Anda di halaman 1dari 14

BABVII

RUANG HASIL KALI DALAM DAN BASIS ORTOGONAL

A. PENDAHULUAN
1. Diskripsi Umum
Ruang hasil kali dalam dan basis merupakan kelanjutan dari ruang vektor.
Dalam bab ini akan dibahas tentang ruang hasil kali dalam beserta sifat – sifatnya.
Selain itu juga akan dibahas tentang basis orthogonal dan ortonormal.

2. Relevansi
Agar bab VII ini dapat dipahami dengan mudah, kita harus memahami
bab-bab sebelumnya, utamanya yang berkaitan dengan ruang vektor lebih khusus
lagi tentang basis, selain itu juga harus dipahami dengan baik tentang vector di Rn
beserta sifatnya. Dengan memahami konsep-konsep yang diuraikan pada bab VII
ini dapat membantu kita dalam menyelesaikan masalah yang terkait dengan hasil
kali dalam dan basis yang bersifat orthogonal maupun ortonormal.

3. Kemampuan Akhir
Kemampuan Akhir yang diharapkan dengan mempelajari bab IV ini adalah
pembaca dapat menyelesaikan soal – soal yang berkaitan dengan sifat – sifat ruang
hasil kali dalam, serta menentukan panjang dan sudut di ruang hasil kali dalam.
Serta mampu Menyelesaikan soal yang berkaitan dengan Basis ortonormal dan
Proses GramSchmidt.

4. Indikator
1) Menyelidiki apakah suatu ruang vektor dengan hasil kali dalam yang
didefinisikan adalah ruang hasil kali dalam atau bukan.
2) Membuktikan sifat – sifat yang berkaitan dengan hasil kali dalam.
3) Menentukan sudut dan panjang di ruang hasil kali dalam
4) Menyelidiki apakah suatu basis adalah basis ortonormal atau bukan
5) Merubah sembarang basis menjadi basis ortonormal melalui proses Gram
Schmidt.

91
B. PENGERTIAN RUANG HASIL KALI DALAM
Bagi mahasiswa yang belajar aljabar linier pasti masih ingat tentang hasil kali
dalam pada ruang vektor Rn yang dikenal sebagai hasil kali dalam Euclidis.. Berangkat
dari hasil kali dalam pada Rn tersebut, pada bagian ini akan diuraikan tentang hasil kali
dalam pada sembarang ruang vektor riil. Ada beberapa sifat penting yang berlaku pada
hasil kali dalam Euclidis. Pada ruang vektor riil umum, hasil kali dalam didefinisikan
seperti berikut :

fungsi yang mengasosiasikan bilangan riil 〈æ, ç〉 dengan masing – masing pasangan
Definisi 7.1. Sebuah hasil kali dalam ( inner product ) pada ruang vektor riil V adalah

vektor u dan v pada V sedemikian rupa sehingga aksioma – aksioma berikut dipenuhi (

1. 〈æ, ç〉 = 〈ç, æ〉
berlaku ) pada semua vektor u,v, dan w di V dan juga untuk semua skalar k.

2. 〈æ + ç, é〉 = 〈æ, é〉 + 〈ç, é〉( penambahan )


( simetri )

3. 〈jæ, ç〉 = j〈æ, ç〉( kehomogenan )


4. 〈ç, ç〉 ≥ 0 ; 〈ç, ç〉 = 0 Û]j q ℎ q• Û]j ç = 0 ( kepositifan )
Sebuah ruang vektor riil dengan sebuah hasil kali dalam dinamakan ruang hasil kali
dalam riil ( real product space ).

Misalkan u = ( u1, u2 ) dan v = ( v1, v2 ) adalah vektor – vektor pada R2. Apakah 〈æ, ç〉 =
Contoh 7.1.

3æ ç + 2æ ç adalah hasil kali dalam atau bukan.

