Anda di halaman 1dari 3

Bagi PT.

Insera Sena, Penulis berpendapat bahwa implementasi konsep strategi komunikasi


pemasaran yang dilakukan sudah cukup baik dan menarik. Dimana strategi yang dipilih
mengkombinasikan tools tradisional dan tools modern yang sesuai dengan perkembangan
masyrakat sekarang. Pelaksanaan Event, Publikasi Online, Pembentukan Komunitas merupakan cara
yang sangat efektif untuk menjaga loyalitas konsumen serta dapat menambah omset penjualan.
Namun dalam setiap acara yang selenggarakan kurang didapatnya sebuah evaluasi secara tim
penyelenggara dan hasil dokumentasi acara yang kurang rapi dalam penyimpanannya. Bila evaluasi
dan penyimpanan dilakukan secara teratur maka hal tersebut sangat berguna bagi kepentingan
perusahaan kedepannya.

Mengingat terbatasnya waktu dalam merancang sepeda untuk orang usia lanjut ini maka
pengembangan desain sepeda untuk orang usia lanjut terus dilanjutkan dengan meneliti lebih detail
mengenai postur/posisi bersepeda yang ideal serta kekuatan orang usia lanjut dalam bersepeda.
Selain itu nantinya diharapkan penelitian lebih mendalam mengenai powermeter sebagai komponen
vital bagi orang usia lanjut dalam bersepeda. Penelitian tersebut meliputi peningkatan fungsi dari
powermeter yang tidak hanya mendeteksi denyut jantung dan jarak orang usia lanjut dalam
bersepeda tetapi juga mengukur kecepatan, ritme nafas, dan lain – lain yang dapat memberikan
keamanan bagi orang usia lanjut dalam bersepeda. Diharapkan dalam pengembangan desain sepeda
untuk orang usia lanjut selanjutnya diharapkan lebih memperhatikan kepada aspek estetika untuk
lebih menampilkan image dari orang usia lanjut pada desain sepeda. Serta melakukan studi yang
lebih mendalam pada aspek manufakturing dari produk sehingga dapat diwujudkan desain sepeda
yang ideal untuk usia lanjut.
Memang hingga saat ini, Polygon sangat rajin menggelar dan mensponsori event. Dalam setahun tak
kurang dari 400 kegiatan. Santoso Lie, Head of Public Relations and Communication Dispoly
Indonesia, mengatakan bahwa untuk mengelola event sebanyak itu, pihaknya sering menggandeng
sejumlah komunitas dan polygoners (komunitas Polygon) yang jumlahnya ribuan di berbagai kota.
Menggandeng komunitas menjadi salah satu nilai lebih Polygon dalam menggarap pelanggan, dan
bisa diperbantukan dalam mengelola event sebanyak itu. “Kami menyeleksi ribuan proposal yang
masuk yang mendukung visi dan misi Polygon,” katanya.

Selain menggarap event, Polygon pun rajin berpromosi lewat jalur above the line (ATL) dan below
the line (BTL) serta media sosial yang memiliki tim sendiri. “Semua kami bidik untuk melakukan
branding Polygon,” ungkap Santoso. Promo BTL dibagi dua: sosial (CSR) dan nonsosial. Contoh untuk
sosial adalah memberikan dukungan dalam berbagai bentuk bagi komunitas, panti asuhan,
pemerintah, dll. “Bentuk bantuannya bisa berupa pemberian atau pinjaman sepeda, tempat parkir
atau gantungan sepeda. Bahkan, di berbagai hotel atau restoran hal tersebut juga sering kami
lakukan,” kata Didik Suharsono, Head Promotion East Dispoly Indonesia, menambahkan.

Polygon juga rajin menggelar kompetisi. Yang akan terus dilakukan adalah kompetisi membuat
desain sepeda yang penyelenggarannya bekerja sama dengan Institut Teknologi Bandung. Untuk
menjaring peserta dalam kompetisi tersebut pihaknya dan ITB sampai melakukan roadshow ke luar
negeri seperti Jepang dan Malaysia. Tak mengherankan, peserta dalam kompetisi tersebut pun
banyak yang dari luar negeri. Selain dari Jepang dan Malaysia, juga ada yang dari Singapura dan
Jerman.

Keunikan Strategi Pemasaran Polygon

Dalam aktivitas pemasarannya, diusahakan selalu kontak dan engage langsung dengan konsumennya
sehingga setiap tahun Polygon mensponsori lebih dari 400 event.

Polygon juga mengembangkan aktivitas experential marketing yang mendorong terjadinya word of
mouth sehingga didiskusikan di beberapa komunitas online.
Menyediakan wadah — online ataupun offline — untuk melakukan sharing pengetahuan atau
informasi terkait isu lingkungan, kesehatan, safety, coaching clinic, dll. Diharapkan, mereka yang
aktif terlibat dalam knowledge/information sharing akan meningkatkan kapasitas mereka dalam
mengonsumsi atau meredefinisi ulang cara konsumsi sebelumnya. Di samping itu, perusahaan juga
mendapatkan tambahan pengetahuan bagaimana meningkatkan performa produk atau
memengaruhi cara konsumsi konsumen.

Polygon juga bekerja sama dengan komunitas karyawan untuk mengembangkan sepeda dengan
identitas perusahaan tersebut.

Polygon fokus pada para trendsetter dan early adopter di setiap komunitas atau kelompok. Sebagai
contoh, mereka pernah melakukan fun bike dengan presiden, menteri, gubernur, tokoh masyarakat,
selebritas, dll. Gerakan ini diharapkan berpengaruh terhadap keinginan konsumen untuk bersepeda.
Di samping itu, Polygon juga dekat dengan tokoh di komunitas sepeda. Tentu, hal ini akan
berpengaruh terhadap produk yang sedang mereka pasarkan.

Komunitas memberi dorongan besar bagi bisnis, seperti memberikan word-of-mouth, dan juga
feedback bagi perusahaan. Tak heran bila banyak perusahaan yang rela membayar mahal demi
kehadiran sebuah komunitas.

Pentingnya peran komunitas, baik yang terbentuk secara offline maupun online, telah disadari oleh
banyak perusahaan, termasuk Polygon. Polygon paham betul betapa pentingnya peran komunitas
dalam bisnis. Hal itu terlihat dari strategi bisnisnya yang merujuk pada komunitas.

“Komunitas adalah strategi marketing kami,” tutur Peter Mulyadi, GM Marcomm and E-Commerce
PT Insera Sena.

Komunitas yang pertama kali diajak berkolaborasi oleh Polygon adalah Bike to Work. Komunitas satu
ini dianggap memiliki kesamaan visi dengan perusahaan, yakni memasyarakatkan bersepeda di
tengah masyarakat. Banyak kolaborasi yang dilakukan keduanya untuk menghadirkan produk-
produk terbaik, tidak hanya sepeda, namun juga pernak-perniknya.

Keseriusan Polygon dengan komunitas terlihat dari bagaimana Polygon memperlakukan komunitas
itu sendiri. Polygon menempatkan orang-orangnya di komunitas Bike to Work, begitu pun
sebaliknya.

Anda mungkin juga menyukai