Anda di halaman 1dari 326

l

Abdul Haris Humaidi


l
Maksum

FISIKA
SMA/MA Kelas XI
Hak Cipta pada Departemen Pendidikan Nasional
Dilindungi Undang-undang

Fisika SMA/MA Kelas XI

Penulis: Abdul Haris Humaidi, Maksum


Editor: Riswandi
Pembaca ahli: Agus Mulyanto
Desainer sampul: Aji Galarso Andoko
Ilustrator: Fakhruddin Hadi, Mukti Ali
Penata letak: Miftah Arifin
Pengarah artistik: Sudaryanto

530.07
ABD ABDUL Haris Humaidi
f Fisika : untuk SMA/MA Kelas XI / penulis, Abdul Haris
Humaidi. ; editor, Riswandi, ; illustrator, Fakhruddin Hadi,
Mukti Ali .-- Jakarta : Pusat Perbukuan, Departemen Pen-
didikan Nasional, 2009.
vii, 314 hlm, : ilus. ; 25 cm

Bibliografi : hlm. 311-312


Indeks
ISBN: 978-979-068-802-5 (no jilid lengkap)
ISBN: 978-979-068-806-3

1. Fisika-Studi dan Pengajaran I. Judul II Riswandi


III. Fakhruddin Hadi IV Mukti Ali

Hak cipta buku ini telah dibeli oleh Departemen Pendidikan Nasional dari
Penerbit Pustaka Insan Madani

Diterbitkan oleh Pusat Perbukuan


Departemen Pendidikan Nasional
Tahun 2009

Diperbanyak oleh ...

iiii Fisika Kelas XI


Kata Sambutan
Puji syukur kami panjatkan ke hadirat Allah SWT, berkat rahmat dan kar-
unia-Nya, Pemerintah, dalam hal ini, Departemen Pendidikan Nasional,
pada tahun 2009, telah membeli hak cipta buku teks pelajaran ini dari
penulis/penerbit untuk disebarluaskan kepada masyarakat melalui situs
internet (website) Jaringan Pendidikan Nasional.
Buku teks pelajaran ini telah dinilai oleh Badan Standar Nasional Pen-
didikan dan telah ditetapkan sebagai buku teks pelajaran yang memenuhi
syarat kelayakan untuk digunakan dalam proses pembelajaran melalui
Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 27 Tahun 2007 tanggal
25 Juni 2007.
Kami menyampaikan penghargaan yang setinggi-tingginya kepada para
penulis/penerbit yang telah berkenan mengalihkan hak cipta karyanya ke-
pada Departemen Pendidikan Nasional untuk digunakan secara luas oleh
para siswa dan guru di seluruh Indonesia.
Buku-buku teks pelajaran yang telah dialihkan hak ciptanya kepada De-
partemen Pendidikan Nasional ini, dapat diunduh (down load), diganda-
kan, dicetak, dialihmediakan, atau difotokopi oleh masyarakat. Namun,
untuk penggandaan yang bersifat komersial harga penjualannya harus me-
menuhi ketentuan yang ditetapkan oleh Pemerintah. Diharapkan bahwa
buku teks pelajaran ini akan lebih mudah diakses sehingga siswa dan guru
di seluruh Indonesia maupun sekolah Indonesia yang berada di luar negeri
dapat memanfaatkan sumber belajar ini.
Kami berharap, semua pihak dapat mendukung kebijakan ini. Kepada
para siswa kami ucapkan selamat belajar dan manfaatkanlah buku ini se-
baik-baiknya. Kami menyadari bahwa buku ini masih perlu ditingkatkan
mutunya. Oleh karena itu, saran dan kritik sangat kami harapkan.

Jakarta, Juni 2009


Kepala Pusat Perbukuan

Kata Pengantar iii


Kata Pengantar
Apakah kalian menganggap fisika sebagai mata pelajaran yang rumit?
Tentu tidak, bukan? Walaupun fisika mempelajari tentang pelbagai senyawa
fisika, reaksi fisika, dan perhitungan fisika, tapi semuanya bisa dipelajari
dengan mudah. Apalagi jika didukung dengan penggunaan buku pelajaran
yang tepat. Oleh karena itu, kami menghadirkan Seri Fisika SMA/MA ini.
Penyajian materi yang lengkap, interaktif, dan dengan beragam contoh kasus
menarik, kami harapkan dapat menjadi bekal agar fisika mudah dipahami.
Beragam elemen dan rubrikasi di dalam buku ini antara lain Aper-
sepsi, berisi semacam pemanasan sebelum masuk ke materi pelajaran. Peta
Konsep, yang memuat konsep-konsep inti yang akan diberikan pada setiap
bab. Tujuan Pembelajaran, yakni uraian singkat memuat target yang ingin
dicapai pada setiap bab. Kata Kunci, berisi kata-kata yang merupakan
inti pembahasan materi dalam bab terkait. Eksperimen, yakni praktikum
yang dilakukan siswa untuk membuktikan kebenaran materi yang sedang
dipelajari. Ekspedisi, yaitu tugas individu yang bisa kalian lakukan untuk
menambah pengetahuan. Kegiatan ini dapat berupa mencari materi
tambahan di buku atau internet, percobaan sederhana, atau tugas proyek.
Mozaik, berupa informasi tambahan yang terkait dengan materi yang
sedang diulas. Tips & Trik, yaitu langkah sederhana untuk memudahkan
kalian dalam memahami soal serta penjelasan materi. Teropong, berisi
materi singkat untuk mengingatkan kalian tentang materi yang telah dis-
ampaikan sebelumnya. Eureka, yakni tugas yang harus dikerjakan secara
berkelompok berupa kegiatan diskusi. Inti Sari, berisi ringkasan materi
dalam satu bab. Telaah Istilah, yakni penjelasan kata-kata asing yang ada
pada materi yang disampaikan. Uji Kompetensi, yang muncul di setiap akhir
subbab dan berisi soal-soal untuk menguji kompetensi yang kalian kuasai.
Ulangan Harian, adalah tes penguasaan materi di setiap akhir bab.
Selain rubrik-rubrik tersebut, masih ada ulangan blok yang meliputi Latih-
an Ulangan Tengah Semester, Latihan Ulangan Akhir Semester, dan Latihan Ujian
Kenaikan Kelas. Ketiganya berfungsi menguji ketercapaian kompetensi.
Demikianlah, buku ini telah kami upayakan agar dapat tampil dengan
kualitas maksimal. Untuk itu, kami segenap Tim Penulis Fisika SMA/MA
mengucapkan terima kasih kepada Fakultas Sains dan Teknologi UIN
Sunan Kalijaga Yogyakarta, penerbit Pustaka Insan Madani, dan pelbagai
pihak yang telah mendukung kami dalam wujud apa pun.

Tim Penulis

iv Fisika Kelas XI
Daftar Isi
Kata Sambutan iii
Kata Pengantar iv
Daftar Isi v

Bab I Kinematika Partikel


A. Gerak Lurus 2
1. Vektor Posisi 3
2. Perpindahan dan Kecepatan 5
3. Percepatan 10
4. Analisis Gerak Lurus Beraturan (GLB) Berdasarkan Grafik 16
5. Analisis Gerak Lurus Berubah Beraturan (GLBB) Berdasarkan Grafik 17
B. Gerak Parabola 22
C. Gerak Melingkar 30
1. Posisi Sudut dan Perpindahan Sudut 31
2. Kecepatan Sudut 32
3. Percepatan Sudut 34

Bab II Gravitasi dan Gaya Pegas


A. Gravitasi 44
1. Hukum Gravitasi Newton 45
2. Medan Gravitasi 47
B. Penerapan Hukum Gravitasi Newton 49
1. Hukum Gravitasi Newton pada Sistem Tata Surya 51
2. Hukum Gravitasi pada Benda-benda di Bumi 53
3. Hukum Gravitasi pada Sistem Bumi-Satelit 56
C. Gaya Pegas 58
1. Elastisitas 59
2. Modulus Elastisitas 59
3. Hukum Hooke 61
4. Susunan Pegas 64
D. Pegas dan Gerak Harmonis Sederhana 69
1. Besaran-besaran pada Gerak Harmonis Sederhana 70
2. Bentuk Sinusoidal Gerak Harmonis Sederhana 71
3. Kecepatan dan Percepatan Getar 72
4. Periode Getar 73
E. Pendulum Sederhana 75

Latihan Ulangan Tengah Semester I 81

Bab III Usaha dan Energi


A. Gaya dan Usaha 86

Kata Pengantar v
B. Usaha dan Energi 89
1. Sumber dan Bentuk Energi 91
2. Energi Kinetik dan Energi Potensial 92
C. Gaya Konservatif dan Gaya Disipatif (Pengayaan) 101
1. Gaya Konservatif dan Medan Konservatif 101
2. Gaya Disipatif 104
D. Hukum Kekekalan Energi 105
1. Hukum Kekekalan Energi pada Gerak Vertikal 106
2. Hukum Kekekalan Energi pada Gerak Parabola 110
3. Hukum Kekekalan Energi untuk Gerak Harmonis Sederhana 113
4. Hukum Kekekalan Energi untuk Gerak Benda di Bidang Miring 115
5. Hukum Kekekalan Energi pada Gerak Melingkar 116
E. Daya 120

Bab IV Momentum dan Impuls


A. Momentum dan Impuls 128
1. Momentum 128
2. Impuls dan Perubahan Momentum 129
B. Hukum Kekekalan Momentum 132
C. Tumbukan 136
1. Hukum Kekekalan Momentum pada Tumbukan 136
2. Hukum Kekekalan Energi Mekanik pada Tumbukan 136
3. Jenis Tumbukan 137
Latihan Ulangan Akhir Semester I 151

Bab V Keseimbangan Benda Tegar


A. Momen Gaya (Torsi) 158
1. Pengertian Momen Gaya 159
2. Momen Gaya Akibat Resultan Beberapa Gaya 162
B. Momen Inersia 164
C. Momentum Sudut dan Hukum Kekekalan Momentum Sudut 168
D Hukum II Newton pada Gerak Rotasi 172
1. Momen Gaya pada Katrol 172
2. Gerak Menggelinding 175
3. Hukum Kekekalan Energi pada Gerak Rotasi 177
E Keseimbangan Benda Tegar 181
1. Syarat Keseimbangan 181
2. Titik Berat 183
3. Jenis-jenis Keseimbangan 186

Bab VI Fluida
A. Fluida Statis 194
1. Massa Jenis Zat 195
2. Tekanan Hidrostatis 196
3. Alat Ukur Tekanan 200
B. Hukum-Hukum Dasar Fluida Statis dan Penerapannya 201
1. Hukum Pascal 201
2. Hukum Archimedes 203
C. Gelaja Fluida Statis 212
1. Tegangan Permukaan 212
2. Kapilaritas 214

vi Fisika Kelas XI
3. Viskositas 216
D. Fluida Dinamis 218
1. Fluida Ideal dan Fluida Sejati 218
2. Pelbagai Jenis Aliran Fluida 219
3. Persamaan Kontinuitas 219
4. Prinsip Bernoulli 221
5. Penerapan Hukum Dasar Fluida Dinamis dalam Kehidupan Keseharian 224
Latihan Ulangan Tengah Semester II 235

Bab VII Teori Kinetik Gas


A. Gas Ideal 240
1. Pengertian Gas Ideal 241
2. Persamaan Umum Gas Ideal 241
3. Persamaan Gas Van Der Walls (Pengayaan) 248
B. Teori Kinetik Gas 249
1. Tekanan Gas 249
2. Energi Kinetik sebagai Fungsi Temperatur 254
3. Kelajuan rms 256
C. Teori Ekuipartisi dan Energi Dalam Gas 259
1. Teori Ekuipartisi 259
2. Energi dalam Gas 261
D. Penerapan Teori Kinetik Gas 263
1. Gerak Brown 263
2. Penguapan 264
3. Kelembaban 264
4. Difusi pada Organisme 265

Bab VIII Termodinamika


A. Kalor, Usaha, dan Hukum I Termodinamika 270
1. Hubungan Usaha dan Tekanan 271
2. Hukum I Termodinamika 273
3. Kapasitas Kalor dan Kalor Jenis 275
4. Proses-proses Termodinamika 280
B. Siklus Termodinamika 285
C. Penerapan Hukum I Termodinamika 288
1. Mesin Kalor/Mesin Bahang (Heat Engine) 288
2. Mesin Carnot (Siklus Carnot) 289
3. Mesin Uap 291
4. Metabolisme Manusia 292
D. Hukum II Termodinamika 292
1. Hukum II Termodinamika 293
2. Proses Reversibel dan Irreversibel 294
3. Perubahan Entropi dalam Proses Reversibel (Pengayaan) 295
4. Perubahan Entropi dalam Proses Irreversibel (Pengayaan) 296
5. Penerapan Hukum II Termodinamika 297

Latihan Ulangan Kenaikan Kelas 303


Kunci Jawaban 307
Indeks 310
Daftar Pustaka 311
Lampiran 313

Daftar Isi vii


viii Fisika Kelas XI
#BC
*
,JOFNBUJLB1BSUJLFM

Microsoft Encarta Premium 2006

. JDIBFM4DIVNBLFS 'FSOBOEP"MPOTP ,JNJ3BJLLPOFO EBOTFEFSFUOBNB


MBJOOZBNVOHLJOCVLBOMBIOBNBZBOHBTJOHCBHJQFOHHFNBSBSFOBCBMBQ
'"SFOBCBMBQ'NFSVQBLBOBKBOHBEVLFDFQBUBOQBMJOHCFSHFOHTJEJEVOJB
%JBKBOHCBMBQJOJ QBSBQFNCBMBQCFSUBOEJOHVOUVLNFOKBEJZBOHUFSDFQBU4BMBI
TBUVLPOTFQmTJLBZBOHEBQBUEJQFMBKBSJEBSJBSFOBCBMBQ'BEBMBI,JOFNBUJLB
1BSUJLFM,BMJBOJOHJOUBIVMFCJICBOZBLNFOHFOBJLPOTFQmTJLBZBOHNFOEBTBSJ
BSFOB CBMBQ ' JOJ  6OUVL JUV  QFMBKBSJMBI NBUFSJ EJ CBC JOJ EFOHBO TVOHHVI
TVOHHVI

Kinematika Partikel 1
,ata
Kunci
 %JCBC,JOFNBUJLB1BSUJLFMJOJ LBMJBOBLBOEJCJNCJOHVOUVLNFOH
BOBMJTJTHFSBLCFOEBNFOHHVOBLBOWFLUPS%JLFMBT9LBMJBOUFMBINFNQF
MBKBSJHFSBLMVSVT CBJL(-#NBVQVO(-## EBOHFSBLNFMJOHLBS/BI EJ
CBCJOJLBMJBOBLBONFNQFSEBMBNNBUFSJUFSTFCVUNFMBMVJBOBMJTJTWFLUPS
• Gerak  %FOHBO CFHJUV  LBMJBO EJIBSBQLBO NBNQV NFOHBOBMJTJT CFTBSBO
• Vektor posisi QFSQJOEBIBO  LFDFQBUBO  EBO QFSDFQBUBO QBEB HFSBL MVSVT  TFSUB CFTBSBO
•Perpindahan LFDFQBUBO EBO QFSDFQBUBO QBEB HFSBL NFMJOHLBS NFOHHVOBLBO BOBMJTJT
• Kecepatan
WFLUPS4FMBJOJUV LBMJBOKVHBEJIBSBQLBONBNQVNFOHBOBMJTJWFLUPSQFS
• Percepatan
DFQBUBOUBOHFOTJBMEBOQFSDFQBUBOTFOUSJQFUBMQBEBHFSBLNFMJOHLBS4BUV
IBMMBHJZBOHCFMVNEJCBIBTEJLFMBT9BEBMBINFOHFOBJHFSBLQBSBCPMB
• Posisi sudut
%FOHBOQFSDPCBBOTFEFSIBOB LBMJBOBLBONFOHFUBIVJLBSBLUFSJTUJLHFSBL
• Kecepatan Sudut
QBSBCPMBEBOIVCVOHBOOZBEFOHBO(-#EBO(-##,FNBNQVBOVOUVL
• Percepatan Sudut
NFOHBOBMJTJT CFTBSBO QFSQJOEBIBO EBO LFDFQBUBO QBEB HFSBL QBSBCPMB
NFOHHVOBLBOWFLUPS

A Gerak Lurus

 %BSJBSFOBCBMBQ' LJUBEBQBUCFMBKBSCBOZBLUFOUBOHLPOTFQGJTJLB
4BMBI TBUV LPOTFQ ZBOH NFOEBTBSJ BSFOB CBMBQ ' BEBMBI HFSBL 4FMBJO
JUV KVHBUFSEBQBUCFCFSBQBLPOTFQMBJOOZB,FUJLBNPCJMTFEBOHNFMBKV 
LJUBEBQBUNFNQFMBKBSJCFTBSBOKBSBL LFDFQBUBO EBOQFSDFQBUBO,FUJLB
NFOJOKBVHFSBLSPEBNPCJM LJUBEBQBUNFNQFMBKBSJLPOTFQHFSBLNFMJOH
LBS%BMBNHFSBLNFMJOHLBS LJUBEBQBUNFNQFMBKBSJCFTBSBOQFSJPEF GSF
LVFOTJ LFDFQBUBOTVEVU EBOQFSDFQBUBOTVEVU#FTBSBOCFTBSBOUFSTFCVU
TFCFOBSOZBUFMBIEJQFMBKBSJEJLFMBT9
 6OUVLJUV LBMJBOQFSMVNFOHJOHBULFNCBMJQFOHFSUJBOWFLUPS HFSBL
MVSVT  EBO HFSBL NFMJOHLBS 6OUVL NFNCBOUV NFOZFHBSLBO JOHBUBO
LBMJBO NFOHFOBJ LPOTFQ UFSTFCVU  DPCB EJTLVTJLBO KBXBCBO QFSUBOZBBO
QBEB&VSFLBEJCBXBIJOJ

E ureka
Diskusikanlah dengan teman di sampingmu, jawaban dari pertanyaan-
pertanyaan berikut.
1. Bilamanakah benda dikatakan bergerak?
2. Coba jelaskan perbedaan jarak dan perpindahan.
3. Bagaimanakah cara menyatakan sebuah vektor dalam vektor
satuan? Gambarkan satu vektor pada koordinat kartesian, leng-
kap dengan vektor satuannya.
4. Tuliskan persamaan kedudukan, kelajuan, kecepatan, dan per-
cepatan pada GLB, GLBB, serta gerak melingkar.
Bandingkan jawabannya dengan jawaban dari siswa lainnya. Kemu-
dian konsultasikan dengan guru kalian.

2 Fisika Kelas XI
 %BSJ IBTJM EJTLVTJ QBEB FVSFLB UFSTFCVU  LBMJBO UFMBI NFNCFEBLBO
QFOHFSUJBO CFCFSBQB CFTBSBO  BOUBSB MBJO KBSBL  QFSQJOEBIBO  LFMBKVBO 
EBOLFDFQBUBO4FDBSBBXBN KBSBLEBOQFSQJOEBIBOBEBMBITBNB/BNVO 
EJUJOKBV EBSJ TVEVU QBOEBOH GJTJLB  LFEVBOZB NFSVQBLBO EVB IBM ZBOH
CFSCFEB+BSBLUFSNBTVLCFTBSBOTLBMBS TFEBOHLBOQFSQJOEBIBOUFSNBTVL
CFTBSBO WFLUPS %FNJLJBO QVMB  QFSCFEBBO LFMBKVBO EBO LFDFQBUBO
,FMBKVBO NFSVQBLBO CFTBSBO TLBMBS  TFEBOHLBO LFDFQBUBO NFSVQBLBO
CFTBSBOWFLUPS
 %JTVCCBCJOJ LJUBBLBONFOHBOBMJTJTHFSBLMVSVT%BMBNNFOHBOBMJ
TJTHFSBLMVSVTNFOHHVOBLBOWFLUPS LJUBNFNFSMVLBOCFCFSBQBCFTBSBO 
BOUBSBMBJOWFLUPSQPTJTJ QFSQJOEBIBO LFDFQBUBO EBOQFSDFQBUBO6OUVL
NFOHFUBIVJLFUFSLBJUBOBOUBSCFTBSBOUFSTFCVU QFMBKBSJMBIVSBJBOCFSJLVU

 7FLUPS1PTJTJ
 6OUVLNFNBIBNJQFOHFSUJBOWFLUPSQPTJTJ DPCBQFSIBUJLBOTFCVBI
CFOEBZBOHNFOFNQFMEJUFNCPL NJTBMOZBTFFLPSDJDBL%JUJOKBVEBSJTF
CVBITVEVU LJUBBNCJMTVEVULJSJCBXBI
DJDBLUFSTFCVUCFSBEBQBEBKBSBL
NFOEBUBSYNFUFS EBOLFUJOHHJBOZNFUFS+JLBTVEVUUFSTFCVULJUBBOHHBQ Q Y Z

Z
TFCBHBJQVTBULPPSEJOBU NBLBDJDBLUFSTFCVUCFSBEBQBEBLPPSEJOBU Y Z

 7FLUPS QPTJTJ NFOZBUBLBO LFEVEVLBO TFCVBI QBSUJLFM EJUJOKBV
EBSJ QVTBU LPPSEJOBU 7FLUPS QPTJTJ EJOZBUBLBO EBMBN WFLUPS TBUVBO  S
1
0
.JTBMOZB UJUJLEJNBOBDJDBLCFSBEBLJUBCFSJUBOEB15JUJL1CFSBEBQBEB
LPPSEJOBU Y Z
NBLBWFLUPSQPTJTJUJUJL1EBQBULBMJBOMJIBUQBEB(BNCBS K α
  J Y
 #FSEBTBSLBOHBNCBSUFSTFCVU UJUJL1EBQBUEJOZBUBLBOEBMBNWFLUPS
Gambar 1.1 Titik P dinyata-
r
QPTJTJTFCBHBJCFSJLVU kan dengan vektor posisi r
uur
atau OP
 u r r  
01  S YJ + Z K

 ,FUFSBOHBO
uuur r
 01  S WFLUPSQPTJTJ
 J WFLUPSTBUVBOTFBSBITVNCVY T eropong
 K  WFLUPSTBUVBOTFBSBITVNCVZ
 Di kelas X, kalian telah
r mempelajari cara
 #FTBSQBOKBOH S  NFOZBUBLBO KBSBL UJUJL 1 LF QVTBU LPPSEJOBU ZBOH menguraikan vektor.
EBQBUEJDBSJEFOHBOSVNVTCFTBSWFLUPS Berdasarkan gambar 1.1,
komponen vektor x dan
 r    
S  S  Y + Z
y dapat dicari dengan
persamaan berikut.

 x = r cos α, dan
 6OUVLNFNCBOUVLBMJBONFNBIBNJQFOHFSUJBOWFLUPSQPTJTJ QFSIB y = r sin α

UJLBODPOUPICFSJLVU

Kinematika Partikel 3
Cont o h
 1PTJTJTFCVBICFOEBEJHBNCBSLBOEBMBN  4FCVBIQBLVCFSBEBEJUFNCPLCFSVLVS
LPPSEJOBU TFQFSUJHBNCBS BON¨N4FCVBICFOBOHEJJLBU
EJ QBLV  LFNVEJBO EJUBSJL NFOVKV
Z TVEVUCBHJBOLJSJCBXBI1BOKBOHCFOBOH
P
 NFUFS EBO NFNCFOUVL TVEVU  

UFSIBEBQBSBINFOEBUBS#BHBJNBOBLBI
' LJUB NFOZBUBLBO WFLUPS QPTJTJ QBLV
UFSTFCVU
  Y  1FOZFMFTBJBO
%JLFUBIVJ
B /ZBUBLBOWFLUPSQPTJTJCFOEBUFSTF SN
CVU P
C #FSBQBLBI KBSBL CFOEB UFSTFCVU r
%JUBOZBLBOSS 
EBSJQVTBULPPSEJOBU +BXBC
 1FOZFMFTBJBO  6OUVLNFOZBUBLBOQPTJTJCFOEBEBMBN
%JLFUBIVJ -JIBUHBNCBS
WFLUPSQPTJTJ LJUBIBSVTNFODBSJYEBO
%JUBOZBLBO ZUFSMFCJIEBIVMV
r
B Sr Y  S DPT α
C S 
  DPT P
+BXBC
B %BSJ HBNCBS UFSTFCVU  CFOEB CFS 
 
BEBQBEBLPPSEJOBU1  
TFIJOHHB 
WFLUPS QPTJTJ CFOEB UFSTFCVU EBQBU    
EJOZBUBLBOTFCBHBJCFSJLVU Z  S TJO α
r
S = i +  K
    TJO P
C +BSBL CFOEB EBSJ QVTBU LPPSEJOBU
r 
EJOZBUBLBOEFOHBOCFTBSWFLUPSSS  
r 
  S = S = Y  + Z       

=  +   %BSJ QFSTBNBBO EJ BUBT  WFLUPS QPTJTJ
   QBLVEJOZBUBLBOEFOHBO 
  +   r
S    J   K
  N  

BEBMBI  N

 ,FUJLBWFLUPSQPTJTJTFCVBICFOEBCFSVCBI EJLBUBLBOCFOEBNFOH
BMBNJQFSQJOEBIBO%JLFMBT9 LBMJBOUFMBINFNQFMBKBSJIVCVOHBOQFSQJO
EBIBOEFOHBOLFDFQBUBO%FOHBOEFNJLJBO LFDFQBUBOKVHBCFSIVCVOHBO
EFOHBO WFLUPS QPTJTJ #BHBJNBOBLBI CFOUVL IVCVOHBO LFDFQBUBO EBO
WFLUPSQPTJTJ 


4 Fisika Kelas XI
 1FSQJOEBIBOEBO,
 FDFQBUBO
 .BTJINFOHBNCJMDPOUPIDJDBLEJEJOEJOH4FNVMBDJDBLCFSBEBEJ Z
r
UJUJL1 Y Z
EFOHBOWFLUPSQPTJTJSS ,FNVEJBODJDBLCFSHFSBL TFIJOHHB Q Y Z

Z
CFSBEBEJUJUJL2 Y Z
EBMBNTFMBOHXBLUVUFSUFOUV7FLUPSQPTJTJEJUJUJL
r 4SS
2EJOZBUBLBOEFOHBOS 1FSIBUJLBO(BNCBS%BSJHBNCBSUFSTFCVU 
S 2 Y Z

CFOEBCFSHFSBLEBSJUJUJL1LFUJUJL2 CFSBSUJCFOEBNFOHBMBNJQFSQJOEB Z

IBOEBSJ1LF2
S

B .FOZBUBLBO1FSQJOEBIBO%BMBN7FLUPS1PTJTJ  Y Y Y
 %BSJ (BNCBS   QFSQJOEBIBO EBSJ UJUJL 1 LF UJUJL 2 EJOZBUBLBO Gambar 1.2 Perpindahan
benda dinyatakan sebagai
TFCBHBJQFSVCBIBOWFLUPSQPTJTJ1FSQJOEBIBOCFOEBEBSJ1LF2EJUVMJT perubahan vektor posisi.
LBOTFCBHBJCFSJLVU
r r
 T ΔS    
r r
 = r − r
r
T  Y J + Z K
− YJ + Z K

 Y  − Y
J + Z Z
K
 r
T  ΔY J ΔZ K

 ,FUFSBOHBO
r
T eropong
  T  QFSQJOEBIBO N
1. Di kelas X, kecepat-
  ΔYY YoYQFSVCBIBOQPTJTJQBEBTVNCVY an sesaat dinyatakan
  ΔZZ ZoZQFSVCBIBOQPTJTJQBEBTVNCVZ dengan limit perubah-
an kedudukan (perpin-
dahan) dalam selang
C .FOZBUBLBO,FDFQBUBO%BMBN7FLUPS1PTJTJ waktu mendekati nol
 ,FDFQBUBO SBUBSBUB EJEFGJOJTJLBO TFCBHBJ QFSQJOEBIBO QFS TFMBOH Δt → 0
, yang dinya-
takan dengan rumus,
XBLUVUFSUFOUV+BEJ LFDFQBUBOSBUBSBUBEJOZBUBLBOTFCBHBJ
Δd
r v Lim
r T Δt 0 Δt
WSBUBSBUB 
ΔU 2. Di kelas XI, pada pela-
  
r jaran matematika,
EFOHBO NFOTVCTUJUVTJLBO QFSTBNBBO T   LJUB NFOEBQBULBO CFOUVL QFS kalian akan meme-
TBNBBO lajari materi differen-

r ΔY J + ΔZ K sial/turunan. Rumus
 WSBUBSBUB   umum untuk mencari
ΔU turunan sebagai beri-

r ΔY ΔZ kut.
WSBUBSBUB  J+ K
ΔU ΔU
n
d(a t ) n-1
= (a × n) t
dt
 4FLBSBOHLJUBUJOKBVLPNQPOFOLFDFQBUBOQBEBTVNCVYEBOTVNCV
Z EJNBOB Contoh:
r ΔY r ΔZ
WY  J EBO W Z  K d(3 t )
3

ΔU  
3-1 2
 ΔU  = (3 × 3)t 9t
dt
 %BSJQFSTBNBBOUFSTFCVU TFDBSBVNVNWFLUPSLFDFQBUBOEBQBUEJUVMJT
TFCBHBJCFSJLVU

Kinematika Partikel 5
r
 W  WYJ + W Z K  

  ,FUFSBOHBO
r
  W  WFLUPSLFDFQBUBO
  WY LPNQPOFOWFLUPSLFDFQBUBOQBEBTVNCVY
  WZ LPNQPOFOWFLUPSLFDFQBUBOQBEBTVNCVZ

 4FMBJO LFDFQBUBO SBUBSBUB  LJUB KVHB NFOHFOBM LFDFQBUBO TFTBBU


#BHBJNBOBLBIQFSTBNBBOLFDFQBUBOTFTBBUEBMBNWFLUPSQPTJTJ #FSEBTBS
LBOQFSTBNBBOLFDFQBUBOTFTBBU QFSIBUJLBOUFSPQPOH
LJUBEBQBUNFODBSJ
r
QFSTBNBBOOZBEFOHBONFOHHBOUJLFEVEVLBO E
EFOHBOWFLUPSQPTJTJ S

+BEJ  LFDFQBUBO TFTBBU TFCBHBJ GVOHTJ WFLUPS QPTJTJ EJSVNVTLBO TFCBHBJ
CFSJLVU
 r
r ΔS   
W
 TFTBBU  -JN
ΔU  ΔU
T

r
r EES
W TFTBBU
T 
EU

r
r ES
5ips &T r i k 1FSTBNBBO W 
EU
NFOZBUBLBOCBIXBLFDFQBUBONFSVQBLBOUVSVOBO
EJGGFSFOTJBM WFLUPS QPTJTJ UFSIBEBQ XBLUV %FOHBO LBUB MBJO  LFDFQBUBO
r
Pada perkalian bilangan
NFSVQBLBOGVOHTJXBLUV EBOEBQBUEJUVMJTLBOTFCBHBJW U
4FDBSBVNVN 
berpangkat berlaku sifat- LFDFQBUBOTFCBHBJGVOHTJXBLUVEJUVMJTLBOEBMBNCFOUVL
sifat berikut.
r
r ES   
(ab) = a b
2 2 2
W U

EU
a
2
=a E Y J + Z K


ab = b a
2 EU

Yang perlu diperhatikan, r EY EZ


W U
 J+ K
2 2 2 EU EU
(a + b) a + b dan 
2 2
a +b a+b 6OUVL NFNVEBILBO LBMJBO EBMBN NFNBIBNJ QFOKFMBTBO UFSTFCVU 
QFSIBUJLBODPOUPICFSJLVU

6 Fisika Kelas XI
C o nto h
 4FCVBINPCJMCFSHFSBLEFOHBOLFDFQBU D 6OUVLNFODBSJLFDFQBUBOQBEBTBBU
BOUFSUFOUV1PTJTJNPCJMEBMBNTFUJBQ U LFDFQBUBOTFTBBU
LJUBCJTBNFOH
XBLUV EJOZBUBLBO EFOHBO QFSTBNBBO HVOBLBOQFSTBNBBOCFSJLVU
r
S  U J U K  EFOHBO S EBMBN NFUFS 
r
EBOUEBMBNTFLPO5FOUVLBO r ES
W
B QPTJTJNPCJMQBEBTBBUUT E
EU
C QPTJTJNPCJMQBEBTBBUUT E U J U K

D LFDFQBUBONPCJMQBEBTBBUUT 
EU
 EBOQBEBTBBUUT   J K
E LFDFQBUBOSBUBSBUBQBEBTFMBOH  
 XBLUVUTEBOUT  #FTBSOZB LFDFQBUBO EJDBSJ EFOHBO QFS
TBNBBO
 1FOZFMFTBJBO
%JLFUBIVJSr  U J U K   W  W Y + W Z     
%JUBOZBLBO
B SQBEBTBBUUT   +  
C SQBEBTBBUUT  
D WQBEBTBBUUTEBOQBEBTBBU
  NT
 UT
E WSBUBSBUBVOUVLTFMBOHXBLUVUT  %BSJ QFSTBNBBO LFDFQBUBO QBEB QPJO D 
EBOUT LFDFQBUBO CFOEB UJEBL UFSHBOUVOH QBEB
XBLUV %FOHBO LBUB MBJO  LFDFQBUBO
+BXBC
CFOEB TFMBMV TBNB TFUJBQ TBBU %FOHBO
B 6OUVL NFODBSJ QPTJTJ NPCJM QBEB
EFNJLJBO  LFDFQBUBO CFOEB QBEB TBBU
XBLUVU LJUBUJOHHBMNFOTVCTUJUVTJ
UTEBOQBEBTBBUUTBEBMBITBNB
LBOOJMBJULFQFSTBNBBOQPTJTJ
ZBJUVNT
  r
S  U J U K
 E 4BNB IBMOZB EFOHBO LFDFQBUBO TFTBBU 
 6OUVL U   T  QFSTBNBBO WFLUPS LFDFQBUBO SBUBSBUB CFOEB UFSTFCVU
QPTJTJOZBBEBMBI BEBMBINT
r
  S   
J  
K    
 J  K
C 6OUVLUT QFSTBNBBOQPTJTJOZB
BEBMBI
r
S   
J  
J
  J  K

Kinematika Partikel 7
D .FODBSJ7FLUPS1PTJTJEBSJ7FLUPS,FDFQBUBO
 +JLB LFDFQBUBO TFCBHBJ GVOHTJ XBLUV EJLFUBIVJ  LJUB EBQBU NFODBSJ
QFSTBNBBOWFLUPSQPTJTJEFOHBOPQFSBTJJOUFHSBM1FSTBNBBOWFLUPSLFDFQBU
BO TFCBHBJ GVOHTJ XBLUV  ZBOH UFMBI LBMJBO QFMBKBSJ  EJSVNVTLBO TFCBHBJ
CFSJLVU
r
 r ES
W U
 
 EU
BUBVEBQBUEJUVMJTLBOEBMBNCFOUVL
r r
 W EU  ES  
 +JLBLFEVBSVBTEJJOUFHSBMLBO LJUBBLBONFOEBQBULBOQFSTBNBBOWFL
UPSQPTJTJ
rt
T eropong  ∫ Wr EU  ∫ ESr 
Integral merupakan ke-  r
balikan dari differensial/
r r r
turunan. Untuk menyele-
saikan integral, kita bisa
∫ W EU  S  S
U 

menggunakan persa-
r
maan berikut.  %BSJQFSTBNBBOUFSTFCVU WFLUPSQPTJTJQBEBXBLUVU SU
EJOZBUBLBO
n 1 n+1
TFCBHBJCFSJLVU
∫ (p t ) d
dt = pt +c
n +1  t
 ,FUFSBOHBO  
r r r r
SU  S + ∫ W EU SU WFLUPSQPTJTJQBEBTBBUU
Jika integral dibatasi, r
maka berlaku persamaan
 SWFLUPSQPTJTJNVMBNVMB
berikut. 
b 1
 +JLBU EBOWLPOTUBO (-#
EJEBQBULBOQFSTBNBBOWFLUPSQPTJTJ
n
∫ (pt )dt = p TFUJBQXBLUVTFCBHBJCFSJLVU
a n +1

 r r r  
(b
n+1
−a
n+1
) SU  S + W U
 

Cont o h
1FSIBUJLBODPOUPICFSJLVU +BXBC1PTJTJBXBMNPCJMQBEBLPPSEJOBU
r
 4FCVBI NPCJM CFSHFSBL EFOHBO QFSTB   
CFSBSUJS   J +  K 
r
NBBO LFDFQBUBO W  UJ UK
 NT r r
t
r
4FTFPSBOHNFMJIBUNPCJMUFSTFCVUCFSHF SU  S + ∫ W EU 
SBL EBSJ LPPSEJOBU  
 N /ZBUBLBO  
t
QPTJTJNPCJMQBEBTBBUUTEBOUT
  J  K
+ ∫ U J + U K
EU
1FOZFMFTBJBO 
 %JLFUBIVJ  
r   J  K
+ × U  J + ×  
K

 W  UJ UK


NT
 
 1PTJTJBXBMQBEBLPPSEJOBU  

%JUBOZBLBOSSU VOUVLUTEBOUT   J  K
+ U  J +   K

  U 
 + U 
K

8 Fisika Kelas XI
6OUVLUT NBLB 6OUVLUT NBLB
r r
 S   
J +  + 
K  S   +  × 
J +  +  × 
K 
  J +  K   J + 
 K
 +BEJ WFLUPSQPTJTJNPCJMQBEBTBBUUT
 + BEJ WFLUPSQPTJTJNPCJMQBEBTBBUUT
 BEBMBI J +  K 
BEBMBI J + 
 K

 #BHBJNBOB  NVEBI CVLBO  6OUVL NFOBNCBI QFOHFUBIVBO LBMJBO 


LFSKBLBO6KJ,PNQFUFOTJEJCBXBIJOJ

Uji Kompetensi
1. Gambarkan dan nyatakan vektor posisi setiap titik pada bidang kar-
tesius berikut.
a. A(4,5)
b. B(-6,10)
c. C(-7,-2)
d. D(5,-3)
2. Sebuah benda semula berada pada koordinat A(2,0). Setelah 5
detik benda tersebut berada pada koordinat B(0,8). Tentukan besar
kecepatan gerak benda tersebut.

3. Arman melihat seekor burung di sebuah pohon kelapa pada keting-


gian 6 meter yang berada di sebelah timurnya pada jarak 8 meter. 10
detik kemudian, burung tersebut telah berada di atas pohon akasia
pada ketinggian 10 meter. Pohon akasia tersebut berada di sebelah
selatan Abdullah pada jarak 14 m. Hitunglah kecepatan terbang
burung tersebut. Petunjuk: anggap Arman sebagai pusat koordinat.
4. Seorang pembalap F-1 melaju dengan kecepatan yang selalu
berubah setiap waktu. Kecepatan pembalap dinyatakan dengan
r 2
persamaan v = ( −12t i − 16t j m/s. Hitunglah posisi pembalap pada
saat t = 10 detik.

5. Posisi seorang atlet marathon yang sedang berlari dinyatakan


r 2
dengan persamaan r = (3 + 4t) i − 5t j , dengan r dalam meter, dan
t dalam detik. Tentukan kecepatan pelari tersebut setelah berlari
selama 5 detik.
r r
6. Sebuah
r r bergerak dengan persamaan kecepatan v=(3t+4) i −
mobil
3 J+(3t − 2) j . Tentukan vektor posisi mobil pada saat t = 5 detik.

 #FTBSBO ZBOH CFSLBJUBO FSBU EFOHBO LFDFQBUBO BEBMBI QFSDFQBUBO


,FDFQBUBOEBOQFSDFQBUBONFSVQBLBOCFTBSBOWFLUPS%FOHBOEFNJLJBO 
QFSDFQBUBO KVHB EBQBU EJBOBMJTJT NFOHHVOBLBO WFLUPS ,BMJBO JOHJO
NFOHFUBIVJUFOUBOHBOBMJTJTWFLUPSVOUVLNFODBSJQFSTBNBBOQFSDFQBUBO
4JNBLMBIVSBJBOEJCBXBIJOJ

Kinematika Partikel 9
Z
 1FSDFQBUBO
WZ
Q  1FSDFQBUBO EJEFGJOJTJLBO TFCBHBJ QFSVCBIBO LFDFQBUBO QFS TFMBOH
ΔWWW
XBLUVUFSUFOUV1FSDFQBUBONFSVQBLBOCFTBSBOWFLUPSZBOHNFNQVOZBJ
CFTBSEBOBSBI#BHBJNBOBLBIQFSTBNBBOQFSDFQBUBOHFSBLEFOHBONFOH
W 2
WZ HVOBLBOBOBMJTJTWFLUPS
W
B .FOZBUBLBO7FLUPS1FSDFQBUBOEBMBN7FLUPS,FDFQBUBO
 WY WY Y  $PCBLBMJBOCBDBLFNCBMJDFSJUBQBEBBXBMTVCTVCCBCLFDFQBUBOEJ
EFQBO 1BEB TVCTVCCBC UFSTFCVU  LJUB NFOHBNCJM DPOUPI TFFLPS DJDBL
Gambar 1.3 Resultan v2
dengan v1 (Δv) pada selang ZBOH CFSHFSBL EJ EJOEJOH EFOHBO MJOUBTBO UFSUFOUV 1BEB TBBU CFSHFSBL 
waktu tertentu menunjukkan DJDBLUFSTFCVUNFNQVOZBJLFDFQBUBOEJTFUJBQUJUJL.JTBMOZB LFDFQBUBO
percepatan.
DJDBLTBBUEJUJUJL1BEBMBIW EBOLFDFQBUBOEJUJUJL2BEBMBIW
 7FLUPS LFDFQBUBO EBO WFLUPS QPTJTJ EJ UJUJL 1 EBO 2 EJHBNCBSLBO
T eropong EBMBN CJEBOH LBSUFTJVT TFQFSUJ (BNCBS  %BSJ HBNCBS UFSTFCVU EBO
EBSJEFGJOJTJQFSDFQBUBOTFCBHBJQFSVCBIBOLFDFQBUBOQBEBTFMBOHXBLUV
Vektor percepatan UFSUFOUV QFSDFQBUBOSBUBSBUBEBQBUEJSVNVTLBO
merupakan turunan vek-
r
tor kecepatan. Semen-
 r ΔW    
tara vektor kecepatan BSBUBSBUB 
merupakan turunan  ΔU
r r
vektor posisi. Dengan W  W
demikian dapat diambil 
kesimpulan bahwa vektor U   U
percepatan merupakan
turunan dari turunan vek-  %FOHBODBSBZBOHTBNBQBEBTBBUNFODBSJLFDFQBUBOSBUBSBUB LJUB
tor posisi. NFOEBQBULBOSVNVTQFSDFQBUBOSBUBSBUBTFCBHBJCFSJLVU
Dalam bahasa mate-
r r
matika vektor percepat-
an dituliskan sebagai
 r ΔW Y J + ΔW Z K    
BSBUBSBUB 
berikut. ΔU
 
d ⎛ dr ⎞
a = ⎜ ⎟  -BMV CBHBJNBOBLBISVNVTVOUVLNFODBSJQFSDFQBUBOQBEBXBLUVU 
dt ⎝ dt ⎠ 1FSDFQBUBOQBEBXBLUVUNFSVQBLBOQFSDFQBUBOTFTBBU%JLFMBT9 LBMJBO
2
d r UFMBINFOHFUBIVJSVNVTQFSDFQBUBOTFTBBUTFCBHBJCFSJLVU
a =
dt
2
r
 r ΔW  
BTFFTBBU  -JN
 ΔU → ΔU

 1FSTBNBBOJOJEBQBUEJUVMJTLBOEBMBNCFOUVLEJGFSFOTJBM 
 r  
r EW
BTFTBBU 
EU
 %FOHBO NFOTVCTUJUVTJLBO WWYJ WZK  WFLUPS QFSDFQBUBO QBEB
XBLUVUEBQBUEJUVMJTLBOEBMBNCFOUVLQFSTBNBBO
 r 
r EW
B
EU

10 Fisika Kelas XI
 r E W Y J + W Z K

B
EU
 r EW EW Z 
B  YJ + j
EU EU

 ,PNQPOFOQFSDFQBUBOQBEBTVNCVYEBOTVNCVZBEBMBI
r r
 r EW Y    r EW Z 
BY  J EBO BZ  K
EU EU

 +BEJ WFLUPSQFSDFQBUBOEBQBUEJUVMJTLBOEBMBNCFOUVL
r r r
 B  BY J + BZ K 

 #BHBJNBOBLBILJUBNFOHHVOBLBOQFSTBNBBOQFSDFQBUBOVOUVLNF
OZFMFTBJLBOQFSNBTBMBIBOHFSBLCFOEB 6OUVLNFOHFUBIVJOZBQFSIBUJLBO
DPOUPIEJCBXBIJOJ

Cont o h
r
 4FTFPSBOH CFSKBMBO EFOHBO LFDFQBUBO   r EW   
B
ZBOH TFMBMV CFSVCBI TFUJBQ XBLUV EU
,FDFQBUBO PSBOH UFSTFCVU EJOZBUBLBO   E U J U K

r 
EFOHBO QFSTBNBBO W  U J U K  W
EU
EBMBNNTEBOUEBMBNT
 J  K
B 5VMJTLBO QFSTBNBBO QFSDFQBUBO
QBEBXBLUVU   +BEJ  QFSTBNBBO QFSDFQBUBO TFUJBQ
r
C 5FOUVLBO CFTBS QFSDFQBUBO QBEB  XBLUVBEBMBI B   J  K
UTEBOQBEBUT C %BSJ QFSTBNBBO QFSDFQBUBO QBEB
D 5FOUVLBO CFTBS QFSDFQBUBO SBUB QPJOB QFSDFQBUBOUJEBLUFSHBOUVOH
SBUBQBEBTFMBOHXBLUVUTEBO XBLUV 4FIJOHHB  CFTBS QFSDFQBUBO
UT TFUJBQ TBBU TFMBMV UFUBQLPOTUBO
 1FOZFMFTBJBO #FTBS QFSDFQBUBOOZB EBQBU EJDBSJ
%JLFUBIVJ EFOHBOQFSTBNBBOCFSJLVU
r
W  U J U K NT r
%JUBOZBLBO   B BY + BZ   
r
B B QBEBXBLUVU
r   +  
C B QBEBTBBUUTEBOUT
D BSBUBSBUBQBEBTFMBOHXBLUVUT   + 
 EBOUT 
 
+BXBC   NT 
B 1FSDFQBUBO QBEB XBLUV U NFSV
QBLBO QFSDFQBUBO TFTBBU  TFIJOHHB   +BEJ CFTBSQFSDFQBUBOQBEBUT
EBQBU EJDBSJ EFOHBO QFSTBNBBO  EBO U   T BEBMBI TBNB ZBJUV 

CFSJLVU  NT 

Kinematika Partikel 11
D #FTBS QFSDFQBUBO SBUBSBUB EBQBU D WVOUVLUT EBOVOUVLUT
EJDBSJEFOHBOQFSTBNBBO E BSBUBSBUB VOUVLTFMBOHXBLUVUT
W W TBNQBJUT
 BSBUBSBUB    
U  U
+BXBC
 EFOHBO
B LFDFQBUBO TFUJBQ XBLUV NFSVQBLBO
r
 W   
J  × 
K LFDFQBUBOTFTBBU
r r
W W   +    r ES
W    
  EU
 E U  J

   
EU
 EBO
r  U  J
NT
 W   
 × 
K     +BEJ LFDFQBUBOQFTBXBUTFUJBQXBLUV
r
W  W      EJOZBUBLBOEFOHBOQFSTBNBBO
   W UJ
NT
  C 1
 FSDFQBUBOTFUJBQXBLUVNFSVQBLBO
 4FIJOHHB  QFSDFQBUBOTFTBBU
 −   r
  BSBUBSBUB     r EW
B
  EU
 NT  E U  J


 +BEJ  QFSDFQBUBO SBUBSBUB QBEB TFMBOH EU
XBLUVUTEBOUTBEBMBINT 
  U J
NT 
D 1FSTBNBBOLFDFQBUBOQBEBTBBUUT
 1PTJTJ TFCVBI QFTBXBU UFSCBOH CFSVCBI BEBMBITFCBHBJCFSJLVU
r r
QFSTBNBBOS  U  J
N5FOUVLBO   W  U  J     
B QFSTBNBBO WFLUPS LFDFQBUBO QBEB   × 
J


TFUJBQXBLUV   J NT
C QFSTBNBBOWFLUPSQFSDFQBUBOTFUJBQ
XBLUV   4FIJOHHB  CFTBS LFDFQBUBO QBEB

D CFTBS LFDFQBUBO QBEB U   T EBO   UTBEBMBINT 
QBEBUT   1FSTBNBBO LFDFQBUBO QBEB TBBU
E CFTBS QFSDFQBUBO SBUBSBUB QBEB   UTBEBMBITFCBHBJCFSJLVU
TFMBOHXBLUVUTTBNQBJUT r
  W   
J   
   =  J N  T 
r
%JLFUBIVJS  U  J
N   4FIJOHHB  CFTBS LFDFQBUBO QBEB
%JUBOZBLBO   UTBEBMBINT
B W
C B

12 Fisika Kelas XI
E 1
 FSDFQBUBO SBUBSBUB QBEB TFMBOH  − 
XBLUV U   T TBNQBJ U   T EJDBSJ =
 −
EFOHBOQFSTBNBBOTFCBHBJCFSJLVU
W −W   =  N  T 
  BSBUB −SBUB =         +BEJ  QFSDFQBUBO SBUBSBUB QBEB
U  − U
   TFMBOHUTTBNQBJUTBEBMBI
  NT

C .FODBSJ7FLUPS,FDFQBUBOEBSJ7FLUPS1FSDFQBUBO
 +JLBEJLFUBIVJQFSTBNBBOQFSDFQBUBOTFCBHBJGVOHTJXBLUV LJUBCJTB
NFODBSJ QFSTBNBBO LFDFQBUBOOZB %BSJ QFOKFMBTBO TFCFMVNOZB  LJUB
NFOEBQBULBOQFSTBNBBOWFLUPSQFSDFQBUBOTFCBHBJCFSJLVU
r
 r EW   
B
EU
r r
EW  B EU
 +JLBLFEVBSVBTEJJOUFHSBMLBO LJUBNFOEBQBULBOQFSTBNBBO
r

5 ips &T r i k
WU U
r r

r
∫ EW  ∫ B EU 
W 
 

U
r r r
WU  W  ∫ B EU
 Untuk menyelesaikan soal
  yang berkaitan dengan
vektor, ikutilah langkah
 %BSJQFSTBNBBOUFSTFCVU WFLUPSLFDFQBUBOQBEBTBBUUEBQBUEJDBSJ berikut.
EFOHBOSVNVTCFSJLVU 1. Tentukan satu titik
sebagai pusat koordi
 U
r  ,FUFSBOHBO   nat. Titik ini dapat
r r r
  WU  W + ∫ B EU  SU WFLUPSQPTJTJQBEBTBBUU dianggap sebagai titik

    U   r acuan.
SWFLUPSQPTJTJNVMBNVMB 2. Gambarkan vektor
 yang dimaksud pada
 6OUVLU EJEBQBULBOQFSTBNBBOLFDFQBUBOQBEBXBLUVUTFCBHBJ bidang koordinat.
3. Uraikan vektor tersebut
CFSJLVU pada sumbu x dan
r r r sumbu y.
 WU  W + B U  
 
 +JLBLBMJBOQFSIBUJLBO QFSTBNBBOUFSTFCVUTBNBEFOHBOQFSTBNBBO
QBEB HFSBL MVSVT CFSVCBI CFSBUVSBO (-##
 ZBOH UFMBI LBMJBO QFMBKBSJ
6OUVLNFNBIBNJQFOFSBQBOQFSTBNBBOUFSTFCVU QFSIBUJLBODPOUPICFSJLVU

Kinematika Partikel 13
Cont o h
4FCVBI QFTBXBU CFSHFSBL LF BSBI UFOH BY B DPT α
HBSB EFOHBO QFSDFQBUBO LPOTUBO  NT  DPT P
EBO NFNCFOUVL TVEVU P EBSJ BSBI UJNVS

+JLB LFDFQBUBO QFTBXBU NVMBNVMB  NT  ×
UFOUVLBO 
B QFSTBNBBO WFLUPS QFSDFQBUBO EFOHBO   NT 
BSBIVUBSBTFCBHBJTVNCVZQPTJUJG EBO BZ B TJO α
BSBIUJNVSTFCBHBJTVNCVYQPTJUJG
 TJO P
C QFSTBNBBOWFLUPSLFDFQBUBOBXBM
D QFSTBNBBO WFLUPS LFDFQBUBO QBEB TBBU 
 × 
UEFUJL 
    NT 
1FOZFMFTBJBO
%JLFUBIVJ  "SBIBY

BNT  TFIJOHHBBSBIOZBQPTJUJG J
"LBOUFUB
P
  QJ BSBIBZTFBSBIEFOHBOTVNCVZOFHB
WNT  UJG  TFIJOHHB BSBIOZB OFHBUJG K

%JUBOZBLBO  %FOHBO EFNJLJBO QFSTBNBBO WFLUPS
B B    QFSDFQBUBOOZBBEBMBI
r
C W   B J− K
NT
D WU VOUVLUEFUJL
C ,FDFQBUBO EBO QFSDFQBUBO NFNQVOZBJ
BSBIZBOHTBNB TFIJOHHBLJUBCJTBNFO
+BXBC
DBSJWYEBOWZTFCBHBJCFSJLVU
4FCFMVN NFOKBXBC Z
QFSUBOZBBO  BEB CB BY  W Y  W DPT α  
JLOZB KJLB LBMJBO 
Y   DPT  P

NFOHHBNCBS TLFNB  
QFSKBMBOBO QFTBXBU    ×
UFSMFCJI EBIVMV EB 
MBN CJEBOH LBSUF   NT
TJVT (FSBL QFTBXBU W Z  W TJO α
EBQBU EJHBNCBSLBO BY B   TJO P
TFCBHBJCFSJLVU

  × 
B 6OUVL NFODBSJ QFSTBNBBO QFSDFQBUBO  
UFSMFCJI EBIVMV LJUB NFODBSJ BY EBO BZ    NT 
 
#FSEBTBSLBO HBNCBS EJ BUBT  BY EBO BZ  +BEJ  QFSTBNBBO LFDFQBUBO BXBM BEBMBI
EJDBSJEFOHBOQFSTBNBBO r
    W  J −   K
NT

14 Fisika Kelas XI
D 6OUVL NFODBSJ LFDFQBUBO QBEB XBLUVU   6OUVLUEFUJL
LJUB EBQBU NFOHHVOBLBO QFSTBNBBO CF r
SJLVU  W   +  × 
J −   +   
K 
r r r r
 WU  W + ∫ B EU   W     K

   J   K
+ ∫  J   K
EU
E
 +BEJ QFSTBNBBOLFDFQBUBOQBEBTBBUU
  J   K
+ U J − U  K
r
 EFUJLBEBMBIW     K NT
  + U
  U 
K

 .FOBSJL CVLBO  /BI  TFCBHBJ BKBOH MBUJIBO LBMJBO  LFSKBLBO 6KJ


,PNQFUFOTJEJCBXBIJOJ

Uji Kompetensi
r r
r dv r dr
1. Diketahui persamaan percepatan adalah a = , dan v = .
dt dt

Dengan mengintegralkan kedua persamaan tersebut, buktikan-


lah bahwa vektor posisi pada waktu t dapat dicari dengan per-
samaan:
r r r 1 2
rt = r0 + v 0 t + a t
2
2. Kecepatan partikel yang bergerak pada bidang kartesius di-
r 2
nyatakan dengan persamaan v = (5t i - (4 - 2t)j) m/s. Tentukan :
a. besar kecepatan saat t = 3 s,
b. persamaan percepatan partikel pada saat t = 3 s,
c. persamaan vektor posisi partikel pada saat t = 3 s.

