Anda di halaman 1dari 6

https://sains.kompas.

com/read/2017/11/18/203200723/mirip-manusia-paus-dan-lumba-lumba-
ternyata-juga-berbudaya

KOMPAS.com- Tanpa kita sadari, perilaku berbudaya manusia juga dilakukan oleh mamalia di laut, yaitu
paus dan lumba-lumba. Namun, seperti apa kemiripannya? Sama seperti manusia, paus dan lumba-
lumba yang masuk dalam ordo cetacea hidup berkelompok, memiliki hubungan sosial yang kompleks,
dan berkomunikasi dengan dialek daerah. Peneliti mengaitkan kompleksitas budaya cetacea tersebut
dengan ukuran dan perkembangan otak para mamalia laut tersebut. Ilmuwan dari Universitas
Manchester, Universitas British Columbia di Kanada, The London School of Economics and Political
Science (LSE), dan Univesitas Stanford di Amerika Serikat bersama-sama melakukan studi tersebut. Tim
mengumpulkan data dari 90 spesies lumba-lumba, paus, dan ikan pesut. Hasilnya, peneliti menemukan
banyak bukti bahwa lumba-lumba (Cetacea) memiliki sifat perilaku sosial dan kooperatif yang mirip
dengan budaya sosial manusia. Baca juga: Fakta Lumba-lumba, Makin Besar Otaknya, Makin Supel
Proses tersebut menunjukkan bahwa karakteristik sosial dan budaya mamalia laut erat hubungannya
dengan ukuran dan perluasan otaknya, yang sering disebut encephalisation. Tim menggunakan
perangkat data untuk menguji hipotesis sosial otak (SBH) dan hipotesis otak budaya (CBH). SBH dan CBH
adalah teori evolusi yang awalnya dikembangkan untuk menjelaskan otak besar pada primata dan
mamalia darat. Akhirnya, mereka berpendapat bahwa otak besar merupakan respons evolusioner
terhadap lingkungan sosial yang kompleks dan kaya informasi. Namun demikian, hipotesis ini baru
pertama kali diterapkan pada mamalia laut 'pintar' dalam skala besar. Penelitian yang diterbitkan di
Nature Ecology & Evolution tersebut menyebutkan karakteristik unik lumba-lumba yang juga terjadi
pada masyarakat manusia, di antaranya adalah: Bekerja sama untuk saling menguntungkan (hubungan
aliansi yang kompleks), Mengajarkan cara berburu dan cara menggunakan alat, Kerjasama tim,
Berkomunikasi berdasar ciri vokalisasi kompleks atau dialek daerah saat berkomunikasi dengan teman
sekelompok, Menggunakan panggilan dengan cara membunyikan suara khas, Bekerja bersama dengan
kelompok spesien lain, Merawat hewan muda yang bukan keturunannya, serta Melakukan permainan
sosial. Ahli biologi evolusioner di Sekolah Ilmu Bumi dan Lingkungan Manchester, Dr Susanne Shultz,
mengatakan kemampuan manusia untuk berinteraksi dan membuat peradaban sosial, telah membuat
manusia menjajah hampir di setiap ekosistem dan lingkungan di planet ini. Kemampuan ini ternyata
juga dimiliki oleh paus dan lumba-lumba, dengan otak yang sangat besar dan anatomis canggih yang
mereka miliki. Baca juga: Mengenal Ambergris yang Dimuntahkan Paus Sperma di Bengkulu "Ini
merupakan evolusi otak, struktur sosial, dan kekayaan perilaku mamalia laut. Memberikan pengertian
adanya hubungan paralel yang unik dan mencolok dengan otak besar serta jiwa sosial pada manusia
dan primata di darat," kata Shultz, serpti dikutip di Science Daily, Senin (16/11/2017). Dia melanjutkan,
sayangnya, mereka tidak akan pernah bisa meniru kota metropolitan dan teknologi hebat manusia
karena tidak memiliki jari jari tangan. Hal yang sama diungkapkan oleh Dr Michael Muthukrishna,
Asisten Profesor Psikologi Ekonomi di LSE. "Penelitian ini bukan hanya tentang melihat kecerdasan paus
dan lumba-lumba, namun juga memiliki konsekuensi antropologi yang penting. Kita perlu memahami
apa yang membuat manusia berbeda dengan hewan lain. Untuk melakukan ini, kita memerlukan
kelompok kontrol selain primata, dan cetacea adalah kelompok yang bisa dipertimbangkan," kata
Munthukhrisna. Dr Kieran Fox, seorang ahli neurosains di Stanford University, menambahkan, mereka
memiliki struktur otak yang berbeda dari kita sehingga beberapa peneliti berpendapat bahwa paus dan
lumba-lumba tidak dapat mencapai kognitif dan keterampilan sosial yang lebih tinggi. "Saya pikir
penelitian kami menunjukkan bahwa ini jelas tidak demikian. Sebaliknya, sebuah pertanyaan baru
muncul: Bagaimana pola struktur otak yang sangat beragam pada spesies yang sangat berbeda dapat
menimbulkan perilaku kognitif dan sosial yang sangat mirip? " tutup Fox.