Untuk menunjukan apakah 〈æ, ç〉 yang didefinisikan adalah hasil kali dalam atau bukan,
Penyelesaian :

1. 〈æ, ç〉 = 3æ ç + 2æ ç
harus dibuktikan 4 aksioma yaitu :

= 3ç æ + 2ç æ (karena perkalian bilangan riil bersifat komutatif )


= 〈ç, æ〉
2. 〈æ + ç, é〉 = 3.æ + ç 0é + 2.æ + ç 0é
= 3æ é + 3ç é + 2æ é + 2ç é
= .3æ é + 2æ é 0 + .3ç é + 2ç é 0
= 〈æ, é〉 + 〈ç, é〉
3. 〈jæ, ç〉 = 3.jæ ç 0 + 2.jæ ç 0
= j.3æ ç 0 + j.2æ ç 0
= j.3æ ç + 2æ ç 0 = k〈æ, ç〉

92
4. 〈ç, ç〉 = 3ç + 2ç ≥ 0 sudah jelas. Kemudian 3ç + 2ç =
0 jika dan hanya jikaç = ç = 0, yaitu v = 0.

Jadi, keempat aksioma terpenuhi artinya 〈æ, ç〉 = 3æ ç + 2æ ç adalah hasil kali


dalam pada ruang vektor R2.

Contoh 7.2.

æ æ ç ç
Jika Þ = æ æ1 dan » = ç ç1 adalah sembarang dua matriks yang berukuran 2
x 2, maka rumus berikut adalah ruang hasil kali dalam pada M2x2

〈Þ, »〉 = æ ç + æ ç + æ ç + æ1 ç1

Bukti : ( ditinggalkan sebagai latihan)

C. SIFAT - SIFAT BERKAITAN DENGAN HASIL KALI DALAM


Berdasarkan definisi hasil kali dalam, diketahui bahwa ada empat aksioma yang
harus dipenuhi yaitu aksioma simetri, penambahan, kehomogenan dan aksioma

Aksioma penambahan yaitu 〈æ + ç, é〉 = 〈æ, é〉 + 〈ç, é〉 , dengan kesimetrian


kepositifan. Misalkan u,v, dan w adalah vektor – vektor pada ruang hasil kali dalam V.

diperoleh 〈é, æ + ç〉. Begitupun dengan aksioma 〈jæ, ç〉 = j〈æ, ç〉 dengan kesimetrian
akan menjadi 〈ç, jæ〉. Berdasarkan uraian tersebut dapat dibuktikan beberapa sifat yang
berkaitan dengan hasil kali dalam, yaitu :

Teorema 7.1
Jika u,v, dan w adalah vektor – vektor pada ruang hasil kali dalam riil dan k sembarang

1. 〈0, ç〉 = 〈ç, 0〉
skalar, maka sifat – sifat berikut berlaku :

2. 〈æ, ç + é〉 = 〈æ, ç〉 + 〈æ, é〉


3. 〈æ, jç〉 = j〈æ, ç〉
Bukti : (Ditinggalkan sebagai Latihan)

D. PANJANG DAN SUDUT DI RUANG HASIL KALI DALAM


Pembaca yang sudah pernah mempelajari vektor pasti masih ingat bagimana
sudut yang dibentuk oleh dua vektor dan panjang vektor.
Di R2 panjang vektor u = ( u1, u2 ) adalah seperti berikut :

93
‖æ‖ = îæ +æ
Atau dapat ditulis sebagai ‖æ‖ = √æ ∙ æ = .æ ∙ æ0 /

Kasus tersebut dapat diperluas untuk R3, jika u = ( u1, u2, u3), maka
‖æ‖ = îæ +æ + æ
Atau dapat ditulis ‖æ‖ = √æ ∙ æ ∙ æ = .æ ∙ æ ∙ æ0 /

Berdasarkan hasil tersebut diatas, dapat dibuat definisi seperti berikut :

Definisi 7.2
Jika V adalah sebuah ruang hasil kali dalam, maka norma ( atau panjang ) vektor u
dinyatakan oleh ‖æ‖ yang didefinisikan sebagai ‖æ‖ = 〈æ, æ〉 /

