Anda di halaman 1dari 5

Bukan Rumah Mewah

Pak Anto melangkahkan kakinya dengan cepat sambil menenteng sebuah kantung kresek berisi
makanan yang baru dibelinya di pinggir jalan. Wajahnya tampak berseri seri, ia tidak sabar
pulang kerumah untuk memberitahukan kejadian hari ini kepada putri tercintanya.

“Ranii Bapak pulang” ucap Pak Anto. Rani bergegas menghampiri Pak Anto yang berada di
pintu rumahnya itu.

“ Bapak bawa apa itu?” tanya Rani sembari menunjuk kantung kresek yang ditenteng Pak Anto.

“ Ini Bapak belikan ayam goreng kesukaan Rani” jawab Pak Anto sembari mengelus kepala putri
tercintanya.

Ada setitik wajah tak senang terpatri di wajah Rani , tapi akhirnya Rani segera melahap ayam
goreng lezat itu.

“ Hari ini bapak dapet bonus uang dari tempat kerja Bapak, makanya bapak bisa belikan ayam
goreng ” tutur Pak Anto

Pak Anto memang merupakan buruh di suatu perusahaan es krim dengan gaji yang sangat kecil.
Sudah menjadi rutinitas bagi Pak Anto untuk membelikan ayam goreng setiap hari gajian tiba.
Setiap hari Pak Anto bekerja tanpa kenal lelah apalagi sejak Ibu Rani menceraikannya empat
bulan yang lalu.

Sejak Ibu Rani bercerai dengan Pak Anto empat bulan yang lalu, Pak Anto menjadi bangkrut
karena keluarga Ibu Rani yang memutus semua kerja sama bisnis dengan Pak Anto.

Keluarga Ibu Rani juga membuat bisnis Pak Anto bangkrut dan hancur sehingga menyebabkan
kerugian besar pada bisnis Pak Anto.

Pada suatu pagi yang cerah di rumah Pak Anto terdengar sayup-sayup suara besi bergesekan.
Rupanya Pak Anto sedang memperbaiki sepedanya yang rusak. Pak Anto memang menggunakan
sepeda sebagai alat transportasi utama.

Kebangkrutan yang dialami Pak Anto membuat Pak Anto harus melunasi berbagai hutang dan
mengharuskan Pak Anto menjual mobil dan motornya.

“ Rani Bapak mau pergi ke pasar, Rani mau ikut Ndak?” tanya Pak Anto

“ Iya Pak Rani mau ikut, Rani bosen Pak dirumah terus” Jawab Rani cepat

Setelah itu Rani dengan sigap naik sepeda ditempat duduk bagian paling belakang.
Sepanjang perjalanan ke pasar mereka melewati perumahan yang dihuni berbagai rumah mewah
dan indah. Rani tak mengedipkan mata saat melewati rumah-rumah besar nan mewah itu,
Matanya berbinar-binar menandakan dirinya yang sangat kagum pada rumah-rumah itu.

“ Pak kapan ya kita bisa hidup di rumah mewah itu seperti dulu ?” tanya Rani dengan nada sedih

“ Susah Nak, Untuk membayar uang kontrakan saja sudah susah apalagi untuk membeli rumah
mewah seperti itu” tutur Pak Anto

“ Tapi Rani ingin punya rumah mewah seperti itu Pak, Rani sudah muak dengan rumah yang
sempit dan jelek seperti rumah kita Pak,” keluh Rani

“ Sabar ya Nak , Bapak akan berusaha keras agar bisa membelikan Rani rumah mewah yang
bagus seperti dulu” tutur Pak Anto berusaha menghibur Rani

“ Benar ya Pak?” tanya Rani

“ Iya Nak, Bapak akan berusaha lebih keras” jawab Pak Anto

Setelah kejadian hari itu Pak Anto berusaha keras mencari pekerjaan tambahan agar dapat
mewujudkan harapan Rani. Di tengah teriknya matahari Pak Anto harus berkeliling untuk
menjajakan dagangannya, meski berjualan di hari Minggu, Pak Anto tampak sangat
bersemangat.

Selain berjualan di hari libur Pak Anto juga bekerja sebagai supir truk . Pak Anto terus bekerja
dari berjualan, menjadi buruh di pabrik juga menjadi supir truk hingga pulang larut malam.

Dengan bekerja keras tiap harinya membuat Imunitas Pak Anto menurun dan penglihatannya
kian memburuk.

