Anda di halaman 1dari 50

0

A. DEFINISI

1. Koi

Koi berasal dari kata „Ni shikigoi‟ atau „Ni shikiKoi‟, yang terdiri dari 2
kata yaitu „Ni shiki’ yang artiny a „kain bersulam emas/perak‟ dan „Koi’
yaitu „Ikan Mas/Ikan karper‟. Koi dalam bahasa Jepang bisa berarti „cinta‟
atau „percintaan‟.

Orang Jepang lebih mengenal Nis hikigoi ketimbang Koi. Bila anda
bertanya tentang K oi kepada orang Jepang, maka yang ditunjuk adalah
ikan mas untuk dikonsumsi.

Mengapa orang Jepang menyebutnya „Ni shikigoi‟ ?


Karena memang K oi memiliki pola dan warna yang indah dan beraneka
ragam seperti ornamen pada kain yang mereka pakai.

Sebelum perang dunia ke-2, Nishikigoi sempat popular dengan beberapa


nama antara lain ; Colored Koi, Flowery Koi, Figured Koi at au Fancy
Koi, tetapi selama masa perang, pemerintah Jepang melarang
penggunaan kata Colored atau Flowery, dan sejak saat itu namanya
menjadi „Ni shikigoi‟.

1
Kata „Koi‟. pertama kali dipakai sekitar 2.500 tahun yang lalu di Cina, yaitu
pada tahun 533 SM ketika anak laki-laki dari Confucius (Kong-Zi) lahir,
Raja S hook o dari kerajaan Ro (Lu) memberinya hadiah berupa ikan yang
diberi nama Koi.
Koi akhirnya dikenal sebagai sebutan singkat dari Nishikigoi dan berlaku
universal unt uk memberi nama ikan sejenis ikan mas yang memiliki
berbagai pola dan warna yang indah di punggungnya.

Di Jepang, Koi telah mendapat berbagai julukan ant ara lain, „Samurai
Fish‟, „Kokugyo‟ dan „National Fish‟. Ada juga yang menjulukinya
dengan “The Living Jewels”, “Swimming Jewels”, “King Of
Ornamental Fish” dll.

2. Sejarah Koi.

Apakah benar ikan Koi pertama kali lahir di Jepang ?


Tak ada seorangpun yang mengetahui secara pasti, darimana Koi ini
sebenarnya berasal. Tapi banyak yang perc aya bahwa ikan karper biasa
(Cyprinus Carpio) awalnya berasal dari Persia dan Asia Barat.

Kemudian ikan karper ters ebut


masuk ke Cina dan Korea melalui
transaksi perdagangan atau
kemungkinan bersama aliran air
alami, pada sekitar 1.000 tahun yang
lalu. Dalam sebuah partitur Cina
kuno yang ditulis pada era Dinasti
Chin (265 – 316 M) terdapat sekelumit
penjelasan tentang ikan karper
dengan warna merah, putih, hitam
dan biru. Di Jepang, pada sekitar tahun 1.300, Ikan karper kehitam-
hitaman ditengarai juga telah dipelihara oleh para petani untuk
dikonsumsi pada musim panas. Ikan karper itu diberi nama Magoi. „Ma’
(bahasa Jepang) artinya asli, tulen atau orisinil, sedangkan „ Goi’ atau Koi
artinya ikan karper warna-warni. Dengan demikian Magoi diyakini
sebagai asal usul Koi.

2
Menjelang akhir musim gugur, ikan karper tersebut ditangkap dan
diasinkan sebagai tambahan lauk selama musim dingin. Tetapi pada
sekitar tahun 1.800 M, sebagian petani padi di Niigata t epat nya di desa
Yamakoshi, Prefektur Ojiya dekat pantai barat laut Jepang, menemukan
ikan karper yang berwarna merah dan putih. Kemudian mereka
memutuskan untuk membudidayakan ikan-ikan tersebut.

Selanjutnya ikan karper tersebut secara selektif dikembangkan melalui


teknik perkawinan silang (cross breeding), hingga dapat menghasilkan
ikan dengan berbagai pola dan warna.

Dongeng Seputar Koi

Dalam Buku Nishonsoki dipetik sebuah kisah, konon pada suatu hari,
Kaisar Kejkou mengunjungi propinsi Mino pada bulan Februari tahun 94
M.

Ketika melihat seorang anak perempuan dari Pangeran Yasakairihiko


Otohime, sang Kaisar seketika jatuh hati pada pandangan pertama.
Begitu mendengar keinginan Kaisar untuk mempersuntingnya, sang putri
menolak dan melarikan diri ke dalam hutan.

Kaisar tak kekurangan akal. Agar s ang putri tertarik, Kaisar mengambil
sepasang ikan Koi yang baru saja didat angk an dari Cina. Mendengar
kabar tersebut sang put ri penasaran dan ingin sekali melihatnya.

Aneh bin ajaib, sang putri akhirnya bersedia keluar hutan dan memenuhi
undangan mak an malam Kaisar sekaligus melihat keindahan ikan Koi.
Sang putri yang semula menolak cinta sang Kaisar akhirnya dapat
menerima dan merek a saling jatuh cinta atau dalam bahasa Jepang
disebut „K oi‟. Mungkin dari cerita inilah kata K oi makin berkembang untuk
menyebut ikan yang dapat membuat jatuh hati.

3
Pengembangan Nishikigoi di Jepang

Nishikigoi di Jepang pertama kali dikembangkan pada sekitar tahun


1820. Varit as pertama yang dihasilkan pada waktu itu adalah „Hi-Goi‟,
„Hi‟ berarti merah (api), Asagi dan Bekko. Sejak saat itu harga Nishikigoi
menjadi semakin mahal.

Daerah yang khus us memproduksi Nishikigoi awalnya adalah di desa


Nagaoka (sekarang Niigata). Nishikigoi terus dikembangk an dan sampai
pada era Dinasti Meiji (1875 M) terciptalah varitas baru yakni Ki-Utsuri.

Kemudian pada era Tais ho (1912-


1926), telah diternakkan beberapa
varitas lainnya seperti Shiro Utsuri,
Ki Utsuri, Tai sho San shoku dan
Kohaku.

Pada era Dinasti Showa muncullah


Ginrin, Ogon dan Kawarimono.