Penulis : Michael Hangga Wismabrata

https://sains.kompas.com/read/2018/05/29/193200423/ahli-ungkap-perasaan-lumba-lumba-yang-
hidup-di-penangkaran
KOMPAS.com - Manusia akan bahagia saat berjumpa atau bisa bermain dengan lumba-lumba. Namun,
bagaimana perasaan lumba-lumba di penangkaran? Untuk pertama kalinya ilmuwan Perancis mencoba
mengukur tingkat kebahagiaan lumba-lumba di penangkaran. Hal ini untuk mengetahui tingkat
kesejahteraan lumba-lumba. Setelah tiga tahun mengamati interaksi lumba-lumba dan pawangnya,
laporan mereka akhirnya terbit di jurnal Applied Animal Behavior Science bulan ini. Kesimpulan laporan
itu menyebut lumba-lumba sangat antusias dan bahagia saat bertemu dengan manusia yang sudah
dikenalnya. Dalam hal ini tak lain pawang atau pelatih lumba-lumba. Baca juga: Di Bali, Gigi Lumba-
lumba Dicabut Agar Tak Lukai Wisatawan Dirangkum dari BBC, Senin (28/5/2018), ikatan yang baik
antara manusia dan lumba-lumba akan berdampak baik pula untuk kesejahteraan hewan. Sebelumnya,
Dr Isabella Clegg bersama koleganya dari Universitas Paris merancang eksperimen untuk mengetahui
perasaan lumba-lumba lewat sejumlah kegiatan dan bagaimana gerakan tubuh lumba-lumba
mengekspresikannya. "Kami ingin mencari tahu kegiatan apa yang paling mereka sukai," ujar Clegg
kepada BBC. Ada tiga kegiatan yang diujikan. Pertama pelatih datang dan bermain dengan lumba-
lumba. Kedua, pelatih masih di dalam kolam dan memberikan beberapa mainan untuk lumba-lumba.
Terakhir, pelatih meninggalkan lumba-lumba bersama mainannya. "Dari sini kami menemukan sesuatu
yang sangat menarik. Semua lumba-lumba nampak menanti kesempatan untuk dapat berinteraksi
dengan manusia yang dikenalnya," jelas Clegg. Perasaan itu ditunjukkan lumba-lumba dengan
mengintip permukaan air dan melihat ke arah tempat pelatih biasanya datang. Saat pelatih sudah
datang, mereka akan meningkatkan aktivitas dan menghabiskan lebih banyak waktu di tepian kolam.
Menurut Clegg, perilaku lumba-lumba ini sama seperti hewan lain yang ada di penangkaran. Baca juga:
Teka Teki Buaya Purba Berevolusi Jadi Lumba-lumba Terjawab Memelihara lumba-lumba di tempat
penangkaran selama ini menjadi pro kontra di Perancis. Namun, pemerintah setempat belum lama ini
mencabut larangan penangkaran lumba-lumba. Bagi Clegg, temuannnya ini akan meningkatkan
kehidupan ribuan hewan yang menghabiskan hidup mereka di tempat penangkaran. "Bagi hewan yang
hidup di penangkaran, sangat penting untuk mengetahui apakah hewan-hewan ini hidup sejahtera.
Salah satu cara yang bisa kita lakukan adalah mengamati perilaku mereka untuk memahami perasaan
mereka," ujar Clegg. "Namun jika mereka hidup sejahtera di penangkaran, kami masih membutuhkan
lebih banyak penelitian untuk memastikan kehadiran hewan-hewan ini membuat orang tertarik dengan
konservasi. Jika mereka di penangkaran hanya untuk hiburan, itu tidak bisa dibenarkan," tegasnya.