3. Seseorang di stasiun melihat kereta api bergerak menuju sta-


siun. Kereta api tersebut mengerem dengan perlambatan yang
r
dinyatakan dengan persamaan a = -10tii km/jam2. Jika kereta api
berhenti setelah 10 menit dari mulai pengereman, tentukan jarak
yang ditempuh kereta mulai dari pengereman sampai berhenti.
Tentukan pula kecepatan kereta sebelum pengereman.

4. Vektor posisi sebuah taksi dinyatakan dengan persamaan


r 2
r = (t + 2t)i +(-t - 3)j , dengan r dalam km dan t dalam jam. Tentukan :
a. kecepatan pada saat t = 1,5 jam,
b. percepatan pada saat t = 1,5 jam,
c. kecepatan rata-rata pada selang waktu t = 1 jam sampai
t = 1,5 jam,
d. percepatan rata-rata pada selang waktu t = 1 jam sampai
t = 1,5 jam.

5. Gerak lurus yang mempunyai percepatan konstan disebut GLBB.


Persamaan-persamaan percepatan yang kalian pelajari berlaku
untuk GLBB. Bisakah persamaan tersebut digunakan untuk meng-
analisis GLB? Kalau bisa apa syaratnya?

Kinematika Partikel 15
 "OBMJTJT(FSBL-VSVT#FSBUVSBO (-#
#FSEBTBSLBO(SBGJL
 6OUVL (-#  LFDFQBUBO CFOEB UFUBQ  TFIJOHHB QFSDFQBUBOOZB TBNB
EFOHBOOPM+JLBLFDFQBUBOOZBLPOTUBO CFSBSUJLPNQPOFOLFDFQBUBOQBEB
TVNCVYNBVQVOTVNCVZBEBMBILPOTUBO+BEJ QBEB(-#CFSMBLVQFS
TBNBBOCFSJLVU
WLPOTUBO
TFIJOHHB WYLPOTUBO EBOWZLPOTUBO
 %BMBNNFODBSJQFSTBNBBOHFSBLEFOHBOHSBGJL LJUBUJEBLUBIVBSBI
HFSBLOZB TFIJOHHBLJUBIBOZBCJTBNFODBSJOJMBJCFTBSEBSJCFTBSBOQBEB
QFSTBNBBO HFSBL +BEJ  VOUVL NFODBSJ QFSTBNBBO HFSBL CFSEBTBS HSBGJL 
LJUBUJEBLNFNFSMVLBOUBOEBWFLUPS
 %JLFMBT9 LBMJBOUFMBINFMBLVLBOFLTQFSJNFO(-#EFOHBONFOH
HVOBLBO UJDLFS UJNFS %BSJ IBTJM FLTQFSJNFO UFSTFCVU  LBMJBO EBQBU NF
OHFUBIVJCFOUVLHSBGJLIVCVOHBOLFEVEVLBOUFSIBEBQXBLUVEBOHSBGJL
IVCVOHBOLFDFQBUBOUFSIBEBQXBLUV)VCVOHBOBOUBSBLFEVEVLBOEBO
XBLUVVOUVL(-#EBQBULBMJBOMJIBUQBEB(BNCBS
 %BSJHSBGJLUFSTFCVU LJUBEBQBUNFODBSJQFSTBNBBOLFDFQBUBOHFSBL
,FDFQBUBO EJUVOKVLBO PMFI LFNJSJOHBO HSBGJL BUBV HSBEJFO HBSJT %BSJ
QFSTBNBBO HSBEJFO ZBOH UFMBI LBMJBO QFMBKBSJ  LFNJSJOHBO HSBGJL QBEB
(BNCBSEJUVMJTLBOTFCBHBJCFSJLVU
Gambar 1.4 Grafik hubung-
an kedudukan (d) terhadap
 ΔE 
waktu (t) pada GLB. HSBEJFO 
 Δ U
E −E E −E
    U
T eropong  U − U  U − U

Kedudukan benda
 %FOHBOEFNJLJBO SVNVTVOUVLNFODBSJCFTBSLFDFQBUBOEBSJHSBGJL
(d) digunakan untuk UFSTFCVUBEBMBITFCBHBJCFSJLVU
menjelaskan gerak benda E − E
pada garis bukan bidang.   W U  
Jika kedudukan benda U − U
dinyatakan dalam bidang
kartesius, kedudukan (d)
 +JLBU NBLBCFTBSLFDFQBUBOEJUVMJTLBOTFCBHBJCFSJLVU
dinyatakan dengan vektor
 ,FUFSBOHBO 
posisi (r).
Kesimpulannya,
 W  E U − E   WCFTBSLFDFQBUBO NT

kedudukan dan vektor   U  EULFEVEVLBOBLIJS N

posisi merupakan dua hal  T   ELFEVEVLBOBXBM N

yang sama. W
 U   EUoETQFSQJOEBIBO N

    UXBLUV T

 %BSJ QFSTBNBBO LFDFQBUBO  LJUB EBQBU NFODBSJ LFEVEVLBO QBEB
XBLUVUEFOHBOQFSTBNBBO
 E E  
W U
U
EU E  W U
  

16 Fisika Kelas XI
EU  E + W U
  
 4FNFOUBSBJUV KBSBLZBOHEJUFNQVITBNBEFOHBOQFSQJOEBIBO+BSBL
BUBVQFSQJOEBIBOEBQBUEJDBSJEFOHBOQFSTBNBBOCFSJLVU
 EUE WU
 TWU  

 +JLBHSBGJLIVCVOHBOLFEVEVLBOEFOHBOXBLUVNFSVQBLBOHBSJTMV
SVTEFOHBOLFNJSJOHBOUFSUFOUV CBHBJNBOBLBICFOUVLHSBGJLIVCVOHBO
BOUBSBLFDFQBUBOEBOXBLUV %BMBN(-# LFDFQBUBOQBEBTFUJBQXBLUV
BEBMBILPOTUBO#FSEBTBSLBOIBTJMFLTQFSJNFOZBOHLBMJBOMBLVLBOEJLFMBT
9 HSBGJLIVCVOHBOLFDFQBUBOEBOXBLUVEBQBUEJMJIBUQBEB(BNCBS
 %BSJHSBGJLUFSTFCVU KBSBLQFSQJOEBIBOEJUVOKVLLBOPMFIMVBTEBFSBI
ZBOHEJBSTJS-VBTEBFSBIZBOHEJBSTJSEBQBUEJDBSJEFOHBOQFSTBNBBO 
 -VBTWU Gambar 1.5 Grafik hubungan
kecepatan (v) dengan waktu
 4FIJOHHB KBSBLQFSQJOEBIBOEJOZBUBLBOEBMBNCFOUVL (t) pada GLB.

 TWU  

 6OUVLNFNCBOUVLBMJBOEBMBNNFOHHVOBLBOQFSTBNBBOQFSTBNBBO
QBEB(-# QFSIBUJLBODPOUPICFSJLVU

Contoh
4FCVBI NPCJM CFSHFSBL EFOHBO LFDFQBUBO 1FOZFMFTBJBO
LPOTUBO ,FEVEVLBO NPCJM QBEB TFUJBQ #FSEBTBSLBO HSBGJL UFSTFCVU  LFDFQBUBO
XBLUVEJQFSMJIBULBOQBEBHSBGJLLFEVEVLBO NPCJM EJUVOKVLLBO PMFI LFNJSJOHBO HSBGJL
UFSIBEBQ XBLUV #FSEBTBSLBO HSBGJL  UFOUV ,FDFQBUBO NPCJM EJDBSJ EFOHBO QFSTBNBBO
LBOLFDFQBUBONPCJMUFSTFCVU CFSJLVU
ΔE
W 
E
  ΔU
  
 −
  −
 LNKBN

 
+BEJ  LFDFQBUBO NPCJM UFSTFCVU BEBMBI 
U E

LNKBN

 "OBMJTJT (FSBL -VSVT #FSVCBI #FSBUVSBO (-##

 #FSEBTBSLBO(SBGJL
 1BEBHFSBLMVSVTCFSVCBICFSBUVSBO (-##
LFDFQBUBOZBOHEJBMBNJ
CFOEB CFSVCBI TFDBSB CFSBUVSBO 1FSVCBIBO LFDFQBUBO JOJ EJTFCVU QFS
DFQBUBO#FTBSOZBQFSDFQBUBOQBEB(-##TFMBMVLPOTUBOTFUJBQTBBU"UBV
EBQBUEJUVMJTLBOTFCBHBJCFSJLVU

Kinematika Partikel 17
 BLPOTUBO
TFIJOHHHBBYLPOTUBO EBOBZLPOTUBO

 %JLFMBT9 LBMJBOQFSOBINFMBLVLBOQFSDPCBBOVOUVLNFODBSJCFO
UVLHSBGJLIVCVOHBOBOUBSBLFDFQBUBOEFOHBOXBLUV EBOHSBGJLIVCVOH
BOQFSDFQBUBOEFOHBOXBLUVQBEB(-##
 1BEB(-## HSBGJLIVCVOHBOBOUBSBLFDFQBUBOEFOHBOXBLUVEJHBN
CBSLBO TFQFSUJ HBNCBS  %BSJ HBNCBS UFSTFCVU UBNQBL CBIXB HSBGJL
IVCVOHBOLFDFQBUBO W
EFOHBOXBLUV U
NFSVQBLBOHBSJTMVSVTEFOHBO
LFNJSJOHBOUFSUFOUV,FNJSJOHBOHBSJTJOJNFOVOKVLLBOQFSDFQBUBO
 %FOHBOEFNJLJBOQFSDFQBUBOEBQBUEJDBSJEFOHBOQFSTBNBBOHSBEJFO
HBSJT
ΔW
HSBEJFO=B = 
ΔU
W − W W U − W
Gambar 1.6 Grafik hubungan B= =
kecepatan (v) dengan waktu U − U  U − U
(t) pada GLBB.

 #FTBSQFSDFQBUBOEBSJHSBGJLUFSTFCVUBEBMBI
 WUW  
B
 UU

 +JLBU NBLBCFTBSQFSDFQBUBOEBQBUEJDBSJEFOHBOSVNVT
 WUW   
  B
 U

 %BSJQFSTBNBBOEJBUBT LJUBCJTBNFODBSJCFTBSLFDFQBUBOQBEBXBLUV
UTFCBHBJCFSJLVU
 WUW BU  

 #BHBJNBOBLBI DBSB NFODBSJ KBSBL EBO QFSQJOEBIBO ZBOH EJUFNQVI


QBEB XBLUV U EBSJ HSBGJL QBEB (BNCBS   1BEB HSBGJL UFSTFCVU  QFS
QJOEBIBO EBO KBSBL EJUVOKVLLBO PMFI MVBT EBFSBI ZBOH EJBSTJS %FOHBO
EFNJLJBO KBSBLEBOQFSQJOEBIBOEBQBUEJDBSJEFOHBOSVNVTCFSJLVU 
   
T  W U + BU


 %BSJ NBOBLBI SVNVT QFSQJOEBIBO EBO KBSBL UFSTFCVU EJ EBQBULBO 
,FNVEJBO CBHBJNBOBLBILJUBNFODBSJLFEVEVLBOCFOEBEBMBNXBLUVU 
 6OUVLNFOHFUBIVJOZBLFSKBLBO&LTQFEJTJCFSJLVUJOJ

18 Fisika Kelas XI
E kspedisi
Perhatikan grafik pada gambar 1.6, kemu- cara mencari kedudukan benda pada
dian jawablah pertanyaan berikut. waktu t (dt)?

1. Bagaimanakah rumus luas segi 6. Gambarkan grafik hubungan antara


empat OACD? percepatan (a) dengan waktu (t).

2. Bagaimanakah rumus luas segi tiga 7. Dari gambar grafik pada soal nomor 6,
ABC? bagaimanakah cara mencari kecepat-
an, perpindahan, dan kedudukan
3. Bagaimanakah rumus luas OABD?
benda pada waktu t?
4. Luas OABD menunjukkan perpindah-
8. Dari persamaan-persamaan GLBB
an atau jarak yang ditempuh benda
yang kalian dapatkan, adakah kesa-
pada waktu t. Jika panjang OA =
maan antara persamaan gerak terse-
t, AB = v0, dan BC = vt – v0 (ingat vt
but dengan persamaan yang didapat-
– v0 = at), bagaimanakah rumus per-
kan dengan menggunakan analisis
pindahan atau jarak yang ditempuh
vektor?
pada waktu t?
Tulislah jawaban kalian dan presentasikan
5. Dari rumus perpindahan yang telah
di depan kelas.
kalian dapatkan, bagaimanakah

 %BSJ IBTJM &LTQFEJTJ EJ BUBT  LBMJBO UFMBI NFOFNVLBO QFSTBNBBO


VOUVLNFODBSJLFEVEVLBOQBEBXBLUVUTFCBHBJCFSJLVU
      
 E U  E  + W U + BU
 

 6OUVL NFOHFUBIVJ QFOHHVOBBO QFSTBNBBO (-## UFSTFCVU VOUVL


NFOZFMFTBJLBOQFSNBTBMBIBOHFSBLCFOEB QFSIBUJLBODPOUPICFSJLVU

Contoh
 4FPSBOH TJTXB NFOHFOEBSBJ TFQFEB   N
  NT
NPUPSEFOHBOLFDFQBUBOBXBMLNKBN   T
EFUJLLFNVEJBO LFDFQBUBOOZBNFOKBEJ  U T
LNKBN+JLBQFSDFQBUBOTFQFEBNPUPS  WULNKBN
LPOTUBOTFMBNBEFUJL UFOUVLBO  NT
B CFTBSQFSDFQBUBOTFQFEBNPUPS %JUBOZB
C LFDFQBUBOBLIJS LFDFQBUBOQBEBTBBU B B
UEFUJL
C WUVOUVLUT
D KBSBL ZBOH EJUFNQVI TFMBNB  D TUVOUVLUT
EFUJL +BXBC
 1FOZFMFTBJBO B CFTBS QFSDFQBUBO B
 EJDBSJ EFOHBO
 %JLFUBIVJ QFSTBNBBOCFSJLVU
 W LNKBN   WUW BU

Kinematika Partikel 19
W W 
  B U       #FSEBTBSLBOHSBGJLUFSTFCVU
 U
B HFSBLBQBLBIZBOHEJMBLVLBOQBEBQFS
  6OUVLUT NBLB KBMBOBO EBSJ " LF #  EBSJ # LF $ EBO
    EBSJ$LF%
  B   C #FSBQBLBIQFSDFQBUBONPCJMEBSJ"LF
   
  NT
 # EBSJ#LF$ EBOEBSJ$LF%
D #FSBQBLBIKBSBL"LF# KBSBL#LF$ 
  +BEJ  QFSDFQBUBO TFQFEB NPUPS KBSBL$LF% EBOKBSBLUPUBMZBOHEJ

  UFSTFCVUBEBMBI NT  UFNQVI
C ,FDFQBUBO QBEB TBBU U WU
 EBQBU E )JUVOHMBI LFMBKVBO SBUBSBUB QFSKBMBO
EJDBSJEFOHBOQFSTBNBBO BOEBSJ"LF%
 WUW BU 1FOZFMFTBJBO
 6OUVLUT NBLBLFDFQBUBOOZB %JLFUBIVJ1FSIBUJLBOHSBGJL
BEBMBI %JUBOZBLBO
B +FOJTHFSBL"# #$ EBO$%
 WU    
C B"# B#$ B$%
   NT D T"# T#$ T$%
 +BEJ  LFDFQBUBO TFQFEB NPUPS E WSBUBSBUB
TFUFMBIEFUJLBEBMBI NT
+BXBC
D +BSBL ZBOH EJUFNQVI TFMBNB  B  ,BMBV LJUB QFSIBUJLBO  LFDFQBUBO
EFUJLBEBMBI HFSBL"LF#CFSUBNCBITFDBSBUFSBUVS
  TFUJBQXBLUV%FOHBOEFNJLJBO HFSBL
  T U = W U + BU  
 EBSJ"LF#NFSVQBLBO(-##
   1BEB HFSBL EBSJ # LF $  LFDFQBU
=   ⋅  +   ⋅  BOOZB LPOTUBO TFUJBQ XBLUV  TFIJOHHB

=  +  HFSBLUFSTFCVUNFSVQBLBO(-#
  ,FDFQBBO HFSBL EBSJ LF $ LF %
=  N
CFSLVSBOHTFDBSBUFSBUVSTFUJBQXBLUV
 +BEJ  KBSBL ZBOH EJUFNQVI TFMBNB  %FOHBOEFNJLJBO HFSBLEBSJ$LF%
 EFUJLBEBMBIN NFSVQBLBO(-##
 1BL .BLSVT NFMBLVLBO QFSKBMBOBO C 6OUVL NFODBSJ QFSDFQBUBO  LJUB CJTB
EBSJ TBUV LPUB LF LPUB MBJO NFOH NFOHHVOBLBOQFSTBNBBOCFSJLVU
HVOBLBO NPCJM ,FDFQBUBO NPCJM W W
 B U   
ZBOH EJLFOEBSBJ 1BL .BLSVT EJ  UU
HBNCBSLBOQBEBHSBGJLEJCBXBIJOJ
 1FSDFQBUBONPCJMEBSJ"LF#
W LNKBN

  −    
B" =
 − 
# $ #

  
=  LN  KBN 

" %
   U KBN

20 Fisika Kelas XI
 1FSDFQBUBOEBSJ#LF$BEBMBIB#$   FSBLEBSJ#LF$NFNQVOZBJW
(

   EBOBLNKBN 4FIJOHHB KBSBL"LF
 B#$   # T"#
BEBMBI


  LNKBN
 T " # = W U + BU  
   
 1FSDFQBUBOEBSJ$LF%BEBMBIB$% =  ⋅  + 
   =  LN
 B$%  
   FSBLEBSJ$LF%NFNQVOZBJW
(

  LNKBN EBOB−LNKBN TFIJOHHBKBSBL$
LF% T$%
BEBMBI
 #FSBSUJHFSBLEBSJ$LF%NFOHBMBNJ 
QFSMBNCBUBOLNKBN
 T$$%%  W U + BU   
  
D 6OUVLNFODBSJKBSBLUFNQVI LJUBCJTB 
   ×  × 
NFOHHVOBLBO QFSTBNBBO EJ CBXBI 
JOJ     LN
 E ,FMBKVBO SBUBSBUB EBQBU EJDBSJ EFOHBO
 T  W U + B U  
 SVNVTCFSJLVU

KBSBL
 (FSBLEBSJ"LF#NFNQVOZBJW WSBUBB SBUB =

EBOBLNKBN 4FIJOHHB KBSBL" XBLUV
T +T +T
LF# T"#
BEBMBI = "# #$ $%
U " # + U# $ + U$ %
   
T "#
  BU  +  + 
 =
   +
   ×  ×    =  LN  KBN

  +BEJ  LFMBKVBO SBUBSBUB EBSJ " LF %
  LN
 BEBMBILNKBN

 %FOHBONFNQFSIBUJLBODPOUPIUFSTFCVU TFEJLJUCBOZBLLBMJBOUFMBI
NFOHVBTBJ DBSB NFODBSJ QFSTBNBBO HFSBL CBJL (-# NBVQVO (-##
CFSEBTBSLBOHSBGJL6OUVLNFOBNCBILFUFSBNQJMBOLBMJBO LFSKBLBO6KJ
,PNQFUFOTJEJCBXBIJOJ

Uji Kompetensi
1. Gerak sebuah mobil digambarkan pada W NT

grafik hubungan kecepatan terhadap


$
waktu seperti berikut. Berdasarkan grafik 
tersebut, manakah yang menunjukkan : " #

a. gerak beraturan,
b. gerak berubah beraturan dengan
percepatan konstan, %
c. gerak berubah beraturan dengan    U T

perlambatan konstan,
d. benda berhenti.

Kinematika Partikel 21
2. Berdasarkan grafik pada soal no. 1, tentukan:
a. kecepatan dan jarak tempuh mobil untuk gerak dari A ke B,
b. percepatan dan jarak yang ditempuh mobil untuk gerak dari B ke C,
c. percepatan dan jarak yang ditempuh mobil untuk gerak dari C ke D,
d. jarak total yang ditempuh mobil,
e. kecepatan rata-rata mobil dari A ke D.

3. Abidin melakukan perjalanan dari Yogyakarta menuju Semarang


menggunakan sepeda motor. Ia berangkat dari Yogyakarta pukul
07.00 WIB. Mula-mula, ia melaju dengan kecepatan tetap 40 km/jam
dan sampai di Magelang pukul 08.30 WIB. Dari Magelang sampai
Ambarawa, Abidin menambah kecepatannya menjadi 72 km/jam,
dan sampai di Ambarawa pukul 09.15 WIB. Di Ambarawa, ia beristi-
rahat selama 1 jam. Kemudian melanjutkan perjalanan ke Semarang
dengan kelajuan tetap 60 km/jam selama 2 jam.
a. Gambarkan perjalanan Abidin dalam grafik kecepatan terha-
dap waktu.
b. Berdasarkan data perjalanan Abidin, tentukan jarak rata-rata
Yogyakarta - Magelang, Magelang - Ambarawa, Ambarawa -
Semarang, dan Yogyakarta - Semarang.
c. Berdasarkan jarak yang telah kalian hitung, gambarkan per-
jalanan Abidin pada grafik kedudukan terhadap waktu.

 %BMBN LFIJEVQBO TFIBSJIBSJ LJUB UJEBL IBOZB EJ IBEBQLBO QBEB


HFSBLMVSVT"EBLBMBOZBLJUBNFOKVNQBJCFOEBZBOHCFSHFSBLEFOHBOMJO
UBTBOCFSVQBMFOHLVOHBO(FSBLTFNBDBNJOJEJTFCVUHFSBLQBSBCPMBBUBV
BEBZBOHNFOZFCVUHFSBLQFMVSV#BHBJNBOBLBILPOTFQ(-#EBO(-##
NFOEBTBSJ HFSBL QBSBCPMB JOJ  1FSIBUJLBO EFOHBO TFLTBNB QFOKFMBTBO EJ
CBXBIJOJ

B Gerak Parabola
 (FSBLQBSBCPMBEBQBULJUBKVNQBJQBEBHFSBLQFMVSVZBOHEJUFNCBL
LBOLFVEBSB,FUJLBQFMVSVEJUFNCBLLBOLFVEBSBEFOHBONFNCFOUVL
TVEVUUFSUFOUVZBOHEJTFCVUTVEVUFMFWBTJ MJOUBTBOZBOHEJUFNQVIQFMVSV
CFSVQBHBSJTMFOHLVOHBUBVQBSBCPMB*UVMBITFCBCOZBHFSBLQBSBCPMBEJ
TFCVUKVHBHFSBLQFMVSV
 4FCFMVNNFMBOHLBIMFCJIKBVI DPCBLBMJBOEJTLVTJLBOQFSNBTBMBIBO
QBEB&VSFLBCFSJLVU

E ureka
Diskusikan dengan teman disamping kalian kasus berikut.

Dua orang siswa sedang berdebat tentang dua buah benda yang dilem-
par ke atas dengan kecepatan yang sama. Satu siswa mengatakan bah-
wa benda yang dilemparkan lurus ke atas akan jatuh ke tanah terlebih
dahulu daripada benda yang dilemparkan dengan lintasan lengkung
(gerak parabola). Siswa yang lain mengatakan bahwa kedua benda
akan jatuh dalam waktu yang bersamaan. Pendapat manakah yang
benar? Berikan alasan jawaban kalian.

22 Fisika Kelas XI
E ksperimen Mengenal Gerak Parabola

A. Dasar Teori
Gerak parabola atau disebut juga sebagai gerak peluru merupakan gerak benda dengan
lintasan berbentuk garis lengkung. Gerak parabola dapat diuraikan pada arah horizontal dan
vertikal. Kecepatan gerak pada arah horizontal selalu tetap setiap saat.

B. Tujuan Percobaan
Setelah melakukan percobaan ini, kalian diharapakan mampu:
1. mengenali karakteristik gerak parabola.
2. membuktikan bahwa gerak pada arah horizontal tidak memengaruhi gerak vertikal.
3. mengetahui pengaruh sudut elevasi terhadap ketinggian maksimum dan jarak maksi-
mum yang dicapai benda.

C. Alat dan Bahan


1. pistol mainan dan pelurunya,
2. mistar
3. stop watch
4. busur derajat besar

D. Cara Kerja
1. Lakukan percobaan ini secara berkelom
pok. Kekompakan dan kerja sama yang baik
merupakan faktor penting untuk menghasilkan INBY
hasil yang baik. α

2. Letakkan pistol menempel di dinding. Arah- YNBY


kan pistol mainan sehingga membentuk sudut
o
30 (selanjutnya disebut sudut elevasi) perhatikan gambar. Gunakan busur derajat untuk
mengukur sudut. (Perhatikan gambar)
3. Tariklah pelatuk pistol agar peluru melesat. Pada saat bersamaan, siswa lain meng
hidupkan stopwatch dan mematikannya saat peluru jatuh di lantai. Siswa lainnya lagi
memperhatikan ketinggian maksimum yang dicapai peluru, dan memberi tanda di dinding.
4. Ukurlah jarak mendatar dan ketinggian maksimum yang dicapai peluru.
5. Ulangi langkah 2 sampai 4 sebanyak 3 kali.
6. Ulangi langkah 2 sampai 5 dengan mengubah sudut elevasi menjadi 45o, 60o, dan 90o,
atau besar sudut lainnya.
7. Masukkan hasil pengamatan pada tabel berikut.

Sudut (α) Jarak (Xmax) Waktu (txmax) Tinggi (hmax)

300 ... ... ...

450

600

900

Kinematika Partikel 23
E. Pembahasan

1. Hitunglah jarak rata-rata, waktu rata-rata, dan tinggi maksimum rata-rata dari hasil perco-
baan untuk setiap sudut.
2. Jika kecepatan awal saat peluru keluar dari mulut pistol dianggap sama, bagaimanakah wak-
tu yang diperlukan peluru untuk sampai di lantai pada semua sudut? Menunjukkan apakah
kenyataan ini?
3. Adakah pengaruh sudut elevasi terhadap jarak tempuh dan ketinggian maksimum? Sudut
manakah yang memberikan jarak tempuh terjauh? Sudut manapula yang menyebabkan
peluru melesat paling tinggi?
4. Berikan contoh gerak parabola yang dapat kalian jumpai pada peristiwa sehari-hari.
5. Bagaimanakah kesimpulan kalian setelah melakukan eksperimen ini?

Buatlah laporan hasil eksperimen kalian. Kemudian, diskusikan hasilnya dengan kelompok lain.

 1BEBHFSBLQBSBCPMB HFSBLQBEBBSBIWFSUJLBMTVNCVZEJQFOHBSVIJ
QFSDFQBUBOLPOTUBO NBLBQBEBBSBITVNCVZUFSKBEJ(-##4FNFOUBSB
JUV (-#UFSKBEJQBEBBSBITVNCVYLBSFOBQBEBBSBIJOJUJEBLBEBQFS
DFQBUBO 6OUVL NFNCVLUJLBO LFCFOBSBO QFSOZBUBBO UFSTFCVU  MBLVLBO
&LTQFSJNFOCFSJLVU
 #FSEBTBSLBOIBTJMFLTQFSJNFO LBMJBOUFMBINFOHFOBMCFCFSBQBLBSBL
UFSJTUJLHFSBLQBSBCPMB%BSJIBTJMFLTQFSJNFOCFTBSTVEVUFMFWBTJCFSQFO
HBSVIUFSIBEBQMBNBQFMVSVEJVEBSB XBLUV
KBSBLZBOHEJUFNQVI EBO
LFUJOHHJBONBLTJNVNZBOHEJDBQBJ#BHBJNBOBLBIQFOHBSVIJOJKJLBEJ
OZBUBLBOEBMBNCFOUVLQFSTBNBBO $PCBLBMJBOQFSIBUJLBO(BNCBS

Gambar 1.7 Skema lintasan gerak parabola

 1FSTBNBBOEJ5JUJL"
 5JUJL"NFSVQBLBOUJUJLBXBMCFOEB,FDFQBUBOQBEBUJUJLJOJNFSV
QBLBO LFDFQBUBO BXBM W
 6OUVL NFODBSJ LPNQPOFO LFDFQBUBO BXBM
QBEBTVNCVY WY
EBOLPNQPOFOLFDFQBUBOBXBMQBEBTVNCVZ WZ
LJUB
EBQBUNFOHHVOBLBOQFSTBNBBO
  ,FUFSBOHBO
  WYW
 DPTα
   WY LFDFQBUBONVMBNVMBQBEBTVNCVY
      WZ LFDFQBUBONVMBNVMBQBEBTVNCVZ
W W TJOα
  Z      W LFDFQBUBONVMBNVMB NT

      α TVEVUFMFWBTJ
24 Fisika Kelas XI
 1FSTBNBBOEJ5JUJL#
 ,FUJLBCFOEBCFSHFSBLOBJLEBSJUJUJL"LFUJUJL# LPNQPOFOHFSBL
QBEBBSBIWFSUJLBM TVNCVZ
NFOHBMBNJQFSMBNCBUBOTFCFTBSH QFSDFQBU
BOHSBWJUBTJ
*OJNFOVOKVLLBOCBIXBHFSBLQBEBBSBIIPSJTPOUBMNFSV
QBLBOHFSBLMVSVTCFSVCBICFSBUVSBO (-##
4FNFOUBSBLFDFQBUBOHFSBL
QBEBBSBIIPSJTPOUBM TVNCVY
UJEBLNFOHBMBNJQFSDFQBUBO%FOHBOLBUB
MBJO LFDFQBUBOQBEBBSBIIPSJTPOUBMUJEBLCFSVCBIBUBVUFUBQTFUJBQTBBU
*OJ NFOVOKVLLBO CBIXB HFSBL QBEB BSBI NFOEBUBS NFSVQBLBO HFSBL
MVSVTCFSBUVSBO
 *OJ CFSBSUJ  LPNQPOFO LFDFQBUBO QBEB TVNCV Y WY
 QBEB TFUJBQ
LFEVEVLBO CBJLEJ" # $ % BUBV&
TBNBEFOHBOLPNQPOFOLFDFQBU
BOBXBMOZB WY

 WYWYWDPTα    

 6OUVLNFODBSJKBSBLNFOEBUBSZBOHUFMBIEJUFNQVI Y
EBMBNXBLUV
ULJUBNFOHHVOBLBOQFSTBNBBO
 YUWYU 

YU WUDPTα
T eropong
Untuk mencari ketinggian
benda (y) yang bergerak
 4FNFOUBSBJUV LFDFQBUBOHFSBLCFOEBQBEBBSBIWFSUJLBM TVNCVZ
 naik, kita ingat persa-
QBEBXBLUVU WZ
EBQBUEJDBSJEFOHBOQFSTBNBBOVNVN maan r = ∫ v dt . Dengan
mengganti r menjadi y,
 WZWZ−HU   kita mendapatkan persa-
maan,

WZ WTJOα
−HU t
y = ∫ v y dt
0
t
 ,BSFOBLPNQPOFOHFSBLWFSUJLBMNFSVQBLBO(-## NBLBNFOVSVU y = ∫ (v 0 sin gt) dt
0
QFSTBNBBOLFEVEVLBOQBEB(-## LFUJOHHJBOCFOEBQBEBTBBUU EBQBU
1
EJIJUVOHNFOHHVOBLBOQFSTBNBBO y = v 0 t sinα - gt
2

2
  ,FUFSBOHBO  
Persamaan ini pada
ZUWUTJOα 1
       ZLFUJOHHJBOCFOEB N

HU 
dasarnya sama dengan
    2   WLFDFQBUBOBXBMCFOEB NT
persamaan kedudukan
       UXBLUV T
pada GLBB

       HQFSDFQBUBOHSBWJUBTJ NT


 ,FEVEVLBOEJ5JUJL$ 5JUJLUFSUJOHHJ

 5JUJL$NFSVQBLBOUJUJLUFSUJOHHJZBOHEJDBQBJCFOEB1BEBUJUJLJOJ
LFDFQBUBOQBEBTVNCVZBEBMBIOPM WZ
4FIJOHHBEBSJQFSTBNBBO
 W W TJOα − HU
  Z 
LJUBNFNQFSPMFIQFSTBNBBOXBLUVVOUVLNFODBQBJUJUJLUFSUJOHHJ UINBY

TFCBHBJCFSJLVU
 
Kinematika Partikel 25
W TJO α
U I NBY =
H

 ,FUFSBOHBO
 UINBYXBLUVVOUVLNFODBQBJUJUJLUFSUJOHHJ T

 W LFDFQBUBOBXBM NT


 H QFSDFQBUBOHSBWJUBTJ NT

 6OUVL NFODBSJ UJUJL UFSUJOHHJ ZBOH EBQBU EJDBQBJ CFOEB  LJUB UJOH

HBM NFOTVCTUJUVTJLBO U JOJ LF EBMBN QFSTBNBBO  Z = WU TJO α − HU  

4FIJOHHB  UJUJL UFSUJOHHJ ZBOH EBQBU EJDBQBJ CFOEB INBLT
 EJDBSJ EFOHBO
T eropong QFSTBNBBO

Pada pelajaran matema-  ⎛ W TJO α ⎞  ⎛ W TJO α ⎞  
tika, kalian mengenal ZNBLT = INBY = W ⎜  ⎟ TJO α − H ⎜ ⎟
bentuk operasi berikut. ⎝ H ⎠  ⎝ H ⎠

sin (2α) = 2 sin α cos α


⎛ W  TJO  α ⎞  ⎛ W  TJO  α ⎞
INBLT = ⎜  ⎟− ⎜ ⎟
Dari sifat tersebut kita ⎝ H ⎠ ⎝ H ⎠
mendapatkan, 

1 W TJO  α
sinα cosα = sin 2α INBLT = 
2 H

 ,FUFSBOHBO
 INBLTUJUJLUFSUJOHHJZBOHEJDBQBJCFOEB N


 5JUJLUFSUJOHHJJOJEJDBQBJQBEBKBSBLNFOEBUBS YINBY
6OUVLNFODBSJ
YINBY LJUBCJTBNFOHHVOBLBOQFSTBNBBOCFSJLVU
 ⎛ W TJO α ⎞
Y INBY  W ⎜  ⎟ DPT α
⎝ H ⎠
W
Y INBY   TJO α DPT α
H

 W  TJO α 
Y INBY 
H
 

 #FSEBTBSLBOQFSTBNBBOQFSTBNBBOEJBUBT LPPSEJOBUUJUJL$BEBMBI
⎛ W  TJO α W   TJO  α ⎞
$⎜  ⎟  ,PPSEJOBU JOJ BEBMBI LPPSEJOBU UJUJL UFS
⎝ H H ⎠
UJOHHJBUBVLPPSEJOBUUJOHHJNBLTJNVN

26 Fisika Kelas XI
 1FSTBNBBOEJ5JUJL%
 1FSTBNBBOEJUJUJL%TBNBEFOHBOQFSTBNBBOEJUJUJL#+BEJ LFUJLB
CFOEBCFSHFSBLUVSVOCFSMBLVQFSTBNBBOQFSTBNBBOCFSJLVU
 W Y = W Y  = W DPT α   
 Y = WU DPT α
 W Z = W TJO α
− HU
 
Z = WU TJO α − HU


 1FSTBNBBOEJ5JUJL&
 5JUJL&NFSVQBLBOUJUJLUFSKBVIZBOHEJDBQBJCPMBQBEBBSBINFOEBUBS
IPSJTPOUBM1BEBUJUJL& LFUJOHHJBOCPMBBEBMBIOPM Z
TFIJOHHB
  
WU TJO α − HU = 


W TJO α − HU = 


 +BEJ  XBLUV ZBOH EJQFSMVLBO VOUVL NFODBQBJ KBSBL UFSKBVI UYNBY

BEBMBI
 W TJO α
U Y NBY =
H



,FUFSBOHBO
UYNBYXBLUVVOUVLNFODBQBJKBSBLUFSKBVIBUBVYNBY
5ips &T r i k
   Persamaan umum pada
 6OUVLNFODBSJKBSBLUFSKBVIZBOHEJDBQBJCFOEB TVCTUJUVTJLBOQFSTB gerak parabola dapat digu-
nakan untuk menyelesaikan
NBBOEJBUBTLFEBMBNQFSTBNBBOY
semua persoalan yang

 YWUDPTα  berkaitan dengan gerak


parabola. Hanya saja, kita
TFIJOHHB  perlu mengetahui keadaan
khusus, seperti:
 ⎛ W TJO α ⎞ 
Y NBY = W ⎜  ⎟ DPT α
1. Kecepatan vertikal
pada titik tertinggi
⎝ H ⎠ adalah nol (vy = 0).

 W
Y NBY =  TJO α DPT α
2. Ketinggian benda pada
H jarak mendatar terjauh
adalah nol (y = 0).
 W  TJO α  3. Kecepatan pada arah
Y NBY = sumbu x di setiap
H kedudukan adalah
tetap atau sama besar.

 ,FUFSBOHBO
 YNBYKBSBLUFSKBVIZBOHEJDBQBJCFOEB

Kinematika Partikel 27
 1FSTBNBBO6NVNEJ4FUJBQ5JUJL
 4FDBSB VNVN  VOUVL TFUJBQ LFEVEVLBO CFSMBLV QFSTBNBBOQFSTB
NBBOCFSJLVU
  
Y U = WU DPT α
 
ZU = WU TJO α − HU

W YU = W Y  = W DPT α
W ZU = W TJO α
− HU

 ,FUFSBOHBO
 YUKBSBLNFOEBUBSQBEBXBLUVU N

 ZULFUJOHHJBOCFOEBQBEBXBLUVU N

 WYULPNQPOFOLFDFQBUBOQBEBTVNCVYQBEBXBLUVU NT

 WZULPNQPOFOLFDFQBUBOQBEBTVNCVZQBEBXBLUVU NT

 6OUVLNFOBNCBIQFNBIBNBOLBMJBO LFSKBLBO&LTQFEJTJCFSJLVU

E kspedisi
Dari persamaan-persamaan yang telah dipela- 3. Jarak terjauh dicapai ketika sudut elevasi
jari, buktikan bahwa: benda 45o.

1. Waktu untuk mencapai jarak terjauh (txmax) 4. Dua benda yang ditembakkan dengan ke-
adalah dua kali waktu untuk mencapai cepatan awal sama dan membentuk sudut
titik tertinggi (thmax). elevasi α dan (90 − α) akan jatuh di titik
yang sama.
2. Jarak terjauh yang dicapai (xmax) sama
dengan dua kali jarak mendatar saat Tuliskan jawaban kalian pada buku tugas, kemu-
benda mencapai titik tertinggi (xhmax). dian diskusikan hasilnya dengan teman lainnya.

 %BMBNLFIJEVQBOTFIBSJIBSJ CBOZBLTFLBMJEJKVNQBJHFSBLQBSBCPMB
6OUVLNFOHFUBIVJQFOFSBQBOQFSTBNBBOHFSBLQBSBCPMBEBMBNLFIJEVQ
BOTFIBSJIBSJ QFSIBUJLBODPOUPICFSJLVU

Cont o h
#VGGPO NFMBLVLBO UFOEBOHBO HBXBOH  TF C LFUJOHHJBO NBLTJNVN ZBOH EJDBQBJ
IJOHHB CPMB NFMFTBU EFOHBO LFDFQBUBO   CPMB
LNKBNEBONFNCFOUVLTVEVUPUFSIBEBQ D XBLUV VOUVL NFODBQBJ UJOHHJ NBLTJ
UBOBI+JLBQFSDFQBUBOHSBWJUBTJEJUFNQBUJUV  NVN
BEBMBINT UFOUVLBO E KBSBLNBLTJNVNZBOHEJDBQBJCPMB
F XBLUVZBOHEJQFSMVLBOCPMBVOUVLTBN
B LFDFQBUBOCPMBQBEBTBBUUEFUJL  QBJEJUBOBI

28 Fisika Kelas XI
1FOZFMFTBJBO C 6OUVL NFODBSJ INBY  HVOBLBO QFS
%JLFUBIVJ  TBNBBO
WLNKBN W  TJO  α
 NT  INBY =  
H
αP 
HNT  (TJO
J P )
=
 ⋅ 
%JUBOZBLBO 
 ⋅ ⎛⎜  ⎞⎟

B WUVOUVLUT
= ⎝ ⎠
C INBY

D UINBY
=   N
E YNBY
F UYNBY D 6OUVL NFODBSJ UINBY  HVOBLBO QFS
  TBNBBO
+BXBC W TJO α
 U I NBYB =  
B 6OUVLNFODBSJWUQBEBTBBUUT LJUB H

 QFSMV NFODBSJ WYU EBO WZU UFSMFCJI
 TJO P
 EBIVMV6OUVLJUV HVOBLBOQFSTBNBBO =

 W YU W DPT α     
= T
 =  DPT P 
 
=  E 6OUVL NFODBSJ YNBY  HVOBLBO QFS
  TBNBBO
=  NT
 W  TJO α  
W ZU W TJO α − HU Y NBYB =
H
=  TJO P −    TJO P

 =
=    
 =  TJO P
= −   T
=  N
 ,FDFQBUBO CPMB QBEB TBBU  T EJDBSJ =   N
 EFOHBOCFTBSWFLUPS   
F 6OUVL NFODBSJ UYNBY  HVOBLBO QFS
 WU = YU

+ W ZU 
 TBNBBO
=   
 W TJO α
  U Y NBYB = 
=  +   H
=   T   P
=

 +BEJ  LFDFQBUBO CPMB TFUFMBI  EFUJL
=  T
 BEBMBI NT
 +BEJ  CPMB BLBO TBNQBJ EJ UBOBI MBHJ
 TFUFMBI  EFUJL

Kinematika Partikel 29
 6OUVL NFOHBTBI LPNQFUFOTJ LBMJBO  LFSKBLBO TPBMTPBM QBEB 6KJ
,PNQFUFOTJCFSJLVU

Uji Kompetensi
1. Totti melakukan tendangan bebas sehingga bola melambung
o
dengan membentuk sudut 30 terhadap tanah. Bola tersebut men-
capai jarak terjauh 25 m. Jika percepatan gravitasi di tempat itu 10
2
m/s , Tentukan:
a. kecepatan awal akibat tendangan yang dilakukan.
b. lama bola di udara,
c. koordinat tinggi maksimum bola,
d. kecepatan bola ketika sampai di tanah.

2. Sebuah pesawat pada ketinggian 80 m


menjatuhkan satu karton mie instan un-
tuk membantu korban banjir. Pada saat
itu kecepatan pesawat 30 km/jam. Jika
gesekan udara dan angin diabaikan,
tentukan:
a. jarak jatuhnya karton jika dihitung dari titik tepat di
bawah pesawat,

b. lama karton di udara.

C Gerak Melingkar

 4FCFMVN LJUB NFMBOHLBI MFCJI KBVI  BEB CBJLOZB LBMJBO NFOHJOHBU


LFNCBMJLPOTFQHFSBLNFMJOHLBSZBOHQFSOBIEJQFMBKBSJEJLFMBT9/BI 
VOUVLNFNCBOUVLBMJBONFOHJOHBUNBUFSJHFSBLNFMJOHLBS KBXBCMBIQFS
UBOZBBOQFSUBOZBBOQBEB&VSFLBEJCBXBIJOJ

E ureka
Dengan mencari dari berbagai buku fisika, diskusikan jawaban per-
tanyaan-pertanyaan berikut bersama teman sebangkumu.

1. Apakah pengertian periode, frekuensi, kecepatan linear, kecepatan


sudut, percepatan sentripetal, dan percepatan sudut? Tuliskan pula
rumus setiap besaran tersebut?
2. Persamaan gerak melingkar berubah beraturan dapat dianalogikan
dengan persamaan gerak lurus berubah beraturan. Lengkapilah
tabel analogi persamaan gerak melingkar berubah beraturan dan
gerak lurus berubah beraturan berikut.

30 Fisika Kelas XI
Gerak
Besaran Gerak lurus Besaran Keterangan
melingkar

ωt - ω0
Percepatan ... ... α= a = α ×R
t - t0

s = s0 V0t + Perpindahan
... sudut
1 dt2 ... s = θ ×R
2
Kecepatan vt = . . .
wt = w0 + at
pada saat 2 2 ... s = θ ×R
v t = v 0 + 2as wt = . . .
t detik

Tuliskan jawaban kelompok kalian, kemudian presentasikan di depan


kelompok lainnya dengan bimbingan guru kalian.

 %FOHBO NFMBLVLBO EJTLVTJ CFSTBNB LFMPNQPL LBMJBO QBEB &VSFLB


UFSTFCVU TFEJLJUCBOZBLLBMJBOUFMBINFOHFUBIVJLPOTFQHFSBLNFMJOHLBS
1BEBTVCCBCJOJ LJUBBLBONFNCBIBTQFSTBNBBOHFSBLNFMJOHLBSNFOH
HVOBLBOBOBMJTJTWFLUPS1FSTBNBBOHFSBLNFMJOHLBSZBOHBLBOLJUBCBIBT
BEBMBI QFSTBNBBO HFSBL NFMJOHLBS TFDBSB VNVN /BI  EBSJ QFSTBNBBO
ZBOHLJUBEBQBULBOOBOUJ EJIBSBQLBOLBMJBOEBQBUNFOFSBQLBOOZBQBEB
QFMCBHBJLFBEBBO
 %BMBN NFNCBIBT HFSBL NFMJOHLBS  BEB CFCFSBQB CFTBSBO QFOUJOH 
ZBJUVQPTJTJTVEVU QFSQJOEBIBOTVEVU LFDFQBUBOTVEVU EBOQFSDFQBUBO
TVEVU #BHBJNBOBLBI LJUB NFODBSJ QFSTBNBBO CFTBSBOCFTBSBO UFSTFCVU
EBMBN HFSBL NFMJOHLBS EFOHBO BOBMJTJT WFLUPS  .BSJ LJUB JLVUJ EFOHBO
TBLTBNBQFOKFMBTBOCFSJLVU

 1PTJTJ4VEVUEBO1FSQJOEBIBO4VEVU
 1BEBNBUFSJHFSBLMVSVTEJLFMBT9 LBMJBOUFMBINFNQFMBKBSJQFOHFS " 4
UJBO QFSQJOEBIBO 1FSQJOEBIBO EJBSUJLBO TFCBHBJ QFSVCBIBO LFEVEVLBO
KJLBEJUJOKBVEBSJBDVBOUFSUFOUV#FSEBTBSLBOQFOHFSUJBOJOJ QFSQJOEBI θ0 #
BOTVEVUNFOZBUBLBOQFSVCBIBOQPTJTJTVEVUZBOHEJUFNQVICFOEBZBOH
CFSHFSBLNFMJOHLBS"HBSLBMJBOMFCJINVEBINFNBIBNJQFOHFSUJBOQPTJTJ θ1 Δθ
TVEVUEBOQFSQJOEBIBOTVEVU QFSIBUJLBO(BNCBS θU $
 %BSJHBNCBSUFSTFCVU CFOEBCFSHFSBLNFMJOHLBSEFOHBOKFKBSJMJOH
LBSBO3#FOEBTFNVMBCFSBEBEJUJUJL" TFUFMBICFSHFSBLEBMBNTFMBOH $

XBLUV UFSUFOUV  CFOEB TBNQBJ EJ UJUJL # *OJ CFSBSUJ CFOEB NFOHBMBNJ
Gambar 1.8 Perpindahan
QFSQJOEBIBOZBOHEJOZBUBLBOEFOHBOCVTVS"# T
4FNFOUBSB QFSQJOEBI sudut pada benda yang
BO TVEVU EJOZBUBLBO EFOHBO CFTBS TVEVU θ )VCVOHBO QFSQJOEBIBO T
 bergerak melingkar dinya-
takan sebagai perubahan
EFOHBOQPTJTJTVEVU θ
EJOZBUBLBOEFOHBOQFSTBNBBO posisi sudut (θ).

