Anda di halaman 1dari 88

VOLUME 17, NO.

01, JUNI 2019 ISSN 1693-1742


e-ISSN 2579-8529

JURNAL

TRANSPORTASI
MULTIMODA
Terakreditasi, No. 785/AU1/P2MI-LIPI/11/2017
Jurnal

PUSLITBANG TRANSPORTASI ANTARMODA


JL. MEDAN MERDEKA TIMUR NO. 5 JAKARTA PUSAT
Telp. (021) 3449726, Fax. (021) 3449726









“ ”






Agung prayudha et al. / Jurnal Transportasi Multimoda, Vol. 17 (2019): 14-21

doi: http://dx.doi.org/10.25104/mtm.v15i1.413
1693-1742/2579-8529 ©2018 Jurnal Transportasi Multimoda | Puslitbang Transportasi Antarmoda, Balitbang Perhubungan
Artikel ini disebarkan dibawah lisensi CC BY-NC-SA license (https://creativecommons.org/licenses/by-nc-sa/4.0/).
Homepage: http://ojs.balitbanghub.dephub.go.id/index.php/jurnalmtm/index | Nomor Akreditasi : 1/E/KPT/2015 (Sinta 2)
Tabel 3. Skenario Pertumbuhan permintaan

Tabel 4. Perbandingan Biaya Operasional Aktual dan Simulasi


Ucapan terima kasih


doi: http://dx.doi.org/10.25104/mtm.v15i1.413
1693-1742/2579-8529 ©2018 Jurnal Transportasi Multimoda | Puslitbang Transportasi Antarmoda, Balitbang Perhubungan
Artikel ini disebarkan dibawah lisensi CC BY-NC-SA license (https://creativecommons.org/licenses/by-nc-sa/4.0/).
Homepage: http://ojs.balitbanghub.dephub.go.id/index.php/jurnalmtm/index | Nomor Akreditasi : 1/E/KPT/2015 (Sinta 2)
– –

– – ’


” ”
” ”


Gambar 2. Frekuensi kapal Lintas Jangkar – Sapudi yang Gambar 3. Jumlah penumpang yang naik dan turun di lintas
sandar di Dermaga Pelabuhan Penyeberangan Jangkar Jangkar – Sapudi di Dermaga Pelabuhan Penyeberangan
Kabupaten Situbondo tahun 2018 Jangkar Kabupaten Situbondo tahun 2018



– –
– –



– – ’ –


– –
– ’ – –


“ ”

Tabel 3. Jadwal Pemberangkatan PLM Lintas Jangkar -


Sapudi - Ra'as
Hari Nama kapal Jam Rute
- Senin PLM. Karya Utama 08.00 WIB Jangkar –
- Ra'as
Selasa PLM. Tanjung Perak 09.30 WIB Jangkar –
- Sapudi
PLM Mutiara 08.30 WIB Jangkar –
Ra'as
Rabu PLM. Madona I 08.30 WIB Jangkar –
Ra'as
PLM. Karya Indah - -
Kamis PLM. Angin Mamiri 08.30 WIB Jangkar –
– Ra'as
Jum'at PLM. Lorena 09.30 WIB Jangkar –
Ra'as
Sabtu PLM. Madona II 08.30 WIB Jangkar –
Ra'as
Minggu PLM. Budi Mulya 08.30 WIB Jangkar –
Ra'as
Sumber : Pelabuhan penyeberangan Jangkar, Kabupaten Situbondo,
2018

-
-

-
– ’


– ’

– – ’

Gambar 8. Jumlah kendaraan roda 4 yang naik dan turun di lintas


Gambar 10. Frekuensi kapal Lintas Jangkar – Kalianget yang
Jangkar – Ra’as di Dermaga Pelabuhan Penyeberangan Jangkar
sandar di Dermaga Pelabuhan Penyeberangan Jangkar Kabupaten
Kabupaten Situbondo tahun 2018
Situbondo tahun 2018

Gambar 11. Jumlah penumpang yang naik dan turun di lintas


Gambar 9. Jumlah kendaraan roda 2 yang naik dan turun di lintas Jangkar – Kalianget di Dermaga Pelabuhan Penyeberangan
Jangkar – Ra’as di Dermaga Pelabuhan Penyeberangan Jangkar Jangkar Kabupaten Situbondo tahun 2018
Kabupaten Situbondo tahun 2018
Gambar 12. Jumlah kendaraan roda 4 yang naik dan turun di
Gambar 13. Jumlah kendaraan roda 2 yang naik dan turun di lintas Jangkar – Kalianget di Dermaga Pelabuhan Penyeberangan
lintas Jangkar – Kalianget di Dermaga Pelabuhan Jangkar Kabupaten
Penyeberangan Jangkar Kabupaten Situbondo tahun 2018 Situbondo tahun 2018

Gambar 14. Pintu gerbang Pelabuhan Penyeberangan Jangkar,


dari pintu gerbang ini penumpang dan angkutan barang harus
masuk ke dalam menuju dermaga penyeberangan Jangkar sejauh
± 5 km.


– ’

– ’

Sumber : Pelabuhan Jangkar, Situbondo, 2018


N= Naik T=Turun J=Jumlah

– ’

Sumber : Pelabuhan Jangkar, Situbondo, 2018


N= Naik T=Turun J=Jumlah

– ’



– ’ –


– ’ –



– ’
– ’

– –


Maria Magdalena / Jurnal Transportasi Multimoda, Vol. 17 (2019): 22-35

doi: http://dx.doi.org/10.25104/mtm.v15i1.413
1693-1742/2579-8529 ©2018 Jurnal Transportasi Multimoda | Puslitbang Transportasi Antarmoda, Balitbang
Perhubungan
Artikel ini disebarkan dibawah lisensi CC BY-NC-SA license (https://creativecommons.org/licenses/by-nc-sa/4.0/).
Homepage: http://ojs.balitbanghub.dephub.go.id/index.php/jurnalmtm/index | Nomor Akreditasi : 1/E/KPT/2015
(Sinta 2)
Maria Magdalena / Jurnal Transportasi Multimoda, Vol. 17 (2019): 22-35 23

“ ”
24 Maria Magdalena / Jurnal Transportasi Multimoda, Vol. 17 (2019):22-35

3
Sistem Transportasi
T

1 Arus
F

Sistem
Kegiatan
A
2

Sistem Sistem
Kegiatan Jaringan

Sistem
Pergerakan
Maria Magdalena / Jurnal Transportasi Multimoda, Vol. 17 (2019): 22-35 25


” “ ”

Kebutuhan
ekonomi
manusia dan
barang

Perbedaan
Fungsi
(Hambatan)
Tata ruang Pola
Pergerakan

Jaringan transportasi memutus hambatan ruang


Indikator Kinerja
dan melayani pola pergerakan sekaligus
(Performance Index)
meningkatkan hubungan ekonomi antar ruang

Jaringan
Transportasi
26 Maria Magdalena / Jurnal Transportasi Multimoda, Vol. 17 (2019):22-35


Maria Magdalena / Jurnal Transportasi Multimoda, Vol. 17 (2019): 22-35 27
28 Maria Magdalena / Jurnal Transportasi Multimoda, Vol. 17 (2019):22-35
Maria Magdalena / Jurnal Transportasi Multimoda, Vol. 17 (2019): 22-35 29
30 Maria Magdalena / Jurnal Transportasi Multimoda, Vol. 17 (2019):22-35


Maria Magdalena / Jurnal Transportasi Multimoda, Vol. 17 (2019): 22-35 31
32 Maria Magdalena / Jurnal Transportasi Multimoda, Vol. 17 (2019):22-35

Gambar 8 Deskripsi Kesediaan Menunggu


Maria Magdalena / Jurnal Transportasi Multimoda, Vol. 17 (2019): 22-35 33
34 Maria Magdalena / Jurnal Transportasi Multimoda, Vol. 17 (2019):22-35


Maria Magdalena / Jurnal Transportasi Multimoda, Vol. 17 (2019): 22-35 35
Hasriwan Putra et al. / Jurnal Transportasi Multimoda, Vol. 17 (2019): 36-44

EVALUASI DAN PEMETAAN REGULASI TERKAIT DIGITALISASI


LOGISTIK
DALAM MENGHADAPI INDUSTRI 4.0
Hasriwan Putra1 dan Wicaksana Dramanda2
1
Puslitbang Transportasi Antarmoda, Balitbanghub, Jl. Medan Merdeka Timur, No 5, Jakarta Pusat 10110,
Indonesia
2
Pusat Studi Kebijakan Negara, Fakultas Hukum Universitas Padjadjaran, Jl.Imam Bonjol No 21, Bandung,
Indonesia
Email: hasriwan@yahoo.co.id

Abstrak
Penelitian ini bertujuan untuk melakukan evaluasi pemanfaatan aplikasi logistik berbasis online dan pemetaan
regulasi digitalisasi logistik. Metodologi penelitian yang digunakan yaitu metode kuantitatif dan kualitatif, dengan
melakukan survei online kepada penyedia jasa logistik (logistics service provider) dan wawancara (in-depth
interview) serta melakukan focus group discussion (FGD) dengan pihak-pihak terkait. Sedangkan analisis yang
digunakan yaitu analisis deskriptif. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa aplikasi logistik belum banyak
digunakan oleh penyedia jasa logistik (logistics service provider) dalam melakukan aktifitas logistik. Mayoritas
responden belum pernah menggunakan aplikasi logistik berbasis online yaitu sebesar 46,15%, responden yang
pernah menggunakan aplikasi yaitu 38,46%. Sedangkan responden yang biasa dan selalu menggunakan aplikasi
sangat rendah yaitu 7,69%. Hal ini bisa disebabkan karena masih banyak responden yang belum mengetahui adanya
aplikasi tersebut dengan angka yang cukup signifikan yaitu sebesar 46,15%. Selain itu, keengganan penyedia jasa
logistik menggunakan aplikasi tersebut karena khawatir dengan sistem keamanan datanya. Dari hasil pemetaan
regulasi diketahui bahwa semua Undang-undang transportasi yaitu UU Nomor 23 Tahun 2007 tentang
Perkeretaapian, UU Nomor 17 Tahun 2008 tentang Pelayaran, UU Nomor 1 Tahun 2009 tentang Penerbangan, dan
UU Nomor 22 Tahun 2009 tentang Lalu Lintas dan Angkutan Jalan masih mengamanatkan penggunaan dokumen
paper based sebagai dokumen muatan dan perjanjian pengangkutan. Disisi lain, PP Nomor 82 Tahun 2012 tentang
Penyelenggaraan Sistem Dan Transaksi Elektronik telah mewajibkan kementerian sektor, termasuk Kementerian
Perhubungan, untuk menerbitkan regulasi mengenai pembinaan dan pengawasan bagi penyelenggara sistem dan
transaksi elektronik yang beroperasi di sektornya.
Kata kunci: Aplikasi logistik, Penyedia jasa logistik, Pemetaan regulasi.

Abstract
his research aims to evaluate online-based logistics applications and regulatory mapping. The research methodology
is quantitative and qualitative methods, by conducting online surveys to logistics service providers and conducting
focus group discussions (FGDs) with stakeholder. While the analysis used is descriptive analysis. The results of this
study indicate that logistics applications have not been widely used by logistics service providers in carrying out
logistics activities. The majority of respondents have never used an online-based logistic application that is equal to
46.15%, respondents who have used the application are 38.46%. While the respondents who are normal and always
use the application are very low at 7.69%. This can affect because there are still many respondents who do not
understand the existence of this application with a significant number of 46.15%. In addition, logistics service
providers don’t use the application because they are worried about the data security system. Law Number 23 Year
2007 concerning Railways, Law Number 17 Year 2008 concerning Shipping, Law Number 1 Year 2009 concerning
Aviation, and Law Number 22 Year 2009 concerning Road Traffic and Transportation still mandate the use of paper-
based documents. On the other hand, Government Regulation No. 82 of 2012 concerning the Implementation of
Electronic Transactions and Systems has required sector ministries, including the Ministry of Transportation, to
approve guidance and supervision for system operators and electronic transactions in their sectors.
Keywords: Logistics application, Logistics service providers, Regulatory mapping.

Pendahuluan

Industri 4.0 sebagai fase revolusi teknologi dari pengalaman hidup sebelumnya. Dalam
mengubah cara beraktifitas manusia dalam skala, seluruh aspek kehidupan, teknologi informasi dan
ruang lingkup, kompleksitas, dan transformasi komunikasi mengubah cara masyarakat dalam
doi: http://dx.doi.org/10.25104/mtm.v15i1.413
1693-1742/2579-8529 ©2018 Jurnal Transportasi Multimoda | Puslitbang Transportasi Antarmoda, Balitbang Perhubungan
Artikel ini disebarkan dibawah lisensi CC BY-NC-SA license (https://creativecommons.org/licenses/by-nc-sa/4.0/).
Homepage: http://ojs.balitbanghub.dephub.go.id/index.php/jurnalmtm/index | Nomor Akreditasi : 1/E/KPT/2015 (Sinta 2)
Hasriwan Putra et al. / Jurnal Transportasi Multimoda, Vol. 17 (2019): 36-44 37

Gambar 1 Responden mengetahui aplikasi logistik


Gambar 2 Responden menggunakan aplikasi logistik

Gambar 4 Aplikasi Memudahkan untuk mendapat


Gambar 3 Aplikasi dapat mengurangi biaya operasional pelanggan

berinteraksi dan menawarkan cara yang efisien yaitu aspek pengetahuan, teknologi, ekonomi,
dalam proses produksi serta cara baru dalam sosial, dan politik. Guna menjawab tantangan
melakukan bisnis, seperti; akuisisi pelanggan dan tersebut, diperlukan usaha yang besar, terencana
perawatan melalui media sosial. Hampir setiap dan strategis baik dari sisi regulator (pemerintah),
model bisnis industri telah terganggu dengan kalangan akademisi maupun praktisi.
adanya inovasi teknologi digital selama dekade
Di Indonesia, khususnya bidang logistik,
terakhir (Setiawan, 2017). Manusia bahkan akan
industri 4.0 digaungkan oleh kemunculan aplikasi
hidup dalam ketidakpastian (uncertainty) global,
startup. Aplikasi startup tersebut dapat mengubah
oleh karena itu manusia harus memiliki
proses bisnis logistik yang semula manual
kemampuan untuk memprediksi masa depan
menjadi digital. Digitalisasi logistik akan
yang berubah sangat cepat. Tiap negara harus
membuat proses bisnis menjadi lebih cepat, lebih
merespon perubahan tersebut secara terintegrasi
fleksibel, dan lebih efisien. Namun, belum banyak
dan komprehensif (Yahya, 2018).
penyedia jasa logistik (logistics service provider)
Industri 4.0 memiliki potensi manfaat yang yang mengetahui dan menggunakan aplikasi
besar. Sebagian besar pendapat mengenai potensi tersebut. Penelitian ini bertujuan untuk
manfaat Industri 4.0 adalah mengenai perbaikan melakukan evaluasi pemanfaatan aplikasi logistik
kecepatan-fleksibilitas produksi, peningkatan oleh penyedia jasa logistik (logistics service
layanan kepada pelanggan dan peningkatan provider) dan pemetaan regulasi terkait
pendapatan. Terwujudnya potensi manfaat digitalisasi logistik.
tersebut akan memberi dampak positif terhadap
perekonomian suatu negara. Metodologi
Selain menawarkan banyak manfaat, namun Pengumpulan data untuk evaluasi
Industri 4.0 juga memiliki tantangan yang harus pemanfaatan aplikasi logistik dilakukan dengan
dihadapi. Menurut Zhou dkk (2015), secara umum survei online secara purposive sampling yaitu
ada lima tantangan besar yang akan dihadapi kepada penyedia jasa logistik/freight forwarder
38 Hasriwan Putra et al. / Jurnal Transportasi Multimoda, Vol. 17 (2019): 36-44

Gambar 6 Aplikasi dapat mempercepat waktu


pengiriman Gambar 5 Aplikasi dapat mempercepat pembayaran

dan wawancara (in-depth interview). Selain itu Percepatan pembayaran


juga dilakukan Focus Group Discussion (FGD) di
Dengan menggunakan aplikasi, responden
Jakarta pada tanggal 2 Mei 2018 dan 8 November
menyatakan pembayaran lebih cepat yaitu
2018. Analisis yang digunakan adalah analisis
sebanyak 66,7 %. Responden yang menyatakan
deskriptif. Sedangkan untuk pemetaan regulasi
sama saja tanpa menggunakan aplikasi sebanyak
dilakukan dengan cara desk study.
22,2 % dan yang menyatakan lebih buruk dengan
Hasil dan Pembahasan menggunakan aplikasi yaitu 11,1 %.

Evaluasi Pemanfaatan Aplikasi Logistik Percepatan waktu pengiriman


Sebagian responden mengetahui adanya Responden yang menyatakan penggunaan
aplikasi transportasi multimoda (logistik) berbasis aplikasi mempercepat waktu pengiriman yaitu
online yaitu sebesar 53,9 %. Sedangkan responden 55,6 %. Sedangkan responden yang menyatakan
yang tidak mengetahui juga cukup signifikan yaitu bahwa sama saja tanpa menggunakan aplikasi
sebesar 46,1 %. Mayoritas responden belum yaitu 44,4 %.
pernah menggunakan aplikasi transportasi Mempermudah mendapatkan pelanggan
multimoda (logistik) berbasis online yaitu sebesar
46,1 %, responden yang pernah menggunakan Aplikasi juga dapat membantu memudahkan
aplikasi yaitu 38,5 %. Sedangkan responden yang responden untuk mendapatkan pelanggan yaitu
biasa dan selalu menggunakan aplikasi sangat sebanyak 77,8 %. Sementara, responden yang
rendah yaitu 7,7 %. Dari hasil FGD juga diketahui menyatakan bahwa sama saja tanpa
bahwa keengganan penyedia jasa logistik menggunakan aplikasi yaitu 22,2 %.
menggunakan aplikasi tersebut karena khawatir Pemetaan Regulasi
dengan sistem keamanan datanya.
Dari sisi regulasi, pada dasarnya seluruh
Tinjauan mengenai manfaat yang didapatkan undang-undang di bidang transportasi, yakni
responden dari penggunaan aplikasi yaitu : Undang-Undang Nomor 22 Tahun 2009 tentang
Pengurangan biaya operasional Lalu Lintas dan Angkutan Jalan, Undang-Undang
Nomor 17 Tahun Tahun 2008 tentang Pelayaran,
Responden yang menyatakan bahwa Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2007 tentang
penggunaan aplikasi dapat mengurangi biaya Perkeretaapian, dan Undang-Undang Nomor 1
operasional yaitu sebesar 40 %, sedangkan Tahun 2009 tentang Penerbangan telah
responden yang menyatakan bahwa tidak ada memberikan pengaturan dalam hal angkutan
pengurangan biaya operasional atau dengan kata logistik. Oleh karena itu, pemetaan terhadap
lain sama saja tanpa menggunakan aplikasi yaitu regulasi akan dilakukan terhadap berbagai
50 %. Bahkan ada responden yang menyatakan ketentuan di dalam berbagai undang-undang
bahwa penggunaan aplikasi justru menambah tersebut.
biaya operasional yaitu sebanyak 10 %.
Guna memberikan arah yang lebih fokus, maka
berdasarkan Peraturan Presiden Nomor 26 Tahun
2012 tentang Cetak Biru Sislognas dijelaskan
bahwa logistik adalah bagian dari rantai pasok
Hasriwan Putra et al. / Jurnal Transportasi Multimoda, Vol. 17 (2019): 36-44 39