Di R2 jarak antara dua vektor u = ( u1, u2 ) dan v = ( v1, v2 ) ditentukan dengan


menggunakan rumus .æ, ç0 = î.æ − ç 0 + .æ − ç 0 = ‖æ − ç‖ sedangkan di
R3jarak antara dua vektor u = ( u1, u2, u3 ) dan v = ( v1, v2, v3 ) ditentukan dengan
menggunakan rumus .æ, ç0 = î.æ − ç 0 + .æ − ç 0 + .æ − ç 0 = ‖æ − ç‖.
Dimotivasi dari rumus diatas, dapat didefinisikan jarak antara dua vektor dalam
sebuah ruang hasil kali dalam.

Definisi 7.3

dinyatakan oleh d(u,v)yang didefinisikan sebagai .æ, ç0 = ‖æ − ç‖


Jika V adalah sebuah ruang hasil kali dalam, maka jarak antara dua vektor u dan v

Contoh 7.3.

jika u = ( u1, u2, u3, . . . , un), dan v = ( v1, v2, v3, . . . , vn)maka

‖æ‖ = 〈æ, æ〉S = îæ +æ + æ + … + æ!


W

Dan

‖ç‖ = 〈ç, ç〉S = îç +ç + ç + … + ç!


W

.æ, ç0 = ‖æ − ç‖
Seadangkan jaarak antara u dan v adalah :

= î.æ − ç 0 + .æ − ç 0 + .æ − ç 0 + ⋯ + .æ! − ç! 0
Contoh 7.4.
Untuk u = (1,0) dan v = (0,1) dengan hasil kali dalam Euclidis diperoleh :

94
‖æ‖ = ‖ç‖ = 1 dan .æ, ç0 = î1 + .−10 = √2
Tetapi, jika hasil kali dalamnya dirubah menjaadi 〈æ, ç〉 = 3æ ç + 2æ ç maka
diperoleh :

‖æ‖ = 〈æ, æ〉S = î3.10.10 + 2.00.00 = √3


W

Dan .æ, ç0 = ‖æ − ç‖ = î3.1 − 00 + 2.0 − 10 =

î3.10.10 + 2.−10.−10 = √5
Hasil dari contoh 7.4 menunjukkan bahwa panjang vektor dan jarak antara dua vektor

Dalam R3 berlaku bahwa æ ∙ ç = ‖æ‖‖ç‖ cos r dimana r adalah sudut antara u


sangat bergantung pada hasil kali dalamnya.

dan v. Akibatnya jika cos2 r ≤ 1 diperoleh ketaksamaan .æ ∙ ç0 ≤ .æ ∙ æ0.ç ∙ ç0.


Ketaksamaan ini dapat diperumum untuk sembarang ruang hasil kali dalam.

Teorema 7.2

ruang hasil kali dalam, maka 〈æ, ç〉 ≤ 〈æ, æ〉〈ç, ç〉


(Ketaksamaan Cauchy-Schwarz). Jika u dan v adalah vector – vector pada sebuah

Bukti : ( Ditinggalkan sebagai latihan )


Bagi pembaca yang sudah mengenal vektor di R2 dan R3, tentu saja masih ingat
tentang beberapa sifat yang terkait dengan panjang Euclidis dan jarak Euclidis dalam R2
dan R3. Sifat – sifat tersebut dapat anda lihat pada tabel berikut :

L1. ‖æ‖ ≥ 0
Sifat – sifat dasar panjang Euclidis Sifat – sift dasar jarak Euclidis
D1. .æ, ç0 ≥ 0
L2. ‖æ‖ = 0 jika dan hanya jika æ = D2. .æ, ç0 = 0 jika dan hanya jika æ =
0 ç
L3. ‖jæ‖ = |j|‖æ‖
L4. ‖æ + ç‖ ≤ ‖æ‖‖ç‖
D3. d(u,v) = d(v,u)
D4. d(u,v) = d(u,w) + d(w,v) =
(ketaksamaan segitiga) (ketaksamaan segitiga)
Tabel 7.1
Sifat – sifat dasar pada panjang dan jarak Euclidis diatas dapat dipertahankan
pada norma dan jarak dalam ruang hasi kali dalam. Hal ini dinyatakan pada teorema
berikut.