Kinematika Partikel 31
T eropong Tθ . 3
 
Di kelas IX , kalian telah
 ,FUFSBOHBO
mempelajari cara mencari  TQFSQJOEBIBO N

panjang busur lingkaran. θQFSQJOEBIBOTVEVU SBE

Berdasarkan gambar 1.8,


untuk mencari panjang
 3KFKBSJMJOHLBSBO N

busur AB (s), kita bisa


menggunakan persamaan  1BEB HFSBL MVSVT  QFSQJOEBIBO CFOEB EBMBN TFMBOH XBLUV UFSUFOUV
berikut.
EJTFCVU LFDFQBUBO 4FNFOUBSB QBEB HFSBL NFMJOHLBS  QFSVCBIBO TVEVU
busur AB θ ZBOH EJUFNQVI QBEB TFMBOH XBLUV UFSUFOUV EJTFCVU LFDFQBUBO TVEVU
=
0
keliling lingkaran 360 LFDFQBUBO BOHVMFS #BHBJNBOBLBI QFSTBNBBO LFDFQBUBO TVEVU QBEB
0
dengan 360 = 2 π, maka
CFOEBZBOHNFMBLVLBOHFSBLNFMJOHLBS 6OUVLMFCJIKFMBTOZB TJNBLMBI
QFOKFMBTBOEJCBXBIJOJ
s θ
=
2π R 2π  ,FDFQBUBO4VEVU
 1FSVCBIBO TVEVU QBEB TFMBOH XBLUV UFSUFOUV EJTFCVU LFDFQBUBO
TVEVU,FDFQBUBOTVEVUNFOZBUBLBOLFDFQBUBOCFOEBNFOFNQVITVEVU
UFSUFOUVEBMBNTFMBOHXBLUVUFSUFOUV#BHBJNBOBLBINFODBSJQFSTBNBBO
LFDFQBUBOTVEVUEBSJQFSQJOEBIBOTVEVU *LVUJMBIVSBJBOCFSJLVU

B .FODBSJ1FSTBNBBO,  FDFQBUBO4VEVUEBSJ1PTJTJ4VEVU


 ,BMJBO UFMBI NFNQFMBKBSJ DBSB NFODBSJ QFSTBNBBO LFDFQBUBO EBSJ
WFLUPSQPTJTJ%FOHBODBSBZBOHTBNB LJUBKVHBCJTBNFODBSJQFSTBNBBO
LFDFQBUBOTVEVUEBSJWFLUPSQFSQJOEBIBOTVEVU
 $PCBLBMJBOQFSIBUJLBOHFSBLKBSVNKBNQBEBHBNCBS#FSEBTBS
LBO HBNCBS UFSTFCVU  LJUB NJTBMLBO  LFEVEVLBO KBSVN EBO HBNCBS 
TFNVMBEJBOHLB NJTBMLBOUJUJL"
4FUFMBICFSHFSBL KBSVNNFOVOKVL
BOHLBUFSUFOUV NJTBMLBOUJUJL#
EBONFOFNQVITVEVUθEBMBNXBLUVU
%BSJUJUJL#CFOEBCFSHFSBLLFUJUJL$ NFOFNQVITVEVUθEBMBNXBLUV
Gambar 1.9 Jarum jam U4FUFMBICFSHFSBLTFMBNBXBLUVUPUBMU CFOEBUFMBINFOFNQVITVEVU
bergerak melingkar ber-
aturan. Dalam selang waktu
UPUBMθU
yang sama menempuh sudut  1BEBNBUFSJHFSBLMVSVT LFDFQBUBOEJEFGJOJTJLBOTFCBHBJQFSQJOEBIBO
yang sama. KBSBLCFOEBEBMBNTFMBOHXBLUVUFSUFOUVEBOEJSVNVTLBOTFCBHBJCFSJLVU
 T  
W=
5ips &T r i k  
ΔU

 %BMBN HFSBL NFMJOHLBS QFSQJOEBIBOOZB EJOZBUBLBO EFOHBO QFS


Dalam beberapa soal, QJOEBIBOTVEVU EBOLFDFQBUBOOZBEJOZBUBLBOEFOHBOLFDFQBUBOTVEVU
satuan kecepatan sudut
dapat dinyatakan dalam
#FSEBTBSLBOHBNCBS LFDFQBUBOTVEVUSBUBSBUBEBSJUJUJLBXBMTBNQBJ
rpm (radian per menit) atau UJUJLBLIJS EJSVNVTLBOTFCBHBJ
dalam putaran per menit.
 Δθ 
Yang perlu diperhatikan
ω=
adalah bahwa: ΔU
1 putaran = 2π rad θ − θ θ U − θ
 ω= =
U − U  U − U

32 Fisika Kelas XI
 +BEJ QFSTBNBBOVOUVLNFODBSJLFDFQBUBOTVEVUSBUBSBUBBEBMBI
 θ U − θ 
T eropong
ω= Di kelas X, kalian telah
U − U memelajari gerak meling-
kar. Pada gerak melingkar
ada beberapa persa-
 ,FUFSBOHBO maan yang penting, yaitu
sebagai berikut.
LFDFQBUBOTVEVU SBET

-
UQPTJTJTVEVUQBEBXBLUVU SBE

Periode (T) dan fre-


kue nsi (f).
QPTJTJTVEVUNVMBNVMB SBE

 UXBLUVUFNQVI T
1 1
T= atau f =
f T

 #BHBJNBOBLBI DBSB NFODBSJ WFLUPS LFDFQBUBO TVEVU QBEB TBBU U - Kecepatan linear (V )
,FDFQBUBOTVEVUQBEBTBBUUNFSVQBLBOLFDFQBUBOTVEVUTFTBBU,FDFQBU
r 2π R
BOTVEVUTFTBBUEBQBUEJDBSJEFOHBOQFSTBNBBOCFSJLVU v= = 2π f R
T
 Δθ 
ω = -JN - Kecepatan sudut (ω)
 ΔU → ΔU
r v 2π
r Eθ ω= = = 2π f
ω= R T
EU
- Percepatan sentripetal
(as)
 "SUJ EBSJ QFSTBNBBO UFSTFCVU BEBMBI LFDFQBUBO TVEVU NFSVQBLBO 2
v 2
UVSVOBOEJGGFSFOTJBMEBSJQPTJTJTVEVUUFSIBEBQXBLUV as = =ω R
R
 6OUVLNFNCBOUVQFNBIBNBOLBMJBO QFSIBUJLBODPOUPIEJCBXBI
JOJ

Contoh
1BEB SPEB TFQFEB UFSEBQBU TVBUV UJUJL +BXBC
B 1PTJTJ TVEVU θ = (6 + 8U   U
 SBE

EFOHBO QPTJTJ TVEVU EJOZBUBLBO TFCBHBJ
θ = (6 + 8U   U
 SBE  EFOHBO U EBMBN

 1BEBUT 
TFLPO5FOUVLBO
  θ   U U
SBE

B 1PTJTJTVEVUQBEBUTEBOUT     
  

SBE
C ,FDFQBUBOTVEVUSBUBSBUBEBSJUT     
SBE
 TBNQBJUT  SBE
D ,FDFQBUBOTVEVUQBEBUTEBOUT
1BEBUT
1FOZFMFTBJBO
%JLFUBIVJθ   U U
SBE θ   U U
SBE

%JUBOZBLBO     
  

SBE
B θVOUVLUTEBOUT     
SBE
C ωSBUBSBUBQBEBTFMBOHXBLUVUTBNQBJ  SBE
 UT
D ωVOUVLUTEBOUT

Kinematika Partikel 33
C ,FDFQBUBOTVEVUSBUBSBUBVOUVLTFMBOH Eθ
 XBLUVUTBNQBJUTBEBMBI ω=
EU
 Δθ E + U + U 

ϖ= =
ΔU EU
θ θ =  +  +  ⋅ U

=
U  − U = U
SBET
 
 − 
=
SBET  6OUVLUT NBLB
− ω = +


= SBET   =+
    =SBET
 = SBET  6OUVLUT NBLB
 ω = +
D ,FDFQBUBOTVEVUTFTBBUEJDBSJEFOHBO   =+
 QFSTBNBBOCFSJLVU   =SBET 

C .FODBSJ1PTJTJ4VEVUEBSJ,
 FDFQBUBO4VEVU
 %FOHBODBSBZBOHTBNBTBBUNFODBSJWFLUPSQPTJTJEBSJWFLUPSLFDFQBU
BO LJUBKVHBCJTBNFODBSJQPTJTJTVEVUKJLBLFDFQBUBOTVEVUOZBEJLFUBIVJ
4FDBSBVNVN VOUVLNFODBSJQPTJTJTVEVUQBEBXBLUVU LJUBEBQBUNFOH
HVOBLBOQFSTBNBBOCFSJLVU
 r r r  
  θU = θ + ∫ ω EU
 4FMBJO QPTJTJ TVEVU  LJUB KVHB EBQBU NFODBSJ QFSDFQBUBO TVEVU  KJLB
LFDFQBUBO TVEVUOZB EJLFUBIVJ #BHBJNBOBLBI DBSB NFODBSJ QFSTBNBBO
QFSDFQBUBOTVEVUEBSJLFDFQBUBOTVEVU .BSJLJUBQFMBKBSJNBUFSJCFSJLVU

 1FSDFQBUBO4VEVU
 (FSBL NFMJOHLBS ZBOH NFNQVOZBJ QFSDFQBUBO TVEVU  BEBMBI HFSBL
NFMJOHLBS CFSVCBI CFSBUVSBO -BMV  CBHBJNBOBLBI LBSBLUFSJTUJL HFSBL
NFMJOHLBS CFSVCBI CFSBUVSBO (.##
 ,BSBLUFSJTUJL (.## TBNB
EFOHBOLBSBLUFSJTUJL(-##+JLB QFSDFQBUBOQBEB(-##LPOTUBO TFUJBQ
TBBU  EFNJLJBO QVMB QFSDFQBUBO TVEVU QBEB (.## KVHB LPOTUBO +BEJ 
QBEBQBEB(.##CFSMBLVQFSTBNBBOCFSJLVU
 α = LPOTUBO 

 1FSDFQBUBO TVEVU SBUBSBUB NFOZBUBLBO QFSVCBIBO LFDFQBUBO TVEVU


EBMBNTFMBOHXBLUVUFSUFOUV4FTVBJEFOHBOEFGJOJTJOZB QFSDFQBUBOTVEVU
EJSVNVTLBOTFCBHBJCFSJLVU

34 Fisika Kelas XI
 r 
r Δω Mozaik
  α =
ΔU
r r
r ω U − ω Roller Coaster
α=
U − U Kalian tentu sudah
tidak asing lagi dengan
permainan roller coaster.
 ,FUFSBOHBO Namun, tahukah kalian,
sebuah roller coaster
α =QFSDFQBUBOTVEVU SBET
terbuat dari baja di
Taman Hiburan Cedar
 1FSDFQBUBO TVEVU TFUJBQ TBBU NFSVQBLBO QFSDFQBUBO TVEVU TFTBBU  Point di kota Sandusky,
Ohio memiliki sudut me-
ZBJUVQFSDFQBUBOTVEVUQBEBXBLUVUZBOHEJSVNVTLBO o
nukik 60 dari ketinggian
setara dengan ketinggian
 r 
r Δω bangunan 20 lantai.
 α = -JN Sementara itu, sebuah
ΔU → ΔU
roller coaster melingkar di
r
r Eω Taman Hiburan Six Flags
α= Great Amerika di Gurnee,
EU Illinois, mengangkat para
penumpang sampai
ketinggian 17 tingkat.
 +BEJ  QFSDFQBUBO TVEVU TFTBBU NFSVQBLBO UVSVOBO EBSJ LFDFQBUBO Kemudian, menukik
TVEVU #JTBLBI LJUB NFODBSJ LFDFQBUBO TVEVU  KJLB EJLFUBIVJ QFSDFQBUBO turun dengan kecepatan
TVEVUOZB  110 km/jam, menaiki
lingkaran raksasa yang
 %FOHBODBSBZBOHTBNBQBEBTBBUNFODBSJQFSTBNBBOLFDFQBUBOEBSJ membuat penumpang
QFSDFQBUBO  LJUB EBQBU NFODBSJ LFDFQBUBO TVEVU EBSJ QFSDFQBUBO TVEVU terbalik.
EFOHBOQFSTBNBBOCFSJLVU Wiese, Jim, 2005, hlm.36

 r r r  

ωU = ω + ∫ α EU
 %FOHBO NFOTVCTUJUVTJLBO QFSTBNBBO LFDFQBUBO TVEVU TFCBHBJ UV
SVOBOQPTJTJTVEVU LFNVEJBONFOHJOUFHSBMLBOQFSTBNBBOUFSTFCVU LJUB

EBQBUNFODBSJQPTJTJTVEVUQBEBXBLUVU%FOHBOω = EBOωUTFCBHBJ www.annekaringlass.com

EU
LFDFQBUBOTVEVUTFCBHBJGVOHTJU NBLB

 ωU = ω + α U 

= ω + α U
EU
E θ = ω + α U
EU

 +JLB TFUJBQ SVBT LJUB EJJOUFHSBMLBO  LJUB NFOEBQBULBO QFSTBNBBO


QPTJTJTVEVUQBEBXBLUVUTFCBHBJCFSJLVU
 θU  U
∫ E θ = ∫ ω + α U
EU
θ 
  
 θU − θ = ω U + α U


Kinematika Partikel 35
 
θU = θ + ω U + αU

 
6OUVLNFOBNCBIQFNBIBNBOLBMJBO LFSKBLBO&LTQFEJTJCFSJLVU
E kspedisi
Dengan menganalogikan gerak melingkar 2. Buktikan bahwa dari persamaan
dengan gerak lurus, r
r dω
r α = , kita dapat mencari ke-
r dθ dt
1. Buktikan bahwa dari persamaan ω =
dt cepatan sudut pada waktu t de-
kita dapat mencari posisi sudut pada saat r r r
r r ngan persamaan ωt = ω0 + ∫ α dt .

r
t dengan persamaan θ t = θ0 + ω dt .
Konsultasikan hasil pembuktian kalian
kepada bapak/ibu guru.

 6OUVLNFOHFUBIVJQFOHHVOBBOQFSTBNBBOQFSTBNBBOUFSTFCVU QFS
IBUJLBODPOUPICFSJLVU
Cont o h
4FCVBI UJUJL QBEB SPEB NPCJM ZBOH CFSHF   ω 
  
  
 
SBL NFNQVOZBJ GVOHTJ LFDFQBUBO TVEVU         

ω U
 U U 
SBET6OUVLTFMBOHXBLUVEBSJ      SBET
UTFLPOEBOUTFLPO UFOUVLBOMBI
 4FIJOHHB  QFSDFQBUBO TVEVU SBUBSBUB
B QFSDFQBUBOTVEVUSBUBSBUB
 EBQBUEJDBSJEFOHBOQFSTBNBBO
C QFSDFQBUBOTVEVUBXBM
D QFSDFQBUBOTVEVUEJUTFLPO Δω
α=
E QPTJTJTVEVUQBEBTBBUUTFLPO ΔU
 − 
1FOZFMFTBJBO =

%JLFUBIVJω U
 U  U 
 − 

%JUBOZBLBO =

B αSBUBSBUB
= SBE T
C α
DαUVOUVLU
C 1FSDFQBUBO TVEVU BXBM BEBMBI QFSDFQBU
EθUVOUVLU
 BOTVEVUQBEBTBBUUT
+BXBC
B 6OUVL EBQBU NFODBSJ QFSDFQBUBO TVEVU  Eω  
α=
 SBUBSBUB  LJUB QFSMV NFODBSJ LFDFQBUBO  EU
 TVEVUVOUVLUTEBOUT E U  + U + 

=
ω U
 U U 


 EU
= U + 
 6OUVLUT
ω  
  
  6OUVLU QFSDFQBUBOTVEVUOZBBEBMBI
      
α 
 
   SBET   SBET

36 Fisika Kelas XI
D 1FSDFQBUBOTVEVUQBEBTBBUUT 
 θU θ + ωU + α U  
α 
  
  SBET 
=+ +   
E 1PTJTJ TVEVU QBEB U   T  EBQBU EJDBSJ 
 EFOHBOSVNVTCFSJLVU =  SBE

 6OUVLNFOHFUBIVJTFKBVINBOBLBMJBONFOHVBTBJNBUFSJEJEFQBO 
LFSKBLBO6KJ,PNQFUFOTJCFSJLVU

Uji Kompetensi
1. Seorang anak menaiki komidi putar yang bergerak dengan percepat-
π
an sudut rad/menit2. Jika kecepatan sudut awal 0 rad/menit, dan
4 π
anak berada pada sudut rad dilihat dari penjaga, tentukan:
8

a. persamaan kecepatan sudut yang dialami anak pada waktu t


menit,
b. kecepatan anak setelah bergerak 2 menit,
c. persamaan posisi anak pada waktu t menit,
d. posisi sudut anak setelah bergerak 2 menit.

2. Posisi sudut sebuah titik pada roda dari mobil yang bergerak di-
nyatakan dengan persamaan θ = (4t + 6t + 8t+ 2), dengan t dalam
3 2

sekon dan θ dalam radian. Tentukan :


a. posisi sudut pada t = 0 s dan t = 3 s,
b. kecepatan sudut rata-rata dari t= 0 s sampai t = 3 s,
c. kecepatan sudut pada t = 0 s dan t = 4 s

3. Sebuah titik pada roda mobil yang bergerak mempunyai fungsi ke-
cepatan sudut ω(t) = (6 t + 2t − 3) rad/s. Untuk selang waktu dari t =1
2

sekon dan t = 4 sekon. Tentukan :


a. persamaan posisi sudut setiap waktu,
b. posisi sudut pada saat t = 2 s,
c. percepatan sudut rata-rata,
d. percepatan sudut awal,
e. percepatan sudut pada t = 3 sekon,

Kinematika Partikel 37
Inti Sari
1. Kecepatan rata-rata menyatakan perubahan 7. Pada gerak parabola berlaku persamaan-
vektor posisi dalam selang waktu tertentu. persamaan berikut:
yang dirumuskan:
r r r x t = v 0 t cos α
Δr r -r v xt = v x0 = v 0 cos α
r
v rata-rata = = 2 1 1 2
Δt t2 - t1 y t = v 0 t sin α − gt v yt = (v 0 sin α)) gt
2
2. Kecepatan sesaat menyatakan kecepatan
8. Kecepatan sudut rata-rata menyatakan pe-
benda pada selang waktu sangat pendek (Δt
rubahan sudut pada selang waktu tertentu.,
mendekati 0). Secara matematis, kecepatan
dan dituliskan sebagai berikut.
sesaat dapat dituliskan sebagai berikut.
r Δθ θ2 θ1
r dr ω= =
v sesaat = Δt t2 - t1
dt

3. Persamaan vektor posisi pada waktu tertentu 9. Percepatan sudut rata-rata menyatakan
dapat dicari dari persamaan vektor kecepat- perubahan kecepatan sudut pada selang
an dengan persamaan: waktu sangat pendek (Δt mendekati 0), dan
dituliskan sebagai berikut.
r r t r
rt = r0 + ∫ v dt Δω ω2 ω1
0 α= =
Δt t2 - t1
4. Percepatan rata-rata menyatakan perubah-
an kecepatan pada selang waktu tertentu. 10. Percepatan sudut sesaat menyatakan per-
Secara matematis, dituliskan sebagai berikut. cepatan pada selang waktu sangat pendek
r r r
r Δv v -v (Δt mendekati 0), dan dituliskan sebagai
arata-rata = = 2 1 berikut.
Δt t2 - t1

α=
5. Percepatan sesaat menyatakan percepatan dt
benda pada selang waktu sangat pendek (Δt
mendekati 0). Secara matematis, dituliskan 11. Posisi sudut dapat dicari dari fungsi kecepat-
sebagai berikut. an sudut dengan persamaan berikut.
r t
r dv
asesaat = θt θ0 + ∫ ω dt
dt 0

6. Vektor kecepatan dapat dicari dari vektor per- 12. Kecepatan sudut dapat dicari dari fungsi per-
cepatan menggunakan persamaan: cepatan sudut dengan persamaan berikut.
U ur
r r t
v = v 0 + ∫ a dt ωt = ω0 + ∫ α dt

0

T elaah Istilah
Differensial Turunan fungsi Percepatan sudut Perubahan kecepatan sudut
dalam selang waktu tertentu
Integral Kebalikan dari differensial
Perpindahan sudut Besar sudut yang ditempuh
Kecepatan sudut Perubahan perpindahan sudut
dalam selang waktu tertentu Vektor posisi Kedudukan benda ditinjau dari pusat
koordinat

38 Fisika Kelas XI
Ulangan Harian

r
" 1JMJIMBIKBXBCBOZBOHQBMJOHUFQBU NBBO S = U  − U  +   S EBMBN NFUFS
EBOUEBMBNTFLPO,FDFQBUBOTFQFEBNPUPS
QBEBTBBUUEFUJLBEBMBI
 4FCVBI QJHVSB UFSMFUBL UFQBU EJ UFOHBI
B NT   E NT
UFOHBIEJOEJOHCFSVLVSBON¨N+JLB
C NT   F NT
EJUJOKBV EBSJ TVEVU LBOBO CBXBI  WFLUPS
D NT
QPTJTJQJHVSBUFSTFCVUEJOZBUBLBOEFOHBO
r  4FCVBIQBSUJLFMCFSHFSBLEFOHBOQFSTBNBBO
B S =   J +   K  r
S = U  − U + 
N 1FSDFQBUBO QBEB TBBU
r
C S = −  J +   K  UTBEBMBI
   
r B NT E NT
D S =   J +   K    
r C NT F NT
E S = −  J +   K  D NT
r
F S = −  J −   K   7FLUPS QPTJTJ TVBUV CFOEB EJCFSJLBO PMFI
r
 4FCVBI CFOEB CFSHFSBL EBSJ UJUJL 1  
 S = \ U  − U + 
J + U
K ^ N #FTBS QFS
NFOVKV UJUJL 2  
 7FLUPS QFSQJOEBIBO QJOEBIBOCFOEBEBSJUTTBNQBJUT
CFOEBUFSTFCVUBEBMBI BEBMBIN
B  J +  K    E − J −  K  B     E 
C − J −  K   F − J −  K  C     F 
D  D   
 4FTFPSBOH NFMJIBU TFCVBI NPCJM UFQBU EJ  1FSIBUJLBOHSBGJL W LNKBN

TFCFMBI UJNVS QBEB KBSBL  N  EFUJL QFSKBMBOBOLFSFUB


LFNVEJBO  PSBOH UFSTFCVU NFMJIBU NPCJM BQJ EBSJ TUBTJVO  # $
% &
CFSBEB EJ TFCFMBI TFMBUBO QBEB KBSBL  ZBOHTBUVLFTUB 
N EBSJ UFNQBUOZB CFSEJSJ +JLB BSBI VUBSB TJVOZBOHMBJOEJ '
NFOVOKVLLBOBSBITVNCVZ EBOBSBIUJNVS TBNQJOH#FSEB "         UKBN
NFOVOKVLLBOBSBITVNCVY QFSTBNBBOLF TBSLBO HSBGJL
DFQBUBOEBOCFTBSLFDFQBUBONPCJMUFSTFCVU UFSTFCVU  LFSFUB NFOFNQVI KBSBL UFSKBVI
BEBMBI QBEBQFSKBMBOBOEBSJ
r
B W = − J −  K WNT  B "LF#   E %LF&
r  C #LF$   F &LF'
C W = − J −  WNT
r  D $LF%
D W = − J +  K WNT
r  (SBGJLEJTBNQJOHJOJ W
E W = − J +  K WNT
r NFOVOKVLLBO QFS
F W = − J −  K WNT KBMBOBOTFCVBINPCJM
W

#FSEBTBSLBO HSBGJL TWU


 4FCVBITFQFEBNPUPSCFSHFSBLEBSJLFBEBBO UFSTFCVU  LFDFQBUBO
EJBNQBEBMJOUBTBOMVSVT1PTJTJTFQFEBNP NPCJMTBBUQBEBU
UPS TFUJBQ XBLUV EJOZBUBLBO EFOHBO QFSTB   U
NFOJUBEBMBILNT

Kinematika Partikel 39
B     E  B     E 
C     F  C     F 
D  D 
 #FSEBTBSLBOHBNCBSHSBGJLEJCBXBI KBSBL  1PTJTJ TVEVU QFOUJM QBEB SPEB TFQFEB ZBOH
ZBOHEJUFNQVITFUFMBIKBNBEBMBI CFSKBMBO  EJOZBUBLBO EFOHBO QFSTBNBBO
W LNKBN
θ   U U
SBE NBLB
B  LN 
 QPTJTJTVEVUQBEBUTBEBMBISBE
C  LN  
 LFDFQBUBOTVEVUQBEBUTBEBMBI
D  LN SBET
E LN  
 QFSDFQBUBO TVEVU QBEB U   BEBMBI 
F LN SBET
   U KBN

 QFSDFQBUBOTVEVULPOTUBO
 1FSOZBUBBOZBOHCFOBSBEBMBIQFSOZBUB
 1FSIBUJLBO HSBGJL W NT

BOOPNPS
WU EJ TBNQJOH
B 
 
EBO 

#FSEBTBSLBO HBN 
C 
 
EBO 

CBS HSBGJL UFSTFCVU


D 
 
EBO 

HFSBL QBEB TFMBOH 


E 
EBO 

XBLUVTBNQBJ
F 
EBO 

EFUJL  NFSVQBLBO "   U T

  4FPSBOH BOBL NFNVUBS CBUV ZBOH EJJLBU


B HFSBLMVSVTEJQFSDFQBUEFOHBOQFSDFQBU EFOHBO UBMJ 4FUJBQ EFUJL CBUV UFSTFCVU

BONT NFOFNQVITVEVUTFTVBJEFOHBOQFSTBNBBO
C HFSBLMVSVTEJQFSDFQBUEFOHBOLFDFQBU  
θ = U  +
π SBE #FTBS LFDFQBUBO TVEVU
BONT  
D HFSBL MVSVT EJQFSMBNCBU EFOHBO QFS QBEBEFUJLLFUJHBBEBMBI
MBNCBUBONT 

E HFSBL MVSVT EJQFSMBNCBU EFOHBO QFS B SBET   E π SBET
MBNCBUBO NT  
F HFSBLMVSVTCFSBUVSBOEFOHBOLFDFQBUBO 
C πSBET  F π SBET
UFUBQNT 
 1FMVSV"EBO#EJUFNCBLLBOEBSJTFOBQBO 
D  SBET
ZBOH TBNB PMFI TFPSBOH UFOUBSB 1FMVSV 
" EJUFNCBLLBO EFOHBO TVEVU P EBO  ,FDFQBUBO TVEVU TVBUV CFOEB EJOZBUBLBO
QFMVSV # EJUFNCBLLBO EFOHBO TVEVU P TFCBHBJω  U  U 
SBET NBLBQFS
1FSCBOEJOHBO UJOHHJ NBLTJNVN ZBOH EJ DFQBUBOTVEVUQBEBTBBUUTBEBMBI
DBQBJQFMVSV"EFOHBOQFMVSV#BEBMBI SBET
B    E     B     E 
C    F     C     F 
D 
D 
 1BEB TFCVBI HBTJOH UFSEBQBU TFCVBI UJUJL
 4FCVBIFNCFSNFNQVOZBJMVCBOHDNEJ ,FUJLBCBSVCFSQVUBS LFDFQBUBOTVEVUUJUJL
BUBTBMBTOZB,FUJLBFNCFSEJJTJBJS BJSNF UFSTFCVUBEBMBIQVUBSBOUJBQEFUJL4FNB
NBODBSEBSJMVCBOHUFSTFCVU+JLBBJSNFO LJO MBNB CFSQVUBS  LFDFQBUBOOZB TFNBLJO
DBQBJKBSBLDNEBSJFNCFS LFDFQBUBOBJS
TBBULFMVBSEBSJMVCBOHBEBMBINT

40 Fisika Kelas XI

CFSLVSBOH EFOHBO QFSTBNBBO α = πU B     E 
 C     F 
SBET-BNBHBTJOHCFSQVUBSBEBMBI D 
B   T    E   T 
 %VBCVBISPEBEJIVCVOHLBOEFOHBOSBOUBJ
C   T    F  T +JLBQFSCBOEJOHBOKFKBSJSPEB*EBOSPEB**
D   T  BEBMBI     EBO SPEB * CFSQVUBS EFOHBO
QFSTBNBBO LFDFQBUBO TVEVU ω  U  

 4FTFPSBOH NFOHHFMJOEJOHLBO SPEB CFSKFKBSJ


SBET NBLBQFSDFQBUBOTVEVUSPEB**QBEB
DNEBSJLFBEBBOEJBNQBEBMJOUBTBONJ
TBBUUEFUJLBEBMBISBET
SJOH"LJCBUOZB SPEBNFOHBMBNJQFSDFQBU   
 B SBET E SBET
BO MJOFBS  NT %BMBN XBLUV U EFUJL 
C SBET  
 F SBET
SPEB UFSTFCVU  NFOFNQVI KBSBL  NFUFS 
 D SBET
,FDFQBUBO TVEVU TFCVBI UJUJL EJ SPEB QBEB
TBBUUBEBMBI
B SBET   E NT # +BXBCMBIQFSUBOZBBOCFSJLVUEFOHBOCFOBS
C NT   F SBET
 4FFLPSLVDJOHCFSHFSBLEBSJLFBEBBOEJBN
D SBET
+JLB EJUJOKBV EBSJ TVBUV UFNQBU  LVDJOH
 4FCVBIUJUJLCFSBEBEJLJODJSBOHJONBJOBO UFSTFCVU TFNVMB CFSBEB QBEB LPPSEJOBU
ZBOHUFSQBTBOHEJCFDBL,FUJLBCFDBLNF −  
 -JNB EFUJL LFNVEJBO  LVDJOH
MBKV EJ KBMBO NFOVSVO  LJODJS NFOHBMBNJ CFSBEBQBEBLPPSEJOBU  −
5FOUVLBO
 B WFLUPS QPTJTJ NVMBNVMB EBO WFLUPS
QFSDFQBUBO π  SBET  4FCFMVN NFOVSVO 

 QPTJTJBLIJS
LFDFQBUBO QVUBSBO LJODJS EJOZBUBLBO EF C WFLUPS QFSQJOEBIBO EBO CFTBS QFSQJO
 EBIBO
OHBOQFSTBNBBOω = π U SBET+JLBQPTJTJ D WFLUPS LFDFQBUBO EBO CFTBS LFDFQBUBO

 QBEBTBBUUT
TVEVU UJUJL TFNVMB BEBMBI π  SBE  QPTJTJ
 E LFDFQBUBOSBUBSBUB
TVEVUQBEBTBBUUEJOZBUBLBOEFOHBOQFSTB  4FCVBI UPOHLBU EJMFNQBS LF BUBT EFOHBO
r
NBBOSBE QFSTBNBBOMJOUBTBO Z =  − U 
NFUFS
 B )JUVOHMBILFDFQBUBOUPOHLBUQBEBTBBU
B θU = π U 
 UEFUJL
  C 5FOUVLBO XBLUV VOUVL NFODBQBJ UJUJL
C θU = π + π U  UFSUJOHHJ
 
D )JUVOHMBI QFSMBNCBUBO ZBOH EJBMBNJ
   UPOHLBU
D θU = π U  + π U + π 
   E )JUVOHMBILFUJOHHJBONBLTJNVNZBOH
    EJDBQBJUPOHLBUUFSTFCVU
E θU = π U + π U + π 
    "GJGBI QFSHJ LF UPLP CVLV EFOHBO NF
  OHFOEBSBJTFQFEBNPUPS*BCFSBOHLBUQVLVM
F θU = π U + π
    8*# 4BBU CBSV CFSKBMBO  JB NFMJ
IBU TQFEPNFUFS NFOVOKVLLBO BOHLB 
 1FSDFQBUBO TVEVU TVBUV CFOEB EJOZBUBLBO LNKBN  NFOJU LFNVEJBO  TQFEPNFUFS
TFCBHBJ α = U + 
 SBET +JLB EJUFUBQLBO NFOVOKVL BOHLB  LNKBN ,BSFOB EJ
ωEBOθ OJMBJOZBOPM NBLBQFSTBNBBOQP EFQBOOZB BEB MBNQV NFSBI  JB NFOHFSFN
TJTJTVEVUQBEBTBBUUTBEBMBISBE NPUPSOZBTFDBSBNFOEBEBL EBOJBCFSIFOUJ

Kinematika Partikel 41
TFMBNBNFOJUEJUFNQBUJUV,FNVEJBO JB  "SNBO TFEBOH NFOHFOEBSBJ TFQFEB .VMB
NFOFSVTLBOQFSKBMBOBO%BSJMBNQVNFSBI NVMBJBNFOHBZVITFQFEBEFOHBOLFDFQBUBO
UFSTFCVU  JB NFMBKV EFOHBO LFDFQBUBO ZBOH QVUBSBO HJS EFQBO  QVUBSBO UJBQ NFOJU
UFSVT CFSUBNCBI TFDBSB LPOTUBO TFMBNB  4FUJBQEFUJL JBNFOBNCBILFDFQBUBOLB
NFOJU4FUFMBIJUV JBNFMBKVEFOHBOLFDFQBU ZVIBOOZB TFIJOHHBQVUBSBOHJSEFQBOCFS
BO LPOTUBO  LNKBN TFMBNB  NFOJU  UBNCBIQVUBSBO*BNFMBLVLBOJUVTFMBNB
EBO TBNQBJ EJ UVKVBO #FSEBTBSLBO DFSJUB NFOJU+JLBQFSCBOEJOHBOKFKBSJBOUBSBHJS
UFSTFCVU UFOUVLBO EFQBO HJSCFMBLBOH EBOSPEBTFQFEBBEBMBI
B HBNCBS HSBGJL GVOHTJ LFDFQBUBO UFSIB  UFOUVLBO
EBQXBLUV B QFSTBNBBO LFDFQBUBO TVEVU HJS EFQBO
C XBLUV LFUJLB "GJGBI TBNQBJ EJ UPLP EBMBNSBET
CVLV C CFTBS LFDFQBUBO TVEVU QBEB TBBU U  
D KBSBLZBOHEJUFNQVI"GJGBI NFOJU
 4FCVBI QFSBIV BLBO NFOZFCFSBOHJ TVOHBJ D LFDFQBUBO TVEVU SPEB CFMBLBOH QBEB
ZBOH NFNQVOZBJ BSVT EFOHBO LFDFQBUBO TBBUUNFOJU
 LNKBN 4FTFPSBOH NFOVOHHV QFSBIV E KBSBL ZBOH EJUFNQVI TFQFEB EBMBN 
UFSTFCVU UFQBU EJ TFCFSBOH TVOHBJ TBUV  NFOJUUFSTFCVU
HBSJT MVSVT EFOHBO QFSBIV
 +JLB LFDFQBUBO  4FCVBI UJUJL UFSMFUBL QBEB TVBUV SPEB ZBOH
QFSBIVLNKBNEBOMFCBSTVOHBJN  CFSHFSBL NFMJOHLBS ,FDFQBUBO TVEVU SPEB
EFOHBOTVEVUCFSBQBLBIUVLBOHQFSBIVIB UFSTFCVU EJOZBUBLBO EFOHBO QFSTBNBBO
SVTNFOHBSBILBOQFSBIVOZBBHBSUJCBUFQBU ω U
= U  U + 
6OUVLTFMBOHXBLUVEBSJ
QBEBPSBOHZBOHNFOVOHHVOZB +JLBUVLBOH UTFLPOTBNQBJUTFLPO UFOUVLBO
QFSBIVNFOHBSBILBOQFSBIVOZBUFHBLMVSVT  B QFSDFQBUBOTVEVUSBUBSBUB
CFSBQBLBIKBSBLZBOHIBSVTEJUFNQVIPSBOH C QFSDFQBUBOTVEVUBXBM
ZBO NFOVOHHV VOUVL NFOFNVLBO QFSBIV D QFSDFQBUBOTVEVUUJUJLUTFLPO
JUV 1FSIBUJLBOHBNCBS  E QFSTBNBBOQPTJTJTVEVUUJUJLQBEBTBBUU
 F QPTJTJTVEVUQBEBTBBUUT
LNKBN  1BEB MJOUBTBO CFSCFOUVL MJOHLBSBO  TFCVBI
SPMMFS DPBTUFS CFSHFSBL EFOHBO QFSDFQBUBO
N

TVEVU TFTVBJ EFOHBO QFSTBNBBO α = π U
LNKBN 
θ 
SBET +JLBLFDFQBUBOTVEVUBXBMLFUJLBNV
 5VOKVLLBO CBIXB KJLB EVB QFMVSV EJUFN MBJ NBTVL MJOUBTBO UFSTFCVU EJOZBUBLBO EF
CBLLBO EFOHBO LFDFQBUBO BXBM TBNB EBO 
OHBOQFSTBNBBO ω = π U SBET5FOUVLBO
NFNCFOUVLTVEVUαEBO−α BLBOKBUVI 
EJUFNQBUZBOHTBNB5VOKVLLBOQVMBCBIXB B 1FSDFQBUBOTVEVUSBUBSBUBQBEBTFMBOH
EFOHBO NFOFNCBLLBO QFMVSV QBEB TVEVU  XBLUVUTTBNQBJUT
P  QFMVSV BLBO NFODBQBJ KBSBL ZBOH QB C LFDFQBUBOTVEVUQBEBTBBUUT
MJOH KBVI KJLB EJCBOEJOHLBO EFOHBO TVEVU D QPTJTJTVEVUQBEBTBBUUT
UFNCBLZBOHMBJO  4FCVBI CBUV EJJLBU EFOHBO UBMJ TFQBOKBOH
 4FPSBOH QFOKBHB NFOBNCBI LFDFQBUBO LP DN LFNVEJBOEJQVUBS,FDFQBUBOTVEVU
NJEJ QVUBS TFCBOZBL  QVUBSBO QFS NFOJU TFNVMB BEBMBI π SBET  EFUJL LFNVEJBO
4FCFMVNEJQFSDFQBU LPNJEJQVUBSCFSQVUBS LFDFQBUBOTVEVUOZBNFOKBEJQVUBSBOQFS
TFCBOZBL  QVUBSBO QFS NFOJU 5FOUVLBO EFUJL5FOUVLBO QFSDFQBUBO TVEVU ZBOH EJ
LFDFQBUBOTVEVULPNJEJQVUBSUFSTFCVU CFSJLBO

42 Fisika Kelas XI
#BC
**
(SBWJUBTJEBO
(BZB1FHBT

dok. PIM

4 FMBNB JOJ  LJUB NFOHBOHHBQ CBIXB NBUBIBSJ CFSHFSBL EBSJ UJNVS LF CBSBU
#FOBSLBI BOHHBQBO UFSTFCVU  .FNBOH EJ NBUB LJUB UFSMJIBU TFPMBIPMBI
NBUBIBSJ CFSHFSBL EBSJ UJNVS LF CBSBU 1BEBIBM TFCFOBSOZB CVNJ LJUBMBI ZBOH
CFSHFSBL NFOHFMJMJOHJ NBUBIBSJ EBSJ CBSBU LF UJNVS #VLBO IBOZB CVNJ  UFUBQJ
QMBOFUQMBOFUMBJOKVHBCFSHFSBLNFOHFMJMJOHJNBUBIBSJ-BMVBQBLBIZBOHNFOZF
CBCLBOCVNJEBOQMBOFUQMBOFUUFSVTCFSHFSBLNFOHFMJMJOHJNBUBIBSJ 5FNVLBO
KBXBCBOOZBQBEBVSBJBONBUFSJEJCBCJOJ

Gravitasi dan Gaya Pegas 43


 #FSHFSBLOZB QMBOFUQMBOFU NFOHFMJMJOHJ NBUBIBSJ UJEBL UFSMFQBT EBSJ

,ata
Kunci
QFOHBSVIHBZBUBSJLNBUBIBSJ(BZBUBSJLJOJEJTFCVUHBZBHSBWJUBTJ4FUFMBI
NFNQFMBKBSJNBUFSJEJCBCJOJ LBMJBOEJIBSBQLBONBNQVNFOHFOBMEBO
NFOKFMBTLBO QFOHFSUJBO HSBWJUBTJ EBO QFSBOBOOZB EBMBN NFOKBHB LFTF
JNCBOHBO BMBN %J CBC JOJ  LJUB BLBO NFNCBIBT QFOHBSVI HBZB HSBWJ
• Gravitasi UBTJUFSIBEBQHFSBLQMBOFUEBMBNNFOHFMJMJOHJNBUBIBSJEBOHFSBLTBUFMJU
• Medan gravitasi NFOHFMJMJOHJCVNJ4FMBJOJUV LBMJBOEJBKBLVOUVLNFOFMVTVSJLFUFSLBJUBO
• Elastisitas HSBWJUBTJEFOHBO)VLVN/FXUPO
• Modulus elastisitas  4FMBJONFNCBIBTHSBWJUBTJEBOHFSBLQMBOFU LJUBKVHBBLBONFNCBIBT
• Konstanta pegas QFHBT%FOHBOQFOHBNBUBOEBOQFOHBMBNBOZBOHEJNJMJLJ LBMJBOEJIBSBQ
• Momen inersia
LBONBNQVNFNCFSJLBODPOUPICFCFSBQBBMBUZBOHNFOHHVOBLBOQFHBT
• Gerak harmonis sederhana
,BMJBO KVHB BLBO EJCJNCJOH NFMBLVLBO FLTQFSJNFO TFEFSIBOB VOUVL
NFOFOUVLBOLBJUBOHBZBQFHBTEFOHBOTJGBUFMBTUJTOZB4FUFMBIJUV LBMJBO
• Grafik sinusoidal
EJBSBILBOBHBSNBNQVNFOHBOBMJTJTHFSBLCFOEBEJCBXBIQFOHBSVIHBZB
QFHBTEBOKVHBDBSBLFSKBCFCFSBQBBMBUZBOHNFOHHVOBLBOQFHBT5FSBLIJS 
LBMJBOBLBONFODPCBNFOHBOBMJTJTIVCVOHBOHBZBQFHBTEFOHBOHFUBSBO
BUBVHFMPNCBOH

A Gravitasi

 6OUVLNFNVMBJCBCJOJ QFSIBUJLBOCFOEBZBOHEJMFQBTLBOEBSJLF
UJOHHJBOUFSUFOUV"QBZBOHUFSKBEJ #FOEBUFSTFCVUBLBOKBUVIUFHBLMVSVT
LFCBXBIBLJCBUHBZBHSBWJUBTJCVNJ(BZBHSBWJUBTJNFNFHBOHQFSBOBO
QFOUJOHCBHJLFIJEVQBOEJBMBNTFNFTUB,JUBEBQBUCFSEJSJBUBVNFMBLV
LBO BLUJWJUBT TFIBSJIBSJ EJ QFSNVLBBO CVNJ EJTFCBCLBO BEBOZB HBZB
HSBWJUBTJCVNJ-FCJIMVBTMBHJ CVNJZBOHLJUBUFNQBUJJOJKVHBUFSQFOHB
SVIHBZBHSBWJUBTJNBUBIBSJ(BZBHSBWJUBTJJOJMBIZBOHNFNQFSUBIBOLBO
CVNJ UFUBQ NFOHFMJMJOHJ NBUBIBSJ 5BOQB HBZB HSBWJUBTJ  LJUB NVOHLJO
UJEBLNFOHFOBMTJBOH NBMBN IBSJ CVMBO BUBVUBIVO+JLBHBZBHSBWJUBTJ
JOJNFOHIJMBOH BMBNTFNFTUBJOJNVOHLJOBLBOIBODVS"QBLBIQFOHFS
UJBOHBZBHSBWJUBTJ -BMV CBHBJNBOBLBIHBZBHSBWJUBTJJOJNFOKBHBLFUFS
BUVSBOBMBNTFNFTUB 

.BUBIBSJ Gambar 2.1


:VQJUFS Planet-
planet
.FSLVSJVT #VNJ
mengelilingi
/FQUVOVT matahari
.BST 6SBOVT
7FOVT 4BUVSOVT akibat gaya
gravitasi
antara
matahari
dan planet.
www.ioncmaste.ca

 %J LFMBT 9 TFNFTUFS   LBMJBO UFMBI NFNQFMBKBSJ )VLVNIVLVN


/FXUPOEBOHFSBLNFMJOHLBS,FEVBIBMUFSTFCVUCFSLBJUBOFSBUEFOHBO
NBUFSJ ZBOH BLBO LJUB CBIBT /BI  VOUVL NFNCBOUV LBMJBO NFOHJOHBU
LFNCBMJ)VLVNIVLVN/FXUPOEBOHFSBLNFMJOHLBS EJTLVTJLBOKBXBC
BOQFSUBOZBBOQFSUBOZBBOQBEB&VSFLBCFSJLVUJOJ

44 Fisika Kelas XI
E ureka Mozaik
Diskusikan bersama teman sebangku kalian, jawaban pertanyaan berikut.
1. Sebutkan dan jelaskan bunyi Hukum-Hukum Newton tentang gerak
benda.
2. Dalam gerak melingkar, kita mengenal besaran gaya sentri-
petal dan percepatan sentripetal. Jelaskan dan tuliskan persamaan
kedua besaran tersebut.
3. Kita dapat melihat televisi karena ada satelit. Satelit buatan telah
banyak membantu manusia. Coba kalian sebutkan beberapa man-
faat satelit.
Tuliskan hasil diskusi kalian, kemudian presentasikan di depan kelas
www. horaz. com
dengan arahan dari guru.
Sir Isaac Newton (1643-
1727) adalah ilmuwan
 1FOHVBTBONBUFSJHFSBLNFMJOHLBSEBO)VLVN/FXUPONFSVQBLBO berkebangsaan Inggris.
NPEBMVOUVLNFNQFMBKBSJNBUFSJEJCBCJOJ6OUVLJUV KJLBCFMVNJOHBU Ia dikenal sebagai ahli
matematika, fisika, dan
CFOBSNBUFSJUFSTFCVU BEBCBJLOZBLBMJBONFNCVLBLFNCBMJNBUFSJHFSBL filsafat. Dua karyanya yang
NFMJOHLBSEBO)VLVN/FXUPO terkenal adalah Principia
 1FSOBILBI LBMJBO NFOEFOHBS DFSJUB UFOUBOH TFPSBOH GJTJLBXBO ZBOH dan Optika. Ia mengemu-
kakan tiga hukum tentang
UFSLFOBMIBOZBLBSFOBCVBIBQFMZBOHKBUVI 'JTJLBXBOJUVBEBMBI4JS*TBBD gerak benda. Selain itu, ia
/FXUPO,FUJLBNFMJIBUCVBIBUBVCFOEBKBUVIEBSJLFUJOHHJBOUFSUFOUV  juga mengemukaan hukum
LJUBBUBVTFCBHJBOPSBOHNVOHLJOIBOZBNFOHBOHHBQTFTVBUVZBOHCJBTB Gravitasi Universal.

