuk pemakaian pada mata dibuat khusus dan
disebut salep mata. Salep mata akan dibicarakan dalam bab yang berikutnaya. Salep dapat
mengandung obat atau tidak mengandung obat, yang disebutkan terakhir bisanya
dikatakan sebagai “dasar salep” (basis ointment) dan digunakan sebagai pembawa dalam
penyimpan salep yang mengandung obat.
Dasar salep yang digunakan sebagai pembawa dibagi dalam 4 kelompok:dasar
salep senyawa hidrokarbon, dasar salep serap, dasar salep yang dapat dicuci dengan air,
dasar salep larut dalam air. Setiap salep obat menggunakan salah satu dasar salep
tersebut.
Dasar salep hidrokarbon, dasar salep ini dikenal sebagai dasar salep berlemak
antar lain vaselin putih dan salep putiih. Hanya sejumlah kecil komponen berair dapat
dicampurkan kedalamnya. Salep ini dimaksud untuk memperpanjang kontak bahan obat
dengan kulit dan bertindak sebagai pembalut penutup. Dasar salep hidrokarbon
digunakan terutama sebagai emolien, dan sukar dicuci , tidak mengering dan tidak tmpak
berubah dalam waktu lama.
Dasar salep serap, dasar salep serap ini dapat dibagi dalam 2 kelompok.
Kelompok pertama terdiri atas dasar salep yang dapat bercampur dengan air membentuk
emulsi air dalam minyak (parafi hidrofilik dan lanolin anhidrat), dan kelompok ke 2 terdiri
atas emulsi air dalam minyak yang dapat bercampur dengan sejumlah larutan air
tambahan (lanolin). Dasar salep serap juga dapat bermanfaat sebagai emolien.
Dasar salep yang dapat dicuci dengan air, dasar salep ini adalah emulsi minyak
dalam air antara lain salep hidrofilik dan lebih tepat disebut krim. Dasat ini dinyatakan
juga sebagai “dapat dicuci dengan air” karena mudah dicuci dikulit atau dilap basah,
sehingga dapat diterima untuk dasar kosmetik. Beberapa bahan obat dapat menjadi lebih
efektif menggunakan dasar salep ini daripada dasar salep hidrokarbon. Keuntungan lain
dari dasar salep ini adalah dapat diencerkan dengan air dan mudah menyerap cairan yang
terjdi pada kelainan dermatologik.
Dasar salep larut dalam air, kelompok ini disebut juga “dasar salep tak berlemak”
dan terdiri dari konstituen larut air. Dasar salep jenis ini memberikan banyak keuntungan
seperti dasar salep yang dapat dicuci dengan air dan tidak mengandung bahan yang tak
larut dalam air seperti parafin, lanolin anhidrat atau malam. Dasar salep ini lebih tepat
disebut “gel”.