95
Teorema 7.3.
Jika V adalah ruang hasil kali dalam, mak norma ‖æ‖ = 〈æ, æ〉 /
dan jarak .æ, ç0 =
‖æ − ç‖ memenuhi semua sifat pada Tabel 7.1 diatas.

Perhatikan kembali ketaksaman Cauchy-Schwarz〈æ, ç〉 ≤ 〈æ, æ〉〈ç, ç〉. Karena


Bukti : ( Ditinggalkan sebagai latihan)

‖æ‖ = 〈æ, æ〉 dan ‖ç‖ = 〈ç, ç〉 , maka kataksamaanCauchy-Schwarz 〈æ, ç〉 ≤


〈æ, æ〉〈ç, ç〉 dapa ditulis seperti berikut
〈æ, ç〉 ≤ ‖æ‖ ‖ç‖
Jika kedua ruas dibagi dengan ‖æ‖ ‖ç‖ , maka akan didapatkan bentuk
〈æ, ç〉 〈æ, ç〉
≤1 →ó ô ≤1
‖æ‖ ‖ç‖ ‖æ‖‖ç‖

〈æ, ç〉
Atau

−1 ≤ ≤1
‖æ‖‖ç‖
Jika sudut r adalah sudut dengan radian dari 0 sampai õ, maka cos r nilainya antara -1

dan 1, maka bentuk −1 ≤ ‖ö‖‖÷‖ ≤ 1 dapat ditulis sebagai


〈ö,÷〉

〈æ, ç〉
cos r = dan 0 ≤ θ ≤ π
‖æ‖‖ç‖
Dari bentuk yang terakhir ini maka dapat dikatakan bahwa,
Jika r adalah sudut antara vektor u dan v, maka besarnya sudut r dapat ditentukan

〈æ, ç〉
dengan menggunakan rumus

cos r = dan 0 ≤ θ ≤ π
‖æ‖‖ç‖

E. PENGERTIAN BASIS ORTOGONAL

Jika nilai cos r = 0, maka 〈æ, ç〉 = 0. Sementara disisi lain jika cos r = 0 maka r = 90š
Perhatikan kembali rumus untuk menentukan sudut antara dua vektor u dan v.

. Hal ini berarti jika 〈æ, ç〉 = 0 , maka vektor u dan v saling tegak lurus. Berikut adalah
definisi yang terkait dengan pernyataan tersebut.

96
Definisi 7.4.
Dalam ruang hasil kali dalam, dua vektor u dan v dinamakan ortogonal jika 〈æ, ç〉 = 0.
Selanjutnya, jika u ortogonal terhadap setiap vektor pada himpunan w, maka kita
katakan bahwa u orthogonal terhadap w.

Sebagai akibat dari Definisi 7.4, dapat dibuktikan teorema berikut


Teorema 7.4

ortogonal pada ruang hasil kali dalam, maka ‖æ + ç‖ = ‖æ‖ + ‖ç‖


( Teorema Pythagoras yang digeneralisasi ). Jika u dan v adalah vektor – vektor

‖æ + ç‖ = 〈æ + ç, æ + ç〉 = ‖æ‖ + 2〈æ, ç〉 + ‖ç‖ = ‖æ‖ + ‖ç‖


Bukti :