"LBOUFUBQJCBHJPSBOHTFQFSUJ/FXUPO JOJNFSVQBLBOQFSJTUJXBMVBSCJBTB Setyawan, LIlik Hidayat,


 *BLFNVEJBONFODBSJUBIVQFOZFCBCKBUVIOZBCFOEBLFCBXBIBUBV 2004, hlm.120

LFQVTBUCVNJ4FUFMBINFMBMVJQSPTFTQBOKBOHEBOUJEBLLFOBMNFOZFSBI 
JB BLIJSOZB NFOFNVLBO )VLVN (SBWJUBTJ /FXUPO ZBOH NFOHHFQBS
LBOEVOJB#BHBJNBOBLBI/FXUPONFOKFMBTLBOQFOZFCBCKBUVIOZBBQFM
EFOHBO)VLVN(SBWJUBTJOZB *LVUJMBIQFOKFMBTBOCFSJLVUEFOHBOTBLTBNB

 )VLVN(SBWJUBTJ/FXUPO
 (BZBHSBWJUBTJNFOZBUBLBOHBZBUBSJLEVBCFOEBZBOHCFSJOUFSBLTJ
.JTBMOZB .BUBIBSJ EFOHBO QMBOFU  CJOUBOH EFOHBO CJOUBOH MBJO  CVNJ
EFOHBO CVMBO  CVNJ EFOHBO CFOEB  CVLV EFOHBO CVLV EJ TBNQJOHOZB 
BUBV CFOEB EFOHBO CFOEB MBJOOZB ZBOH CFSBEB QBEB KBSBL UFSUFOUV *OJ
CFSBSUJ HBZB HSBWJUBTJ CFSMBLV QBEB TFNVB CFOEB BUBV CFSTJGBU VOJWFSTBM
#FTBSOZB HBZB HSBWJUBTJ BOUBSB EVB CVBI CFOEB UFMBI EJSVNVTLBO PMFI
/FXUPOEFOHBO)VLVN(SBWJUBTJOZB
 )VLVN (SBWJUBTJ /FXUPO NFOZBUBLBO CBIXB TFUJBQ CFOEB BUBV Gambar 2.2 Dua benda
bermassa yang terpisah pada
QBSUJLFM NFOBSJL CFOEB BUBV QBSUJLFM MBJO EFOHBO HBZB ZBOH TFCBOEJOH jarak tertentu sebenarnya
tarik-menarik dengan gaya
EFOHBO QFSLBMJBO NBTTB LFEVB CFOEB EBO CFSCBOEJOH UFSCBMJL EFOHBO tertentu.
LVBESBUKBSBLZBOHNFNJTBILBOLFEVBOZB

Gravitasi dan Gaya Pegas 45


 (BZB HSBWJUBTJ CFLFSKB TFQBOKBOH HBSJT ZBOH NFOHIVCVOHLBO LF
EVBOZB4FDBSBNBUFNBUJT )VLVN(SBWJUBTJ/FXUPOEJUVMJTLBOEFOHBO
QFSTBNBBO 
 N s N     
'H  (   

3

  ,FUFSBOHBO
  'H CFTBSHBZBHSBWJUBTJ /

  NNBTTBCFOEBQFSUBNB LH

  N NBTTBCFOEBLFEVB LH

  3KBSBLLFEVBCFOEB N

  (LPOTUBOUBHSBWJUBTJVNVN
    ×NLHrT
 /BNVO QFSMVEJJOHBUCBIXBCFCFSBQBCFOEBUJEBLIBOZBCFSJOUFSBLTJ
T eropong EFOHBO TBUV CFOEB TBKB *OJ CFSBSUJ TFCVBI CFOEB CJTB UFSQFOHBSVI PMFI
HBZBHSBWJUBTJEBSJCFCFSBQBCFOEBEJTFLJUBSOZB,BMJBOUFMBINFOHFUBIVJ
Di kelas X semester 1,
kalian telah mempelaja- CBIXBHBZBNFSVQBLBOCFTBSBOWFLUPS*OJCFSBSUJHBZBHSBWJUBTJUPUBMQBEB
ri sifat penjumlahan vek- TFCVBI CFOEB NFSVQBLBO QFOKVNMBIBO WFLUPS EBSJ HBZB HSBWJUBTJ ZBOH
tor. Dalam penjumlahan
EJTFCBCLBO PMFI CFOEBCFOEB ZBOH CFSJOUFSBLTJ EFOHBOOZB 1FSOZBUBBO
vektor, arah vektor harus
diperhatikan. Jika dua JOJEBQBUEJUVMJTLBOEBMBNCFOUVLQFSTBNBBO
r
buah vektor, misalnya a
r
dan b membentuk sudut  r v r r  
α, kita bisa mencari be-  'HUPU  'H 'H  'HO
sar penjumlahan kedua
vektor tersebut dengan
persamaan,
 ,FUFSBOHBO
r
r r  'HUPU HBZBHSBWJUBTJUPUBM
a+b= a2 +b2 -2ab cos α r r r
 ' H ' H ' HOHBZBHSBWJUBTJBLJCBUCFOEB  EBOO
 #BHBJNBOBLBIQFOFSBQBOQFSTBNBBOUFSTFCVU 1FSIBUJLBODPOUPIEJ
CBXBIJOJ
Cont o h
 %VB CVBI CPMB " EBO # NBTJOHNBTJOH 6OUVL NFODBSJ CFTBSOZB HBZB HSBWJUBTJ ZBOH
CFSNBTTB   LH EBO  LH UFSQJTBI QBEB EJBMBNJ CFOEB " BLJCBU CFOEB # '"#
 BUBV
KBSBL  DN 5FOUVLBO CFTBSOZB HBZB HBZB HSBWJUBTJ ZBOH EJBMBNJ CFOEB # BLJCBU
HSBWJUBTJZBOHEJBMBNJLFEVBCFOEB CFOEB" '#"
LJUBEBQBUNFOHHVOBLBOQFSTB
 1FOZFMFTBJBO NBBOCFSJLVU
 %JLFUBIVJN"  LH N sN
'H "#  'H#"  ( " #
   N# LH 3 "#

    3"# DN   
      N    s 

 
%JUBOZBLBO'H
   s  /
+BXBC  
+BEJ  LFEVB CFOEB NFSBTBLBO HBZB HSBWJUBTJ
ZBOHTBNB TFCFTBS ¨/

46 Fisika Kelas XI
 5JHBCVBICFOEB1 2 EBO3NBTJOHNB N2 s N1
 TJOH CFSNBTTB  LH   LH  EBO  LH  EJ '21  (
321

 MFUBLLBO QBEB TVEVU TFHJUJHB TJLVTJLV
 4JTJTJTJTFHJUJHBUFSTFCVUBEBMBIDN   
   s 

 DN EBODN+JLBCFOEB2CFSBEBQBEB  s 

 TVEVU TJLVTJLVOZB  UFOUVLBO SFTVMUBO     /
 HBZBHSBWJUBTJZBOHEJBMBNJCFOEB2

 1FOZFMFTBJBO 1 N2 s N3
'23  (
 %JLFUBIVJ 23
2

 NQLH  
 N2LH
DN    s 

r
' 21
r
'2   s 

 N3LH
    /
 312DN× N  

 323DN × N r
' 23  ,BMBV LBMJBO QFSIBUJLBO HBZB HSBWJUBTJ
2 3
DN  QBEBCFOEB2NFOVKVLF1EBOLF3 TF
 %JUBOZBLBO'2UPUBM 
 +BXBC r HSBWJUBTJ UPUBM ZBOH EJ
 BMBNJCFOEB2
r ' r
 ,FEVEVLBOLFUJHBCFOEBEBOHBZBHSBWJ r
 UBO EBSJ ' 21 EBO ' 23 #FTBS ' 2 EBQBU
 UBTJ ZBOH CFLFSKB QBEB CFOEB 2 EBQBU  EJDBSJEFOHBOQFSTBNBBO
 EJMJIBUQBEBHBNCBS
   
r '2 '21
 '23

 EJUBSJL PMFI HBZB  r ' 21

 EBOHBZB ' 23
    s 
   s 

 #FTBS HBZB HSBWJUBTJ QBEB 2 BLJCBU
   s 
 1 '21
 EBO BLJCBU 3 '23
 EBQBU EJDBSJ
 EFOHBOQFSTBNBBOCFSJLVU      /

 +BEJ  CFTBSOZB HBZB HSBWJUBTJ UPUBM ZBOH


 EJBMBNJCFOEB2BEBMBI ×/


 .FEBO(SBWJUBTJ
 #FSEBTBSLBO QFSTBNBBO HBZB HSBWJUBTJ EJ EFQBO  KJLB TFCVBI CFOEB
CFSNBTTBNEJEFLBULBOEFOHBOCFOEBCFSNBTTBN NBLBCFOEBNBLBO
NFOHBMBNJHBZBUBSJLEBSJCFOEBN%FOHBOLBUBMBJO HBZBHSBWJUBTJEBSJ
CFOEBCFSNBTTBNNFOBSJLCFOEBCFSNBTTBN#FHJUVKVHBTFCBMJLOZB 
HBZB HSBWJUBTJ EBSJ CFOEB CFSNBTTB N NFOBSJL CFOEB CFSNBTTB N
/BNVO  TFMBJO NFNQFOHBSVIJ CFOEB CFSNBTTB N  HBZB HSBWJUBTJ EBSJ
CFOEBCFSNBTTBNKVHBNFNQFOHBSVIJCFOEBCFOEBMBJOEJTFLJUBSOZB
4FNBLJO KBVI KBSBL LFEVB CFOEB  HBZB HSBWJUBTJ ZBOH UJNCVM TFNBLJO
LFDJM *OJ CFSBSUJ BEB TVBUV EBFSBI ZBOH UFSQFOHBSVI HBZB HSBWJUBTJ EBSJ
TVBUVCFOEB%BFSBIJOJEJTFCVUNFEBOHSBWJUBTJ

Gravitasi dan Gaya Pegas 47


 .FEBOEJBSUJLBOTFCBHBJEBFSBIZBOHNBTJIUFSQFOHBSVITFTVBUV+BEJ
.FEBOHSBWJUBTJTVBUVCFOEBEJBSUJLBOTFCBHBJEBFSBIBUBVSVBOHEJTFLJUBS
CFOEBZBOHNBTJIUFSQFOHBSVIHBZBHSBWJUBTJCFOEBUFSTFCVU 
 ,JUB BNCJM DPOUPI NBUBIBSJ EBMBN TJTUFN UBUB TVSZB LJUB %BMBN
TJTUFNUBUBTVSZB NBUBIBSJNFSVQBLBOQVTBUCBHJBOHHPUBMBJOOZB TFQFSUJ
QMBOFUQMBOFU BTUFSPJE EBOCVMBO.BUBIBSJNFNQVOZBJNFEBOHSBWJUBTJ
ZBOH NFNFOHBSVIJ BOHHPUB UBUB TVSZB MBJOOZB .FEBO HSBWJUBTJ JOJMBI
ZBOH NFNQFSUBIBOLBO HFSBL SFWPMVTJ TFUJBQ BOHHPUB UBUB TVSZB 6OUVL
NFOBNCBIXBXBTBOLBMJBO LFSKBLBO&LTQFEJTJCFSJLVU

E kspedisi
Carilah minimal 5 buah artikel yang membahas sikan hasil analisis kepada guru kalian. Kemudian,
gravitasi. Kalian bisa mendapatkan artikel dari kirimkan hasil analisis kalian kepada penulis artikel
internet, majalah, atau surat kabar. Setelah itu, tersebut. Mintalah balasan atau tanggapan penu-
analisislah setiap artikel untuk mengetahui kele- lisnya.
bihan dan kekurangan artikel tersebut. Konsulta-

 4FLBSBOH LJUBUJOKBVTFCVBIQMBOFUCFSNBTTBNCZBOHCFSKBSBL3EBSJ
NBUBIBSJCFSNBTTBN"LJCBUJOUFSBLTJJOJ NBUBIBSJBLBONFOBSJLQMBOFU
EFOHBO HBZB HSBWJUBTJ UFSUFOUV #FTBSOZB HBZB HSBWJUBTJ NBUBIBSJ EBMBN
NFOBSJLQMBOFUEJOZBUBLBOTFCBHBJLVBUNFEBOHSBWJUBTJ
 ,VBU NFEBO HSBWJUBTJ EJBSUJLBO TFCBHBJ LFLVBUBO CFOEB VOUVL
NFOBSJL QBSUJLFM CFSNBTTB ZBOH NBTJI CFSBEB EBMBN QFOHBSVI NFEBO
HSBWJUBTJCFOEBUFSTFCVU
 ,VBU NFEBO HSBWJUBTJ NBUBIBSJ ZBOH EJSBTBLBO QMBOFU BUBV CFOEB
CFSNBTTBNCZBOHCFSBEBQBEBKBSBL3EBSJCFOEBCFSNBTTBNEBQBUEJDBSJ
EFOHBOQFSTBNBBO

'H 
,FUFSBOHBO  
H
  NC  H LVBUNFEBOHSBWJUBTJ /LHBUBVNT

  N 'HCFTBSHBZBHSBWJUBTJZBOHEJBMBNJCFOEB /

 H  (  N NBTTBCFOEBZBOHNFOZFCBCLBONFEBOHSBWJUBTJ LH

3

 #FSEBTBSLBOQFSTBNBBOUFSTFCVU CFTBSNFEBOHSBWJUBTJEJQFSNVLBBO
TVBUVCFOEBEJUFOUVLBOPMFINBTTBEBOKFKBSJOZB4FCBHBJDPOUPI NFEBO
HSBWJUBTJCVNJMFCJICFTBSEBSJQBEBNFEBOHSBWJUBTJCVMBO"LJCBUBEBOZB
NFEBO HSBWJUBTJ EBSJ TFCVBI CFOEB  TFCVBI QBSUJLFM TFMBMV NFOEBQBULBO
QFSDFQBUBO ZBOH BSBIOZB LF QVTBU CFOEB 0MFI LBSFOB JUV  LVBU NFEBO
HSBWJUBTJEJTFCVUKVHBQFSDFQBUBOHSBWJUBTJCFOEB4FCBHBJDPOUPI QFS
DFQBUBOHSBWJUBTJCVNJNFOZFCBCLBOCFOEBCFOEBUFSUBSJLNFOVKVQVTBU
CVNJ
 6OUVLNFOBNCBIXBXBTBOLBMJBO QFSIBUJLBODPOUPICFSJLVU

48 Fisika Kelas XI
Cont o h
)JUVOHMBI QFSDFQBUBO HSBWJUBTJ ZBOH EJBMBNJ +BXBC
TFTFPSBOH ZBOH CFSBEB EJ QFSNVLBBO CVNJ 6OUVL NFODBSJ QFSDFQBUBO HSBWJUBTJ CVNJ 
%JLFUBIVJKFKBSJCVNJ ×N EBONBTTB LJUBEBQBUNFOHHVOBLBOQFSTBNBBOCFSJLVU

CVNJ × LH NCVNJ
1FOZFMFTBJBO H (
 3 
%JLFUBIVJ 
   s 
3 × N    s 

NCVNJ ×LH   



  NT 
%JUBOZBLBOHCVNJ
+BEJ  CFTBSOZB QFSDFQBUBO HSBWJUBTJ CVNJ EJ
UFNQBUPSBOHUFSTFCVUBEBMBI NT

 4FCBHBJBKBOHQFNCVLUJBOLFNBNQVBOZBOHLBMJBOLVBTBJ LFSKBLBO
6+J,PNQFUFOTJCFSJLVU

Uji Kompetensi
1. Di keempat sudut sebuah persegi dengan sisi 3 cm ditempatkan
empat bola identik bermassa 10 gram. Tentukan :
a. besar gaya gravitasi yang dialami salah satu bola,
b. besar gravitasi pada suatu titik di tengah-tengah persegi.

2. Sebuah pesawat mempunyai massa 500.000 ton. Tentukan besar


gaya gravitasi bumi dan medan gravitasi bumi yang dialami pesawat
jika:
a. pesawat berada di permukaan bumi,
b. pesawat berada pada ketinggian 1 kali jejari bumi dari
permukaan bumi,
c. pesawat berada pada ketinggian 2 kali jejari bumi dari
permukaan bumi. (diketahui jejari bumi 6,4 × 106 m dan massa
bumi 5,98 × 1024 kg).

3. Berapakah besar gaya gravitasi total yang dialami bulan pada


saat terjadi gerhana matahari? Diketahui jarak bumi ke mata-
hari 150 juta km, jarak bumi ke bulan 383.000 km, massa bulan
(1/81) × massa bumi , massa matahari 1,99 × 1030 kg, dan massa bumi
5,98 × 1024 kg. Petunjuk, gerhana matahari terjadi ketika bulan berada
di antara bumi dan matahari. Anggap bumi, bulan, dan matahari ter-
letak pada satu garis lurus.

B Penerapan Hukum Gravitasi Newton

 )VLVN (SBWJUBTJ /FXUPO UJEBL IBOZB NFOKFMBTLBO HBZB UBSJL EVB


CVBICFOEBZBOHBEBEJCVNJ"LBOUFUBQJ IVLVNJOJEBQBUEJHVOBLBO
VOUVLNFOKFMBTLBOQFSFEBSBOQMBOFUQMBOFUEBMBNNFOHFMJMJOHJNBUBIBSJ
EBO KVHB HSBWJUBTJ CFOEBCFOEB MBOHJU MBJOOZB #BHBJNBOBLBI /FXUPO
NFOKFMBTLBOQFSFEBSBOQMBOFUEBMBNNFOHFMJMJOHJNBUBIBSJ 

Gravitasi dan Gaya Pegas 49


 %J4.1 LBMJBOUFMBINFNQFMBKBSJNBUFSJ5BUB4VSZB4FKBL"HVTUVT
 TJTUFNUBUBTVSZBUFSEJSJEBSJNBUBIBSJ QMBOFU EBOCFOEBBOHLBTB
MBJOOZB TFQFSUJBTUFSPJE NFUFPS EBOLPNFU,FEFMBQBOQMBOFUEBOBTUF
SPJECFSHFSBLNFOHFMJMJOHJNBUBIBSJEBMBNQFSJPEFUFSUFOUV
 5FMBICBOZBLJMNVXBOZBOHNFODPCBNFOKFMBTLBOQFSFEBSBOQMBOFU
JOJ4BMBITBUVJMNVXBOZBOHCFSIBTJMNFOKFMBTLBOQFSFEBSBOQMBOFUBEBMBI
+PIBOOFT,FQQMFS,FQQMFSNFOHFNVLBLBOUJHBIVLVNZBOHCFSLBJUBO
EFOHBO HFSBL FEBS QMBOFU  ZBOH LFNVEJBO EJTFCVU EFOHBO )VLVN
Gambar 2.3 Garis edar
planet dalam mengelilingi
,FQQMFS  ZBJUV )VLVN ,FQQMFS *  )VLVN ,FQQMFS **  EBO )VLVN
matahari berupa elips. ,FQQMFS***
 )VLVN ,FQQMFS * EJTFCVU KVHB IVLVN MJOUBTBO QMBOFU NFOZBUBLBO
CBIXBTFUJBQQMBOFUCFSHFSBLQBEBTFCVBIMJOUBTBOCFSCFOUVLFMJQTEFOHBO
NBUBIBSJCFSBEBQBEBTBMBITBUVUJUJLGPLVTOZB
 #FSEBTBSLBOIVLVNJOJ TVBUVQMBOFUQBEBTBBUUFSUFOUVCFSBEBQBEB
KBSBL UFSEFLBU EFOHBO NBUBIBSJ +BSBL UFSEFLBU JOJ EJTFCVU QFSJIFMJVN
4FNFOUBSBKBSBLUFSKBVIEBSJNBUBIBSJEJTFCVUKBSBLBQIFMJVN
 )VLVN ** ,FQQMFS NFOZBUBLBO CBIXB HBSJT IVCVOH BOUBSB QMBOFU
EFOHBONBUBIBSJTFMBNBCFSFWPMVTJBLBONFOZBQVMVBTBOZBOHTBNBQBEB
XBLUVZBOHTBNBQVMB
 *OJCFSBSUJLFUJLBQMBOFUCFSBEBQBEBQFSJIFMJVNBLBOCFSHFSBLMFCJI
Mozaik DFQBUEBSJQBEBLFUJLBCFSBEBQBEBBQIFMJVN1FSIBUJLBOHBNCBS#FS
EBTBSLBOHBNCBSUFSTFCVU MVBTKVSJOH".#TBNBEFOHBOMVBT$.% EBO
XBLUVVOUVLCFSHFSBLEBSJ"LF#TBNBEFOHBOXBLUVVOUVLCFSHFSBLEBSJ
$LF%
#

$
aveiro-digital.net

.
Johannes Keppler (1571-
1630) adalah seorang
astronom dari Jerman. Ia
adalah penganut paham
heliosentris yang gigih. "
Penemuannya antara lain,
hukum Keppler, teleskop %
Keppler, katalog bintang,
dan supernova (bintang
meledak). Ia juga dijuluki
Gambar 2.4 Pada waktu yang sama, planet akan menyapu luasan yang sama.
sebagai Bapak Astronomi
Modern dan Bapak Optika
Modern.  )VLVN *** ,FQQMFS NFOZFCVULBO CBIXB QFSCBOEJOHBO LVBESBU
Setyawan, LIlik Hidayat, XBLUV FEBS QFSJPEF
 SFWPMVTJ TFUJBQ QMBOFU TBNB EFOHBO QFSCBOEJOHBO
2004, hlm.94-95
QBOHLBUUJHBKBSBLSBUBSBUBQMBOFULFNBUBIBSJ

50 Fisika Kelas XI
 4FDBSBNBUFNBUJT )VLVN***,FQQMFSEBQBUEJUVMJTLBOEBMBNCFOUVL
 5 3   ,FUFSBOHBO

  5 3   5QFSJPEFSFWPMVTJQMBOFU
      3KBSBLSBUBSBUBQMBOFUEBSJNBUBIBSJ
"UBV    5QFSJPEFSFWPMVTJQMBOFU
  3KBSBLSBUBSBUBQMBOFUEBSJNBUBIBSJ
5 5
  $
3 3

 %JTVCTVCCBCCFSJLVU LJUBBLBONFNCBIBT)VLVN***,FQQMFS
VOUVL NFOFNVLBO IVCVOHBOOZB EFOHBO )VLVN (SBWJUBTJ /FXUPO
6OUVLMFCJIKFMBTOZB TJNBLMBIQFOKFMBTBOCFSJLVUEFOHBOTBLTBNB
T eropong
Di kelas X semester 1,
kalian telah mempela-
 )VLVN(SBWJUBTJ/FXUPOQBEB4JTUFN5BUB4VSZB jari gerak melingkar.
 1MBOFUQMBOFUEBMBNTJTUFNUBUBTVSZBCFSFEBSNFOHFMJMJOHJNBUBIBSJ Benda yang bergerak
melingkar dengan jejari R
QBEBHBSJTFEBSPSCJUOZBTFOEJSJEBMBNXBLUVUFSUFOUV.FOVSVU)VLVN mempunyai percepatan
* ,FQQMFS  PSCJU QMBOFU CFSCFOUVL FMJQT "LBO UFUBQJ  VOUVL NFNVEBI sentripetal yang arahnya
LBONFNQFMBKBSJOZB BOHHBQMBIPSCJUQMBOFUCFSVQBMJOHLBSBOTFNQVSOB menuju pusat lingkaran
dan dirumuskan sebagai:
EFOHBO NBUBIBSJ CFSBEB QBEB QVTBU MJOHLBSBO %FOHBO CFHJUV  LJUB
NFOHBOHHBQQMBOFUNFMBLVLBOHFSBLNFMJOHLBS v2
=ω R
2
as =
 4FCVBICFOEBZBOHNFMBLVLBOHFSBLNFMJOHLBSUJEBLEBQBUEJQJTBI R
LBOEBSJQFSDFQBUBOTFOUSJQFUBM,BMBVLJUBQFSIBUJLBO HBZBTFOUSJQFUBM dengan
EBO HBZB HSBWJUBTJ NFNQVOZBJ BSBI NFOVKV QVTBU CFOEB (BZB HSBWJ
UBTJEBOHBZBTFOUSJQFUBMZBOHEJBMBNJQMBOFULFUJLBNFOHFMJMJOHJNBUBIBSJ v = ωR
BSBIOZB NFOVKV QVTBU NBUBIBSJ %FOHBO EFNJLJBO  HBZB HSBWJUBTJ EBO 2π
HBZBTFOUSJQFUBMNFSVQBLBOEVBIBMZBOHTBNB BUBVCJTBEJUVMJTLBOTFCBHBJ ω= = 2π f
T

 'T  'H   Percepatan sentripetal


ditimbulkan oleh gaya
W 
NN s NQ sentripetal juga ke pusat
NQ (
3 3 lingkaran dan dirumuskan
sebagai:
(NN
W 
3 v
2
= mω R
2
Fs = m
R
 %BSJ QFSTBNBBO UFSTFCVU  LFMBKVBO MJOFBS QMBOFU EBMBN NFOHFMJMJOHJ
NBUBIBSJEBQBUEJDBSJEFOHBOQFSTBNBBO
  ,FUFSBOHBO
     (N N  WLFMBKVBOMJOFBSQMBOFU NT

W
     3  3KBSBLQMBOFUNBUBIBSJ N

       NNNBTTBNBUBIBSJ
P3
   %FOHBONFOTVCTUJUVTJLBOW  LJUBNFOEBQBULBOQFSTBNBBO
5
 P3 (NN     

5 3

Gravitasi dan Gaya Pegas 51


 %BSJQFSTBNBBOUFSTFCVU LJUBCJTBNFODBSJNBTTBNBUBIBSJKJLBKBSBL
Mozaik TVBUVQMBOFUEBOQFSJPEFSFWPMVTJOZBEJLFUBIVJ

Sidang Umum Himpunan
 ¥  P3 ´  (NN    
 ¦ µ
Astronomi Internasional § 5  ¶ 
3
(International Astronomi-   P3  (N
N
cal Union/IAU) ke-26 di


Praha, Republik Ceko, 5 3
yang berakhir 25 Agustus
2006, telah mengeluarkan
 P 3 
Pluto dari daftar planet NN 
dalam sistem Tata Surya. (5 
Sekarang, anggota Tata 
Surya hanya terdiri atas
8 planet, yakni Merkurius,
 4FMBJOJUV KVHBEJEBQBULBOQFSTBNBBO
Venus, Bumi, Mars, Jupiter,
Saturnus, Uranus, dan
  
Neptunus. Sementara Pluto 5   P
dikategorikan sebagai   
planet kecil.
3  (NN
(KOMPAS, 27 Agustus 2006, hlm 2)

 1BEBQFSTBNBBOUFSTFCVU ( . EBO πNFSVQBLBOTVBUVLPOTUBOUB 


TFIJOHHBEBQBUEJTJNQVMLBOCBIXB
 
5 5 5
  BUBV 
 $  $
3 3 3

  ,FUFSBOHBO
  .NBTTBNBUBIBSJ LH

  5 QFSJPEFQMBOFUNFOHJUBSJNBUBIBSJ T

  (LPOTUBOUBHSBWJUBTJ
    ×NLHT

 1FSIBUJLBODPOUPICFSJLVU
Cont o h

1FSJPEFSFWPMVTJCVNJBEBMBIUBIVOEFOHBO NCN× LH
KBSBL SBUBSBUB EBSJ NBUBIBSJ  KVUB LN
%JUBOZBLBO
4"
+JLBNBTTBCVNJ×LH UFOUVLBO B NN
B NBTTBNBUBIBSJ B WCN
C LFMBKVBOMJOFBSCVNJ C 3TBU
D KBSBL QMBOFU TBUVSOVT ZBOH NFNQVOZBJ
 QFSJPEFSFWPMVTJUBIVO EBMBNTBUVBO +BXBC
 4"
B 6OUVL NFODBSJ NBTTB NBUBIBSJ  LJUB
1FOZFMFTBJBO  NFOHHVOBLBOQFSTBNBBO
%JLFUBIVJ
π3
 
 P
5CNUBIVOKBN ×T 
NNI 
(5 
3CN4" ×LN ×N

52 Fisika Kelas XI
     
  

 D 6OUVLNFODBSJKFKBSJPSCJU4BUVSOVT LJUB
  s 
s   s 

 
 NFOHHVOBLBOQFSTBNBBO
  s  
  5CN 5TBU  
  s  

 
 3CN 3TBU
    s  LH 
3CN 5TBU

3TBU 
 +BEJ  NBTTB NBUBIBSJ BEBMBI TFLJUBS 
5CN

  × LH 
C 6OUVL NFODBSJ LFMBKVBO MJOFBS CVNJ  3CN 5TBUU
3TBU   
 LJUBNFOHHVOBLBOQFSTBNBBO 5CCN

 ( NNI 3CCN 5CCN

W  
 3CN 5CCN
   
s   
     s 3CCN


    3CCN  

       3CCN

    NT  +BEJ KBSBL4BUVSOVTEBSJNBUBIBSJBEBMBI
 +BEJ  LFDFQBUBO MJOFBS CVNJ BEBMBI    4"  BUBV   LBMJ KBSBL CVNJ LF
  NT  NBUBIBSJ

 )VLVN(SBWJUBTJQBEB#FOEBCFOEBEJ#VNJ
 4FCVBI CFOEB CFSNBTTB ZBOH CFSBEB QBEB KBSBL UFSUFOUV EBSJ QVTBU
CVNJEJQBTUJLBOUFSQFOHBSVINFEBOHSBWJUBTJCVNJ#FTBSOZBNFEBOHSBWJ
UBTJCVNJJOJCFSCFEBBOUBSBTBUVUFNQBUEFOHBOUFNQBUMBJO4FNBLJOKBVI
KBSBLCFOEBEBSJQVTBUCVNJ NFEBOHSBWJUBTJZBOHEJSBTBLBOTFNBLJOLFDJM
"LJCBUNFEBOHSBWJUBTJJOJ CFOEBZBOHKBUVIEBSJLFUJOHHJBOUFSUFOUVBLBO
NFOEBQBULBOQFSDFQBUBOHSBWJUBTJ
 6OUVLNFOHFUBIVJCFTBSQFSDFQBUBOHSBWJUBTJEJUFNQBULBMJBO MBLV
LBO&LTQFSJNFOCFSJLVU

E ksperimen Mengukur Percepatan Gravitasi Bumi


A. Dasar Teori
Besarnya percepatan gravitasi bumi di suatu tempat berbeda dengan tempat lain. Hal ini di-
sebabkan adanya perbedaan kerapatan massa dan jarak suatu tempat dari pusat bumi.
Pendulum merupakan peralatan sederhana yang dapat digunakan untuk mengukur besar
percepatan gravitasi di suatu tempat. Pendulum terdiri atas sebuah benda bermassa yang
diikat dengan tali. Ketika diayunkan dengan sudut kecil (<15o), pendulum akan berayun se-
cara periodik. Dengan mengukur panjang tali yang digunakan (l ) dan periode ayunan (T ),
percepatan gravitasi (g ) di suatu tempat dapat ditentukan dengan persamaan:

πM
H
5

Gravitasi dan Gaya Pegas 53


B. Tujuan Percobaan
Setelah melakukan eksperimen ini, kalian diharapkan mampu:
1. mengetahui hubungan panjang tali dengan periode ayunan,
2. mencari besar percepatan gravitasi di suatu tempat.

C. Alat dan Bahan


1. batu sebesar bola pingpong
2. benang secukupnya
3. stopwatch
4. busur derajat
5. statip

D. Cara Kerja
1. Ikatlah batu dengan benang. Kemudian ikatkan ujung benang pada statip yang
telah dipasang busur derajat. Perhatikan gambar.

2. Ukurlah panjang benang dari statip sampai titik tengah batu.


o
3. Tariklah batu ke samping sehingga menyimpang maksimal 15 dari kedudukan semula.
4. Lepaskan batu dan biarkan berayun tiga atau empat ayunan. Setelah itu, hitunglah
waktu yang dibutuhkan pendulum setiap melakukan 10 kali ayunan. Ingat 1 kali ayunan di
hitung dari satu kedudukan sampai kembali kekedudukan semula. Ulangi lagi sampai
mendapatkan 3 data.
5. Ulangilah langkah 1-4 menggunakan panjang tali yang berbeda sampai mendapatkan
data untuk 5 panjang tali yang berbeda. Kemudian, masukkan data hasil eksperimen
pada tabel berikut.

/P 1BOKBOH5BMJ 8BLUV U


1FSJPEF 5
(SBWJUBTJ H

 
  
 









54 Fisika Kelas XI
E. Pembahasan
Setelah melakukan eksperimen tersebut, cobalah kalian bahas pertanyaan-pertanyaan berikut.
1. Apakah penyebab pendulum dapat berayun secara periodik.
2. Carilah waktu rata-rata, periode rata-rata, dan percepatan gravitasi rata-rata untuk setiap
panjang tali yang diukur.
3. Berapakah percepatan gravitasi rata-rata dari semua hasil eksperimen? Nyatakan hasil
nya disertai angka ketidakpastiannya.
4. Percepatan gravitasi rata-rata di permukaan bumi sekitar 9,8 m/s2. Bagaimanakah hasil
percobaan kalian dibandingkan dengan angka tersebut? Identifikasikan penyebab terjadinya
penyimpangan hasil percobaan kalian.
Buatlah laporan hasil eksperimen kalian dan presentasikan di depan kelompok lainnya.

 #FSEBTBSLBO&LTQFSJNFOUFSTFCVU LBMJBOUFMBINFOHFUBIVJDBSBTFEFS
IBOB VOUVL NFODBSJ QFSDFQBUBO HSBWJUBTJ EJ TVBUV UFNQBU 4FCFMVNOZB Mozaik
UFMBI EJKFMBTLBO CBIXB QFSDFQBUBO HSBWJUBTJ CVNJ EBQBU EJDBSJ EFOHBO
QFSTBNBBO Newton dan Huygen
menyimpulkan bahwa
 NC    gaya sentrifugal akibat
H (
 3 rotasi bumi membuat bumi
menonjol di ekuatornya
dan memepat di kutub-
 %FOHBO NFOHHBCVOHLBO QFSTBNBBO JOJ EFOHBO )VLVN (SBWJUBTJ kutubnya. Namun, para
/FXUPO TFCVBICFOEBCFSNBTTBNZBOHCFSBEBQBEBKBSBL3EBSJQVTBU teoritikus yang menganut
CVNJBLBONFSBTBLBOHBZBHSBWJUBTJTFCFTBS gagasan René Descartes
berpendapat sebaliknya.
 'H  N H Pada tahun 1730-an, eks-
pedisi Prancis memastikan
   adanya pemepatan pada
 %BSJQFSTBNBBOJOJ CFTBSHBZBHSBWJUBTJQBEBTFCVBICFOEBTBNB kutub-kutub bumi, sekaligus
EFOHBOCFSBUCFOEBUFSTFCVU BUBV membenarkan pendapat
Newton dan Huygen.
 X  'H  N H   
Jargodzki, Christopher P.,
2005, hlm. 84
 ,FUFSBOHBOXCFSBUCFOEB /

 #VNJ ZBOH EJBOHHBQ TFCBHBJ CPMB CVMBU  TFCFOBSOZB UJEBL CVMBU
TFNQVSOB NFMBJOLBO BHBL QFQBU EJ CBHJBO LVUVCOZB 1FNFQBUBO JOJ
EJTFCBCLBOHFSBLSPUBTJCVNJ"LJCBUQFNFQBUBOJOJ CBHJBOQFSNVLBBO
LVUVCCVNJNFNQVOZBJKBSBLZBOHMFCJIEFLBUEFOHBOQVTBUCVNJEJCBO
EJOHLBOCBHJBOFLVBUPSBUBVLIBUVMJTUJXB+BSJKBSJCVNJEJEBFSBIFLVBUPS
TFLJUBSLN TFEBOHLBOKBSJKBSJEJEBFSBILVUVCTFLJUBSLN
*OJNFOZFCBCLBOQFSDFQBUBOHSBWJUBTJCVNJEJLVUVCMFCJICFTBSEBSJQBEB
QFSDFQBUBOHSBWJUBTJEJFLVBUPS
 4FMBJONFOKFMBTLBOHFSBLQMBOFUEBMBNNFOHFMJMJOHJNBUBIBSJ IVLVN
(SBWJUBTJ/FXUPOKVHBEBQBUEJHVOBLBOVOUVLNFOKFMBTLBOHFSBLTBUFMJU
EBMBNNFOHFMJMJOHJCVNJ.JTBMOZBVOUVLNFOHVLVSLFMBKVBOZBOHIBSVT
EJNJMJLJTBUFMJUBHBSUJEBLLFMVBSEBSJHBSJTFEBSOZB,BMJBOQFOBTBSBOEBO
JOHJOUBIVDBSBNFOHIJUVOHLFMBKVBOTBUFMJUBHBSJBCFSFEBSQBEBUFNQBU
OZB 4JNBLMBIQFOKFMBTBOCFSJLVU

Gravitasi dan Gaya Pegas 55


 )VLVN(SBWJUBTJQBEB4JTUFN#VNJ4BUFMJU

Gambar 2.5
Satelit dapat
tetap men-
gorbit bumi
pada keting-
gian tertentu
karena medan
gravitasi bumi.
www.gym.vrcz

 %J 4.1  LBMJBO UFMBI NFOHFUBIVJ GVOHTJ EBO NBDBNNBDBN TBUFMJU


ZBOH EJMVODVSLBO NBOVTJB ,BMJBO NFOHFOBM TBUFMJU LPNVOJLBTJ  TBUFMJU
OBWJHBTJ  BUBV TBUFMJU NJMJUFS 4BUFMJU ZBOH QBMJOH LJUB LFOBM BEBMBI TBUFMJU
QBMBQB  ZBOH TFLBSBOH CFSHBOUJ OBNB NFOKBEJ 4BUFMJU 5&-,0.  NJMJL
OFHBSBLJUB4BUFMJUTBUFMJU JOJ EJUFNQBULBO QBEB LFUJOHHJBO UFSUFOUV EBSJ
QFSNVLBBO CVNJ 1FSNBTBMBIBOOZB TFLBSBOH  CFSBQBLBI LFMBKVBO TBUFMJU
BHBSUFUBQCFSBEBEJPSCJUZBOHUFMBIEJUFOUVLBO 
 6OUVL NFODBSJ LFDFQBUBO TBUFMJU  LJUB CJTB NFOHBOBMPHJLBO TBUFMJU
TFCBHBJQMBOFUEBOCVNJTFCBHBJNBUBIBSJ4FIJOHHBQFSTBNBBOLFMBKVBO
TBUFMJUNFOHFMJMJOHJCVNJEBQBUEJDBSJEFOHBOQFSTBNBBOCFSJLVU
 ( NC
WT 
3

 %FOHBO NFOTVCTUJUVTJLBO QFSTBNBBO QFSDFQBUBO HSBWJUBTJ CVNJ LF


EBMBNQFSTBNBBOUFSTFCVU LJUBNFOEBQBULBOQFSTBNBBO
 WT  H3   
  

 ,FUFSBOHBO
T eropong 

WTLFMBKVBOTBUFMJU NT

HQFSDFQBUBOHSBWJUBTJCVNJ NT

Di bab sebelumnya,  3LFUJOHHJBOPSCJUTBUFMJUEJVLVSEBSJQVTBUCVNJ N

kalian telah medapatkan


hubungan kecepatan
linear dengan kecepatan  ,FMBKVBO MJOFBS TBUFMJU UFSTFCVU NFSVQBLBO LFMBKVBO ZBOH QFSMV EJ
sudut sebagai berikut. QFSUBIBOLBOBHBSTBUFMJUUFUBQNFOHPSCJUCVNJQBEBLFUJOHHJBOUFSUFOUV
v=ω R +JLBLFMBKVBOOZBMFCJICFTBS TBUFMJUBLBOLFMVBSEBSJPSCJUZBOHEJUFOUVLBO 

dengan ω= = 2πf TFEBOHLBOCJMBMFCJILFDJM TBUFMJUBLBOKBUVILFNCBMJLFCVNJ
T
 #BHBJNBOBLBI DBSB NFODBSJ QFSJPEF FEBS TBUFMJU ZBOH CFSBEB QBEB
2πR LFUJOHHJBOUFSUFOUV 6OUVLNFODBSJQFSJPEFFEBSTBUFMJU LJUBIBSVTJOHBU
sehingga, v = = 2πfR
T QFSTBNBBO QFSDFQBUBO MJOFBS QBEB HFSBL NFMJOHLBS %FOHBO NFOTVCTUJ
UVTJLBOQFSTBNBBOLFMBKVBOMJOFBS LJUBNFOEBQBULBOQFSTBNBBO

56 Fisika Kelas XI
 W T  H3   
 π3 
   H3
5
  ,FUFSBOHBO
 π3
  5    5QFSJPEFFEBS T

H3
     3LFUJOHHJBOPSCJUEBSJQVTBUCVNJ N


 4FCBHJBO CFTBS TBUFMJU EJHVOBLBO VOUVL LFQFOUJOHBO TVBUV OFHBSB
"HBSEBQBUEJHVOBLBO TBUFMJUIBSVTUFUBQCFSBEBEJBUBTOFHBSBCFSTBOHLVU
BO6OUVLNFOKBHBBHBSTBUFMJUUFUBQCFSBEBEJBUBTTVBUVOFHBSB QFSJPEF
TBUFMJUEJCVBUTBNBEFOHBOQFSJPEFSPUBTJCVNJ
 6OUVLLFQFOUJOHBOLPNVOJLBTJEBOLFQFOUJOHBOMBJOOZB *OEPOFTJB
KVHBUFMBINFMVODVSLBOTBUFMJU5&-,0./BI VOUVLNFOHFUBIVJMFCJI
CBOZBLUFOUBOHTBUFMJUJOJ LFSKBLBO&LTQFEJTJEJCFSJLVU

E kspedisi
Carilah informasi dari pelbagai sumber tentang waktu dan tempat peluncuran, ketinggian orbit,
Satelit TELKOM. Kalian dapat memperoleh infor- keunggulan dibanding satelit generasi sebelum-
masi dari internet, surat kabar, atau nara sumber nya, dan kegunaannya. Setelah itu, buatlah se-
yang mengetahuinya. Hal-hal yang perlu kalian buah artikel dan tempelkan pada majalah dinding
cari tahu antara lain, sejarah satelit TELKOM, atau kirim ke redaksi majalah di sekolah kalian.

 Cont o h
/BI VOUVLNFNCBOUVLBMJBONFNBIBNJQFOFSBQBOIVLVN(SBWJUBTJ/FXUPOUFSTFCVU QFSIB
UJLBODPOUPICFSJLVU
4FCVBITBUFMJUNFOHPSCJUQBEBLFSJOHHJBO
LNEBSJQFSNVLBBOCVNJ+JLBEJLFUBIVJKFKBSJ    s 
CVNJLNEBOQFSDFQBUBOHSBWJUBTJCVNJ      N NT 

 NT UFOUVLBOLFDFQBUBOEBOQFSJPEFFEBS
TBUFMJUUFSTFCVU  +BEJ  LFDFQBUBO FEBS TBUFMJU JUV BEBMBI

  × NT
1FOZFMFTBJBO
%JLFUBIVJ
 C 1FSJPEF FEBS TBUFMJU EBQBU EJDBSJ EFOHBO
3  
LNLN ¨ N
  QFSTBNBBO
H  NT
%JUBOZBLBO  πP3   
5
BW H3

C5
    P3  
+BXBC
 W
B ,FDFQBUBO FEBS TBUFMJU EBQBU EJDBSJ EF
 OHBOQFSTBNBBO    s   s 


  s 
 W HH3
    T

   s   s 
 +BEJ  QFSJPEF FEBS TBUFMJU UFSTFCVU BEBMBI

  × T

Gravitasi dan Gaya Pegas 57


 /BI VOUVLNFOHBTBILFUFSBNQJMBOLBMJBOEBMBNNFOZFMFTBJLBOTPBM
ZBOHCFSLBJUBOEFOHBOIVLVN(SBWJUBTJ/FXUPO LFSKBLBO6KJ,PNQFUFOTJ
EJCBXBIJOJ

Uji Kompetensi
1. Periode revolusi planet Jupiter 11,86 tahun bumi (1 tahun bumi =
365 hari). Jika massa matahari 5,97 × 1030 kg, berapakah jejari orbit
planet Jupiter?
2. Seorang astronot mempunyai berat 650 N di bumi. Ia kemudian
mendarat di planet Mars yang massanya 0,108 massa bumi. Jika
berat astronot di Mars menjadi 247 N, tentukan jejari planet Mars.
Diketahui massa bumi 5,98 × 1024 kg, jejari bumi 6.370 juta km, dan
percepatan gravitasi di permukaan bumi 9,8 m/s2.
3. Berapakah besar gaya gravitasi yang bekerja pada satelit
TELKOM, jika massanya 2.500 kg, dan mengorbit bumi pada keting-
gian 30.000 km di atas permukaan bumi?
4. Hitunglah kecepatan minimal yang harus dimiliki sebuah satelit yang
mengorbit pada ketinggian 50.000 km agar tetap berada di orbitnya.
Gunakan percepatan gravitasi 9,8 m/s.

 %JEFQBOLJUBUFMBINFNCBIBTHSBWJUBTJ#FTBSBOZBOHCFSIVCVOHBO
FSBU EFOHBO HSBWJUBTJ BEBMBI CFSBU CFOEB %J LFMBT 9  LBMJBO NFOHFOBM
BMBU ZBOH EJHVOBLBO VOUVL NFOHVLVS CFSBU CFOEB  ZBJUV OFSBDB QFHBT
4FTVBJEFOHBOOBNBOZB BMBUJOJNFNBOGBBULBOTJGBUQFHBT/BI NBUFSJ
EJTVCCBCCFSJLVUBLBONFNCBIBTLFJTUJNFXBBOQFHBTTFIJOHHBCBOZBL
EJHVOBLBO EBMBN LFIJEVQBO TFIBSJIBSJ 6OUVL QFOKFMBTBO MFCJI MBOKVU 
QFMBKBSJMBINBUFSJCFSJLVUEFOHBOTVOHVITVOHHVI

C Gaya Pegas
 $PCB LBMJBO BNCJM TFCVBI QFHBT BUBV ZBOH EJLFOBM EFOHBO TFCVUBO
QFS5BSJLMBI QFHBT UFSTFCVU  MBMV MFQBTLBO "QBLBI ZBOH UFSKBEJ  ,FUJLB
TFCVBIQFHBTEJUBSJL JBBLBONFSFOHHBOH4FCBMJLOZB KJLBQFHBTEJUFLBO 
JBBLBONFNBNQBUBUBVNFNFOEFL/BNVO TFUFMBIUBSJLBOBUBVUFLBOBO
EJIJMBOHLBO QFHBTBLBOLFNCBMJLFCFOUVLTFNVMB*OJMBITBMBITBUVTJGBU
JTUJNFXBQFHBT ZBJUVCFSTJGBUFMBTUJT
 #FCFSBQBQFSBMBUBOZBOHLJUBHVOBLBOTFIBSJIBSJCBOZBLZBOHNF
NBOGBBULBO QFHBT BUBV CFOEB EFOHBO TJGBU TFQFSUJ QFHBT /BI  VOUVL
VOUVLJUV DPCBLBMJBOLFSKBLBO&VSFLBCFSJLVU

E ureka
Diskusikan dengan teman di samping kalian, jawaban dari pertanyaan-
pertanyaan berikut.
1. Apakah tujuan pemasangan shockbreaker pada sepeda motor?
Terbuat dari apakah shockbreaker tersebut?

58 Fisika Kelas XI
2. Sebuah anak panah dapat melesat dari busurnya jika tali busur diren-
tangkan. Gaya apakah yang membuat anak panah ini melesat?
3. Pegas atau per banyak digunakan dalam kehidupan sehari-hari.
Coba sebutkan beberapa alat yang menggunakan pegas atau per.
Jelaskan pula tujuan penggunaan pegas pada alat tersebut.
Bandingkan hasil diskusimu dengan hasil diskusi yang lain.

 %BSJIBTJMEJTLVTJ LBMJBOUFMBINFOHFUBIVJCFCFSBQBQFSBMBUBOZBOH
NFNBOGBBULBO QFHBT 1FHBT CBOZBL EJHVOBLBO LBSFOB TJGBU FMBTUJTOZB
"QBLBIZBOHEJNBLTVEEFOHBOFMBTUJT 1FOHFSUJBOFMBTUJTEBOIBMIBMMBJO
ZBOHCFSLBJUBOEFOHBOQFHBTBLBOLJUBCBIBTQBEBVSBJBOCFSJLVU

 &MBTUJTJUBT
 4FCVBI CFOEB BUBV CBIBO EJLBUBLBO FMBTUJT BQBCJMB CFOUVLOZB
CFSVCBILFUJLBEJLFOBJTVBUVHBZBEBOTFHFSBLFNCBMJTFQFSUJTFNVMBCJMB
HBZBJUVEJIJMBOHLBO#FOEBTFQFSUJJOJEJTFCVUCFOEBFMBTUJT$POUPIOZB 
LBSFUEBOQFHBT4FNFOUBSBJUV CFOEBZBOHBQBCJMBEJCFSJHBZBCFOUVLOZB
CFSVCBI EBO UFUBQ CFSUBIBO XBMBVQVO HBZB EJIJMBOHLBO EJTFCVU CFOEB
QMBTUJTBUBVCFOEBUJEBLFMBTUJT$POUPICFOEBJOJBEBMBIQMBTUJL
 4BMBITBUVCFOEBFMBTUJTZBOHBLBOLJUBQFMBKBSJQBEBTVCCBCJOJBEBMBI (i)
QFHBT,JUBTFNVBUBIV KJLBQFHBTEJUBSJLBUBVEJUFLBOEFOHBOHBZBUFSUFO
UV QFHBTBLBONFNBOKBOHBUBVNFNFOEFLTFBSBIEFOHBOHBZBQFOZFCBC
OZB/BNVO KJLBHBZBUBSJLBUBVHBZBUFLBOUFSTFCVUEJIJMBOHLBO NBLB (ii)
QFHBTBLBOLFNCBMJLFLFBEBBOTFNVMB4JGBUFMBTUJTTVBUVCBIBOEJTFCVU Gambar 2.6 Pegas akan kembali
FMBTUJTJUBTBUBVLFMFOUJOHBO seperti semula ketika gaya yang
 4FNVB CBIBO TFCFOBSOZB CFSTJGBU FMBTUJT 8BMBVQVO CFHJUV  CFTBS bekerja dihilangkan.