(supply chain) yang menangani arus barang, arus kepada pengguna jasa apabila terjadi hal-hal yang
informasi dan arus uang melalui proses menurut undang-undang wajib diberikan ganti
pengadaan, penyimpanan, transportasi, distribusi, rugi. Ketentuan tersebut dapat ditemukan dalam
dan pelayanan pengantaran sesuai dengan jenis, Pasal 193 ayat (1) dan ayat (2). Artinya, secara
kualitas, jumlah, waktu dan tempat yang prinsip, perusahaan pengiriman barang wajib
dikehendaki konsumen, secara aman, efektif dan memberikan ganti kerugian kepada pengguna jasa
efisien, mulai dari titik asal sampai titik tujuan. sepanjang dapat dibuktikan bahwa kerugian
Sehubungan dengan hal tersebut, maka tersebut hadir bukan akibat keadaan memaksa
identifikasi regulasi dilakukan dengan 3 (force majeur).
pendekatan yaitu : arus barang, arus informasi
Angkutan Laut
dan arus uang.
Pelayaran tidak dapat dipisahkan dengan
Angkutan Jalan
layanan logistik, hal ini disebabkan, sejak awal
Dalam memberikan layanan logistik, Undang- salah satu aspek utama pelayaran yaitu angkutan
Undang Nomor 22 Tahun 2009 mewajibkan perairan tidak dapat dipisahkan dengan layanan
penggunaan mobil barang. Undang-Undang logistik, seperti dicerminkan dalam Pasal 1 nomor
Nomor 22 Tahun 2009 tidak mengatur lebih lanjut (3) UU Nomor 17 Tahun 2008 tentang Pelayaran
mengenai kriteria khusus yang harus terpenuhi yang mendefinisikan angkutan perairan sebagai
pada mobil barang dalam memberikan layanan kegiatan mengangkut dan/atau memindahkan
logistik. Kriteria khusus hanya diwajibkan bagi penumpang dan/atau barang dengan
angkutan barang khusus yang ditetapkan di dalam menggunakan kapal.
undang-undang. Artinya, selama tidak ditetapkan
Walau merupakan kegiatan yang tak
sebagai barang angkutan khusus, maka syarat
terpisahkan, namun terdapat beberapa syarat bagi
untuk dapat memberikan layanan logistik
kapal atau angkutan perairan guna melakukan
hanyalah berupa mobil barang.
layanan logistik, di antaranya seperti diatur dalam
Sementara itu, dalam melakukan kegiatan Pasal 8 UU Pelayaran bagi pengangkutan barang
pengangkutan barang, Pasal 166 ayat (3) dan Pasal antar pulau atau pelabuhan di dalam negeri hanya
168 Undang-Undang Nomor 22 Tahun 2009 jo. dapat dilakukan oleh kapal berbendera Indonesia
Pasal 57 dan Pasal 58 Peraturan Pemerintah yang diawaki warga negara Indonesia. Sedangkan
Nomor 74 Tahun 2014 mewajibkan mobil barang untuk pengangkutan barang dari Indonesia ke luar
untuk dilengkapi dengan dokumen perjalanan negeri maka Pasal 11 UU Pelayaran selain kapal
berupa surat perjanjian pengangkutan dan surat Indonesia juga memperbolehkan kapal
muatan barang. Yang dimaksud dengan berbendera asing untuk melakukan pengangkutan
“surat perjanjian pengangkutan barang” adalah barang, dengan catatan kapal asing tersebut wajib
bukti pembayaran sah antara pengangkut barang menunjuk perusahaan Indonesia sebagai agen
dan pengirim barang. Yang dimaksud dengan umum.
“surat muatan barang” adalah surat yang
Tarif angkutan barang sendiri ditentukan oleh
menerangkan jumlah dan jenis barang serta asal
UU Pelayaran untuk ditetapkan berdasar pada
dan tujuan pengiriman.
kesepakatan antara pengguna jasa dengan
Berdasarkan ketentuan di atas, terlihat bahwa penyedia jasa angkutan sesuai dengan jenis,
undang-undang memberikan kejelasan hubungan struktur, dan golongan barang yang telah
hukum antara perusahaan angkutan dan ditetapkan pemerintah. Kesepakatan ini
pengguna jasa sebagai hubungan keperdataan membuktikan bila pengangkutan barang masuk
yang dibuktikan dengan “surat perjanjian kedalam ranah keperdataan, yaitu hukum yang
pengangkutan barang”. Hal ini diperkuat di dalam dibentuk di dasarkan pada hasil perjanjian para
Pasal 90 Peraturan Pemerintah Nomor 74 Tahun pihak yang terlibat dalam proses transaksi
2014 tentang Angkutan Jalan. Sementara itu, dari pengangkutan barang. Pemerintah dalam hal ini
sisi arus uang, surat perjanjian pengangkutan hanya mengatur mengenai rentang tarif dari
barang sebagaimana dimaksud di dalam Pasal 166 golongan barang saja, sedangkan keputusan akhir
ayat (3) Undang-Undang Nomor 22 Tahun 2009 mengenai besaran tarif dalam suatu proses
harus dimaknai sebagai bukti pembayaran yang transaksi ditentukan oleh pihak pengangkut
sah. dengan pengguna jasa.

Selain itu, Undang-Undang Nomor 22 Tahun UU Pelayaran juga mengharuskan perusahaan


2009 juga memberikan kewajiban penggantian pengangkutan di bidang pelayaran untuk
kerugian oleh perusahaan pengiriman barang mengasuransikan apabila terdapat barang yang
rusak/hilang serta mengalami keterlambatan
40 Hasriwan Putra et al. / Jurnal Transportasi Multimoda, Vol. 17 (2019): 36-44

distribusi. Adapun mengenai besaran ialah stasiun kereta api, sebab disinilah tempat
tanggungjawab perusahaan pengangkut UU perpindahan serta bongkar muat barang
Pelayaran tidak mengatur lebih detail melainkan dilakukan, dan untuk melakukan bongkar muat
disesuaikan dengan kontrak/perjanjian barang tersebut UU Perkeretaapian telah
pengangkutan yang telah disepakati, mengingat menentukan bila stasiun harus dilengkapi
hal ini masuk kedalam ranah hukum keperdataan. beberapa fasilitas seperti fasilitas keselamatan,
Meski termasuk dalam ranah hukum keperdataan, keamanan, bongkar muat barang, dan fasilitas
namun UU Pelayaran juga mengatur beberapa hal umum. Tidak hanya itu, UU Perkeretaapian juga
teknis, salah satunya yang terkait dengan barang memberikan stasiun kesempatan untuk
khusus atau barang yang dinilai berbahaya. Untuk menyediakan jasa pelayanan khusus dalam hal
barang yang masuk kedalam kedua kategori perpindahan barang, yakni untuk melaksanakan
tersebut UU Pelayaran dalam Pasal 47-nya bongkar muat serta penitipan barang, yang
mewajibkan pemilik kapal, atau agen perusahaan nantinya kedua pelayanan khusus tersebut akan
pengangkutan untuk melapor pada syahbandar dikenai tarif jasa pelayanan tambahan.
bila hendak mengangkut dua kategori barang
Apabila selama proses layanan logistik tersebut
tersebut.
terjadi hal yang tidak diinginkan semisal
Satu hal menarik yang terdapat dalam UU kecelakaan maka penyelenggara perkeretaapian
Pelayaran, ialah adanya pengaturan mengenai diharuskan untuk memindahkan barang antaran
angkutan multimoda, yakni angkutan barang yang ke kereta api lain atau moda transportasi lain
paling sedikit menggunakan dua moda angkutan guna meneruskan proses perpindahan barang ke
berbeda atas dasar satu kontrak. Angkutan stasiun tujuan. Adapun selama proses
perairan dalam UU ini dinilai dapat menjadi salah perpindahan barang, Pasal 139 ayat (2) UU
satu bagian dari angkutan multimoda. Sedangkan Perkeretaapian mengkategorikan angkutan
terkait tanggungjawab dari angkutan multimoda barang kedalam empat kategori : (a) Barang
sendiri, UU ini tidak mengatur secara mendetail umum; (b) Barang khusus; (c) Bahan berbahaya
melainkan hanya menegaskan bila terjadi dan beracun; dan (d) Limbah bahan berbahaya
kerusakan atau kehilangan barang maka penyedia dan beracun. Pengkategorian ini dimaksudkan
jasa angkutan multimoda harus untuk membedakan lokasi bongkar muat
bertanggungjawab, dengan mengasuransikannya. berdasarkan perbedaan kategorinya, serta
Pada dasarnya pola tanggungjawab perusahaan membedakan pula gerbong yang digunakan sesuai
multimoda mirip dengan yang terdapat pada klasifikasi barang, sebab barang yang masuk
perusahaan pengangkutan pelayaran yaitu kedalam kategori berbahaya atau limbah beracun
mereka harus mengasuransi serta melakukan tentu tidak dapat disamakan dengan barang-
ganti rugi jika terjadi kerusakan atau kehilangan barang lainnya.
barang.
Penyelenggara sarana perkeretaapian juga
memiliki kewajiban mengangkut barang yang
telah dibayar biaya angkutnya oleh pengguna jasa
Angkutan Perkeretaapian
sesuai tingkat pelayanan yang dipilih. Nantinya
Perkeretaapian seperti dijelaskan oleh UU pengguna jasa akan mendapat surat angkutan
Nomor 23 Tahun 2007 tentang Perkeretaapian barang sebagai tanda bukti terjadinya perjanjian
merupakan salah satu sarana transportasi darat pengangkutan barang. Surat angkutan barang ini
yang memiliki tujuan untuk memindahkan orang menjadi penting sebab surat ini merupakan bukti
serta barang secara massal. Mengingat terjadinya perjanjian pengangkutan barang, dan
perkeretaapian adalah suatu moda transportasi bila penyelenggara sarana perkeretaapian
yang terhubung secara nasional di dalam suatu menemukan ketidaksesuaian barang dengan surat
tatanan, maka dibutuhkan suatu rencana induk angkutan barang mereka dapat menolak barang
perkeretaapian nasional yang mendasari yang diangkut. Demikian pula bila terdapat
kebijakan perkeretaapian salah satunya dalam 5 keterangan pengguna jasa yang tidak benar
tujuannya untuk memindahkan barang. dalam surat angkutan barang, bila hal tersebut
Berdasarkan rencana tersebut maka nantinya menimbulkan kerugian biaya maka hal tersebut
penyelenggara perkeretaapian dapat menentukan menjadi tanggungjawab pengguna jasa.
lokasi serta kedudukan prasarana perkeretaapian.
Untuk pertanggungjawaban atas barang yang
Salah satu prasarana perkeretaapian yang diangkut sendiri, maka penyelenggara sarana
memiliki fungsi penting dalam layanan logistik perkeretaapian bertanggungjawab bila barang
Hasriwan Putra et al. / Jurnal Transportasi Multimoda, Vol. 17 (2019): 36-44 41

hilang, rusak, atau musnah akibat pengoperasian dapat dilakukan oleh badan usaha angkutan udara
kereta api. Penyelenggara juga bertanggungjawab yang telah mengantongi izin usaha angkutan
sampai dengan diserahkannya barang kepada udara niaga. Adapun untuk angkutan udara niaga
penerima. Tanggungjawab ini oleh UU dalam negeri maka prosesnya hanya dapat
Perkeretaapian ditentukan berupa kewajiban dilakukan badan usaha angkutan udara nasional
untuk mengasuransikan tanggungjawabnya, yang telah mendapat izin saja.
berupa ganti kerugian terhadap barang pengguna
Mengenai arus uang atau tarif biaya
jasa yang rusak akibat proses pengoperasian
pengangkutan kargo, UU Nomor 1 Tahun 2009
kereta api.
menentukan bila angkutan kargo untuk kategori
Selain itu, pengguna jasa angkutan barang juga penerbangan berjadwal dalam negeri untuk
memiliki hak untuk mengajukan keberatan dan mengikuti mekanisme pasar, sedangkan untuk
permintaan ganti rugi terhadap penyelenggara angkutan kargo tidak berjadwal dalam negeri
sarana perkeretaapian bila barang mengalami maka tarif pengangkutan kargo ditentukan
kerusakan saat diterima, keberatan dapat berdasarkan kesepakatan antara pengguna jasa
dilakukan sekurang-kurangnya dalam waktu 7 dan penyedia jasa angkutan. Badan usaha
hari sejak diterimanya. Namun patut diingat bila angkutan udara niaga yang bergerak dalam bidang
keberatan saat diterimanya barang ini hanya kargo sendiri memiliki kewajiban untuk
dapat dilaksanakan pengguna jasa bila mereka mengangkut kargo sesuai dengan perjanjian
menggunakan haknya melakukan keberatan, jika pengangkutan yang telah disepakatinya. Mereka
mereka tidak mengajukan keberatan dalam waktu juga bertanggungjawab atas kerugian yang di
yang ditentukan maka barang dianggap diterima derita oleh pengirim kargo bila kargo hilang,
dengan keadaan utuh. Hal ini disebabkan proses rusak, atau musnah akibat kegiatan angkutan
pengangkutan barang oleh penyelenggara udara selama kargo berada dalam pengawasan
perkeretaapian merupakan ranah hukum pengangkut. Pengangkut juga harus
keperdataan, seperti tercermin dari landasan bertanggungjawab atas kerugian yang diderita
hukum pelaksanaan angkutan barang oleh kereta pengirim kargo karena keterlambatan, kecuali
api yakni surat angkutan barang yang notabene mereka dapat membuktikan bila keterlambatan
adalah surat perjanjian antara penyelenggara tersebut terjadi karena kondisi force majeur
perkeretaapian dengan pengguna jasa. seperti faktor cuaca dan teknis operasional.
Selayaknya UU Pelayaran, UU Perkeretaapian Terkait dengan dokumen yang diperlukan
juga mengatur bila angkutan kereta api dapat selama proses pengangkutan udara, bagi
menjadi bagian dari angkutan multimoda. Dan pengiriman kargo UU Penerbangan telah
pengaturan mengenainya pun tidak diatur lebih menentukan bila dokumen yang diperlukan ialah
jelas, sebab proses bagaimana angkutan kereta api surat muatan udara yang dibuat pengirim kargo.
dapat menjadi bagian angkutan multimoda di Surat muatan udara tersebut menjadi landasan
dasarkan pada perjanjian perdata antara hukum bila nantinya pengirim hendak
penyelenggara sarana perkeretaapian dengan mengajukan klaim atau ganti kerugian atas
badan usaha angkutan multimoda, sehingga kerusakan dan kehilangan yang menimpa
proses pertanggungjawabannya barang akan kargonya kepada pengangkut, atau bisa dikatakan
bergantung pada isi perjanjian, ketentuan UU surat muatan udara tersebut merupakan bentuk
Perkeretaapian berlaku terhadap angkutan perjanjian keperdataan antara pengirim dan
multimoda hanya dalam kapasitasnya semisal pengangkut. UU Penerbangan juga menentukan
memastikan barang-barang apa yang dapat jika pengangkut dan pengirim kargo dapat
diangkut kereta api, serta masuk ke dalam menyepakati syarat-syarat khusus bagi angkutan
kategori apa barang yang akan diangkut. kargo tertentu yang memiliki nilai lebih tinggi
dari besaran ganti kerugian, atau yang
Angkutan Penerbangan
memerlukan perawatan serta penanganan khusus.
Dalam angkutan penerbangan terdapat istilah Adanya kesempatan untuk menyepakati syarat
kargo untuk setiap barang yang termasuk khusus bagi kargo tertentu disebabkan
kedalam layanan logistik yang dilakukan melalui kesepakatan untuk pengangkutan kargo
pesawat udara, pengistilahan kargo digunakan merupakan proses keperdataan sehingga wajar
oleh UU Nomor 1 Tahun 2009 untuk jika tebuka kesempatan untuk membentuk
membedakannya dengan barang bawaan dari syarat-syarat tertentu. Satu kewajiban lain yang
penumpang pesawat. Kegiatan pengangkutan dimiliki pengangkut ialah adanya keharusan bagi
kargo sendiri masuk kedalam kategori angkutan mereka untuk mengasuransikan kargo, asuransi
udara niaga yang proses pelaksanaannya hanya
42 Hasriwan Putra et al. / Jurnal Transportasi Multimoda, Vol. 17 (2019): 36-44

ini bertujuan agar terdapat nilai pasti ganti 3. Suatu pokok persoalan tertentu;
kerugian bila kargo, hilang, rusak atau musnah.
4. Suatu sebab yang tidak terlarang.
UU Penerbangan juga memasukan angkutan
Atau tunduk kepada Pasal 1338 KUHPerdata
udara sebagai salah satu angkutan yang dapat
yang membebaskan para pihak untuk
menjadi bagian dari angkutan multimoda yang
menentukan isi suatu perjanjian sepanjang tidak
dilaksanakan oleh badan usaha multimoda.
bertentangan dengan ketertiban umum dan
Keikutsertaan angkutan udara menjadi bagian
peraturan perundang-undangan (prinsip
angkutan multimoda sendiri dilaksanakan
kebebasan berkontrak).
berdasarkan perjanjian yang dibuat antara badan
usaha angkatan udara dan badan usaha angkutan Perlu digarisbawahi bahwa pemerintah hanya
multimoda. Kemudian apabila terjadi kehilangan dapat memberikan pengaturan yang sangat
atau kerusakan barang maka hal itu menjadi terbatas pada masalah keperdataan, sebab
tanggungjawab badan usah angkutan multimoda terdapat perbedaan fundamental antara hukum
untuk memberi ganti rugi, mereka selayaknya publik dengan hukum privat. Masalah
badan usaha pengangkutan udara oleh UU keperdataan yang masuk kedalam ranah hukum
Penerbangan dinyatakan harus mengasuransikan privat hanya mengatur kepentingan individu
tanggungjawabnya. perseorangan sehingga para pihak yang terlibat di
dalamnya diberi kebebasan untuk memilih sendiri
penyelesaian sengketanya, sedangkan hukum
Hubungan Hukum publik merupakan hukum yang mengatur
kepentingan masyarakat luas (umum).
Analisis di atas menunjukan bila pengaturan
mengenai pengangkutan barang telah dilakukan
secara komprehensif, baik itu dalam hal arus
Kebutuhan Dan Kewenangan Akses Data Bagi
barang, arus informasi, serta arus uang. Namun
Pemerintah
perlu dicatat bila peraturan-peraturan di atas
tidak mengatur sepenuhnya mekanisme teknis Sebagaimana telah diuraikan pada bagian
seperti proses penentuan biaya pengangkutan sebelumnya bahwa esensi dari berbagai aplikasi
serta proses ganti rugi bila pengguna jasa merasa logistik merupakan “intermediary actor” untuk
barang yang dikirimkan mengalami kerusakan, mendekatkan penawaran jasa logistik dengan
rata-rata aturan-aturan tersebut hanya mengatur permintaan dari masyarakat. Dengan kata lain,
secara garis besar saja, sebab hal-hal tersebut aplikasi layanan logistik hanya merupakan
masuk dalam ranah keperdataan. Selain itu perantara dari relasi keperdataan antara
aplikasi logistik yang dijelaskan di atas umumnya penyelenggara jasa transportasi dengan
dirancang dan dioperasikan perusahaan piranti masyarakat. Meskipun relasi yang dibentuk
lunak yang menghubungkan antara perusahaan adalah relasi keperdataan, namun pemerintah
pengangkutan dengan calon pengguna jasa. tetap perlu memastikan beberapa hal sebagai
Adapun aplikasi tersebut tidak dikembangkan berikut:
oleh penyedia jasa angkutan barang atau
a) Apakah penyelenggara jasa
perusahaan angkutan.
transportasi yang tergabung pada layanan
Oleh karenanya, pemerintah tidak perlu berbasis aplikasi daring merupakan
mengatur terlalu jauh mengenai isi atau muatan penyelenggara layanan logistik yang telah
kontrak, sebab proses dimana penyedia aplikasi memiliki izin sesuai peraturan perundang-
logistik menghubungkan perusahaan undangan?
pengangkutan dengan calon pengguna jasa
b) Perkembangan jumlah pengguna
ditentukan oleh kesepakatan pihak-pihak yang
layanan dan tren perkembangan jenis dan
terlibat dalam proses tersebut. Kesepakatan
pemanfaatan layanan logistik.
tersebut tunduk pada prinsip-prinsip yang
terdapat dalam KUHPerdata seperti pada Pasal Berdasarkan dua hal tersebut, terdapat
1320 yang menentukan apa-apa saja syarat kebutuhan pemerintah untuk dapat mengakses
sahnya perjanjian (prinsip konsensualitas) data dari penyedia aplikasi layanan logistik yang
seperti: berkaitan dengan penyelenggara jasa logistik dan
data jumlah serta tren penggunaan layanan
1. Kesepakatan mereka yang mengikatkan dirinya;
logistik. Meskipun begitu, Kementerian
2. Kecakapan untuk membuat suatu perikatan; Perhubungan tidak memiliki kewenangan untuk
Hasriwan Putra et al. / Jurnal Transportasi Multimoda, Vol. 17 (2019): 36-44 43

