399-Article Text-920-1-10-20181004
399-Article Text-920-1-10-20181004
2
Departemen Ilmu dan Teknologi Pangan, Fakultas Teknologi Pertanian,
Institut Pertanian Bogor, Bogor 16680
3
Balai Besar Penelitian dan Pengembangan Pascapanen Pertanian,
Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian, Kementerian Pertanian, Bogor
Email : nugrahaedhi@yahoo.com
ABSTRAK
Bawang putih merupakan umbi berwarna putih yang berkhasiat sebagai obat, antimikroba bahan
penambah cita rasa dan pengawet alami makanan. Artikel ini mengulas tentang tanaman bawang putih,
kandungan gizi umbi bawang putih, senyawa-senyawa organosulfur yang terdapat di dalam bawang
putih, dan manfaat dari bawang putih sebagai antimikroba. Umbi bawang putih mengandung lebih dari
100 metabolit sekunder yang komponen terbesar terdiri dari senyawa organosulfur allisin sebesar 70–80
persen dari total tiosulfinat. Proses pengolahan umbi bawang putih dan proses ekstraksi yang berbeda
menghasilkan senyawa organosulfur yang berbeda pula. Senyawa organosulfur bawang putih berpotensi
sebagai antimikroba dengan menghambat pertumbuhan beberapa mikroba seperti bakteri, jamur, virus,
dan protozoa.
kata kunci : antimikroba, bawang putih, senyawa organosulfur
ABSTRACT
Garlic is a white bulb used as an herbal medicine, antimicrobial, a natural flavor and preservative food.
This article reviews garlic plants, nutrient content of garlic, organosulfur compounds found in garlic, and
the benefit of garlic as an antimicrobial. The garlic contains over 100 secondary metabolites whose allicin
is the predominant garlic thiosulfinate and presents 70-80 percent of the total thiosulfinates. There are
various garlic preparations and extraction processes that give rise to different composition of organosulfur
compounds. The organosulfur compounds of garlic have the potential as an antimicrobial by inhibiting the
growth of some microbes such as bacteria, fungi, viruses, and protozoa.
keywords : antimicrobial, garlic. organosulfur compounds
dan memiliki daya simpan mencapai lebih dari Red Toch, Translyvanian, Susanville, Japanese,
10 bulan setelah dipanen. Subspesies ini mudah Pyong Vang, Red Janice, dan Shantung.
ditanam, hasilnya berlimpah, mudah beradaptasi
Hardneck termasuk spesies Allium sativum,
dengan keadaan tanah dan kondisi iklim yang
subspecies ophioscorodon. Hardneck umumnya
bervariasi. Bawang putih yang termasuk jenis ini
disukai oleh juru masak karena menghasilkan
diantaranya Silverskin, Ajo Rojo, Keeper, Early
flavor yang khusus dan umbi mudah dikupas.
Italian Red, Kettle River Giant, Oregon Blue,
dalam umbi bawang putih, yaitu asam amino non- Kondensasi asam tersebut menghasilkan allisin.
volatil γ-glutamil-Salk(en)il-L-sistein dan minyak
Allisin merupakan prekursor pembentukan
atsiri S-alk(en)il sistein sulfoksida (ACSOs) atau
allil sulfida, misalnya diallil disulfida (DADS),
alliin. Senyawa γ-glutamil-S-alk(en)il-L-sistein
diallil trisulfida (DATS), diallil sulfida (DAS),
merupakan senyawa intermediet biosintesis
metallil sulfida, dipropil sulfida, dipropil disulfida,
pembentukan senyawa organosulfur lainnya,
allil merkaptan, dan allil metil sulfide (Gambar 2).
termasuk alliin. Senyawa ini dibentuk dari
Allisin merupakan senyawa organosulfur yang
jalur biosintesis asam amino. Dari γ-glutamil-
keberadaannya sebesar 70–80 persen dari total
S-alk(en)il-L-sistein, reaksi enzimatis yang
tiosulfinat. (Ramirez, dkk., 2017). Kelompok
terjadi akan menghasilkan banyak senyawa
Gambar 2. Jalur sintesis senyawa organosulfur bawang putih (Ramirez, dkk., 2017) (ACSOs:
Alk(en)yl cysteine sulfoxides; SAC: S-allylcysteine; DAS: diallyl sulfide; DADS: diallyl
disulfide; DATS: diallyl trisulfide)
alllil sulfida memiliki sifat dapat larut dalam β-Dglukopiranosa (Kim, dkk., 2000). Senyawa
minyak. Oleh karena itu, untuk mengekstraknya frukto-peptida yang penting, yaitu Nα-(1-deoxy-
digunakan pelarut non-polar (Gupta dan Porter, Dfructose-1-yl)-L-arginin (Ryu, dkk., 2001).
2001). Bawang putih dengan proses pengolahan yang
berbeda menghasilkan beberapa senyawa
S-alkil sistein Sulfoksida (ACSOs) adalah
organosulfur yang berbeda pula (Tabel 4) dan
precursor dari berbagai sensosri aktif dan
komponen senyawa organosulfur bawang putih
senyawa yang baik buat kesehatan dari sayuran
lokal dan luar (Tabel 5).
