Anda di halaman 1dari 8

Nama: Muhammad Irsyad Purwaaiman

Npm: 211000161
Kelas: D
A. NILAI ILMU NEGARA
nakala dipelajari ruang lingkup lImu Negara dengan memper
metode perbandingan dalam melakukan penyelidikan
terhadap sasaran-
ya itu, maka hasilnya dapat ditarik berupa nilai. Nilai itu
mempunyai
penting, karena menentukan sifat dan tabiat atau
karakteristik IImu
Negara.
Adapun yang menjadi nilai untuk lImu Negara, ialah :
1. Totalitas
Yaitu, objek penyelidikan dapat diselidiki secara menyeluruh
atau
als Ganzheit yang tidak tertuju semata-mata pada satu
negara ter-
tentu saja. Dengan dipergunakannya metode perbandingan
dalam
penyelidikan, maka konsekuensinya sasaran itu haruslah
lebih dari
satu negara yang dipelajari secara keseluruhan.
Hasil penyelidikan itu mengandung nilai yang utuh
menyeluruh
sebagai lawan nilai tertentu.
2. Umum
Yaitu nilai yang didapat dari gambaran secara keseluruhan
yang
mengandung genusbegrip, bukannya species begrip.
atas merupakan pula suatu abstraksi dari objek peny
ntu, yang memuat pengertian khusus setelah kemudia
bandingkan dengan menggunakan metode perbandingan.
3. Abstrak
Yaitu nilal yang tidak nyata dan diperoleh sebagai akibat dari
nilai.
nilai totalitas dan umum.
Kebalikan dari hal di atas, adalah nilai konkret yang diperoleh
dari
sasaran yang tertentu dan mengandung pengertian khusus.
4. Teoretis
Yaitu perumusan dan konkretisasi cita-cita sebagai lawan
nilai
praktis.
Nilai praktis didapat dari objek penyelidikan yang testentu
dan
memuat pengertian khusus.
5. Bebas Nilai
Yaitu netral atau value free yang tidak dipengaruhi oleh
waktu,
tempat, dan keadaan selaku faktor-faktor yang variabel
sifatnya.
Kesemua nilai termaksud di atas menjadikan limu Negara
sebagai
dasar, basis, dan landasan yang bersifat fundamental

B. FUNGSI ILMU NEGARA


Pengertian fungsi di dalam ilmu pengetahuan alam -
(Naturwissenschaft)
mempunyai 4 arti, sedangkan menurut ilmu pengetahuan
kerohanian
(Gelsteswissenschaft) mengandung 3 aril ialah:
a. fungsi berarti bergantung kepada (pengertian pertama
dari Natur-
wissenschaft).
b. fungsi. berarti tugas, ambtwerking in het verbandmet het
geheel
(pengertian kedua dari Naturwissenschaft akan tetapi arti
pertama
dari Geisteswissenschalb
c. fungsi berarti hubungan timbal balik antara bagian dan
keseluruhan
engertian ketiga dari Naturwissenschaft, akanㆍtetapi arti
dari Geisteswissenschaft)
d. fungsi berarti kerja atau werking (pengertian keempat dar
wissenschaft, akan tetapi arti ketiga dari
Geisteswissenschaf).

Selanjutnya dalam hal ini yang dimaksudkan dengan fungsi


adalah men-
cakup ketiga pengertian yang diberikan oleh fungsi menurut
ilmu penge-
tahuan kerohanian. Dengan demikian dan juga sebagaimana
telah di-
uraikan di muka, maka fungsi llmu Negara adalah sebagai
pengantar
untuk matakuliah lain pada cabang-cabang ilmu kenegaraan,
seperti
contoh Hukum Tata Negara dan Hukum Administrasi Negara.
Pengertian pengantar itu sendiri mengandung 3 arti?, yaitu:
a. keseluruhan ilmu pengetahuan,
b. gambaran keseluruhan secara sistematik,
c. ilmu pengetahuan mengenai dan menjawab pertanyaan-
pertanya-
an pendahuluan (vorfragen, prealabele vragen) atau
dinamakan
juga wissenschaftlehre.

Apabila diperhatikan tiga arti dari pengantar itu, maka timbul


pertanyaan,
pengertian vang manakah dari ketiga pengertian itu ataukah
mencakup
semua arti pengantar untuk arti "pengantar" pada llmu
Negara?
Jawaban untuk itu. ielas bahwa pengertian pengantar di sini
bukanlah
mencakup ketiga arti; melainkan yang dimaksud dengan
pangantar llmu
Negara adalah sebagai wissenschaftlehre. Jadi Iimu Negara
selaku
pengantar menjadi ilmu pengetahuan dasar atau basis
(grondwetenschap
asiswetenschap) untuk mata kuliah, lain pada cabang-cab
kenegaraan, sebagaimana telah diuraikan terdahulu.oleh
kegiatan itulah maka ilmu negara bertugas menjawab
pertanyaan pertanyaan pendahuluan

C. STATUS ILMU NEGARA PADA PROGRAM PENDIDIKAN


SARJANA HUKUM

1. Dalam Kurikulum Inti


Apabila diperhatikan berbagai peraturan yang berlaku untuk
Perguruan
Tinggi, ternyata di antaranya terdapat peraturan Pelaksanaan
yang
berupa. Keputusan Direktur .Jenderal Pendidikan Tinggi
Departemen
Pendidikan dan Kebudayaan R.I. No.30/DJ/Kep./1983
tertanggal 27 April
1983 tentang Kurikulum Inti Program Pendidikan Sarjana
Bidang Hukum.
Keputusan tersebut menjadi dasar bagi semua kurikulum
pendidikan
sarjana bidang hukum di Indonesia, yang harus
memperhatikan per-
kembangan pendidikan tinggi bidang hukum itu sendiri
dipadukan dengan
dasar-dasar yang digunakan dalam sistem pendidikan tinggi
pada umumnya.
Selanjutnya di samping tujuan umum terdapat tujuan khusus
program
pendidikan sarjana bidang hukum" dengan melalui sistem
SKS.