F. MENGUBAH SEMBARANG BASIS MENJADI BASIS ORTONOMAL


Pada pembahasan tentang basis, telah diketahui bahwa basis dari ruang vector R2
adalah himpunan yang anggota – anggotanya adalah vektor – vektor ( 1, 0 ) dan ( 0, 1 ),
sedangkan basis di R3 adalah vektor – vektor ( 1, 0, 0 ), ( 0, 1, 0 ), dan ( 0, 0, 1 ). Jika
anda selidiki lebih lanjut panjang (norma) dan sudut masing – masing vektor basis
dalam R2 dan R3, maka akan ditemukan bahwa norma semua vektor tersebut adalah 1

°.1,00, .0,10² di R2 dan °.1,0,00, .0,1,00, .0,0,10² di R3 adalah himpunan ortogonal dan
dan setiap dua vektor yang berbeda saling tegak lurus. Hal ini menunjukkan bahwa

semua vektor – vektor tersebut memiliki norma 1. Kenyataan ini akan diperumum untuk
ruang hasil kali dalam melalui definisi berikut.
Definisi 7.5.
Sebuah himpunan vektor pada ruang hasil kali dalam dinamakan himpunan ortogonal
jika semua pasangan vektor – vektor yang berbeda dalam himpunan tersebut ortogonal.
Sebuah himpunan ortogonal yang setiap vektornya mempunyai norma 1 dinamakan
ortonormal.

Contoh 7.5

0, -1 ) adalah ortogonal, karena 〈u1 , u2 〉 = 〈u1 , u3 〉 = 〈u2 , u3 〉 = 0. Tetapi S bukan


Suatu himpunan S = { u1, u2, u3 } dimana u1 = ( 0, 1, 0 ), u2 = ( 1, 0, 1 ), dan u3 = ( 1,

himpunan ortonormal, karena ‖æ ‖ = 1, ‖æ ‖ = √2 , dan ‖æ ‖ = √2.

Perhatikan kembali Contoh 7.5 !


97
Jika kita kalikan u2 = ( 1, 0, 1 ) dengan kebalikan panjangnya diperoleh vektor baru v2 =

, 0,
√ √
, begitupun dengan u3 = ( 1, 0, -1 ) jika dikalikan dengan kebalikan

, 0, −
√ √
panjangnya diperoleh v3 =

Contoh 7.6

, 0, , 0,
√ √ √
Himpunan S = { v1, v2, v3 } dimana v1 = ( 0, 1, 0 ) , v2 = dan v3 =

− adalah himpunan ortonormal karena 〈v1 , ç2 〉 = 〈v1 , ç3 〉 = 〈v2 , v3 〉 = 0



dan

‖ç ‖ = ‖ç ‖ = ‖ç ‖ = 1 .

Proses pengalian vektor v taknol dengan kebalikan panjangnya untuk


mendapatkan vektor yang normanya 1 disebut menormalisasikanv. Artinya himpunan
ortogonal dari vektor taknol selalu dapat dikonversi menjadi himpunan ortonormal
dengan menormalisasikan vektornya masing – masing. Sepert yang terlihat pada Contoh
7.6 dimana vektor – vektornya diperoleh dari hasil normalisasi vektor – vektor pada
Contoh 7.5.

Untuk menemukan basis ortonormal pada ruang hasil kali dalam, dapat
digunakan teorema - teorema berikut sebagai motivatornya.

Teorema 7.5.

Jika S = { v1, v2, v3, . . . , vn } adalah basis ortonormal untuk ruang hasil kali dalam V,
dan u adalah sembarang vektor dalam V, maka

æ = 〈æ, ç 〉ç + 〈æ, ç 〉ç + 〈æ, ç 〉ç + … + 〈æ, ç! 〉ç!

Bukti :

Karena diketahui S = { v1, v2, v3, . . . , vn } adalah basis, maka vector dapat dinyatakan

æ = j ç + j ç + j ç + … + j! ç!
sebagai kombinasi linier yaitu :

Selanjutnya akan dibuktikan bahwa j' = 〈æ, ç' 〉 untuk i = 1, 2, 3, . . . , n.