Allium. Ada tujuh ACSOc di tanaman Allium
yang umumnya dikonsumsi yaitu S-metil-, S-alil, Alliin akan berubah menjadi allisin begitu
S-1-propenil-, S-propil-, S-etilsistein-, S-butil-, umbi diremas. Allisin bersifat tidak stabil
dan S-1-butenil-sulfoksida. Di Allium, ACSOs sehingga mudah mengalami reaksi lanjut
secara alami sebagai (+)-L- enantiomer. Selain tergantung kondisi pengolahan atau faktor
senyawa ini, bawang putih mentah dan bawang eksternal lain seperti penyimpanan, suhu, pH,
putih yang tidak hancur mengandung peptid dan lain-lain. Ketika jaringan segar pada sel
γ-glutamil (γ-GPs) dan S alil sistein (SAC) bawang putih terluka, prekusor flavor bereaksi
(Ramirez, dkk., 2017). di bawah kontrol enzim alliinase (S-alk(en)yl-
L-sistein sulfoksidliase) untuk menghasilkan
Pembentukan kelompok ajoene, misalnya
asam alil sulfonate yang sangat reaktif, serta
E-ajoene dan Z-ajoene, serta kelompok dithiin,
amoniak, dan asam piruvat. Alliin atau S-alil
misalnya 2-vinil-(4H)-1,3- dithiin dan 3-vinil-
sistein sulfoksida adalah komponen sulfur
(4H)-1,2-dithiin, juga berawal dari pemecahan
pertama yang diisolasi dari Allium sativum L.
allisin (Zhang, 1999). Senyawa organosulfur
(bawang putih). Enzim alliinase terikat pada
lain yang terkandung dalam umbi bawang
vakuola sel, sedangkan prekusor flavor terikat
putih antara lain, S-propilsistein (SPC), S-etil-
pada sitoplasma yang kehadirannya dalam sel
sistein (SEC), dan Smetil- sistein (SMC). Umbi
berupa gelembung-gelembung kecil yang terikat
bawang putih juga mengandung senyawa
satu sama lain. Oleh karena itu, enzim hanya
organo-selenium dan tellurium, antara lain
dapat bereaksi dengan prekusor ketika selnya
Se-(metil)selenosistein, selenometionin, dan
dirusak. Pada bawang putih, katalisis dari
selenosistein. Senyawa-senyawa di atas
alinase membentuk alisin, yang memberikan
mudah larut dalam air (Gupta dan Porter, 2001).
karakteristik bau pada bawang putih (Pandey,
Beberapa senyawa bioaktif flavonoid penting
2001).
yang telah ditemukan antara lain: kaempferol-
3-O-β-Dglukopiranosa dan iso-rhamnetin-3-O-
Ekstraksi umbi bawang putih dengan etanol Keempat, Aged garlic extract (AGE),
pada suhu di bawah 0ºC, akan menghasilkan mengandung komponen larut air (seperti
allin. Ekstraksi dengan etanol dan air pada S-allyl cysteine, S-allyl mercaptocysteine,
suhu 25ºC akan menghasilkan allisin dan tidak atau saponin), terstandarisasi (dengan S-allyl
menghasilkan allin. Sedangkan ekstraksi dengan cysteine), sedikit komponen sulfur larut lemak,
metode distilasi uap (100ºC) menyebabkan efek menguntungkan bervariasi, keamanan
seluruh kandungan allin berubah menjadi sudah teruji, banyak penelitian tentang AGE
senyawa allil sulfida (Zhang, 1999). Oleh karena (200 penelitian).
itu proses ekstraksi perlu dilakukan pada suhu
kamar. Hal ini diduga akibat pemanasan pada IV. ANTIMIKROBA
saat ekstraksi mampu menghambat aktivitas Umbi bawang putih berpotensi sebagai
enzim allinase sehingga menghambat aktivitas antimikroba. Kemampuan menghambat
antimikroba, anti kanker ekstrak bawang putih. pertumbuhan mikroba sangat banyak, meliputi
Amagase, dkk., (2006) mengelompokan bakteri, jamur, virus, dan protozoa. Potensi
produk bawang putih yang ada di pasaran bawang putih sebagai antibakteri dan antijamur
yang dikenal sebagai produk herbal menjadi 4 telah banyak diteliti (Ankri dan Mirelman, 1999;
kelompok, yaitu : Benkeblia, 2004; Prihandani, dkk., 2015; Pajan,
Pertama, minyak atsiri bawang putih, dkk., 2016). Beberapa spesies mikroba yang
mengandung 1 persen komponen sulfur pertumbuhannya dihambat ekstrak bawang
larut lemak (seperti diallyl sulfide, diallyl putih (Tabel 6).
disulfide) dalam 99 persen minyak sayur, tiidak Dyallildisulfida atau ajoene yang terdapat
mengandung fraksi larut air, tidak mengandung dalam ekstrak maserasi bawang putih,
allisin dan belum terstandarisasi, serta belum mempunyai aktivitas antivirus yang paling tinggi
ada data keamanan. dibandingkan senyawa lain seperti allisin, allil
Kedua, minyak maserasi bawang putih, metil tiosulfinat dan metil allil tiosulfinat. Ajoene
komponen sulfur larut lemak dan alliin, tidak juga dapat menghambat pertumbuhan bakteri
mengandung allisin, belum terstandarisasi, dan Gram negatif dan positif serta khamir. Ajone
belum ada data keamanan. memiliki aktivitas antibakteri yang bekerja
dengan mekanisme yang sama dengan allisin,
Ketiga, bubuk bawang putih, alliin dan sedikit
akan tetapi memiliki potensi yang lebih kecil
komponen sulfur larut lemak, tidak mengandung
daripada allisin (Salima, 2015).
allisin, belum terstandarisasi, dan belum ada
data keamanan, hasil pada kolesterol masih Daya antibakteri bawang putih lebih
inkonsisten. berpotensi terhadap bakteri Gram positif
dibandingkan dengan bakteri Gram negatif