B. PREFORMULASI
1. Asam Salisilat (FI ed III hal 56)
a. Pemerian : Hablur ringan tidak berwarna atau serbuk berwarna putih;
hampr tidak berbau; agak manis dan tajam
b. Kelarutan : Larut dalam 550 bagian air dan dalam 4 bagian etanol 195% P
mudah larut dalam kloroform p dan dalam eter P, larut dalamlarutan ammonium
asetat p, dinatrium hodrogenfosfat p, kalium sitrat P, dan natirum sitrat P
c. Titik lebur : 158,50 dan 1610
d. pH larutan : 1,84
e. Stabilitas : Stabil jika tidak melebihi 1500 C
f. Inkompatibilitas : Bereaksi dengan alkali dan karbonat hidroksids membentuk
garam yang larut dalam air inkompatibel dengan larutan besi klorida memberikan
warna ungu dan dengan nitro eter kuat
g. Polimorfisme :-
2. Sufur Praecipitatum (FI ed III hal 591)
a. Pemerian : Tidak berbau, tidak berasa
b. Kelarutan : Praktis tidak larut dalam air, sangat mudahlarut dalamkarbon
disulfide p, sukar larut dalam minyak zaitun P, sangat sukar larut dalam etano195% P
c. Titik lebur : 115,20 C
d. pH larutan : antara 4,2 – 6,2
e. Stabilitas : Sulfur bereaksi dengan logam seperti tembaga dan besi
menghasilkan warna dengan logam
f. Inkompatibilitas : tidak cocok dengan asam
g. Polimorfisme :-
3. Polyethileglycolum - 400 (FI ed III hal 506)
a. Pemerian : Serbuk licin putih atau potongan putih kuning gading, praktis
tidak berbau tidak berasa.
b. Kelarutan : Mudah larut dalam air, dalam etanol 95%p dan dalam kloroform
P praktis tidak latur dalam eter P.
c. Titik lebur : 50-580C
d. pH larutan : 5% b/v 4,5 – 7,5
e. Stabilitas : PEG secara kimiawi stabil di udara dan dalam larutan, meskipun
higroskopis. PEG tidak mengandung mikroba dan tidak akan tengik, PEG dan PEG
dalam bentuk cair, dapat disterilkan dengan autoklaf, filtrasi dan radiasi gamma. PEG
disimpan dalam wadah (stainles stail, aluminium, kaca atau tinned steel) tertutup
rapat.
f. Inkompatibilitas : PEG cair dan padat inkompatibel dengan beberapa warna
(colorting agent). Aktifitas antibacterial (antibiotik) terutama penisilin dan basitratin
dapat menurun bila menggunakan PEG sebagai basisnya.
g. Polimorfisme :-
4. Propilenglycolum (HOPE Hal 521)
a. Pemerian : Cairan kental, jernih, tidak berwarna, tidak berbau, rasa agak manis,
higroskopik
b. Kelarutan : Dapat campur dengan air dengan etanol 95%p dan dengan
kloroform p larut dalam 6 bagi eter, tidak dapat campur dengan eter minyak tanah p
dan minyak lemak.
c. Titik lebur : 1880 C
d. pH larutan : 3-6
e. Stabilitas : Higroskopis dan harus disimpan diwadah tertutup rapat,
dilindungi dari cahaya, ditempat dingim dan kering. Pada suhu yang tinggi akan
teroksidasi menjadi propional dehid asam laktat, asam piruvat dan asam asetat.
Stabil jika dicampr dengan etanol gliseril dan air
f. Inkompatibilitas : Propilenglikol tidak kompatibel dengan reagen pengoksidasi
seperti kalsium permanganate.
g. Polimorfisme : 1.4324
5. Mentholum (FI ed III hal 362)
a. Pemerian : Hablur berbentuk jarum atau prisma; tidak berwarna; bau tajam
seperti minyak premen; rasa panas dan aromatic diikuti rasa dingin
b. Kelarutan : Sukar latur dalam air sangat mudah larut dalam etanol 95%
dalam kloroform P dan dalam eter P mudah larut dalam paraffin cair P dan dalam
minyak atsiri
c. Titik lebur: 41- 440C
d. pH larutan :-
e. Stabilitas : Stabil dalam suhu ruang dapat disimpan selama 18 tahun.
f. Inkompatibilitas : Dengan butyl klonal hidrat; kamper; klorat hidrat; kromium
trioksida b-nafrol; fenol kalium permanganate pirogdol; resorsinel dan timol.
g. Polimorfisme :-
6. Methylis Parabenum/Nipagin (FI ed III hal 378)
a. Pemerian : Serbuk hablur halus; putih; hampir tidak berbau; tidak
mempunyai rasa, kemudian agak membakar drikusi, rasa kebal.
b. Kelarutan : Larut dalam 500 bagian air, dalam 20 bagian air mendidih dalam
3,5 bagian etanol 95% dan 3 bagian aseton p mudah larut dalam eter P dan dalam
larutan alkali hidroksida larut dalam 60 bagian gliserol P panas dan dalam 40 bagian
minyak lemak nabati panas jika didinginkan larutan tetap jernih
c. Titik lebur: 125 -1280C
d. pH larutan : 3-6
e. Stabilitas : Lebih mudah terurai dengan adanya udara dari luar
f. Inkompatibilitas : Tidak kompatibel dengan zat lain, seperti bentonin magnesium
trisilicate, talk, tragacan, natrium alginae, minyak essensial, sorbisol dan atropin
g. Polimorfisme :-
7. Propyl Paraben/Nipasol (FI ed III hal 575)
a. Pemerian : Serbuk hablur putih tidak berbau tidak berasa
b. Kelarutan : Sangat sukar larut dalam air larut dalam 35 bagian etanol 95% P
dalam 3 bagian aseton P dalam 140 bagian gliserol P dalam 40 bagian minyak lemak
mudah larut dalam alkali hidrogsida
c. Titik lebur: 95-980C
d. pH larutan : 3-6
e. Stabilitas : Lebih mudah terurai dengan adanya udara dari luar
f. Inkompatibilitas : Magnesium alumunium silikat, magnesium fisilikat oksida besi
kuning.
g. Polimorfisme :-
8. Polyethileglycolum - 400 (FI ed III hal 506)
a. Pemerian : Serbuk licin putih atau potongan putih laring gading, praktis tidak
berbau, tidak berasa.
b. Kelarutan : Mudah larut dalam air, dalam etanol (95%) P dan dalam kloform
P, praktis tidak larut dalam eter P
c. Stabilitas : Stabil diudara dan dalam larutan, meskipun nilai dengan besar
molekul kurang dari 2000 higroskopis, polyetilenglikol tidak mendukung
pertumbuhan mikroba, dan tidak terjadi tengik.
d. Inkompatibilitas : PEG 4000 memiliki inkompatibilitas terhadap bismuth, ichtamol,
benzokain, dan fenol yang mengurangi aktivitas pada seperempat bagian senyawa
ammonium dan hidroksi benzoat.
e. Titik Lebur : 500 C -580 C dan pada suhu kamar berbentuk padat
f. pH larutan : 4,67 – 9,89
g. Polimorfisme :-
BAB III
METODE
A. ANALISIS FORMULA