HBZBZBOHEJCFSJLBONFNQVOZBJCBUBTUFSUFOUVBHBSFMBTUJTJUBTCBIBOUJEBL HBZB '


CBUBT
IJMBOH+JLBCBUBTJOJEJMFXBUJ CBIBOUJEBLEBQBULFNCBMJLFCFOUVLTFNVMB QSPQPSTJPOBM

CBILBOEBQBUSVTBLBUBVQBUBI*OJNFOVOKVLLBOBEBOZBCBUBTCBUBTHBZB
FLTUFSOBMZBOHEBQBUEJCFSJLBOQBEBCBIBO5JUJLEJNBOBHBZBFLTUFSOBM UJUJLQBUBI
NFOZFCBCLBOCBIBOUJEBLMBHJCFSTJGBUFMBTUJTEJTFCVUCBUBTFMBTUJLBUBV CBUBTFMBTUJL
TUJL
FMB

CBUBTLFMFOUJOHBO4FUFMBICBUBTJOJEJMFXBUJUFUBQJHBZBUFUBQEJCFSJLBO 
SBI

BLBONFOHBLJCBULBOCBIBOSVTBLBUBVQBUBI5JUJLLFUJLBHBZBFLTUFSOBM
EBF

NFOZFCBCLBOCBIBOQBUBIEJTFCVUUJUJLQBUBI1FSIBUJLBO(BNCBS QFSUBNCBIBOQBOKBOH -

 4FCFOBSOZB  TFNVB CFOEB NFNQVOZBJ FMBTUJTJUBT UFSUFOUV /BNVO  Gambar 2.7 Grafik hubungan
UJOHLBUFMBTUJTJUBTCFOEBCFSCFEBEFOHBOCFOEBMBJOOZB-BMV BQBLBIZBOH gaya eksternal yang diberikan
pada bahan dengan pertam-
EBQBUNFOVOKVLLBOUJOHLBUFMBTUJTJUBTCFOEB 5FNVLBOKBXBCBOOZBQBEB bahan panjang.
VSBJBOCFSJLVU

 .PEVMVT&MBTUJTJUBT
 $PCBMBILBMJBONFOHHBOUVOHLBOTFCVBICFCBOQBEBCFCFSBQBCBIBO 
NJTBMOZBQBEBLBXBUEBOLBSFU"QBZBOHUFSKBEJ ,FEVBCBIBOUFSTFCVU
BLBO CFSUBNCBI QBOKBOH "LBO UFUBQJ  QFSUBNCBIBO QBOKBOH JOJ CFS
CFEBBOUBSBCBIBOTBUVEFOHBOMBJOOZB1FSUBNCBIBOQBOKBOHQBEBLBXBU
NVOHLJO UJEBL CFHJUV UBNQBL5FUBQJ QFSUBNCBIBO QBOKBOH QBEB LBSFU
EBQBU EFOHBO NVEBI EJMJIBU 1FSCFEBBO JOJ EJTFCBCLBO LBXBU NFNQV
OZBJNPEVMVTFMBTUJTJUBTBUBVNPEVMVT:PVOHZBOHMFCJICFTBSEBSJQBEB
LBSFU
Gravitasi dan Gaya Pegas 59
 .PEVMVTFMBTUJTJUBTNPEVMVT:PVOHNFSVQBLBOBOHLBZBOHNFOH
HBNCBSLBO UJOHLBU FMBTUJTJUBT TVBUV CBIBO 4FNBLJO UJOHHJ NPEVMVT
FMBTUJTJUBTOZB CBIBOTFNBLJOLBLV*OJCFSBSUJVOUVLNFOFLBOBUBVNFSF
HBOHLBO CBIBO EFOHBO NPEVMVT :PVOH CFTBS NFNCVUVILBO HBZB ZBOH
CFTBS%FOHBOLBUBMBJO TFNBLJOCFTBSNPEVMVT:PVOH CBIBOTFNBLJO
UJEBLFMBTUJT
 ,FUJLBLBMJBONFOHHBOUVOHLBOCFCBOQBEBLBXBUBUBVLBSFU LFEVB
CBIBO JOJ UBNQBL MFCJI UFHBOH EBSJ TFCFMVNOZB BUBV CBIBO NFOHBMBNJ
UFHBOHBO 4FMBJO JUV  LBXBU BUBV LBSFU NFOKBEJ MFCJI QBOKBOH BUBV CB
IBONFOHBMBNJSFHBOHBO*OJCFSBSUJNPEVMVT:PVOHCFSLBJUBOEFOHBO
M M UFHBOHBOEBOSFHBOHBO5FHBOHBOBUBVTUSFTTNFOZBUBLBOCFTBSOZBHBZB
QFSTBUVBOMVBT4FNFOUBSBSFHBOHBOBUBVTUSBJONFOZBUBLBOQFSVCBIBO
QBOKBOHCFOEBEJCBOEJOHLBOEFOHBOQBOKBOHTFNVMB
 4FDBSBNBUFNBUJT UFHBOHBOTUSFTTEBQBUEJUVMJTLBOTFCBHBJCFSJLVU
M
 HBZB   
 TUSFTT
  MVBTQFSNVLBBO

Gambar 2.8 Perubahan panjang
kawat akibat pemberian beban
dinyatakan sebagai regangan.
  ,FUFSBOHBO
' σUFHBOHBOTUSFTT /N

S
" 'CFTBSHBZBZBOHNFNFOHBSVIJCFOEB /

 "MVBTQFOBNQBOH N


 4FNFOUBSBSFHBOHBOTUSBJOEBQBUEJDBSJEFOHBOQFSTBNBBO
Mozaik 
TUSBJO
QFSVCBIBOQBOKBOH 
Di bawah ini adalah nilaii    QBOKBOHTFNVMB
modulus young beberapa bahan. 
Bahan Modulus Young $M M−M
(N/m2)
F BUBV F 
M M
Alumunium 6,5 × 10 9
   
Besi 2,2 × 1010
Kuningan 1,0 × 1010  ,FUFSBOHBO
Tembaga 1,2 × 1010  FSFHBOHBOTUSBJO
 MQBOKBOHNVMBNVMB N


Setyawan, Lilik Hidayat, 2004, hlm.176
MQBOKBOHBLIJSTFUFMBIEJCFSJCFCBO N

 1FSTBNBBONPEVMVTFMBTUJTJUBTBEBMBITFCBHBJCFSJLVU

'
UFHBOHBO
& & "
SFHBOHBO $M
   
 M

M ' ,FUFSBOHBO
 &   &NPEVMVTFMBTUJTJUBT /N


BUBV1B

" $M
  LjMQFSUBNCBIBOQBOKBOH N

60 Fisika Kelas XI
 1FSIBUJLBODPOUPIEJCBXBIJOJ

Cont o h
"INBE NFOHHBOUVOH TFCVBI CFCBO EFOHBO +BXBC
CFSBU/QBEBTFCVBILBXBUZBOHQBOKBOHOZB M '
NEBOMVBTQFOBNQBOHOZBNN.PEVMVT &
FMBTUJTJUBTLBXBU ×/N #FSBQBLBI " M
QFSUBNCBIBOQBOKBOHLBXBUUFSTFCVU ∇ M '
$M 
1FOZFMFTBJBO "&
%JLFUBIVJ  
 
& × /N 

 s 

 s 
"NN ×  N
 

MN  s  N
'/ +BEJ QFSUBNCBIBO QBOKBOH LBXBU UFSTFCVU
%JUBOZBLBOLjM BEBMBI ×NBUBVNN

 )VCVOHBO BOUBSB HBZB ZBOH EJCFSJLBO LFQBEB QFHBT EFOHBO


QFSVCBIBOQBOKBOHQFHBT EJUFSBOHLBOTFPSBOHJMNVXBOCFSOBNB)PPLF
#BHBJNBOBLBI )PPLF NFOKFMBTLBO IVCVOHBO HBZB EBO QFSUBNCBIBO
QBOKBOHQFHBT 1FMBKBSJMBIVSBJBOCFSJLVU

 )VLVN)PPLF
 1FOHHVOBBO QFHBT CBOZBL EJKVNQBJ EBMBN LFIJEVQBO TFIBSJIBSJ
4IPDLCSFBLFS TFQFEB NPUPS  TQSJOHCFE  OFSBDB QFHBT  CVTVS QBOBI  EBO
NBTJICBOZBLBMBUMBJOOZBZBOHNFNBOGBBULBOTJGBUFMBTUJTQFHBT,FUJLBLJUB
EVEVL EJ BUBT TFQFEB NPUPS  QFHBT QBEB TIPDLCSFBLFS BLBO NFNFOEFL
#FHJUV QVMB LFUJLB LJUB NFOHHBOUVOHLBO CFOEB BUBV NFOBSJL OFSBDB
QFHBT QFHBTEJEBMBNOZBBLBONFNBOKBOH,FUJLBLJUBEVEVLEJBUBT
TFQFEB NPUPS BUBV NFOHHBOUVOHLBO CFCBO QBEB OFSBDB QFHBT CFSBSUJ
LJUBNFNCFSJLBOHBZBQBEBQFHBT(BZBJOJMBIZBOHNFOZFCBCLBOQFHBT www. sportrider.com
NFNFOEFLBUBVNFNBOKBOH Gambar 2.9 Shockbreaker sepeda
 ,BMBVKFMJNFOHBNBUJ LBMJBOBLBONFOFNVLBOCBIXBTFCVBICFCBO motor memanfaatkan pegas untuk
kenyamanan pengendara.
EFOHBO CFSBU UFSUFOUV BLBO NFOZFCBCLBO QFSUBNCBIBO QBOKBOH ZBOH
CFSCFEB VOUVL EVB KFOJT QFHBT ZBOH CFSCFEB 1FSCFEBBO QFSUBNCBIBO
QBOKBOH JOJ EJTFCBCLBO LBSBLUFSJTUJL QFHBT ZBOH EJOZBUBLBO TFCBHBJ
LPOTUBOUBQFHBT
 ,POTUBOUB QFHBT NFOHHBNCBSLBO LFLBLVBO QFHBT 4FNBLJO CFTBS
LPOTUBOUB ZBOH EJNJMJLJ  QFHBT TFNBLJO LBLV EBO TFNBLJO TVTBI VOUVL
EJSFHBOHLBO BUBV EJUFLBO #FHJUV QVMB TFCBMJLOZB  KJLB LPOTUBOUB QFHBT
LFDJM QFHBTUFSTFCVUTFNBLJONVEBIEJSFHBOHLBOBUBVEJUFLBO%FOHBO
LBUBMBJO KJLBLPOUBOUBQFHBTTFNBLJOCFTBS HBZBZBOHEJCFSJLBOVOUVL
NFSFHBOHLBO EBO NFOFLBOOZB TFNBLJO CFTBS /BI  VOUVL NFOHFUBIVJ
IVCVOHBOCFTBSHBZBEFOHBOQFSUBNCBIBOQBOKBOHQFHBTEBOLPOTUBOUB
QFHBT MBLVLBO&LTQFSJNFOCFSJLVU

Gravitasi dan Gaya Pegas 61


E ksperimen Mencari Hubungan Gaya dan
Pertambahan Panjang Pegas

A. Dasar Teori
Jika sebuah pegas ditarik dengan gaya tertentu, maka panjangnya akan berubah.
Semakin besar gaya tarik yang bekerja, semakin besar pertambahan panjang pegas tersebut.
Ketika gaya tarik dihilangkan, pegas akan kembali ke keadaan semula. Jika beberapa pegas
ditarik dengan gaya yang sama, pertambahan panjang setiap pegas akan berbeda. Perbe-
daan ini disebabkan oleh karakteristik setiap pegas. Karakteristik suatu pegas dinyatakan
dengan konstanta pegas (k).
Hukum Hooke menyatakan bahwa jika pada sebuah pegas bekerja sebuah gaya,
maka pegas tersebut akan bertambah panjang sebanding dengan besar gaya yang bekerja
padanya. Secara matematis, hubungan antara besar gaya yang bekerja dengan pertambah-
an panjang pegas dapat dituliskan sebagai berikut.

F∝x
F=kx

Keterangan :
F = gaya yang bekerja (N)
k = konstanta pegas (N/m)
x = pertambahan panjang pegas (m)

B. Tujuan Percobaan
Setelah melakukan eksperimen ini, kalian diharapkan mampu :
1. menentukan konstanta pegas,
2. menentukan hubungan antara gaya yang bekerja pada pegas dengan pertambahan
panjang pegas,
3. membuktikan hukum Hooke.

C. Alat dan Bahan


1. dua buah pegas yang terbuat dari bahan yang berbeda
2. anak timbangan dengan massa berbeda
3. mistar
4. statif

D. Langkah Kerja
1. Gantunglah sebuah pegas pada statif, seperti pada gambar.
2. Ukurlah panjang pegas sebelum diberi beban sebagai panjang
mula-mula (l0).
3. Gantungkan anak timbangan 100 g. Kemudian, ukurlah panjang
pegas ketika beban masih tergantung (l1) dan beban tidak ber-
gerak lagi.
4. Ukurlah pertambahan panjang pegas (x = l1 – l0).
5. Ulangilah langkah 3 dan 4 dengan mengganti anak timbangan
menjadi 200 g, 300 g, 500 g, 600 g, 700 g, 800 g, dan 1 kg.
6. Ulangilah langkah 1 sampai 5 dengan menggunakan pegas
yang lain.
7. Masukkan data hasil percobaan kalian ke dalam tabel berikut.

62 Fisika Kelas XI
No. Massa Beban Berat Beban L0 L0 X

1.

2.

3.

E. Pembahasan
1. Bagaimanakah pengaruh berat beban dengan pertambahan panjang pegas?
2. Buatlah grafik hubungan antara berat beban (w) dengan pertambahan panjang (x ).
3. Berbentuk apakah grafik berat benda dengan pertambahan panjang pegas?
4. Berdasarkan grafik yang kalian buat, konstanta pegas ditunjukkan oleh kemiringan (gradien)
grafik. Hitunglah konstanta pegas yang kalian gunakan.
5. Berikan contoh penggunaan pegas yang dapat kalian jumpai dalam kehidupan sehari-hari.
Buatlah laporan hasil eksperimen kalian dan tulislah sebuah artikel tentang eksperimen kalian
untuk dipublikasikan di majalah dinding sekolah.

 %FOHBO NFMBLVLBO &LTQFSJNFO UFSTFCVU  LBMJBO UFMBI NFOZFMJEJLJ


IVCVOHBOBOUBSBHBZBZBOHCFLFSKBQBEBQFHBTEFOHBOQFSUBNCBIBOQBO
KBOHQFHBT)VCVOHBOBOUBSBLFEVBCFTBSBOUFSTFCVUUFMBIEJTFMJEJLJPMFI MP

TFPSBOHJMNVXBOCFSOBNB)PPLF#FSEBTBSLBOQFOZFMJEJLBOOZB )PPLF Y
NFOZBUBLBOIVLVNOZB ZBOHLFNVEJBOEJLFOBMEFOHBO)VLVN)PPLF '8
 )VLVN )PPLF NFOZBUBLBO CBIXB KJLB QBEB TFCVBI QFHBT CFLFSKB
Gambar 2.10 Sebuah gaya F
TFCVBIHBZB NBLBQFHBTUFSTFCVUBLBOCFSUBNCBIQBOKBOHTFCBOEJOH bekerja pada pegas sehingga
pegas mengalami perubahan
EFOHBOCFTBSHBZBZBOHCFLFSKBQBEBOZB
panjang.
 6OUVL NFNBIBNJ )VLVN )PPLF  QFSIBUJLBO HBNCBS  %BSJ
HBNCBSUFSTFCVU LFUJLBQFHBTEJCFSJCFCBO QFHBTBLBOCFSUBNCBIQBOKBOH
TFKBVIY4FDBSBNBUFNBUJT IVCVOHBOHBZBMVBSZBOHCFLFSKBQBEBQFHBT T eropong
EFOHBOQFSUBNCBIBOQBOKBOHEBQBUEJUVMJTLBOEFOHBOQFSTBNBBOTFCBHBJ Menurut Hukum III
CFSJLVU Newton, jika benda A
melakukan gaya pada
,FUFSBOHBO     benda B (Faksi), maka
  '∝ Y  'HBZBZBOHCFLFSKB /
benda B akan melakukan

  'LY
  LLPOTUBOUBQFHBT /N
gaya pada benda A
(Freaksi) sama besar
    YQFSUBNCBIBOQBOKBOHQFHBT N
 dengan gaya yang
diterima, tetapi berlawan-
 #FSEBTBSLBO)VLVN***/FXUPO LFUJLBCFCBONFOBSJLQFHBTEFOHBO an arah. Kedua gaya ini
HBZBLY NBLBQFHBTBLBONFNCFSJLBOSFBLTJTFCFTBSoLYLFQBEBCFCBO tidak saling menghilang-
kan karena bekerja pada
(BZBZBOHEJLFSKBLBOQFHBTLFQBEBCFCBOEJTFCVUHBZBQFNVMJI 'Q
BUBV benda yang berbeda.
HBZBQFHBT#FTBSHBZBQFHBTJOJTBNBEFOHBOHBZBMVBSQFOZFCBCOZBUFUBQJ Hukum III Newton ditulis-
BSBIOZB CFSMBXBOBO 4FDBSB NBUFNBUJT  HBZB QFNVMJI BUBV HBZB QFHBT kan dalam bentuk,

EBQBUEJDBSJEFOHBOQFSTBNBBOCFSJLVU Faksi = Freaksi

Gravitasi dan Gaya Pegas 63


 '1−LY    
 
 ,FUFSBOHBO
 '1HBZBQFHBT /

 LLPOTUBOUBQFHBT /N

 YQFSUBNCBIBOQBOKBOHQFHBT N

1FSIBUJLBODPOUPICFSJLVU

Cont o h
4FCVBIQFHBTCJMBEJUBSJLEFOHBOHBZB/   

QBOKBOHOZBCFSUBNCBIDN#FSBQBLBIQFS  
UBNCBIBO QBOKBOH QFHBT KJLB EJUBSJL EFOHBO   /N
HBZB/
1FOZFMFTBJBO YEBQBUEJDBSJEFOHBOQFSTBNBBO
%JLFUBIVJ '
Y 
'/ L
YDN 
'/ 

%JUBOZBLBOY
   N
+BXBC  
6OUVLNFODBSJY UFSMFCJIEBIVMVLJUBNFO     DN
DBSJ 'EBOY +BEJ KJLBQFHBTEJUBSJLEFOHBOHBZB/ QFS
' UBNCBIBOQBOKBOHQFHBTBEBMBI DN
L
Y

 4VTVOBO1FHBT
 %BMBNLFIJEVQBOTFIBSJIBSJ LJUBTFSJOHNFMJIBUCFCFSBQBQFHBTEJ
HVOBLBOTFDBSBCFSTBNBBO4FCBHBJDPOUPI TQSJOHCFENFOHHVOBLBOQF
HBTEBMBNKVNMBICBOZBLZBOHEJTVTVOTFDBSBQBSBMFM+JLBCFCFSBQBQFHBT
EJTVTVOTFEFNJLJBOSVQB CBHBJNBOBLBILPOTUBOUBQFHBTHBCVOHBOOZB 
 1FOHHVOBBO QFHBT QBEB TQSJOH CFE NFSVQBLBO TBMBI TBUV DPOUPI
TVTVOBO QFHBT 4VTVOBO QFHBT QBEB TQSJOH CFE BEBMBI DPOUPI TVTVOBO
QFHBTTFDBSBQBSBMFM4FDBSBHBSJTCFTBS TVTVOBOQFHBTBEBEVBNBDBN ZBJUV
L
TVTVOBO TFSJ EBO TVTVOBO QBSBMFM .BSJ LJUB CBIBT TBUV QFSTBUV TVTVOBO
QFHBTUFSTFCVU
L
B 4VTVOBO4FSJ1FHBT
 4VTVOBOTFSJQFHBTEBQBULJUBCVBUEFOHBODBSBNFOZBNCVOHQFHBT
L
EFOHBOQFHBTMBJO TFIJOHHBQFHBTHBCVOHBOUBNQBLQBOKBOH1FSIBUJLBO
HBNCBS  %BSJ VSBJBO NBUFSJ ZBOH UFMBI LJUB QFMBKBSJ EJ EFQBO  KJLB
QFHBTEJUBSJLEFOHBOTVBUVHBZB QFHBTBLBOCFSUBNCBIQBOKBOHTFCBOEJOH
Gambar 2.11 Beberapa
pegas yang berbeda disusun EFOHBOHBZBZBOHNFOBSJLOZB#BHBJNBOBLBIQFSUBNCBIBOQBOKBOHQBEB
secara seri TVTVOBOTFSJQFHBT KJLBEJUBSJLEFOHBOHBZB' 

64 Fisika Kelas XI
 +JLB TVTVOBO TFSJ QFHBT EJCFSJ HBZB '  TFUJBQ QFHBT BLBO CFSUBNCBI
QBOKBOH#VLBOIBOZBQFHBTZBOHQBMJOHEFLBUEFOHBOQFOZFCBCHBZBTBKB
ZBOHCFSUBNCBIQBOKBOH UFUBQJTFNVBQFHBTBLBOCFSUBNCBIQBOKBOH
 6OUVLNFNCVLUJLBOOZB DPCBLBMJBOMBLVLBO&LTQFEJTJCFSJLVU

E kspedisi
Lakukanlah percobaan sederhana berikut. yang ditunjukkan pada kedua neraca. Kemudian
Siapkan beberapa buah neraca pegas (lebih lakukan lagi menggunakan neraca pegas yang
baik lagi menggunakan beberapa neraca lebih banyak. Apa yang dapat kalian simpulkan?
pegas yang berbeda jenisnya) dan beberapa Diskusikan hasil pengamatan kalian dengan
beban. Rangkailah dua neraca pegas secara teman-teman lain.
seri dan gantungkan beban. Amatilah angka

 %BSJIBTJMFLTQFEJTJ LBMJBONFOEBQBULBOCBIXBLFEVBQFHBTNFOVO
KVLLBOTLBMBZBOHTBNB*OJCFSBSUJHBZBQBEBOFSBDBTBNBEFOHBOHBZB
QBEB OFSBDB  BUBV OFSBDB MBJOOZB (BZB JOJ KVHB NFOVOKVLLBO CFSBU
CFOEB BUBV HBZB MVBS QBEB SBOHLBJBO TFSJ 'T
 +BEJ  LJUB NFOEBQBULBO
QFSTBNBBO

'T''''O

 ,FUFSBOHBO
 'TCFTBSHBZBQBEBSBOHLBJBOTFSJ /

 ' ' HBZBQBEBQFHBT  

 (BZB'ZBOHEJCFSJLBOQBEBTVTVOBOQFHBTNFOZFCBCLBOTFUJBQQFHBT
CFSUBNCBIQBOKBOH,BSFOBTFUJBQQFHBTCFSUBNCBIQBOKBOH NBLBQFS
UBNCBIBOQBOKBOHTVTVOBOTFSJQFHBTNFSVQBLBOKVNMBIEBSJQFSUBNCBI
BOQBOKBOHTFUJBQQFHBT 
 
YTY Y Y  YO

,FUFSBOHBO
YTQFSUBNCBIBOQBOKBOHSBOHLBJBOTFSJ
Y Y QFSUBNCBIBOQBOKBOHQFHBT  
 ,BMJBOUFMBINFOEBQBULBOIVCVOHBOBOUBSBYEBO'EBMBNQFSTBNBBO
CFSJLVU
 Y'  
L
  
 %BSJLFEVBQFSTBNBBOUFSTFCVU LJUBNFOEBQBULBOQFSTBNBBO
 'T ' ' ' ' 
  O
 LT L L L LO

Gravitasi dan Gaya Pegas 65


,BSFOB'T''''ONBLBQFSTBNBBOUFSTFCVUNFOKBEJ
   
        
LT L L L LO
 O 
∑
LT J LJ

 ,FUFSBOHBO
 LTLPOTUBOUBTVTVOBOTFSJQFHBT /N

 L L  LOLPOTUBOUBQFHBTLF   EBOLFO /N

 YTQFSUBNCBIBOQBOKBOHTVTVOBOTFSJQFHBT N

 Y Y  YOQFSUBNCBIBOQBOKBOHQFHBTLF   EBOLFO N



 'HBZBZBOHCFLFSKBQBEBQFHBT /

 1FSTBNBBOUFSBLIJSNFSVQBLBOQFSTBNBBOLPOTUBOUBHBCVOHBOEBSJ
CFCFSBQBQFHBTZBOHEJSBOHLBJTFSJ

C 4VTVOBO1BSBMFM1FHBT
 4VTVOBO QBSBMFM QFHBT EBQBU LJUB MJIBU QBEB TQJOHCFE  TIPDLCSFBLFS
TFQFEBNPUPS BUBVBMBUPMBISBHBZBOHEJHVOBLBOVOUVLQFSFHBOHBOPUPU
1FSIBUJLBO HBNCBS  ,FUJLB LJUB NFOBSJL BMBU PMBI SBHB UFSTFCVU
EFOHBO QPTJTJ NFOEBUBS  QFSUBNCBIBO QBOKBOH LFUJHB QFHBT TBNB CFTBS
4FIJOHHB KJLB CFCFSBQB QFHBT EJTVTVO QBSBMFM  LJUB NFOEBQBULBO QFS
TBNBBO
 YQYYYYO 
 

 ,FUFSBOHBO
www. gilamonster.com  YQQFSUBNCBIBOQBOKBOHQFHBTHBCVOHBOQBSBMFM
Gambar 2.12 Susunan paralel  Y Y QFSUBNCBIBOQFHBT  
pegas digunakan pada alat
olahraga dan shockbreaker
 1BEBTBBULJUBNFOBSJLBMBUUFSTFCVU HBZBZBOHLJUBCFSJLBOUFSCBHJ
sepeda motor. NFOKBEJUJHBVOUVLTFUJBQQFHBT*OJCFSBSUJKJLBSBOHLBJBOQBSBMFMUFSEJSJ
EBSJCFCFSBQBQFHBT HBZBUPUBMZBOHLJUBMBLVLBOEBQBUEJUVMJTLBOEFOHBO
QFSTBNBBOCFSJLVU
 'Q' ' '  'O   

 ,FUFSBOHBO
 'QHBZBZBOHCFLFSKBQBEBSBOHLBJBOQBSBMFMQFHBT
 ' ' HBZBQBEBQFHBT  

66 Fisika Kelas XI
 %FOHBO NFOTVCTUJUVTJLBO QFSTBNBBO '  LY  LJUB NFOEBQBULBO
QFSTBNBBO
 LQYQLY LY LY  LOYO

LQYLY LY LY  LOY
 
 4FIJOHHB LJUB NFOEBQBULBO QFSTBNBBO LPOTUBOUB TVTVOBO QBSBMFM
QFHBTTFCBHBJCFSJLVU
 kQ = k + k + k + L + kO     
O
kQ = ∑ k
J

 ,FUFSBOHBO
 LQLPOTUBOUBQFHBTSBOHLBJBOTFSJ /N

 L L LPOTUBOUBQFHBT  

Contoh
#BHBJNBOBLBI LJUB NFOHHVOBLBO QFSTB   
 + +
NBBO LPOTUBOUB TVTVOBO QFHBT EBMBN NFOZ   
FMFTBJLBOTPBM 1FSIBUJLBODPOUPICFSJLVU   
 + +
 "NJOBINFNQVOZBJUJHBCVBIQFHBTEFO   
HBO LPOTUBOUB  /N   /N  EBO 
/N#FSBQBLBILPOTUBOUBHBCVOHBO 

LFUJHBQFHBTUFSTFCVUKJLB 
B EJTVTVOTFSJ LT 

C EJTVTVOQBSBMFM     /N  
1FOZFMFTBJBO   +BEJ  LPOTUBOUB QFHBT SBOHLBJBO TFSJ
%JLFUBIVJ   BEBMBI/N
L/N
L/N  C ,POTUBOUB TVTVOBO QBSBMFM QFHBT
L/N   LQ
 EBQBU EJDBSJ EFOHBO QFSTBNBBO
%JUBOZBLBO   CFSJLVU
BLT   LQ L L L
CLQ      
   /N
+BXBC   +BEJ  LPOTUBOUB QFHBT SBOHLBJBO
B LPOTUBOUB TVTVOBO TFSJ QFHBT LT
   QBSBMFMBEBMBI/N
  EBQBU EJDBSJ EFOHBO QFSTBNBBO
  CFSJLVU
   
   + + 
LT L L L

Gravitasi dan Gaya Pegas 67


 -JNB CVBI QFHBT JEFOUJL  1FHBT % EBO &  KVHB UFSTVTVO QBSBMFM 
 EFOHBOLPOTUBOUBL EJTV " #  TFIJOHHB
 TVOTFQFSUJHBNCBS#FSEB   LQL L
 TBSLBO HBNCBS UFSTFCVU  $    L
 UFOUVLBO LPOTUBOUB HBCV  4VTVOBO QBSBMFM QFHBT QFSUBNB LQ

 OHBOOZB % &  QFHBT$ EBOTVTVOBOQBSBMFMLFEVB LQ

 1FOZFMFTBJBO  UFSTVTVOTFSJ TFIJOHHB
 %JLFUBIVJ    
  + +
  QFHBT JEFOUJL EJTVTVO TFQFSUJ HBNCBS LHBC LQ LD LQ
 %JUBOZBLBOLHBCVOHBO   
 +BXBC  + +
L L L
 #FSEBTBSLBOHBNCBSEJBUBT QFHBT"EBO
  + 
 QFHBT# UFSTVTVOQBSBMFM   =
  LQL L L k
   L 
LHBC  L

  +BEJ LPOTUBOUBHBCVOHBOEBSJTJTUFN
 QFHBTUFSTFCVUBEBMBI L

 #BHBJNBOB  NFOBSJL CVLBO  /BI  VOUVL NFOBNCBI QFNBIBNBO


LBMJBOUFOUBOHQFHBT LFSKBLBO6KJ,PNQFUFOTJEJCBXBIJOJ

Uji Kompetensi
1. Pada sebuah kawat tembaga yang mempunyai modulus Young
1,2 × 1010 N/m2, tergantung sebuah beban bermassa 0,75 kg. Jika
panjang kawat mula-mula adalah 1 meter dan luas penampang
kawat 0,5 mm2, berapakah panjang kawat sekarang?

2. Sebuah kawat besi dengan diameter penampang 0,8 mm sepanjang


50 cm, ditarik dengan gaya 25 N. Akibat tarikan tersebut, kawat ber-
tambah panjang 0,5 mm. Tentukan:
a. tegangan kawat,
b. regangan kawat,
c. modulus Young kawat tersebut.

3. Seseorang siswa dengan massa 55 kg duduk pada jok sepeda


motor. Akibatnya, kedua shockbreaker motor memendek sejauh 4
cm dari kedudukan semula. Tentukan konstanta setiap shockbreaker
tersebut.

4. Tiga buah pegas dengan konstanta 40 N/m, 50 N/m, dan 60 N/m di-
susun secara seri. Susunan pegas tersebut kemudian ditarik dengan
gaya 80 N. Tentukan:
a. konstanta susunan seri,
b. pertambahan panjang pegas.

68 Fisika Kelas XI
2
5. Sebuah balok bermassa 2 kg bergerak dengan percepatan 3 m/s di
atas sebuah lantai licin. Beberapa saat kemudian, balok menumbuk
sebuah pegas sehingga pegas mengalami pemampatan sejauh 1,5
cm. Berapakah konstanta pegas tersebut?


D Pegas dan Gerak Harmonis Sederhana

 +JLB TFCVBI CFCBO EJHBOUVOHLBO QBEB TFCVBI QFHBT EBO LFNVEJBO


EJUBSJL QFHBTBLBOCFSUBNCBIQBOKBOH,FUJLBUBSJLBOEJMFQBTLBO CFCBO
BLBO CFSHFSBL OBJL UVSVO TFDBSB QFSJPEJL BUBV CFSVMBOHVMBOH (FSBL
CFCBOJOJNFSVQBLBODPOUPIHFUBSBOBUBVPTJMBTJZBOHTFEFSIBOB
(a)
 4FOBS HJUBS  TFOBS QJBOP  HBSQV UBMB  EBO QFOEVMVN NFSVQBLBO
W
CFCFSBQBDPOUPICFOEBZBOHEBQBUCFSHFUBS(FUBSBONFSVQBLBOTVNCFS
HFMPNCBOH (FUBSBO TFOBS NFSVQBLBO TVNCFS HFMPNCBOH QBEB TFOBS
HFUBSBOVEBSBNFSVQBLBOTVNCFSHFMPNCBOHTVBSB EBOMBJOTFCBHBJOZB (b)
'
*OJNFOBOEBLBOBEBOZBIVCVOHBOZBOHFSBUBOUBSBHFUBSBOEBOHFMPN W

CBOH
 4FCVBI HFUBSBO EJLBUBLBO HFSBL QFSJPEJL BQBCJMB UFSKBEJ CFSVMBOH (c) '
VMBOH QBEB MJOUBTBO ZBOH TBNB 4FCBHBJ DPOUPI CFCBO ZBOH UFSIVCVOH WW
QBEBQFHBTZBOHEJUBSJLEFOHBOHBZBUFSUFOUV1FSIBUJLBO(BNCBS
%BSJ HBNCBS UFSTFCVU  QVTBU NBTTB CFCBO QBEB HBNCBS B
 CFSBEB QBEB
UJUJL LFTFJNCBOHBO  ZBJUV Y   ,FUJLB CFCBO EJUBSJL LF LBOBO EFOHBO (d) '
HBZB' HBNCBSC
QFHBTNFOHBMBNJQFNBOKBOHBOTFIJOHHBNFOZJNQBOH W

TFKBVI"EBSJQPTJTJTFJNCBOH1VTBUNBTTBCFCBOQBEBLFBEBBOJOJCFSBEB
QBEBQPTJTJY"4FUFMBIUBSJLBOEJMFQBTLBO QFHBTLFNCBMJCFSHFSBLLF (e) '
LJSJ%BMBNTFQFSTFLJBOEFUJL QVTBUNBTTBCFCBOLFNCBMJLFQPTJTJTFJN WW
CBOHEJY" HBNCBSD
(FSBLCFCBOJOJUJEBLCFSIFOUJEJUJUJLLFTFJN
CBOHBO UFUBQJUFSVTCFSHFSBLLFLJSJ,BMJJOJCFCBONFOFLBOQFHBTLFLJSJ 
TFIJOHHB QFHBT NFNFOEFL EBO QVTBU CFCBO NFOZJNQBOH TFKBVI " EBSJ (f)
'
QPTJTJLFTFJNCBOHBO HBNCBSE
1BEBTBBUJOJ QVTBUNBTTBCFCBOCFSBEB W
QBEBQPTJTJY"4FUFMBIJUV QFHBTCFSHFSBLMBHJLFLBOBOTFIJOHHBTBN
Y" Y Y"
QBJEJY UJUJLLFTFJNCBOHBO
#FCFSBQBTBBULFNVEJBOTBNQBJQBEB
QPTJTJ Y"
3BOHLBJBOHFSBL EBSJY"LFY"LFNCBMJLFY"
JOJ Gambar 2.13 Beban yang
terhubung pada pegas
UFSKBEJCFSVMBOHVMBOHBUBVUFSKBEJTFDBSBQFSJPEJL*OJMBITFCBCOZBHFSBL melakukan gerak periodik.
QVTBUNBTTBCFCBOQBEBQFHBTEBQBUEJTFCVUTFCBHBJHFSBLQFSJPEJL
 /BI QFSNBTBMBIBOTFLBSBOHBEBMBIBQBLBIZBOHNFOZFCBCLBOCFCBO
CFSHFSBLLFLBOBOBUBVLFLJSJ XBMBVQVOHBZBUBSJLBOUFMBIEJIJMBOHLBO 

Gravitasi dan Gaya Pegas 69


%BSJQFOKFMBTBOTFCFMVNOZB LBMJBOUFMBINFOHFUBIVJCBIXBLFUJLBQFHBT
EJCFSJHBZB CBJLEJSFHBOHLBONBVQVOEJUFLBO QFHBTBLBONFNCFSJLBO
HBZBQFNVMJIBUBVHBZBQFHBTTFCFTBS '1LYQBEBQFSTBNBBOJOJNFSV
QBLBOQFSUBNCBIBOQBOKBOHQFHBTEJIJUVOHEBSJUJUJLLFTFJNCBOHBO%BSJ
QFSTBNBBOHBZBQFHBTUFSTFCVU CFTBSOZBHBZBZBOHEJCFSJLBOQFHBTQBEB
CFCBOCFSVCBITFUJBQTBBUUFSHBOUVOHQBEBQPTJTJCFCBO5BOEBOFHBUJG 

NFOVOKVLLBOCBIXBHBZBQFHBTCFSMBXBOBOEFOHBOBSBIHFSBLCFCBOBUBV
BSBITJNQBOHBO
 4FLBSBOH QFSIBUJLBO LFNCBMJ (BNCBS  ,FUJLB CFCBO CFSHFSBL
LFLBOBO HBZBMFOUJOHQFHBTNFOBSJLOZBLFLJSJ#FHJUVQVMBLFUJLBCFCBO
CFSHFSBL LF LJSJ  QFHBT NFNCFSJLBO HBZB LF LBOBO 4FNVB TJTUFN ZBOH
CFSHFUBS TFQFSUJ HBNCBS  EJNBOB HBZB QFNVMJI CFSCBOEJOH EFOHBO
OFHBUJGTJNQBOHBOOZBEJTFCVUHFSBLIBSNPOJTTFEFSIBOB
 6OUVL NFOHFUBIVJ MFCJI KBVI UFOUBOH HFSBL IBSNPOJT TFEFSIBOB 
TJNBLMBIQFOKFMBTBOCFSJLVU
 #FTBSBOCFTBSBOQBEB(FSBL)BSNPOJT4FEFSIBOB
  %BMBNNFNCBIBTHFSBLIBSNPOJTTFEFSIBOB LJUBQFSMVNFOEFGJ
 OJTJLBOCFCFSBQBCFTBSBO6OUVLNFOHFOBMCFTBSBOCFTBSBOUFSTFCVU 
 DPCBLBMJBOQFSIBUJLBOLFNCBMJ(BNCBS#FTBSBOCFTBSBOZBOH
 NFOEBTBSJHFSBLIBSNPOJTTFEFSIBOBBEBMBITFCBHBJCFSJLVU
 B 4JNQBOHBO NFSVQBLBO KBSBL QVTBU NBTTB CFCBO EBSJ UJUJL LF
  TFJNCBOHBO1BEBHBNCBS TJNQBOHBOEJUBOEBJEFOHBOIVSVGY
  #FTBS TJNQBOHBO TFUJBQ TBBU TFMBMV CFSVCBI LBSFOB CFCBO UFSVT
  CFSHFSBLEJTFLJUBSUJUJLLFTFJNCBOHBO
 C "NQMJUVEPNFOZBUBLBOTJNQBOHBONBLTJNVNBUBVTJNQBOHBO
  UFSCFTBSUJUJLQVTBUNBTTBCFCBO1BEB(BNCBS BNQMJUVEP
  EJUVOKVLLBOQBEBQPTJTJY"BUBVY""NQMJUVEJPEJTJNCPM
  LBOEFOHBOIVSVG"
 D 1FSJPEF EJBSUJLBO TFCBHBJ XBLUV ZBOH EJQFSMVLBO VOUVL NFMB
  LVLBO TBUV HFUBSBO %BMBN IBM JOJ  TBUV HFUBSBO EJEFGJOJTJLBO
  TFCBHBJ HFSBL EBSJ QPTJTJ Y  " LF QPTJTJ Y  " EBO LFNCBMJ
  LF QPTJTJ Y  " MBHJ 1FSJPEF EJTJNCPMLBO EFOHBO IVSVG5 EBO
  NFNQVOZBJTBUVBOEFUJL T

 E 'SFLVFOTJEJBSUJLBOTFCBHBJCBOZBLOZBHFUBSBOZBOHEJMBLVLBO
  UJBQ TBUV TBUVBO XBLUV 'SFLVFOTJ EJTJNCPMLBO EFOHBO
  IVSVGGEBONFNQVOZBJTBUVBOIFSU[BUBV)['SFLVFOTJEBQBU
  QVMB EJBSUJLBO TFCBHBJ LFCBMJLBO QFSJPEF BUBV EBQBU EJUVMJT
  LBOTFCBHBJ
      
G  BUBV 5 
5 G

  ,FUFSBOHBO
  G GSFLVFOTJ )[

  5QFSJPEF T

70 Fisika Kelas XI
 #FOUVL4JOVTPJEBM(FSBL)BSNPOJT4FEFSIBOB
 (FSBL IBSNPOJT TFEFSIBOB TFQFSUJ ZBOH EJMBLVLBO
QFHBT EBQBU EJHBNCBSLBO EBMBN CFOUVL HSBGJL GVOHTJ
TJOVT BUBV EJTFCVU HSBGJL TJOVTPJEBM 1FSIBUJLBO HBNCBS
"
1BEBCFCBOEJQBTBOHQFODJMEFOHBOUVKVBONFOH
HBNCBS TJNQBOHBO CFCBO QBEB LFSUBT ,FUJLB CFCBO       U
CFSHFSBL OBJL UVSVO EBO LFSUBT EJUBSJL IPSJTPOUBM 5 5 5 5
  
5 5
 

EFOHBO LFDFQBUBO LPOTUBO  QFODJM BLBO NFOHHBNCBS "


NFOJOHHBMLBO HPSFTBO QBEB LFSUBT 6OUVL NFNCVLUJLBO Gambar 2.14 Gerak harmonis sederhana
OZBDPCBLBMJBOMBLVLBO&LTQFEJTJCFSJLVU digambarkan dalam grafik sinusoidal.

E kspedisi
Berdasarkan keterangan dan Gambar 2.13, kertas, dan pencil. Tuliskan rancangan percobaan
rancanglah sebuah percobaan sederhana untuk kalian sekaligus hasilnya menggunakan metode
membuktikan bahwa getaran pada pegas meru- ilmiah. Presentasikan rancangan dan hasil perco-
pakan grafik fungsi sinusoidal. Beberapa bahan baan kalian di depan kelas.
yang kalian perlukan antara lain, pegas, beban,

 (SBGJLQBEB(BNCBSNFOHHBNCBSLBOTJNQBOHBOQVTBUNBTTB
CFCBOTFUJBQTBBU+BSBLQVODBLHSBGJLEBSJTVNCVIPSJTPOUBMNFOZBUBLBO
TJNQBOHBO NBLTJNVN BUBV BNQMJUVEP " 1FSQPUPOHBO HSBGJL EFOHBO
TVNCV IPSJTPOUBM NFSVQBLBO MFUBL UJUJL LFTFJNCBOHBO 1FHBT EJLBUBLBO
NFMBLVLBO TBUV HFUBSBO KJLB UFMBI CFSHFSBL EBSJ 0 LF 5 8BLUV VOUVL
NFOFNQVITBUVHFUBSBOJOJEJTFCVUTBUVQFSJPEF 5

 4FLBSBOHQFSIBUJLBO VOUVLUCFCBOCFSBEBEJUJUJLLFTFJNCBOHBO
Y
4FNFOUBSBVOUVLUž5 CFCBOUFMBINFOZJNQBOHTFKBVI"EBSJ
UJUJLLFTFJNCBOHBO Y"
4FDBSBVNVN QFSTBNBBOTJNQBOHBO Y
TFUJBQ
TBBUQBEBHSBGJLYUUFSTFCVUEJCFSJLBOEFOHBOQFSTBNBBO
 
Y  " TJO ω U

EFOHBONFOTVCTUJUVTJLBOQFSTBNBBO ω = LJUBNFOEBQBULBOCFOUVL
 5
,FUFSBOHBO "
   YTJNQBOHBO N

π "BNQMJUVEP N

Y  " TJO U
5 5QFSJPEF T


Y  " TJO  πf U
   5   U
GGSFLVFOTJ )[

5

5

5

5

5

UMBNBCFCBOCFSHFSBL T


ωLFDFQBUBOTVEVU SBET
"

 1FSTBNBBOTJNQBOHBOEJBUBTCFSMBLVKJLBQBEBTBBUU Gambar 2.15 Jika pada saat t=0, beban


menyimpang sejauh A, maka grafik simpang-
 CFOEBCFSBEBEJUJUJLLFTFJNCBOHBO Y
"LBOUFUBQJ  annya menjadi grafik fungsi cosinus
KJLBQBEBTBBUU CFOEBUFMBINFOZJNQBOHTFKBVI" TJN
QBOHBOTFCBHBJGVOHTJTJOVTCFSVCBINFOKBEJGVOHTJDPTJOVT1FSIBUJLBO
(BNCBS  #FSEBTBSLBO HBNCBS UFSTFCVU  QFSTBNBBO TJNQBOHBOOZB
NFOKBEJ
Gravitasi dan Gaya Pegas 71
 Y"DPTω U  

 1FSTBNBBOJOJTFCFOBSOZBTBNBEFOHBOQFSTBNBBOTJNQBOHBOTFCBHBJ
GVOHTJTJOVT UFSHBOUVOHUJUJLBDVBOZBOHLJUBQBLBJ+JLBLJUBNFOHBDVQBEB
UJUJLLFTFJNCBOHBOTFCBHBJUJUJLBXBM QFSTBNBBOTJOVTMBIZBOHLJUBQBLBJ
4FCBMJLOZB  KJLB BDVBOOZB UJUJL TJNQBOHBO UFSKBVI  QFSTBNBBO ZBOH LJUB
QBLBJBEBMBIQFSTBNBBODPTJOVT

 ,FDFQBUBOEBO1FSDFQBUBO(FUBS
 4JNQBOHBOQBEBQFSTBNBBOEJEFQBOEBQBUEJBSUJLBOTFCBHBJQPTJTJ
QVTBUNBTTBCFCBOTFUJBQTBBU%BSJQPTJTJJOJ LJUBEBQBUNFODBSJLFDFQBU
BO HFSBL CFCBO 1BEB CBC TFCFMVNOZB  LBMJBO UFMBI NFNQFMBKBSJ CBIXB
LFDFQBUBO NFSVQBLBO UVSVOBO QPTJTJ +BEJ  LFDFQBUBO HFSBL CFOEB BUBV
LFDFQBUBOHFUBSBOQFHBTEJDBSJEFOHBOQFSTBNBBO
r
T eropong  r  EY 
 W   ,FUFSBOHBO
r
   EU    WLFDFQBUBOHFUBS NT

Di bab I, kita telah menge- r E "TJOωU
"BNQMJUVEP N
 
tahui bahwa kecepatan   W
  EU    LFDFQBUBOTVEVU
merupakan turunan
posisi (r) terhadap waktu  4FIJOHHB CFTBSLFDFQBUBOHFUBSEJDBSJEFOHBOQFSTBNBBOCFSJLVU
(t), atau dituliskan dalam
persamaan:
 W"ω DPTωU    
dr
v= 
dt  %BSJQFSTBNBBOLFDFQBUBOHFUBSUFSTFCVU OJMBJNBLTJNVNZBOHEBQBU
Turunan untuk fungsi
EJDBQBJDPTωUBEBMBI+JLBLFBEBBOJOJUFSDBQBJ LFDFQBUBOHFUBSBLBO
trigonometri adalah NFODBQBJLFDFQBUBONBLTJNVN ZBOHEJSVNVTLBOTFCBHBJ
sebagai berikut.
 WNBLT"ω  
d (A sin xt)
= Ax cos x t
dt  %BSJQFSTBNBBOLFDFQBUBO LJUBEBQBUNFODBSJQFSTBNBBOQFSDFQBUBO
d (A cos xt) HFUBSLFUJLBCFCBONFOZJNQBOHTFKBVIY1FSDFQBUBOHFUBSNFSVQBLBO
= -Ax sin x t
dt UVSVOBO GVOHTJ LFDFQBUBO UFSIBEBQ XBLUV  TFIJOHHB QFSDFQBUBO HFUBS
EBQBUEJDBSJEFOHBOQFSTBNBBO
dengan x merupakan
konstanta.   r   
r EW Y
  B
EU
r E " W DPT WU

B
EU
r
B  "W TJO Wt

 4FQFSUJ LFDFQBUBO NBLTJNVN  QFSDFQBUBO NBLTJNVN KVHB EJDBQBJ


LFUJLBTJOωU+BEJ CFTBSQFSDFQBUBONBLTJNVNEJOZBUBLBOEBMBNQFS
TBNBBO

72 Fisika Kelas XI
 BNBLT−"ω2  ,FUFSBOHBO
r 
B QFSDFQBUBOHFUBS NT


 %BSJ QFSTBNBBO QFSDFQBUBO  LJUB UBIV CBIXB " TJO ωU UJEBL MBJO
BEBMBITJNQBOHBOY+BEJ CFTBSQFSDFQBUBOHFUBSEBQBUEJSVNVTLBO
,FUFSBOHBO
 B−"ω2 Y
YTJNQBOHBO N

 1FSTBNBBOJOJNFNCFSJLBOBSUJCBIXBQFSDFQBUBOHFUBSTFMBMVCFSMB
XBOBOEFOHBOTJNQBOHBO,FUJLBCFCBONFOZJNQBOHLFBUBT BSBIYQPTJ
UJG
QFSDFQBUBONFOVKVLFCBXBI#FHJUVQVMBTFCBMJLOZB LFUJLBCFCBO
NFOZJNQBOHLFCBXBI BSBIQFSDFQBUBOOZBLFBUBT
 1FSJPEF(FUBS
 1FSDFQBUBOHFUBSZBOHTFMBMVCFSMBXBOBOEFOHBOTJNQBOHBOEJTFCBC
LBOPMFIHBZBQFNVMJIQBEBQFHBT,JUBUFMBINFNCBIBTCBIXBCFTBSHBZB
QFNVMJIQFHBTEJOZBUBLBOTFCBHBJ
 'QLY   

 (BZB QFNVMJI JOJ EBQBU KVHB EJDBSJ NFOHHVOBLBO )VLVN **


/FXUPO#FSEBTBSLBO)VLVN**/FXUPO CFTBSHBZBMFOUJOHEBQBUEJDBSJ
EFOHBOQFSTBNBBO
 'Q  N B  
 '1  NW Y


P
'Q  N ¥¦ ´µ Y
§5 ¶

 %BSJEVBQFSTBNBBO'QUFSTFCVU LJUBEBQBUNFODBSJQFSJPEF5
 π
L Y N  Y
   5   ,FUFSBOHBO
  5  =  π N   5QFSJPEF T

    L   NNBTTBCFCBO LH

   N   LLPOTUBOUBQFHBT /N

5  π
L

 1FSTBNBBOUFSTFCVUNFNCFSJLBOBSUJCBIXBQFSJPEFHFSBLUFSHBOUVOH
QBEBNBTTBCFCBOEBOLPOTUBOUBQFHBTOZB4FNBLJOCFTBSNBTTBZBOHEJ
HVOBLBO NBLBQFSJPEFHFUBSOZBKVHBTFNBLJOCFTBS4FCBMJLOZB TFNBLJO
CFTBSLPOTUBOUBQFHBT ZBOHCFSBSUJQFHBTTFNBLJOLBLV QFSJPEFHFUBSBO
OZBTFNBLJOLFDJM
 6OUVL NFOHFUBIVJ QFOHHVOBBO QFSTBNBBOQFSTBNBBO QBEB QFHBT 
QFSIBUJLBODPOUPICFSJLVU

Gravitasi dan Gaya Pegas 73


Contoh
4FCVBICFOEBCFSNBTTB LHEJHBOUVOHLBO  Y    TJO  π

U
QBEBTFCVBIQFHBT"LJCBUOZB CFCBOCFSHFS  +BEJ QFSTBNBBOTJNQBOHBOOZBBEBMBI
BL OBJL UVSVO EFOHBO TJNQBOHBO UFSKBVI  Y   π) U
ZBOHEJDBQBJDN+JLBLPOTUBOUBQFHBTZBOH
EJQBLBJ/N UFOUVLBO E #FTBSLFDFQBUBOHFUBSEJDBSJEFOHBOQFS
B QFSJPEFHFSBLBOCFCBO  TBNBBO
C QFSTBNBBOTJNQBOHBO  EY 
D CFTBS LFDFQBUBO HFUBS EBO LFDFQBUBO W
EU
 NBLTJNVN
T  π
U
E   TJO  
E CFTBSQFSDFQBUBOQBEBTBBUU T 
EU
1FOZFMFTBJBO
   π DPT  
T   π
t

%JLFUBIVJ
N LH    DPT   π
U
"DN×N  WNBLTUFSDBQBJKJLB DPT  π) U
L/N  +BEJ  CFTBS LFDFQBUBO NBLTJNVNOZB
%JUBOZBLBO  BEBMBI NT
B 5
C Y F #FTBS QFSDFQBUBO EJDBSJ EFOHBO QFS
D WEBOWNBLT  TBNBBO 
E BVOUVLU T  EW
B
+BXBC EU
B 6OUVLNFODBSJ5 HVOBLBOQFSTBNBBO π DPT 
E    
  U

N 
 5 = π EU
L   π TJO  
 π
t

  ×  
     TJO  π
U
JO  π

  6OUVL U    T  CFTBS QFSDFQBUBOOZB
   T  BEBMBI 
 +BEJ QFSJPEFHFUBSOZBBEBMBI T  B    TJO  π  

C 4FDBSB VNVN  QFSTBNBBO TJNQBOHBO EJ     TJO   π
 OZBUBLBOEFOHBO  ×
  
Y  " TJO ω U
     NT 

Y  " TJO U
 +BEJ CFTBSQFSDFQBUBOQBEBTBBUU T
5
  BEBMBI NT
⎛ π ⎞
Y   J ⎜ U⎟
⎝   ⎠

 4FMBJOQFHBT DPOUPIMBJOZBOHNFSVQBLBOHFSBLIBSNPOJTTFEFSIBOB
BEBMBI HFSBL BZVOBO QBEB QFOEVMVN TFEFSIBOB 1BEB TBBU NFMBLVLBO
FLTQFSJNFO VOUVL NFODBSJ QFSDFQBUBO HSBWJUBTJ EJ TVBUV UFNQBU  LBMJBO
NFOHHVOBLBO QFOEVMVN TFEFSIBOB #BHBJNBOBLBI IVCVOHBO QFOEV
MVNTFEFSIBOBEFOHBOQFSDFQBUBOHSBWJUBTJ ,BMJBOBLBONFOHFUBIVJOZB
TFUFMBINFNQFMBKBSJNBUFSJCFSJLVU

74 Fisika Kelas XI
E Pendulum Sederhana

 4FQFSUJ QFOKFMBTBO QBEB FLTQFSJNFO EJ TVCCBC TFCFMVNOZB  QFOEV


MVNTFEFSIBOBUFSEJSJBUBTTFCVBICFOEBLFDJM CJTBCFSCFOUVLCPMBBUBV
CFOUVL MBJO
 ZBOH UFSHBOUVOH QBEB TFCVBI UBMJ SJOHBO %BMBN IBM JOJ 
NBTTBUBMJEJBCBJLBOLBSFOBUFSMBMVLFDJMEJCBOEJOHLBONBTTBCPMB,FUJLB
EJCFSJTFEJLJUHBZB CPMBQFOEVMVNBLBOCFSHFSBLCFSBZVOBZVO(FSBLBO
JOJUFSKBEJCFSVMBOHVMBOHTFDBSBQFSJPEJLEJTFLJUBSUJUJLLFTFJNCBOHBOOZB (a)
/BNVO BQBLBIQFOEVMVNNFOHBMBNJHFSBLIBSNPOJTTFEFSIBOB 6OUVL
NFOKBXBCOZB QFSIBUJLBOHBNCBS
 5JUJL LFTFJNCBOHBO CPMB QFOEVMVN EJEBQBULBO LFUJLB QFOEVMVN θ
-
EJBNEBOCPMBUFSHBOUVOHWFSUJLBM,FUJLBHBZBEJCFSJLBO CPMBQFOEVMVN
BLBOCFSHFSBLEFOHBOMJOUBTBOCFSVQBCVTVSMJOHLBSBO#PMBJOJBLBONF 'U
OZJNQBOHTFKBVIYEBSJUJUJLLFTFJNCBOHBO4FNFOUBSBUBMJQBEBQPJTJTJJOJ
NFNCFOUVLTVEVU θUFSIBEBQHBSJTWFSUJLBM+JLB QBOKBOHUBMJEJOZBUBLBO N

EBMBNM NBLBYEBO θ EJIVCVOHLBOEFOHBOQFSTBNBBO


JOθ
NHT
 YM  Y NHDPTθ
 (b)
 ,FUFSBOHBO
Gambar 2.16 Sebuah pendulum
 YTJNQBOHBOQFOEVMVN N
sederhana dan gaya yang
 MQBOKBOHUBMJ N
bekerja pada bola pendulum.