Untuk setiap vektor ç' dalam S diperoleh

〈æ, ç' 〉 = 〈j ç + j ç + j ç + … + j! ç! , ç' 〉

98
= 〈j ç , 〉ç' + 〈j ç , 〉ç' + 〈j ç , 〉ç' + … + 〈j! ç! , 〉ç'

= j 〈ç , ç' 〉 + j 〈ç , ç' 〉 + j 〈ç , ç' 〉 + … + j! 〈ç! , ç' 〉

Karena diketahui S = { v1, v2, v3, . . . , vn } adalah himpunan ortonormal, maka

〈ç' , ç' 〉 = ‖ç ‖ = 1 dan 〈ç' , ç( 〉 = 0 jika ] ≠ Û

Sehingga diperoleh :

〈æ, ç' 〉 = j 〈ç , ç' 〉 + j 〈ç , ç' 〉 + j 〈ç , ç' 〉 + … + j! 〈ç! , ç' 〉 = j'

Teorema 7.6

Jika S = { v1, v2, v3, . . . , vn } adalah himpunan ortogonal vektor taknol dalam ruang
hasil kali dalam, maka S bebas linier

Bukti :

Misalkan j ç + j ç + j ç + … + j! ç! = 0

Akan dibuktikan bahwa S bebas linier yaitu j = j = j = ⋯ = j! = 0

Untuk setiap vektor ç' dalam S jelas bahwa

〈j ç + j ç + j ç + … + j! ç! , ç' 〉 = 〈0, ç' 〉 = 0

Atau j 〈ç , ç' 〉 + j 〈ç , ç' 〉 + j 〈ç , ç' 〉 + … + j! 〈ç! , ç' 〉 = 0

Karena S orthogonal maka 〈ç' , ç( 〉 = 0 jika ] ≠ Û. Sehingga dapat disimpulkan bahwa


j' 〈ç' , ç' 〉 = 0 untuk setiap i = 1, 2, 3, . . . , n.

Karena vektor – vektor di S tidak nol maka 〈ç' , ç' 〉 ≠ 0 (menurut sifat kepositifan hasil
kali dalam). Hal ini berarti bahwa j = j = j = ⋯ = j! = 0, jadi S bebas linier.

99
Teorema 7.7.

Misalkan V adalah ruang hasil kali dalam dan { v1, v2, v3, . . . , vr } adalah himpunan
ortonormal dari vektor – vektor V. Jika W menyatakan ruang yang direntang oleh v1, v2,
v3, . . . , vr , maka setiap vektor u dalam V dapat diungkapkan dalam bentuk :

u = w1 + w2.

Dimana w1 terletak di W dan w2 ortogonal terhadap W dengan memisalkan

é = 〈æ, ç 〉ç + 〈æ, ç 〉ç + 〈æ, ç 〉ç + … + 〈æ, ç› 〉ç› (i)

dan é = æ − 〈æ, ç 〉ç − 〈æ, ç 〉ç − 〈æ, ç 〉ç − … − 〈æ, ç› 〉ç› (ii)

Sebagai motivasi, perhatikan Gambar 7.1 untuk melukiskan pada R3

W u

w1

Gambar 7.1

Proyeksi orthogonal u pada W ditulis proyw u adalah w1, jadi persamaan (i) dan
(ii) dapat ditulis :

ûPs•ü æ = 〈æ, ç 〉ç + 〈æ, ç 〉ç + 〈æ, ç 〉ç + … + 〈æ, ç› 〉ç›

dan

æ − ûPs•ü æ = æ − 〈æ, ç 〉ç − 〈æ, ç 〉ç − 〈æ, ç 〉ç − … − 〈æ, ç› 〉ç›

( komponen u ortogonal terhadap W )

Teorema 7.8.

Setiap ruang hasil kali dalam berdimensi berhingga taknol mempunyai sebuah basis
ortonormal.

100
Bukti :

Misalkan V adalah sebuah ruang hasil kali dalam berdimensi n taknol, dan misalkan S =
{ u1, u2, u3, . . . , un } adalah sembarang basis V. Urutan langkah – langkah berikut akan
menghasilkan basis ortonormal { v1, v2, v3, . . . , vn } untuk V.