memerintahkan penyelenggara aplikasi layanan yang menjadi kewenangan Kementerian


logistik untuk membuka data yang dimilikinya. Perhubungan.
Hal ini dikarenakan berbagai regulasi mengenai
Dari analisis hasil survei diketahui bahwa
keamanan sistem informasi dan penggunaan data,
pemanfaatan aplikasi logistik akan lebih optimal
diatur di dalam undang-undang yang merupakan
apabila semua aktifitas logistik dapat dilakukan
regulasi di sektor komunikasi dan informatika
dalam satu aplikasi termasuk transaksi
yang menjadi kewenangan Kementerian
(pembayaran, surat muatan dan kontrak). Untuk
Komunikasi dan Informatika. Misalnya
mendukung hal tersebut maka dilakukan
sebagaimana diatur di dalam Pasal 33 Peraturan
identifikasi regulasi di sektor teknologi informasi
Pemerintah Nomor 82 Tahun 2012 tentang
yaitu UU Nomor 11 Tahun 2008 tentang Informasi
Penyelenggaraan Sistem Dan Transaksi Elektronik,
dan Transaksi Elektronik. Berdasarkan Pasal 5 ayat
dinyatakan bahwa:
(1) UU Nomor 11 Tahun 2008, disebutkan bahwa
(1) Menteri berwenang melakukan Informasi elektronik dan/atau dokumen
pengawasan terhadap penyelenggaraan elektronik dan/atau hasil cetaknya merupakan
Sistem Elektronik. alat bukti hukum yang sah. Sedangkan pada Pasal
17 menyebutkan bahwa penyelenggaraan
(2) Pengawasan sebagaimana
Transaksi Elektronik dapat dilakukan dalam
dimaksud pada ayat (1) mencakup
lingkup publik ataupun privat. Serta pada Pasal 18
pemantauan, pengendalian, pemeriksaan,
ayat (1) menjelaskan bahwa transaksi elektronik
penelusuran, dan pengamanan.
dituangkan dalam bentuk kontrak elektronik yang
(3) Ketentuan mengenai pengawasan mengikat para pihak.
atas penyelenggaraan Sistem Elektronik
Dalam semua Undang-undang transportasi,
dalam sektor tertentu wajib dibuat oleh
dokumen yang digunakan masih bersifat
Instansi Pengawas dan Pengatur Sektor
konvensional (paper-based). Sehingga untuk
terkait setelah berkoordinasi dengan Menteri.
mendukung penggunaan aplikasi logistik berbasis
Sementara itu, yang dimaksud dengan Menteri online perlu ditambahkan aturan mengenai
dalam ketentuan tersebut adalah menteri yang penggunaan dokumen elektronik dan transaksi
menyelenggarakan urusan pemerintahan di elektronik sebagaimana dimaksud dalam UU
bidang komunikasi dan informatika sebagaimana Nomor 11 Tahun 2008 Pasal 5, Pasal 17 dan Pasal
dinyatakan di dalam Pasal 1 angka 35 PP Nomor 18.
82 Tahun 2012.
Perlu juga diatur kemudahan untuk melakukan
Meskipun begitu, jika mencermati ketentuan di akses data penyelenggara aplikasi (aplikator)
atas, terutama pada ayat (3), diwajibkan bagi transportasi multimoda (logistik) oleh Pemerintah
kementerian lain untuk mengatur mekanisme diluar data pribadi yang dilindungi oleh UU.
pengawasan atas penyelenggaraan sistem Karena aplikasi ini akan menghasilkan big data
elektronik pada sektor yang menjadi yang dapat dianalisa dan sangat bermanfaat
kewenangannya, dengan terlebih dahulu dalam merumuskan kebijakan dan merencanakan
berkoordinasi dengan Menteri Komunikasi dan pembangunan transportasi multimoda (logistik).
Informatika. Artinya, kewajiban yang telah
ditetapkan sejak tahun 2012 semenjak PP Nomor
82 Tahun 2012 diterbitkan, hingga saat ini belum Kesimpulan
dilaksanakan oleh Kementerian Perhubungan,
terutama untuk melakukan pembinaan dan Aplikasi logistik belum banyak digunakan oleh
pengawasan di bidang penyelenggaraan layanan penyedia jasa logistik/freight forwarder dalam
logistik. melakukan aktifitas logistik. Hal ini bisa
disebabkan karena masih banyak responden yang
Ketentuan Pasal 33 ayat (3) PP Nomor 82 belum mengetahui adanya aplikasi tersebut dan
Tahun 2012, dapat dijadikan dasar hukum bagi
kekhawatiran terhadap kebocoran data-data
Kementerian Perhubungan untuk meregulasi perusahaan. Manfaat penggunaan aplikasi logistik
pembinaan dan pengawasan kepada yang dirasakan oleh responden adalah
penyelenggara aplikasi layanan logistik dan dapat mempermudah mendapatkan pelanggan,
pula dimanfaatkan sebagai instrumen hukum mempercepat pembayaran, dan mempercepat
yang memaksa para pengusaha penyedia aplikasi waktu pengiriman. Masih terdapat kekurangan
untuk membuka datanya demi kepentingan
pada fitur yang tersedia yaitu belum adanya fitur
pembinaan dan pengawasan di sektor logistik perjanjian kerja/kontrak, mobile payment dan
fitur asuransi. Semua Undang-undang transportasi
44 Hasriwan Putra et al. / Jurnal Transportasi Multimoda, Vol. 17 (2019): 36-44

yaitu UU Nomor 23 Tahun 2007 tentang dan Rekomendasi. Center For Public Policy Research,
Perkeretaapian, UU Nomor 17 Tahun 2008 tentang The Indonesian Institute. Jakarta. 2015
Pelayaran, UU Nomor 1 Tahun 2009 tentang Khaidir, Afriva, dkk. Penelitian Pemetaan Peraturan
Daerah Dunia Usaha untuk Program Analisis Dampak
Penerbangan, dan UU Nomor 22 Tahun 2009
Regulasi. Pusat Kajian Sosial Budaya dan Ekonomi,
tentang Lalu Lintas dan Angkutan Jalan masih
Fakultas Ilmu-ilmu Sosial, Universitas Negeri Padang.
mengamanatkan penggunaan dokumen paper Padang. 2007
based sebagai dokumen muatan dan perjanjian Puslitbang Transportasi Antarmoda. Mengukur
pengangkutan. Sementara ini PP Nomor 82 Tahun Kinerja Logistik Indonesia. Jakarta. 2016
2012 tentang Penyelenggaraan Sistem Dan Puslitbang Transportasi Antarmoda. Laporan Akhir
Transaksi Elektronik telah mewajibkan Evaluasi Implementasi PP No. 8 Tahun 2011 Tentang
kementerian sektor, dalam hal ini termasuk Angkutan Multimoda Dan PM No. 8 Tahun 2012
Kementerian Perhubungan, untuk menerbitkan Tentang Penyelenggaraan Dan Pengusahaan Angkutan
Multimoda. Jakarta. 2015
regulasi mengenai pembinaan dan pengawasan
Peraturan Presiden Nomor 26 Tahun 2016 tentang
bagi penyelenggara sistem dan transaksi
Sistem Logistik nasional.
elektronik yang beroperasi di sektornya. Peraturan Pemerintah Nomor 8 Tahun 2011 tentang
Saran Angkutan Multimoda.
Peraturan Pemerintah Nomor 82 Tahun 2012
Untuk mendukung penggunaan aplikasi Tentang Penyelenggaraan Sistem Dan Transaksi
logistik berbasis online perlu dilakukan revisi Elektronik.
terhadap regulasi yang ada mengenai penggunaan Peraturan Pemerintah Nomor 74 Tahun 2014
dokumen elektronik dan transaksi elektronik di tentang Angkutan Jalan
setiap moda transportasi. Perlu juga diatur Setiawan, Ahmad Budi. Kebijakan Teknologi
Informasi dan Komunikasi Untuk Mendorong
kemudahan untuk melakukan akses data
Pembentukan Model Bisnis Masa Depan. Jurnal
penyelenggara aplikasi (aplikator) transportasi Pekommas. Vol. 2 No.2. 193-204. 2017
logistik oleh Pemerintah diluar data pribadi yang Setijadi. Teknologi Informasi dalam Implementasi
dilindungi. Proses Bisnis pada Supply Chain Management (SCM).
Seminar Nasional Aplikasi Teknologi Informasi.
Pemanfaatan aplikasi logistik sangat potensial
Yogyakarta. 2005
untuk dikembangkan pada moda jalan dan kereta Tobing, Timothy K.L. Perlindungan Hukum terhadap
api karena pergerakannya bersifat lokal Konsumen Transportasi Berbasis Aplikasi Menurut
(domestik). Sehingga regulasi di moda jalan dan Undang-undang nomor 11 tahun 2008. Lex Crimen. Vol.
perkeretaapian perlu diprioritaskan agar segera VI/No.5/Jul/2017. 2017
mengakomodir penggunaan dokumen elektronik Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2007 tentang
dalam aktivitas angkutan barang. Perkeretaapian.
Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2008 tentang
Dalam rangka memberikan pembinaan dan Pelayaran.
pengawasan kepada penyelenggara sistem dan Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2009 tentang
transaksi elektronik di sektor logistik, dalam hal Penerbangan.
ini penyelenggara aplikasi layanan logistik, Undang-Undang Nomor 22 Tahun 2009 tentang Lalu
Kementerian Perhubungan perlu untuk segera Lintas dan Angkutan Jalan.
merumuskan Peraturan Menteri mengenai Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2008 tentang
Informasi dan Transaksi Elektronik.
pembinaan dan pengawasan bagi penyelenggara
Yahya, Muhammad. Era Industri 4.0 : Tantangan dan
sistem dan transaksi elektronik di sektor Peluang Perkembangan Pendidikan Kejuruan Indonesia.
perhubungan sebagai bentuk pelaksanaan Pasal Pidato Pengukuhan Penerimaan Jabatan Profesor Tetap.
33 ayat (3) PP Nomor 82 Tahun 2012 tentang 2018.
Penyelenggaraan Sistem dan Transaksi Elektronik. Zhou, Keliang et al. Industry 4.0: Towards future
industrial opportunities and challenges. Conference:
Daftar Pustaka 12th International Conference on Fuzzy Systems and
Amelia, Lola, dkk. Respon Kebijakan Terhadap Knowledge Discovery (FSKD). Page 2147-2152. 2015
Transportasi Berbasis Aplikasi di Jakarta: Kajian Singkat
Rita et al. / Jurnal Transportasi Multimoda, Vol. 17 (2019): 59-73

Potensi Pengembangan Angkutan Multimoda Di Kabupaten Jepara


Rita, 1 Bandiah2
Badan Penelitian dan Pengembangan Perhubungan, Kementrian Perhubungan, Jl. Medan Merdeka Timur, No 5, Jakarta
Pusat 10110, Indonesia
email:1 ritaperhubungan@gmail.com 2bandiahdiah@gmail.com
ABSTRAK
Jepara merupakan kota bandar yang dikenal pada abad ke-16, dan terkenal akan industri meubelnya atau kerajinan ukiran
kayu sejak pemerintahan Ratu Kalinyamat seorang tokoh wanita yang tekenal pada masa itu. Di Kabupaten Jepara terjadi
peningkatan nilai ekspor jenis komoditi furniture dari kayu dan pelayanan pengangkutan khusus jenis komoditi tersebut
yang beroperasi saat ini dari Jepara ke antar kota, provinsi, bahkan antar negara pada umumnya menggunakan jasa
ekspedisi berupa alat transportasi darat, laut, dan udara. Guna mengantisipasi peningkatan jumlah komoditi furniture dari
kayu serta pengirimannya ke daerah-daerah tujuan dan berbagai mancanegara, perlu dilakukan penelitian potensi
Pengembangan Angkutan Multimoda di Kabupaten Jepara.
Penelitian ini bertujuan untuk pengembangan angkutan multimoda khususnya angkutan meubel di Kabupaten Jepara
sehingga dapat memberikan rekomendasi kebijakan pengembangan angkutan multimoda di Kabupaten Jepara dengan
menggunakan metode deskriptif analitis dan wawancara mendalam dengan pemangku kebijakan di daerah tersebut.
Hasil penelitian ini menunjukkan bahawa selama 5 tahun terakhir terjadi pertumbuhan volume ekspor furniture di
Kabupaten Jepara sebesar 7.7% dari tahun 2012 – 2017; pergerakan barang di wilayah Kabupaten Jepara masih
menggunakan unimodal, khususnya untuk pergerakan di Pulau Jawa, sedangkan angkutan multimoda di Kabupaten Jepara
terjadi untuk pergerakan di dalam negeri antar pulau dan pergerakan luar negeri; belum adanya optimasi pergerakan
angkutan barang menggunakan multimoda di Kabupaten Jepara; adanya potensi pengembangan terminal barang atau dry
port di Kecamatan Welahan dengan menguhubungkan moda jalan raya dan moda kereta api dengan adanya reaktivasi jalur
kereta api.
Kata Kunci : Angkutan di Kabupaten Jepara, Potensi Pengembangan multimoda.
ABSTRACT
Jepara is a well known city in the 16th century, and is famous for its furniture industry or wood carving craft since the reign
of Queen Kalinyamat, a prominent figure in the era. There has been an increase of export for wood’s furniture In Jepara
regency and freight transport movement to and from other regency, province, or even oversease, generally using land, sea,
and air transportation. In other to anticipate this condition, therefore, it is necessary to research the potensial of multimodal
transportation in Jepara.
This study aims to develop multimodal transportation particularly for furniture from wood in Jepara regency so that it can
provide policy recommendation by using descriptive analytical methods and in-depth interviews with stakeholders in the
area.
The results of this research are indicates in 5 years the growth of export of furniture was 7,7% from 2012 – 2017, the
movement goods in theregion districts Jepara still use unimodal, specifically for movement on the island Java, multimodal
transportation in the Regency Jepara only happen in inter island and cross-country, and there is the potential for the
development of goods terminals or dry ports in Welahan Subdistrict by connecting road and railroad modes with the
reactivation of the existing railway line.
Key Word : Transportation Jepara Regency, Potential Development of Multimodal.

Pendahuluan besar serta mampu menembus pasar ekspor ke


berbagai negara antara lain: Amerika Serikat, Eropa,
Pertumbuhan penduduk dan pertumbuhan Jepang, Hongkong, Australia, dan China, kegiatan inilah
ekonomi yang terus meningkat menjadikan kebutuhan yang memicu peningkatan perekonomian Jepara yang
penggunaan transportasi juga semakin meningkat. cukup pesat. Dalam hal ini pemerintah telah
Seiring dengan itu untuk menunjang pertumbuhan mengupayakan untuk mengembangkan industri
ekonomi, kelancaran transportasi sangat diutamakan meubel dan menetapkan sektor ini sebagai salah satu
demi memenuhi kebutuhan sehari-hari, Kabupaten dari 10 komoditas unggulan ekspor tanah air.
Jepara telah menjadi salah satu contoh dari apa yang
disebut sentra industri yang sudah mampu Nilai ekspor meubel Jepara pada tahun 2015 tercatat
memberikan kontribusi terhadap perekonomian yang mengalami kenaikan dibandingkan pada tahun 2014
cukup yang nilai ekspornya mencapai 114,78 juta, sedangkan
tahun 2015 meningkat menjadi USD 150,32 juta, dan
tahun 2016 meningkat menjadi USD 174,04 juta dan
tahun 2017 naik 12-16% dari tahun sebelumnya,
Rita et al. / Jurnal Transportasi Multimoda, Vol. 17 (2019): 59-73 60

peningkatan juga terlihat pada jumlah negara tujuan 2. Pasal 50 UU Nomor 17 Tahun 2008 Tentang
ekspor meubel. Tahun 2014 sebanyak 106 negara Pelayaran yang merumuskan bahwa: angkutan
tujuan ekspor dengan 223 pengekspor, sementara perairan dapat merupakan bagian dari angkutan
tahun 2015 bertambah menjadi 113 negara dengan multimoda yang dilaksanakan oleh badan usaha
jumlah eksportir sebanyak 296 negara. angkutan multimoda”.
Pelayanan pengangkutan khusus meubel yang 3. Pasal 187 UU Nomor 1 Tahun 2009 Tentang
beroperasi saat ini dari Jepara ke antar kota, provinsi, Penerbangan yang merumuskan bahwa: angkutan
bahkan antar negara pada umumnya menggunakan udara dapat merupakan bagian angkutan
jasa ekspedisi berupa alat transportasi darat, laut, dan multimoda yang dilaksanakan oleh badan usaha
udara. Penggunaan transportasi darat pada umumnya angkutan multimoda”.
menggunakan kereta api, truck container, mobil box,
4. Pasal 165 UUUndang Nomor 22 Tahun 2009
dengan biaya pengiriman apabila dengan jalur darat
Tentang Lalu Lintas dan Angkutan Jalan yang
tergantung wilayah tujuan yang dibebankan kepada
merumuskan: “angkutan umum dijalan yang
pembeli. Dengan kondisi di atas, penelitian ini untuk
merupakan bagian angkutan multimoda
mengindetifikasikan permasalahan transportasi di
dilaksanakan oleh badan hukum angkutan
Kabupaten Jepara untuk pengembangan angkutan
multimoda”.
multimoda khususnya angkutan meubel (ukiran).
Tujuan dari penelitian ini untuk memberikan 5. Selain dari ketentuan pasal-pasal dalam Undang-
rekomendasi kebijakan pengembangan angkutan Undang Pengangkutan yang mengatur dari
multimoda di Kabupaten Jepara. keikutsertaannya dalam pengangkutan multimoda,
pemerintah dengan pertimbangan untuk
Landasan Teori
melaksana-kan ketentuan pasal 148 UU No. 23
Pengertian Angkutan antarmoda Tahun 2007 tentang Perkeretaapian, Pasal 55 UU
Nomor 17 Tahun 2008 tentang Pelayaran, Pasal 191
Pengangkutan merupakan bagian dari perdagangan,
UU Nomor 1 Tahun 2009 tentang Penerbangan, dan
saat ini dikenal adanya sistem baru yakni pengangkutan
Pasal 165 ayat (4) UU Nomor 22 Tahun 2000
multimoda. Sistem ini dirasakan sebagai pilihan yang
tentang Lalu Lintas dan Angkutan jalan.
tepat karena sangat mendukung kelancaran arus
barang dari tempat asal ke tempat tujuan dengan lebih Pihak-pihak dalam pengangkutan Multimoda
efektif dan efisien.
Secara umum subjek hukum pengangkutan sebagai
pihak dalam perjanjian pengangkutan (Abdul Kadir,
2008), yang terdiri atas:
1. Pihak pengangkut
2. Pihak penumpang atau konsumen
3. Pihak pengirim
4. Pihak penerima barang kiriman
Fungsi Pengangkutan Multimoda
Pengangkutan multimoda merupakan sarana yang
sangat penting dan strategis dalam memperlancar roda
perekonomian serta mempengaruhi seluruh aspek
Gambar 1 Lokasi Penelitian kehidupan bangsa dan negara. Pengangkutan
Sumber: RTWR Kabupaten Jepara 2011 - 2031 multimoda juga ikut mendorong pengembangan ilmu
pengetahuan dan teknologi khususnya di bidang
Dasar Pengangkutan Multimoda
pengangkutan modern dengan infrastruktur yang
Saat ini semua moda pengangkutan yaitu angkutan modern (Abdulkadir, 2008).
darat, laut dan udara telah diatur
Asas-asas Pengangkutan Multimoda
mengenaiMkeikutsertaannya dalam pengangkutan
multimoda, sebagaimana pasal dibawah ini: Pengangkutan multimoda adalah suatu sistem
pengangkutan nasional yang mengintegrasikan dua
1. Pasal 147 ayat (1) UU Nomor 23 Tahun 2007
atau lebih moda pengangkutan dengan cara
Tentang Perkretaapian yang merumuskan bahwa:
menggunakan dua atau lebih prasarana dan sarana
“angkutan kereta api dapat merupakan bagian dari
pengangkutan mekanik. Berdasakan penjelasan
angkutan multimoda yang dilaksanakan oleh Badan
tersebut, menurut Abdulkadir Muhammad,
Usaha Angkutan Mmultimoda”.
61 Rita et al. / Jurnal Transportasi Multimoda, Vol. 17 (2019): 59-73