θTVEVUTJNQBOHBOUFSIBEBQHBSJTWFSUJLBM

 1FSIBUJLBOLFNCBMJ(BNCBS C
#FSEBTBSLBOHBNCBSUFSTFCVU 
HBZBZBOHNFOZFCBCLBOCPMBCFSHFSBLLFUJUJLLFTFJNCBOHBOOZBBEBMBI
NH TJO α ZBOH NFSVQBLBO HBZB QFNVMJI 'Q
 "SBI HBZB QFNVMJI JOJ
CFSMBXBOBOEFOHBOBSBIQFOZJNQBOHBO TFIJOHHBLJUBNFOEBQBULBOQFS
TBNBBO
 r 
'1  NHTJOQ

 ,FUFSBOHBO
r
 '1 HBZBQFNVMJI /

 NNBTTBCPMBQFOEVMVN LH

 HQFSDFQBUBOHSBWJUBTJ NT

θ TVEVUZBOHEJCFOUVLUBMJEBOHBSJTWFSUJLBM

 +JLBθLFDJM θP
NBLBOJMBJTJOθTFCBOEJOHEFOHBOθ TJOθ ≈ θ

+BEJ LJUBNFOEBQBULBOQFSTBNBBO
 'Q  NH Q 
NH
'Q  Y
M

Gravitasi dan Gaya Pegas 75


 1FSTBNBBO JOJ JEFOUJL EFOHBO CFOUVL QFSTBNBBO HBZB QVMJI QBEB
Mozaik QFHBT '1-LY
+BEJ HFSBLQFOEVMVNKVHBNFSVQBLBOHFSBLIBSNPOJT
TFEFSIBOB%BSJLFEVBQFSTBNBBOJOJ LJUBNFOEBQBULBO
 NH 
L
M

 %FOHBO NFNBTVLLBO IBSHB L JOJ LF QFSTBNBBO QFSJPEF QFHBT


N
www.phys.canterbury.ac.nz 5  π EJEFQBO LJUBNFOEBQBULBOQFSTBNBBOQFSJPEFBZVOBOQFO
L
Ilmuwan Prancis, Leon
Foucault, menggunakan EVMVN
pendulum sederhana
untuk menunjukkan bahwa  N 
5  π
bumi berputar. Sebuah NH
pendulum sederhana akan
bergerak di antara dua M
titik yang sama menurut
garis edarnya.
Foucault memasang M
pendulum yang berayun
5  π
H
dalam sebuah katedral.
Setelah beberapa jam, 
pendulum tersebut telah
berayun menjauhi garis  +JLBLFEVBSVBTEJLVBESBULBO LJUBNFOEBQBULBOQFSTBNBBO
edarnya. Ini membuktikan
bahwa bumilah yang  M 
bergerak, bukan jalur 5   π
pendulum tersebut.
H
 ,FUFSBOHBO
Lafferty, Peter, 2000

π M 
H QFSDFQBUBOHSBWJUBTJ NT

H
5 M QBOKBOHUBMJ N

 5QFSJPEFBZVOBO T


 1FSTBNBBO JOJ EBQBU LJUB HVOBLBO VOUVL NFODBSJ CFTBS QFSDFQBUBO
HSBWJUBTJ EJ TVBUV UFNQBU  TFQFSUJ ZBOH UFMBI LBMJBO CVLUJLBO NFMBMVJ
FLTQFSJNFO 6OUVL NFOBNCBI XBXBTBO LBMJBO  LFSKBLBO 6KJ ,PNQFUFOTJ
CFSJLVU

Uji Kompet en s i
1. Seorang anak bermassa 25 kg bermain ayunan. Ia didorong oleh
temannya dengan gaya 50 N sehingga tali membentuk sudut 30o
dari posisi vertikal. Jika panjang tali ayunan adalah 2 meter dan
percepatan gravitasi 9,8 m/s2, tentukan:
a. simpangan dari titik keseimbangan,
b. periode ayunan.

2. Ketika terjadi gempa bumi, sebuah lampu bermassa 75 gram yang


tergantung pada kabel sepanjang 60 cm berayun-ayun. Dalam 30
detik, lampu berayun sebanyak 45 kali. Jika sudut ayunan kecil dan
percepatan gravitasi bumi 10 m/s2, tentukan besar gaya akibat
gempa yang menyebabkan lampu berayun.

76 Fisika Kelas XI
Inti Sari
1. Hukum Gravitasi Newton menyatakan bahwa
$l l - l0

setiap partikel dalam alam semesta selalu e= 
menarik partikel lain dengan gaya berban- l0 l0
ding lurus dengan perkalian massa masing-
masing partikel dan berbanding terbalik den- 7. Modulus elastisitas (modulus Young) me-
gan kuadrat jarak antara keduanya. Secara nyatakan perbandingan antara tegangan
matematis, besarnya gaya gravitasi antara dengan regangan.
dua partikel dirumuskan sebagai berikut. σ
S F × l0
E= 
m1 m2

e A × $l
F=G 2
R
8. Hukum Hooke menyatakan bahwa jika pada
2. Medan gravitasi atau percepatan gravitasi sebuah pegas bekerja sebuah gaya, maka
menyatakan daerah di sekitar benda yang pegas tersebut akan bertambah panjang se-
masih terpengaruh gaya gravitasi dari benda banding dengan gaya yang mempengaruhi
tersebut. Medan gravitasi dari benda ber- pegas tersebut. Secara matematis, hukum
massa m, dirumuskan dengan persamaan: Hooke dinyatakan dengan persamaan:

m F=kx
g=G 2
R 9. Konstanta gabungan beberapa pegas yang
3. Planet bergerak mengelilingi matahari dise- disusun seri dicari dengan rumus:
babkan adanya medan gravitasi matahari 1 1 1 1 1
= + + + . . .+
yang mempengaruhi planet. Kelajuan planet ks k1 k2 k3 kn
dalam mengelilingi matahari dapat dihitung
dengan persamaan berikut.
10. Konstanta gabungan beberapa pegas yang
Gmm disusun paralel dihitung dengan persamaan:
v=
R kp = k1 + k 2 + k 3 + . . . + kn

4. Jika jarak planet ke matahari dan periode


revolusi planet diketahui, massa matahari 11. Gerak pegas merupakan contoh gerak
dapat dihitung dengan rumus: harmonis sederhana (GHS). Sebagai GHS,
gerak pegas dapat digambarkan dalam
2 3 grafik sinusoidal, dan dinyatakan dalam ben-
π R
4P
mm = tuk persamaan:
2
GT n πWt
x = A sin

5. Tegangan menyatakan perbandingan besar


di mana x = simpangan, A = amplitudo, ω =
gaya dengan luas permukaan benda, dan di-
kecepatan sudut, dan t = waktu.
rumuskan:
F 12. Untuk mencari percepatan gravitasi, kita
σ
S= dapat menggunakan ayunan atau pen- π
A
dulum sederhana. Percepatan gravitasi ini
berhubungan dengan periode ayunan yang
6. Regangan (strain) menyatakan perban-
dinyatakan dalam bentuk persamaan,
dingan antara pertambahan panjang suatu
benda dengan panjang mula-mula dan di- l
nyatakan dalam bentuk persamaan: π
T = 2P
g

Gravitasi dan Gaya Pegas 77


T elaah Istilah
Elastisitas Kelentingan benda Medan gravitasi Daerah di sekitar benda yang
masih terpengaruh gaya gravitasi benda
Gerak harmonis sederhana Gerak benda yang
mempunyai gaya pemulih berlawanan dengan arah Modulus Young Perbandingan antara tegangan
simpangan dengan regangan

Gravitasi Gaya tarik-menarik antara dua benda Regangan/strain Perbandingan antara pertambah-
bermassa an panjang suatu benda dengan panjang mula-
mula
Konstanta pegas Konstanta yang menunjukkan
tingkat elastisitas pegas Tegangan/stress Perbandingan gaya dengan luas
permukaan

Ulangan Harian

" 1JMJIMBIKBXBCBOZBOHQBMJOHUFQBU KFKBSJCVMBOLN EBONBTTBOZB r


LH NBLBHBZBHSBWJUBTJZBOHEJSBTBLBO
 %VBCVBICFOEBCFSNBTTBNEBO.UFSQJTBI QFTBXBUBEBMBI
QBEBKBSBLS"LJCBUOZBLFEVBCFOEBNFO B  /  E  /
HBMBNJ HBZB UBSJL TFCFTBS ' +JLB LJUB JOHJO C  /  F  /
NFOBNCBIHBZBUBSJLLFEVBCFOEBNFOKBEJ D /
' ZBOHQFSMVEJMBLVLBOBEBMBI  4FCVBI TBUFMJU NFOHPSCJU CVNJ QBEB LF
B NFNQFSQFOEFLKBSBLNFOKBEJ›S UJOHHJBO  LN KJLB EJVLVS EBSJ QVTBU
C NFOBNCBINBTTBCFOEBQFSUBNBNFO CVNJ +JLB QFSDFQBUBO HSBWJUBTJ CVNJ 
KBEJN NT LFMBKVBOHFSBLTBUFMJUBHBSUFUBQQBEB
D NFOBNCBINBTTBCFOEBLFEVBNFOKBEJ PSCJUOZBBEBMBINT
.
E NFNQFSQBOKBOH KBSBL LFEVB CFOEB B   5   E  s 
NFOKBEJS C  s   F  s 


F NFOBNCBINBTTBQFSUBNBNFOKBEJN
EBONBTTBLFEVBNFOKBEJ›. D  s 
 .BTTBTFPSBOHBTUSPOPUEJCVNJLH+JLB
 +BSBLSBUBSBUBQMBOFU"EBSJNBUBIBSJBEBMBI
HBZBHSBWJUBTJCVMBOHBZBHSBWJUBTJCVNJ 
R4FNFOUBSBKBSBLSBUBSBUBQMBOFU#BEBMBI
NBLBCFSBUBTUSPOPUEJCVMBOBEBMBI
S+JLBQMBOFU"NFNQVOZBJQFSJPEFSFWPMVTJ
B /   E /
5EBOSR NBLBQFSJPEFSFWPMVTJQMBOFU
C /   F /
#BEBMBI
D /
B 5    E 5
C   5   F 5  4FCVBILBXBUEFOHBOKFKBSJ NNEFOHBO
D 5 QBOKBOHDNEJUBSJLEFOHBOHBZB /
 4FCVBIQFTBXBUSVBOHBOHLBTBEFOHBONBT "LJCBUOZB  LBXBU NFOHBMBNJ QFSUBNCBIBO
TB   UPO TFEBOH CFSBEB QBEB KBSBL  QBOKBOH NN#FTBSUFHBOHBOEBOSFHBOH
LN EBSJ QFSNVLBBO CVMBO +JLB EJLFUBIVJ BOLBXBUBEBMBI

78 Fisika Kelas XI
B /NEBO  E /NEBO/N
 
C  × /N EBO  F /NEBO/N
D  × /NEBO 

 4FQVMVI QFHBT JEFOUJL EJTVTVO TFDBSB TFSJ
E ×/NEBO 
  #FSBUCFCBOZBOHIBSVTEJCFSJLBOBHBSQFS
F × /N EBO 
UBNCBIBOQBOKBOHQFHBTQBEBTVTVOBOTFSJ
 4FCVBI LBXBU EFOHBO MVBT QFOBNQBOH TBNB EFOHBO QFSUBNCBIBO QBOKBOH QFHBT
 UVOHHBM BEBMBI    LBMJ CFSBU CFCBO QBEB
 NN EFOHBOQBOKBOH DNEJUBSJL
EFOHBOHBZB/+JLBNPEVMVTFMBTUJTJUBT QFHBTUVOHHBM
LBXBUBEBMBI×/N QBOKBOHLBXBU B    E 
NFOKBEJ C     F 
B  N   E  DN D 
C  DN  F  DN
D  DN  %VB QFHBT NFNJMJLJ LPOTUBOUB QFHBT NB
TJOHNBTJOH L EBO L EFOHBO L  L
 4FCVBIBOBLQBOBICFSNBTTBHSBNNF ,FEVB QFHBT EJTVTVO TFDBSB QBSBMFM LF
MVODVS EBSJ CVTVSOZB EFOHBO QFSDFQBUBO  NVEJBO EJVCBI TFDBSB TFSJ 1FSCBOEJOHBO
NT+JLBUBMJCVTVSNFSFOHHBOHTFKBVI QFSUBNCBIBOQBOKBOHBOUBSBTVTVOBOQBSB
DNLFUJLBEJUBSJL NBLBLPOTUBOUBUBMJZBOH MFM EBO TFSJ  KJLB EJCFSJ CFCBO ZBOH TBNB
EJQBLBJBEBMBI BEBMBI
B  /N  E  /N B    E 
C  /N  F /N C    F 
D /N D 
 "NJS NFOBSJL QFHBT EFOHBO HBZB TFCFTBS  &NQBUCVBIQFHBTEJTVTVO
 / TFIJOHHB CFSUBNCBI QBOKBOH  DN TFQFSUJ HBNCBS EJ CBXBI L L
,POTUBOUBQFHBTUFSTFCVUBEBMBI +JLBEJLFUBIVJLL
B /N   E /N /NEBOLL/N 
C /N  F /N LPOTUBOUBHBCVOHBOLFFN L L
D /N QBU QFHBT UFSTFCVU BEBMBI
 4FCVBI QJTUPM NBJOBO EFOHBO QFHBT EJ /N
EBMBNOZB NFMPOUBSLBO TFCVBI QFMVSV B      E 
CFSNBTTB  HSBN EFOHBO QFSDFQBUBO  
NT ,FUJLB QFMVSV EJNBTVLLBO  QFHBT 
NFNFOEFL  DN ,POTUBOUB QFHBT ZBOH C     F 

EJQBLBJBEBMBI
D 
B  /N  E  /N
C  /N  F /N  4FCVBICBOEVMUFSHBOUVOHQBEBUBMJTFQBO
D  /N KBOH  N EBO CFSBZVO TFCBOZBL  LBMJ
TFUJBQ  NFOJU +JLB QBOKBOH UBMJ EJQPUPOH
 5JHB CVBI QFHBT NFNQVOZBJ LPOTUBOUB
 NBLB
 /N   /N  EBO  /N
B QFSJPEFBZVOBOOZB T
,POTUBOUBHBCVOHBOQFHBTKJLBEJTVTVOTFSJ
C CBOEVMCFSBZVOLBMJTFUJBQNFOJU
EBOQBSBMFMCFSUVSVUUVSVUBEBMBI
D GSFLVFOTJBZVOBOUFUBQ
B /NEBO/N
E QFSJPEFBZVOBOUFUBQ
C /NEBO/N
F GSFLVFOTJOZBNFOKBEJ TFNVMB
D /NEBO/N

Gravitasi dan Gaya Pegas 79


# +BXBCMBIQFSUBOZBBOCFSJLVUEFOHBOCFOBS D NPEVMVTZPVOHLBXBU
 4FCVBI CBUV CFSNBTTB  LH EJKBUVILBO
 #VMBO KBVI MFCJI LFDJM EBSJ CVNJ .BTTB
EBSJ LFUJOHHJBO  N UBOQB LFDFQBUBO BXBM
CVMBO TFLJUBS   NBTTB CVNJ EBO KFKBSJ
EBO NFOJNQB UJHB CVBI QFHBT ZBOH EJTV
CVMBO TFLJUBS   KFKBSJ CVNJ #VLUJLBO
TVO QBSBMFM "LJCBU UVNCVLBO JUV  QFHBT
CBIXB QFSDFQBUBO HSBWJUBTJ EJ QFSNVLBBO
NFOHBMBNJ QFNBNQBUBO  DN +JLB LFUJHB
CVMBO TFLJUBS  LBMJ HSBWJUBTJ EJ QFSNV
QFHBTUFSTFCVUJEFOUJL CFSBQBLBILPOTUBOUB
LBBOCVNJ
QFHBTOZB
 4FCVBISPLFUCFSNBTTBUPONFMVODVSNF
 4FCVBIQFHBTEFOHBOLPOTUBOUB/N
OJOHHBMLBOCVNJ3PLFUUFSTFCVUNFOHPSCJU
EJUVNCVL TFCVBI CBMPL CFSNBTTB  H
QBEB LFUJOHHJBO  LN EBSJ QFSNVLBBO
#BMPL UFSTFCVU TFNVMB CFSHFSBL EFOHBO
CVNJ BOHHBQMBI PSCJU SPLFU CFSVQB MJOH
LFDFQBUBO  NT  EFUJL LFNVEJBO  CBMPL
LBSBO TFNQVSOB
 +FKBSJ CVNJ  LN
NFOVNCVLQFHBTEFOHBOLFDFQBUBONT
EBOQFSJPEFFEBSSPLFUTBNBEFOHBOQFSJPEF
5FOUVLBO
SPUBTJCVNJZBJUVKBN
B CFTBSHBZBZBOHNFOVNCVLQFHBT
B #FSBQBLBI CFTBS LFDFQBUBO TVEVU EBO
C QFSUBNCBIBOQBOKBOHQFHBT
LFDFQBUBOMJOFBSSPLFUUFSTFCVU
C )JUVOHMBICFTBSQFSDFQBUBOTFOUSJQFUBM  1FSIBUJLBO HBNCBS TV
ZBOHEJBMBNJSPLFU TVOBOQFHBTEJTBNQJOH L L
D #FSBQBLBI CFTBS HBZB TFOUSJQFUBM ZBOH +JLB EJLFUBIVJ L  L 
EJBMBNJSPLFU /N L/N  L
L/N L
 &NQBUCVBIQBSUJLFM N N
/N EBONBTTBCFOEB L L
UFSMFUBL QBEB TVEVU
LH UFOUVLBO
TVEVUTFCVBIQFSTFHJ 1
NN B LPOTUBOUBHBCVOHBO LH
QBOKBOH 1FSIBUJLBO
QFHBTUFSTFCVU
HBNCBS .BTTB NB
C QFSUBNCBIBOQBOKBOHTFUJBQQFHBT
TJOHNBTJOHQBSUJLFM
N NN N
UFSTFCVUBEBMBIN  4JNQBOHBOQBEBXBLUVUEBSJTFCVBICFCBO
NH NNH NNH EBON ZBOH UFSHBOUVOH QBEB QFHBT EJOZBUBLBO
NH+BSBLBOUBSBNLFNBEBMBINNEBO 
TFCBHBJ Y    TJO π U
 +JLB NBTTB
KBSBLNLFNBEBMBINN5FOUVLBO 
B HBZBHSBWJUBTJUPUBMZBOHEJBMBNJN CFCBO LH UFOUVLBO
C NFEBOHSBWJUBTJTFCVBIUJUJLEJUFOHBI B BNQMJUVEP
UFOHBIQFSTFHJQBOKBOH C TJNQBOHBOQBEBTBBUUT
D QFSJPEFHFUBS
 %JLFUBIVJ LVBU NFEBO HSBWJUBTJ EJ QFS
E LFDFQBUBOHFUBS
NVLBBO CVNJ   NT )JUVOHMBI LVBU
F QFSDFQBUBOHFUBS
NFEBOHSBWJUBTJQBEBPSCJUEJLFUJOHHJBO
G LPOTUBOUBQFHBT
LBMJKFKBSJCVNJEBOLBMJKFKBSJCVNJ KJLB
 4FPSBOH BOBL CFSNBTTB  LH TFEBOH CFS
EJVLVSEBSJQFSNVLBBOCVNJ
NBJOBZVOBO+JLBQBOKBOHBZVOBONFUFS
 4FCVBI LBXBU CFSEJBNFUFS   NN TFQBO EBOQFSDFQBUBOHSBWJUBTJEJUFNQBUUFSTFCVU

KBOHDNEJHVOBLBOVOUVLNFOHHBOUVOH  NT UFOUVLBO
CFCBO TFCFSBU  / +JLB QBOKBOH LBXBU B QFSJPEFBZVOBO
NFOKBEJ DN UFOUVLBO C CBOZBLOZB BZVOBO ZBOH EJMBLVLBO
B UFHBOHBOLBXBU TFMBNBEFUJL
C SFHBOHBOLBXBU

80 Fisika Kelas XI
Latihan
Ulangan
Ulangan
Akhir
Tengah
Semester
Semester I

" 1JMJIMBIKBXBCBOZBOHQBMJOHUFQBU D −J$ −  $K


E −J$ −  $K  
 5JUJL 1 CFSBEB QBEB LPPSEJOBU  DN  o F −J$ −  $K 
DN
7FLUPSQPTJTJUJUJL1EBOKBSBLUJUJLLF
 7FLUPS QPTJTJ TVBUV CFOEB EJCFSJLBO PMFI
QVTBULPPSEJOBUBEBMBIDN r
S = \ U  − U + 
J$ + U
$K ^ N#FTBSQFSQJO
B −J$ +  $K EBO    EBIBOCFOEBEBSJUTTBNQBJUTBEBMBI
C  −J$ +  $K EBO  N
D  J$ −  $K EBO  B  
E  J$ −  $K EBO  C  
F  J$ −  $K EBO  D  
 4FCVBI CFOEB TFNVMB CFSBEB QBEB LPPS E 
EJOBU " N  N
 4FUFMBI  EFUJL  CFOEB
F 
CFSBEBQBEBLPPSEJOBU# N −N
#FTBS
QFSQJOEBIBO EBO LFDFQBUBO HFSBL CFOEB  4FCVBICPMBEJMFNQBSLBOQBEBBSBINFOEB
UFSTFCVUBEBMBI UBS EBSJ QVODBL NFOBSB ZBOH UJOHHJOZB 
B   N EBO   NT N +JLB LFDFQBUBO MFNQBSBO  NT  NBLB
C   N EBO    NT KBSBL UFNQVI CFOEB EBMBN BSBI NFOEBUBS
D   N EBO   NT EJIJUVOHEBSJLBLJNFOBSBBEBMBIN
E   N EBO    NT B 
F    N EBO   NT C 
D 
 7FLUPSQPTJTJEBSJTFFLPSCVSVOHZBOHCFS E 
HFSBL TFUJBQ TBBU  EJCFSJLBO EFOHBO QFSTB F 
r
NBBO S = UJ$ − U $K + L$ EFOHBOSEBMBNN
EBO U EBMBN T7FLUPS LFDFQBUBO EBO CFTBS  4FCVBICFOEBNFMBLVLBOHFSBLNFMJOHLBS
LFDFQBUBOCVSVOHUFSTFCVUBEBMBI "QBCJMB GSFLVFOTJ HFSBLOZB EJQFSCFTBS UJHB
r LBMJ NBLBHBZBTFOUSJQFUBMOZBNFOKBEJ
B W  J$ −  $K +  EBO W =  NT  
r LBMJTFNVMB
C W = J$ −  $K +  EBO W =  NT 
D Wr = J$ −  $K EBO W =  NT  B 
r 
E W = J$ −  $K EBO W =  NT C 
r
F W =  $K − L$ EBO W =  NT  D 
E 
 4FPSBOH QFNCBMBQ ' NFMBKV EFOHBO LF
F 
DFQBUBO ZBOH TFMBMV CFSVCBI TFUJBQ XBLUV
,FDFQBUBO QFNCBMBQ EJOZBUBLBO EFOHBO  4FCVBI CPMB HPMG EJQVLVM TFIJOHHB NFMF
QFSTBNBBO Wr = −UJ$ − U  $K
 NT 1PTJTJ TBU EFOHBO LFDFQBUBO   NT NFNCFOUVL
QFNCBMBQQBEBTBBUUTBEBMBI TVEVU θ UFSIBEBQ UBOBI +JLB TJO θ  
B −J$ −  $K DPTθ EBOH NT NBLBMBNB
 CPMBEJVEBSBBEBMBIT
C −J$ − $K 

Latihan Ulangan Tengah Semester I 81
B   JOHJO NFOBNCBI HBZB UBSJL NFOKBEJ  ' 
C   ZBOHQFSMVEJMBLVLBOBEBMBI
D   B NFNQFSQFOEFLKBSBLNFOKBEJ  3
E   
C NFNQFSQFOEFLKBSBLNFOKBEJ3
F  
D NFOBNCBINBTTBCFOEBQFSUBNBNFO
 1PTJTJ TVEVU QFOUJM QBEB SPEB TFQFEB ZBOH KBEJN
CFSKBMBO EJOZBUBLBO EFOHBO QFSTBNBBO E NFOBNCBINBTTBCFOEBLFEVBNFOKBEJ
θ  U U 
SBE NBLB .

 QPTJTJTVEVUQBEBUTBEBMBISBE F NFNQFSQBOKBOH KBSBL LFEVB CFOEB

 LFDFQBUBO TVEVU QBEB U  T BEBMBI  NFOKBEJ3
SBET
 1FSJPEF SFWPMVTJ CVNJ BEBMBI  UBIVO EF

 QFSDFQBUBO TVEVU QBEB U   BEBMBI 
 OHBOKBSBLSBUBSBUBEBSJNBUBIBSJKVUB
SBET 
LN  4"
 +JLB NBTTB CVNJ  ×   LH 


 QFSDFQBUBOTVEVULPOTUBO
NBLBNBTTBNBUBIBSJBEBMBILH
1FSOZBUBBO ZBOH CFOBS BEBMBI QFSOZBUBBO
B  ×
OPNPS
C  ×
B 
 
EBO 

D  ×
C 
 
EBO 

E  ×
D 
 
EBO 

F  × 
E 
EBO 

F 
EBO 
 4FCVBI TBUFMJU NFOHPSCJU QBEB LFUJOHHJBO
 LN EBSJ QFSNVLBBO CVNJ +JLB EJ
 ,FDFQBUBO TVEVU TVBUV CFOEB EJOZBUBLBO
LFUBIVJKFKBSJCVNJLNEBOQFSDFQB
TFCBHBJ W U  U 
SBET NBLBCFTBS
UBOHSBWJUBTJCVNJNT LFDFQBUBOFEBS
QFSDFQBUBOTVEVUQBEBTBBUUTBEBMBI
TBUFMJUUFSTFCVUBEBMBINT
SBET
B 
B 
C 
C 
D  
D 
E  
E 
F  
F 
 .BTTBTFPSBOHBTUSPOPVUEJCVNJLH+JLB
 %VBCVBISPEBEJIVCVOHLBOEFOHBOSBOUBJ
NFEBO HSBWJUBTJ QBEB TFCVBI QMBOFU TBNB
+JLBQFSCBOEJOHBOKFKBSJSPEB*EBOSPEB** 
BEBMBI     EBO SPEB * CFSQVUBS EFOHBO EFOHBO LBMJNFEBOHSBWJUBTJCVNJ NBLB

QFSTBNBBO LFDFQBUBO TVEVU ω = (3U  
 CFSBUBTUSPOPVUEJQMBOFUUFSTFCVUBEBMBI
SBET NBLBCFTBSQFSDFQBUBOTVEVUSPEB** /
BEBMBISBET B 
B  C 
C  D 
D  E 
E  F 
F   4FTFPSBOHZBOHCFSNBTTBLHNFOEVEVLJ
 %VB CVBI CFOEB CFSNBTTB N EBO . UFS KPL TFQFEB NPUPS +JLB TIPDLCSFBLFS NF
QJTBIQBEBKBSBL3"LJCBUOZBLFEVBCFOEB NFOEFL  DN EBSJ LFEVEVLBO TFNVMB EBO
NFOHBMBNJ HBZB UBSJL TFCFTBS ' +JLB LJUB HNT NBLBLPOTUBOUBQFHBTQBEBTF
UJBQTIPDLCSFBLFSBEBMBI/N

82 Fisika Kelas XI
B  UFSKBVI ZBOH EJDBQBJ  DN +JLB LPOTUBOUB
C  QFHBT ZBOH EJQBLBJ  /N  QFSOZBUBBO
D  CFSJLVUZBOHUJEBLCFOBSBEBMBI
E  B QFSJPEFHFSBLOZB T
F  C QFSTBNBBOTJNQBOHBOOZBY TJO
 "SNBONFNQVOZBJUJHBCVBIQFHBTEFOHBO  π)U
LPOTUBOUB  /N   /N  EBO  D LFDFQBUBONBLTJNVNOZB NT
/N,POTUBOUBHBCVOHBOLFUJHBQFHBTKJLB E QFSTBNBBOQFSDFQBUBOOZBB@ TJO
EJTVTVO TFSJ EBO EJTVTVO QBSBMFM CFSUVSVU  π)U
UVSVUBEBMBI/N F QFSDFQBUBOQBEBTBBUU TBEBMBI
 NT
B EBO

C EBO # +BXBCMBIQFSUBOZBBOCFSJLVUEFOHBOCFOBS
D  EBO
  1PTJTJ TFPSBOH BUMFU NBSBUIPO ZBOH TFEBOH
E EBO CFSMBSJ EJOZBUBLBO EFOHBO QFSTBNBBO
F EBO r
S = + U
J$ −U  $K  EFOHBO S EBMBN NFUFS 
 %VB QFHBT NFNJMJLJ LPOTUBOUB QFHBT NB EBO U EBMBN TFDPO 5FOUVLBO LFDFQBUBO
TJOHNBTJOH L EBO L EFOHBO L  L QFMBSJUFSTFCVUTFUFMBICFSMBSJTFDPO
,FEVB QFHBT EJTVTVO TFDBSB QBSBMFM LFNV  (BNCBSLBO EBO OZBUBLBO WFLUPS QPTJTJ TF
EJBO EJVCBI TFDBSB TFSJ 1FSCBOEJOHBO QFS UJBQUJUJLQBEBCJEBOHLBSUFTJVTCFSJLVU
UBNCBIBO QBOKBOH BOUBSB TVTVOBO QBSBMFM B "  

EBOTFSJ KJLBEJCFSJCFCBOZBOHTBNBBEBMBI C # @ 

 D $ @ @

B   E %  @

C   7FLUPS QPTJTJ TFCVBI UBLTJ EJOZBUBLBO EF


D  r
OHBO QFSTBNBBO S  U  U
J$ U 
$K
E 
EFOHBO S EBMBN LN EBO U EBMBN KBN
F 
5FOUVLBO
 4FCVBICBOEVMUFSHBOUVOHQBEBUBMJTFQBO B LFDFQBUBOQBEBTBBUU KBN
KBOH  N EBO CFSBZVO TFCBOZBL  LBMJ C QFSDFQBUBOQBEBTBBUU KBN
TFUJBQ  NFOJU +JLB QBOKBOH UBMJ EJQPUPOH D LFDFQBUBO SBUBSBUB QBEB TFMBOH XBLUV
 NBLB UKBNEBOU KBN
 E QFSDFQBUBOSBUBSBUBQBEBTFMBOHXBLUV
B QFSJPEFBZVOBO  T
 UKBNEBOU KBN

C QFSJPEFBZVOBO  T  %JLFUBIVJ QFSTBNBBO QFSDFQBUBO BEBMBI
 r r
r EW r ES
D QFSJPEFBZVOBOUFUBQ B   EBO W   %FOHBO NFOHJOUF
EU EU
E GSFLVFOTJBZVOBOUFUBQ
F CBOEVMCFSBZVOEFOHBOGSFLVFOTJ)[  HSBMLBO LFEVB QFSTBNBBO UFSTFCVU  CVL
UJLBOMBI CBIXB WFLUPS QPTJTJ QBEB
 4FCVBI CFOEB CFSNBTTB   LH EJHBOUVOH XBLUV U EBQBU EJDBSJ EFOHBO QFSTBNBBO
QBEB TFCVBI QFHBT "LJCBUOZB  CFCBO r r r 
CFSHFSBL OBJL UVSVO EFOHBO TJNQBOHBO SU  S WU BU 


Latihan Ulangan Tengah Semester I 83


 4FCVBI QFTBXBU QBEB LFUJOHHJBO  N  1FSJPEFSFWPMVTJQMBOFU+VQJUFS UBIVO
NFOKBUVILBOTBUVLBSEVTNJFJOTUBOVOUVL CVNJ UBIVOCVNJIBSJ
+JLBNBTTB
NFNCBOUV LPSCBO CBOKJS 1BEB TBBU JUV  NBUBIBSJ   LH  CFSBQBLBI KFKBSJ
LFDFQBUBOQFTBXBULNKBN+JLBHFTFLBO PSCJUQMBOFU+VQJUFS
VEBSBEBOBOHJOEJBCBJLBO UFOUVLBO  4FCVBILBXBUCFTJEFOHBOEJBNFUFSQFOBN
B KBSBLKBUVIOZBLBSEVTKJLBEJIJUVOHEBSJ QBOH   NN EBO QBOKBOH  DN EJUBSJL
UJUJLUFQBUEJCBXBIQFTBXBUTFNVMB EFOHBO HBZB  / "LJCBU UBSJLBO UFSTF
C MBNBLBSEVTEJVEBSB CVU  LBXBU CFSUBNCBI QBOKBOH   NN
 5JHB CVBI CFOEB "  #  EBO $ NBTJOH 5FOUVLBO
NBTJOHCFSNBTTBLH LH EBOLHEJMF B UFHBOHBOLBXBU
UBLLBOQBEBTVEVUTFHJUJHBTJLVTJLV4JTJTJTJ C SFHBOHBOLBXBU EBO
TFHJUJHBUFSTFCVUBEBMBIDN DN EBO D NPEVMVT:PVOHLBXBUUFSTFCVU
DN+JLBCFOEB2CFSBEBQBEBTVEVUTJLV  4FCVBIQBSUJLFMNFMBLVLBOHFSBLIBSNPOJT
TJLVOZB  UFOUVLBO SFTVMUBO HBZB HSBWJUBTJ TFEFSIBOB EFOHBO GSFLVFOTJ  )[ EBO BN
ZBOHEJBMBNJCFOEB2 QMJUVEPDN5FOUVLBO
 4FCVBIQFTBXBUNFNQVOZBJNBTTB B QFSTBNBBOTJNQBOHBO
UPO5FOUVLBOCFTBSHBZBHSBWJUBTJCVNJEBO C TJNQBOHBOQBEBTBBUUT
NFEBOHSBWJUBTJCVNJZBOHEJBMBNJQFTBXBU D LFDFQBUBO CFOEB TBBU TJNQBOHBOOZB 
KJLB DN
B QFTBXBUCFSBEBEJQFSNVLBBOCVNJ E QFSTBNBBOQFSDFQBUBOHFUBSOZB
C QFTBXBU CFSBEB QBEB LFUJOHHJBO  LBMJ
KFKBSJCVNJEBSJQFSNVLBBOCVNJ
D QFTBXBUCFSBEBQBEBLFUJOHHJBOLBMJ
KFKBSJCVNJEBSJQFSNVLBBOCVNJ
 EJLFUBIVJKFKBSJCVNJ ×NEBO
NBTTBCVNJ ×LH


84 Fisika Kelas XI
#BC
***
6TBIBEBO&OFSHJ

www.weight-lifting-world.com

0 MBISBHBBOHLBUCFTJNFSVQBLBOBKBOHVOKVLLFLVBUBOPUPU%BMBNPMBISBHB
JOJ TFPSBOHBUMFUCFSVTBIBNFOHBOHLBUCBSCFMZBOHCFSBUOZBQVMVIBOLJMPHSBN
EFOHBO LFEVB UBOHBOOZB ,FUJLB TFPSBOH BUMFU CFSVTBIB NFOHBOHLBU CBSCFM
UFSTFCVU JBIBSVTNFOHFMVBSLBOFOFSHJ4FNBLJOCFSBUCFCBOZBOHEJBOHLBUEBO
TFNBLJOUJOHHJBOHLBUBOOZB FOFSHJZBOHEJCVUVILBOKVHBTFNBLJOCFTBS*OJCFS
BSUJ BEBIVCVOHBOBOUBSBVTBIBEFOHBOFOFSHJ#BHBJNBOBLBICFOUVLIVCVOHBO
VTBIBEFOHBOFOFSHJ #BCJOJ BLBONFNBQBSLBOOZB

Usaha dan Energi 85


 %J CBC JOJ  LBMJBO BLBO NFNQFMBKBSJ LPOTFQ VTBIB EBO FOFSHJ

,ata
Kunci
4FMBJOJUV LBMJBOKVHBBLBONFNQFMBKBSJLPOTFQEBZB )VLVN,FLFLBM
BO &OFSHJ  EBO QFOFSBQBOOZB EBMBN QFMCBHBJ NBTBMBI TFIBSJIBSJ /BI 
TFUFMBINFNQFMBKBSJVSBJBONBUFSJEJCBCJOJ LBMJBOEJIBSBQLBONBNQV
NFOEFTLSJQTJLBOIVCVOHBOBOUBSBHBZB VTBIB EBOQFSQJOEBIBO,BMJBO
• Usaha KVHBEJIBSBQLBONBNQVNFOHIJUVOHCFTBSFOFSHJQPUFOTJBM CBJLQPUFO
• Energi TJBMHSBWJUBTJBUBVQPUFOTJBMQFHBT EBOCFTBSFOFSHJLJOFUJLZBOHEJNJMJLJ
• Energi kinetik CFOEB4FUFMBIJUV LBMJBOKVHBEJCJNCJOHBHBSEBQBUNFOHBOBMJTJTIVCVOH
• Energi potensial BO VTBIB EFOHBO FOFSHJ LJOFUJL  TFSUB IVCVOHBO VTBIB EFOHBO FOFSHJ
• Hukum Kekekalan Energi QPUFOTJBM#FSEBTBSLBOLFNBNQVBOUFSTFCVU LBMJBOEJIBSBQLBONBNQV
• Daya
NFSVNVTLBOCFOUVL)VLVN,FLFLBMBO&OFSHJEBONFOFSBQLBOOZBQBEB
CFCFSBQB QFSJTUJXB TFIBSJIBSJ .JTBMOZB  QBEB HFSBL KBUVI CFCBT  HFSBL
QBSBCPMB HFSBLIBSNPOJLTFEFSIBOB HFSBLCFOEBEBMBNCJEBOHNJSJOH 
HFSBLCFOEBEBMBNCJEBOHMJOHLBSBO EBOQBEBHFUBSBO


A Gaya dan Usaha

 ,BUBVTBIBTFSJOHEJHVOBLBOEBMBNLFIJEVQBOTFIBSJIBSJ.JTBMOZB 
LBMJBOTFEBOHCFSVTBIBNFNFDBILBOTPBMTPBMEBMBNVKJBO BUBVTFPSBOH
QFOHVTBIB ZBOH CFSVTBIB NFOEBQBULBO LFVOUVOHBO NBLTJNBM EBSJ CJT
OJTOZB $POUPIDPOUPI UFSTFCVU CVLBOMBI VTBIB ZBOH EJNBLTVE EBMBN
GJTJLB/BNVO VTBIBEBMBNGJTJLBNFNJMJLJQFOHFSUJBOUFSTFOEJSJ6TBIB
EJBSUJLBOTFCBHBJTFTVBUVZBOHEJMBLVLBOPMFIHBZBUFSIBEBQCFOEB 
TFIJOHHBCFOEBUFSTFCVUCFSHFSBL NFOHBMBNJQFSQJOEBIBO

 +BEJ  CFSEBTBSLBO QFOHFSUJBO UFSTFCVU  VTBIB NFNJMJLJ EVB LPNQP
OFOVUBNB ZBJUVHBZBZBOHEJLFOBLBOUFSIBEBQCFOEBEBOQFSQJOEBIBO
CFOEBUFSTFCVU6OUVLNFOHFUBIVJCFOUVLIVCVOHBOVTBIBEFOHBOHBZB
EBOQFSQJOEBIBO EJTLVTJLBOLFKBEJBOQBEB&VSFLBCFSJLVU

E ureka
T eropong Bersama teman sebangku, diskusikan kejadian berikut.
Seorang karyawan toko sedang mendorong troli berisi barang. Manakah
Di kelas X, kita telah usaha yang lebih besar untuk:
mengenal sifat perkalian
titik dua vektor yang 1. memindahkan troli yang lebih berat dengan troli yang lebih ringan.
membentuk sudut θ 2. memindahkan troli sejauh 5 meter dan 10 meter,
sebagai berikut. 3. memindahkan troli sendirian dan memindahkan troli dengan ban-
r r tuan temannya.
A • B = AB cos θ
Tuliskan hasil diskusimu beserta alasannya. Kemudian bandingkan
Hasil perkalian titik
dengan hasil diskusi teman lainnya. Jika belum puas atas jawabannya,
dua vektor merupakan
sebuah skalar.
tanyakan kepada guru kalian.

86 Fisika Kelas XI
 #FSEBTBSLBOIBTJMEJTLVTJLBMJBOQBEB&VSFLBUFSTFCVU EBQBUEJTJN
QVMLBOCBIXBVTBIBVOUVLNFNJOEBILBOTVBUVCFOEBEFOHBONBTTBZBOH
MFCJICFTBS JOJCFSBSUJHBZBZBOHEJHVOBLBOKVHBMFCJICFTBS
EJQFSMVLBO
VTBIBZBOHMFCJICFTBSQVMB%FOHBOLBUBMBJO VTBIBCFSCBOEJOHMVSVT
EFOHBO HBZB ZBOH EJMBLVLBO QBEB CFOEB 4FNFOUBSB  VOUVL NFNJO
EBILBOTVBUVCFOEBZBOHKBSBLOZBMFCJIKBVIEBONBTTBOZBTBNB NBLB
EJQFSMVLBOVTBIBZBOHKBVIMFCJICFTBS*OJCFSBSUJVTBIBKVHBCFSCBOEJOH
MVSVTEFOHBOQFSQJOEBIBO
 +JLB QBEB TFCVBI CFOEB CFLFSKB HBZB '  ZBOH NFOZFCBCLBO CFOEB
CFSQJOEBITFKBVIT EJNBOBBSBIQFSQJOEBIBOTFKBKBSBUBVTFBSBIEFOHBO
BSBI HBZB  NBLB CFTBS VTBIB ZBOH EJMBLVLBO HBZB UFSTFCVU NFSVQBLBO
IBTJMQFSLBMJBOUJUJLBOUBSBWFLUPSHBZB '
EFOHBOWFLUPSQFSQJOEBIBO T

%BMBNLBMJNBUNBUFNBUJLBEJUVMJTLBO

8='T

 ,FUFSBOHBO
 8VTBIB +

 ' WFLUPSHBZB /

 T WFLUPSQFSQJOEBIBO N

 ,BSFOBQFSLBMJBOEVBCVBIWFLUPSNFOHIBTJMLBOTLBMBS NBLBVTBIB 'TJOθ '

NFSVQBLBO CFTBSBO TLBMBS EFOHBO TBUVBO /FXUPO NFUFS /N


 BUBV '

LH × NT KPVMF


 1FSIBUJLBO (BNCBS  1BEB HBNCBS UFSTFCVU  HBZB θ
'DPTθ
EBOQFSQJOEBIBOCFOEBNFNCFOUVLTVEVUθ#FSEBTBSLBOTJGBUQFSLBMJBO
T
UJUJLEVBCVBIWFLUPS CFTBSVTBIBZBOHEJMBLVLBOHBZBTFCFTBS'EBQBU
Gambar 3.1 Gaya membentuk
EJDBSJEFOHBOQFSTBNBBO sudut θ terhadap arah perpin-
dahan. Gaya yang melakukan
 8 = ' DPT θ
T usaha adalah komponen
gaya yang searah dengan
8 = 'T DPT θ perpindahan benda.

 ,FUFSBOHBO
θTVEVUZBOHEJCFOUVLHBZBEBOQFSQJOEBIBO

 1FSTBNBBOUFSTFCVUNFOZBUBLBOCBIXBHBZBZBOHNFMBLVLBOVTBIB '
VOUVLNFNJOEBILBOCFOEBTFKBVITBEBMBILPNQPOFOHBZBZBOHTFKBKBS
EFOHBOQFSQJOEBIBO LPNQPOFO'DPTθ
*OJCFSBSUJKJLBHBZBZBOHEJ T

CFSJLBOTFKBKBSEFOHBOBSBIQFSQJOEBIBO QFSIBUJLBO(BNCBS
NBLB Gambar 3.2 Gaya sebesar F
diperlukan untuk melakukan
CFTBSVTBIBZBOHEJMBLVLBOTFCFTBS usaha guna memindahkan
benda sejauh s.
 8'T
 
 4FNFOUBSBKJLBBSBIHBZBUFHBLMVSVTEFOHBOBSBIQFSQJOEBIBO ZBOH

CFSBSUJθ  EBODPTθ
NBLBVTBIBZBOHEJMBLVLBOOZBTBNBEFOHBO
OPM,FOZBUBBOJOJNFNCFSJLBOQFOHFSUJBOCBIXBCFSBUCFOEBEBOHBZB
OPSNBMZBOHEJNJMJLJCFOEBUJEBLNFMBLVLBOVTBIBLFUJLBCFOEBCFSHFSBL

Usaha dan Energi 87


NFOEBUBS $POUPIOZB BEBMBI TFCVBI NPCJM ZBOH TFEBOH EJEPSPOH PMFI
CFCFSBQBPSBOHEJKBMBOZBOHEBUBS%BMBNIBMJOJ ZBOHNFMBLVLBOVTBIB
BEBMBI PSBOHPSBOH ZBOH NFOEPSPOH NPCJM 4FNFOUBSB HBZB OPSNBM
NPCJMEBOHBZBCFSBUNPCJMUJEBLNFMBLVLBOVTBIB
 1FSTBNBBOVTBIBZBOHUFMBILJUBEBQBULBOUFSTFCVUCFSMBLVKJLBHBZB
ZBOHCFLFSKBQBEBCFOEBIBOZBTBUV4FNFOUBSBQBEBTFCVBICFOEBEBQBU
CFLFSKBCFCFSBQBHBZB4FCBHBJDPOUPIQFSIBUJLBO(BNCBS+JLBQBEB
TVBUVCFOEBCFLFSKBOCVBIHBZB ' ' '  'OEBOTFUJBQHBZBNFN
Gambar 3.3 Besarnya usaha
CFOUVL TVEVU θ  θ  θ   θO UFSIBEBQ BSBI QFSQJOEBIBO CFOEB  NBLB
yang dilakukan adalah pen- VTBIBUPUBMZBOHCFLFSKBQBEBCFOEBNFSVQBLBOKVNMBIBMKBCBSVTBIBZBOH
jumlahan seluruh usaha dari
tiap-tiap gaya. EJMBLVLBOPMFIUJBQUJBQHBZB

8UPU = 8 + 8 +  + 8O
8UPU = 'T DPT θ + ' T DPT θ + L + 'O T DPT θO

 ,FUFSBOHBO
 8UPUVTBIBUPUBM +

 8 8VTBIBPMFIHBZB EBOHBZB



 6OUVL NFNCBOUV LBMJBO EBMBN NFNBIBNJ NBUFSJ EJ TVCCBC JOJ 
QFSIBUJLBODPOUPITPBMCFSJLVU
Cont o h
 4FCVBI NPCJM NBJOBO EJUBSJL TFPSBOH  5JHBPSBOHBOBLTFEBOHNFOBSJLTFCVBI
BOBLEFOHBOHBZBTFCFTBS/NFN LPQFS TFKBVI  N "QBCJMB NBTJOH
CFOUVL TVEVU ¡ UFSIBEBQ CJEBOH NBTJOH BOBL NFOHFMVBSLBO HBZB TFCF
EBUBS +JLB NPCJM NBJOBO CFSHFSBL TBS  /   /  EBO  / EBMBN
TFKBVI  N  CFSBQBLBI VTBIB ZBOH TBUV BSBI  CFSBQBLBI VTBIB UPUBM ZBOH
EJMBLVLBOBOBLUFSTFCVU NFSFLBMBLVLBO 
 1FOZFMFTBJBO  1FOZFMFTBJBO
 %JLFUBIVJ  %JLFUBIVJ
 '/  '/
 TN  '/
 θ¡  '/
 %JUBOZBLBO8  TN
 +BXBC  %JUBOZBLBO8UPUBM
 6OUVL NFODBSJ VTBIB  HVOBLBO QFS  +BXBC6OUVLNFODBSJ8UPULJUBHVOB
 TBNBBO  LBOQFSTBNBBO
 8 'T ' DPT θ  8UPU 8 + 8 8 
  =¨DPT¡ = 'T + ' T + ' T
  =  + =  ×
+  × 



 +BEJ VTBIBZBOHEJMBLVLBOBOBLUFSTF = 
 +
 +BEJ VTBIBUPUBMZBOHEJMBLVLBOLFUJHB
 CVUBEBMBI  +
 BOBLBEBMBI+

88 Fisika Kelas XI
 6OUVL NFOHVKJ LPNQFUFOTJ LBMJBO  LFSKBLBO TPBMTPBM QBEB 6KJ
,PNQFUFOTJCFSJLVU

Uji Kompetensi
1. Seorang ibu sedang mendorong keranjang belanja di supermarket.
Jika gaya yang diberikan pada keranjang belanja sebesar 40 N dan
keranjang belanja bergerak sejauh 5 m, hitunglah usaha yang dilaku-
kan ibu tersebut.

2. Hitunglah usaha yang dilakukan oleh gaya sebesar 8 N untuk memin-


dahkan benda sejauh 10 meter, bila
a. arah gaya searah dengan perpindahan,
b. arah gaya membentuk sudut 300 dengan perpindahan,
c. arah gaya membentuk sudut 600 dengan perpindahan,
d. arah gaya tegak lurus dengan arah perpindahan,
e. arah gaya membentuk sudut 1200 dengan arah perpindahan.

3. Zuhri dengan sengaja mendorong sebuah tembok di samping


rumahnya. Ketika ia mendorong dengan gaya 235 N, ternyata tem-
bok itu tidak bergerak sedikit pun. Berapakah besar usaha yang
dilakukan Zuhri?

4. Dua tim yang masing-masing terdiri atas 5 orang sedang mengikuti


lomba tarik tambang. Anggota tim pertama mengeluarkan gaya ber-
turut-turut sebesar 233 N, 235 N, 163 N, 198 N, dan 215 N. Sementara,
anggota tim kedua mengeluarkan gaya masing-masing sebesar 245
N, 187 N, 208 N, 196 N, dan 231 N. Ternyata, tim pertama dapat ditarik
oleh tim kedua sejauh 2 meter. Hitunglah usaha masing-masing peser-
ta dari kedua tim. Hitung pula usaha total dari kedua tim tersebut.