Malam ini seperti biasa Pak Anto akan menyupir truk untuk pergi ke desa banaran di
tulungagung. Akan tetapi cuaca malam ini tidak seperti biasanya. Cuaca malam ini hujan
disertai petir yang membuat semua orang enggan keluar dari rumah masing-masing.

Timbul segelintir kekhawatiran di lubuk hati Pak Anto. Ia khawatir akan keselamatannya sendiri.

“ Pak kok belum berangkat?” tanya Rani membuyarkan lamunan Pak Anto

“ Hujan Nak, Bapak takut jalanan licin” jawab Pak Anto

“ Tapi Pak, Kalau Bapak ngga kerja nanti gaji Bapak dipotong kan?” ucap Rani khawatir

“ Iya Nak, tapi Bapak takut kalau hujan begini jalanan jadi licin” ungkap Pak Anto
“ Mau gimana lagi Pak, kapan beli rumah bagus kalau bapak bolos kerja” ujar Rani

“ Pokoknya Rani mau hidup di rumah mewah secepatnya Pak” bentak Rani

Akhirnya Pak Anto menebas rasa khawatirnya dan berangkat bekerja. Meskipun ada segelintir
rasa sakit hati akibat dibentak oleh putrinya sendiri tetapi Pak Anto tetap pergi bekerja ditengah
hujan petir yang sangat mengerikan itu.

Hujan masih sangat deras, ditambah angin yang sangat kuat membuat pepohonan lebat
bergoyang hebat. Ditengah suasana mengerikan itu truk Pak Anto masih harus melaju menerjang
cuaca yang buruk itu.

Semakin masuk ke daerah pedalaman membuat malam menjadi semakin gelap. Pak Anto yang
memiliki penglihatan tak stabil pun mulai khawatir ditambah hujan yang tak mau reda membuat
kekhawatiran nya semakin besar hingga BRAKKK!

Hal yang dikhawatirkan oleh Pak Anto akhirnya terjadi, Truk yang dikendarai Pak Anto
menabrak sebuah pohon besar. Bagian depan truk rusak parah sehingga menyebabkan Pak Anto
mengalami benturan dan berakibat pendarahan di kepala.

Pada pagi dini hari seorang pengendara motor melihat kecelakaan yang truk yang dikendarai Pak
Anto. Dengan bergegas pengendara itu meminta bantuan kepada petugas dan menelpon kantor
polisi terdekat.

Pak Anto segera dilarikan ke rumah sakit terdekat tetapi sayangnya Pak Anto tidak dapat
diselamatkan. Akibat keterlambatan dilarikan ke rumah sakit, pendarahan di kepala Pak
Anto sudah terlalu banyak dan sulit diselamatkan.

Akhirnya jenazah Pak Anto dibawa ke rumahnya menggunakan mobil ambulans. Setibanya
dirumah Pak Anto Rani segera menghampiri para petugas berpakaian putih itu dan menanyakan
keadaan Pak Anto

“ Mas Bapak saya tidak apa apa kan ?” tanya Rani dengan mata berkaca kaca

“ Yang sabar ya Dek, Bapak mu sudah tiada” jawab petugas tersebut

“ Bohong, Bapak gak mungkin ninggalin Rani” sanggah Rani tak percaya

Rani segera membuka pintu ambulans untuk memastikan keadaan Ayahnya. Akan tetapi Ia
segera menangis histeris saat mengetahui hal yang disampaikan petugas tadi adalah benar.

Kini Rani baru menyadari bahwa Ayahnya telah meninggalkannya.

“ Bapak maafin Rani Pak, ” sesal Rani

“ Rani seharusnya ga maksa Bapak buat kerja hari itu” isak Rani
Rani sangat menyesali perbuatannya. Ia menyesal telah membentak Ayahnya dan memaksakan
keinginannya.

“Rani sudah ga ingin punya rumah mewah lagi Pak, Rani cuma ingin hidup sama Bapak ” ujar
Rani menyesal

“ Rani janji akan terus mendoakan Bapak, Dan hidup dengan baik” ujar Rani sembari kembali
menitikkan air mata

Rani bertekad untuk hidup dengan baik dan berjanji untuk menyayangi orang yang ada di
sekitarnya.

Bionarasi

Ghina Haura Azzah

Depok, 09 Agustus 2006

Kelas : 9 Aisyah

dan jangan kamu berputus asa dari rahmat Allah. Sesungguhnya tiada berputus asa dari
rahmat Allah, melainkan kaum yang kafir. Q.S Yusuf ayat 87

Anda mungkin juga menyukai