Pada sekitar tahun 1900, ikan karper


kaca (Mirror Carp) berwarna hitam
didatangkan dari Jerman.
Sesuai namanya, sisik ikan karper
kaca ini tidak lengkap atau nyaris
tanpa sisik dan badanny a licin seperti
kaca.
Taisho Emperor
Konon yang didatangkan 50 ekor,
sedangkan yang hidup hanya 5 ekor yakni 4 ekor betina jenis leather carp
(tanpa sisik sama sekali ) dan 1 ekor jantan dengan sisik besar
(mirror carp) di punggung dan perut.

Melalui persilangan dengan Koi yang sudah ada, maka lahirlah Doitsu
Ni shikigoi. „Doi tsu‟ (baca doits) dalam bahasa Jepang artinya „Jerman‟
(Deutche).

4
Koi pert ama kali diekspor keluar Jepang pada tahun 1938 ke San
Fransisco AS. Kemudian ke Hawai (1947), Kanada (1949) dan B rasil
(1953). Koi kemudian dipelihara di seluruh dunia sejak awal tahun 1980
dan kini budidaya Koi telah menjadi industri besar di Jepang.

. Koi di Indonesia
.
Koi pertama kali mas uk ke
Indonesia sekitar tahun 1981 -
1982 yang kala itu didatangkan
oleh Dragon Feng dan Hani
Moniaga, langsung dari Jepang.
Sejak saat itu, Koi mulai
dipelihara dan makin populer di
Indonesia.

Koi Kumpay Setahun sebelumnya, pemerintah


Indonesia mengirimkan 60 ekor
ikan Kumpay (Ikan mas dengan sirip panjang) berwarna hijau dan kuning
dari daerah Bogor dan Cibalagung (Jawa Barat) kepada Pangeran Akihito
untuk disilangkan dengan Koi Jepang.

Sepuluh tahun kemudian P angeran Akihito mengirimkan kembali ke


Indonesia hasil silangan tersebut yaitu sebanyak 50 ekor kumpay
silangan yang kemudian disebut Hirenaga Koi. Silangan tersebut terdiri
dari Platinum (1982), Kohaku (1993), Asagi dan Shusui (1988) sert a
Taisho Sans hoku (1989).

Sentra Budidaya Koi di Indonesia.

Awal mula budidaya Koi dilakukan oleh peternak ikan di daerah


Sukabumi Jawa Barat sekitar tahun 1982. Kemudian pada t ahun 1986,
ada seorang petani membawa sejumlah bibit Koi ke daerah Blitar untuk
dibudiday akan. S ejak saat itulah Koi mulai ramai dibudidayak an di kedua
daerah tesebut.

5
Popularitas Koi sebagai ikan penghias kolam membuat harganya menjadi
makin mahal, sempat menggeser ikan Mas dan ikan Gurami sebagai
produk ut ama perikanan air tawar. Para petani ikan konsumsi kemudian
beralih membudiday akan Koi sebagai sumber penghasilan merek a.

Hingga saat ini, sentra budidaya Koi terutama berada di Blitar dan
Sukabumi, juga daerah lainnya seperti Banjarnegara, Cianjur, B andung
(Jawa Barat), Klaten, Magelang (Jawa tengah), Magetan, Kediri, Tulung
Agung (Jawa Timur) dan daerah lainnya di pulau Jawa.
Kian hari, kualitas Koi yang diproduksi oleh para pembudidaya Koi di
daerah tersebut makin meningkat, terutama Koi yang berasal dari daerah
Blitar yang telah mampu bersaing dengan Nishikigoi (Koi eks impor
Jepang) pada berbagai acara Kontes Koi (Koi Show)

3. Keistimewaan Koi

Rajanya Ikan Hias


Koi dengan berbagai bentuk pola dan
warna di punggungnya, tampak seperti
memakai baju beraneka rupa. B egitu
banyak varitas Koi yang ada, semakin
menambah penasaran bagi para pecinta
untuk mengkoleksinya. Dia diciptakan
dengan kepala yang besar serta
sepasang kumis di dekat mulut nya.
Cara berenang yang tenang, berlenggak
lenggok, bagai sang raja yang s edang
berjalan dengan baju kebesarannya.
Sebagai penghias kolam, Koi tak ada
tandingannya.

Pertumbuhan Koi cukup pes at, sejak burayak s/d 1 tahun Koi bisa
mencapai panjang 40 cm, bertambah menjadi 50 cm pada tahun ke-2,
pada tahun ke-3 menc apai 60 cm, tahun ke-5 bisa mencapai 70 cm dan
sampai tahun ke-10 bisa lebih 100 cm. Rekor Koi terpanjang adalah 153
cm dengan berat 45 kg.

6
Umur Panjang dan Ikan Pemberani
Koi adalah ikan yang berani dan pantang menyerah, meski terluka
sekalipun. Maka dari itu ada yang menyebutnya Ikan Samurai. Rata-rat a
umur Koi 70 tahun, tetapi ada yang sampai ratusan tahun.

Sejarah mencatat Koi t ertua di dunia yaitu


Hanako yang dipelihara oleh Mr Komei
Koshihara (Pemilik Nagoya Woman‟s College)
di Higashi Sirak awa Kamogun, P ropinsi Gifu di
Jepang. Koi betina dengan jenis Hi Goi (warna
merah polos) dipercaya telah berumur 126 tahun.
Dia lahir 25 tahun sebelum hari kemerdekaan
negara Amerik a Serikat. Berat tubuhnya 9 Kg,
dengan panjang 77 cm. Namun sayang Koi
tersebut telah mati pada tanggal 17 Juli 1977 dan
berdasarkan hasil penelitian sisiknya melalui
mikroskop, Hanako tercatat sebagai Koi tertua

Hanako, Koi tertua di sepanjang masa.


dunia

Dengan semangat pemberaninya itu, Koi dikisahkan telah mampu


mendaki dan melawan arus air terjun di sungai Kuning Cina. Dari sinilah
Koi dianggap sebagai simbul perjuangan hidup. Dalam berbagai pesta
kekaisaran Jepang, Koi menjadi hidangan istimewa dan mereka percaya,
Koi membawa keberunt ungan bagi siapa saja yang memeliharanya.

Kebersamaan, Kompak dan Jinak

Tidak ada istilah atasan atau anak


buah dalam komunitas Koi. Yang tua
tidak mengganggu yang muda, yang
lama tidak akan memusuhi yang baru
datang. Merek a bisa hidup bers ama
dan s aling berdampingan. Mereka
juga kompak dan jinak hingga
pemelihara bisa memberi pakan
langsung ke mulut Koi sambil

7
menyent uh bahkan mengangkat tubuhnya dari dalam air. Uniknya, Koi
terkadang menghampiri orang yang memanggil namanya. Saking
jinaknya, ada pula Koi yang mau minum kopi langsung dari cangkir
pemiliknya. Bila anda merasa letih dan stres sepulang kerja, cukup
memandang Koi di dalam kolam anda, niscaya akan lupa segala
persoalan yang dihadapi dan anda akan meras a senang.