Bahan (gram) Formulasi Kegunaan % Batas Penggunaan


2
Asam salisilat 2g Antifungi, analgetikum 1x10%
Sulfur PP 5g Antiskabies 3-10%
PEG 400 48 g Zat tambahan Tidak lebih dari 34%
PEG 4000 32 g Zat tambahan Tidak lebih dari 34%
Propilenglikol 12,5 g Humektan/pengawet 1-10%
Menthol 0.3 g - -
Metil paraben 0.02 g Zat pengawet/ antimikroba 0,4-0,8%
Propill paraben 0.18 g Zat pengawet/ antimikroba 0,4-0,8%

B. PERHITUNGAN DAN PENIMBANGAN BAHAN


Perhitungan Bahan :
1). Asam salisilat 2g
2). Sulfur PP 5g
3). PEG 400 48 g
4). PEG 4000 32 g
5). Propilenglikol 12,5 g
6). Menthol 0,3 g
7). Metil paraben 0,02 g
8). Metil paraben 0,18 g
Penimbangan Bahan :
Bahan

Asam PEG 400


Sulfur PP 5g PEG 4000
Salisilat 2 g
48 g 32 g

Martha Uly Sridevi


Viani Yunia Neng Widy
A

Menthol

Metil Propil
Paraben Paraben
Yudilla A.N
0,02 g 0,18 g

Propilenglikol
Sabilla N Fajar R
12,5 g

Hepy Novia
C. PROSEDUR KERJA

No Tahapan Pengerjaan Pelaksanaan Paraf


1 Preformulasi
2 Perhitungan dan penimbangan bahan
3 Produksi
a. Siapkan alat dan bahan
b. Timbang masing-masing bahan yang diperlukan
c. Masukan PEG 400 sebanyak 48 gram dan PEG
4000 sebanyak 32 gram ke dalam cawan
penguap kemudian lebur diatas tangas air (M1)
d. Masukkan 2 g Asam Salisilat ke dalam lumpang
tetesi etanol 95% sebanyak 2-3 tetes gerus
sampai larut
e. Masukkan 0,3 g Menthol ke dalam lumpang
tetesi ethanol 95% 2-3 tetes gerus sampai larut
f. Tambahkan 5 g sulfur pp ke dalam lumpang
gerus ad homogen
g. Tambahkan M1 ke dalam lumpang gerus ad
homogen.
h. Masukkan 12,5 g propilenglikol ke dalam
lumpang sedikit demi sedikit. gerus ad
homogen
i. Tambahkan Metil paraben ke dalam lumpang
gerus ad homogen
j. Tambahkan Propil paraben ke dalam lumpang
gerus ad homogen
k. Kumpulkan sediaan dengan menggunakan
sudip
4 Pengisian
a. Masukkan sediian salep yang telah dibuat
b. Kemudian tutup salep
5 Pengemasan
a. Sediian diberi label berisi formulasi obat
b. Masukkan kedalam kemasan beserta
brosur
6 c. Simpan ke Gudang
Evaluasi
a. Uji Organoleptis
Pengujian ini dilakukan menggunakan
indera manusia yang meliputi indera
penglihatan, penciuman, dan perasa.
b. Uji Homogenitas
Pengujian ini dilakukan dengan cara
melihat homogenitas sediaan tersebut
dengan menggunakan kaca objek kemudian
diamati dibawah mikroskop
c. Uji Daya Lekat
0.5 gram sediaan diletakkan pada objek
glass pada alat uji daya. Ditambah beban
500 g dan didiamkan 1 menit. Setelah 1
menit beban diturunkan. Ditarik beban 65
gram, catat waktunya.
d. Uji Daya Sebar
0,5 gram sediaan diletakkan ditengah alat
ekstensometer. Ditimbang dulu penutup
kaca ekstensometer lalu letakkan di atas
massa sediaan selama 1 menit. Siukur
diameter sediaan yang menyebar dengan
mengambil rata-rata diameter dari
beebrapa sisi. Ditambahkan 50 gram, 100
gram, dan 150 gram beban tambahan,