Penulis : Gloria Setyvani Putri

Editor : Gloria Setyvani Putri

https://www.pontianakpost.co.id/mengenal-lumba-lumba-mamalia-laut-yang-ramah

Kecerdasan dan keunikan yang dimiliki lumba-lumba, membuatnya sangat dicintai berbagai kalangan
usia, mulai dari anak-anak sampai orang dewasa. Lumba-lumba juga dikenal sebagai hewan yang ramah
dan menyenangkan karena kerap berinteraksi langsung dengan manusia. Eits.. meski tinggal di laut
lepas, lumba-lumba bukan termasuk spesies ikan, lho!

· Ciri Umum Mamalia Laut & Jenis Lumba-Lumba

Menurut drh. Dwi Suprapti, M.Si secara biologis, lumba-lumba termasuk dalam Infraordo Cetacea dari
Kelas Mamalia. Inilah yang membuat lumba-lumba secara umum disebut mamalia laut. FYI, guys
mamalia laut memiliki ciri umum seperti bergerak dengan mengandalkan pergerakan ekor secara
vertikal, bernafas menggunakan paru-paru, nggak bersisik, dan menyusui.

Marine Species Conservations Coordinator WWF Indonesia menuturkan terdapat 90 jenis mamalia laut
di dunia dan 35 jenis diantaranya ditemukan berada di Indonesia. Namun, dari 35 jenis mamalia laut
yang ada di Indonesia. Hanya terdapat 20 jenis saja yang termasuk dalam keluarga lumba-lumba
(Delphinidae), yaitu Long-beaked common dolphin (D. capensis tropicalis).

Short-beaked common dolphin (D. delphis), Pygmy killer whale (F. Attenuata), Short-finned pilot whale
(G. macrorhynchus), Risso's dolphin (G. griseus), Fraser's dolphin (L. hosei), Finless porpoise (N.
phocaenoides), Irrawaddy dolphin (O. brevirostris), Killer whale (O. orca), Melon-headed whale (P.
electra), dan False killer whale (P. crassidens), Indo-Pacific humpback dolphin (S. chinensis).

Australian humpback dolphin (S. sahulensis), Spinner dolphin (S. l. longirostris), Dwarf spinner dolphin
(S. l. roseiventris), Striped dolphin (S. coeruleoalba), Pantropical spotted dolphin (S. attenuata), Rough-
toothed dolphin (S. bredanensis), Indo-Pacific bottlenose dolphin (T. aduncus), dan Common bottlenose
dolphin (T. truncatus).

· Karakteristik Fisik, Habitat, Perilaku, Reproduksi & Usia

Setiap jenis lumba-lumba memiliki karakteristik fisik, habitat, perilaku, siklus reproduksi, dan usia yang
berbeda-beda. Namun, beberapa fakta umum menyatakan lumba-lumba memiliki rentang usia antara
24 sampai 70 tahun, dimana masa hamil sekitar delapan sampai 14 bulan dan masa melahirkan satu
anak dengan kisaran waktu satu sampai tiga tahun sekali.