Kesayangan Seluruh Anggota Keluarga


Biasanya hobi seseorang, belum tentu
menjadi hobi yang lainny a. Berbeda
dengan hobi memelihara Koi yang
dapat membuat seluruh anggota
keluarga merasa memiliki. Koi bisa
menjadi bagian dari keluarga. Seekor
Koi yang dibeli oleh istri atau anak
laki-lakinya, akan dapat bergabung
dengan Koi yang dibeli oleh suami
atau ayahnya. Juga seringk ali terjadi
seorang suami dengan bangga
memamerkan Koi kepada teman-
temanny a meski sebenarnya sehari-
hari yang merawat Koi adalah istri
atau anak nya. Di rumah, istri atau
anak yang kadang lebih sayang
terhadap Koi daripada suami atau
ayahnya.

Pemakan Segala dan Mudah Memeliharanya

Koi sebenarnya bisa makan apa saja ; daging, ikan, roti, mi, s ayuran,
buah-buahan dll. Koi mau makan hampir semua makanan manusia. Anda
bisa saja memberi makan Koi dari sisa piring makan anda, tetapi demi
keindahan warna dan bentuk tubuhnya, anda harus memberiny a pakan
yang mengandung vitamin, mineral dan bahan-bahan lain yang
dibutuhkannya.
Pakan alami seperti kepompong ulat, cacing tanah, udang dan kepiting
juga baik untuknya. Proporsi sayuran/buah -buahan dari pakan lainnya
8
adalah 6 banding 4. Dari pada repot, anda dapat dengan mudah membeli
pakan buatan (pelet ) yang mengandung komposisi terbaik untuk Koi. Bila
anda bepergian dalam waktu lama, Koi juga bisa dipuasakan (tidak di beri
pakan) sampai berhari-hari, tanpa mengganggu kesehatanny a.

Anda dapat membeli Koi dengan harga murah bila anda jeli

Harga Koi yang memenangkan gelar Grand Champion dalam suat u


kontes Koi internasional bisa mencapai ratusan juta bahkan miliaran
rupiah. Secara umum Koi yang bagus harganya mahal. Tetapi anda bisa
mendapatkan Koi yang murah berkat kejelian mata anda. Hanya
diperlukan sepasang mata untuk memilih K oi kecil, yang apabila besar
nanti, bisa menjadi juara di acara Kontes Koi.

Beragam warna dan pola yang dinamis.

Setiap pola yang ada pada setiap Koi, tidak


pernah sama persis dengan yang lainnya,
sehingga pemilik Koi dapat bangga karena
tidak ada yang menyamainya. Kecantikan
pola dan warnanya yang dinamis
memungkinkan anda menikmati
sekumpulan Koi, yang sama indahnya
dengan memandang seekor saja. Hal
menarik lainnya adalah pola dan warna Koi
dapat berubah sesuai umur, cuaca atau
musim. Warna-warni Koi yang ada pada
tubuh K oi antara lain putih, merah, hitam,
biru, kuning, ungu, biru tua, hijau, coklat,
emas dan perak.

Menjadi Teman Seumur Hidup

Dengan umurnya yang panjang, Koi bisa menjadi teman seumur hidup
bagi pemeliharanya. Tidaklah berat memeliharanya, asal tekun, sabar
dan berkesinambungan, terutama dalam pemeliharaan kolam.
Membersihkan kolam juga dapat menjadi sebuah olahraga.

9
4. Tipe Pecinta Koi

Para pecinta Koi (Koi Lover) dalam memelihara Koi tentu mempunyai
keinginan masing-masing, namun semuanya memiliki perasaan cint a
yang sama terhadap Koi, yang membedakan adalah int ensitasnya.
Memelihara Koi, pada kondisi tertentu buk anlah sekadar hobi, namun
memerlukan perhatian dan biaya yang bes ar dalam perawat anny a.

Ada beberapa tipe pecinta Koi yaitu :

1) Pembudidaya Koi

Seorang pembudidaya K oi, tentu memiliki banyak pengalaman terkait


proses pemijahan, perawatan burayak sampai pembesaran Koi. Di
Jepang, sekitar 15 % pecinta K oi adalah pembudidaya.
Membudidayakan Koi bukanlah pekerjaan yang mudah. Memerlukan
ketelatenan, kesabaran dan kerja keras. Mereka merawat pasangan
induk Koi seperti anak-anak mereka sendiri, Memberi pak an yang
baik, merawat kolam dengan hati -hati dengan harapan agar nantinya,
dapat menghasilkan keturunan yang baik.

2) Pemelihara Koi Kecil

Ada pula pecinta Koi yang tak mau repot dengan urusan pemijahan.
Mungkin saja k arena keterbatasan lahan, waktu dan dana. Mereka
lebih suka membesarkan K oi kecil yang dibeli langsung dari petani
atau pedagang Koi (Koi Dealer). Sekitar 70% pecinta Koi adalah
termasuk tipe ini. Ada yang bertujuan bisnis dan ada pula yang
sekadar untuk dipelihara di rumah sebagai penghias kolam.

3) Pemelihara Koi yang Belum „Finished‟

Tipe pecinta Koi ini selalu penasaran mencari dan memelihara K oi


yang memiliki pola dan warna yang masih mengalami perkembangan
dan perubahan (belum ‘finished’). Biasanya berumur dibawah 1 tahun
(tosai), namun punya kans untuk menjadi Koi yang berkualitas.
Sekitar 10 % pecinta Koi tipe ini rela menunggu 2 atau 3 t ahun lagi
10
demi untuk menyaksikan Koi miliknya benar-benar memiliki pola dan
warna yang bagus.

4) Pemelihara Koi „Finished‟

Pecinta Koi tipe ini hanya ingin memelihara Koi yang sudah „finish‟
yaitu Koi yang pola dan warnanya relatip tetap (tidak berubah).
Biasanya koi yang s udah „finish‟ berumur lebih dari 3 tahun dengan
panjang diatas 50 cm.

Pemelihara Koi tipe ini memang sangat sedikit jumlahnya, mungkin


hanya sekitar 5 % saja, sebab Koi yang sudah „finish‟, tentu harganya
selangit. Mereka terutama dari kalangan „the Have‟ yang tak peduli
dengan harga. Asalkan suka, mereka akan membelinya.

