Anda di halaman 1dari 6

Nama : Dewi Nur Cahaya

Nim : 20.74201.013

Kelas : Ilmu Hukum 3 A

Tugas : Analisis Putusan Pajak

Mata Kuliah : Hukum Pajak

ANALISIS PUTUSAN PAJAK PENINJAUAN KEMBALI DAHULU


TERBANDING

( STUDI KASUS ATAS PENINJAUAN KEMBALI PERKARA PAJAK PT.


HONDA PRECISION PARTS MANUFACTURING NOMOR
1751/B/PK/PJK/2017 )

Mahkamah Agung tersebut membaca surat-surat yang bersangkutan


menimbang, bahwa dari surat-surat yang bersangkutan ternyata pemohon
peninjauan kembali dahulu sebagai terbanding, telah mengajukan permohonan
peninjauan kembali terhadap putusan pengadilan pajak nomor
Put.69128/PP/M.IA/16/2016 Tanggal 14 maret 2016 yang telah berkekuatan
hukum tetap, dalam perkaranya melawan termohon peninjauan kembali dahulu
sebagai pemohon banding.

Pemenuhan ketentuan formal banding bahwa surat banding ini diajukan


sesuai dengan ketentuan sebagaimana dimaksud dalam pasal 27 ayat (1) Undang-
Undang nomor 6 tahun 1983 tentang ketentuan umum dan tata cara perpajakan
s.t.d.t Undang-Undang no 16 tahun 2009 ( selanjutnya di sebut Undang-Undang
KUP) yang menyatakan bahwa “wajib pajak dapat mengajukan permohonan
banding sebagaimana dimaksud pada pasal 35 ayat (1), pasal 35 ayat (2), pasal 36
ayat (1), pasal 36 ayat (2), pasal 36 ayat (3), pasal 36 ayat (4), pasal 37 ayat (1)
Undang-undang nomor 14 tahun 2002 tentang pengadilan pajak (selanjutnya
disebut Undang-undang pengadilan pajak).

Pajak dalam penerapannya di Indonesia juga menganut konsep matching


cost against revenue, yang berarti adanya biaya untuk memperoleh penghasilan.
Konsep ini sering menjadi perdebatan antara petugas pajak dan wajib pajak saat
pemeriksaan pajak, dan salah satu yang menjadi topik perbedaan antara wajib
pajak dengan petugas pajak adalah ketentuan tentang pembiayaan.

Pembahasan dalam putusan ini bepusat tentang Peninjauan kembali


perkara pajak PT. Honda precision parts manufacturing berdasarkan putusan
Mahkamah Agung Republik Indonesia Nomor 1751/B/PK/PJK/2017 atas
permohonan peninjauan kembali dahulu terbanding terhadap putusan pengadilan
pajak Nomor Put.69128/PP/M.IA/16/2016, tanggal 14 Maret 2016 untuk
pemeriksaan terhadap PT. HONDA PRECISION PARTS MANUFACTURING
dalam putusan melawan termohon peninjauan kembali dahulu sebagai pemohon
banding

Pembahasan ini bepusat tentang Peninjauan kembali perkara pajak PT.


Honda precision parts manufacturing berdasarkan putusan Mahkamah Agung
Republik Indonesia Nomor 1751/B/PK/PJK/2017 atas permohonan peninjauan
kembali dahulu terbanding terhadap putusan pengadilan pajak Nomor
Put.69128/PP/M.IA/16/2016, tanggal 14 Maret 2016 untuk pemeriksaan terhadap
PT. HONDA PRECISION PARTS MANUFACTURING dalam putusan melawan
termohon peninjauan kembali dahulu sebagai pemohon banding.

Perhitungan pajak menurut surat keputusan keberatan bahwa atas SKPKB


PPN impor tersebut, pemohon banding mengajukan keberatan atas pembayaran
kembali PPN impor atas pengeluaran BKP dari kawasan berikat/gudang berikat ke
DPIL melalui surat keberatan Nomor: 034/X/HPPM/2013 tanggal 21 oktober
2013. Atas permohonan keberatan ini terbanding telah menerbitkan surat
keputusan Nomor KEP-2755/WPJ.07/2014 tanggal 17 oktober 2014 yang
menolak permohonan keberatan sehingga perhitungan pajak yang dibayar harus
tetap sesuai dengan perhitungan SKPKB sebagaimana telah dibetulkan dengan
Surat Keputusan Direktur Jendral Pajak Nomor kep-00190/WPJ.07/KP.0303/2014
tanggal 22 agustus 2014 tentang pembetulan atas SKPKB.