“Sedangkan, rentang lumba-lumba menyusui berkisar selama satu sampai satu setengah tahun,”
ujarnya.

Keberadaan lumba-lumba juga mengindikasikan suatu daerah memiliki banyak ikan. Untuk
makananannya sendiri, lumba-lumba kerap mengonsumsi kumpulan ikan, cumi-cumi (cephalopod),
maupun udang (crustacean) di perairan. Lumba-lumba bersifat sosial serta berkomunikasi, mengatur
arah gerak, dan mencari makan dengan gelombang suara.

Meski mencari makan dengan gelombang suara, lumba-lumba sangat sensitif terhadap suara, lho!
Bahkan, kecepatan suaranya secara langsung berhubungan dengan kepadatan medium. Hal ini
dikarenakan air lebih padat daripada udara, sehingga suara di air melaju lebih cepat dan dengan
atenuasi kurang dari pada suara di udara.

“Kecepatan suara di udara berkisar 340 meter per detik. Sedangkan, kecepatan suara di air laut rata-
rata 1530 meter per detik. Namun dapat bervariasi sesuai faktor yang mempengaruhi kepadatan,”
cuapnya.

Faktor fisik utama yang mempengaruhi kepadatan air laut adalah salinitas, suhu, dan tekanan. Setiap
kenaikan salinitas satu persen, kecepatan akan meningkat satu setengah meter per detik. Setiap satu
derajat celcius penurunan suhu, kecepatan akan berkurang empat meter per detik, dan untuk setiap
kedalaman 100 meter, kecepatan meningkat satu koma delapan meter per detik.
Sehingga, kecepatan suara dalam air sebesar empat koma lima kali lebih cepat daripada di udara.
Artinya, suara kebisingan diudara dapat merambat ke air empat koma lima kali lipat lebih nyaring
dibandingkan di udara. Dengan demikian, polusi suara di udara yang merambat ke dalam air dapat
mengganggu sistem sonar atau gelombang suara pada lumba-lumba.

· Habitat & Konservasi

Populasi lumba-lumba di alam nggak diketahui secara pasti mengingat distribusi lokasi dan wilayah
jelajah lumba-lumba sangat terbuka diperairan luas. Berbeda halnya dengan lumba-lumba air tawar,
seperti pesut mahakam yang hidup terbatas di wilayah perairan Sungai Mahakam. Sehingga, dapat
diiketahui populasinya berkisar 90 ekor.

Perempuan berhijab ini mengatakan, menjaga habitat hidup lumba-lumba melalui perlindungan
kawasan adalah salah satu bentuk upaya konservasi lumba-lumba di Indonesia. Lumba-lumba dapat
hidup, makan, bermain dan bereproduksi dengan bebas, seperti halnya di kawasan Taman Nasional
teluk Cenderawasih, Taman Nasional Wakatobi, KKPD.

Begitu pula di Raja Ampat dan lain sebagainya yang merupakan salah satu tempat hidup dan
berkembang biaknya lumba-lumba. Oh, ya guys pengertian konservasi lumba-lumba nggak selalu
berupa pemeliharaan khusus hingga berkembang biak dalam sebuah penangkaran, salah satunya adalah
melalui upaya perlindungan habitat.

Dwi menyarankan salah satu bentuk kontribusi masyarakat yang bisa dilakukan dalam mendukung
upaya konservasi atau turut menjaga populasi lumba-lumba di alam adalah salah satunya dengan
menjaga habitat alaminya serta tidak memburu dan mengonsumsi daging lumba-lumba.

· Menjaga Populasi & Kontribusi Masyarakat

Dalam lima tahun terakhir, beberapa daerah di Kalimantan Barat, yaitu Kabupaten Kubu Raya, Kayong
Utara, dan Mempawah masih sering dijumpai kasus pemanfaatan lumba-lumba untuk tujuan konsumsi.
Khususnya, lumba-lumba hidung pesek atau biasa disebut Pesut laut (Irrawady dolphin).

