Anda di halaman 1dari 7

Sengketa Rumah

Assalamualaikum.. tok tok .., Ranun.. dimana anak-anak? Aku datang kesini ingin bertemu anak-anak, Aku kangen mereka... Aku menerawang ke dalam kontrakan Ranun melalui kaca jendela, tapi yang aku lihat hanya ada Ranun, Cuma ada Ranun, tak apalah... Oh mas Gofur, baiklah tunggu sebentar.., kulihat dia mendekat ke arah pintu, tak lama dia membukakan pintu, aku sempat bertatap muka dengannya, terlukis keresahan pada raut mukanya. Mungkin karena kehadiranku ke kontrakannya membuat dia cemas. Ah..aku gak peduli, gumamku. Ranun terdiam tanpa kata, dia pun tidak mempersilahkan aku untuk masuk ke kontrakannya. Boleh aku masuk?, sahutku O.o..oh baiklah masuk mas, dia tampak gugup. Ranun anak-anak kemana?, Mereka sedang pergi. Dia bergegas mengambil minuman untuku, Terimakasih Ranun, Ranun.. sebelumnya aku minta maaf kalau kedatanganku mengganggumu, aku ingin berbicara sesuatu denganmu. Malam itu kami membicarakan apa yang sedang kami hadapi. Ranun adalah mantan istriku. Pada awalnya kami bahagia menjalani rumah tangga, namun 3 tahun terakhir keluargaku mendapatkan masalah dan akhirnya kami menemukan jalan buntu sehinnga keluargaku sudah tidak dapat dipertahankan lagi, padahal kami telah dikaruniai 3 orang anak. Aku kasihan kepada mereka, karena di usianya yang masih anak-anak, mereka sudah menghadapi penderitaan hidup. Hidup ini memang keras. Aku sangat khawatir akan nasib anak-anaku. Kini istriku masih dalam masa Idah, aku berharap dia masih mau menjalani ikatan perkawinan, menjalani hidup bersama lagi baik suka maupun duka, tapi aku rasa, semua tinggal harapan. Aku pesimis kalau dia akan menerima aku lagi, karena berulang kali aku mencoba mengajak untuk rujuk, sepertinya dia memang benar-benar tidak ada hasrat lagi untuk bersama kembali denganku. Kini tak ada yang tersisa lagi untuku, selain kenangan-kenangan yang indah bersamanya. Mata indah yang degannya aku biasa melihat keindahan cinta, mata indah yang dahulu adalah miliku, kini semuanya terasa jauh meninggalkanku. Kehidupan terasa kosong tanpa keindahannya. Semua ini salahku, aku tidak dapat menjaga rumah tanggaku dengan baik, aku telah meninggalkan mereka selama enam bulan, karena pada saat itu aku menaruh dendam pada istriku yang pernah menduakanku saat kami masih bersama. Waktu itu pula bisnisku hancur, karena aku ditipu oleh temanku sendiri sehingga aku kehilangan pekerjaanku, kami terlilit hutang yang begitu banyak, sehingga kami memilih jalan keluar untuk meminjam uang ke bank dengan jaminan sertifikat rumah, aku bukan seorang pegawai negeri, jadi untuk memenuhi syarat
1