Biasanya koleksi mereka adalah Koi-Koi juara yang telah


memenangkan banyak penghargaan di berbagai acara K ontes K oi
(Koi Show).

11
12
B. VARITAS DAN KARAKTERISTIK

Sejak pertama kali Koi diket emukan oleh petani ikan di Jepang, budidaya
Koi terus dikembangk an. Bukan lagi sebagai ikan konsumsi melainkan
untuk dipelihara sebagai penghias kolam. Setelah melalui berbagai macam
uji coba kawin-silang (crosss breeding), kini Koi telah memiliki aneka
macam pola dan warna yang dikelompokkan di dalam berbagai varitas.

Varitas Koi dibagi menjadi 13 kategori. yaitu :

1. Kohaku 8. Kawarimono
2. Taisho Sans hoku 9. Ogon
3. Showa Sanshoku 10. Hikarimoyo – Mono
4. Utsurimono 11. Hikari – Utsurimono
5. Bekko 12. Kin-ginrin
6. Asagi - Shusui 13. Tancho
7. Koromo

13
Kohaku 94 cm
Grand Champion
ALL JAPAN KOI SHOW 2016

14
1. KOHAKU

Dari asal kata „kohaku’ yang berarti „merah dan putih‟, Kohaku adalah salah
satu varit as Koi yang selalu dibicarakan terlebih dulu dibandingkan dengan
yang lainny a. Bukan hanya k arena Kohaku yang diketemukan pertama kali,
tetapi karena sosok Kohaku memang istimewa. Dengan hanya dua warna
saja, Kohaku terkesan sangat elegan. Justru dengan kesederhanaan warna
yang ada pada punggungnya, maka Kohaku tampak kontras bila berada di
antara kerumunan Koi lainnya. Oleh sebab itulah maka di dunia Koi terdapat
perumpamaan “Keeping Koi Begins And Ends With The Kohaku”

Pada pandangan pertama, orang akan lebih tertarik pada kecantikan


Kohaku. Setelah itu barulah melirik varitas lainnya seperti Showa, Sanke,
Ogon dll. Namun pada akhirnya, para pecinta Koi yang sudah bertahun-
tahun memelihara Koi, pilihan mereka akan kembali jatuh kepada Kohaku
sebagai Koi favoritnya.

Awal mula

Pada sekitar tahun 1820, ikan karper yang berwarna merah dan putih
diketemukan di Jepang. Melalui proses mutasi, Koi yang berwarna merah
dileherny a kala itu dikenal dengan „ Hookazuki‟ („Kazuku’ yang artinya
„keluarga‟) dari induk ikan karper hitam. Kemudian Koi berwarna putih lahir
dari Hookazuki. Koi putih tersebut kemudian dikawink an dengan Koi yang
berwarna merah (Higoi ). Dari perkawinan tersebut lahirlah Koi putih dengan
bercak warna merah di perutnya yang disebut „Haraka‟ (Red Belly). „Hara’
artinya „datar‟ dan „Aka’ yang artiny a „merah‟. Kemudian dihasilkan pula Koi
dengan berc ak warna merah di penutup insang (pipi) yaitu „Hoo Aka‟ (Red
Cheek s/pipi merah) atau dikenal dengan „Era Hi‟ (Red Gill). „Hi’ artinya
„merah api‟.

Pada akhir tahun 1830, lahirlah Koi „Zukinkaburi‟ („Zukin’ artinya


„kerudung‟, „Kaburi’ artinya „memakai‟ atau „menutup‟) yaitu Koi dengan
sebagian warna merah di kepalanya. „Menkaburi‟ („Men’ artinya „kedok‟

15
atau „topeng‟) y aitu terdapat warna merah yang menutupi s eluruh bagian
kepala dan „ Kuchibeni‟ („Kuchi’ artiny a „bibir‟ dan ‘Beni’ arinya „merah‟)
yaitu Koi dengan warna merah pada bibirnya seperti memakai lipstik.

Ada pula yang mengenal Kohaku dengan nama „Sarasa‟ yang artinya kain
batik atau kain c etak yaitu Koi dengan warna merah dan putih di
punggungnya.

Pada era dinasti Meiji, Kohaku telah menyebar ke seluruh penjuru


Yamakoshi (sekarang Niigata) unt uk dibudidayakan. Oleh s eorang petani
Koi, Gosuke (nama sebenarnya Kunizo Hiroi) dari desa Ut ogi (bagian
dari kota Ojiya sek arang), Kohaku modern telah diternakkan dari
perkawinan antara Koi jantan dengan pola warna merah berbentuk seperti
bunga-bunga dengan Koi betina yang memiliki pola warna merah di
kepalanya. Kohaku dengan pola warna merah yang baik, terus
dikembangkan oleh Yagozen dan Buheita.

Warna dan Pola

Warna putih pada kohaku


adalah elemen terpenting.
Warna putihnya harus benar-
benar putih seperti salju (snow
white), tidak kekuning-
kuningan atau kecoklat-
coklatan. Sedangkan warna
merah musti pekat dan cerah.

Ada dua jenis warna merah


(Hi) pada Kohaku yak ni merah
berbasis ungu (Gb.1) dan
merah berbasis oranye atau
Gb. 1 Gb. 2
kekuningan (Gb.2).
.
Warna merah dengan basis ungu tersebut lebih banyak disukai, karena
terkesan pekat. Tetapi yang terpenting adalah warna merah harus merata
dan tidak berbintik-bintik.
16
Seringkali ditemui warna merah yang pekat hanya di bagian kepala
Kohaku, tetapi kurang merata di bagian punggungnya. Warna merah y ang
tidak merata tersebut kurang diminati. Batas warna merah (kiwa) yang jelas
dan tidak bergradasi adalah penilaian utama dalam memilih Kohaku.

Pola warna merah pada Kohaku sebaiknya menyebar hingga mendekati


ekor dan terkesan seimbang (well balance) pada kedua sisinya. Pola yang
tidak seimbang, kurang diminati oleh para pehobi Koi.

Pola merah yang besar atau melebar (Omoyo) lebih banyak disukai
daripada yang tampak kecil-kecil (Komoyo).

Bagian Kepala
Pola warna merah (hi) harus ada di bagian
kepala Kohaku. Idealnya, membentuk pola
yang cukup lebar tetapi tidak sampai
mengenai mulut dan kedua mata. Namun
bila menyent uh salah sat u mata, masih
dapat diterima. Pola hi sebaiknya berbentuk
bulat / oval dan tidak lancip seperti pisau.