Nggak hanya sekadar menjaga habitat, mengurangi perburuan dan mengonsumsi daging lumba-lumba.
Dwi berharap masyarakat dapat berkontribusi dengan nggak membuang sampah dan limbah
sembarangan ke perairan yang dapat berdampak kepada kesehatan lingkungan maupun lumba-lumba.
Selain itu, apabila berlalu lintas menggunakan kapal atau speed boat sebaiknya menghindari lokasi yang
menjadi jalur migrasi lumba-lumba.

“Jika nggak ada pilihan maka dapat mengurangi kecepatan mesin kapal apabila melintasi area atau
habitat lumba-lumba,” ujar Dwi.
Dan, apabila masyarakat atau nelayan nggak sengaja menjaring lumba-lumba, sebaiknya langsung
melepaskan lumba-lumba kembali ke alamnya agar dapat memberikan kesempatan hidup yang lebih
besar bagi lumba-lumba, dibandingkan harus di jual, dipelihara ataupun dikonsumsi.

“Namun, apabila lumba-lumba dalam kondisi sakit ataupun mati segera laporkan kepada aparat terkait
diantaranya BKSDA, PSDKP, BPSPL maupun DKP,” pungkasnya.(ghe)

https://repository.ipb.ac.id/handle/123456789/16738

PDF

https://nasional.sindonews.com/read/1091594/15/perubahan-perilaku-lumba-lumba-saat-gerhana-
matahari-total-1457507981

JAKARTA - Taman Impian Jaya Ancol melakukan pengamatan dampak gerhana matahari total
terhadap satwa yang yang berada di Ocean Dream Samudra. Pengamatan ini melibatkan Lembaga
Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI).

Peneliti Biodervitas dan Konservasi Sumber Daya Laut LIPI, Hagi Yulia Hugea mengatakan, saat
gerhana matahari total terjadi, ternyata perilaku lumba-lumba berbeda. Menurutnya, hewan yang
terkenal sebagai sahabat manusia ini lebih diam dibandingkan biasanya yang selalu lincah.

"Pengamatan tadi ternyata walaupun kondisi gerhana matahari total, masih terlihat karakter alamiah
hewan untuk melindungi diri dia merespons fenomena alam. Lumba-lumba itu nyaris beristirahat dan
berdiam diri. Lebih banyak menyembunyikan di kolam," ujar Hagi Yulia, Jakarta, Rabu (9/3/2016).

Dia menjelaskan, lumba-lumba merasakan ketakutan saat gerhana matahari total tiba. Hewan
mamalia laut tersebut, kata dia, merasa aneh mengalami perubahan dari siang ke malam yang
mendadak.

"Karena dia takut terjadi perubahan tiba-tiba gelap. Apalagi daya gravitasi daya tarik bulan ke
matahari yang memengaruhi insting hewan. Ternyata hewan juga takut," jelasnya.

Lanjutnya, terjadi juga perilaku mencolok pada lumba-lumba lebih cenderung menyelam. Ini terjadi
karena lumba-lumba bingung dengan fenomena alam yang terjadi mendadak.

ADVERTISEMENT

"Paling dominan dia menyembunyikan diri. Dia jarang melompat. Tadi dia enggak beraktivitas. Dia
kebingungan, apakah ini sudah malam atau tidak, dan dia bingung antara tidur atau lompat,"
tandasnya.

https://www.researchgate.net/publication/315686451_KARAKTERISTIK_BIOAKUSTIK_DAN_TINGKAH
_LAKU_LUMBA-
LUMBA_JANTAN_HIDUNG_BOTOL_Tursiops_aduncus_BIOACOUSTIC_CHARACTERISTIC_AND_BEHAVI
OUR_OF_BOTTLE_NOSE_MALE_DOLPHINS_Tursiops_aduncus

PDF

Anda mungkin juga menyukai