Pengangkutan multimoda diselenggarakan berdasarkan pengembangan angkutan multimoda di Kabupaten


asas-asas sebagai berikut : Jepara dimasa mendatang.
1. Asas manfaat Pola pemikiran pelaksanaan pekerjaan
menunjukkan bahwa keluaran hasil pekerjaan ini
2. Asas pemerataan
adalah potensi pengembangan angkutan multimoda di
3. Asas keterpaduan Kabupaten Jepara. Tahapan Penelitian, secara umum
diagram alur penelitian dapat dilihat di gambar berikut
4. Asas kesadaran hukum
ini.
Manfaat Pengangkutan Multimoda
Gambar 2 Diagram Alur Penelitian
Penyelenggaraan pengangkutan multimoda akan Identifikasi regulasi
Mulai
memberikan beberapa manfaat dalam beberapa hal, terkait Angkutan
Multimoda
diantaranya: Identifikasi dan
Data Primer
dan Sekunder
Perumusan Masalah
1. Kemudahan untuk pengurusan dokumen Inventarisasi dan identifikasi
jaringan prasarana dan
jaringan pelayanan angkutan

2. Efisiensi dalam biaya pengangkutan Penetapan Tujuan


Penelitian/Studi
multimoda

3. Keamanan dan ketertiban pengangkutan Inventarisasi dan identifikasi


pola perjalanan angkutan
Evaluasi sistem dan
multimoda di kabupaten
Jepara prosedur pengiriman
barang
4. Pengembangan sumber daya manusia
Inventarisasi dan identifikasi
permasalahan angkutan
Tujuan Pengangkutan Multimoda multimoda di Kabupaten
Jepara

Salah satu pembangunan adalah pembangunan


Metode Diskriptif Analitis, Studi Pustaka
pengangkutan multimoda guna mewujudkan keadilan dan Observasi Lapangan, dan Analisis Data

sosial bagi seluruh rakyat Indonesia. Menurut


Abdulkadir Muhammad, pengangkutan multimoda Kesimpulan dan rekomendasi

diselenggarakan untuk :
Selesai
1. Memadukan dua atau lebih moda pengangkutan
sebagai satu kesatuan yang utuh dan handal;
2. Memperlancar perpindahan arus orang atau barang
dengan selamat, aman, cepat, lancar, teratur,
nyaman, dan efektif serta efisien;
3. Menjangkau seluruh pelosok wilayah daratan dan Analisis Data
perairan; Untuk mendukung analisis diperlukan beberapa
4. Melayani masyarakat dengan biaya relatif data sekunder sebagai berikut :
terjangkau oleh daya beli masyarakat; Kebutuhan data
5. Menunjang pertumbuhan dan pemerataan serta - Peraturan terkait angkutan multimoda
stabilitas pembangunan yang berkelanjutan; - Jaringan prasarana dan pelayanan angkutan
6. Mengutamakan dan melindungi pengangkutan multimda
multimoda nasional dan mempererat hubungan - Pola perjalanan angkutan multimoda di Kabupaten
antar bangsa. Jepara
- Permasalahan angkutan multimoda di Kabupaten
Indonesia sebagai negara kepulauan, tidak bisa Jepara
dihindari perlunya pertukaran moda transportasi dalam - Sistem dan prosedur pengiriman barang
suatu perjalanan, baik untuk penumpang maupun - Layanan angkutan multimoda dengan angkutan
barang dari tempat asal ke tempat tujuan (Tamin, jalan di Kabupaten Jepara
2000). - Sebaran lokasi industri di Kabupaten Jepara
- Kegiatan staffing dan stripping di lokasi industrial
Metodologi
meubel
Metoda Deskriptif Analitis, studi pustaka dan
Teknik Perolehan Data
observasi lapangan, dan analisis data menjadi alat
bantu penting dalam menelusuri permasalahan Teknik perolehan data baik data primer maupun
transportasi dan solusinya, untuk kemudian menjadi sekunder dengan rincian sebagai berikut.
bahan pertimbangan penyusunan konsep potensi
Rita et al. / Jurnal Transportasi Multimoda, Vol. 17 (2019): 59-73 62

Adapaun cara pengumpulan data untuk Tabel 1 Luas Wilayah Menurut Kecamatan di Kabupaten
mendapatkan data primer dan sekuder, sebagai berikut: Jepara, 2017
No Kecamatan Luas (Km²) Persentase
Survey Instansional
1. Kedung 43.063 4,29
Survey instansional dilakukan untuk mendapatkan
data sekunder. Sebelum dilakukan survey ke instansi, 2. Pecangaan 35.399 3,53
diperlukan daftar data-data sesuai dengan kriteria yang 3. Kalinyamatan 24.179 2,41
dibutuhkan.
4. Welahan 27.642 2,75
Metode observasi langsung 5. Mayong 65.043 6,48
Observasi dilakukan untuk mendapatkan data 6. Nalumsari 56.965 5,67
primer dengan pengamatan langsung di lapangan dan
7. Batealit 88.879 8,55
melakukan pencatatan secara sistematis terhadap
fakta-fakta yang ditemukan selama melakukan 8. Tahunan 38.906 3,87
pengamatan di lapangan. 9. Jepara 24.667 2,46

Pendekatan Analisis yang digunakan untuk 10. Mlonggi 42.402 4,22


melakukan analisis serta unit analisis adalah: 11. Pakis Aji 60.553 6,03
- Identifikasi peraturan terkait 12. Bangsri 85.352 8,50
- Inventarisasi dan identifikasi jaringan prasarana dan
13. Kembang 108.124 10,77
jaringan pelayanan angkutan multimoda
- Inventarisasi dan identifikasi pola perjalanan 14. Keling 123.116 12,26
angkutan multimoda 15. Donorojo 108.642 10,82
- Inventarisasi dan identifikasi permasalahan
16. Karimunjawa 71.200 7,09
angkutan multimoda
- Evaluasi Sispro pengiriman barang Total 1.004.132 100,00
- Analisis pelayanan angkutan multimoda dengan Sumber : Jepara dalam angka (2018)
angkutan jalan
Tabel 2 Jumlah Penduduk berdasarkan kecamatan / Jenis
Kelamin

Gambaran Umum Kecamatan Penduduk Jumlah


WNI dan WNA
Profil Wilayah Kabupaten Jepara Laki-laki Prempuan
Kabupaten Jepara terletak di kawasan pantai utara Kedung 39.203 39.732 78.935
Jawa Tengah dengan luas wilayah daratan sekitar
Pecangaan 42.647 43.663 86.310
110,413,189 Ha. Secara geografis Kabupaten Jepara
terletak pada posisi 110º 9’ 48, 02” sampai 110º 58’ Kalinyamatan 32.608 33.048 65.656
37,40” Bujur Timur, 5º 43’ 20,67” sampai 6º 47’ Welahan 37.515 38.408 75.923
25,83” Lintang Selatan. Adapun batas-batas wilayah
Mayong 45.547 46.160 91.707
administratif Kabupaten Jepara sebagai berikut :
Nalumsari 36.977 38.248 75.225
a. Sebelah Utara : Laut Jawa
Batealit 43.591 43.735 87.326
b. Sebelah Selatan : Kabupaten Demak
Tahunan 59.352 57.818 117.170
c. Sebelah Timur: Kabupaten Kudus dan Kabupaten Jepara 45.351 45.051 90.402
Pati
Mlonggo 44.463 43.314 87.777
d. Sebelah Barat : Laut Jawa
Pakis Aji 30.993 30.789 61.782
Luas wilayah menurut kecamatan di Kabupaten Jepara, Bangsri 52.158 51.816 103.974
sebagaimana gambar dan Tabel 1.
Kembang 34.966 36.168 71.134
Jumlah penduduk Kabupaten Jepara pada tahun
14.keling 31.302 32.047 63.349
2017 sebagaimana Tabel 2. Kepadatan penduduk di
Kabupaten Jepara 1.218 penduduk/km2, dan 15.Donorojo 28.316 28.698 57.014
mempunyai wilayah paling padat dibandingkan dengan 16.Karimunjawa 4.795 4.719 9.514
kecamatan lainnya di Kabuapten Jepata yaitu 3.665
Jumlah/Total : 609.784 613.414 1.223.198
penduduk/km2 sedangkan Kecamatan
Sumber data: Jepara dalam angka (2018)
63 Rita et al. / Jurnal Transportasi Multimoda, Vol. 17 (2019): 59-73

Gambar 3 Jumlah Penduduk di Jepara tahun 2014 - 2016 kepadatan terkecil berada di kecamatan
Karimunjawa 134 penduduk/ km2.
Kepadatan dan pertumbuhan penduduk di
Kabupaten Jepara hingga tahun 2017 sebagaimana
Tabel 3.
Kabupaten Jepara
Menurut sejarah asal mula keahlian penduduk
dalam mengukir dimulai pada masa pemerintahan Ratu
Kalinyamat. R.A. Kartini sangat peduli terhadap nasib
bangsanya terutama kesejahteraan hidup para perajin
ukir (Gustami, 2000:114), bahkan jalan raya Tahunan
Jepara dijuluki showroom meubel terpanjang di dunia.

Sumber: BPS Kabupaten Jepara (2018)

Hasil dan Pembahasan


Tabel 3 Kepadatan Penduduk/Km² di Kabupaten Jepara 2017
Pengumpulan data Primer
Kecamatan Jumlah Luas Jumlah Kepadatan
Daerah Penduduk Penduduk Penelitian ini dilakukan dengan mengumpulkan data
Desa (Km²) primer dan data sekunder. Survey data sekunder
Kedung 18 43 78.935 1.833 dilakukan pada Dinas Perhubungan, Bappeda, dinas
Pecangan 12 36 86.310 2.406
Industri dan Perdagangan serta pelaku industri di
Kabupaten Jepara, Jawa Tengah, sedangkan survey data
Kalinyamatan 12 24 65.656 2.770 primer dilakukan dengan wawancara terhadap
Welahan 15 28 75.923 2.747 pengangkutan perusahaan ekspedisi, perusahaan agen
Mayong 18 65 91.707 1.410
perjalanan, perusahaan agen pelayaran dan perusahaan
muat bongkar.
Nalumsari 15 57 75.225 1.321
Identifikasi Peraturan Terkait
Batealit 11 89 87.326 983

Tahunan 15 39 117.170 3.012 Peraturan Pemerintah R.I Indonesia Nomor 8 Tahun


2011 Tentang Angkutan Multimoda
Jepara 16 25 90.402 3.665
Angkutan Multimoda adalah angkutan barang
Mlonggi 8 42 87.777 2.070
dengan menggunakan paling sedikit 2 (dua) moda
Pakis Aji 8 61 61.782 1.020 angkutan yang berbeda atas dasar 1 (satu) kontrak
Bangsri 12 85 103.974 1.218 sebagai dokumen angkutan multimoda dari satu
tempat diterimanya barang oleh Badan Usaha
Kembang 11 108 71.134 658
Angkutan Multimoda ke suatu tempat yang ditentukan
Keling 12 123 63.349 515 untuk penyerahan barang kepada penerima barang
Donorojo 8 109 57.014 525 angkutan multimoda.
Karimunjawa 4 71 9.514 134 Dalam menyelenggarakan kegiatan angkutan
Jepara 195 1.004 1.223.198 1.218 multimoda Badan Usaha Angkutan Multimoda
bertanggung jawab terhadap kegiatan penunjang
Sumber : Jepara dalam angka (2018)
angkutan multimoda yang meliputi pengurusan:
a. transportasi;
b. pergudangan;
Rita et al. / Jurnal Transportasi Multimoda, Vol. 17 (2019): 59-73 64

c. konsolidasi muatan; dalam RTRW Kabupaten Jepara Tahun 2011-2031


d. penyediaan ruang muatan; dan/atau meliputi :
e. kepabeanan untuk angkutan multimoda ke luar
a. Jepara-Karimunjawa;
negeri dan ke dalam negeri.
b. Jepara-Semarang;
Peraturan Daerah Kabupaten Jepara Nomor 2 Tahun c. Karimunjawa-Semarang; dan
2011 tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten d. Antarpulau di Karimunjawa
Jepara Tahun 2011 - 2031
Untuk rencana pengembangan sistem jaringan
Strategi pengembangan prasarana dan sarana transportasi udara berupa pengembangan bandar
transportasi kabupaten yang terkoneksi dengan udara Dewandaru sebagai bandar udara pengumpan di
prasarana dan sarana transportasi nasional, regional, Desa Kemujan Kecamatan Karimunjawa. Pelaksanaan
dan lokal untuk mendukung potensi wilayah. meliputi: pembangunan trasportasi jalan mencakup kegiatan:
a. Menata sistem transportasi yang membentuk a. Penyusunan masterplan (rencana induk) sistem
sistem jaringan pergerakan antar pusat kegiatan transportasi;
dan wilayah pelayanannya; b. Penyusunan rencana induk atau Rencana
b. mengembangkan terminal; Pembangunan Jangka Menengah (RPJM) Jalan dan
c. menetapkan jalan sesuai dengan fungsi, kapasitas Jembatan;
dan tingkat pelayanannya; c. Penyusunan rencana induk, Detail Engineering
d. menata sistem transportasi kabupaten dengan Design (DED) dan Studi Kelayakan pembangunan
simpul-simpul transportasi regional dan nasional; terminal tipe A di Kecamatan Tahunan;
e. mengembangkan sistem transportasi kawasan d. Pembangunan terminal tipe A di Kecamatan
perdesaan-perkotaan; Tahunan;
f. mengembangkan prasarana dan sarana e. Pengembangan dan optimalisasi sub terminal di
pengangkutan barang; dan pusat-pusat pelayanan;
g. mengembangkan prasarana dan sarana transportasi f. Pengembangan jalan kolektor yang
wisata. menghubungkan wilayah kabupaten dengan
wilayah Kabupaten Kudus, Kabupaten Pati, dan
Rencana sistem jaringan transportasi di Kabupaten
Demak;
Jepara terdiri atas:
g. Peningkatan jalan penghubung antara Kabupaten
a. Sistem jaringan transportasi darat, meliputi: Jepara dan Pati di Kecamatan Donorojo dan Keling;
1) sistem jaringan jalan; dan h. Peningkatan jalan penghubung antara Kabupaten
2) sistem jaringan penyeberangan. Jepara dan Kudus di Kecamatan Nalumsari, Batealit,
b. Sistem jaringan transportasi laut berupa pelabuhan dan Keling;
laut ; i. Peningkatan jalan penghubung antara Kabupaten
c. Sistem jaringan transportasi udara berupa bandar Jepara dan Demak di Kecamatan Kedung,
udara Pecangaan, Welahan, dan Nalumsari;
j. Pengembangan jalan lokal primer yang
Rencana pengembangan pelabuhan laut di
menghubungkan kawasan perkotaan dengan PPK
Kabupaten Jepara berupa pengem-bangan pelabuhan
dan PPL;
menjadi skala regional, meliputi:
k. Pengembangan jalan kolektor sekunder dan lokal
a. pelabuhan pengumpan Karimunjawa di Kecamatan sekunder yang menuju
Jepara; l. kawasan dan sentra industri, kawasan agropolitan,
b. pelabuhan pengumpan Jobokuto di Kecamatan minapolitan dan
Jepara. m. kawasan pariwisata;
n. Peningkatan jalan utama antardesa dan jalan
Rencana sistem jaringan transportasi menurut
menuju desa/dusun terpencil;
RTRW Kabupaten Jepara Tahun 2011-2031, terdiri atas:
o. Pengembangan jalan alternatif/ lingkar untuk
a. Sistem jaringan transportasi darat, meliputi: mendukung kelancaran sistem pergerakan di
1) sistem jaringan jalan; dan Kawasan Perkotaan di masing-masing kecamatan
2) sistem jaringan penyeberangan. kecuali Kecamatan Karimunjawa.
b. Sistem jaringan transportasi laut berupa pelabuhan
Pengembangan transportasi penye-berangan
laut ;
berdasarkan RTRW Kabupaten Jepara Tahun 2011-2031
c. Sistem jaringan transportasi udara berupa bandar
meliputi:
udara
a. Pengembangan transportasi penye-berangan
sedangkan rencana pengembangan sistem jaringan
Jepara-Karimunjawa;
transportasi penyeberangan sebagaimana dimaksud
65 Rita et al. / Jurnal Transportasi Multimoda, Vol. 17 (2019): 59-73

b. Pengembangan transportasi penye-berangan Jepara, Unit Tenaga


Semarang; JENIS INDUSTRI KECIL MENENGAH (IKM) Usaha Kerja
c. Pengembangan transportasi penye-berangan (1) (2) (3)
Karimunjawa-Semarang; Jepara 18.380 148.078
d. Penyusunan rencana induk, Detail Engineering
Design (DED) dan Studi Kelayakan pengembangan Sumber: Kabupaten Jepara dalam angka 2018
transportasi penyeberangan antarpulau di
Kecamatan Karimunjawa; dan
e. Pengembangan dan pembangunan transportasi
penyeberangan antar pulau di Kecamatan
Karimunjawa. Gambar 4 Diagram Batang Banyaknya Unit Usaha (unit) dirinci
Menurut Jenis Industri Kecil Menengah (IKM) 2016
Pengembangan prasarana transportasi pelabuhan
sebagaimana dimaksud pada RTRW Kabupaten Jepara 6,000
Tahun 2011-2031, meliputi: 5,000
4,000
3,000
a. Pengembangan pelabuhan laut Karimunjawa di 2,000
Kecamatan Karimunjawa; 1,000
0

Tenun Ikat…

Mainan…
Kerajinan…

Rokok…
Kerajinan…

Konveksi /…

Kerajinan…
Kerajinan…
Furniture…

Monel /…
Gerabah /…
Genteng /…

Makanan /…

Bordir /…
b. Penyusunan rencana induk, Detail Engineering
Design (DED) dan Studi Kelayakan pengembangan
pelabuhan laut di Kecamatan Jepara.

