Anda di halaman 1dari 10

MIMPI DI DALAM MIMPI

Siang hari ditemani alunan sendu musik klasik, dengan


aroma khas capucino yang sangat nikmat bagi indera
penciuman,dan dinginnya pendingin ruangan yang menyejukkan
kulit. Jam tanganku sudah menunjukkan pukul 17:00 wib tanda
waktu sudah sore dan aku sudah harus pulang karena mang
Anto sudah menjemput ku dengan mobil putih mengkilat yang
dibawa nya. Ya, benar sekali, mang Anto adalah supir pribadi
yang disuruh mama untuk mengantar jemput ku karena mama
tidak percaya denganku jika aku yang membawa mobil itu
sendiri.

Setibanya aku dirumah, aku langsung menyuruh Mbak Wati


untuk membuatkan ku susu dan makan malamku yaitu pasta
kesukaanku, hanya mbak watilah yang sangat enak
membuatnya.Apakah kalian bertanya kenapa tidak mamaku
saja? jangan tanya tentang mamaku soal itu, karena dia akan
terlalu sibuk berada dirumah sakit dengan semua pasiennya,ya
mamaku adalah seorang dokter bedah terkenal di kota Jakarta
ini.Dan Papaku? yaps benar sekali, papaku adalah seorang
pengacara kondang yang akan selalu sibuk dengan klien-
kliennya dan urusan-urusan orang lain itu.Jadi, hanya mbak
watilah yang paling dekat denganku dirumah ini dan mengurusi
segala keperluan ku.

Selesai makan malam aku mandi dan merebahkan diriku


kekasur, kemudian menonton drakor.Belajar? jangan tanya
tentang belajar denganku, bagiku belajar itu membosankan.Aku
akan lebih memilih menonton drakor daripada harus membaca
buku-buku tebal tentang biologi atau rumus-rumus kimia yang
membuat otakku pusing. Aku menonton drakor hingga larut dan
akhirnya tertidur.

Keesokan paginya dengan diantar oleh mang Anto aku


pergi kesekolah dengan mata panda akibat menonton drakor
tadi malam. Setibanya disekolah ternyata Pak Andre sudah
meminta PR matematika yang diperintahkannya minggu
lalu."Karina Wijaya, mana tugas kamu?" tanya pak Andre
kepadaku, "tidak ada pak"dengan santai aku menjawab.
"Seperti biasa berdiri diluar hingga jam pelajaran bapak
selesai!", Kulihat Gino murid kelas 12 IPA 1, baru pertama kali
ini aku melihat seorang Gino yang selalu mendapat peringkat
pertama umum di sekolah berdiri diluar sedang dihukum
bersamaku."No kamu tumben dihukum?"tanyaku kepada Gino
yang sedari tadi hanya diam seribu bahasa". "Buku gue
ketinggalan" jawabnya datar. Sok cool banget jadi
orang,batinku.

Tringggg, tringgg, tringggg bel masuk pun berbunyi aku


dan temanku Audrey bergegas untuk masuk ke kelas jangan
tanya kenapa hanya Audrey saja yg selalu bersamaku, ya karena
hanya dialah yang bisa mengerti dan tau semua tentang aku,
tidak seperti yang lainnya yang hanya tau diriku dari luarnya
saja.

Hari yang melelahkan ini akhirnya berakhir tepat pukul


14:00, bel pulang telah berbunyi, namun ada yang sedikit
berbeda hari ini mang Anto menelponku mengabari kalau mobil
yang dipakai untuk mengantar jemputku sedang mogok dan
sekarang ada di bengkel. Aku berdecak kesal, terpaksa aku
harus naik taksi online. Aku menunggu sudah hampir setengah
jam, semua yang kulihat saat ini sudah seperti gelap bercampur
putih sudah tak tau lagi aku hanya bisa menutup mataku.

Mataku terbuka dengan silauan lampu ruangan yang terasa


sejuk dengan bau obat-obatan kimia. Kulihat tanganku sudah
tertancap selang infus, kemudian ada sosok seorang lelaki tepat
disamping ranjangku sedang tertidur lelap. "Gino" ucapku
dengan lemah. "Rin lo udah bangun, ada yang sakit? atau ada
yang pusing? atau Lo perlu sesuatu?. "Nggak ada Gino aku
nggak butuh apa-apa kok". "oh iya Lo yang bawa gue ke rumah
sakit?", "Iya Rin karena lo tadi pingsan pas banget disaat motor
gue mau lewat", "oh jadi kalau gue gak pingsan disaat motor lo
lewat, lo gak mau nolongin gue gitu?", decak ku
sebal."Hahahaha mungkin aja Rin, tadi gue sih mau lewat aja
tapi kasihan juga gak ada yang mau bantuin lo jadi ya gue
sebagai manusia yang menaati sila ke-2 Pancasila jadi gue
ngebantu lo". "GINOOOO", aku berdecak semakin kesal dengan
Gino.