Pola warna merah harus ada di


Keberadaan pola merah di bagian kepala
bagian kepala Kohaku Kohaku adalah salah satu unsur penting
dalam menilai Kohaku.

Bila di bagian kepala tidak ada warna merah


sama sekali (kosong), maka secara
keseluruhan pola Kohaku menjadi tidak
seimbang, meski pola di bagian punggung
tampak bagus sekalipun. Kohak u ini dikenal
dengan „Bozu’ (Bald Head atau ‘kepala
botak‟). Koi seperti ini kurang diminati.

Berikut ini adalah jenis pola lain yang dapat


Kohaku ‘Bozu’ (Bald head) kurang diterima dan justru sebagai penyeimbang
disukai
pola merah secara keseluruhan yaitu :

17
Kuchibeni
Untuk memperoleh keseimbangan pola Hi di kepala, „Kuchibeni’ mutlak
diperlukan. Dengan tambahan sedikit warna merah di bibir, maka pola
Kohaku menjadi tampak lebih seimbang.

Hanatsuki
Pola merah pada kepala Koi yang mengerucut kearah mulut.

Menkaburi, pola merah (Hi) menyebar menutupi seluruh kepala.


Maruten, terdapat pola bulat di bagian kepala, tapi masih ada pola lainnya.
Tancho, memiliki satu-sat unya pola bulat hanya di bagian kepala.

Menkaburi Maruten Tancho

18
Bagian Punggung
Marute
Pola merah yang lebar pada bagian punggung lebih banyak diminati. .
Diant ara kedua pola merah sebaiknya terdapat w arna putih yang t erlihat
cukup jelas di bagian pundak Kohaku.

Contoh pola merah di pundak Kohaku

Bagian ekor

Pola warna merah terakhir sebelum menyentuh ekor disebut „Ojime’ atau
ada pula yang menyebutnya ‘Odom e’ atau ‘Odom ari’. Pola warna merah
terakhir pada Kohaku sebaiknya tidak sampai melintas ke bagian ek or atau
dengan kata lain terdapat jarak antara pola merah terakhir dengan ekor.

Contoh Ojime pada beberapa kohaku

19
Kire-Agari

Jarak antara pola terak hir dan ekor (area putih) disebut dengan "Kire-
Agari". Jika jarak tersebut cukup jelas terlihat maka dikatakan bahwa Koi
memiliki Kire-A gari yang baik. Sedangkan bila jaraknya terlalu jauh maka
dinilai kurang.

Kire-Agari harus cukup terlihat. Sebagai cont oh untuk Koi berukuran


panjang 50-60 cm, maka Kire-Agari idealnya berjarak sekitar 2 cm.
Semakin besar Koi, maka Kire-Agari juga harus semakin lebar. Kohaku
yang tidak memiliki Kire-Agari, tampak seperti memakai celana panjang.
Oleh sebab itu orang Jepang menamainya dengan Zubonhaki. „Zubon‟
artinya „celana‟ dan „Hakki’ artinya „menunjukkan‟ atau „memperlihatkan‟.
Koi dengan Zubonhaki, kurang dihargai saat menilai Koi.

A B

Gambar di atas sekadar untuk membandingkan penampilan antara Kohaku


yang memiliki Kire-Agari yang baik (A) dan K ohaku Zubonhaki (B). Meski
demikian, bukan berarti bahwa Kohaku dengan Zubonhaki sudah tidak
layak lagi, sebab masih banyak Gosanke dengan Zubonhaki yang tampil
sebagai pemenang di dalam acara kontes Koi (Koi Show).

20
Jenis Pola
Yang dimaksud pola adalah bentuk penyebaran warna merah (Hi) yang ada
di punggung Koi, yaitu berupa blok-blok warna merah yang terpisah oleh
warna putih.

Tipe Pola
Ada beberapa model pola (blok) pada Kohaku ant ara lain :
- Nidan dari kata ‘Ni’ artinya „dua‟ (kata „dan’ artinya „tingkatan‟ atau
„step‟ atau „blok‟)
- Sandan, ‘S an’ artinya tiga
- Yondan, „Yo’ artinya empat
- Godan, ‘Go’ artinya lima

Tipe Straight Hi (Renzokumoyo)

Straight Hi adalah pola yang memanjang


dan tidak terputus dari kepala hingga
pangkal ekor. Pola semacam ini k urang
diminati, sebab terlihat monoton dan
kurang dinamis. Walaupun kualitas warna
putih dan merah yang baik, Kohaku
dengan pola jenis ini tidak pernah
menjuarai lomba atau Kontes Koi. Namun
demikian untuk para kolektor, Kohaku
Straight Hi masih layak menghuni kolam
Straight Hi mereka.

21
Jenis pola lainnya yang masih termasuk dalam tipe Straight Hi yaitu
Inazuma (Lightning Hi).

Inazuma artinya „petir‟ atau „halilintar‟ adalah Kohaku y ang memiliki pola
berbentuk zig zag dan tak terputus seperti gambar halilint ar. Pola Inazuma
yang seimbang, sangat jarang ditemui. Apabila ada, maka harga Koi
tersebut tent u akan sangat mahal.

Pola Inazuma pada Kohaku

Tipe Inazuma

Tipe Tancho
Pola Tancho K ohaku, terdapat satu-sat unya pola bulat di bagian kepala.
Bentuk pola yang t ampak bulat dan berada tepat di t engah area kepala,
sangat digemari oleh para pehobi Koi.

Aneka pola Tancho

22
Tipe Pola Lainnya

Pola Kanoko, yaitu tampak seperti biji tumpah. Pola dasarnya tetap sesuai
pola Kohaku, tetapi di antara blok satu dengan yang lainnya terdapat bintik -
bintik seperti biji-biji bertebaran.

Kanoko Kohaku

Napoleon

Pola merah di bagian


kepala Kohaku yang
menyerupai bent uk topi
Napoleon Bonaparte

23
Ginrin

Sisik Ginrin tampak seperti butiran perak yang t ertata rapi dan padat di
sepanjang punggung Kohaku. Apabila berada di atas warna merah maka
warna Ginrin menjadi t erlihat agak kekuningan dan berkilauan jika terk ena
cahaya matahari.

Kohaku Ginrin

Bagian Sirip

Seluruh sirip Kohaku sebaiknya berwarna putih bersih, tidak kekuning-


kuningan dan benar-benar terbebas dari warna apapun.