B Usaha dan Energi



 *TUJMBIFOFSHJCVLBOMBIJTUJMBIZBOHBTJOHCBHJLJUB%BMBNCFSBLUJWJUBT
TFIBSJIBSJ LJUB TFMBMV NFNCVUVILBO FOFSHJ  CBJL LFUJLB UJEVS  CFSKBMBO 
NFOVMJT NFNCBDB EBOLFHJBUBOMBJOOZB#VLBOIBOZBNBOVTJB BMBUBMBU
TFQFSUJUFMFWJTJ LJQBTBOHJO TFQFEBNPUPS NPCJM EBOMBJOTFCBHBJOZBKVHB
NFNFSMVLBOFOFSHJVOUVLNFMBLVLBOVTBIB
 +BEJ  VOUVL NFMBLVLBO TVBUV VTBIB EJQFSMVLBO TFKVNMBI FOFSHJ
%FOHBOCFHJUVFOFSHJEJBSUJLBOTFCBHBJLFNBNQVBOVOUVLNFMBLVLBO
 
VTBIB4BUVBOFOFSHJTBNBEFOHBOTBUVBOVTBIB ZBJUVKPVMF LHN T

 KPVMFTBNBEFOHBOCFTBSVTBIBZBOHEJMBLVLBOPMFIHBZBTFCFTBS
OFXUPOVOUVLNFNJOEBILBOCFOEBTFKBVINFUFS
 4BUVBOMBJOVOUVLNFOZBUBLBOFOFSHJBEBMBILBMPSJ EJTJOHLBULBM

4BUVBO LBMPSJ EBQBU EJLPOWFSTJLBO LF EBMBN TBUVBO KPVMF EFOHBO GBLUPS
LPOWFSTJ  TFIJOHHB

LBMPSJ KPVMF
BUBV
KPVMF LBMPSJ

Usaha dan Energi 89
 4VNCFSEBO#FOUVL&OFSHJ
Mozaik  4FJSJOH LFNBKVBO UFLOPMPHJ ZBOH TFNBLJO QFTBU  LFCVUVIBO FOFSHJ
KVHBTFNBLJONFOJOHLBU4FLBSBOHJOJ TFCBHJBOCFTBSLFCVUVIBOFOFSHJ
EJEVOJBNBTJIUFSHBOUVOHQBEBNJOZBLCVNJ"LBOUFUBQJ QFSMVEJJOHBU
CBIXBTVNCFSFOFSHJNJOZBLZBOHUFSEBQBUEJCVNJKVNMBIOZBUFSCBUBT
0MFI LBSFOB JUV  QFOHHVOBBO FOFSHJ TFDBSB CJKBLTBOB EBQBU NFOKBNJO
LFUFSTFEJBBOFOFSHJEJNBTBEFQBO4FMBJOJUV QFODBSJBOTVNCFSTVNCFS
FOFSHJMBJOZBOHEBQBUEJQFSCBSVJIBSVTUFSVTEJMBLVLBO BHBSEJNBTBNFO
EBUBOHLJUBUJEBLNFOHBMBNJLSJTJTFOFSHJ
 1FOHHVOBBONJOZBLTFCBHBJTVNCFSFOFSHJNFNBOHUFMBIEJMBLVLBO
th physik uni-frankfurt.de
EBSJEVMV)BTJMQFOHPMBIBONJOZBLJOJEBQBUEJHVOBLBOTFCBHBJTVNCFS
James Psescott Joule FOFSHJQBEBQFMCBHBJCJEBOHLFIJEVQBO1FOHHVOBBOCFOTJOVOUVLNFOH
(1818-1889) merupakan
ilmuwan yang menemukan
IJEVQLBONFTJO NJOZBLUBOBITFCBHBJCBIBOCBLBS TPMBSTFCBHBJCBIBO
konsep energi untuk perta- CBLBSEJFTFM CBILBOQFNCBOHLJUMJTUSJLKVHBNBTJIUFSHBOUVOHQBEBCBIBO
ma kalinya. Ilmuwan yang CBLBSNJOZBL
lahir di Salford, Inggris,
ini mempelajari pengaruh
 .JOZBLIBOZBMBITFCBHJBOEBSJTVNCFSFOFSHJZBOHEBQBUEJNBOGBBULBO
pemanasan aliran listrik. Ia 4FCFOBSOZB NBTJICBOZBLTVNCFSFOFSHJMBJOZBOHEBQBUEJNBOGBBULBO 
menyadari bahwa panas BOUBSB MBJO DBIBZB NBUBIBSJ  BJS  BOHJO  HBT CVNJ  HFMPNCBOH MBVU  BUBV
adalah salah satu bentuk
energi. Sebagai peng-
OVLMJS 4VNCFSTVNCFS FOFSHJ JOJ EBQBU EJVCBI NFOKBEJ FOFSHJ EBMBN
hargaan, joule dijadikan CFOUVL MBJO .JTBMOZB  BOHJO ZBOH NFSVQBLBO FOFSHJ HFSBL EBQBU EJ
sebagai satuan energi. VCBINFOKBEJFOFSHJMJTUSJL EBOMBJOMBJO4FLBSBOHNBSJLJUBVMBTTFLJMBT
Setyawan, Lilik Hidayat, 2004, hlm. 88 CFCFSBQBTVNCFSFOFSHJUFSTFCVU

B &OFSHJ$BIBZB.BUBIBSJ
 $BIBZB NBUBIBSJ NFSVQBLBO TVNCFS FOFSHJ QBMJOH CFTBS ZBOH UFS
EBQBU EJ BMBN $BIBZB NBUBIBSJ NFNJMJLJ QFSBOBO QFOUJOH EBMBN LF
IJEVQBOEJCVNJ%FOHBODBIBZBNBUBIBSJ UVNCVIBOEBQBUNFMBLVLBO
QSPTFTGPUPTJOUFTJT%BMBNQSPTFTJOJ FOFSHJDBIBZBNBUBIBSJBLBOEJVCBI
NFOKBEJ LBSCPIJESBU ZBOH KVHB NFSVQBLBO TVNCFS FOFSHJ CBHBJ IFXBO
EBONBOVTJB5BOQBDBIBZBNBUBIBSJ LFIJEVQBOEJNVLBCVNJNVOHLJO
Microsoft Encarta Premium 2006
UJEBL QFSOBI BEB *OJMBI TBMBI TBUV UBOEB LFCFTBSBO 5VIBO :BOH .BIB
Gambar 3.4 Sel surya dapat
dimanfaatkan sebagai peng- &TB
ganti energi listrik.  #FCFSBQBEFLBEFUFSBLIJSJOJ UFMBIEJUFNVLBODBSBNFOHVCBIFOFSHJ
DBIBZBNBUBIBSJNFOKBEJFOFSHJMJTUSJL"MBUZBOHEBQBUNFOHVCBIFOFSHJ
DBIBZBNBUBIBSJNFOKBEJFOFSHJMJTUSJLBEBMBITFMTVSZBBUBVTFMGPUPWPMUBJL 
TFQFSUJUBNQBLQBEBHBNCBS8BMBVQVODBIBZBNBUBIBSJCFSMJNQBI 
UFUBQJQFNBOGBBUBOOZBCFMVNNBLTJNBM4BMBITBUVGBLUPSZBOHNFNFOHB
SVIJOZBBEBMBINBTJISFOEBIOZBFGJTJFOTJTFMTVSZB EJCBXBI
TFSUB
IBSHBOZBZBOHNBIBM

C &OFSHJ"OHJO
 4FKBL[BNBOEBIVMVFOFSHJBOHJOUFMBICBOZBLEJHVOBLBO TBMBITBUV
www.photo.net
OZBVOUVLNFOHHFSBLLBOLBQBMMBZBS4FMBJOJUV FOFSHJBOHJOKVHBEBQBU
Gambar 3.5 Kincir angin untuk
EJHVOBLBO VOUVL NFOHHFSBLLBO LJODJS BOHJO ZBOH UFSIVCVOH EFOHBO
pembangkit listrik di Belanda. HFOFSBUPS (FOFSBUPS ZBOH CFSQVUBS JOJ EBQBU NFOHIBTJMLBO MJTUSJL TFIJOHHB

90 Fisika Kelas XI
EBQBU EJNBOGBBULBO EFOHBO NVEBI *OJ CFSBSUJ BOHJO EBQBU EJHVOBLBO
TFCBHBJQFNCBOHLJUMJTUSJL4BMBITBUVOFHBSBZBOHNFNBOGBBULBOFOFSHJ
BOHJOJOJBEBMBI#FMBOEBZBOHNFOEBQBULBOKVMVLBOOFHFSJLJODJSBOHJO
*OJEJTFCBCLBOLBSFOBCBOZBLLJODJSBOHJOEJEBSBUBOOZB

D &OFSHJ"JS
 "JSKVHBEBQBUEJNBOGBBULBOTFCBHBJQFNCBOHLJUMJTUSJL ZBOHEJLFOBM
EFOHBO TFCVUBO 1-5" 1FNCBOHLJU -JTUSJL 5FOBHB "JS
 %BMBN 1-5" 
BJSZBOHEJUBNQVOHEBMBNCFOEVOHBOEJBMJSLBOVOUVLNFNVUBSUVSCJO
ZBOHUFSIVCVOHEFOHBOHFOFSBUPS1VUBSBOUVSCJOJOJEBQBUNFOHIBTJMLBO
www.kimpraswil.go.id.
MJTUSJLZBOHCFTBS$POUPI1-5"ZBOHBEBEJJOEPOFTJBBOUBSBMBJO1-5"
Gambar 3.6 Selain untuk me-
+BUJMVIVSEBO1-5",BSBOHLBUFT ngairi sawah, waduk air dapat
difungsikan untuk menghasilkan
listrik
E &OFSHJ/VLMJS
 &OFSHJ OVLMJS EJIBTJMLBO EBSJ SFBLTJ OVLMJS SFBLTJ JOUJ BUPN
 CBJL
NFMBMVJSFBLTJGJTJ QFNCFMBIBO
BUBVSFBLTJGVTJ QFOHHBCVOHBO
&OFSHJ
OVLMJSEJCBOHLJULBOEBMBNTFCVBISFBLUPS3FBLTJOVLMJSJOJEBQBUNFOH
IBTJMLBOFOFSHJMJTUSJLZBOHTBOHBUCFTBS
 #BIBO VUBNB SFBLTJ OVLMJS ZBOH TFSJOH EJHVOBLBO BEBMBI 6SBOJVN
EBO 1MVUPOJVN 4BUV HSBN 6SBOJVN EBQBU NFOHIBTJMLBO FOFSHJ TFCFTBS
× +$PCBLBMJBOCBOEJOHLBOEFOHBOLJMPHSBNCBUVCBSBZBOH
IBOZBNFOHIBTJMLBOFOFHJTFLJUBS.+  ×+

 /BNVO  GBLUPS LFBNBOBO NBTJI NFOKBEJ LFOEBMB EBMBN QFNBO
GBBUBO FOFSHJ OVLMJS JOJ ,FCPDPSBO QBEB SFBLUPS OVLMJS EBQBU NFOHBLJ
CBULBOEBNQBLCVSVLCBHJNBTZBSBLBUEJTFLJUBSOZB&GFLSBEJBTJOVLMJS
EBQBUNFOHBLJCBULBOLFNBUJBO LFSVTBLBOBOHHPUBCBEBOTFVNVSIJEVQ 
EBO LFSVTBLBO HFOFUJL UVSVO UFNVSVO 4BMBI TBUV QFSJTUJXB NFOHFSJLBO
BLJCBUMFEBLBOOVLMJSBEBMBIQFOHFCPNBOLPUB/BHBTBLJEBO)JSPTIJNB
EJ+FQBOHPMFI4FLVUVQBEB1FSBOH%VOJB**1BEBQFSJTUJXBJOJ CFSJCV
SJCVKJXBNFMBZBOH:BOHMFCJINFOHFSJLBOMBHJBEBMBIMBIJSOZBBOBLBOBL
DBDBUTFCBHBJEBNQBLSBEJBTJZBOHEJUJNCVMLBO
 4VNCFSTVNCFSFOFSHJZBOHUFMBILJUBCBIBTIBOZBMBITFCBHJBOLFDJM campus.umr.edu
EBSJTVNCFSFOFSHJEJNVLBCVNJ/BI VOUVLNFNCVLBXBXBTBOLBMJBO Gambar 3.7 Energi nuklir dapat
UFOUBOHTVNCFSFOFSHJ LFSKBLBO&LTQFEJTJCFSJLVU menghasilkan listrik.

E kspedisi
Carilah dari pelbagai sumber, baik inter- 5. Pembangkit Listrik Tenaga Panas Bumi
net, majalah, nara sumber, maupun melalui
Pilihlah salah satu pembangkit listrik
kunjungan langsung untuk mengetahui cara
yang akan kalian bahas. Kumpulkan infor-
kerja salah satu pembangkit listrik berikut.
masi sebanyak-banyaknya tentang pem-
1. Pembangkit Listrik Tenaga Air bangkit listrik tersebut. Kemudian, buatlah
2. Pembangkit Listrik Tenaga Surya sebuah makalah dari informasi yang kalian
3. Pembangkit Listrik Tenaga Nuklir dapatkan. Kumpulkan hasilnya sebagai
4. Pembangkit Listrik Tenaga Angin tugas proyek kalian di semester ini.

Usaha dan Energi 91


 &OFSHJ,JOFUJLEBO&OFSHJ1PUFOTJBM
 4FMBJO NFNQVOZBJ QFMCBHBJ CFOUVL FOFSHJ ZBOH UFMBI LJUB LFOBM
TFQFSUJFOFSHJHFSBL FOFSHJQBOBT FOFSHJMJTUSJL BUBVFOFSHJLJNJB FOFSHJ
KVHB NFNQVOZBJ EVB CFOUVL ZBOH LIVTVT #FOUVL FOFSHJ ZBOH EJNBL
TVEZBLOJFOFSHJLJOFUJLEBOFOFSHJQPUFOTJBM,FEVBCFOUVLFOFSHJJOJ
CFSLBJUBOFSBUEFOHBOVTBIBZBOHUFMBILJUBCBIBTEJEFQBO6OUVLNFOHF
UBIVJMFCJIMBOKVU TJNBLMBIEFOHBOTBLTBNBQFOKFMBTBOCFSJLVU

B 6TBIBEBO&OFSHJ,JOFUJL
 ,FUJLBLJUBNFMBLVLBOVTBIBQBEBTFCVBICFOEB NBLBCFOEBBLBO
T eropong CFSQJOEBI TFKBVI T +JLB CFOEB TFNVMB CFSBEB QBEB LFEVEVLBO E EBO
LFMBKVBOOZBW TFUFMBIEJCFSJVTBIBEBMBNXBLUVU LFEVEVLBOCFOEBEJ
Di kelas X kalian telah EEBOCFSHFSBLEFOHBOLFMBKVBOW*OJCFSBSUJCFOEBZBOHEJLFOBJTVBUV
mempelajari konsep
gerak lurus berubah VTBIBBLBONFOHBMBNJHFSBLMVSVTCFSVCBICFSBUVSBO
beraturan (GLBB). Besar  #FSEBTBSLBONBUFSJZBOHUFMBILJUBQFMBKBSJEJTFNFTUFS QBEBHFSBL
perpindahan dirumuskan: MVSVTCFSBUVSBOCFSMBLVQFSTBNBBO
1
s = v0 t + at
2
 W   W  BT
2

Sementara, kelajuan 4FIJOHHB 


dirumuskan:   
v t = v 0 + at W  W
T
atau B
 
2 2 
v t = v 0 + 2as
 %FOHBONFOTVCTUJUVTJLBOQFSTBNBBOQFSQJOEBIBOJOJEBOQFSTBNBBO
)VLVN**/FXUPO 'NB
LFEBMBNQFSTBNBBOVTBIB LJUBNFNQFSPMFI
QFSTBNBBO

 8 'T
¥ W  W ´
8  N B¦  µ
§ B ¶
 
8  NW NW
 

 ,FUFSBOHBO
 8VTBIB +

 NNBTTBCFOEB LH

 WULFDFQBUBOCFOEBQBEBLFEVEVLBOBLIJS NT

 WLFDFQBUBOCFOEBQBEBLFEVEVLBOBXBM NT
   
 
 'BLUPS NW QBEBQFSTBNBBOUFSTFCVUUJEBLMBJOBEBMBIFOFSHJLJOFUJL

ZBOH EJNJMJL CFOEB &OFSHJ LJOFUJL BEBMBI FOFSHJ ZBOH EJNJMJLJ CFOEB
ZBOHCFSHFSBLEFOHBOLFDFQBUBOUFSUFOUV#FTBSFOFSHJLJOFUJLEJUFOUVLBO
PMFINBTTBEBOCFTBSLFDFQBUBOHFSBLOZB+BEJ FOFSHJLJOFUJLCFOEBEBQBU
EJDBSJEFOHBOQFSTBNBBO

92 Fisika Kelas XI

& ,  NW 


 ,FUFSBOHBO
 &,FOFSHJLJOFUJL +

 NNBTTBCFOEB LH

 WLFMBKVBOCFOEB NT

 #FSEBTBSLBO EFGJOJTJ FOFSHJ LJOFUJL UFSTFCVU  LJUB EBQBU NFOHBNCJM


LFTJNQVMBOCBIXBVTBIBZBOHEJMBLVLBOQBEBTVBUVCFOEBTBNBEFOHBO
QFSVCBIBOFOFSHJLJOFUJLCFOEBUFSTFCVU1FSOZBUBBOJOJEJLFOBMEFOHBO
UFPSFNBVTBIBFOFSHJ BUBVEBQBUEJUVMJTLBO
  
 8  NW NW
 
8  & ,  & ,
8  $& ,

 ,BMJBOTVEBINFNQFMBKBSJLPOTFQVTBIBZBOHUFSLBJUEFOHBOQFSVCBI
BOFOFSHJLJOFUJL4FMBOKVUOZB QFSIBUJLBODPOUPITPBMEJCBXBIJOJ

Cont o h
 4FCVBI CPMB CFSNBTTB   LH TFNVMB 
& , NW
EJBN4FTFPSBOHLFNVEJBONFOFOEBOH 
CPMBTFIJOHHBLFMBKVBOOZBNFOKBEJ 
NT #FSBQBLBI FOFSHJ LJOFUJL CPMB  
TFCFMVN EBO TFTVEBI EJUFOEBOH &,  NW

#FSBQB QVMB VTBIB ZBOH EJMBLVLBO 
PSBOHUFSTFCVU  s   s 

 1FOZFMFTBJBO     + 
 %JLFUBIVJ   +BEJ  FOFSHJ LJOFUJL CPMB LFUJLB
 N  LH   LFMBKVBOOZBNTBEBMBI+
 W NT
 W NT  C 6OUVLNFODBSJVTBIBZBOHEJMBLV
  LBOHVOBLBOQFSTBNBBO
 %JUBOZBLBO
 B &LEBO&L   8 & ,  & ,
 C 8    
 +BXBC    +
 B 6OUVL NFODBSJ FOFSHJ LJOFUJL   +BEJ VTBIBZBOHEJMBLVLBOBEBMBI
  HVOBLBOQFSTBNBBO   +
  & ,  NW 
 

 
Usaha dan Energi 93
 4FCVBI USVL CFSNBTTB  UPO CFSHFSBL   +
EFOHBOLFMBKVBOLNKBN#FCFSBQB   L+  
TBBU LFNVEJBO USVL NFOBCSBL TFCVBI  
CBUBOH QPIPO "LJCBUOZB CBUBOH QP  +BEJQBEBTBBUCFSHFSBL USVLNFNQV
IPO UFSQFOUBM TFKBVI  NFUFS  TFNFO  OZBJFOFSHJL+
UBSBUSVLEJBN5FOUVLBO C  &OFSHJ LJOFUJL TFUFMBI NFOBCSBL
B FOFSHJLJOFUJLUSVLTBBUCFSHFSBL BEBMBI LBSFOBUSVLEJBN W

C FOFSHJ LJOFUJL USVL TFUFMBI NF
OBCSBL D 6OUVL NFODBSJ HBZB ZBOH EJCFSJ
D HBZB UVNCVLBO USVL QBEB CBUBOH LBO USVL QBEB QPIPO  HVOBLBO
QPIPO QFSTBNBBO
E HBZBZBOHNFOHIFOUJLBOUSVL  8 '
'T 
 1FOZFMFTBJBO  &,  & ,  ' T
 %JLFUBIVJ &,  & ,
 NUPOLH '
T
 WLNKBNNT  
 WNT 

 %JUBOZBLBO   /

 B &,
  +BEJ  HBZB UVNCVLBO USVL QBEB
 C &,
  CBUBOH QPIPO BEBMBI  /
 D 'USVLQPIPO
 E 'QPIPOUSVL  E  #FSEBTBSLBO )VLVN *** /FXUPO 
  ZBOHNFOZBUBLBOCBIXB
 +BXBC
 B &OFSHJ LJOFUJL USVL TBBU CFSHFSBL   'BLTJ−'SFBLTJ
  EBQBUEJDBSJEFOHBOQFSTBNBBO   NBLB HBZB ZBOH NFOHIFOUJLBO
   USVL TBNB EFOHBO HBZB ZBOH
  & ,   NW   
   EJCFSJLBOUSVLQBEBQPIPOUFUBQJ
   BSBIOZBCFSMBXBOBO ZBJUVTFCFTBS
 s  s    /


C 6TBIBEBO&OFSHJ1PUFOTJBM
 ,JUBUFMBINFNQFMBKBSJFOFSHJLJOFUJLQBEBTFCVBICFOEBZBOHCFS
HFSBLEFOHBOLFDFQBUBOUFSUFOUV/BNVOCVLBOCFSBSUJCFOEBZBOHEJBN
UJEBLNFNQVOZBJFOFSHJTBNBTFLBMJ#FOEBZBOHEJBNEBQBUNFNQVOZBJ
FOFSHJ EBMBN CFOUVL FOFSHJ QPUFOTJBM 6OUVL NFOHFOBMJ LPOTFQ FOFSHJ
QPUFOTJBM DPCBLBMJBOEJTLVTJLBOQFSJTUJXBQBEB&VSFLBCFSJLVU

94 Fisika Kelas XI
E ureka
Berdiskusilah dengan teman sebangku untuk membahas kejadian berikut.

1. Dua buah kelapa dengan massa sama jatuh di atas tanah liat yang
lembek dari pohon dengan ketinggian berbeda. Ternyata, kelapa dari
pohon yang tinggi mampu membuat cekungan yang lebih lebar
dibandingkan kelapa satunya. Apakah penyebabnya? Apakah yang
terjadi jika dua buah kelapa dengan massa berbeda jatuh dari ke-
tinggian sama?

2. Seorang anak sedang menekan sebuah bola pada pegas. Setelah


pegas memendek, anak tersebut melepaskan tangannya dari bola.
Akibatnya, bola terpental beberapa meter. Apakah yang menyebab-
kan bola terpental?

Tuliskan hasil diskusi kalian pada buku tugas. Kemudian cocokkan jawab-
annya dengan hasil diskusi teman yang lain.

 %FOHBONFMBLVLBOEJTLVTJQBEB&VSFLBUFSTFCVU EJIBSBQLBOLBMJBO
NBNQVNFOFNVLBOLPOTFQFOFSHJQPUFOTJBMQBEBEVBLFKBEJBOUFSTFCVU
,FKBEJBO QFSUBNB CFSLBJUBO EFOHBO QFSDFQBUBO HSBWJUBTJ  TFEBOHLBO
LFKBEJBO LFEVB CFSLBJUBO EFOHBO HBZB QFHBT ,FKBEJBO QBEB LFMBQB EBO
CPMB UFSTFCVU CFSLBJUBO FSBU EFOHBO FOFSHJ QPUFOTJBM &OFSHJ QPUFOTJBM
BEBMBIFOFSHJZBOHEJNJMJLJCFOEBLBSFOBJOUFSBLTJOZBEFOHBOCFOEB
MBJO#FTBSHBZBFOFSHJQPUFOTJBMUFSHBOUVOHQBEBQPTJTJSFMBUJGLFEVB
CFOEB
 4FLBSBOHNBSJLJUBCBIBTFOFSHJQPUFOTJBMQBEBEVBLFKBEJBOUFSTFCVU

 &OFSHJ1PUFOTJBM(SBWJUBTJ
 1FSJTUJXBZBOHUFSLBJUEFOHBOFOFSHJQPUFOTJBMHSBWJUBTJBEBMBIQFSJT
UJXBQFSUBNB ZBJUVKBUVIOZBCVBILFMBQBEBSJQPIPO%BMBNIBMJOJ CVBI
LFMBQBCFSJOUFSBLTJEFOHBOCVNJ"LJCBULFEVEVLBOOZBUFSIBEBQCVNJ 
CVBILFMBQBNFNQVOZBJFOFSHJQPUFOTJBM4FNBLJOKBVIKBSBLCVBILFMBQB
LFCVNJ FOFSHJQPUFOTJBMZBOHEJNJMJLJBLBOTFNBLJOCFTBS&OFSHJZBOH
EJNJMJLJCVBILFMBQBJOJEJTFCBCLBOLBSFOBCVBILFMBQBNBTJICFSBEBEJ I
NFEBO HSBWJUBTJ CVNJ 0MFI LBSFOB JUVMBI FOFSHJ ZBOH EJNJMJLJ EJTFCVU
FOFSHJQPUFOTJBMHSBWJUBTJ
I
 4FLBSBOH  NBSJ LJUB BOBMJTJT QFSJTUJXB KBUVIOZB CVBI LFMBQB NFOH
HVOBLBOLPOTFQFOFSHJLJOFUJLZBOHUFMBIEJQFMBKBSJEJEFQBO"OHHBQMBI
TFCFMVN UFSKBUVI LFUJOHHJBO CVBI LFMBQB BEBMBI I 4FUFMBI UFSKBUVI
CFCFSBQBTBBU LFUJOHHJBOCVBILFMBQBBEBMBII
 6OUVLHFSBLKBUVICFCBT LFDFQBUBOCFOEBTFUFMBICFSBEBEJLFUJOH Gambar 3.8 Buah kelapa yang
jatuh mempunyai energi poten-
HJBOI EBQBUEJDBSJEFOHBOQFSTBNBBO sial gravitasi.

 W   HI
 
 %FOHBO EFNJLJBO  VTBIB ZBOH EJMBLVLBO PMFI HBZB HSBWJUBTJ VOUVL
NFNJOEBILBOCFOEBEBSJLFUJOHHJBOILFLFUJOHHJBOIEJUJOKBVEBSJUJUJL
BDVBOUFSUFOUVBEBMBI
Usaha dan Energi 95
8  & ,  & ,
 
T eropong  NW NW
 
  
Di kelas X, kalian telah
mencari kecepatan 

 N  HI N

  HI
benda yang jatuh bebas 8  NHI NHI
pada ketinggian tertentu.
Kecepatan benda tersebut
 
dapat dihitung dengan  ,FUFSBOHBO
rumus:  8VTBIBZBOHEJMBLVLBO +

v = 2gh
 HQFSDFQBUBOHSBWJUBTJ NT

 I LFUJOHHJBOCFOEBNVMBNVMB N

 ILFUJOHHJBOCFOEBBLIJS I

 'BLUPS NHI QBEB QFSTBNBBO UFSTFCVU NFSVQBLBO CFTBS FOFSHJ


QPUFOTJBMHSBWJUBTJEBSJCFOEBCFSNBTTBNZBOHCFSBEBQBEBLFUJOHHJBO
I +BEJ  FOFSHJ QPUFOTJBM ZBOH EJNJMJLJ TFCVBI CFOEB EJOZBUBLBO EBMBN
QFSTBNBBO

&1NHI

 
 ,FUFSBOHBO
 &1FOFSHJQPUFOTJBMHSBWJUBTJCFOEB +

 NNBTTBCFOEB LH

 ILFEVEVLBOLFUJOHHJBOCFOEB N

 %BSJEFGJOJTJFOFSHJQPUFOTJBMHSBWJUBTJUFSTFCVU LJUBEBQBUNFOZJN
QVMLBO CBIXB VTBIB ZBOH EJMBLVLBO VOUVL NFNJOEBILBO CFOEB EBSJ
LFUJOHHJBOILFLFUJOHHJBOITBNBEFOHBOQFSVCBIBOFOFSHJQPUFOTJBM
HSBWJUBTJ%BMBNCBIBTBNBUFNBUJTEJUVMJTLBO
 8NHI−NHI 
8&1−&1
8Δ&1

 %BSJ QFSTBNBBO VTBIB UFSTFCVU  KJLB CFOEB EJQJOEBILBO LF UFNQBU


ZBOH MFCJI UJOHHJ CFOEB CFSHFSBL LF BUBT
 VTBIB ZBOH EJMBLVLBO BLBO
CFSOJMBJQPTJUJG Δ&1> 0
4FCBMJLOZB KJLBCFOEBEJQJOEBILBOLFUFNQBU
ZBOHMFCJISFOEBI CFOEBCFSHFSBLLFCBXBI
VTBIBBLBOCFSOJMBJOFHBUJG
Δ&1< 0

 ,FUJLBCFOEBCFSHFSBLLFBUBT FOFSHJQPUFOTJBMBLIJSMFCJICFTBSEBSJ
FOFSHJQPUFOTJBMBXBMZBOHCFSBSUJBEBQFOBNCBIBOFOFSHJ1FOBNCBIBO
FOFSHJ JOJ EJEBQBULBO EFOHBO NFOHVCBI FOFSHJ LJOFUJL CFOEB NFOKBEJ
FOFSHJQPUFOTJBM*OJMBIZBOHNFOZFCBCLBOCFOEBZBOHCFSHFSBLLFBUBT
LFDFQBUBOOZB NBLJO CFSLVSBOH 4FCBMJLOZB  LFUJLB CFOEB CFSHFSBL LF
CBXBI FOFSHJQPUFOTJBMBLIJSMFCJITFEJLJUEBSJFOFSHJQPUFOTJBMBXBM*OJ
UFSKBEJLBSFOBTFCBHJBOFOFSHJQPUFOTJBMEJVCBINFOKBEJFOFSHJLJOFUJL*OJ
NFOZFCBCLBOLFDFQBUBOCFOEBZBOHCFSHFSBLUVSVO TFNBLJOCFTBS

96 Fisika Kelas XI
 #BJLMBI VOUVL NFMFOHLBQJ QFOKFMBTBO ZBOH UFMBI EJCFSJLBO  CFSJLVU
EJTFSUBLBODPOUPITPBM1FSIBUJLBODPOUPICFSJLVU

Cont o h
 4FCVBICFOEBEFOHBONBTTBLHEJMFN  WUW−HI
QBSLBOLFBUBTEFOHBOLFDFQBUBOBXBM
 −× ×I


NT+JLBH NT CFSBQBLBIFOFSHJ
 I N
QPUFOTJBMHSBWJUBTJCFOEBLFUJLBCFSBEBEJ
LFUJOHHJBONBLTJNVN %FOHBOEFNJLJBO FOFSHJQPUFOTJBMOZBEBQBU
 1FOZFMFTBJBO EJDBSJEFOHBOQFSTBNBBO
 %JLFUBIVJ  &1 NHI
 NLH   × × 
 W NT    +
 H NT 
 %JUBOZBLBO&1 +BEJ FOFSHJQPUFOTJBMCFOEBLFUJLBNFODBQBJ
 +BXBC,FUJOHHJBONBLTJNBMZBOHEJDBQBJ UJOHHJNBLTJNVNBEBMBI +
 CFOEBEBQBUEJDBSJEFOHBOQFSTBNBBO


 &OFSHJ1PUFOTJBM1FHBT
 %JCBC**TFNFTUFS LJUBUFMBINFNQFMBKBSJCBC(SBWJUBTJEBO1FHBT
1BEBCBCJUV LJUBUFMBINFNCBIBTHBZBQFHBTEBO)VLVN)PPLF/BI (i)

EJ TVCCBC JOJ  LJUB BLBO NFNCBIBT FOFSHJ ZBOH EJNJMJLJ TFCVBI QFHBT
,JUBBNCJMDPOUPIQFSJTUJXBZBOHEJDFSJUBLBOQBEB&VSFLBEJEFQBO ZBJUV
TFPSBOHBOBLZBOHNFOFLBOTFCVBICPMBQBEBQFHBTLFNVEJBOEJMFQBTLBO (ii)
1FSIBUJLBO(BNCBS x

 %BSJ HBNCBS UFSTFCVU  QFHBT TFNVMB CFSBEB EBMBN LFTFJNCBOHBO


,FUJLBEJUFLBOEFOHBOHBZB' QFHBTNFNFOEFLTFKBVIY#FTBSOZBHBZB
UFLBOJOJTFCBOEJOHEFOHBOQFSVCBIBOQBOKBOHQFHBT
(iii)
 #FSEBTBSLBO )VLVN )PPLF  CFTBSOZB HBZB ZBOH IBSVT EJCFSJLBO
QBEBQFHBTVOUVLNFNQFSUBIBOLBOBHBSQFHBTNFSFHBOHBUBVNFNBNQBU Gambar 3.9 Akibat gaya tekan
   yang diberikan, pegas akan
TFKBVIYBEBMBI
 memendek sejauh x.
    ,FUFSBOHBO
     'HBZB
  'LY
   LLPOTUBOUBQFHBT
     YQFSVCBIBOQBOKBOHQFHBT T eropong
 %BSJQFSTBNBBOUFSTFCVU CFTBSHBZBZBOHEJCFSJLBOUFSHBOUVOHQBEB Menurut Hukum Hooke,
QFSUBNCBIBO QBOKBOH 4FNBLJO CFTBS QFSUBNCBIBO QBOKBOH QFHBT  HBZB untuk meregangkan atau
memampatkan pegas
ZBOH EJQFSMVLBO TFNBLJO CFTBS *OJ CFSBSUJ HBZB QBEB QFHBT UJEBL UFUBQ sejauh x diperlukan gaya
BUBVTFMBMVCFSVCBITFJSJOHQFSVCBIBOQBOKBOHQFHBT,FOZBUBBOJOJNFN sebesar:
CFSJLBOLPOTFLVFOTJCBIXBVTBIBZBOHEJMBLVLBOHBZBUJEBLEBQBUEJDBSJ F=kx
TFDBSBMBOHTVOHEFOHBOQFSTBNBBO'Y Keterangan:
 6TBIBZBOHEJMBLVLBOPMFIHBZBZBOHCFLFSKBQBEBQFHBTEBQBUEJDBSJ F = gaya pegas (N)
EBSJ HSBGJL IVCVOHBO HBZB EBO QBOKBOH QFHBT ,BSFOB HBZB CFSCBOEJOH k = tetapan pegas (N/m)
x = pertambahan
MVSVTEFOHBOY NBLBEBQBUEJQBTUJLBOHSBGJLIVCVOHBOLFEVBOZBCFSVQB panjang (m)
HBSJTMVSVTEFOHBOLFNJSJOHBOUFSUFOUV TFQFSUJUBNQBLQBEB(BNCBS
Usaha dan Energi 97
······  1BEB HBNCBS UFSTFCVU  LFNJSJOHBO HSBGJL NFOZBUBLBO LPOTUBOUB
QFHBT4FNFOUBSBMVBTEBFSBIEJCBXBIHSBGJL MVBTEBFSBIZBOHEJBSTJS
MVBT 01Y
 NFOZBUBLBO CFTBS VTBIB ZBOH EJMBLVLBO HBZB QBEB QFHBT
+BEJ  VOUVL NFSFHBOHLBO BUBV NFNBNQBULBO QFHBT TFKBVI Y EBSJ QPTJTJ
TFJNCBOHEJQFSMVLBOVTBIBTFCFTBS

· 
 8 = 'Y  
Gambar 3.10 Grafik hubungan  
gaya dan pertambahan pan- 
jang pada pegas 8 = L Y


 4FNFOUBSB JUV  KJLB TFNVMB QFHBT TVEBI NFSFHBOH BUBV NFNBNQBU
TFKBVIY NBLBVTBIBZBOHEJMBLVLBOVOUVLNFSFHBOHLBOQFHBTTFKBVIY
TFCFTBS

 
8C  L Y  L Y
 


 ,FUFSBOHBO
 8CVTBIBZBOHEJMBLVLBOCFOEBQBEBQFHBT +

 YQFSUBNCBIBOQFHBTBLIJS N

 YQFSUBNCBIBOQFHBTBXBM N


 'BLUPS L Y  QBEBQFSTBNBBOUFSTFCVUUJEBLMBJOBEBMBIFOFSHJQPUFO

TJBMZBOHEJNJMJLJTFCVBICFOEBLFUJLBNFOFLBOBUBVNFOBSJLQFHBT+BEJ 
FOFSHJQPUFOTJBMZBOHEJNJMJLJCFOEBBEBMBI

 &1 C  L Y 

  
 ,FUFSBOHBO
 &1CFOFSHJQPUFOTJBMCFOEB +

 LLPOTUBOUBQFHBT /N

 Y QFSUBNCBIBOQBOKBOHQFHBT N

 4FIJOHHBVTBIBZBOHEJMBLVLBOCFOEBQBEBQFHBTEBQBUEJOZBUBLBO
EFOHBOQFSTBNBBO
 8C  &1 C 
&1 C 

  
 -BMV CBHBJNBOBLBIVTBIBZBOHEJMBLVLBOQFHBTQBEBCFOEB ,FUJLB
CFOEBNFNCFSJLBOHBZBUBSJLQBEBQFHBT NBLBQFHBTBLBONFNCFSJLBO
HBZBZBOHTBNBCFTBSUFUBQJCFSMBXBOBOBSBI(BZBJOJEJTFCVUHBZBQFNV
MJI4FTVBJEFOHBO)VLVN***/FXUPO NBLBCFTBSOZBHBZBQFNVMJITBNB
EFOHBOHBZBZBOHNFOBSJLCFOEBUFUBQJCFSMBXBOBOBSBI
 'Q−'C

98 Fisika Kelas XI
 %FOHBOEFNJLJBO FOFSHJQPUFOTJBMZBOHEJNJMJLJQFHBTBEBMBI
 &1 Q  &1CC


&1 Q  L Y 


 ,FUFSBOHBO
 &QQFOFSHJQPUFOTJBMQFHBT +


 &OFSHJQPUFOTJBMZBOHEJNJMJLJQFHBTEJTFCVUFOFSHJQPUFOTJBMQFHBT
BUBV FOFSHJ QPUFOTJBM FMBTUJL #FSEBTBSLBO QFSTBNBBO UFSTFCVU  CFTBS
VTBIB ZBOH EJMBLVLBO QFHBT VOUVL NFOHHFTFS CFOEB EBSJ QPTJTJ  LF
QPTJTJBEBMBI
  
8Q  L Y L Y 
 
8Q  &1 &1 

 %BSJQFSTBNBBOUFSTFCVU LJUBEBQBUNFOHBNCJMCFCFSBQBLFTJNQVMBO
TFCBHBJCFSJLVU
 +JLBQFHBTEJSFOHHBOHLBOBUBVEJUBSJL Y Y
NBLBVTBIBZBOHEJ
MBLVLBOQFHBTCFSOJMBJOFHBUJGEBOFOFSHJQPUFOTJBMQBEBLFEVEVLBO
BLIJSMFCJICFTBSEBSJQBEBFOFSHJQPUFOTJBMQBEBLFEVEVLBOTFNVMB
*OJCFSBSUJVOUVLNFOBSJLQFHBTEJCVUVILBOFOFSHJ
+JLBQFHBTEJNBNQBULBOBUBVEJUFLBONBLBQFSUBNCBIBOQBOKBOHQF
HBTBLIJS Y
MFCJICFTBSEBSJQFSUBNCBIBOQBOKBOHQFHBTBXBM Y

TFIJOHHB VTBIBZBOHEJMBLVLBOKVHBCFSOJMBJOFHBUJG*OJNFNCFSJ
LBOLFOZBUBBOCBIXBLFUJLBQFHBTEJUBSJLBUBVEJUFLBO VTBIBZBOH
EJMBLVLBOQBHBTCFSOJMBJOFHBUJG
 4VQBZBLBMJBOMFCJIQBIBN QFSIBUJLBODPOUPITPBMCFSJLVU

Cont o h
 4FCVBIOFSBDBQFHBTEFOHBOLPOTUBOUB YDN N
 /N EJHVOBLBO VOUVL NFOHVLVS HNT
NBTTB TFCVBI CBUV /FSBDB QFHBT NF  %JUBOZBLBO
SFOHHBOHTFQBOKBOHDN"QBCJMBH  B
 N
NT UFOUVLBO  C
 8OFSBDB
 B
 NBTTBCBUVZBOHEJUJNCBOHUFS
  TFCVU  +BXBC
 C
 VTBIB ZBOH EJMBLVLBO QFHBT QBEB  B
 (BZBZBOHNFNCFSJLBOVTBIBQBEB
  CBUV   QFHBT BEBMBI HBZB CFSBU CFOEB
 1FOZFMFTBJBO   4FIJOHHB
 %JLFUBIVJ   8 &1  
 L/N

Usaha dan Energi 99


 1FOZFMFTBJBO
X Y  L Y
 %JLFUBIVJ
 '/
X LY YDN N

 %JUBOZBLBO
NH  L Y
 B
 &1
LY C
 L
N
H +BXBC
 s   B 6OUVLNFODBSJFOFSHJQPUFOTJBMQFHBT
N  HVOBLBOQFSTBNBBO
 s 
   LH  &18

  −'Y
 +BEJ  NBTTB CBUV UFSTFCVU BEBMBI  
  −  
 LHBUBVHSBN
  −+
C
 6TBIB ZBOH EJMBLVLBO OFSBDB QFHBT
 +BEJ  FOFSHJ QPUFOTJBM QFHBTOZB BEBMBI
 QBEBCBUV
 −+
 8QFHBT & 1 Q
& 1 Q
   C 6OUVL NFODBSJ LPOTUBOUB QFHBT  LJUB
  EBQBUNFOHHVOBLBOQFSTBNBBO
  L Y

   
 &1 LY
 s  s 
 

&
   s   + L  1
Y
 +BEJ VTBIBZBOHEJMBLVLBOQFHBTBEBMBI  s
 
 − ×+  
 4FCVBI QFHBT ZBOH EJHBOUVOH WFSUJLBM   /  N
 EJUBSJL EFOHBO HBZB  / +JLB QFHBT  +BEJ  LPOTUBOUB QFHBT ZBOH EJHVOBLBO
 CFSUBNCBIQBOKBOHDN UFOUVLBO  BEBMBI/N
 B
 FOFSHJQPUFOTJBMQFHBT
 C
 LPOTUBOUBQFHBT

 6OUVLNFOHFUBIVJTFKBVINBOBLBMJBONFOHVBTBJNBUFSJEJEFQBO 
TFMFTBJLBOTPBMQBEB6KJ,PNQFUFOTJEJCBXBIJOJ

Uji Komp et en s i
1. Sebuah sepeda motor dengan massa 100 kg bergerak dengan ke-
lajuan 36 km/jam. Berapakah energi kinetik sepeda motor tersebut?
Hitung pula usaha sepeda motor tersebut untuk mengubah kelajuan-
nya menjadi 72 km/jam.
2. Sebuah sepeda bergerak dengan kecepatan 36 km/jam. Beberapa
saat kemudian, sepeda diperlambat sehingga kecepatannya men-
jadi 12 km/jam. Jika massa sepeda beserta pengendaranya 65 kg,

100 Fisika Kelas XI


hitunglah:
a. energi kinetik mula-mula dan energi kinetik akhir,
b. usaha yang dilakukan orang dan sepeda.

3. Sebuah pelontar rudal menembakkan rudal bermassa 50 kg, sehing-


ga mencapai ketinggian 100 m dari ketinggian semula. Ketika jatuh,
rudal tersebut mengenai atap markas musuh yang ketinggiannya 10 m.
a. Berapakah energi potensial rudal tersebut ketika mencapai
titik tertinggi?
b. Berapa perubahan energi potensialnya?
4. Sebuah pegas digunakan pada pistol mainan anak-anak. Ketika
peluru dimasukkan, pegas memendek sejauh 2 cm dari kedudukan
semula. Jika konstanta pegas yang dipakai adalah 50 N, tentukan:
a. energi potensial yang dimiliki peluru,
b. energi potensial pegas,
c. usaha yang dilakukan pegas untuk melontarkan peluru.

Gaya Konservatif dan


C
Gaya Disipatif (Pengayaan)

 ,JUB UFMBI NFNQFMBKBSJ IVCVOHBO VTBIB EBO FOFSHJ QPUFOTJBM %BSJ
QFOKFMBTBOTFCFMVNOZB LBMJBOUFMBINFOHFUBIVJCBIXBVTBIBNFSVQBLBO
QFSVCBIBOFOFSHJQPUFOTJBM6TBIBEBOFOFSHJQPUFOTJBMCFSIVCVOHBOFSBU
EFOHBO HBZB LPOTFSWBUJG 6OUVL NFOHFUBIVJ MFCJI KBVI QFOHFSUJBO HBZB
LPOTFSWBUJG TJNBLMBIQFOKFMBTBOCFSJLVU

 (BZB,POTFSWBUJGEBO.FEBO,POTFSWBUJG
 6OUVL NFNBIBNJ QFOHFSUJBO HBZB LPOTFSWBUJG  QFSIBUJLBO (BN
CBS  (BNCBS UFSTFCVU NFNQFSMJIBULBO EVB PSBOH ZBOH CFSVTBIB Gambar 3.11 Dua orang memindah-
kan benda dengan cara berbeda
NFNJOEBILBO TFCVBI LPUBL EBSJ BUBT USVL LF UBOBI 0SBOH QFSUBNB akan tetapi usaha yang dilakukan
sama besar.
NFOHHVOBLBO QBQBO ZBOH EJTBOEBSLBO EBO NFMFQBTLBO LPUBL TFIJOHHB
LPUBLNFMVODVSUVSVO0SBOHLFEVBNFNJOEBILBOLPUBLTFDBSBMBOHTVOH
EFOHBONFOKBUVILBOOZBEBSJBUBTUSVLLFUBOBI
 +JLBNBTTBLFEVBCFOEBTBNB NBLBLFEVBCFOEBNFOHBMBNJVTBIB
ZBOHTBNB XBMBVQVOMJOUBTBOZBOHEJMBMVJLFEVBOZBCFSCFEB*OJEJTFCBC
LBOLFEVBCFOEBNFOHBMBNJQFSVCBIBOFOFSHJQPUFOJTBMZBOHTBNB ZBJUV
KBUVIEBSJLFUJOHHJBOTBNB4FMBJOJUV HBZBZBOHCFLFSKBQBEBLFEVBCFOEB
BEBMBIHBZBZBOHTBNB ZBLOJHBZBCFSBUEBOQFSQJOEBIBOZBOHEJBMBNJOZB
KVHBTBNB(BZBCFSBUJOJNFSVQBLBOTBMBITBUVDPOUPIHBZBLPOTFSWBUJG
 (BZB LPOTFSWBUJG NFSVQBLBO HBZB ZBOH IBOZB UFSHBOUVOH QBEB
LFEVEVLBO BXBM EBO LFEVEVLBO BLIJS  UJEBL UFSHBOUVOH QBEB MJOUBTBO
ZBOHEJMBMVJCFOEB#FCFSBQBDJSJHBZBLPOTFSWBUJGBEBMBITFCBHBJCFSJLVU

 6TBIBTFMBMVEJOZBUBLBOTFCBHBJQFSVCBIBOFOFSHJQPUFOTJBM

 6TBIB ZBOH EJMBLVLBO EBQBU LFNCBMJ LF LFBEBBO BXBM SFWFSTJCFM
 EBQBUCBMJL

Usaha dan Energi 101

 6TBIBCFSHBOUVOHQBEBQPTJTJBXBMEBOQPTJTJBLIJS UJEBLNFNQFSIB
 UJLBOMJOUBTBOZBOHEJMBMVJ

 +JLBUJUJLBXBMEBOBLIJSTBNB NBLBVTBIBTBNBEFOHBOOPM

 4FLBSBOH  LJUB BLBO NFNCBIBT CFCFSBQB DPOUPI HBZB LPOTFSWBUJG 


ZBJUVHBZBCFSBU HBZBHSBWJUBTJ EBOHBZBQFHBT

B (BZB#FSBU (BZB(SBWJUBTJ,IVTVT

 1FSIBUJLBO TFLBMJ MBHJ (BNCBS  %JBHSBN HBZB ZBOH EJMBLVLBO


LFEVBPSBOHUFSTFCVUEBQBUEJMJIBUQBEB(BNCBS%BSJEVBDBSBVOUVL
NFNJOEBILBOCFOEBUFSTFCVU HBZBCFSBUNFNBJOLBOQFSBOBOZBOHQFOUJOH
I IT
'  ,JUBUJOKBVHBNCBSB ZBJUVLFUJLBCFOEBEJKBUVILBOTFDBSBMBOHTVOH
%BMBNIBMJOJ HBZBCFSBUNFNCFSJLBOVTBIBQBEBCFOEBTFCFTBS
X
J

 8'T
 8XI
 8NHI
T
I  4FLBSBOH LJUBUJOKBVHBNCBS C
1BEBHBNCBSUFSTFCVU CFOEBEJQJO
EBILBONFOHHVOBLBOCJEBOHNJSJOH(BZBZBOHNFMBLVLBOVTBIBQBEB
θ CFOEBBEBMBI
X XTJOθ
 'XTJOθ
JJ
 'NHTJOθ

Gambar 3.12 Gaya berat  4FNFOUBSB JUV  QFSQJOEBIBO CFOEB QBEB BSBI NJSJOH LF BUBT EBQBU
saat menurunkan benda
secara (i) vertikal dan (ii) EJDBSJEFOHBOSVNVTCFSJLVU
melalui bidang miring.
 I
TJO θ =
 T
I
T=
TJO θ

 #FTBSVTBIBVOUVLNFOVSVOLBOQBEBMJOUBTBONJSJOHJOJTFCFTBS
 8  ' T  
I
8  NH TJO Q
TJO Q

 8  NHI
 
 %BSJ EVB QFSTBNBBO VTBIB UFSTFCVU  LJUB EBQBU NFOHBNCJM LFTJN
QVMBOCBIXBCFTBSOZBVTBIBZBOHEJMBLVLBOVOUVLNFNJOEBILBOTVBUV
CFOEBEBSJLFUJOHHJBOUFSUFOUVUJEBLUFSHBOUVOHQBEBMJOUBTBOZBOHEJMBMVJ
CFOEB  BLBO UFUBQJ IBOZB EJQFOHBSVIJ LFEVEVLBO BXBM EBO LFEVEVLBO
BLIJSCFOEB%FOHBOEFNJLJBO HBZBCFSBUUFSNBTVLHBZBLPOTFSWBUJG

102 Fisika Kelas XI


C (BZB(SBWJUBTJ6NVN
 %JCBC**EJEFQBO LBMJBOTVEBINFNQFMBKBSJHBZBHSBWJUBTJ/FXUPO
.FOVSVU)VLVN(SBWJUBTJ/FXUPO HBZBUBSJLNFOBSJLBOUBSBEVBCFOEB
ZBOHCFSNBTTBNEBONTFSUBCFSKBSBL3EJCFSJLBOEFOHBOQFSTBNBBO
 N N
'H  (
3

 4FLBSBOH QFSIBUJLBO(BNCBS6TBIBZBOHEJMBLVLBOHBZBUBSJL
NFOBSJLBOUBSBEVBCFOEBEBQBUEJKFMBTLBOTFCBHBJCFSJLVU
$
B
 6TBIBNFMBMVJMJOUBTBO"$ T
'HDPTθ
I
 8 " m$  'H DPT Q s T     θ Α
#
¥ 3´ 'H
N
¥ N N ´¦ µ N 3
 ¦(    µ ¦  µ T  3
§ 3 ¶¦ T µ 
§ ¶
Gambar 3.13 Usaha yang di
NN lakukan oleh gaya gravitasi dua
(   lintasan.
3

C
 6TBIBNFMBMVJMJOUBTBO"#$

 8 " m#m$  'H ¥¦ 3 ´µ 'H DPT Q I
QBEBIBM DPT Q  DPT P   
§ ¶
NN 
8 " m#m$  (    ¥¦ 3 ´µ
3 § ¶
N N
8 " m# m$  (
3

 %BSJ EVB QFSTBNBBO UFSTFCVU  LJUB NFNQFSPMFI CBIXB VTBIB ZBOH


EJMBLVLBOHBZBHSBWJUBTJEFOHBOMJOUBTBO"$TBNBEFOHBOVTBIBEFOHBO
MJOUBTBO"#$0MFITFCBCJUV HBZBHBWJUBTJVNVNEBQBUEJTFCVUTFCBHBJ
HBZBLPOTFSWBUJG

D (BZB1FHBT
ur
 "QBCJMB EJLFOBJ HBZB '  NBLB QFHBT BLBO CFSUBNCBI QBOKBOH BUBV QFHBTOPSNBM
CBSBOHLBMJCFSUBNCBIQFOEFL1FHBTUFSTFCVUBLBONFNCFSJLBOHBZBQFS MP

MBXBOBOZBOHCFTBSOZBTBNBEFOHBOHBZBQFOZFCBCOZB(BZBQFOZFCBC QFHBTEJUBSJL
OZBZBOHCFSMBXBOBOEJTFCVUHBZBQFNVMJI 'Q
 'Q '
ur
u ur r MUBSJL
 '1  '  L Y ' ΔMY
 ur r 'Q QFHBTEJUFLBO
'  '  L Y  LY
1 Q
ΔMY
MUFLBO
 6TBIBVOUVLNFOHVCBIQBOKBOHQFHBTBEBMBI
Gambar 3.14 Gaya tarik atau

