Lembaga ini awalnya hanya memiliki kewenangan sebagai penasihat. Baru pada tahun
1927, Volksraad memiliki kewenangan legislatif bersama gubernur jenderal yang
ditunjuk oleh Belanda. Dewan Rakyat kemudian memiliki beberapa hak, seperti hak
petisi, interpelasi, inisiatif, amandemen, dan hak angket. Namun, hak ini tidak dapat
dijalankan dengan semestinya karena gubernur jenderal memiliki hak veto sehingga
kewenangan Volksraad sangat terbatas. Selain itu, perwakilan dalam Dewan Rakyat
lebih banyak berasal dari golongan yang pro terhadap pemerintah kolonial Hindia
Belanda. Selama periode 1927–1941, Volksraad hanya membuat enam undang-
undang, tiga di antaranya diterima oleh pemerintah Hindia Belanda. Volkstraad juga
menghasilkan sejumlah petisi, salah satu petisi yang ternama adalah Petisi Soetardjo.
Petisi tersebut diajukan oleh Soetardjo, anggota Volksraad dan Ketua Persatuan
Pegawai Bestur Bumiputra, pada tahun 1936. Petisi tersebut berisi imbauan untuk
mengadakan konferensi kerajaan yang mewakili Kerajaan Belanda dan Pemerintah
Kolonial Hindia Belanda. Dengan petisi tersebut, diharapkan pada masa mendatang
Indonesia berstatus otonom di bawah konstitusi Kerajaan Belanda. Namun, petisi
tersebut ditolak pemerintah Hindia Belanda melalui Keputusan Mahkota (koninklijk
besluit) pada November 1938.
Fungsi DPR
Menurut Pasal 20A Ayat (1) UUD NKRI Tahun 1945, yang memuat fungsi-fungsi DPR.
Fungsi-fungsi DPR memiliki 3 fungsi yaitu fungsi legislasi, fungsi anggaran dan fungsi
pengawasan.
1. Fungsi Legislasi
Fungsi yang pertama yaitu fungsi legislasi, dimana DPR memegang kekuasaan
dalam membentuk undang-undang bersama Presiden.
2. Fungsi Anggaran
Fungsi yang kedua yaitu fungsi anggaran, dimana DPR membahas dan
memberikan sebuah persetujuan atau tidak memberikan persetujuan terhadap
sebuah rancangan undang-undang tentang APBN yang diajukan oleh presiden.
3. Fungsi Pengawasan