Bentuk badan (Body Shape)

Tidak hanya Kohaku, secara umum bentuk badan Koi yang ideal adalah
bulat panjang seperti torpedo. Tidak terlalu gemuk atau kurus dan bagian
kepala berbentuk oval seperti telur, tidak persegi dan tidak menyerupai
segitiga (tirus). Apabila dilihat dari atas, punggung Kohaku tampak lurus dan
dari samping terlihat melengkung rat a. Bent uk badan K oi yang baik yaitu
panjang dan lebar adalah 3 berbanding 1.

24
TIPS MEMILIH KOHAKU
Sebagai rangkuman, berikut ini adalah h al-hal penting yang perlu
dipertimbangkan dalam memilih Kohaku :

1) Bentuk badan

 Bentuk badan sebaiknya bulat panjang seperti torpedo.


 Bagian mulut berbentuk bulat telur. Hindari membeli Koi y ang
mulutnya lancip atau membentuk segitiga.
 Bagian kepala tidak tampak lebih besar dibandingk an punggungnya.
 Hindari membeli Koi yang bentuk badanny a terkesan pendek (buntek)
atau bogel.

2) Warna

 Kohaku hanya memiliki 2 warna yaitu merah dan putih. Sebelum


membeli, jangan segan-segan membolak-balikkan badan Koi untuk
memastikan tidak ada warna lain selain mer ah dan putih. Jangan
membeli Kohaku bila masih ada warna hitam meski hanya setitik atau
sebutir pasir.
 Memiliki Kiwa yang jelas dan tegas.

3) Kualitas warna

Kohaku yang baik, warna merahnya pekat, tidak oranye dan merata
(tidak berbintik-bintik). Sedangkan warna putihnya seputih salju. Namun
demikian, kualitas warna merah dan putih yang bagus kualitasnya,
sangat jarang ditemui, bilapun ada mak a pastilah mahal harganya.
Namun demikian, pilihlah Kohaku yang memiliki warna merah y ang
cenderung pekat.

4) Pola Merah (hi)

 Pola merah (hi) yang baik berbentuk crispy (seperti keripik kentang)
atau oval (seperti letter U), tidak menyentuh kedua mata dan mulut.
Jika pola Hi menyentuh salah satu mat a, masih dapat diterima.

25
 Pada pundak Kohaku terdapat warna putih yang memisahkan pola
merah.
 Pola keseluruhan tampak seimbang di kedua sisi (well balance).
 Pastikan tidak ada warna hitam sama sek ali. Walaupun ada warna
hitam hanya s ebes ar kerikilpun, maka kohaku akan kehilangan
keindahannya.
 Seluruh sirip Kohaku berwarna putih bersih.
 Terdapat jarak yang cukup ant ara Ojime dan pangkal ek or.
 Pilihlah K ohaku dengan pola yang lebar (Omoyo), dengan tiga blok
(Sandan) atau 4 blok (Yondan). Jangan membeli Kohaku y ang
banyak terdapat bercak-bercak (spot) warna merah.

Berikut ini adalah contoh Kohaku yang memiliki kualitas pola yang baik.

Koi berkualitas tinggi hasil produksi Momotaro Koi Farm Japan

26
KOHAKU YANG TI DAK DISUKAI

Berikut ini adalah contoh Kohaku yang tidak disukai oleh para pehobi Koi

Gb. 1 Gb. 2
Kohaku yang banyak terdapat bintik- Sama sekali tidak tampak
bintik merah (red spots) adanya blok/step

Gb. 3 Gb. 4
Seluruh bagian kepala tertutup warna Bagian mata terkena warna merah
merah (Menkaburi)

27
Gb. 5 Gb. 6
Jarak antar pola terlalu jauh Terdapat bintik hitam (black spot)

Gb. 7 Gb. 8
Pada bagian ekor terdapat spot merah Kepala botak (Bozu)

Gb. 9
Bagian sirip tidak bersih (terdapat warna merah)
28
Kohaku Maruten

29
Sanke 70 bu
Mature Champion
ALL JAPAN KOI SHOW
30 2016
2. TAISHO SANSHOKU

Koi yang memiliki warna merah dan hitam dengan dasar putih dikenal
dengan Taisho Sanshoku atau popular dengan sebut an singkat Sanke.
Kata „Sanshok u‟ artinya „3 warna‟, dan „Taisho‟ diambil dari nama Kaisar
Jepang ketika Koi ini mulai popular yaitu pada E ra Taisho (1912 – 1926).
Tidak diketahui secara pasti bagaimana awal diket emukannya, namun
diperkirakan pada pertengahan Era Meiji yaitu sekitar tahun 1900-an.

Pada awal nya, kombinasi pola warna merah, hitam maupun putih pada
Sanke masih tampak terpisah-pisah, tidak seperti yang ada sekarang.
Kemudian Eizaburo Hoshino dari daerah Takezawa yang pertama kali
membudidayakan Sanke hingga menjadi lebih baik. Sanke dikembangkan
lebih serius dengan menggunakan beberapa induk pilihan untuk
menghasilkan garis keturunan (blood line) Jinbei, Torazo dan Sadazo.

Pola Warna Merah


Pola merah (hi) pada Sanke, adalah
seperti halnya pada Kohaku. Jadi
untuk menilai kualitas pola merah pada
Sanke mengikuti aturan pada Kohaku.

Pola Warna Hitam


Pola hitam (sumi) bersifat minor,
relatif lebih sedikit proporsinya
dibandingkan warna merah. Biasanya
berupa bercak-bercak at au jika
membentuk pola maka tak selebar
pola merah. Sumi yang pek at,
mengkilat dan berada di atas putih
atau dikenal dengan Tsubo Sumi
lebih disukai.
Sedangkan warna hitam diatas merah
dinamakan Kasane Sumi.

31
Warna Putih

Ibarat s ebuah lukisan, warna putih pada Sanke sebagai dasar. Warna putih
yang seputih salju (snow white) adalah salah satu faktor dominan untuk
menentukan kualitas Sanke. Di berbagai kontes Koi, Sanke dengan warna
putih seputih salju, seringkali tampil sebagai pemenang.

Memang tak mudah untuk menemukan Sanke dengan kualitas warna putih
yang seputih salju, namun hal ini sebagai pertimbangan utama dalam
memilih Sanke yang berkualitas.