diamkan selama 1 menit. Dicatat diameter
sediaan yang menyebar,dan membuat
grafik antara luas dan beban sediaan yang
menyebar.
e. Uji proteksi (warna)
Diambil sepotong kertas saring (10x10) cm.
dibasahi dengan larutan pp sebagai
indicator, keringkan (1). Diolesi dengan 0,5
gram sediaan pada kertas saring (2). Pada
kertas saring yang lain, dibuat suhu area
(2,5x2,5) cm dengan paraffin cair (3).
Setelah kering akan didapat areal yang
dibatasi dengan paraffin tersebut.
Ditempelkan kertas saring (no.3) diatas
kertas saring (no.2), dibasahi areal ini
dengan larutan KOH(0,1). Dilihat setelah
kertas saring yang telah dibasahi dengan
larutan PP pada waktu 15,30,45,60 detik, 3
dan 5 menit. Jika tidak ada noda merah
berarti sediaan dapat memberikan proteksi
terhadap cairan.
f. Uji pH Sediaan
Pengujian ini dilakukan dengan
menggunakan kertas pH Universal yang
berwarna kuning, kemudian kertas pH
tersebut dimasukan kedalam sediaan salep
yang sudah dibuat hingga kertas warna
kuningnya tertutup oleh sediaan lalu
tunggu 1 menit dan lihat perubahan warna
pada kertas pH tersebut kemudian hasilnya
sesuai kan dengan warna ketentuan pH
nya.
Distribusi
D. WADAH DAN KEMASAN
BAB IV
HASIL EVALUASI DAN PEMBAHASAN
A. HASIL EVALUASI
Sediaan pembuatan kelompok 2
a. Uji Organoleptis

Sediaan Keterangan Hasil


I
II
III
b. Uji pH

Contoh sediaan jadi yang sudah dipasarkan


a. Uji Organoleptis

Sediaan Keterangan Hasil


I
II
III
b. Uji Homogenitas
c. Uji pH
d. Uji Daya Sebar
e. Uji Daya Lekat

B. PEMBAHASAN
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
A. KESIMPULAN

B. SARAN
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN

Timbang propil paraben 0,18gr Timbang


sulfur sebanyak 5gr Timbang propilenglikol 12,5gr

Timbang PEG 400 sebanyak 48gr Timbang menthol 0,3gr


Timbang metil paraben 0,02gr

Timbang asam salisilat 2gr Timbang PEG 4000 32gr


 Uji Homogenitas

Timbang sediaan sampel sebanyak 0,5grm simpan di kaca objek lalu ratakan ke pinggir
dan sediaan sudah homogen. Tidak ada gumpalan dan warna tercampur rata.

 Uji pH

Masukan pH meter kedalam sediaan tunggu 1 menit setelah 1 menit angkat dan
samakan sediaan salep ini mengandung pH4.

 Uji Menyebar
Timbang sampel 0,5gr di kaca, lalu tutup dengan kaca setelah sudah di tutup dengan
kaca ekstensometer lalu letakan di atas massa sediaan selama 1 menit. Lalu ukur
diameternya. Pada percobaan ke 1 diameteernya sebanyak 4cm, ke-2 5cm, ke-3 5,5cm.

 Uji Daya Lekat

Pada percobaan ke-1 daya lekat dengan 02,79 detik, pada percobaan ke-2 daya lekat
dengan 03,01 detik, pada percobaan ke-3 daya lekat dengan 03,24 detik.

 Uji Organotepris

Dari sediaan tersebut diketahui dengan warna kuning pucat,


bau nya menyengat dan tengik, untuk bentuknya setengah
padat.

Anda mungkin juga menyukai