A. Alasan Material Permohonan Banding

Bahwa permohonan banding tidak setuju atas koreksi DPP PPN Impor
yang berasal dari ekualisasi DPP PPN ats impor BKP yang telah dibayar oleh
permohonan banding dengan DPP PPN impor menurut pemeriksa termasuk
pembayaran kembali PPN imor atas pengeluaran BKP dari kawasan
berikat/gudang berikat ke DPIL sebesar Rp. 1.133.446.680,00 yang dilakukan
oleh terbanding dengan alasan dan penjelasan sebagai berikut :

1. Bahwa dasar hukum yang digunakan oleh terbanding adalah tidak tepat
yaitu menggunakan PMK 147/2011 yang berlaku sejak tanggal 1
januari 2012 , padahal PMK tentang kawasan berikat yang berlaku
pada tahun 2011 adalah PMK nomor 101/PMK.04/2005;
2. Bahwa sesuai dengan ketentuan pasal 1 angka 11 peraturan
pemerintahan nomor 32 tahun 2009 tentang tempat penimbunan
berikat, bahwa yang dimaksud direktur dalam peraturan pemerintahan
ini adalah direktur jenderal bwa dan cukai.
3. Bahwa sesuai dengan ketentuan pasal 17 ayat 3 PMK 101/2005
disebutkan bahwa pemeriksaan pabean di KB dilaksanakan oleh
direktorat jenderal bea dan cukai, dengan demikian maka kewenangan
untuk menagih pajak-pajak sehubungan dengan kewajiban kepabean
BM dan PDRI ada dibawah ditjen bea dan cukai sebagai pemungut
pajak

B. Alasan Peninjauan Kembali

Menimbang bahwa pemohon peninjauan kembali telah mengajukan alasan


peninjauan kembali yang pada pokoknya sebagai berikut:
1. Tentang pokok sengketa pengajuan peninjauan kembali
Bahwa yang menjadi pokok sengketa dalam permohonan peninjauan
kembali ini adalah : sengketa tentang koreksi atas DPP PPN impor masa
pajak januari 2012 sebesar Rp. 1.133.4446.680,00 yang tidak dapat
dipertahankan oleh majelis hakim pengadilan pajak

2. Tentang pembahasan pokok sengketa peninjauan kembali


Bahwa setelah permohonan peninjauan kembali membaca, memeriksa dan
meneliti putusan pengadilan pajak nomor Put.69128/PP/M.IA/16/2016
tanggal 14 maret 2016, maka dengan ini menyatakan sangat keberatan atas
putusan pengadilan pajak tersebut, karena pertimbangan hukum yang
keliru dan telah mengabaikan fakta-fakta hukum dan peraturan perundang-
undangan perpajakan yang berlaku dalam pemeriksaan banding di
pengadilan pajak atau setidaknya telah membuat suatu kekhilafan baik
berupa error facti maupun error juris dalam membuat pertimbangan-
pertimbangan hukumnya , sehingga pertimbangan hukum dan penerapan
dasar hukum yang telah digunakan menjadi tidak tepat serta menghasilkan
putsan yang nyata-nyata tidak sesuai dengan peraturan perundang-
undangan (contra legem) khususnya peraturan perundang-undangan
perpajakan yang berlaku.