Kombinasi warna

Bila ketiga warna tersebut berbaur di bagian kepala hingga menjelang ekor,
maka akan tampak seperti pola K ohaku dengan warna hitam sebagai aksen
atau penyeimbangnya

Misalnya saja, jika terdapat pola merah yang melebar ke sisi sebelah kiri
pada area punggung K oi, maka warna hitamlah sebagai penyeimbangnya.
Kadangkala perlu pola hitam seperti gambar bekas tapak kaki yang
membuat penampilan Sanke semakin elegan.

Berbagi jenis pola Sanke

32
Tejima

Idealnya, Sanke memiliki sirip


yang terbebas dari warna
merah dan terdapat 2 atau 3
garis hitam atau dikenal dengan
„Tejima‟. Semakin sedikit
jumlah garis, makin tampak
elegan.

Tanda panah menunjukkan Tejima


Tejima di kedua sirip Koi yang
benar-benar sama, baik bentuk
maupun jumlahnya, sangat jarang at au bahkan tidak ada. Tejima juga
berfungsi sebagai penyeimbang pola secara keseluruhan.

Pada umumnya, Tejima terdapat pada salah satu sirip Sanke, namun bukan
berarti bahwa setiap Sanke selalu memiliki Tejima.

Berikut ini adalah beberapa pola Sanke :

33
Ciri-ciri Sanke yang kurang disukai

1. Warna Merah bersifat minor atau berupa bintik-bintik (spots) dan tidak
membentuk pola yang cukup lebar.
2. Terdapat banyak bintik-bintik (spots) warna hitam dan terkesan kotor.
3. Warna putih tidak bersih atau berwarna kekuning-kuningan.

Contoh Sanke yang kurang disukai pehobi Koi


34
Warna putih seputih salju
(snow white)

Susunan pola merah


(step) sesuai aturan pada
Kohaku
Warna hitam diatas putih
(Tsubosumi)

Terdapat 2 atau 3 garis


(Tejima)

35
JENIS SANKE LAI NNYA

36
Sanke

37
Showa 63 bu
Adult Champion
ALL JAPAN KOI SHOW
38 2017
3. SHOWA SANSHOKU

Koi yang memiliki pola warna merah dan putih dengan warna dasar hitam
dikenal dengan “Showa Sanshoku ”.

Pada tahun 1927, Showa S anshoku pertama kali dibudiday akan oleh
seorang petani Koi di Jepang Juki shi Hoshino, yaitu dengan
menggunakan pasangan Induk Ki Utsuri dan Kohaku.

Awalnya Showa Sanshoku, berwarna coklat kekuning-kuningan, kemudian


dikembangkan oleh Tomiji Kobayashi dan berhasil memproduksi Showa
dengan warna merah (Hi) yang lebih pek at dengan menggunakan induk
Yagozaemon Kohak u, yang kemudian terkenal sebagai yang terbaik.

Showa Sanshoku at au yang popular dengan sebutan singkat Showa ini,


adalah salah s atu varit as Koi yang sangat digemari oleh para pecinta Koi di
seluruh dunia. Dari namanya „Sanshoku‟, yaitu „San‟ yang berarti „tiga‟
dan „Shoku‟ artinya „warna‟, maka varitas Showa ini cukup mudah dikenali.

Showa yang bagus menurut para pakar atau yang telah berpengalaman
dalam mengapresiasi Koi, bolehlah dipakai sebagai acuan dalam memilih
Showa, baik untuk dipelihara sendiri di rumah, apalagi jika untuk mengikuti
kompetisi Koi atau yang biasa dikenal dengan Kontes Koi atau Koi Show.

Berikut ini pedoman dalam memilih Showa berkualitas :

39
1. Pola hitam di bagian kepala

Secara umum, dalam memilih


Koi, pertama-tama yang
diamati adalah pada bagian
kepala. Pola warna hitam wajib
ada di area k epala Showa
yang mengarah ke bagian
mulut. Showa yang bagus, di
bagian kepala terdapat
perpaduan pola dengan
kombinasi 3 warna, yaitu
hitam, merah dan putih dengan
komposisi yang seimbang. Showa memiliki ciri utama antara lain pola warna
hitam (sumi) terdapat di bagian kepala dan hendaknya melebar s ampai
menyent uh atau setidaknya mengarah ke bagian mulut.

Hindari membeli Showa, tanpa ada pola warna hitam di bagian mulut,
apalagi sama sekali tak ada warna hitam di kepalanya, kecuali untuk jenis
Kindai Showa.

Pola hitam sebaiknya cukup lebar atau


berbentuk zig-zag seperti lukisan halilintar.
Jika di bagian kepala tidak ditemuk an
sedikitpun warna hitam, maka K oi tersebut
layak diragukan sebagai Showa, sebab
bisa jadi itu adalah Koi dari jenis Sanke.

Pada dasarnya, terdapat 2 (dua) jenis pola


di kepala Showa yaitu Menware („Men‟
artinya „wajah‟. „ware‟ berarti „terbelah‟)
yaitu bentuk pola hitam yang membelah
bagian kepala (A). Jenis pola lainnya
seperti letter V dan terdapat warna hitam
di hidung (B).

40
2. Motoguro

Pada pangkal sirip (pectoral


fins) terdapat pola warna hitam
atau yang populer disebut
Motoguro atau Motogoro
sebagai salah sat u ciri utama
Showa. Sebaiknya Showa
memiliki motoguro yang tampak
seimbang di kedua siripnya.

Namun demikian, buk an berarti


semua S howa selalu memiliki
motoguro. Kadangkala motoguro
dapat melebar hingga menutupi
seluruh bagian sirip, terutama
Tipe motoguro terjadi pada S howa Tosai (umur
kurang dari setahun).

Perkembangan Pola Motoguro


Bentuk pola Motoguro mengalami
perubahan seiring dengan pertumbuhan
badan dan kondisi lingkungannya. Bisa
saja terjadi ketika masih kecil, motoguro
belum begitu terlihat (A), namun setahun
kemudian motoguro tampak makin jelas
(B).

Atau sebaliknya, saat masih kecil, warna


hitam mot oguro tampak menutupi seluruh
bagian sirip dan ketika dewasa terlihat
mengecil dan tampil lebih indah,
sebagaimana pada gambar berikut ini : Contoh perkembangan pola motoguro
pada showa

41
Perkembangan pola motoguro pada Showa

3. Komposi si Pola

Pada bagian punggung Showa Tradisional,


lebih didominasi oleh pola warna hitam (sumi).
Sedangkan pola warna merah (hi) dan putih
(shiro) hanyalah sebagai penyeimbang. Showa
dengan perpaduan warna hitam dan merah
yang seimbang (balance), sangat disukai.
Namun demikian ada pula jenis Showa dengan
warna putih yang lebih dominan di bagian
punggungnya atau yang lebih dikenal dengan
nama Kindai Showa (Modern Showa).