Sumber: Kabupaten Jepara dalam angka 2018


Perekonomian Wilayah Kabupaten Jepara
Gambar 5 Jumlah Unit Usaha Industri Kecil Menengah (IKM)
a. Pendapatan Regional Jepara 2012 – 2016
Menurut data di lapangan PDRB di Kabupaten
Jepara untuk 5 tahun terakhir bahwa Industri 8,000
pengolahan merupakan yang dominan mencapai lebih 5,471
5,870 5,993
6,000 5,312
dari 30% dibandingkan dengan lapangan usaha lainnya,
4,104
diikuti oleh perdangangan besar dan eceran lebih dari 3,688 3,908
4,000
15%. Secara umum PDRB di Kabupaten Jepara terjadi 2,405 2,653 2,788 2,685
2,029
kenaikan di atas 2,6% selama kurun waktu 2017-2018 2,000 794 812 986
yakni 10,07% 2017 menjadi 12,7 % di tahun 2018.
0
Tabel 4 Jenis Industri dan Nilai Ekspor di Jepara 2012 2013 2014 2015 2016
Furniture Kayu / Furniture of Wood
Unit Tenaga Genteng / Tile
JENIS INDUSTRI KECIL MENENGAH (IKM) Usaha Kerja Makanan / Foods
Linear (Furniture Kayu / Furniture of Wood)
(1) (2) (3)

Furniture Kayu 5.993 77.187


Kerajinan Rotan 857 4726
Tenun Ikat 756 11.577
Sumber: BPS Kabupaten Jepara,diolah (2018)
Monel 592 1.118
Gerabah 117 452 Tabel 5 Pertumbuhan jumlah IKM untuk furniture kayu tiap
tahun dari 2014-2016
Genteng 3.908 11.724
Periode 2012- 2013- 2014 2014 - 2015 - Rata-rata per
Rokok Kretek 29 1.254
2013 2015 2016 tahun
Kerajinan Kayu 1.522 9.984
Pertumbuhan 22.74% 2.91% 6.80% 2.05% 8.62%
Makanan 2.865 13.534
Sumber: BPS Kabupaten Jepara, diolah (2018)
Konveksi/Convection 2.083 11.781
Jenis Komoditi dan Nilai Ekspor di Jepara
Bordir 318 1.924
Secara temporal terjadi peningkatan banyaknya
Mainan Anak 294 1.760
jumlah usaha IKM terutama di Kabupaten Jepara tahun
Kerajinan Simping 26 163 2012 – 2016, dari 4.104 meningkat sebesar 5.993 di
Kerajinan Kuningan 65 195
Rita et al. / Jurnal Transportasi Multimoda, Vol. 17 (2019): 59-73 66

tahun 2016, kenaikan rata-rata IKM untuk furniture 2013 2014 2015 2013 2013 rata
kayu 8,62%, sebagaimana Gambar 4 dan 5. Jumlah
menunjukkan pertumbuhan jumlah IKM untuk Eksportir 29 4 73 11 91
furniture kayu, sebagaimana pada Tabel 5. % Pertumbu-
han Jumlah Eksportir 13.2% 1.8% 24.7% 3.6% 22.9% 13.2%

Jumlah Negara
Tujuan 7 -4 7 0 -2

Tabel 6 Jenis Komoditi, volume dan nilai ekportir % Pertumbu-


han` Jumlah Negara
Jumlah Jumlah Volume Nilai Tujuan 6.4% -3.8% 6.2% 0.0% -1.8% 1.4%
JENIS KOMODITI Ekspor Negara
tir Tujuan (Kg) Ekspor -
Volume
- 2,139,7511,052,8 9,238,10 5,552,36
Total
Total of Volume (kg) 151,746 9 25 6 9
of Export Value
Type of Comodity Destination
Expor (Kgs) (US $) % Pertumbu-
State
ter
han Volume -0.5% 6.9% 26.2% 17.9% -12.1% 7.7%
(1) (2) (3) (4) (5)
Nilai Ekspor - -
Furniture dari Kayu 398 113 45 920 346.50 166 862 444.20 1,451,74 15,903,935,539,6 23,721,7 7,180,08
(US $) 1 05 15 45 1
Kapok/Produk Nabati 5 10 304 909.30 590 944.94
% Pertumbu-
Barang/Kemasan dari 5 6 393 228.97 1 560 911.95
han` Nilai Ekspor -1.5% 13.9% 23.6% 13.6% -4.3% 9.1%
plastik
Kerajinan Batu, Semen, 11 8 31 654.16 44 822.23 Gambar 7 Jumlah eksportir untuk Furniture. kayu 2012 - 2017

Marmer, dll 500 398


296 307
Keramik / Terakota 6 6 8 736.28 21 999.61 190 219 223
Barang dari Logam 5 6 9 600.20 19 055.79
Kerajinan Kayu dan 75 27 1 497 951.66 3 981 101.12 0
2012 2013 2014 2015 2016 2017
Kayu Olahan 83 31 4 339 534.39 5 587 728.89
Jumlah Eksportir
Kaca dan Produk dari 8 4 2 434.12 14 495.90
Linear (Jumlah Eksportir)
kaca
Produk Anyaman / 10 8 350 018.36 1 189 247.57
Sumber: BPS Kabupaten Jepara, diolah (2018)
Textile & Product Textile 5 8 328 066.22 6 431 464.46
Gambar 8 Jumlah tujuan negara untuk ekspor furniture kayu
Perlengkapan Furniture 5 5 11 977.94 109 250.99 dari tahun 2012 – 2017
Produk Garmen dan 13 32 35 131 859.7080 680 582.54
115 113 113
Sepatu 110 111
110
Karet - - - - 106
105 103
Komoditas Lainnya 35 30 30 114 353.17 11 800 304.68

118 444.670. 278 894 100


Jumlah/Total 664 290
96 354.87
95
Sumber: Data BPS Tahun 2017 2012 2013 2014 2015 2016 2017
Jumlah Negara Tujuan
Tabel 6 menunjukkan perkembangan jumlah Linear (Jumlah Negara Tujuan)
eksportir, jenis komoditi, volume dan nilai ekspor untuk
furniture kayu tahun 2012-2017, pertumbuhan jumlah Sumber: BPS Kabupaten Jepara, diolah (2018)
eksportir 13,2%, negara tujuan 14%, volume ekspor7,7%
dan nilai ekspor 9,1% sebagaimana Tabel 7.
Gambar 9 Volume ekspor F.Kayu tahun 2012 - 2017

Tabel 7 Pertumbuhan Jumlah Eksportir dari 2012-2017


Periode 2012- 2013- 2014- 2012- 2012-
Rata-
67 Rita et al. / Jurnal Transportasi Multimoda, Vol. 17 (2019): 59-73

maupun Jalan Kabupaten. Kecamatan yang dilewati


200,000,000.00
180,000,000.00
174,042,524.73
166,862,444.20
oleh Jalan Nasional dimulai dari Kecamatan Kota,
150,320,779.41
160,000,000.00 Tahunan, Pecangaan, Kalinyamatan, dan Welahan.
140,000,000.00
100,329,000.36
114,781,164.54 sebagaimana Gambar 11.
120,000,000.00 98,877,259.57
100,000,000.00 Pada Peta Jaringan Jalan di Kabupaten Jepara,
80,000,000.00
60,000,000.00
terlihat bahwa jalan provinsi yang melewati Kabupaten
40,000,000.00 Jepara hampir seluruhnya melewati seluruh kecamatan
20,000,000.00
yang ada di Kabupaten Jepara. Jaringan jalan provinsi
0.00
2012 2013 2014 2015 2016 2017 melewati Kecamatan Welahan, Kecamatan Wayong,
Nilai Ekspor (US $) Linear (Nilai Ekspor (US $)) Kecamatan Pecangan, Kecamatan Tahurhan,
Kecamatan Jepara, Kecamatan Mlongo, Kecamatan
Bangsri, dan Kecamatan Keling. Jaringan jalan provinsi
Sumber: BPS Kabupaten Jepara, diolah (2018) tidak melewati Kecamatan Kedung dan Kecamatan
Nalumsari.
Gambar 10 Perkembangan Nilai Ekspor-Impor Jawa Tengah
Mei 2017 – Mei *) 2018 (Juta US$) Pergerakan manusia dan barang di Kabupaten
Jepara didominasi oleh pergerakan antar dan dalam
kecamatan. Proyeksi pembebanan jalan untuk 20 tahun
yang akan datang, ruas jalan di kabupaten Jepara sudah
semakin padat kendaraan sehingga terjadi kemacetan
di ruas jalan. Dilihat dari analisa VCR (volume, capacity,
ratio) untuk menghitung kinerja jalan/lalu lintas dengan
tata guna lahan dapat dikembangkan melalui suatu
proses perencanaan transportasi yang saling terkait,
Sumber: BPS Kabupaten Jepara (2018) terdiri dari :

Nilai ekspor juga mengalami kenaikan 9,1% sejak ● Bangkitan/Tarikan perjalanan, untuk menentukan
tahun 2012 sebesar 100,329,000.36 (US $) menjadi hubungan antara pelaku perjalanan dan faktor guna
166,862,444.20 (US $) di tahun 2017. Lihat Gambar 9. lahan yang dicatat dalam inventaris perencanaan.

Secara lininer terjadi peningkatan 190 pada tahun ● Penyebaran perjalanan, yang menentukan pola
2012 menjadi 398 tahun 2017 rata-rata 13,2%, untuk perjalanan antar zona.
negara terjadi peningkatan 103 tahun 2012 menjadi ● Pembebanan lalu-lintas, yang menentukan jalur
111 tahun 2017, sebagaimana Gambar 7. transportasi publik atau jaringan jalan suatu
Berdasarkan data BPS Kabupaten Jepara (2017) perjalanan yang akan dibuat.
sumbangan dari lapangan usaha kategori industri 34,45% ● Pemilihan moda, suatu keputusan yang dibuat
terhadap PDRB dan menjadi tumpuan harapan dalam untuk memilih moda perjalanan yang akan
penyerapan tenaga kerja, namun penyumbang terbesar digunakan oleh pelaku perjalanan
adalah industri.
Alur Pelayaran di Kabupaten Jepara
Perkembangan Ekspor dan Impor
Pada citra satelit jalur alur pelayaran di Pulau Jawa
Tahun 2018 (Mei) nilai ekspor US$ 602,19 juta atau dibawah ini menunjukkan rute pelayaran yang dilewati
mengalami penurunan sebesar 7,19% dibanding ekspor kapal yang menggunakan moda laut dari Jepara via
April 2018 (US$ 561,79 juta). Sedangkan, sementara Pelabuhan Tanjung Emas Semarang, Tanjung Priuk
dibandingkan Mei 2017 ekspor naik sebesar US$ 54,85 Jakarta, dan Tanjung Perak Surabaya ke lokasi tujuan
juta (10,02 %). Ekspor kumulatif Januari-Mei 2018 baik domestik (antar pulau di Indonesia) maupun
mencapai US$ 2 784,31 juta naik 13,80 % dari ekspor dengan tujuan eksport (Benua Asia, Eropa dan
kumulatif Januari-Mei 2017 (US$ 2 446,62), lihat Amerika), lihat Gambar 12.
Gambar 10
Perkiraan Demand Barang di Pelabuhan Tanjung Emas
Semarang
Jaringan Prasarana Pelayanan Angkutan Multimoda Pelabuhan yang digunakan untuk mengangkut
Jaringan Jalan Kabupaten Jepara barang terutama rute ke luar jawa dan luar negeri
menggunakan Pelabuhan Tanjung Emas, Semarang.
Jalan yang dilewati angkutan barang (meubel) Biasanya demand untuk pergerakan barang di
menggunakana jaringan jalan yang berada di wilayah sebabkan oleh adanya aktivitas perekonomian, dan
Kabupaten Jepara, baik Jalan Nasional, Provinsi volume barang yang akan diangkut diakibatkan
Rita et al. / Jurnal Transportasi Multimoda, Vol. 17 (2019): 59-73 68

memiliki korelasi dengan kegiatan perekonomian yang Pola Perjalanan Angkutan Multimoda di Kabupaten
cukup penting/ besar. Indeks perekonomian seperti Jepara
PDB atau PDRB seringkali dipilih sebagai variable
Pola perjalanan angkutan barang khususnya Meubel
independen, dan menunjukkan korelasi dengan
di Kabupaten Jepara diklasifikasikan perjalanan dalam
demand pelabuhan untuk kebanyakan kasus.
negeri dan luar negeri.
Gambar 11 Peta Jalan Kabupaten Jepara`
Perjalanan Dalam Negeri
Perjalan barang (meubel) dapat dibedakan menjadi
2 di dalam Pulau Jawa dan luar Pulau Jawa dengan
moda yang digunakan juga berbeda.
a. Di dalam Pulau Jawa
Kota di Pulau Jawa yang menjadi tujuan pengiriman
barang meubel dari Jepara antara lain Jakarta, Bandung,
Surabaya, dan Yogyakarta. Metode yang digunakan
dalam mengantar barang menggunakan metode direct
service/door to door menggunakan jasa ekspedisi. Biaya
pengiriman tergantung dari volume muatan barang dan
Sumber: Dinas Pekerjaan Umum dan Penataan Ruang Kabupaten
Jepara jarak lokasi tujuan, menggunakan unimodal, karena
modanya berupa truck dan menggunakan direct service.
Gambar 12 Jalur Alur Pelayaran di Pelabuhan Semarang,
Gambar 13 dan 14.
Surabaya dan Jakarta
Gambar 13 Pola Perjalanan angkutan meuble di dalam pulau
Jawa.

Sumber: GIS Kementerian Perhubungan

Sumber: Survey Lapangan, Juli 2018

Proyeksi Volume Kontainer dengan Moda Kereta Api


Di luar Pulau Jawa
Dalam rangka untuk memperkirakan volume dari
Pulau yang menjadi tujuan pengiriman barang
kontainer yang diangkut oleh KA, sangat penting untuk
meubel dari Jepara meliputi Pulau Sumatera,
mengerti dari/ke bagian mana di area studi ini
Kalimantan dan Sulawesi, dalam hal ini angkutan
kontainer tersebut di angkut ke/dari Pelabuhan
multimoda diperlukan untuk rute perjalanan ke luar
Tanjung Emas. Tim Studi telah melakukan estimasi
pulau jawa dikarenakan harus mengguna-kan moda
kasar terhadap wilayah asal/tujuan dari kontainer yang
kapal untuk mengangkut barang ke tujuan. Gambar 15 .
di ekspor/impor melalui pelabuhan Tanjung Emas
dengan memanfaatkan hasil survey wawancara jalan Perjalanan Luar Negeri
yang dilaksanakan di batas-batas wilayah
Negara luar negeri yang menjadi tujuan pengiriman
Kabupaten/Kota utama.
barang meubel dari Jepara antara lain beberapa negara
di Asia, Eropa, dan Amerika. Pelabuhan di Singapura
menjadi tempat singgah sebelum dilanjutkan ke negara
tujuan. Pengangkutan multimoda (darat dan laut) juga
69 Rita et al. / Jurnal Transportasi Multimoda, Vol. 17 (2019): 59-73

terjadi di rute perjalanan ke luar negeri, sebagaimana


Gambar 16.
Gambar 14 Proses stuffing untuk perjalan di dalam Jawa.

Sumber: Survey Lapangan, Juli 2018

Gambar 18 Proses Staffing dalam di Jalan Soekaro Hatta


Jepara

Sumber: Survey Lapangan, September 2018

Gambar15 Pola Perjalanan angkutan meuble antara pulau di

Sumber: Survey Lapangan, Juli 2018

Moda Transportasi
Jenis moda darat yang digunakan oleh jasa ekpedisi
untuk mengang-kut meubel tergantung lokasi tujuan
dan volume muatan. Untuk jarak dekat dan dalam
pulau jawa menggunakan kendaraan pick-up dan truk 2
Indonesia. AS, sedangkan untuk jarak jauh di luar negeri
Sumber: Survey Lapangan, Juli 2018 menggunakan container 20 dan 40 feet
Gambar 17 merupakan moda darat jenis container
yang digunakan untuk pengiriman barang di luar pulau
Jawa (Kalimantan dan Indonesia Timur) dan tujuan luar
negeri. Ukuran container disesuai-kan dengan volume
barang yang akan diangkut. Proses stuffing dilakukan
dilokasi pabrik yang menyatu dengan gudang meuble.
Gambar 18 merupakan proses staffing dalam
Gambar 16 Pola Perjalanan angkutan meuble ke Luar Negeri perusahaan meubel didepan lokasi toko dan berada di
Jalan Nasional dengan tujuan ke Pelabuhan Perak
Surabaya. Sebagaimana tabel berikut.
Sistem dan Prosedur Pengiriman Barang
Kegiatan ekspor barang merupakan sistem
perdagangan yang memungkinkan seseorang
mengadakan trading lintas negara. Saat ini pemerintah
berupaya meningkatkan devisa dengan menggenjot
arus Ekspor barang. Prosedur ekspor sebenarnya lebih
mudah daripada kegiatan prosedur impor karena saat
ini lebih banyak aturan yang mengatur tentang impor
daripada tentang ekspor, terutama untuk masalah
Sumber: Survey Lapangan, Juli 2018
pembayaran pajak. (http://hsh.co.id/prosedur-dan-
Gambar 17 Mobil Truk untuk ekspedisi jarak jauh dan luar tata-cara-ekspor)
Pulau Jawa (tampak depan)
Salah satu fungsi Direktorat Jenderal Bea dan Cukai
adalah melindungi industri dalam negeri dari
persaingan yang tidak sehat dengan industri sejenis
dari luar negeri serta melindungi masyarakat dari
masuknya barang-barang berbahaya. Sesuai Pasal 53
Rita et al. / Jurnal Transportasi Multimoda, Vol. 17 (2019): 59-73 70

UU. Nomor 17 Tahun 2006 tentang Kepabeanan dilakukan pemeriksaan fisik, PEB diberi nomor dan
disebutkan bahwa ketentuan larangan dan/atau tanggal pendaftaran dan diterbitkan respon NPE.
pembatasan yang diterbitkan oleh instansi teknis, wajib 6. Dalam hal dilakukan pemeriksaan fisik, maka
disampaikan kepada Menteri Keuangan u.p. Direktur diterbitkan pemberitahuan pemeriksaan barang
Jenderal Bea dan Cukai. Terhadap ketentuan yang (PPB).
disampaikan tersebut, Direktur Jenderal Bea dan Cukai
Pelayanan Angkutan Multimoda Dengan Angkutan
melakukan penelitian dan Direktur Jenderal Bea dan
Jalan di Kabupaten Jepara
Cukai atas nama Menteri Keuangan menetapkan daftar
barang yang dilarang atau dibatasi untuk diimpor atau Angkutan multimoda khususnya Meubel akan
diekspor berdasarkan Peraturan Menteri Keuangan menggunakan lebih dari 1 moda dan menggunakan
Nomor 224/PMK.04/2015 tentang Pengawasan dokumen dalam pengiriman barang dilakukan jika
terhadap Impor atau Ekspor Barang Larangan dan/ atau lokasi tujuan diluar pulau jawa dan diluar negeri.
Pembatasan untuk selanjutnya dilakukan pengawasan
Secara Langsung (Door to Door Service)
oleh DJBC. Terkait dengan ketentuan larangan
dan/atau pembatasan yang dilakukan pengawasannya Untuk pengiriman barang yang berada di luar Jawa
oleh DJBC, dapat dilihat melalui Portal INSW sebagai masing menggunakan direct service/door to door
referensi tunggal ketentuan lartas Impor atau Ekspor dengan menggunakan lebih dari 1 moda yaitu truk,
pada website www.insw.go.id. dilanjutkan ke moda laut (kapal) dan dilanjutkan
menggunakan moda darat (truk). Hal tersebut
Barang ekspor yang dikenakan Bea Keluar, yaitu
dilakukan karena lebih efisien dan langsung ke lokasi
sebagai berikut:
tujuan tanpa menambah pergerakan barang. Secara
a. Kulit dan Kayu; sederhana pola pergerakan pengiriman barang
b. Biji kakao; sebagaimana Gambar 20.
c. Kelapa sawit, Crude Palm Oil (CPO), dan produk
Melalui Agen (Via Jasa Pengiriman)
turunannya;
d. Produk hasil pengolahan mineral logam; dan Pengiriman barang secara retail atau skala besar
e. Produk mineral logam dengan kriteria tertentu. baik dalam maupun pengiriman diluar Jawa, biasanya
menggunakan jasa ekspedisi, setelah penuh barang
Untuk perhitungan bea keluar adalah sebagai berikut:
akan dikirim ke lokasi tujuan, sebagaimana Gambar 21.
a. dalam hal Tarif Bea keluar ditetapkan berdasarkan Gambar 19 Flow Chart Kegiatan Kepabeanan di Bidang
persentase dari Harga Ekspor Ekspor
b. dalam hal Tarif Bea Keluar ditetapkan secara
spesifik
Adapun tahapan/tata laksana ekspor sebagai berikut
(Gambar 19):
1. Eksportir/kuasanya menyampaikan dokumen
Pemberitahuan Ekspor Barang ke Kantor Bea
Cukai tempat pemuatan.
2. Terhadap Barang Ekspor yang diberitahukan
dalam PEB dilakukan penelitian dokumen setelah
dokumen pemberitahuan disampaikan.
3. Jika terhadap penelitian dokumen PEB
menunjukkan pengisian atas data PEB tidak
lengkap dan/atau tidak sesuai, diterbitkan respon
Nota Pemberitahuan Penolakan (NPP).
4. Jika dalam penelitian larangan dan/atau
pembatasan menunjukkan dokumen persyaratan
belum dipenuhi maka diterbitkan Nota
Pemberitahuan Persyaratan Dokumen
5. Dalam hal hasil penelitian Sistem Komputer
Sumber: http://www.beacukai.go.id/arsip/pab/ekspor.html
Pelayanan menunjukan lengkap dan sesuai, dan
tidak termasuk barang yang dilarang atau dibatasi Gambar 20 Pengiriman Barang Secara Langsung
ekspornya, atau termasuk barang yang dilarang
atau dibatasi ekspornya tetapi persyaratan
ekspornya telah dipenuhi, serta barang tidak
71 Rita et al. / Jurnal Transportasi Multimoda, Vol. 17 (2019): 59-73

memiliki aksesibilitas yang relatif tinggi terlebih dengan


Industri - Trucking Pelanggan adanya rencana pengembangan jalur ganda (double
Meubel - Kapal track) yang tentunya akan meningkatkan pelayanan
transportasi ini.
Beberapa ruas jaringan rel di Jawa Tengah telah
memiliki rel ganda (double track), antara lain lintas
Gambar 21 Pengiriman Barang Melalui Jasa Ekspedisi Kutoarjo-Yogyakarta (64 km), lintas Yogyakarta-Solo (59
km), lintas Brebes-Tegal (12 km), lintas Pemalang-
Industri Pelanggan Petarukan (7 km), Pemalang-Larangan (55 km) dan
Mebel Purwokerto-Paturugan (25 km). Yang sedang dikerjakan
pembuatan rel ganda dan telah memiliki jalur ganda
sebagian adalah lintas Patuguran-Prupuk (31 km).