Oleh : Siti Nur Azizah XII IPA 2 CERPEN

peminjaman ke bank, kami bekerja sama dengan sepasang suami istri yang pegawai negeri. Masalah barupun datang, ternyata mereka berniat untuk menipu kami sehinnga kami mendapat ancaman kehilangan rumah kami, terpaksa istriku bekerja untuk memenuhi kebutuhan keluarga. Itulah sebabnya istriku menggugatku ke pengadilan. Setelah kami bercerai, rumah itu disewakan, dan aku tinggal bersama orang tuaku. Sungguh aku tidak dapat menerima semua kenyataan ini. Malam ini, aku sengaja datang ke kontrakan mantan istriku. Sekedar untuk menemui anak-anaku dan membicarakan masalah rumahku. Waktu menunjukan tepat jam 8 malam. Handphone ku tiba-tiba berdering, ternyata dari Ariq. Assalamualaikum..., Pak Gofur, saya tidak mau tahu. Anda harus memberi saya dari hasil sewa rumah. Saya harus dapat bagian dong Pak, ini tidak adil, dia langsung nyerocos begitu saja. Tidak adil bagaimana maksudmu hah? Apa hak kamu atas rumah itu? itu rumah, rumah saya. Bapak tidak ada hak sedikitpun atas rumah itu, Kalau Bapak tidak ingin membagi uang sewa itu, saya akan melaporkan Anda ke Polisi. Oh silahkan saja, justru saya senang jika Anda melaporkan ke Polisi, karena sudah jelas Anda yang salah. Dalam perjanjian, kita tidak pernah mengikrarkan bahwa rumah saya menjadi milik Anda, tapi rumah saya yang menjadi jaminan untuk meminjam, sedangkan jaminan Bapak adalah gaji Anda sendiri, saya ngga peduli, itu rumah dalam aturan sudah menjadi hak milik saya. Saya akan tetap melaporkan Anda ke Polisi, Baik saya bilang juga siapa takut, saya sendiri akan memanggil pengacara saya, lihat saja nanti siapa yang akan menang, terserrraah...... tut... tut.. tut.. sambungan telepon terputus. Kurang ajar, apa sebenarnya mau dia hah? Sudah jelas-jelas dalam surat pernyataanpun tidak pernah ada pernyataan bahwa rumah itu ada hak atas dia. Aku akan memanggil pengacara, Tapi dari mana Pak kita mempunyai uang untuk memanggil pengacara?. Akupun diam. Ranun.. aku pulang sekarang, untuk masalah ini akan aku pikirkan bagaimana jalan keluarnya, tapi aku butuh bantuanmu, pegang janji aku Ranun.. kalau rumah itu berhasil aku pertahankan, yang menjadi ahli waris atas rumah itu adalah anak-anak kita. Aku bergegas keluar pintu, Oh ia jangan lupa sampai salamku kepada anak-anak, assalamualaikum,Ia mas, waalaikumsalam.

Pagi ini begitu cerah ya Gofur.. Ibuku menepuk punggungku. Akupun menoleh kebelakang, begitu sulit untuk tersenyum, namun aku memaksakannya untuk tersenyum.
2

Oleh : Siti Nur Azizah XII IPA 2 CERPEN

Oh Ibu.. Ia bu, tapi hatiku tidak secerah pagi ini kamu baik-baik saja Gofur? Ibu lihat dari tadi malam wajahmu kusut Bu, tadi malam Ariq mengancam lagi, dia menginginkan uang sewaan rumah Masya Allah, terus sekarang apa rencanamu? tanya Ibuku, Aku berencana untuk memanggil pengacara untuk menyelesaikan semua masalah ini, tapi aku tidak cukup uang, Baiklah Gofur, Ibu akan menghubungi teman Ibu, dia punya teman pengacara. Semoga saja bisa membantu., Terimakasih Ibu, sungguh aku pusing dibuat masalah ini. Masalahku dengan Ranun saja belum selesai ditambah sengketa rumah, yang sabar nak, insya Allah orang jahat pasti akan ada balasannya. Kita berusaha dulu, setelah itu kembalikan kepada Allah!, sahut Ibuku dengan suara halus. Terimakasih Ibu, Ibu selalu menjadi penerang hidupku... Ketika itu handphoneku berdering. Dari Nur Bu.. Siapa dia? Dia adalah orang yang sekarang mengontrak rumahku, Coba angkat. Akupun mengangkat telpon. Assalamualaikum.. Pak Gofur, Wa.., belum sempat aku menjawab salam dia sudah menyela dengan nada ketakutan. Pak.. tolong Bapak datang sekarang ke rumah Bapak, karena jam 9 pagi si Ariq akan datang. Bapak bisa datang Pak?? Saya harap Bapak bisa datang, karena kemaren juga dia datang bersama polisi, Bapak Ariq mengancam kepada saya untuk memberikan uang sewa rumah Bapak. Baik saya akan datang, terimakasih Nur atas informasinya,terimakasih Pak, saya harap Bapak bisa datang.. Assalamualaikum Waalaikum salam... Bu.. aku berangkat dulu, Assalamualaikum, sambil mencium tangan Ibuku. Waalaikum salam, hati-hati..!!