Dalam hal ini terdapat SKS yang sifatnya minimal (58), dan
maksimal (72)
yang dapat dikembangkan dalam kurikulum lengkap
sekurang-kurangnya
(144) dan sebanyak-banyaknya (160)

Pengembangan kurikulum inti terjadi karena adanya


perencanaan yang
dikembangkan oleh Jurusan dan Laboratorium di Fakultas
Hukum,
kemudian dipertimbangkan oleh Senat Fakultas dan
disampaikan kepada
Dekan untuk selanjutnya diusulkan kepada Rektor untuk
mendapat
keputusan tentang pengembangan kurikulum inti.

Pengembangan kurikulum inti menjadi kurikulum lengkap


dengan jalan
penambahan mata kuliah yang dapat dikelompokkan
menjadi :
a. mata kuliah pendalaman,
b. matakuliah penunjang,
c. mata kuliah pembulat studi.?

Apabila diperiksa ternyata Ilmu Negara tidak termasuk dalam


mata kuliah
penambahan yang dikembangkan melainkan termasuk ke
dalam kuri-
lum inti yaitu Mata Kuliah Dasar Keahlian Hukum (MKDKH)
elompok dengan Pengantar lImu Hukum (PIH) dan Pengantar
Hukum Indonesia (PHI dahulu PTHI), bukannya dalam Mata
Kuliah Dasar Umum (MiKDU) dan Mata Kuliah Keahlian
Hukum (MKKH).

Kedudukan Iimu Negara dalam kurikulum inti sebagai mata


kuliah dasar
keahlian hukum merupakan hal yang.tepat karena sesuai
dengan
martabat, sifat hakikat atau karakteristik Ilmu Negara itu
eendiri sebagai-
mana telah diuraikan di muka.

2. Dalam Kurikulum Nasional


Pada tahun 1993 Departeren Pendidikan dan Kebudayaan
Republik
Indonesia mengadakan perubahan yang mendasar, dalam
pendidikan
hukum di Indonesia, yakni dengan mengeluarkan Keputusan
Menteri
Pendidikan dan Kebudayaan Nomar 17/010/1993, tentang
Kurikulum
yang berlaku secara Nasional Pendidikan Tinggi Program
Sajana Bidang
Ilmu Hukum pada Fakultas Hukum.
ketentuan tersebut kemudian lebih disempurnakan lagi oleh
keputusan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Republik In
or 0325/U/1994, tentang Kurikulum yang berlaku secara
Nasional
Program Sarjana llmu Hukum.
Perubahan yang mendasar antara lain terlihat, apabila
memperhatikan
ketentuan-ketentuan dalam Pasal 2 dengan Pasal 5
Keputusan tersebut di atas.
Pasal 2 ayat (1) menegaskan bahwasanya dalam Program
Sarjana Ilmu
Hukum hanya terdapat 1 (satu) Program Studi, yaitu program
studi ilmu
hukum, dan selanjutnya dalam ayat (2) menegaskan terdapat
8 (delapan)
bagian yang merupakan unsur pelaksana akademik fakultas
yang ber-
tugas dalam pengelolaan sumber daya manusia bagi
pengemban ilmu
hukum.

Bagian-bagian itu terdiri atas :


1. Dasar-dasar llmu Hukum;
2. Hukum Keperdataan; .
3. Hukum Pidana;
4. Hukum Tata Negara;
5. Hukum Administrasi Negara;
6. Hukum Internasional;
7. Hukum dan Masyarakat; dan
8. Hukum Acara.

Pasal 5 Surat Keputusan tersebut, mengatur tentang


Kurikulum perguruan
tinggi program sarjana ilmu hukum terdiri dari materi
kurikulum yang
berlaku secara nasional dan materi kurikulum lokal yang akan
ditetapkan
oleh masing-masing perguruan tinggi yang bersangkutan.

Materi kurikulum nasional ditetapkan sebanyak 82 SKS yang


perlaku
sebagai mata kuliah wajib dan terdiri atas
1. Mata Kuliah Umum (MKU);
2. Mata Kuliah Dasar Keahlian Hukum;
3. Mata Kuliah Keahlian Hukum;
4. Mata Kuliah Pembulat; dan
5. Pendidikan Kemahiran Hukum.

Materi kurikulum lokal ditentukan sebanyak-banyaknya 78


SKS yang
ditetapkan oieh masing-masing perguruan tinggi, sehingga
Kurikulum
Nasional dan kurikulum lokal merupakan kurikulurn yang
utuh.

Termasuk ke dalam kurikulum lokal ini dapat terbagi atas satu


atau lebih
program kekhususan.

Kesimpulan pokok yang diperoleh dari kedua ketentuan


tersebut antara
lain dan yang terpenting adalah perubahan mendasar dalam
penyeleng-
garaan pendidikan sarjana ilmu hukum dibandingkan
penyelenggaraan
yang sebelumnya adalah penghapusan "Jurusan" sebagai
pengeloia
kegiatan-kegiatan akademik atau kekhususan.

Status lImu Negara dalam kurikulum program sarjana ilmu


hukum tetap termasuk dalam "Mata Kuliah Dasar Keahlian
Hukum" dengan jurnal SKS 3 (tiga), yang merupakan materi
kurikulur nasional dan mata kuliah wajib.

Anda mungkin juga menyukai