Jasa Ekspedisi Mobile Pick Up Jalur kereta api di Jawa Tengah yang tidak beroperasi
Trucking
Container
ada 8 jaringan ruas jalan rel, ruas terpanjang pada
lintas Semarang-Lasem-Pamotan (132 km) dan yang
terpendek pada Kudus-Mayong-Bakalan (22 km).
Sebagaimana Tabel 8.
Tujuan Pembangunan Sistem Perkeretaapian
Kereta api merupakan transportasi yang lebih
Model Pengembangan Angkutan Multimoda di
efisien dan ekonomis daripada transportasi jalan,
Kabupaten Jepara
ditinjau dari efiseiensi penggunaan bahan bakar dan
Hasil survey di lapangan serta interview beberapa penggunaan sumber ekonomis; keuntungan secara
stakeholder di Kabupaten Jepara, maka beberapa point ekonomis akan lebih potensial jika pergerakan barang
yang menjadi perhatian sehingga angkutan multimoda dan penumpang dialihkan dari jalan raya ke moda
di Kabupaten Jepara menjadi berkembang dengan transportasi kereta api. Yang menjadi tujuan dari
memperhatikan sebagai berikut: Program Revitalisasi jalur kereta api adalah:
Perencanaan Kawasan Industri di Kabupaten Jepara  Meningkatkan peranan kereta api dalam
transportasi pengangkutan barang.
Di Kabupaten Jepara terdapat 6 (enam) Kawasan
 Meningkatkan peranan kereta api dalam
Peruntukan Industri (KPI) dengan luas keseluruhan ±
transportasi angkutan penumpang.
3.953,80 ha, terdapat di Kecamatan Kedung, Mayong,
 Mengurangi beban pada transportasi jalan
Kalinyamatan, Pecangaan, Jepara, Keling, dan Kembang,
dengan rincian sebagai berikut: Meningkatkan Transportasi KA Barang untuk
1. KPI 1 di Kecamatan Mayong dengan luas ± 206,54 Mengurangi Kerusakan Jalan
ha; Kerusakan jalan yang disebabkan oleh truk dan
2. KPI 2 di Kecamatan Kalinyamatan, Mayong, dan trailer yang kelebihan muatan sudah semakin signifikan
Pecangaan dengan luas ± 297,85 ha; dan Kementerian Perhubungan Darat membuat
3. KPI 3 di Kecamatan Pecangaan dan Kalinyamatan pelaksanaan peraturan lalu lintas secara lebih tegas
dengan luas ± 39,11 ha; dengan cara bertahap mulai tahun ini.
4. KPI 4 di Kecamatan Jepara dengan luas kurang
lebih 424,86 hektar; Perbaikan Lingkungan: Pemanasan Global
5. KPI 5 di Kecamatan Keling dan Kembang dengan Pemanasan global adalah masalah yang sangat
luas ± 2.665,91 ha; dan mendesak di seluruh dunia dan banyak negara yang
6. KPI 6 di Kecamatan Kedung dengan luas ± 319,53 telah melakukan berbagai macam usaha untuk
ha. mengurangi efek rumah kaca. Dalam bidang
Reaktivasi Rel Kereta Api transportasi, mobil penumpang, bis dan truk
menghasilkan jumlah terbesar efek rumah kaca.
Pelayanan moda transportasi KA di Provinsi Jawa
Tengah relatif terbatas dan memiliki pelayanan tingkat Tabel 8 Jalur jaringan jalan kereta api
antar wilayah kabupaten/kota hanya pada bagian utara No. Lintas Panjang
dan selatan. Secara aksesibilitas jaringan rel yang (Kilometer)
melintas di Provinsi Jawa Tengah melintasi beberapa 1 Semarang-Lasem-Pamotan 132
kabupaten dan kota yang ada. Selain itu terdapat juga
2 Purwokerto-Wonosobo 92
jaringan penghubung antara sisi utara dan selatan
Rita et al. / Jurnal Transportasi Multimoda, Vol. 17 (2019): 59-73 72

3 Demak-Purwodadi-Blora 100 menguhubungkan moda jalan raya dan moda kereta


4 Yogyakarta-Magelang-kedungjati 120 api dengan adanya reaktivasi jalur kereta api.
5 Secang-Parakan 28 Saran
6 Kudus-Mayong-Bakalan 22 Beberapa rekomendasi kajian yang diperlukan
7 Juwara-Tayu 74 langkah-langkah dalam mendukung angkutan
multimoda di Kabupaten Jepara.
8 Rembang-Blora-Cepu 74

Sumber: Direktorat Jenderal Perkeretaapian, PT Kereta Api dan Perlu review ulang tataran transportasi lokal (Tatralok)
data survai primer (2009) di Kabupaten Jepara, sehingga perencanaan
transportasi untuk pergerakan barang menjadi terpadu.
Rencana Pengembangan Perkereta-apian Regional
Jangka Panjang Perlu pengembangan lokasi terminal barang/dry port
dengan melihat potensi permintaan (demand) eksisting
KA Barang bertujuan untuk memperbaiki keandalan
dan perencaan jangka panjang (ultimate).
layanan angkutan barang dengan mereha-bilitasi jalur
kereta dan perbaikan seluruh sistem pengendalian Pelu dilakukan penelitian lanjutan terkait kelayakan
lalulintas pada seluruh jalur rel kereta (109 km), angkutan multi moda di Kabupaten Jepara untuk
termasuk: semua jenis komoditi barang yang potensial.
a) Koridor Angkutan Barang Semarang-Solo dan, Perlu dipikirkan revitalisasi jalur kereta api sebagai
b) Koridor KA Barang Solo- Wonogiri. Selain itu, alternatif moda selain moda darat (truk).
diusulkan juga empat jalan akses ke fasilitas-fasilitas
penting bongkar-muat barang, yaitu :
Ucapan Terima kasih
● Jalur akses kereta ke Pelabuhan Semarang,
● Jalur akses kereta ke ZEK Kendal, Dengan terlaksananya penelitian ini, kami penulis
mengucapkan rasa bersyukur kepada Tuhan yang maha
● Akses dryport Kalijambe dan d) Jalur akses Inland Esa atas diberikannya hidayah dan kesehatan dalam
port di Yogyakarta. usaha selama proses penelitian ini dan kedua penulis
Terminal Barang/Dry Port mengucapkan terima kasih kepada pimpinan dan para
peneliti Balitbanghub atas bantuan data dan
Dengan adanya usulan reaktivasi jalur kereta api informasinya, Mitra Bestari, dan segenap Insan di
khususnya untuk angkutan barang, maka diperlukan Jurnal Transportasi Multimoda atas bantuannya dalam
terminal barang yang menghubungkan moda jalan raya ikut serta menyempurnakan karya tulis hasil penelitian
dan moda kereta api. ini.
Kesimpulan Daftar Pustaka
Dari hasil analisis, maka dapat disimpulkan sebagai Abdulkadir Muhammad, 2008, Hukum Pengangkutan
berikut: Niaga, Cet. IV, Bandung: PT. Citra Aditya Bakti,
Selama 5 tahun terakhir terjadi pertumbuhan volume Bandung.
ekspor furniture di Kabupaten Jepara sebesar 7.7% dari Bappeda, 2017, Studi Kajian Kawasan Industri
tahun 2012 – 2017 Kabupaten Jepara, Jepara: Badan Perencanaan
Pergerakan barang di wilayah Kabupaten Jepara masih Pembangunan, Penelitian dan Pengembangan Daerah
menggunakan unimodal, khususnya untuk pergerakan Jepara.
di Pulau Jawa. BPS, 2018, Kapubaten Jepara dalam angka 2018,
Angkutan multimoda di Kabupaten Jepara terjadi untuk Jepara: BPS Kabupaten Jepara
pergerakan di dalam negeri antar pulau dan pergerakan BPS, 2017, Produk Domestik Regional Bruto menurut
luar negeri. Lapangan Usaha Kaupaten Jepara 2012 - 2016, Jepara:
Pola pengiriman furniture di Kabupaten Jepara BPS Kabupaten Jepara
khususnya antar pulau dan di luar negeri menggunakan Dinas Hubkominfo Jawa Tengah, 2009, Pengembangan
jasa EMKL. Perkeretaapian di Jawa Tengah, Semarang: Dinas
Belum adanya optimasi pergerakan angkutan barang Perhubungan Komunikasi dan Informatika Jawa Tengah.
menggunakan multimoda di Kabupaten Jepara Dinas Perhubungan, Komunikasi dan Informatika, 2015,
Adanya potensi pengembangan terminal barang atau Rencana Induk Jaringan Jalan Lalulintas dan Angkutan
dry port di Kecamatan Welahan dengan
73 Rita et al. / Jurnal Transportasi Multimoda, Vol. 17 (2019): 59-73

Jalan Kabupaten Jepara, Jepara: Dinas Perhubungan,


Komunikasi dan Informatika
Ditjen Perkeretaapian, 2011, Rencana Induk
Perkeretaapian Nasional, Jakarta: Direktorat Jenderal
Perkeretaapian, Kementerian Perhubungan.
Engkos Kosasih, 2007, Manajemen Perusahaan
Pelayaran, Jakarta: PT. Rajawali Press, Jakarta.
Martono, 2011, Hukum Angkutan Udara, Jakarta: PT.
Rajawali Press
JICA, 2009, Studi Pembangunan Sistem Kereta Api
Regional Wilayah Jawa Tengah di Republik Indonesia,
Jakarta: JICA - Oriental Consultans CO., LTD
Herzog, B.O, 2012, Angkutan Barang Perkotaan di Kota-
kota Negara Berkembang, Eschborn: Federal Ministry
for Economic Cooperation and Development (BMZ).
Tamin, Ofyar Z., 2000, Perencanaan dan Pemodelan
Transportasi, Bandung: Penerbit ITB.
e-journal.uajy.ac.id/2546/4/2TS11562.pdf diakses
tanggal 28 Agustus 2018 pukul 9.20 WIB
http://www.beacukai.go.id/arsip/pab/ekspor.html
diakses tanggal 30 Juli 2018 pukul 11.24 WIB
https://data.jepara.go.id/category/transportasi/ diakses
tanggal 30 Juli 2018 pukul 15.26 WIB
http://hsh.co.id/prosedur-dan-tata-cara-ekspor/ diakses
tanggal 30 Juli 2018 pukul 11.09 WIB
https://bit.ly/2BGTmuE diakses tanggal 7 Agustus 2018
pukul 08.18 WIB
http://www.jualmebel-jepara.com/workshop/ diakses
tanggal 7 Agustus 2018 pukul 08.23 WIB
https://bit.ly/2MENIxi diakses tanggal 20 Agustus 2018
https://jeparakab.bps.go.id/pressrelease/2018/07/06/37
/ekspor-jawa-tengah-bulan-mei-2018-naik-7-19-
persen.html diakses tanggal 15 November 2018 2018
http://data.jatengprov.go.id/nl/dataset/data-ikm-jateng
diakses tanggal 10 Desember 2018 2018
Yashinta Sutopo et al.. / Jurnal Transportasi Multimoda, Vol. 17 (2019): 45-58

Transportasi Aerial Cable Car dalam Pengembangan Wisata Tepian Pantai dan
Konsep Integrasi Antarmoda di Kota Makassar
Yashinta K.D. Sutopo1, Muhammad Yamin Jinca2, Megawati Viska H.M3
123
Fakultas Teknik Universitas Hasanuddin, Jl. Poros Malino, Kabupaten Gowa 92119, Indonesia
Email korespondensi: yashintasutopo@yahoo.com

Abstrak
Aerial cable car merupakan moda transportasi yang belum dikenal luas di Indonesia namun sudah sangat populer di
negara-negara maju dalam menunjang sektor wisata, pelayanan kawasan khusus, dan transportasi umum. Penelitian
ini bertujuan untuk mengkaji konsep perencanaan rute cable car dan integrasinya dengan moda lainnya serta
menghasilkan arahan untuk implementasinya di Kota Makassar. Penelitian ini dilakukan selama kurang lebih 6 bulan,
mulai dari Bulan Januari sampai dengan Juni 2019. Metode yang digunakan adalah kajian literatur, studi banding,
survei lapangan, analisis spasial dan jaringan dengan menggunakan data kuantitatif dan kualitatif, serta pendekatan
konsep secara pemetaan (mapping), ilustratif dan deskriptif. Penelitian ini mengangkat Kawasan Pusat Kota Makassar
yang terletak di tepian pantai sebagai prioritas implementasi pembangunan cable car karena memiliki potensi pasar
wisata yang besar, pusat tarikan perdagangan dan komersial yang sangat kuat, dan area dengan tingkat kemacetan
lalu lintas yang tinggi. Dari analisis dihasilkan empat rute cable car yang potensial: satu rute yang lurus mengikuti jalan
tepian pantai yang akan menghasilkan pemandangan yang sangat indah ke arah laut lepas dan ke arah permukiman
kota yang sangat padat, terlihat oleh mata penumpang dari belakang jendela kabin cable car; satu rute lainnya
menghubungkan dua pusat perbelanjaan besar di kawasan tersebut; dan dua rute lainnya membawa para turis ke dua
pulau wisata terdekat. Dari analisis juga dihasilkan sembilan stasiun potensial serta konsep integrasi antara moda
cable car dengan moda lainnya, bangunan dan lansekap. Penelitian ini merekomendasikan peningkatan kualitas
pelayanan Bus Transmamminasata dan penataan jalur sirkulasi seluruh moda yang lebih baik disetiap stasiun cable
car. Hal ini untuk mengantisipasi peningkatan mobilitas yang dihasilkan dari implementasi cable car dan untuk
mencapai tingkat pelayanan transportasi kota yang optimal, layaknya sebuah Kota Dunia.
Kata kunci: Aerial Cable Car, Rute, Antarmoda, Transportasi, Kota Makassar

Abstract
Aerial cable car is not a popular mode of transportation in Indonesia, unlike in developed countries that have been
extensively using it to support the tourism sector, to improve the mobility in specific district, and to serve the people’s
daily transportation needs. This research aimed to study the concept of cable car’s route planning and its
intermodality with other modes as well as to propose best practices for its implementation in the City of Makassar. The
research was conducted in about 6 months, from January to June 2019. The method used in this research is literature
and comparative study, field survey, spatial and network analysis using quantitative and qualitative data, and the
concept approach by ways of mapping, illustration, and description. The research nominates the City Centre of
Makassar, which situated right in the seafront, as the most favorable area of the city in which the implementation of
cable car may take place. This site is chosen due to its high potential in tourism sectors, intensive economic activities,
and severe traffic congestion. The analysis resulted four potential routes: one route that strickly follows the seafront
roads creating a beautiful view in the eyes of the passengers that sit behind the cable car’s cabin window, overlooking
the vast open sea and the compact city structure; another route that connects two big shopping centres; and the other
two routes aimed to transport the tourists to nearby small resort islands. The analysis also resulted nine potential
locations for the cable car stations and lead to ideas on how to better manage the intermodality and the integration
with the city buildings and lanscape. In conclusion, the research recommended for the local government to improve the
infrastructure quality of Transmamminasata Bus and also the services of othe modes in every station in order to
prepare and to better manage the increase of mobility resulted from the implementation of cable car and to achieve
the best city transportation service, such as a World Class City.
doi: http://dx.doi.org/10.25104/mtm.v15i1.413
1693-1742/2579-8529 ©2018 Jurnal Transportasi Multimoda | Puslitbang Transportasi Antarmoda, Balitbang Perhubungan
Artikel ini disebarkan dibawah lisensi CC BY-NC-SA license (https://creativecommons.org/licenses/by-nc-sa/4.0/).
Homepage: http://ojs.balitbanghub.dephub.go.id/index.php/jurnalmtm/index | Nomor Akreditasi : 1/E/KPT/2015 (Sinta 2)
46 Yashinta Sutopo et al.. / Jurnal Transportasi Multimoda, Vol. 17 (2019): 45-58

Keywords: Aerial Cable car, Rute, Intermodality, Transportation, City of Makassar

Pendahuluan
Indonesia, khususnya Kota Makassar, menghadapi digunakan adalah kajian literatur, studi banding, survei
tantangan yang sangat mendesak dalam bidang lapangan, analisis spasial dan jaringan menggunakan
transportasi yaitu bagaimana memenuhi kebutuhan data kuantitatif dan kualitatif, serta pendekatan konsep
perjalanan yang meningkat dengan sangat pesat seiring secara pemetaan (mapping), ilustratif dan deskriptif. 10
dengan pertumbuhan ekonomi dan pembukaan lahan- kota yang diambil sebagai bahan studi banding yaitu: 1)
lahan permukiman baru, secara cepat dan ramah Rosevelt Island Tramways, US, 2) Emirates Airline,
lingkungan namun dalam batasan kemampuan London, 3) Mount Fabe Line, Singapore, 4) Polinka
pendanaan yang minim. Pelebaran jalan menjadi solusi Cableway, Polandia, 5) Koblenz Cable Car, Germany, 6)
yang populer saat ini di semua kota-kota besar di Constantine Cable Car, Aljazair, 7) Mountain Village
Indonesia, namun keterbatasan lahan dan peningkatan Gondola, Telluride, 8) Complexo de Alemao Teleferic, Rio
polusi akibat pertumbuhan volume kendaraan yang de Jeneiro, 9) Caracas Metro-Cable, Venezuela, dan 10)
justru akan terpacu setelahnya, akan menjadikan solusi Medellin Metro-Cable Line K, Medellin.
ini tidak efektif dan tidak berkelanjutan. Transportasi bus
dan rel merupakan solusi transit massal yang sangat Hasil dan Pembahasan
efektif namun terbatas hanya pada kawasan yang Aerial cable car merupakan teknologi transit tidak
memiliki cadangan lahan dan lebar koridor yang besar. bermotor yang didorong oleh kabel baja dan memiliki
Transportasi massal sistem kanal, laut, sungai, udara, komponen utama: alat pengangkut/kabin, stasiun,
bawah jalan (subway), dan atas jalan (above/beyond the tower/tiang, kabel, dan sistem evakuasi dan
ground), termasuk cable car, sudah seharusnya menjadi penyelamatan (Alshalalfah, 2012 dan Elyaris, 2017).
deretan alternatif yang patut mendapat perhatian. Teknologi cable car terbagi dua jenis yaitu aerial
Cable car khususnya, merupakan moda yang sangat tramways dan gondola. Aerial tramways terdiri dari
jarang dikaji dan dibahas secara mendalam oleh para pengangkutan tunggal (single haul) dan pengangkutan
perencana transportasi di Indonesia. Bisa jadi ganda (dual haul). Gondola terdiri dari pengangkutan
dikarenakan moda ini sekilas terlihat sebagai moda dengan sistem gondola monokable (monocable
dengan konstruksi yang sulit dan kompleks, rawan detachable gondola/MDG), gondola bikabel (bicable
kecelakaan, membutuhkan biaya yang besar, tidak detachable gondola/BDG) dan gondola trikable (tricable
mudah digunakan oleh masyarakat Indonesia yang detachable gondola/TDG).
mayoritas awam terhadap teknologi rel dan kabel, tidak Keunggulan sistem cable car dalam aspek ekonomi,
ramah terhadap diffable, dan terbatas hanya untuk diantaranya yaitu: 1). berkapasitas tinggi, dapat
perjalanan wisata saja. Tergerak karena persepsi tersebut menampung hingga 5000 penumpang per jam, dan
dan keunikan sistem cable car, penelitian ini dilakukan hemat energi (The Dopplemayr Report); 2).
sebagai tahap awal untuk mengkaji lebih jauh fakta yang membutuhkan lahan yang minim sehingga ideal untuk
sebenarnya, termasuk keunggulannya, tujuan kawasan padat penduduk dimana sulit untuk
pembangunannya dan konsep peletakan rutenya. membangun infrastruktur kereta api (Elyaris, 2017); 3)
Diharapkan studi ini dapat menjadi motivasi untuk membutuhkan biaya investasi, operasional dan
dilakukannya penelitian selanjutnya yang lebih luas dan perawatan yang rendah, diperkirakan hanya
mendalam. membutuhkan 50% dari biaya sistem trem dan 10% dari
sistem kereta bawah tanah (subway); 4) dapat
beroperasi tanpa pengemudi dan ditambah biaya
Adapun pertanyaan penelitian ini dibagi menjadi tiga pemeliharaan yang rendah menjadikan cable car
bagian, yaitu: 1) Bagaimana konsep perencanaan rute alternatif pembiayaan tanpa subsidi (The Dopplemayr
cable car di kota-kota maju di dunia? 2) Bagaimana Report); 5) membutuhkan waktu pembangunan yang
arahan untuk implementasinya di Kota Makassar? dan 3) singkat, hanya sekitar 1/3 dari waktu yang dibutuhkan
Bagaimana idealnya integrasi antarmoda yang terjadi oleh sistem lain (LEITNER-POMA, 2017 dan EURIST,
antara cable car dan moda-moda lainnya? 2011); 6) dijalankan sebagai jalur transit udara dengan
rute yang independen dimana menggunakan kabel
Metodologi
secara eksklusif dan tidak terpengaruh oleh aturan atau
Penelitian ini dilakukan selama kurang lebih 6 bulan, kemacetan atau kecelakaan lalu lintas di jaringan jalan
sejak Bulan Januari sampai dengan Juni 2019. Studi kasus sehingga operasional dapat dilakukan secara nonstop
yang dipilih adalah Kawasan Pusat Kota Tua Makassar, dan menjamin ketepatan waktu dan konsistensi jadwal
tepatnya di Kecamatan Ujung Pandang dan sebagian perjalanan; dan 7) dapat dengan cepat dan mudah
wilayah Kecamatan Wajo. Metode penelitian yang
Yashinta Sutopo et al.. / Jurnal Transportasi Multimoda, Vol. 17 (2019): 45-58 47