Langkah 1. Misalkan ç = ‖öW ‖ , dapat dipastikan norma vektor v1 adalah 1


ö
W

Langkah 2. Untuk membangun vektor v2 yang normanya 1 dan orthogonal terhadap v1,
dapat dilakukan dengan cara mencari komponen u2 yang ortogonal terhadap
ruang W1 yang direntang oleh v1 dan kemudian dinormalisasikan, yaitu ;

æ − ûPs•üW æ
ç =
ýæ − ûPs•üW æ ý
æ − 〈æ , ç 〉ç
=
‖æ − 〈æ , ç 〉ç ‖

Langkah 3. Untuk membangun vektor v3yang normanya 1 dan orthogonal terhadap v2,
dapat dilakukan dengan cara mencari komponen u3 yang ortogonal terhadap
ruang W2 yang direntang oleh v1 dan v2 kemudian dinormalisasikan, yaitu ;

æ − ûPs•üS æ æ − 〈æ , ç 〉ç − 〈æ , ç 〉ç
ç = =
ýæ − ûPs•üS æ ý ‖æ − 〈æ , ç 〉ç − 〈æ , ç 〉ç ‖

Langkah 4. Untuk membangun vektor v4yang normanya 1 dan orthogonal terhadap v3,
dapat dilakukan dengan cara mencari komponen u4 yang ortogonal terhadap
ruang W3 yang direntang oleh v1 , v2 dan v3 kemudian dinormalisasikan,
yaitu ;

æ1 − ûPs•üR æ1 æ1 − 〈æ1 , ç 〉ç − 〈æ1 , ç 〉ç − 〈æ1 , ç 〉ç


ç1 = =
ýæ1 − ûPs•üR æ1 ý ‖æ1 − 〈æ1 , ç 〉ç − 〈æ1 , ç 〉ç − 〈æ1 , ç 〉ç ‖

Dengan meneruskan langkah yang sama akan didapatkan himpunan ortonormal

S* = { v1, v2, v3, . . . , vn }. Karena V berdimensi n dan himpunan S* ortonormal maka


berdasarkan Teorema 7.6 S* bebas linier. Jadi himpunan S* = { v1, v2, v3, . . . , vn }
adalah basis ortonormal.

101
Langkah – langkah yang digunakan untuk membuktikan Teorema 7.8, yaitu
untuk merubah basis menjadi basis ortonormal dinamakan proses Gram-Schmidt.

Contoh 7.7

Diketahui Ruang hasil kali dalam R3 dengan hasil kali dalam Euclidis. Transformasi
basis { u1, u2, u3 } dengan u1 = (1, 1, 1) , u2 = (0, 1, 1) dan u3 = (0, 0, 1) menjadi basis
ortonormal melalui proses Gram-Schmidt.
Penyelesaian :

Langkah 1. ç = ‖öW ‖ = = , ,
ö . , , 0
W √ √ √ √

ç = =
öS QG›šþ W öS öS Q〈öS ,÷W 〉÷W
ýöS QG›šþ W öS ý ‖öS Q〈öS ,÷W 〉÷W ‖
Langkah 2.

2 1 1 1
æ − ûPs•üW æ = æ − 〈æ , ç 〉ç = .0, 1, 10 − , ,
√3 √3 √3 √3
2 2 2
= − , ,
3 3 3

ç = = = − , ,
222
öS QG›šþ W öS − , ,
333
ýöS QG›šþ W öS ý 222
− , , √¬ √¬ √¬
Jadi
333

æ − ûPs•üS æ æ − 〈æ , ç 〉ç − 〈æ , ç 〉ç
Langkah 3.