Setelah aku sampai dirumah dan merebahkan diri di


tempat tidurku, "ting" bunyi pesan masuk dari nomor tidak
dikenal."Hai Rin obatnya jangan lupa diminum ya, jangan lupa
ngerjain tugas lagi, jangan mau di hukum kayak tadi" aku
terheran sambil memikirkan siapa orang ini yang tiba-tiba saja
mengirim pesan dan ketika aku bertanya dia siapa, dia tidak
mau memberitahukan identitasnya. Pesan ini bukan baru kali ini
saja tetapi sudah lama, aku tidak tahu tapi isi pesannya selalu
tentang nasihat-nasihat ataupun motivasi agar aku bisa
memperbaiki diri dan menjadi semangat dalam belajar.

Tenn tennn, terdengar suara mobil dari luar sana tanda


mama dan papaku sudah tiba dirumah. Namun, ada sedikit yang
berbeda dari mereka hari ini, raut muka mereka tampak murung
dan tidak bersemangat. Entah apa yang telah terjadi, papa
hanya , menyuruhku untuk mengemasi barang-barang ku
karena kami akan pergi besok dari rumah ini.

Pagi pun tiba hari ini adalah hari minggu, seperti yang
dikatakan papa kemarin malam bahwa hari ini kami akan
meninggalkan rumah ini, dengan berat hati aku pun
meninggalkan rumah mewahku ini, mungkin kami akan pindah
kerumah yang lebih bagus lagi nanti, pikirku. Tak lama
kemudian, kubuka mataku kulihat tanah yang becek, rumah-
rumah bergandengan, dan juga anak-anak yang berlarian kesana
kemari. Mobilku tepat berhenti dirumah sederhana yang
terbilang kecil bahkan halamannya pun sangat sempit.Dengan
rasa heran aku bertanya "Pa kenapa kita berhenti disini?", "iya
nak sekarang ini adalah rumah kita". Deg, seketika jantungku
berdetak merasa terheran,bingung,terkejut, aku mengira kami
akan pindah kerumah yang lebih bagus lagi dari rumah kami
yanh sebelumnya,tetapi yang kulihat dan kualami sekarang
kenyataannya adalah bahkan rumah ini hanya sebesar dapurku
yang dulu. Kemudian papa pun menjelaskan kepadaku bahwa
saat ini papa mengalami kebangkrutan, papa tertipu oleh salah
satu kliennya dan terpaksa harus mengundurkan diri dari posisi
pengacaranya.Sedangkan mama, uang mama juga habis untuk
membantu papa membersihkan namanya dari tipuan
kliennya.Walaupun mama seorang dokter, namun mama baru-
baru saja menjadi sukarelawan, dan sukarelawan dirumah sakit
itu gajinya tidak sebanding dengan dokter-dokter pada
umumnya. Bagai roda berputar yang tadinya berada diatas
sekarang takdir membawaku di posisi bawah. Apa yang harus
aku lakukan? apakah aku bisa menjalani kehidupanku yang
seperti ini?

Senin pagi setelah semua perubahan yang telah aku lalui,


aku tetap bersekolah seperti biasa. Bedanya kali ini aku naik
angkutan umum, dan ya benar saja satu sekolah gempar karena
si sombong dan kaya raya sekarang menaiki angkutan
umum,tidak lagi bersama supir pribadi dengan mobil putih
mengkilap. Aku melihat Gino yang tengah duduk dikursi dekat
perpustakaan, entah mengapa hari ini aku ingin sekali membaca
buku di perpustakaan. Aku mencari buku tentang modeling,
karena aku sangat suka dengan modeling. Impianku adalah
menjadi seorang modeling. "tumben Lo disini" Tanya Gino
dengan rasa heran. "Emang gue gak boleh kesini ya? "tanyaku
dengan sinis, "ya boleh" jawab Gino dengan datar dan dingin
seperti biasanya. Akupun tak menghiraukannya, "tinggg", tiba-
tiba ponselku berbunyi pesan dari orang misterius yang selalu
mengirimiku pesan, "semangat Rin, jangan pantang menyerah
dengan segala kesulitan yang kamu hadapi saat ini, mimpimu
dan jangan berhenti", isi pesan yang dikirim oleh orang tersebut
hari ini membuatku semakin penasaran. Apakah itu Gino? .