Tabel 1. Karakteristik Layanan Roosevelt Island Tramway Tabel 3. Karakteristik Pelayanan Sistem Rhine Ropeaway

Sistem Panjang Rute (m) 890


Sistem Lama
Baru Kecepatan Sistem (km/jam) 19.8
(Single-
(Dual- Periode Puncak (menit) 34
Haul)
Haul) Kapasitas Kabin (org) 35
Panjang Rute (m) 960 960 Kapasitas Transportasi (org/jam) 3700
Kecepatan Sistem (km/jam) 26 30 Jumlah Kabin 18
Periode Puncak (menit) 7.5 7.5 Sumber: Alshalalfah, et al., 2015
Periode Off-Peak (menit) 15 15
suara yang lebih rendah dibandingkan moda lainnya
Kapasitas Kabin (org) 126 110
Kapasitas Transportasi
1000 1500 Tabel 4. Karakteristik Pelayanan Sistem Constantine Cable
(org/jam)
Jumlah Kabin 2 2 Panjang Rute (m) 1516
Sumber: Alshalalfah, et al., 2015 Kecepatan Sistem (km/jam) 21.6
Periode Puncak (menit) 22.5
Tabel 2. Karakteristik Layanan Sentosa Island Gondola Kapasitas Kabin (org) 15
Kapasitas Transportasi (org/jam) 2400
Panjang Rute (m) 1650
Jumlah Kabin 35
Kecepatan Sistem (km/jam) 14.4
Sumber: Alshalalfah, et al., 2015
Periode Puncak (menit) 15
Kapasitas Kabin (org) 6 (Elyaris, 2017).
Kapasitas Transportasi (org/jam) 1400
Jumlah Kabin 81
Rangkuman Studi Banding
Sumber: Alshalalfah, et al., 2015 Roosevelt Island Tramway, USA, adalah sistem cable car
yang melayani rute transportasi umum dengan
diterintegrasikan ke dalam sistem transportasi perkotaan penggunaan sekunder untuk pariwisata dan
eksisting (The Dopplemayr Report). menghubungkan Roosevelt Island di Kota New York ke
Keunggulan sistem cable car dalam aspek sosial dan Upper East Side Manhattan. Hingga saat ini telah
arsitektural, diantaranya yaitu: 1) memberi aksesibilitas mengangkut sekitar 35 juta penumpang di sepanjang 1
yang tinggi bagi para pejalan kaki, diffable, dan km rutenya (MPO, 2016). Sistem ini menjadi solusi paling
pengendara sepeda, dimana kabin berjalan melalui efisien untuk diimplementasikan pada saat itu karena
stasiun dengan kecepatan yang sangat lambat, pertimbangan kawasan perkotaan yang padat penduduk
memungkinkan penumpang untuk naik dan turun dengan dengan lahan yang sangat terbatas, tingkat kemacetan
mudah; 2) nyaman, dimana kabin dapat disesuaikan yang relatif tinggi, kemudahan integrasi ke sistem
dengan kebutuhan pengguna, dilengkapi dengan angkutan umum eksisting (MPO, 2016), biaya modal yang
pemanas kursi, WiFi, multimedia, AC, pencahayaan dan rendah, waktu konstruksi yang singkat dibandingkan
jendela yang luas sehingga memberikan daya tarik yang subway, dan solusi menyeberangi sungai tanpa
maksimal bagi pengguna (The Dopplemayr Report dan membangun jembatan sebagaimana layaknya bus atau
LEITNER-POMA, 2017); 3) penggunaan untuk transportasi kereta api (MPO, 2016).
wisata secara group memberikan alternatif interaksi Emirates Air Line, London, adalah sistem cable car yang
sosial yang modern dan menyenangkan; 4) desain melayani rute transportasi umum dan wisata yang
arsitektural tower, kabin dan stasiun yang kreatif dan dibangun sebagai bagian dari Master Plan Olimpiade
canggih memberikan keunikan dan daya tarik tersendiri 2012 dan merupakan hasil kerjasama sponsorship
pada lansekap kota; dan 5) memberikan alternatif dengan Maskapai Dubai, Emirate Airline (Gothenburg,
transportasi yang cukup aman dengan angka kecelakaan 2016). Sistem ini terintegrasi dengan baik dengan moda
dan fatalitas yang sangat rendah (Kantor Federal Statistik Transportasi Metro Kota termasuk rel, bus dan lainnya
Wiesbaden, 2011, dalam LEITNER-POMA, 2017). (MPO, 2016). Berkapasitas 2500 pphpd dan melewati
Keunggulan cable car dalam aspek lingkungan, badan air dengan waktu perjalanan 5 menit (MPO, 2016).
diantaranya yaitu: 1) ramah lingkungan dan Sentosa Island Gondola, Singapura, adalah sistem cable
berkelanjutan dengan emisi CO2 yang sangat minim, car sepanjang 1.7 km menuju Pulau Resort Sentosa
contoh: perbandingan total emisi CO2 antara operasional dengan perjalanan melewati beragam fungsi lahan
5 urban cable propelled transit yang direncanakan di termasuk hutan, tower perkantoran setinggi 15 lantai,
Aljazair dengan bus berkapasitas yang sama pelabuhan, dan taman hiburan (Gothenburg, 2016,
menunjukkan pengurangan lebih dari 50%) (The hal.13). Dibangun untuk tujuan transportasi umum dan
Dopplemayr Report); 2) berdampak minimal terhadap wisata dengan kapasitas 2000 pphpd dengan waktu
lansekap kota, termasuk dalam konstruksi dan perjalanan selama 15 menit (Gothenburg, 2016).
operasionalnya tidak mengganggu tutupan lahan hijau,
flora dan fauna diatasnya; dan 3) menghasilkan polusi Polinka Cableway, Polandia, merupakan sistem cable car
sepanjang 0.3 km dengan waktu perjalanan 2.5 menit
48 Yashinta Sutopo et al.. / Jurnal Transportasi Multimoda, Vol. 17 (2019): 45-58

Tabel 5. Karakteristik Pelayanan Sistem Telluride Gondola Tabel 7. Karakteristik Pelayanan Sistem Medellin
Metrocable
Panjang Rute (m) 4000
Kecepatan Sistem (km/jam) 17.7 Line K Line J Line L
Periode Puncak (menit) 30 Panjang Rute (m) 2789 2072 4595
Kapasitas Kabin (org) 4 Kecepatan Sistem (km/jam) 18 18 22
Kapasitas Transportasi (org/jam) 480 Periode Puncak (menit) 12 12 65
Jumlah Kabin 32 Kapasitas Kabin (org) 10 10 10
Sumber: Alshalalfah, et al., 2015 Kapasitas Transportasi
3000 3000 50
(org/jam)
(Gothenburg, 2016) dibangun untuk melayani
Jumlah Kabin 93 119 70
transportasi Universitas Teknologi Wroclaw. Kota Sumber: Alshalalfah, et al., 2015

Tabel 6. Karakteristik Pelayanan Sistem Complexo do wisata bagi para pemain ski dan pengunjung pusat
Alemao Teleférico perbelanjaan serta area perparkiran (MPO, 2016).
Perjalanan membutuhkan waktu 15 menit, yakni 5 menit
Panjang Rute (m) 3400
Kecepatan Sistem (km/jam) 21.6
Periode Puncak (menit) 12
Kapasitas Kabin (org) 10 lebih cepat dari waktu berkendara di jalan, dan gratis
Kapasitas Transportasi (org/jam) 3000 (Alshalalfah, et al., 2015, hal. 76).
Jumlah Kabin 152
Complexo do Alemao Teleférico - Rio de Janeiro, Brazil,
Sumber: Alshalalfah, et al., 2015
adalah sistem cable car sepanjang 3,4 km dengan total
waktu perjalanan selama 16 menit yang dibangun
sebagai bagian dari persiapan menjelang Olimpiade 2016
Wroclaw merupakan kota terbesar keempat di Polandia (Alshalalfah, et al., 2015). Sistem ini memiliki kapasitas
dan merupakan pusat pendidikan tinggi (Gothenburg, pengangkutan sebanyak 3.000 penumpang per jam per
2016). Universitas ini dipisahkan oleh Sungai Oder dan arah yang melayani secara efisien area dengan jalur
sistem ini dipilih karena biaya yang lebih murah masuk yang terjal, sempit, dan rawan jatuh (Alshalalfah,
dibanding membangun jembatan pejalan kaki dan tidak et al., 2015, hal.76-77). Waktu perjalanan penduduk
menghalangi lalu lintas laut (Gothenburg, 2016). berkurang sekitar satu setengah jam ke stasiun kereta
Rhine Ropeway Koblenz, Jerman, adalah sistem Gondola komuter terdekat (Alshalalfah, et al., 2015).
TDG berkapasitas lebih dari 3.500 pphpd (EURIST, 2015) Caracas Metrocable, Venezuela, adalah sistem cable car
yang melayani transportasi penduduk lokal dan yang dijalankan di lembah gunung yang sempit dan
wisatawan dari pusat Kota Koblenz ke lokasi acara lereng bukit yang terdiri dari dua rute, yaitu dari Kota
tahunan Hortikultura BUGA (2011) yang terletak 1 Caracas ke Puncak Bukit Avila dan dari Stasiun Avila
kilometer di seberang Sungai Rheine (Alshalalfah, et al., kemudian melewati Kota Galipán dan berakhir di Stasiun
2015). Awalnya instalasi ini dibangun hanya untuk El Cojo di Macuto (Alshalalfah, et al., 2015). Sistem ini
pelayanan selama acara tersebut berlangsung, namun memiliki panjang rute 2.286 m, berkapasitas: 1200
karena dampaknya yang positif dan penduduk bersikeras pphpd, dengan waktu perjalanan: 9.9 menit (Alshalalfah,
untuk mempertahankannya sehingga diputuskan untuk et al., 2015). Sistem ini meningkatkan mobilitas
terus berlanjut dan diterintegrasikan dengan sistem penduduk termasuk anak-anak, orang tua dan wanita
transportasi umum kota (EURIST, 2015). hamil (Olivers, et al., 2013). Waktu perjalanan penduduk
`Constantine / Tlemcen / Skikda Act Systems – Aljazair, berkurang lebih dari satu jam (Olivers, et al., 2013). Akses
Afrika. Aljazair adalah negara terdepan dalam teknologi ke sekolah, ke jaringan jalan dan ke jalur kereta bawah
aerial cable transit yang diaplikasikan di banyak kota- tanah yang terletak di dasar bukit menjadi lebih aman
kotanya (MPO, 2016, hal.25). Terdapat 16 sistem aerial dan cepat (Olivers, et al., 2013).
cable transit yang saat ini telah dioperasikan secara
nasional, dan 9 hingga 12 lainnya sementara dalam tahap
perencanaan dan konstruksi (MPO, 2016, hal.25). Medellin Metrocable, Kolombia, adalah sistem cable car
Berkembang dan suksesnya jaringan transportasi cable pada daerah metropolitan yang padat penduduk yang
car di negara ini adalah berkat pengalaman jangka terdiri dari gondola aerial cableways dengan tiga jalur
panjang, reinvestasi secara konsisten untuk peningkatan terpisah (MPO, 2016). Dibangun sebagai solusi alternatif
kualitas pelayanannya melalui inovasi dan studi kemacetan lalu lintas yang tinggi dan melayani rute
kelayakannya di masa depan (MPO, 2016). transportasi umum yang melintasi kawasan komersial
dan permukiman (MPO, 2016). Terintegrasi dengan baik
Mountain Village Gondola – Telluride, Colorado, adalah sekali ke jalur pedestrian, stasiun metrorail dan halte bus
sistem mono cable gondola yang menghubungkan Kota sehingga memperluas jangkauan pelayanan transit
Telluride dengan Mountain Village dan melayani Metro Kota yang dioperasikan oleh Distrik Metro (MPO,
transportasi umum bagi penduduk lokal dan transportasi 2016).
Yashinta Sutopo et al.. / Jurnal Transportasi Multimoda, Vol. 17 (2019): 45-58 49

Cable car di Indonesia belum menjadi transportasi yang cable car di Indonesia bagi para pelajar dan perencana;
dikenal luas. Hanya sedikit kawasan yang sudah 5) “citra rasa kota dunia”, implementasinya akan
menggunakannya untuk tujuan wisata diantaranya yaitu menyandingkan Makassar dengan kota-kota maju di
Taman Mini Indonesia Indah (TMII), Taman Impian Ancol dunia yang telah mengimplementasikannya terlebih
di Jakarta, dan Pulau Kumala Kalimantan Timur. Kota dahulu dan pencapaian ini akan sangat sesuai dengan visi
Bandung sudah merencanakan penggunaannya sebagai pembangunan pemerintah kotanya yakni “Makassar
transportasi umum masa depan dalam dokumen Kota Dunia”.
Bandung Urban Mobility Project (2016).
Dampak lain pembangunan cable car di kawasan ini,
Implementasi Sistem Aerial Cable Car di Kota Makassar diantaranya adalah: 6) cable car akan secara otomatis
menjadi objek wisata baru yang memberikan sensasi
Makassar merupakan ibukota Propinsi Sulawesi Selatan,
perjalanan yang unik bagi para wisawatan; 7) berpotensi
memiliki luas wilayah 181,35 km2 dengan jumlah
menjadi icon/landmark yang cerdas dan fungsional bagi
penduduk lebih dari 1.4 juta jiwa (BPS Sulsel, 2015). Kota
kawasan dan kota; 8) meningkatkan antusiasme dan
ini merupakan kota terbesar di Indonesia Timur dan
daya tarik sektor wisata; 9) meningkatkan pendapatan
menjadi rujukan utama secara regional untuk pelayanan
kota, 10) meningkatkan kualitas penataan ruang,
infrastruktur dan fasilitasi terbaik di sektor bisnis,
lansekap dan fasilitas kawasan dan sekitarnya; 11)
perdagangan, industri, pendidikan, kesehatan, bandara,
mendorong peningkatan kualitas infrastruktur moda-
pelabuhan, wisata, dan lainnya.
moda lainnya, termasuk penataan jalur pedestrian, jalur
Kawasan Pusat Kota Makassar terletak di tepi pantai, sepeda, area pemberhentian bus kota, dst; 12)
berupa daratan yang berbentuk linear dan pulau-pulau mendorong integrasi antarmoda yang lebih baik; 13)
kecil di depannya. Kawasan ini layak dijadikan prioritas membuka peluang lebih besar bagi implementasi moda
pembangunan transportasi cable car karena memiliki transportasi canggih lainnya seperti tram, monorail,
potensi pasar wisata yang besar, pusat tarikan subway, regional train, dst, di Kota Makassar.
perdagangan dan komersial yang sangat kuat, dan area
dengan tingkat kemacetan lalu lintas yang tinggi. Selain
itu, kawasan ini merupakan pintu masuk utama jalur laut Rute Potensial untuk Cable Car di Kawasan Pusat Kota
nasional dan internasional, diantara destinasi utama Makassar.
wisata maritime terbaik di Kota Makassar, merupakan
Setidaknya terdapat tiga fokus utama pembangunan
fokus utama penataan ruang, reklamasi dan
cable car di Kawasan Pusat Kota Makassar, yaitu untuk
pembangunan infrastruktur saat ini, mewakili citra
pelayanan wisata kota, yang dapat pula digunakan
kecanggihan sistem, teknologi dan manajemen Kota
sebagai transportasi umum bagi masyarakat sekitar, dan
Makassar dan Sulsel secara umum, dan saat ini sangat
transportasi ke pulau terdekat.
membutuhkan solusi moda transportasi umum yang
inovatif untuk mengatasi hambatan struktur kota yang Diantara pertimbangan yang digunakan dalam
sudah terbangun dengan sangat padat dan keterbatasan penentuan rute potensial cable car yaitu: 1) rute dimana
lahan yang tidak memungkinkan lagi pelebaran jalan dan mobilitas penduduk sangat tinggi namun akses
penggusuran lahan. Aerial cable car sejalan dengan trend kendaraan dibatasi; 2) rute dimana terdapat titik-titik
pemikiran pemerintah kota untuk pembangunan ke arah kumpul demand terbesar dan multi trips; 3) titik dimana
vertikal dan jalur transportasi di atas permukaan integrasi antarmoda transportasi umum terjadi secara
(above/beyond the ground). intensif; 4) rute yang menampilkan pemandangan alam
dan objek wisata paling menarik; 5) jalur pedestrian
Implementasi sistem cable car di Pusat Kota Makassar
terpadat dengan lebar yang cukup untuk peletakan
diharapkan akan memberikan dampak sebagai berikut: 1)
tiang/tower cable car; 6) jalur jalan yang telah atau akan
menambah pilihan moda transportasi umum dan wisata
direncanakan ke depannya menjadi pedestrian zone; 7)
di daftar yang eksistingnya sangat sedikit; 2) meski tidak
rute terpendek ke pulau terdekat; 8) rute yang melewati
memperluas jangkauan pelayanan jaringan transportasi
jalur jalan dengan tingkat kemacetan yang tinggi; dan 9)
umum di kawasan tersebut, namun penggunaannya
rute yang melewati banyak destinasi perbelanjaan.
secara otomatis akan meringankan beban pelayanan
eksisting; 3) konsep dan implementasi perencanaan yang Berdasarkan pertimbangan di atas, ditetapkan empat
baik akan menjadi teladan bagi kota-kota lain; 4) akan rute dan sembilan stasiun potensial (lihat Gambar 3 dan
menjadikan kawasan ini sebagai pusat studi banding 4) berikut ini:
50 Yashinta Sutopo et al.. / Jurnal Transportasi Multimoda, Vol. 17 (2019): 45-58

Gambar 1. Rute Potensial Transportasi Cable Car di Kawasan Pusat Kota Makassar
Sumber map: Google Map, Sumber foto: tidak diketahui, Rencana Rute: Penulis, 2019

- Line 1 (diwakili oleh garis merah sepanjang ±5.2 Km)

Gambar 2. Konsep Rute dan Antarmoda di Stasiun Cable Car


Sumber: Simbol moda: tidak diketahui, Mapping: Penulis, 2019
Yashinta Sutopo et al.. / Jurnal Transportasi Multimoda, Vol. 17 (2019): 45-58 51