Oleh : Siti Nur Azizah XII IPA 2 CERPEN

Aku tiba di depan rumahku. Sepertinya di dalam ada tamu, atau si Ariq sudah datang lebih dulu?. Langkah demi langkah ku pijakan kakiku menuju pintu rumah. Ku ketuk pintu, dan memang benar si Ariq sudah datang lebih dahulu, aku berkedipan mata dengan Nur. Dia mempersilahkan saya masuk dan duduk. Si Ariq sama sekali tidak menatap ke arahku, mungkin dia takut. Kali ini dia datang bersama istrinya. Bagaimana kabarmu Pak?, sahut Ariq. Aku diam, malas sekali aku menjawabnya. Suasanapun panas. Pak Ariq, saya tidak begitu faham atas ucapan Bapak semalam Bapak ini tolol atau bego, dengan semua pernyataan dan kesepakatan yang telah kita buat dalam peminjaman uang ke bank, itu tandanya secara tidak langsung, rumah ini menjadi milik Bapak dan milik saya juga, karena Bapak telah mengalihnamakan sertifikat rumah ini untuk meminjam ke bank, jadi saya berhak dong mendapatkan uang hasil sewaan. Dia bicara kasar, tangan ini tak kuat ingin menggamparnya, tapi aku mencoba menahannya, karena kalau aku melakukannya, aku sama saja dengan dia. Hei.. Anda jangan bicara kasar, Anda justru yang bego, itu tidak masuk akal, mana? Anda bilang mau bawa polisi? Anda takut karena Anda salah, Nur saya tegaskan sama kamu, jangan pernah kamu menyerahkan uang sewa sama dia, karena mungkin kamu juga tahu kalau rumah ini bukan milik dia, saya tidak akan lamalama, saya titip rumah ini sama kamu. Hei.. hei tunggu dulu, serahkan dulu uang yang telah Nur berikan kepada Anda, dia berdiri. Tidak akan, lihat saja saya akan menuntut Anda, aku langsung berbalik ke arah nya dan menatap tajam matanya. Silahkan.. saya tidak takut ancaman Anda, lihat saja nanti siapa yang menang, baik, lusa saya akan datang ke rumah Anda untuk menyelesaikan masalah ini. Saya tidak rela rumah saya jatuh ke tangan orang jahat seperti Anda.

Drok.. pintu rumah kontrakan yang terbuka tak sengaja terpukul olehku, hanya ada anak pertamaku yang duduk di kelas SMA. Dia terkejut, Bapak.. Bapak kenapa Pak?, Ibumu kemana?, I..ibu sedang ke pasar. Nak Bapak sudah lelah, tetap si Ariq ngotot mengaku-ngaku kalau rumah kita adalah rumah milik dia juga, Bapak bingung, Sudahlah sampaikan saja kepada Ibumu kalau Bapak datang, bilang juga kalau Bapak butuh bantuan Ibu, kalau bisa Ibu lusa datang ke rumah si Ariq, Bapak juga akan kesana.
4