Ketiga kriteria diatas adalah ciri pokok Showa,


namun agar lebih jelas berikut ini adalah ciri-
ciri Showa yang berkualitas :

Kindai Showa
42
 Kualitas warna hitam yang pekat dan mengkilat. Pola hitam lebih
dominan bila dibanding warna lain. Warna merah sebaiknya pekat
(tidak kekuning-kuningan/oranye) dan warna putih seputih salju.

 Komposisi pola antar warna sec ara keseluruhan seimbang


(balance) sejak dari bagian kepala hingga ekor.

 Terdapat pola hitam, seperti membelah bagian kepala (menware)


atau yang membentuk letter V.

 Bentuk badan yang proporsional, bulat panjang, terutama melebar


di bagian punggung.

Pola hitam seperti membelah kepala menjadi dua bagian


(Menware)

Memang tidaklah mudah memperoleh S howa yang dapat memenuhi semua


kriteria diat as, namun demikian hal ini setidaknya dapat digunakan sebagai
acuan dalam memilih Showa yang berkualitas

43
JENIS SHOW A LAINNYA

44
Tentang Kindai Showa

Showa yang didominasi warna putih


dikenal dengan Kindai Showa. Mengapa
diberi nama „Kindai Showa‟ ?
Sebab jenis Showa ini baru populer pada
sekitar tahun 1980-an, jadi dianggap
sebagai Showa masa kini sehingga diberi
nama Kindai Showa, yang mana „Kindai‟
artinya „modern‟. Namun demikian, Kindai
Showa tet ap t ermasuk di dalam kategori
varitas Showa Sanshoku.

Bagaimana Cara Menghasilkan Kindai


Showa?

Sebagaimana diketahui, pada awal


pemunculan Showa adalah hasil cross
breeding antara Kohaku dengan Ki/Hi
Utsuri. Varitas S howa akan mudah
diperoleh di dalam pembudidayaan Koi,
tentu jika melalui pasangan induk yang
keseluruhannya adalah dari jenis Showa.

Selain itu, Showa juga dapat dihasilkan dari persilangan antara pasangan Hi
Utsuri.

Dari hasil pemijahan pasangan Showa dan Kohak u, selain diperoleh


Showa, tidak menutup kemungkinan ditemukan juga Utsuri, Bekko dan
Kindai Showa dalam satu peranakan.

Tak ada breeder (petani K oi) yang dapat menghasilkan khusus Kindai
Showa, meskipun yang diambil sebagai induk adalah dari pasangan Kindai
Showa sekalipun. Justru dari hasil pemijahan tersebut akan diperoleh Kindai
Showa dalam jumlah yang relatif sedikit (minoritas), sebab karakteristik
Kindai S howa s ecara genetik kurang dominan atau dengan kata lain bahwa
Kindai Showa diperoleh secara tidak disengaja dari sebuah proses
pemijahan Koi.

45
Untuk memperoleh Kindai S howa berkualitas baik, cukup dengan
menggunakan pasangan induk Showa dengan kualitas yang baik pula.
Sebab secara tidak langsung dari keturunannya nanti akan dapat diperoleh
Kindai Showa yang berkualitas.

Menurut penulis, Kindai S howa adalah jenis S howa yang 'nanggung'.


Mengapa demikian? Sebab Kindai Showa ini memiliki tampilan sepintas
seperti Sanke, bahkan ciri utama S howa tradisional yaitu keberadaan
motoguro pada siripnya, tidak diperlukan lagi.

Selain itu jika ditelaah lebih jauh, Kindai Showa bahkan tidak ada pakem
yang jelas. Artinya, untuk menilai Kindai Showa menjadi sangat relatip,
tergantung selera atau kesukaan masing-masing individu.

Berbeda halnya dengan Showa traditional, yang lebih jelas pakemnya,


dalam arti bahwa sebagian besar para pak ar menilai kualitas Showa
dengan cara yang sama.

Traditional Showa VS Kindai Showa

Untuk memperoleh gambaran mengenai perbedaan antara Showa


Tradisional dan Kindai Showa, berikut ini penjelasannya.

Ciri-ciri Showa Tradisional ant ara lain :

1. Terdapat motoguro (warna hitam dipangk al sirip dada) yang


seimbang ant ara sirip sebelah kiri dan kanan.
2. Terdapat berc ak/pola warna sumi/hit am di punggung dan di kepala
menuju ke bagian mulut.
3. Pola hitam melebar dan cukup dominan dan tidak ada spot (bintik-
bintik hitam). Bila ada, maka sangat minimal (minor).
4. Pola Hi (merah) yang lebar berada di punggung dan sebagian
terdapat di kepala.

Beberapa ciri S howa Tradisional tersebut kadangkala tidak diketemukan


pada Kindai Showa yaitu:

 Tidak terdapat motoguro pada sirip dada


 Pola warna hitam tidak terdapat di bagian mulut (bibir)
 Warna hit am tidak menjadi warna dominan.

46
Meski demikian untuk menilai kualitas, maka Kindai Showa tetap harus
memiliki salah satu dari 3 ciri khas Showa yaitu :

a. Motoguro
b. Terdapat warna hitam di kepala atau mulut
c. Pola hitam yang lebar di punggung

Sebagai contoh misalnya s aja


seekor Kindai Showa yang
tidak memiliki mot oguro, maka
sebagai kompensasinya harus
ada pola hitam di bagian
kepala atau mulut. Sebaliknya
jika tidak ada pola hitam di
kepala, tetapi harus ada
motoguro yang seimbang dst.

Dalam suatu kondisi, bila tidak


ada s atupun ciri -ciri khas
Showa di atas, maka Koi
dengan tiga warna yaitu merah,
putih dan hit am, sudah bisa
dipastikan masuk ke dalam
varitas Sanke..

Sangat sedikit Kindai S howa yang berhasil memenangkan kontes K oi.


Bukan karena kecenderungan atau trend, tetapi memang karena Kindai
Showa dengan kualitas bagus sangat jarang ditemui.

Namun demikian bukan berarti Kindai Showa tidak pernah menang di dalam
acara kont es Koi, sebab sangat tergantung dari kondisi peserta lain
(competitor) pada kelas yang sama.

47
Hi Utsuri 80 bu
Botan Prize Winner
ALL JAPAN KOI SHOW 2016
48
49

Anda mungkin juga menyukai