Tak terasa waktu sudah berlalu,aku ternyata tertidur di


perpustakaan.Kulihat ponselku sekarang sudah pukul 13:55
yang dimana 5 menit lagi adalah jam pulang. Aku keluar dari
perpus berjalan menuju kelas melewati koridor, tetapi tiba-tiba
ponselku berbunyi lagi,kali ini ada yang menelponku, kulihat
tulisan "mama" tertera di layar ponselku. "Halo Karina sayang"
kudengar suara mama yang serak seperti sedang menangis. "iya
ma, mama kenapa ma? apa mana nangis?’’ tanyaku dengan
serius. "Papa, "ucap mamaku. Ada apa dengan papa ma"? "papa
udah nggak ada , papamu mengalami kecelakaan nak" ucap
mama dari seberang ponselku. Mendengar kabar itu seketika
sekujur tubuhku bagai dihentikan oleh waktu , hanya dapat
terdiam dan memahami situasi yang sedang terjadi padaku saat
ini dan detik ini. Tanpa basa-basi, aku langsung pergi dari
sekolah dan menuju rumah sakit seperti pesan mama kepadaku.
Bagai diberi perekat mulutku ini diam seribu bahasa tak mampu
berkata apa-apa lagi, hanya mampu mengeluarkan air mata
yang terus mengalir tanpa henti saat ini. Tanpa banyak basa-basi
mama langsung memberikan sebuah ponsel kepadaku, aku tidak
mengetahui itu ponsel siapa,namun kata mama itu adalah
ponsel lain yang dimiliki oleh papa. Aku membuka layar ponsel
itu yang tak terkunci langsung saja mengklik aplikasi pesan
seperti yang mama katakan kepadaku tadi. Dan betapa
terkejutnya aku mengetahui hal yang selama ini tak kusangka-
sangka,hal yang bahkan tak pernah aku duga bahwa ini memang
seperti ini. Tak lain dan tak bukan bahwa isi dari pesan-pesan itu
adalah pesan yang selalu dikirimkan oleh orang yang sama yang
tak dikenal kepadaku. kukira dia adalah orang yang mungkin
mengagumimu atau suka padaku, tetapi memang benar kata
orang bahwa cinta pertama anak perempuan adalah ayahnya.
Aku tak menyangka bahwa ayahku sangat menyayangiku,
walaupun aku selalu berbuat ulah kepadanya dan bahkan sering
tidak menuruti perkataannya. "Mungkin sudah waktunya
memberitahumu nak,iya nak ini ayah, ayahlah yang selalu
mengirimiku pesan dari nomor yang kamu tidak tahu,karena
kalau kamu tau pastilah kamu tidak akan mau mendengarkan
semua yang papa katakan. Saat kamu pingsan disekolah ayahlah
yang sebenarnya membawamu kerumah sakit. Kejarlah
mimpimu nak, tak apa jika tak sesuai dengan apa yang papa dan
mama minta.Papa tau kamu sangat suka dengan modelling ,
maka jadilah model yang terkenal dan bisa membanggakan
mama dan papa,berjuanglah walaupun keadaan kita sekarang
seperti ini. Maafkan papa jika kalian berdua harus mengalami
semua ini karena papa.Papa berjanji akan selalu berusaha agar
kamu dapat meraih mimpimu nak. Dan jangan lupa selalu
berdoa ya nak." Kali ini aku benar-benar tidak kuat lagi dengan
semua kesedihan ini kakiku lemas mataku juga dan akhirnya pun
semua menjadi gelap gulita.

Aku bersiap untuk masuk kedalam sebuah ruangan yang


menentukan nasib seseorang. Dengan menggunakan sepatu
heels hitam dan juga jas hitam serta tas gandeng hitam aku
berjalan menyusuri koridor. "Aduh" seseorang menyenggolku,
seseorang itu memakai jas putih lengkap dengan kacamata,dan
aku langsung kenal dengan orang itu. "Gino"
,sapaku."Hai,tunggu dulu",sambil menyipitkan matanya dia
melihat id card yang terkalung dileherku. "Pengacara Karina
Wijaya, suatu kerhormatan bisa bertemu dengan lo seperti ini"
tuturnya. "Baiklah dokter Gino suatu kebanggan juga, entah
kenapa didunia yang luas ini setelah 8 tahun berlalu aku harus
bertemu lagi dengan Gino si cowok dingin dan menyebalkan ini .
"Santai dong Rin, ini gue juga udah mau pergi kali,jangan rindu
ya soalnya berat beban Lo kan juga udah berat ngurusi orang
hahahaha". "GINOOOO", sekali lagi Gino membuatku kesal. Aku
memilih pergi meninggalkan Gino dan melanjutkan langkahku
dengan penuh percaya diri.Kini aku bisa merasakan bahwa papa
akan bangga kepadaku diatas sana,karena anak perempuan
satu-satunya ini bisa menjadi sukses seperti dirinya.Mimpiku
memang menjadi seorang modelling tetapi didalam mimpi itu
ternyata ada mimpi yang lain yaitu membanggakan mama dan
terkhususnya Papaku tersayang.

Anda mungkin juga menyukai