Oleh : Siti Nur Azizah XII IPA 2 CERPEN

Ia Pak.. nanti akan Zizah sampaikan. Aku langsung pergi, sungguh hatiku tidak karuan. Serasa ingin mati. Di rumah orang tua, aku langsung mengunci diri di kamar, aku tidak ingin makan, paling aku keluar kamar hanya untuk mandi, mengambil air wudhu untuk solat dan buang air kecil. Sikapku membuat resah orang tuaku dan saudara-saudaraku. Akhirnya, orang tuaku menjemput anak-anaku untuk membujuku keluar kamar. Anak-anaku terkejut melihat aku seperti ini. Ketika anaku mengetuk kamarku, hatiku tergerak untuk membuka pintu, serasa ingin memeluk mereka tapi aku tak kuasa. Mereka terus memandangku. Anak pertamaku mulai bicara. Bapak, yang sabar ya pak... Bapak jangan seperti ini, Zizah tersiksa kalau melihat Bapak terus-terusan seperti ini, kita harus kuat menjalani ini semua, Nak.. Bagaimana Bapak tidak menjadi seperti ini, sekarang Bapak ditinggal oleh istri Bapak, terpisah dengan anak-anak, Bapak sangat tersiksa.. mungkin Bapak belum bisa menerima semua kenyataan ini. Bapak minta maaf ya nak.. Bapak membuat keadaan menjadi seperti ini. Kamu adalah anak Bapak yang pertama. Bapak titip adik-adik Zizah jaga dengan baik, semoga Zizah dan adik-adik Zizah menjadi anak yang soleh, anak yang sukses, anak yang selalu berbakti kepada orang tua, dan jangan sampai karena masalah ini prestasi Zizah turun .Aku menghela nafas. Naak,, sekarang Bapak tidak butuh apa-apa, tidak butuh materi apapun. Bapak hanya butuh kain kafan, tolong bilang sama semuanya. Bapak telah memasrahkan diri Bapak kepada Allah., aku bicara sangat pelan sambil bercucuran air mata. Bapak.... tolong pak, Bapak jangan putus harapan Bapak tidak putus harapan untuk hidup Nak, tapi untuk saat ini Bapa pasrah kalau malam ini nyawa Bapak dicabut, Zizah jangan sedih. Bapak titip kalau Bapak sudah kembali kepada Allah, jasad Bapak ingin dikuburkan di samping makam ayah Bapak. Sekarang Zizah cepat tidur, besok kan sekolah. Bapak sayang kalian semua. Waktu menunjukan tepat pukul 00.01. Anakku tidak berhenti-berhenti menangis. Sudah nak jangan nangis, Bapak tidak akan kemana-mana, Bapak yang sabar ya Bapak yang tabah. Jangan sampai Bapak putus harapan. Zizah juga sebenarnya ingin keluarga Zizah tetap utuh, pokonya Zizah akan berusaha untuk menyatukan kita kembali Bapak juga sudah berusaha membujuk Ibumu, Bapak sudah berjanji kepada Ibumu kalau kita bersama, Bapak tidak akan mengulangi kesalahan Bapak, Bapak akan memperbaiki semuanya, tapi tetap Ibumu tidak mau. Mungkin, sudah ada penggantinya. Mungkin Zizah juga tahu. Bapak rela kalau dia memang baik sama Zizah sama Adik-adik zizah. Tapi lihat saja kalau dia berani-berani menyakiti Ibumu, Zizah dan Adik-adik Zizah, bapak akan bertindak keras. Maafkan semua kesalahan Bapak selama ini ya Nak. Sudah sekarang Zizah tidur, Bapak sekarang sudah tidak sedih. Bapak baik-baik saja. Ia pak, Bapak juga cepat tidur. terjadi Oleh : Siti Nur Azizah XII IPA 2 CERPEN Sepanjang malam, aku terus berdzikir mengingat Allah. Atas apa yang telah di dunia ini, aku pasrahkan kepada Allah. Berdoa penuh harapan.
5