ç = =
ýæ − ûPs•üS æ ý ‖æ − 〈æ , ç 〉ç − 〈æ , ç 〉ç ‖

æ − ûPs•üS æ = æ − 〈æ , ç 〉ç − 〈æ , ç 〉ç
1 1 1 1 1 2 1
1 1 1
= .0, 0, 10 − , , − − ,= 0, − , ,
√3 √3 √3 √3 √6 √6 √6 √6 2 2
WW
«,Q ,
Jadi ç = = = 0, − ,
öR QG›šþ S öR SS
ýöR QG›šþ S öR ý WW
«,Q , √ √
SS

, ç = −√ ,√ ,√
2 1 1
Kesimpulan {v1, v2, v3} dengan ç = , , dan ç =
√ √ √ 6 6 6

0, − ,
√ √
adalah basis ortonormal untuk ruang hasil kali dalam R3.

102
G. LATIHAN 7
1. Buktikan Teorema 7.1

3. Tunjukkan bahwa 〈æ, ç〉 = 9æ ç + 4æ ç adalah hasil kali dalam pada R2


2. Lanjutkan pembuktian pada Contoh 7.2

4. Gunakan hasil pada no 2 untuk menentukan 〈æ, ç〉 jika diketahui u = (-2, 1) dan v =

5. Tunjukkan bahwa 〈æ, ç〉 = 5æ ç − æ ç − æ ç + 10æ ç adalah hasil kali dalam


(2, 9).

2 1
pada R2 yang dibentuk oleh b =
−1 3
6. Misalkan u = (u1, u2) dan v = (v1, v2). Tentukan matriks pembentuk dari masing –

a. 〈æ, ç〉 = 4æ ç + 16æ ç
masing hasil kali dalam berikut :

b. 〈æ, ç〉 = 2æ ç + 7æ ç
7. Misalkan u = (-1, -1, 1, 1) dan v = (1, 1, 5, -3). Buktikan bahwa u dan v ortogonal
kemudian buktikan pula bahwa hukum Pythagoras berlaku.
8. Jika diberikan u = (1, 1, 1, 1) dan v = (8, 2, 2, 0)
a. Tentukan besar sudut yang dibentuk oleh u dan v
b. Tentukan proyeksi vektor p dari u pada y

9. Diketahui bahwa 〈û, 〉 = + +


c. Tunjukkan bahwa u – p ortogonal terhadap p
« « adalah hasil kali dalam untuk ruang
hasil kali dalam P2. Tentukan d(p,q) jika û = 2 − t + t dan = 1 + 5t , tentukan
juga norma dari p dan q.
10. Misalkan R3 mempunyai hasil kali dalam Euclidis. Tentukan nilai – nilai k yang
menyebabkan u dan v ortogonal.
a. u = (2, 1, 3) dan v = (1, 7, k)
b. u = (k, k, 1) dan v = (k, 5, 6)

a. ‖æ + ç‖ ≥ |‖æ‖ − ‖ç‖|
11. Buktikan baahwa :

b. ‖æ + ç‖ + ‖æ − ç‖ = 2‖æ‖ + 2‖ç‖

103
12. Perlihatkan bahwa vektor (1, 1, 1, 1) adalah kombinasi linier dari vektor – vektor (1,
0, 0, 1 ), (-1, 0, 2, 1), (2, 3, 2, -2) dan (-1, 2, -1, 1)
13. Misalkan R2 mempunyai hasil kali dalam Euclidis. Transformasi basis {u1, u2}
menjadi basis ortonormal dengan menggunakan proses Gram- Schmidt
a. u1 = (1, -3) dan u2 = (2, 2)
b. u1 = (1, 0) dan u2 = (3, -5)
14. Misalkan R3 mempunyai hasil kali dalam Euclidis. Transformasi basis {u1, u2, u3}
menjadi basis ortonormal dengan menggunakan proses Gram- Schmidt
a. u1 = (1, 1, 1) , u2 = (-1, 1, 0) dan u3 = (1, 2, 1)
b. u1 = (1, 0, 0) , u2 = (3, 7, -2) dan u3 = (0, 4, 1)

104

Anda mungkin juga menyukai