Gambar 3. Lima alternatif peletakan stasiun cable car yang menuju ke Pulau Resort Lae-lae
Sumber Map: Google Earth, dimodifikasi oleh penulis

yaitu melayang sepanjang jalan tepian Pantai Losari Keempat rute potensial diatas dimaksudkan sebagai
(Jl. Penghibur - Jl. Nusantara - Jl. Hatta) sebagai Rute usulan dan alternatif yang dapat dipertimbangkan
Wisata Losari City Tour dengan stasiun sekiranya aerial cable car akan diimplementasikan di
pemberhentian pada Kawasan Centre Point of kawasan ini di masa depan. Tentunya ini membutuhkan
Indonesia (CPI) (Sta.E), Anjungan Toraja (Sta.D), kajian dan analisis lanjutan serta studi kelayakan yang
Benteng Fort Rotterdam (Sta.C), Pelabuhan Pelni komprehensif dan detail untuk optimalisasi manfaat dan
Makassar (Sta.B) dan Pelabuhan Rakyat Paotere penggunaannya, yang mana tidak dilakukan dan tidak
(Sta.A). Rute ini dipilih berdasarkan pada dibahas di dalam penelitian ini.
pertimbangan poin 1, 2, 3, 4, 5 dan 6 di atas. Jalur
Gambar 5 di bawah ini memperlihatkan pengembangan 5
alternatif yang lebih singkat dari Sta.D ke Sta.E
alternatif peletakan stasiun cable car untuk rute yang
diwakili oleh garis merah putus-putus.
menuju ke Pulau Wisata Lae-lae. Didapatkan jarak
terpendek 0.5 Km (pada alternatif 5) dan jarak
- Line 2 (diwakili oleh garis oranye sepanjang ± 1 Km) terpanjang 1.6 Km (pada alternatif 2).
yaitu melayang melewati badan laut dari Stasiun
Pelabuhan Pelni Makassar (Sta.B) menuju ke Stasiun Integrasi Aerial Cable Car dengan Moda Transportasi
Pulau Wisata Kayangan (Sta.G). Rute ini dipilih lainnya, Bangunan, dan Lansekap
berdasarkan pada pertimbangan poin 4 dan 7 di atas.
Stasiun adalah titik dimana integrasi sangat intensif
- Line 3 (diwakili oleh garis hijau sepanjang ± 3.3 Km) antarmoda dan intermoda terjadi. Stasiun cable car
yaitu dari Stasiun Benteng Fort Rotterdam (Sta.C) ke dimanapun berada harus dapat terjangkau oleh jalur
Stasiun Mall Makassar Trade City (MTC) (Sta.H) yang pedestrian dan lebih baik lagi jika dapat terjangkau pula
berdampingan dengan Lapangan Olahraga Rakyat oleh jalur sepeda. Karena letak stasiun aerial cable car
Karebosi ke Stasiun Mall Ratu Indah (Sta.I). Rute ini umumnya berada pada satu atau beberapa lantai di atas
dipilih berdasarkan pada pertimbangan poin 2, 3, 5, 8 permukaan tanah maka untuk memudahkan pengguna
dan 9 di atas. mencapai lantai dasar dibutuhkan jalur pedestrian
vertikal seperti lift, eskalator, dan/atau tangga manual
- Line 4 (diwakili oleh garis kuning sepanjang ± 1 Km)
yang didesain dengan mengedepankan aspek kelayakan
yaitu melayang melewati badan laut dari Stasiun
dan kenyamanan. Jalur pedestrian ini, baik secara
Centre Point of Indonesia (CPI) (Sta.E) ke Stasiun
vertikal maupun horizontal, harus dapat menghubungkan
Pulau Wisata Lae-lae (Sta.F). Rute ini berdasarkan
dengan baik stasiun cable car ke halte sepeda, ke
pada pertimbangan poin 4 dan 7 di atas.
terminal bus, dan ke titik
52 Yashinta Sutopo et al.. / Jurnal Transportasi Multimoda, Vol. 17 (2019): 45-58

Gambar 4. Ilustrasi Rute Cable Car dari Stasiun H (Mall MTC-Karebosi) menuju ke Stasiun I (Mall
Ratu Indah)
Sumber: Foto dasar Mall MTC dari Google Map (April 2018), Gambar instalasi tiang dan kabin cable car dari
Ropeway Nepal, Ilustrasi konsep oleh Penulis, 2019

5th Floor
Retail Electronic MALL MTC-KAREBOSI

Kabel transportasi cable car


4th Floor Food Court yang menerus sampai hingga
ke Stasiun I yang terletak di Mall Ratu
Indah
3rd Floor Retail Electronic
Cable Car
nd Station
2 Floor
Retail Electronic
Halte Pete-pete
1st Floor Retail Clothing & Accessories Halte Bus Trans Mamminasata
Parkir Taxi
Retail Clothing Lobby Area/ Main
Groundfloor & Accessories Resepsionis Entrance Pedestria Jalan Raya
n
1st Basement Parkir kendaraan Retail Shoes Entrance

2nd Basement Parkir kendaraan

Gambar 5. Sirkulasi antarmoda di Stasiun H yang terletak di Mall MTC-Karebosi


Sumber foto: tidak diketahui, Ilustrasi jalur sirkulasi dan intermoda: Penulis, 2019
Yashinta Sutopo et al.. / Jurnal Transportasi Multimoda, Vol. 17 (2019): 45-58 53

Gambar 6. Angkutan Umum Pete-pete


Gambar 7. Desain Smart Pete-pete

Pete-pete, tidak seperti halnya Bus Trans Mamminasata


pemberhentian moda lainnya, termasuk ke lokasi parkir yang memiliki letak halte yang jelas dan permanen,
kendaraan pribadi terdekat. Gambar 2 di halaman secara tradisionalnya merupakan moda yang sangat
sebelumnya adalah gambaran empat rute dan integrasi fleksibel, dapat menepi di bagian manapun dari suatu
antarmoda yang terjadi di sembilan stasiun cable car jalan. Namun, khusus di kawasan pusat kota ini,
yang diusulkan. pemerintah kota telah menetapkan dengan tegas aturan
konsep stasiun cable car, yang menyatu dengan di area mana saja angkutan kota ini dapat berhenti baik
bangunan Mall/pusat perbelanjaan dapat diterpakan untuk parkir sementara ataupun untuk menaik-turunkan
pada Line 3 di Stasiun H dan I. khususnya untuk penumpang. Aturan ini sangat baik untuk menjamin
perjalanan yang tujuannya adalah berbelanja dan keamanan penumpangnya, para pedestrian dan moda
kuliner., hal ini akan menghemat lahan dan biaya karena lainnya.
tidak perlu membangun stasiun di lahan yang baru serta Beberapa tantangan yang dihadapi masyarakat dalam
memudahkan penumpang mencapai tujuannya tanpa menggunakan Bus Trans Mamminasata, diantaranya: 1)
perlu berganti moda dan berjalan kaki yang jauh. perbedaan ketinggian permukaan jalur pedestrian
Pada gambar 5 menunjukkan jalur sirkulasi cable car dan dengan lantai bus yang terlalu besar sehingga selalu
moda-moda eksisting di Stasiun H (Mall MTC-Karebosi). diperlukan beberapa anak tangga tambahan untuk
Sirkulasi moda eksisting terdiri dari: jalur pejalan kaki, menaiki/menuruni bus; 2) terdapat banyak titik-titik
jalur dan area pemberhentian Angkutan Umum Pete- pemberhentian bus yang tidak diberi penanda halte yang
pete (yakni minibus berkapasitas maks. 12 penumpang), jelas sehingga seringkali membuat masyarakat,
jalur dan halte Bus Transmamminasata (yaitu bus khususnya pengunjung Mall MTC, kebingungan; dan 3)
berkapasitas maks. 40 penumpang), jalur dan area parkir sosialisasi mengenai jadwal dan informasi penting
kendaraan pribadi (motor dan mobil) dan jalur lalu lintas lainnya seputar pelayanan bus belum dilakukan dengan
jalan. Gambar 4 menunjukkan ilustrasi kondisi Jalan baik. Ketiga hal ini sedikit banyak berkontribusi pada
Sudirman dimana tower cable car sedianya diletakkan di tingkat penggunaan bus yang rendah, bahkan cenderung
sepanjang median jalannya hingga ke Stasiun I (Mall Ratu semakin menurun dari hari ke hari.
Indah). Untuk tantangan tersebut, Pemerintah dan perencana
Gambar 6 adalah foto Angkutan Umum Pete-pete yang transportasi Kota Makassar dapat mencontoh kualitas
umum dijumpai di Kota Makassar. Gambar 7 adalah pelayanan bus di negara maju seperti di Jerman (Gambar
desain Pete-pete yang baru oleh Pemerintah Kota 12). Bus yang umum digunakan adalah model Low Floor
Makassar yang dinamakan “Smart Pete-pete” yang Bus dimana tidak diperlukan satu anak tangga pun untuk
dibuat lebih nyaman (ber-AC, tempat duduk lebih naik turun penumpang sehingga sangat nyaman
terutama bagi para diffable berkursi roda. Peletakan
empuk, jendela lebih luas, pengaturan duduk lebih baik), halte bus selalu disertai dengan penanda yang jelas.
canggih (dengan free Wifi dan monitor GPS untuk lalu Halte juga secara standar dilengkapi dengan area duduk
lintas), dan desain bodi yang berwarna terang, berlogo yang beratap, telephone booth, papan informasi, dan
dan terlihat mewah. Smart Pete-pete sampai saat ini tempat sampah. Informasi mengenai pelayanan bus dan
baru sebatas prototype dan pameran, belum beroperasi moda transportasi lainnya dapat diakses 24 jam
regular. diwebsite pemerintah dan dalam bentuk liflet/brosur
yang rutin diupdate, disediakan untuk diambil (take-
54 Yashinta Sutopo et al.. / Jurnal Transportasi Multimoda, Vol. 17 (2019): 45-58

away) dan dipajang dipapan/area informasi di setiap yang dipisahkan oleh struktur kota yang padat bangunan
halte bus, stasiun kereta, dan bandara. yang tidak memungkinkan pelebaran jalan dan
pembangunan rel kereta api; 9) didesain melintasi
Peningkatan kualitas pelayanan bus di Stasiun H akan
pemandangan udara yang menarik seperti keindahan
sangat berpengaruh terhadap tingkat penggunaannya
alam, aktifitas perkotaan, keunikan arsitektural
dan tingkat penggunaan moda-moda lain yang
bangunan, objek wisata dan lansekap kota; 10) mutlak
terintegrasi dengannya, termasuk aerial cable car.
terintegrasi dengan baik ke sistem transportasi kota.
Lebih lanjut, integrasi antarmoda dan intermoda tidak
Berdasarkan hasil analisis diusulkan empat rute (Line 1 –
hanya terkait pada perencanaan letak, sirkulasi dan
4) dan sembilan titik stasiun cable car (Sta. A – I) yang
desain titik transfer, tetapi juga pada penataan
potensial serta konsep integrasi antara moda cable car
sepanjang jalur-jalurnya secara spasial. Gambar 13
dengan moda lainnya, bangunan dan lansekap, untuk
memperlihatkan konsep rute cable car yang terintegrasi
direncanakan di Kawasan Pusat Kota Makassar.
dengan jalan dan parkir kendaraan bermotor serta jalur
Penelitian ini merekomendasikan peningkatan kualitas
pedestrian/sepeda yang dapat diterapkan pada Line 1
pelayanan Bus Transmamminasata dan penataan jalur
dan 3 (Gambar 8). Dengan penataan yang cerdas, lebar
sirkulasi setiap moda serta integrasi antarmoda disetiap
koridor jalan yang sangat terbatas di tengah permukiman
stasiun untuk mengantisipasi peningkatan mobilitas
yang sangat padat tetap dapat termanfaatkan secara
yang dihasilkan dari implementasi cable car dan untuk
optimal. Terlihat di Gambar 13 bagaimana penataan
mencapai tingkat pelayanan transportasi kota yang
tersebut dapat dengan baik memenuhi lebar standar bagi
optimal, layaknya sebuah Kota Dunia.
setiap moda yang lalu lalang di atasnya. Penataan tiang-
tiang cable car menyatu rapi dengan lansekap jalan tanpa
menghalangi sedikitpun arus kendaraan bermotor, arus
Daftar Pustaka
pedestrian/sepeda dan area parkir. Jalur
pedestrian/sepedapun didesain dengan sangat lebar dan Alamy Photo. Website: www.alamy.com (akses terakhir
diletakkan pada jarak yang aman dari arus kendaraan 26 Juni 2019)
bermotor.
Alshalalfah, B., dkk. 2012. “Aerial Ropeway
Desain stassiun harus dpat terintegrasi secara baik Transportation System in the Urban Environment:
dengan lanskap di daratan/aanjungan pantai. Desain ini State of the Art”. Journal of Transportation
diterapkan pada Stasiun B maupun E. Rute cable car Engineering 138:253-262
yang melewati badan lautakan memperlihatkan
Alshalalfah, B., dkk. 2015. “Aerial Ropeways Transit-
pemandangan arsitektural kota dan lansekap alam yang
terhampar spektakuler yang dapat dinikmati oleh Exploring its Potential for Makkah”. Center of
penumpang cable car dari dalam kabinnya yang Reasearch Excellence in Hajj and Omrah. Link:
melayang ringan di atas permukaan laut. Hal ini menjadi http://civmin.utoronto.ca/wp-
salah satu pertimbangan utama dipilihnya transportasi content/uploads/2015/08/Makkah-Project-Report-
cable car untuk mendukung keberhasilan sektor wisata, Part-1.pdf (akses terakhir 27 Juni 2019)
utamanya yang terletak di tepian pantai, sebagaimana BPS Sulawesi Selatan, 2015. Web:
halnya Kawasan Pusat Kota Makassar. https://sulsel.bps.go.id/statictable/2015/04/08/6/l
uas-wilayah-jumlah-penduduk-dan-kepadatan-
penduduk-provinsi-sulawesi-selatan-menurut-
Kesimpulan kabupaten-kota-2013.html (akses terakhir 26 Juni
Berdasarkan hasil studi literatur dan studi banding 2019)
sistem cable car di 10 kota maju di dunia dapat CERTU (Center for studies on urban planning,
disimpulkan bahwa: 1) moda ini dapat secara fleksible transportation, and public facilities) – STRMG
digunakan sebagai transportasi umum, transportasi (Technical Service in Charge of Safety for Ropeways
khusus kawasan tertentu, dan transportasi wisata dan and Guided Transport) – CETE. 2011. “Aerial
olahraga; 2) pembangunannya diprioritaskan pada kota Cableways as Urban Transport System”.
atau kawasan dengan demand perjalanan dan/atau daya http://www.certu.fr/
tarik wisata yang cukup besar; 3) dapat menjadi solusi
untuk mengatasi kemacetan lalu lintas jalan; 4) untuk Cities Alliance. 2007. “Liveable Cities”. Washington, D.C,
peningkatan pelayanan transportasi umum dengan biaya USA
yang lebih murah dan aman; 5) untuk memperluas Dinas Perhubungan - Pemerintah Kota Bandung. 2016.
jangkauan pelayanan transportasi umum; 5) untuk Laporan “Bandung Urban Mobility Project”.
menghindari pembangunan jembatan pada jalur laut; 6) Website: https://ppid.bandung.go.id/wp-
untuk mempermudah dan mempersingkat waktu content/uploads/2016/08/bump-indo-full.pdf
perjalanan; 7) untuk meningkatkan daya tarik kawasan (akses terakhir 27 Juni 2019)
wisata; 8) untuk meningkatkan mobilitas antarkawasan
Yashinta Sutopo et al.. / Jurnal Transportasi Multimoda, Vol. 17 (2019): 45-58 55

Dopplemayr Report. “Ropeways in The Urban Olofsson, Zsuzsanna., dkk. 2011. “Measuring
Environment”. Website: sustainability of transport in the city - development
file:///C:/Users/ASUS/Downloads/C_DS0158- of an indicator-set”. Department of Technology and
14_US_Broschuere_EN_Web-Einzelseiten.pdf Society. Swedia: Lund University
(akses terakhir 27 Juni 2019)
Youtube Channel KBS World Radio, Web:
Eco – Transit, Aerial Cableway People Movers. Web: https://www.youtube.com/watch?v=sQQ57MYeR6
https://www.eco-transit.com/cable-car/ (akses U (akses terakhir 25 Juni 2019)
terakhir 26 Juni 2019)
Elyaris, Ghada Mohammad. 2017. “Aerial Ropeways as
Catalysts for Sustainable Public Transit in Egypt”.
International Journal of Innovative Research in
Science, Engineering and Technology. Vol. 6. ISSN
(Online) 2319-8753. ISSN (Print) 2347-6710.

EURIST. 2011. “Urban Cable Propelled Transit Systems-


High Flying Solution to urban transport problems?”.
Website:
http://ecomobility2011.iclei.org/fileadmin/Changw
on_PPT_day_1/EcoMobility2011_ParallelC1_EURIST
_Jurgen_Perschon.pdf (akses terakhir 27 Juni 2019)
EURIST. 2015. “Urban Ropeways in Europe”. Hamburg:
Germany. Website:
https://www.researchgate.net/publication/283266
715_Urban_Ropeways_in_Europe_creating_opport
unities_for_urban_development (akses terakhir 27
Juni 2019)

Google Map Pro - Kota Makassar.


Google Earth - Kota Makassar
Gothenburg. 2016. Presentation File: Cable Car Best
Practice Report”. Website:
https://www2.trafikkontoret.goteborg.se/resourcel
ibrary/underlagsrapport_best-practices.pdf (akses
terakhir 27 Juni 2019)

LEITNER – POMA. 2017. Ropeways Presentation File.


“Urban Ropeways – Solution for Congested City.
Website: https://k-
learn.adb.org/system/files/materials/2017/03/2017
03-urban-ropeways-solution-congested-cities.pdf
(akses terakhir 27 Juni 2019)

MPO (Miami-Dade Metropolitan Planning Organization)


(by Jacobs). 2016. Final Report on Aerial Cable
Transit Feasibility Study. Website: https://k-
learn.adb.org/system/files/materials/2017/03/2017
03-urban-ropeways-solution-congested-cities.pdf
(akses terakhir 27 Juni 2019)
Olivers, Pedro dan Roberto Ameneiro. 2013. "Los
Metrocable de Caracas - Aerial Cable Cars as an
innovatives solutions for urban transport". Link:
https://sustainabledevelopment.un.org/content/do
cuments/3738olivares.pdf (akses terakhir 27 Juni
2019)
P
Priyambodo, Slamet Hari Sutanto, Muhammad Hendra Herdianto, A. Md “Keterpaduan Antar Moda
Angkutan Jalan dan Penyeberangan di Dermaga Penyeberangan Jangkar Kabupaten Situbondo” Vol. 17,
No. 01, Hal. 1-14

A
Agung Prayudha Hidayat, Gatot Yudoko, Pradono “Analisis Kinerja Pengiriman Barang Terhadap
Pelayanan E-commerce PT Pos Indonesia (Persero)” Vol. 17, No. 01, Hal. 14-21

M
Maria Magdalena PP, SE, MSc “Analisis penentuan simpul integrasi jalur kereta api dan bus rapid transit
dengan Bandara Syamsudin noor di Banjarbaru ”Vol. 17, No. 01, Hal. 22-35

H
Hasriwan Putra dan Wicaksana Dramanda “Evaluasi Dan Pemetaan Regulasi Terkait Digitalisasi Logistik

Dalam Menghadapi Industri 4.0” Vol 16, No. 01, Hal. 36-44

Y
Yashinta K.D. Sutopo, Muhammad Yamin Jinca, Megawati Viska H.M “Transportasi Aerial Cable Car
dalam Pengembangan Wisata Tepian Pantai dan Konsep Integrasi Antarmoda di Kota Makassar” Vol. 17,
No. 01, Hal. 45-58

R
Rita dan Bandiah “Potensi Pengembangan Angkutan Multimoda Di Kabupaten Jepara Jurnal
Transportasi Multimoda” Vol. 17, No. 01, Hal. 59-73
A

P
R

S
“ ’

“ ”

“ ”


Anda mungkin juga menyukai