Astagfirullahaladzim..... astagfirullahaladzim.. astagfirullahaladzim, aku pun tertidur dalam sujudku. Tiba saatnya, hari ini aku pergi ke rumah Ariq bersama pengacara dari teman Ibuku. Kebetulan Ranun datang pada waktu yang bersamaan. Aku mengetuk rumahnya. Ternyata di dalam hanya ada Ariq seorang. Kami pun masuk. silakan masuk, sahutnya. Setiap kami bicara selalu to do point. Namun suasana belum terlalu panas, aku sangat berharap dia mengakui kesalahannya. Ah dasar.. dia mempersulit keadaan saja, gumamku. Bagaimana, apakah Anda sepakat dengan keputusan kita? Anda mau memberikan uang itu? Bung, kedatangan saya kesini bukan untuk itu, kami datang kesini untuk membuka tabir kebenaran Pengacaraku pun turut bicara, Tolong jika Anda memang merasa benar, coba Anda perlihatkan bukti nyatanya. Dan saya ingin bertanya, mengapa dalam surat pernyataan yang isinya mengatasnamakan sementara sertifikat yang telah dijadikan jaminan, Anda tidak mau menandatanganinya? Begini pak, disini sudah jelas tertera dalam aturan tentang kewajiban segala hal, dan yang menyangkut dengan Bapak maka terkena pasal 14 no. 5 tentang pemeliharan rumah, terutama yang dilakukan Bapak adalah masalah penyewaan, Bapak tidak kompromi dengan saya. Saya sangat menghargai Bapak, saya tidak ada niat yang jelek sama Bapak sebetulnya. Saya kaget, mengapa penyewaan rumah itu tidak dikompromikan. Pada awalnya saya sangat senang karena Bapak mau menjual, saya sangat senang dengan hal itu. tapi disini dalam pasal 14 no.5 dikatakan : Debitur tanpa persetujuan tertulis terlebih dahulu dilarang untuk a. merubah bentuk b. dilarang menjual d. Dilarang menyerahkan rumah ke pihak lain e. Dilarang menyewakan e. Dilarang menerima uang muka. Nah ini semua mengena pada debitur. Dari awal juga kata saya, mari kita samakan persepsi, awalnya kita sama manis sama pahit. Jadi sekarang kita bicara aturan saja. Disini sudah jelas tertera dan saya bukan maksud tidak menghargai Bapak, tapi saya merasa dirugikan Maaf pak, bapak merasa dirugikan, apa yang dibuat rugi oleh kami?, tanya Ranun. Ini kita bicara tentang aturan, jawab si Ariq. Ia memang benar itu aturan, tapi itukan rumah kami, kita sama-sama pinjam uang, kata Ranun. Suasanapun malah memanas. Aku menyambung, Pak maaf pak, Bapak ingat waktu dulu saya pernah menawarkan hitam di atas putih mengapa Bapak tidak mau menandatanganinya. Ya itu, mari kita bicarakan sekarang. Saya juga punya pengacara. Masalahnya saya tidak ingin salah satu pihak ada yang merasa puas karena kita sama-sama meminjam.

Oleh : Siti Nur Azizah XII IPA 2 CERPEN

Bapak ini, saya tanya ini jawabnya kamana. Nah lantas apa urusannya rumah saya dengan Bapak? Itu rumah, rumah saya bukan rumah Bapak, mengapa dipermasalahkan? Ok.. kita selesaikan masalah ini secara hukum, kami menantang. Anda berani? Baik secara hukum, SEPAKAT. Saya akan lapor ke polisi, sahut si Ariq dengan nada yang tinggi. Saya juga, aku memandang matanya. Tapi dia sama sekali tidak berani memandang mata saya. Boleh, saya tunggu. Saya tunggu pak, si Ariq menantang. Ranun langsung menanggapinya, Rumah-rumah kami pengen uang itu pengen ini, ah.. silahkan.. silahkan, si Ariq so pasrah mana istri anda? Gak usah.. udah beres lewat hukum, lihat saja nanti siapa yang menang Kenapa begitu? Ini sebenarnya urusan kami sama istri Anda. Bapak tidak ada hak, istri anda yang ada hak Anda salah, kalau bukan karena saya ini semua tidak akan berhasil tunggu semuanya.. pada kesempatan ini saya ingin memberi kesaksian Ranun bicara melemah. Keadaanpun hening sejenak. kesaksian apa Ranun?, tanyaku. Aku hampir menjadi korban. Ini yang namanya jalur hukum, barusan Anda menginginkannya, saya akan sangat mudah menuntut Anda. Mas Gofur, saat perjanjian ini belum disepakati, dia pernah berusaha untuk memerkosa saya, tapi untung saja ada tetangga yang datang ke rumah, akhirnya dia berhasil diusir dari rumah Ranun.... mengapa kamu tidak bicara sama mas?? Mungkin kalau mas tau, mas tidak akan bekerja sama dengan orang bejat ini. Dan Anda Ariq, besok saya jamin Anda akan masuk penjara. Dasar picik Setelah itu kami melaporkannya ke polisi, akhirnya si Ariq berhasil ditangkap. Aku dan Ranun tetap hidup masing-masing. Aku lega satu masalah telah terpecakan.

Selesai..

Oleh : Siti Nur Azizah XII IPA 2 CERPEN

Anda mungkin juga menyukai