C. Pertimbangan Hukum

Menimbang, bahwa terhadap alasan-alasan peninjauan kembali tersebut,


Mahkamah Agung berpendapat :

Bahwa alasan-alasan permohonan pemohon peninjauan kembali tidak


dapat dibenarkan, karena putusan pengadilan pajak yang telah menyatakan
mengabulkan seluruhnya banding pemohon banding terhadap keputusan
terbanding nomor. KEP-2755/WPJ.07/2014 tanggal 17 oktober 2014, mengenai
keberatan atas surat ketetapan pajak kurang bayar (SKPKB) Pajak pertambahan
nilai barang dan jasa atas impor BKP masa pajak januari 2012
nomor:00002/227/12055/13 tanggal 24 juli 2013 sebagimana telah dibetulkan
dengan keputusan terbanding nomor: KEP-00190/WPJ.07/KP/0303/2014.
Sehingga pajak yang masih harus di bayar menjadi nihil adalah sudah tpat dan
benar-benar dengan pertimbangan

1. Bahwa alasan-alasan permohonan pemohon peninjauan kembali dalam


perkara yaitu koreksi atas adasar pengenaan pajak (DPP) pajak
pertambahan. Karena setelah meneliti dan menguji kembali dalildalil yang
diajukan dalam memori peninjauan kembali oleh pemohon peninjauan
kembali pleh pemohon peninjauan kembali di hubungkan dengan kontra
memori peninjauan kembali tidak dapat menggugurkan fakta-fakta.
2. Bahwa dengan demikian tidak terdapat putusan pengadilan pajak yang
nyata-nyata bertentangan dengan peraturan perundang-undangan yang
berlaku sebagaimana di atur dalam pasal 91 huruf e undang-undang nomor
14 tahun 2002 tentang pengadilan pajak.
Menimbang bahwa berdasarkan pertimbangan tersebut di atas maka
permohonan peninjauan kembali yang diajukan oleh pemohon peninjauan
kembali DIREKTUR JENDERAL PAJAK, tersebut tidak beralasan
sehingga harus ditolak.

D. Mengadili

Menolak permohonan peninjauan kembali dari peomohon peninjauan


kembali: DIREKTUR JENDERAL PAJAK tersebut :

Menghukum pemohon peninjauan kembali untuk membayar biaya perkara


dlam pemeriksaan peninjauan kembali ini sebesar Rp. 2.500.000,00. Demikian
diputuskan dalam rapat permusyawaratan mahkamah agung pada hari rabu,
tanggal 25 oktober 2017.
KESIMPULAN

Berdasarkan data yang ada berupa putusan pengadilan pajak dan putusan pajak
peninjauan kembali dahulu terbanding, serta aturan-aturan yang disampaikan serta
analisis di dalam pembahasan, maka dapat disimpulkan bahwa:

1. Pembahasan dalam putusan ini bepusat tentang Peninjauan kembali


perkara pajak PT. Honda precision parts manufacturing berdasarkan
putusan Mahkamah Agung Republik Indonesia Nomor
1751/B/PK/PJK/2017 atas permohonan peninjauan kembali dahulu
terbanding terhadap putusan pengadilan pajak Nomor
Put.69128/PP/M.IA/16/2016, tanggal 14 Maret 2016 untuk pemeriksaan
terhadap PT. HONDA PRECISION PARTS MANUFACTURING dalam
putusan melawan termohon peninjauan kembali dahulu sebagai pemohon
banding.
2. Bahwa dasar hukum yang digunakan oleh terbanding adalah tidak tepat
yaitu menggunakan PMK 147/2011 yang berlaku sejak tanggal 1 januari
2012 , padahal PMK tentang kawasan berikat yang berlaku pada tahun
2011 adalah PMK nomor 101/PMK.04/2005;
3. putusan pengadilan pajak yang nyata-nyata bertentangan dengan peraturan
perundang-undangan yang berlaku sebagaimana di atur dalam pasal 91
huruf e undang-undang nomor 14 tahun 2002 tentang pengadilan pajak.
4. Putusan pengadilan pajak dan putusan pajak peninjauan kembali dahulu
terbanding berdasarkan analisis dalam pembahasan ini sudah tepat

Menurut saya, Hasil dari putusan ini dapat dianggap valid, karena sebagian aturan
perpajakan yang dijadikan dasar putusan dalam kasus atas peninjauan kembali
perkara pajak PT. Honda Precision Parts Manufacturing Nomor
1751/B/PK/PJK/2017 ini tertera di dalam putusan pajak peninjauan kembali. Dan
dokumen Putusan Peninjauan Kembali ini diperoleh dari situs resmi Mahkamah
Agung.

Anda mungkin juga menyukai