 8  LY  tekan menyebabkan perubahan
panjang pegas


Usaha dan Energi 103


 6TBIB EBQBU KVHB EJUFOUVLBO EFOHBO NFOHJOUFHSBMLBO HBZB QFHBT
QBEBQFSVCBIBOQBOKBOHOZB

 8  LY 

Y

8  ° ' EY
Y
Y

8  ° L Y EY
Y
Y

8  ¨ LY  ·
©ª  ¹̧ Y

Y  Y
8  L 


 #FSEBTBSLBO QFSTBNBBO UFSTFCVU  VTBIB ZBOH EJMBLVLBO PMFI HBZB
QFHBTEJUFOUVLBOPMFILPOTUBOUBQFHBT QPTJTJBXBM QBOKBOHBXBMQFHBT

EBOQPTJTJBLIJS QBOKBOHQFHBTLFUJLBEJLFOBJHBZB
%FOHBOEFNJLJBO 
HBZBQFHBTNFSVQBLBOHBZBLPOTFSWBUJG

 (BZB%JTJQBUJG
 (BZB EJTJQBUJG BUBV HBZB UJEBLLPOTFSWBUJG BEBMBI HBZB ZBOH UFSHBO
/
UVOHQBEBMJOUBTBOZBOHEJMBMVJCFOEB(BZBEJTJQBUJGEBQBUNFNCFSJLBO
' QFOHBSVIUFSIBEBQFOFSHJNFLBOJLTFCVBICFOEB&OFSHJNFLBOJLTFCVBI
GH " # CFOEBBLBOLFLBMKJLBUJEBLBEBHBZBEJTJQBUJGZBOHCFLFSKBUFSIBEBQOZB
ΔY 4BMBITBUVDPOUPIHBZBEJTJQBUJGBEBMBIHBZBHFTFLBO(BZBHFTFLNFSV
Gambar 3.15 Benda bergerak QBLBOHBZBZBOHTFMBMVCFSMBXBOBOEFOHBOBSBIHFSBLCFOEB1FSIBUJLBO
ke kanan, sedangkan gaya
gesekan arahnya ke kiri
(BNCBS
 1BEB(BNCBS TFCVBILPUBLCFSHFSBLLFLBOBOEFOHBOHBZBUBSJL
'TFIJOHHBHBZBHFTFLBOUBSBLPUBLEFOHBOMBOUBJBEBMBIGHLFBSBILJSJ
6TBIBZBOHEJMBLVLBOHBZBHFTFLTBBULPUBLCFSHFSBLLFLBOBOBEBMBI

 8 " m#  G H $Y 
/
 1BEB HBNCBS  LPUBL CFSHFSBL LF LJSJ EFOHBO HBZB EPSPOH '
' TFIJOHHBHBZBHFTFLBOUBSBLPUBLEFOHBOMBOUBJBEBMBIGHBSBIOZBLFLBOBO
" # GH
6TBIBZBOHEJMBLVLBOQBEBTBBULFLJSJBEBMBI
ΔY
 8#m "  G H $Y  
Gambar 3.16 Benda bergerak
ke kiri, sementara gaya gesekan  ,FUFSBOHBO
arahnya ke kanan
 $Y QFSQJOEBIBO
 6TBIB ZBOH EJMBLVLBO HBZB HFTFL LFUJLB LPUBL CFSHFSBL LF LBOBO
LFNVEJBOLFNCBMJMBHJLFLJSJBEBMBI

 8 " m#m "  G H $Y


G H $Y

8 " m#m "   G H $Y

104 Fisika Kelas XI


 %BSJEVBQFSTBNBBOUFSTFCVU EJLFUBIVJCBIXBVTBIBZBOHEJMBLVLBO
HBZBHFTFLEBSJ"LFNCBMJLF"UJEBLTBNBEFOHBOOPM%FOHBOEFNJLJBO 
HBZBHFTFLBOUFSNBTVLHBZBEJTJQBUJG

D Hukum Kekekalan Energi


 &OFSHJ EBQBU NFNQVOZBJ CFOUVL ZBOH CFSCFEBCFEB 4FMBJO JUV 
FOFSHJ KVHB EBQBU  EJVCBI EBSJ TBUV CFOUVL LF CFOUVL ZBOH MBJO $PO
UPIOZB FOFSHJBJSEBQBUEJVCBINFOKBEJFOFSHJMJTUSJL FOFSHJLJNJBQBEB
CBUFSBJEBQBUEJVCBINFOKBEJFOFSHJMJTUSJL FOFSHJMJTUSJLQBEBLJQBTBOHJO
EBQBUEJVCBINFOKBEJFOFSHJHFSBL EBOTFCBHBJOZB8BMBVQVOCFOUVLZB
CFSVCBI OBNVOKVNMBIFOFSHJEJBMBNJOJBEBMBILFLBM
 )VLVN ,FLFLBMBO &OFSHJ ZBOH NFOZBUBLBO CBIXB FOFSHJ UJEBL
EBQBUEJDJQUBLBOEBOUJEBLEBQBUEJNVTOBILBO OBNVOEBQBUEJVCBIEBSJ
TBUVCFOUVLLFCFOUVLZBOHMBJO
 %FNJLJBOQVMBFOFSHJLJOFUJLEBQBUEJVCBINFOKBEJFOFSHJQPUFOTJBM
BUBVTFCBMJLOZBFOFSHJQPUFOTJBMEBQBUEJVCBINFOKBEJFOFSHJLJOFUJL1F
SVCBIBOFOFSHJLJOFUJLNFOKBEJFOFSHJQPUFOTJBMEBQBUEJMJIBUQBEBLFKBEJ
BOCFOEBZBOHCFSHFSBLWFSUJLBM4FCVBICFOEBZBOHEJMFNQBSLBOLFBUBT
EFOHBO LFDFQBUBO UFSUFOUV NFNQVOZBJ FOFSHJ LJOFUJL NBLTJNVN QBEB
BXBM HFSBLOZB 4FNBLJO LF BUBT  LFDFQBUBOOZB TFNBLJO CFSLVSBOH ZBOH
CFSBSUJFOFSHJLJOFUJLOZBTFNBLJOCFSLVSBOHEBOBLIJSOZBOPMTBNQBJEJ
UJUJLUFSUJOHHJ
 4FNFOUBSBJUV FOFSHJQPUFOTJBMQBEBBXBMHFSBLBOBEBMBIOPM,FUJLB
CFOEBCFSHFSBLLFBUBT FOFSHJQPUFOTJBMHSBWJUBTJZBOHEJNJMJLJOZBTFNBLJO
CFTBS1BEBUJUJLUFSUJOHHJ FOFSHJQPUFOTJBMZBOHEJNJMJLJCFOEBNFOKBEJ
NBLTJNVN#FTBSFOFSHJQPUFOTJBMEJUJUJLUFSUJOHHJJOJTBNBEFOHBOCFTBS
FOFSHJLJOFUJLEJBXBMHFSBL,FUJLBCFOEBCFSHFSBLUVSVO UFSKBEJQSPTFT
TFCBMJLOZB ZBJUVQFSVCBIBOFOFSHJQPUFOTJBMNFOKBEJFOFSHJLJOFUJL
 #FSEBTBSLBOVSBJBOUFSTFCVU EBQBUEJTJNQVMLBOCBIXBLFUJLBCFOEB
CFSHFSBL LF BUBT  FOFSHJ LJOFUJL ZBOH EJNJMJLJ CFOEB EJVCBI NFOKBEJ
FOFSHJ QPUFOTJBM 4BUV IBM ZBOH QFOUJOH BEBMBI CBIXB CFTBSOZB FOFSHJ
LJOFUJL QBEB BXBM HFSBLBO TBNB EFOHBO CFTBS FOFSHJ QPUFOTJBM EJ UJUJL
UFSUJOHHJ ,FOZBUBBO JOJ NFOVOKVLLBO CBIXB KVNMBI FOFSHJ ZBOH EJNJ
dok. PIM
MJLJCFOEBTFMBMVUFUBQ XBMBVQVOFOFSHJOZBCFSVCBICFOUVL1FSJTUJXBJOJ
Gambar 3.17 Benda yang
BEBMBITBMBITBUVDPOUPIQFOFSBQBO)VLVN,FLFLBMBO&OFSHJ dilempar ke atas meng-
 #FSEBTBSLBOQFOKFMBTBOQBEBQFSJTUJXBHFSBLWFSUJLBM LJUBEBQBUNF alami perubahan energi
kinetik menjadi energi po-
OVMJTLBOCFOUVLQFSTBNBBO)VLVN,FLFLBMBO&OFSHJTFCBHBJCFSJLVU tensial

Δ&,Δ&1
 &,−&,&1−&1
 &,+&1&,+&1
 ,FUFSBOHBO
 &,FOFSHJLJOFUJLQBEBLFEVEVLBOBXBM +

 &1FOFSHJQPUFOTJBMQBEBLFEVEVLBOBXBM +

 &1FOFSHJQPUFOTJBMQBEBLFEVEVLBOBLIJS +

 &,FOFSHJLJOFUJLQBEBLFEVEVLBOBLIJS +

Usaha dan Energi 105


 &1FOFSHJQPUFOTJBMQBEBLFEVEVLBOBLIJS +

 'BLUPS&1 &,EBSJQFSTBNBBOUFSTFCVUEJEFGJOJTJLBOTFCBHBJFOFSHJ
NFLBOJLUPUBMTJTUFN &.
4FIJOHHB )VLVN,FLFLBMBO&OFSHJUFSTFCVU
EJTFCVUTFCBHBJ)VLVN,FLFLBMBO&OFSHJ.FLBOJL ZBOHEJSVNVTLBO
&.&.
 
EFOHBO 
&.&1 &,


 +BEJ  FOFSHJ NFLBOJL CFOEB QBEB TFUJBQ QPTJTJ OJMBJOZB BLBO TFMBMV
LPOTUBO
 )VLVN,FLFLBMBO&OFSHJ.FLBOJLZBOHNFOZBUBLBOCBIXBQBEB
TJTUFNZBOHUFSJTPMBTJ UJEBLBEBHBZBMVBSZBOHCFLFSKB
FOFSHJNFLBOJL
UPUBMTJTUFNBEBMBILPOTUBO
 %FOHBO NFOHHVOBLBO )VLVN ,FLFLBMBO &OFSHJ .FLBOJL JOJ 
LJUBEBQBUNFOKFMBTLBOCFCFSBQBQFSTPBMBOHFSBLCFOEBEFOHBONVEBI
6OUVLNFOHFUBIVJQFOFSBQBO)VLVN,FLFLBMBO&OFSHJ.FLBOJL TJNBL
MBIVSBJBOTFMBOKVUOZB

 )VLVN,FLFLBMBO&OFSHJQBEB(FSBL7FSUJLBM
 1FOFSBQBO )VLVN ,FLFLBMBO &OFSHJ .FLBOJL QBEB HFSBL WFSUJLBM
UFMBILJUBTJOHHVOHTFEJLJUEJEFQBO(FSBLWFSUJLBMEBQBULJUBCBHJNFO
KBEJEVBZBJUVHFSBLLFBUBTEBOHFSBLWFSUJLBMLFCBXBI

B (FSBL7FSUJLBMLF"UBT
#  1FSIBUJLBO(BNCBS NJTBMLBOQBEBLFEVEVLBO"CFOEBEJMFN
QBSLBO LF BUBT EFOHBO LFDFQBUBO W 4FUFMBI CFCFSBQB TBBU  CFOEB BLBO
NFODBQBJLFUJOHHJBONBLTJNVN INBLT
EJ#1BEBTBBUCFOEBCBSVCFSHF
I
SBL QPTJTJ"
FOFSHJLJOFUJLNFODBQBJOJMBJNBLTJNVN TFEBOHLBOFOFSHJ
" QPUFOTJBMCFOEBTBNBEFOHBOOPM KJLBUBOHBOTFCBHBJBDVBO4FNFOUBSB
JUV QBEBTBBUCFOEBNFODBQBJUJUJLUFSUJOHHJ QPTJTJ#
FOFSHJQPUFOTJBM
NFODBQBJNBLTJNVN TFEBOHLBOFOFSHJLJOFUJLOZBTBNBEFOHBOOPM
 #FSEBTBSLBO)VLVN,FLFLBMBO&OFSHJ.FLBOJL QBEBHFSBLWFSUJLBM
LFBUBTCFSMBLVQFSTBNBBO
Gambar 3.18 Benda melaku-  &,"+&1"=&,#+&1#
kan gerak vertikal ke atas
 
 NW +  =  + NHINBLT

 
 4FIJOHHBUJOHHJNBLTJNVNZBOHEBQBUEJDBQBJCFOEBBEBMBI
,FUFSBOHBO
 W
=  INBLTUJOHHJNBLTJNVN N

  INBLT H WLFMBKVBOBXBMCFOEB NT

HQFSDFQBUBOHSBWJUBTJ NT

106 Fisika Kelas XI


 4FMBJO NFODBSJ LFUJOHHJBO NBLTJNVN ZBOH EBQBU EJDBQBJ CFOEB
)VLVN ,FLFLBMBO &OFSHJ .FLBOJL EBQBU EJHVOBLBO VOUVL NFODBSJ
LFMBKVBOCFOEBTBBUCFSBEBQBEBLFUJOHHJBOI,FUJLBCFOEBCFSBEBQBEB
LFUJOHHJBOICFSMBLVQFSTBNBBO

 &L + &Q = &L + &Q


  
NW +  = NW  + NHI
 

W  = W −  HI

 1FSTBNBBOJOJTBNBQFSTJTEFOHBOQFSTBNBBOLFDFQBUBOQBEBHFSBL
MVSVTCFSVCBICFSBUVSBOEFOHBOQFSDFQBUBOTFCFTBSH
 1FSIBUJLBODPOUPICFSJLVU
Cont o h
 4FCVBICPMBCFSNBTTB LHEJMFNQBS  &1 &,&1 &,
WFSUJLBM LF BUBT EFOHBO LFMBKVBO BXBM

NT%FOHBONFOHHVOBLBOIVLVN  NW  NHI
H 
LFLFLBMBO FOFSHJ EBO HFTFLBO VEBSB 
EJBCBJLBO UFOUVLBO W
I 
B LFUJOHHJBO NBLTJNVN ZBOH EJDB H
QBJCPMB 
C LFMBKVBO CPMB TBBU CPMB CFSBEB 
 
QBEBLFUJOHHJBONFUFS
  N 
 1FOZFMFTBJBO
 +BEJ LFUJOHHJBOCPMBUFSTFCVUBEBMBI
 %JLFUBIVJ
 N
 N LH
 W NT C  ,FMBKVBO CPMB QBEB LFUJOHHJBO  N
 H NT  EBQBUEJDBSJEFOHBOQFSTBNBBO
 %JUBOZBLBO  W   W  HI 
 B INBLT    
 s  s 

 C WKJLBIN
 
 +BXBC
 B %BSJ)VLVN,FLFLBMBO&OFSHJEJ W    N  T

  QFSPMFI

NFUFSBEBMBIW    NT

C (FSBL7FSUJLBM,F#BXBI
 (FSBL WFSUJLBM LF CBXBI EJCFEBLBO NFOKBEJ   ZBJUV HFSBL UBOQB
LFDFQBUBOBXBMEBOHFSBLEFOHBOLFDFQBUBOBXBM6OUVLHFSBLUBOQBLF
DFQBUBOBXBM EJTFCVUHFSBLKBUVICFCBT$POUPIHFSBLKBUVICFCBTBEBMBI
HFSBLCFOEBZBOHEJKBUVILBOEBSJLFUJOHHJBOUFSUFOUV1FSIBUJLBO(BNCBS
1BEBTBBUEJKBUVILBO LFDFQBUBOCFOEBTBNBEFOHBOOPM TFIJOHHB
Usaha dan Energi 107
F OFSHJLJOFUJLOZBOPM"LBOUFUBQJFOFSHJQPUFOTJBMOZBNBLTJNBM,FUJLB
CFOEBTBNQBJEJMBOUBJBUBVCJEBOHBDVBO LFMBKVBOOZBNFOKBEJNBLTJNBM
EBOFOFSHJLJOFUJLOZBKVHBNBLTJNBM4FNFOUBSBFOFSHJQPUFOTJBMOZBTBNB
" EFOHBOOPM
 1BEBHFSBLKBUVICFCBTEBSJ"LF# CFSMBLV)VLVN,FLFLBMBO&OFSHJ
I
.FLBOJLTFCBHBJCFSJLVU
 &," &1"&,# &1#
#  
  + NHI =  NW  + NHI
 "

# #

W# =  H I " − I #

Gambar 3.19 Gerak jatuh bebas



 W# =  H I" − I#

 ,FUFSBOHBO
 W#LFMBKVBOCFOEB NT

 I#UJOHHJCFOEB N

 I"UJOHHJCFOEBNVMBNVMB N

 +JLB QPTJTJ # BEBMBI LFUJLB CPMB NFODBQBJ MBOUBJ I#  


 NBLB

5ips &T r i k LFMBKVBOCPMBLFUJLBNFOZFOUVIMBOUBJBEBMBI

W =  HI"

 
Saat benda mengalami
 1FSTBNBBOUFSTFCVU CFSMBLV KJLB CFOEB UJEBL EJCFSJ LFDFQBUBO BXBM
gerak jatuh bebas, akan
terjadi beberapa ke- +JLBCFOEBEJKBUVILBOEFOHBOLFDFQBUBOW CFOEBEJIFNQBTLBO
CFSMBLV
adaaan. QFSTBNBBO
• Pada kedudukan awal,  &," &1"&,# &1#
kelajuan awal sama
  
dengan nol, sehingga  NW + NHI" = NW# + NHI#
Ek = 0 dan Epmaks = Em.
  
• Keadaan selanjutnya, W# = W +  H I" − I#

energi potensial ber- 


kurang dan berubah
menjadi energi kinetik, W# = W +  H I" − I#

pada setengah perjalan- 


annya Ep = Ek dan
Em = Ep + Ek  4FIJOHHB LFMBKVBO CFOEB TBBU TBNQBJ EJ MBOUBJ EBQBU EJDBSJ EFOHBO
QFSTBNBBO
• Ketika menyentuh tanah
(bidang acuan) dan  W  = W +  HI  ,FUFSBOHBO
Ep = 0 dan Ekmaks = Em.
 WLFMBKVBOCFOEB NT

W = W +  HI
 WLFMBKVBOBXBM NT

 1FSTBNBBO UFSTFCVU TBNB EFOHBO QFSTBNBBO HFSBL WFSUJLBM LF BUBT 


IBOZBTBKBHCFSOJMBJQPTJUJG
 4FCBHBJ BKBOH VOUVL NFOHBTBI LFUFSBNQJMBO LBMJBO  LFSKBLBO
&LTQFEJTJCFSJLVU

108 Fisika Kelas XI


E kspedisi
Cobalah analisis kejadian berikut menggu-
nakan Hukum Kekekalan Energi Mekanik.
Seorang anak melemparkan bola ke atas
dengan kecepatan awal v0. Bola dilempar dari
ketinggian a meter dari tanah. Setelah men-
capai titik tertinggi, bola kemudian turun dan
jatuh di atas meja dengan ketinggian b meter
dari lantai. Perhatikan gambar. Dengan meng-
gunakan Hukum Kekekalan Energi Mekanik, B
buktikan bahwa kelajuan bola ketika jatuh di
C
meja diberikan dengan persamaan:

2 a−b
v = v0 +
2g

 6OUVLNFMFOHLBQJQFOKFMBTBOEJEFQBO QFSIBUJLBODPOUPICFSJLVU

Cont o h
4FPSBOHUVLBOHCBUVNFOKBUVILBOCBUVCBUB  +BEJ  FOFSHJ QPUFOTJBM QBEB LFUJOHHJBO
ZBOHNBTTBOZBHEBSJLFUJOHHJBON  BXBMBEBMBI+
EJ BUBT UBOBI UBOQB LFDFQBUBO BXBM +JLB C &
 OFSHJ LJOFUJL QBEB LFUJOHHJBO  N
QFSDFQBUBOHSBWJUBTJEJUFNQBUJUV NT   EBQBUEJDBSJEFOHBO)VLVN,FLFLBMBO
UFOUVLBO  &OFSHJ.FLBOJLCFSJLVU
B FOFSHJQPUFOTJBMCFOEBUFSTFCVU 
C FOFSHJ LJOFUJL LFUJLB CBUV CBUB CFSBEB  &1+&,=&1+&,
 QBEBLFUJOHHJBONEJBUBTUBOBI  NHI+=NHI+&L
D LFMBKVBO CBUV CBUB TBBU NFOHFOBJ UBOBI  &L=NH I−I

  =    −

1FOZFMFTBJBO   = +


%JLFUBIVJ
 +BEJ  FOFSHJ LJOFUJL QBEB LFUJOHHJBO 
NH LH
 NBEBMBI +
IN
IN D 6OUVL NFODBSJ LFDFQBUBO CFOEB TBBU
 UJCBEJUBOBI HVOBLBOQFSTBNBBO
%JUBOZBLBO
B&1  W  HHI 
C&,
=  ×   × 
DWEJUBOBI
=  N  T
+BXBC
B &OFSHJ QPUFOTJBM QBEB LFUJOHHJBO BXBM  +BEJ  LFDFQBUBO CBUV CBUB TBBU UJCB EJ
 EBQBUEJDBSJEFOHBOQFSTBNBBO  UBOBIBEBMBINT
 &1 NHI
   × ×
  +

Usaha dan Energi 109


 )VLVN,FLFLBMBO&OFSHJ.FLBOJLQBEB(FSBL1BSBCPMB
 %JCBC*LJUBUFMBINFNQFMBKBSJHFSBLQBSBCPMBEJUJOKBVTFDBSBWFLUPS
4FLBSBOH LJUBBLBONFODPCBVOUVLNFOHBOBMJTJTHFSBLQBSBCPMBEFOHBO
)VLVN,FLFLBMBO&OFSHJ.FLBOJL/BNVOTFCFMVNLJUBNFNCBIBTOZB
MFCJIMBOKVU LFSKBLBO&VSFLBCFSJLVU

E ureka
Bersama teman sebangku kalian, carilah jawaban dari pertanyaan-per-
tanyaan di bawah ini.

1. Carilah 5 contoh peristiwa sehari-hari yang menunjukkan gerak


parabola.

2. Tuliskan persamaan gerak parabola untuk mencari:


a. ketinggian maksimum yang dicapai,
b. jarak maksimum yang dicapai,
c. kecepatan benda di setiap kedudukan

Konsultasikan hasil pencarian kalian kepada bapak/ibu guru.

 4FLBSBOH LJUB BLBO NFODPCB VOUVL NFNCVLUJLBO QFSTBNBBO


QFSTBNBBOQBEBHFSBLQBSBCPMBNFOHHVOBLBO)VLVN,FLFLBMBO&OFSHJ
.FLBOJL1FSIBUJLBOTLFNBMJOUBTBOHFSBLQBSBCPMBQBEBHBNCBS
&QNBLTJNVN
&LNJOJNVN
&QNFOJOHLBU &QNFOVSVO
&LNFOVSVO &LNFOJOHLBU


&QNJOJNVN &QNJOJNVN
&LNBLTJNVNLFBUBT &LNBLTJNVNLFCBXBI

Gambar 3.20 Energi mekanik bola pada setiap keadaan

 &OFSHJNFLBOJLEBSJCPMBZBOHEJUFOEBOHLFBUBTNFSVQBLBOFOFSHJ
UPUBMZBOHUFSEJSJEBSJFOFSHJQPUFOTJBMEBOFOFSHJLJOFUJLQBEBTFUJBQXBLUV
EBOLFBEBBOZBOHTBNB4BBUCPMBEJUFOEBOH UJUJL
FOFSHJQPUFOTJBMOZB
NJOJNVN  TFEBOHLBO FOFSHJ LJOFUJLOZB NBLTJNVN 4BBU CFSHFSBL LF
BUBT TFUFMBICPMBOBJL UJUJL
FOFSHJQPUFOTJBMOZBNFOJOHLBU TFEBOHLBO
FOFSHJLJOFUJLOZBNFOVSVO,FNVEJBO TBNQBJQBEBUJUJLUFSUJOHHJ UJUJL

 FOFSHJ FOFSHJ QPUFOTJBMOZB NBLTJNVN EBO FOFSHJ LJOFUJLOZB NJOJ
NVN4FMBOKVUOZB CPMBLFNCBMJCFSHFSBLUVSVO UJUJL
FOFSHJQPUFOTJBM
CPMBLFNCBMJNFOVSVO TFNFOUBSBFOFSHJLJOFUJLOZBNFOJOHLBU4BNQBJ
NFOZFOUVIUBOBI UJUJL
FOFSHJQPUFOTJBMCPMBNFOKBEJNJOJNVNEBO
FOFSHJLJOFUJLOZBNBLTJNVN

110 Fisika Kelas XI


 4FTVBJ)VLVN,FLFLBMBO&OFSHJ LFKBEJBOUFSTFCVUEBQBUEJKFMBTLBO
EFOHBOQFSTBNBBO
 &1 &,&1 &,&1 &,&1 &,

 4FLBSBOHLJUBUJOKBVLFEVEVLBOCFOEBEJUJUJL%BMBNIBMJOJ LJUB
IBOZBNFNQFSIJUVOHLBOLPNQPOFOLFMBKVBOQBEBTVNCVZ*OJLBSFOB T eropong
LPNQPOFOLFMBKVBOQBEBTVNCVYTFMBMVUFUBQTFUJBQTBBU TFIJOHHBUJEBL Di bab I tentang Kinema-
QFSMVEJQFSIJUVOHLBO,FUJLBCFOEBCFSBEBEJUJUJL QFSTBNBBOZBOHCFS tika, kita telah mempe-
MBLVBEBMBI lajari gerak parabola.
Kecepatan awal gerak
 &, &1&, &1 parabola dapat diurai-
kan dalam sumbu x dan
    sumbu y, yang diberikan
NW Z  +  = NW Z + NHZ dengan persamaan:
 
 v x = v 0 cos α
W Z  = W Z  −  HZ
 x0

v y0 = v 0 sin±

W Z  = W TJO α
 −  HZ
Besar kecepatan pada

W Z  = W TJO  α −  HZ sumbu x (vx) selalu
tetap pada semua po-
sisi, sedangkan besar vy
 4FDBSBVNVN QFSTBNBBOLPNQPOFOLFMBKVBOQBEBTVNCVZLFUJLB tergantung pada posisi
CFOEBNFODBQBJLFUJOHHJBOZBEBMBI benda.

WZWTJOα−HZ

 ,FUFSBOHBO
 WZLFMBKVBOCFOEBEJLFUJOHHJBOZ NT

 WPLFMBKVBOBXBMCFOEB NT

αTVEVUFMFWBTJ
 ZLFUJOHHJBOCFOEB N

 ,FUJLBCFOEBNFODBQBJUJUJLUFSUJOHHJ QPTJTJ
CFSMBLVQFSTBNBBO
 &, &1&, &1
 
 NW Z  +  =  + NHZ

W TJO α

Z = ZNBLT = 
H

W TJO  α
ZNBLT =
H

 ,FUFSBOHBO
 ZNBLTLFUJOHHJBONBLTJNVN N

Usaha dan Energi 111


6OUVLNFMFOHLBQJQFOKFMBTBOUFSTFCVU QFSIBUJLBODPOUPICFSJLVU

Cont o h
4FCVBIQFMPOUBSSVEBMNFOFNCBLLBOSVEBM WY W DPT α
LFBOHLBTBEFOHBOLFDFQBUBOBXBMNT =  DPT P
EFOHBOTVEVUFMFWBTJP+JLBHNT 
=  ⎛⎜  ⎞⎟

UFOUVLBO
B UJOHHJNBLTJNVNZBOHEJDBQBJQFMVSV ⎝ ⎠
C MBKVQFMVSVLFUJLBCFSBEBEJLFUJOHHJBO  =   N  T
 N  ,FMBKVBOOZBEBQBUEJDBSJEFOHBOQFSTB
D MBKVQFMVSVLFUJLBUJCBEJUBOBI  NBBO
1FOZFMFTBJBO  W Z W TJO  α −  HZ
%JLFUBIVJ  J  P −   
=  TJO
WNT
α  
=  × ⎛⎜  ⎞⎟ − 
 
H NT ⎝ ⎠

%JUBOZBLBO W Z = 
BZNBLT
=   N  T
CWVOUVLZN
DWUBOBI 
+BXBC W = W Y + W Z
B 6OUVLNFODBSJLFUJOHHJBONBLTJNVN =

  + 


 


ZBOHEJDBQBJQFMVSV LJUBEBQBUNFOH
HVOBLBOQFSTBNBBO = 
 + 

 W  TJO  α  =   N  T
ZNBLT = 
 H  +BEJ LFMBKVBOCFOEBEJLFUJOHHJBON
 TJO 
  BEBMBI  NT
=
 ×  D 6OUVL NFODBSJ LFMBKVBO SVEBM TBBU

 × ⎛⎜  ⎞⎟
  TBNQBJ EJ UBOBI  LJUB EBQBU NFOHHV
= ⎝ ⎠  OBLBOQFSTBNBBO
  &1 BXB & , BXBMM  &1 B U & , BLIJS
=  N
  
 +BEJ  LFUJOHHJBO NBLTJNBM QFMVSV  NW   NWBLIJS
 
 UFSTFCVUBEBMBIN WBLIJS W
C 6OUVL NFODBSJ LFMBKVBO SVEBM EJ LF WBLIJS   N  T
UJOHHJBO  N  LJUB IBSVT NFODBSJ WZ
EBOWYUFSMFCJIEBIVMV  +BEJ  LFMBKVBO SVEBM LFUJLB TBNQBJ EJ
W Y W DPT α  UBOBI TBNB EFOHBO LFMBKVBO BXBMOZB
   ZBJUVNT
 

112 Fisika Kelas XI


 )VLVN,FLFLBMBO&OFSHJ.FLBOJLVOUVL(FSBL
 )BSNPOJT4FEFSIBOB
 1BEBCBC**UFUBOH(SBWJUBTJEBO(BZB1FHBT LBMJBOUFMBINFNQFMBKBSJ
NBUFSJ(FSBL)BSNPOJT4FEFSIBOBZBOHEJMBLVLBOCFOEBZBOHUFSIVCVOH
EFOHBO QFHBT 4FCBHBJ CFLBM LBMJBO  DPCB CVLB LFNCBMJ NBUFSJ UFSTFCVU
%JEFQBO LJUBUFMBIKVHBUFMBINFNCBIBTFOFSHJQPUFOTJBMQFHBT4FLBSBOH
LJUBBLBONFODPCBVOUVLNFOHBOBMJTJTHFSBLCFOEBEJCBXBIQFOHBSVI
QFHBTCFSEBTBSLBO)VLVN,FLFLBMBO&OFSHJ.FLBOJL
 1FSIBUJLBO(BNCBS(BNCBSUFSTFCVUNFNQFSMJIBULBOCFCFSBQB
QPTJTJCFOEBZBOHNFMBLVLBOHFSBLIBSNPOJLTFEFSIBOB&OFSHJNFLBOJL
UPUBMTJTUFNQFHBTEBOCFOEBNFSVQBLBOKVNMBIFOFSHJLJOFUJLEBOFOFSHJ &1NBY
&,NJO
QPUFOTJBM (a)
'
W
 &.&, &1
&,NBY
 ,FUJLB NFOZJNQBOH TFKBVI Y  " EBSJ UJUJL LFTFJNCBOHBO  FOFSHJ (b) ' &1NJO
QPUFOTJBM ZBOH EJNJMJLJ CFOEB NFODBQBJ NBLTJNBM 4FNFOUBSB FOFSHJ WW
LJOFUJL CFOEB TBNB EFOHBO OPM *OJ EJTFCBCLBO LBSFOB QBEB QPTJTJ JOJ
CFOEBUJEBLCFSHFSBLVOUVLCFCFSBQBTBBU+BEJ LFUJLBTJNQBOHBOQFHBT &1NBY
NBLTJNBMCFSMBLVQFSTBNBBO (c) ' &,NJO

 W
 & .  &1  L" 
   &,NBY
 4FUFMBINFOZJNQBOHTFKBVI" QFHBTBLBONFOBSJLCFCBO"LJCBUOZB  &1NJO
(d) '
CFCBOCFSHFSBLEFOHBOLFDFQBUBOWEBOTVBUVTBBUCFSBEBEJUJUJLLFTFJN
WW
CBOHBO HBNCBS C
 1BEB UJUJL JOJ  FOFSHJ QPUFOTJBM ZBOH EJNJMJLJ CFOEB
TBNBEFOHBOOPM JOHBUBDVBOOZBBEBMBIUJUJLLFTFJNCBOHBO
*OJCFSBSUJ &1NBY
FOFSHJUPUBMZBOHEJNJMJLJTJTUFNCFSBEBEBMBNCFOUVLFOFSHJLJOFUJL*OJ (e) &,NJO
'
CFSBSUJLFDFQBUBOCFOEBEJUJUJLLFTFJNCBOHBO LJUBCFSJMBNCBOHW
NFO W
DBQBJNBLTJNVN
 Y" Y Y"
 & .  & ,  NW
  Gambar 3.21 Benda melakukan
gerak harmonik sederhana
 +BEJ LFUJLBCFOEBCFSHFSBLEBSJUJUJLY" QPTJTJ
LFUJUJLY ketika dihubungkan dengan
QPTJTJ
CFSMBLV)VLVN,FLFLBMBO&OFSHJ.FLBOJLTFCBHBJCFSJLVU pegas.

 & .  & .
   
L"  NW
 

L
W  "
 N

  ,FUFSBOHBO
  WLFDFQBUBOCFOEBEJUJUJLLFTFJNCBOHBO NT

  "TJNQBOHBONBLTJNVNBUBVBNQMJUVEP N

  L LPOTUBOUBQFHBT /N

  NNBTTBCFOEB LH

Usaha dan Energi 113


 4FUFMBINFODBQBJUJUJLLFTFJNCBOHBO CFOEBUFSVTCFSHFSBLTFIJOHHB
NFODBQBJUJUJLY−"%JUJUJLJOJ FOFSHJQPUFOTJBMLFNCBMJNFODBQBJOJMBJ
NBLTJNBMTFEBOHLBOFOFSHJLJOFUJLOZBTBNBEFOHBOOPM+BEJQFSTBNBBO
ZBOHCFSMBLV

 & .  &1  L" 
 
 -BMV CBHBJNBOBLBIFOFSHJTJTUFNLFUJLBCFOEBNFOZJNQBOHTFKBVI
Y  6OUVL LBTVT JOJ  FOFSHJ NFLBOJLOZB BEBMBI QFOKVNMBIBO EBSJ FOFSHJ
LJOFUJLEBOFOFSHJQPUFOTJBMOZB1BEBQPTJTJJOJ HBNCBSE
CFSMBLVQFS
TBNBBO
& .  & , &1
  
& .  NW  L Y 
  

 +JLBCFOEBCFSHFSBLEBSJUJUJLLFTFJNCBOHBO Y
LFUJUJLYYCFS
MBLV)VLVN,FLFLBMBO&OFSHJ.FLBOJLTFCBHBJCFSJLVU

 & ,  &1  & , Y &1 Y


   
NW   NW  L Y 
   

L 
W   W Y
N

L  L 
 %FOHBONFOTVCTUJUVTJLBOQFSTBNBBOW  " BUBVW  " LJUB
N N
EBQBULBOQFSTBNBBOLFMBKVBOCFOEBLFUJLBNFOZJNQBOHTFKBVIY

 L L  
W  = " − Y
N N
L 
W = (" − Y )


N
L ⎛ Y ⎞
W  = "  ⎜ −  ⎟
N ⎝ " ⎠
L  ⎛ Y ⎞
W = " ⎜ −  ⎟
N ⎝ " ⎠

Y
+BEJ W = W  − 
"
 
 ,FUFSBOHBO
 WLFMBKVBOCFOEB NT

 WLFMBKVBOCFOEBEJUJUJLLFTFJNCBOHBO NT

 YQFSUBNCBIBOQBOKBOHQFHBTTJNQBOHBO N


114 Fisika Kelas XI
 )VLVN,FLFLBMBO&OFSHJ.FLBOJLVOUVL(FSBL#FOEBEJ
 #JEBOH.JSJOH

 "OBMJTJTHFSBLCFOEBQBEBCJEBOHNJSJOHUFMBILJUBCBIBTEJLFMBT9
QBEBNBUFSJ(BZBEBO(FSBL4FLBSBOHLJUBBLBONFODPCBNFOHBOBMJTJT
HFSBLCFOEBQBEBCJEBOHNJSJOHNFOHHVOBLBO)VLVN,FLFLBMBO&OFSHJ
.FLBOJL
 ,JUB BNCJM DPOUPI TFCVBI NPCJM ZBOH TFEBOH CFSHFSBL EJ UBOKBLBO
EFOHBO LFNJSJOHBO α ,FUJLB CFSBEB EJ EBTBS UBOKBLBO  NPCJM CFSHFSBL $

EFOHBO LFDFQBUBO BXBM W #JTBLBI LBMJBO NFOHIJUVOH LFDFQBUBO BXBM


NJOJNBMZBOHIBSVTEJQVOZBJNPCJMBHBSTBNQBJEJBUBTUBOKBLBO %FOHBO #

NFOHHVOBLBO )VLVN ,FLFLBMBO &OFSHJ .FLBOJL LJUB EBQBU NFOZFMF


TBJLBOQFSNBTBMBIBOUFSTFCVUEFOHBONVEBI1FSIBUJLBO(BNCS "
α ·
 4FLBSBOHLJUBUJOKBVLFEVEVLBONPCJMLFUJLBEJUBOKBLBO QPTJTJ#

,FUJLBNPCJMCFSHFSBLEBSJEBTBS QPTJTJ"
LFQPTJTJ# CFSMBLV)VLVN Gambar 3.22 Mobil bergerak di
,FLFLBMBO&OFSHJ.FLBOJLTFCBHBJCFSJLVU tanjakan dengan kemiringan α.

 &."=&.H
 &," &1"=&,# &1#
  
NW +  = NW# + NHI#
 

W# = W −  HI#
 


 +JLBNPCJMCFSHFSBLUVSVOEBSJBUBTLFEBTBSUBOKBLBO EBSJ$LF"

NBLBHCFSOJMBJOFHBUJG −
TFIJOHHB

W#W HI#

 ,FUFSBOHBO
 W#LFMBKVBONPCJMEJUBOKBLBO NT

 WLFMBKVBOBXBM NT

 I#LFEVEVLBONPCJMEBSJCJEBOHBDVBO N

 -BMV  VOUVL NFODBSJ LFMBKVBO BXBM NJOJNBM ZBOH EJCVUVILBO BHBS


NPCJM NBNQV NFMFXBUJ UBOKBLBO UBOQB BEB VTBIB NFOBNCBI LFMBKVBO
OZB LJUBEBQBUNFOHHVOBLBOQFSTBNBBO
 &," &1"&,$ &1$
 
NW +  =  + NHI


 W =  HI

 WQBEBQFSTBNBBOUFSTFCVUBEBMBILFMBKVBONJOJNBMZBOHIBSVTEJ
NJMJLJNPCJMBHBSNBNQVNFMFXBUJUBOKBLBO

Usaha dan Energi 115


 )VLVN,FLFLBMBO&OFSHJQBEB(FSBL.FMJOHLBS
 6OUVL NFNCBIBT )VLVN ,FLFLBMBO &OFSHJ .FLBOJL QBEB (FSBL
.FMJOHLBS  LJB BNCJM DPOUPI TFCVBI MJOUBTBO NFMJOHLBS QBEB SPMMFS
DPBTUFS 3PMMFS DPBTUFS BEBMBI QFSNBJOBO CFSVQB LFSFUB ZBOH NFMVODVS
EJBUBTSFM-JOUBTBOSFMEJCVBUCFSBOFLBNBDBNCFOUVLOZB BEBMJOUBTBO
NFMFOHLVOH NFOEBUBS BUBVQVOCFSQVUBSBUBVMJOHLBSBO1FSNBJOBOJOJ
UJEBLEJHFSBLLBOPMFINFTJO.FTJOIBOZBEJHVOBLBOVOUVLNFOHBOHLBU
LFSFUB LF SFM UFSUJOHHJ 4FUFMBI JUV  NFTJO UJEBL MBHJ CFLFSKB ,FDFQBUBO
LFSFUBZBOHNFMVODVSQBEBQFMCBHBJCFOUVLMJOUBTBOIBOZBNFNBOGBBULBO
LPOTFQ)VLVN,FLFLBMBO&OFSHJ.FLBOJL
 4FLBSBOH LJUB BLBO NFNCBIBT CBHBJNBOBLBI )VLVN ,FLFLBMBO
www.nolimitscoaster.com
&OFSHJ.FLBOJLNFOKFMBTLBOHFSBLLFSFUBQBEBSPMMFSDPBTUFSUFSTFCVU UFS
Gambar 3.23 Pada roller coaster
berlaku hukum kekekalan energi
VUBNBTBBUNFMFXBUJMJOUBTBOCFSVQBMJOHLBSBO1FSIBUJLBOHBNCBS
 SPMMFSDPBTUFS

/
I 8
I
3



Gambar 3.24 Skema lintasan gerak roller coaster

 ,FUJLB OBJL SPMMFS DPBTUFS  LJUB BLBO NFMJIBU MJOUBTBO ZBOH MJOHLBSBO
CFSBEB TFUFMBI MJOUBTBO UFSUJOHHJ *OJ EJMBLVLBO BHBS LFSFUB NFNQVOZBJ
LFDFQBUBOZBOHDVLVQZBOHEJQFSMVLBOVOUVLNFMFXBUJMJOHLBSBOEFOHBO
BNBO#BHBJNBOBLBIMJOUBTBOZBOHUJOHHJNBNQVNFNCFSJLBOLFDFQBUBO
QBEBLFSFUB
 ,FUJLB LFSFUB CFSHFSBL EBSJ MJOUBTBO UFSUJOHHJ QPTJTJ 
 LF CBHJBO
CBXBIMJOHLBSBO QPTJTJ
CFSMBLV)VLVN,FLFLBMBO&OFSHJ.FLBOJL
TFCBHBJCFSJLVU
 &1 &,&1 &,

 %J QPTJTJ   LFDFQBUBO LFSFUB BEBMBI OPM +JLB QPTJTJ  EJKBEJLBO


BDVBO LFUJOHHJBOLFSFUBEJQPTJTJJOJOPM+BEJ )VLVN,FLFLBMBO&OFSHJ
.FLBOJLUFSTFCVUEBQBUEJUVMJTLBO

NHI = NW
 

W =  HI
  
116 Fisika Kelas XI
 %BSJQFSTBNBBOUFSTFCVU LJUBNFOEBQBULBOLFDFQBUBOTBBUEJUJUJL
,FDFQBUBOZBOHEJNJMJLJLFSFUBEJEBTBSMJOHLBSBOJOJIBSVTCJTBEJHVOBLBO
VOUVLNFODBQBJUJUJLUFSUJOHHJ UJUJL
+JLBLFDFQBUBOOZBLVSBOHTFEJLJU
TBKB NBLBLFSFUBUJEBLBLBOTBNQBJEJUJUJLEBOTBOHBUNFNCBIBZBLBO
QFOVNQBOHOZB%FOHBOEFNJLJBO QFSIJUVOHBOLFUJOHHJBOMJOUBTBOTFCF
MVNNFNBTVLJMJOHLBSBOTBOHBUEJQFSMVLBO
 4FLBSBOHLJUBBLBONFODBSJLFDFQBUBONJOJNBMZBOHIBSVTEJNJMJLJ
CFOEBTBBUNVMBJCFSBEBEJUJUJLUFSUJOHHJ EJQPTJTJ
,FDFQBUBOJOJEJ
QFSMVLBOBHBSLFSFUBUJEBLKBUVITBBUCFSBEBEJQPTJTJJOJ6OUVLNFODBSJ
LFDFQBUBOEJQPTJTJJOJ LJUBJOHBUHBZBTFOUSJQFUBM"HBSLFSFUBUJEBLKBUVI 
NBLB CFTBS HBZB TFOUSJQFUBM IBSVT TBNB EFOHBO CFSBU CFOEB +BEJ  LJUB
NFNFSPMFIQFSTBNBBO
 'TX
 W
N  = NH
  3

 %FOHBO EFNJLJBO  LFMBKVBO NJOJNBM ZBOH IBSVT EJNJMJLJ LFSFUB EJ


UJUJLUFSUJOHHJBEBMBI
 W NJO = H3 
 
 6OUVL NFODBQBJ LFMBKVBO NJOJNBM JOJ  LFMBKVBO LFSFUB EJ UJUJL UFS
CBXBIMJOHLBSBOKVHBIBSVTUFQBU,FMBKVBOEJUJUJLTFIJOHHBEJUJUJL
LFSFUBNFNQVOZBJLFMBKVBONJOJNBMEBQBUEJDBSJEFOHBO)VLVN,FLFLBM
BO&OFSHJ.FLBOJLTFCBHBJCFSJLVU
 &.&.
 &, &1&, &1
  
NW +  = NW + NH  3

 
  
W = 

H3  +  H3
 
W = H3 +  H3


 +BEJ LFMBKVBOWZBOHIBSVTEJNJMJLJLFSFUBBHBSEBQBUNFMFXBUJMJOH
LBSBOEFOHBOBNBOBEBMBI
 W =  H3


 %J EFQBO  LJUB UFMBI NFOFNVLBO CBIXB LFMBKVBO EJ UJUJL UFSCBXBI
EJCFSJLBOEFOHBOQFSTBNBBO

 W =  HI  

Usaha dan Energi 117


 %BSJ EVB QFSTBNBBO JOJ  EJQFSPMFI UJOHHJ QVODBL MJOUBTBO TFCFMVN
MJOUBTBOMJOHLBSBOTFCBHBJCFSJLVU
  HI =  H3
  HI =  H3

 

I = 3

  
 ,FUFSBOHBO
 IUJOHHJQVODBLTFCFMVNMJOUBTBOMJOHLBSBO N

 3KFKBSJMJOHLBSBO N

 )VLVN,FLFLBMBO&OFSHJ.FLBOJLQBEBHFSBLNFMJOHLBSUJEBLIBO
ZB EBQBU EJHVOBLBO VOUVL NFOHBOBMJTJT HFSBL LFSFUB QBEB SPMMFS DPBTUFS
"LBO UFUBQJ EBQBU KVHB EJHVOBLBO VOUVL NFOKFMBTLBO HFSBL NFMJOHLBS
MBJOOZB/BI VOUVLNFOBNCBIQFOHFUBIVBOLBMJBO CFSEJTLVTJMBIVOUVL
NFOHFSKBLBO&VSFLBCFSJLVU

E ureka
Benda yang melakukan gerak melingkar banyak dijumpai dalam ke-
hidupan sehari-hari. Gerak ini dapat dijelaskan dengan Hukum Kekekal-
an Energi Mekanik. Nah, sekarang analisislah beberapa kejadian berikut
menggunakan Hukum Kekekalan Energi Mekanik dan jawablah per-
tanyaan yang diberikan.

1. Seseorang pemain ski


meluncur menuruni se-
buah bukit kecil. Di de-
pannya terdapat bukit I

lain yang lebih rendah I


dari bukit pertama jika
dihitung dari dasar
lembah, seperti tampak pada gambar. Pemain ski meluncur tanpa
kecepatan awal dan ia berhasil mencapai puncak bukit kedua.
Buktikan bahwa kelajuan pemain ski di puncak bukit kedua diberi-
kan dengan persamaan:

v 2 = 2g (h1 - h2 )

2. Carilah dari pelbagai referensi mengenai penerapan Hukum


Kekekalan Energi Mekanik untuk menjelaskan gerak satelit dalam
mengelilingi bumi atau gerak planet dalam mengelilingi matahari.

Tuliskan hasil diskusi kalian dalam bentuk paper dan publikasikan lewat
majalah sekolah atau majalah dinding.

 6OUVL NFNCBOUV LBMJBO EBMBN NFNBIBNJ QFOHHVOBBO )VLVN


,FLFLBMBO&OFSHJ.FLBOJLQBEBHFSBLNFMJOHLBS QFSIBUJLBODPOUPICFSJLVU

118 Fisika Kelas XI


Cont o h
4FCVBI SPMMFS DPTUFS NFNJMJLJ SFM CFSVQB =  × 
MJOHLBSBO EFOHBO KFKBSJ  N %FOHBO H 

NT UFOUVLBOLFMBKVBONJOJNBMLFSFUB  =   NT
LFUJLBCFSBEBQBEBUJUJLUFSUJOHHJEBOLFUJLB  +BEJ LFMBKVBONJOJNBMEJUJUJLUFSUJOHHJ
CFSBEBQBEBUJUJLUFSFOEBIBHBSLFSFUBEBQBU
 BEBMBI  NT
NFMFXBUJMJOHLBSBOUFSTFCVU
1FOZFMFTBJBO C 1BEBUJUJLUFSFOEBI
%JLFUBIVJ
3N  WNJO = H3 
HNT =   
%JUBOZBLBO = 
B WNJOJNBMEJUJUJLUFSUJOHHJ
C WNJOJNBMEJUJUJLUFSFOEBI =   N  T
+BXBC  +BEJ  QBEB UJUJL UFSFOEBI LFMBKVBO
B 1BEBUJUJLUFSUJOHHJ  NJOJNBMOZBBEBMBI  NT
 W HH3 

 6OUVL NFOHFUBIVJ LPNQFUFOTJ ZBOH LBMJBO LVBTBJ  LFSKBLBO 6KJ


,PNQFUFOTJCFSJLVU

Uji K ompet ensi


1. Sebuah batu dengan massa 2 ons dilempar ke atas dengan kelajuan
50 m/s. Tentukan:
a. energi kinetik maksimum batu,
b. energi potensial batu pada ketinggian maksimum.
2. Sebuah pesawat pembom menjatuhkan sebuah bom yang massanya
100 kg dari ketinggian 1 km dari permukaan tanah. Jika gesekan
udara diabaikan, tentukan:
a. kecepatan bom pada saat menyentuh tanah,
b. energi kinetik pada saat menyentuh tanah.
4. Sebuah pegas memiliki konstanta 500 N/m. Arifin menekan pegas
tersebut sehingga pegas memendek 5 cm. Zaenal menarik pe-
gas yang sama dan pegas tersebut meregang 5 cm. Berapakah
perbandingan usaha yang dilakukan Arifin dan Zaenal?
5. Sebuah benda dijatuhkan dari ketinggian 5 m di atas tanah. Pada
saat mengenai tanah, benda tersebut memperoleh energi kinetik 245
joule. Berapakah massa benda itu?
6. Sebuah benda dengan massa 5 kg dilepaskan dari ketinggian 25
m. Berapakah energi kinetik benda tersebut saat mencapai tempat
setinggi 5 m dari tanah? Hitung pula kecepatan benda di tempat
tersebut (g = 10 m/s2).

Usaha dan Energi 119


E Daya

 #FSEBTBSLBOLFUFSBOHBOTFCFMVNOZB LBMJBOUFMBINFOHFUBIVJCBIXB
TVBUV CFOUVL FOFSHJ EBQBU CFSVCBI NFOKBEJ CFOUVL FOFSHJ MBJOOZB
4FCBHBJDPOUPI1-5" 1FNCBOHLJU-JTUSJL5FOBHB"JS
ZBOHNFNBOGBBU
LBOFOFSHJBJSZBOHNFOHBMJSVOUVLEJVCBINFOKBEJFOFSHJMJTUSJL"JSZBOH
EJBMJSLBOTFEFNJLJBOSVQB CJBTBOZBEBSJLFUJOHHJBOUFSUFOUV EJHVOBLBO
VOUVLNFNVUBSUVSCJOZBOHUFSIVCVOHEFOHBOHFOFSBUPS%BSJHFOFSBUPS
JOJMBIMJTUSJLEJIBTJMLBO
 %J LFMBT 9 LBMJBO UFMBI NFNQFMBKBSJ QFOHFSUJBO EBZB MJTUSJL 4FDBSB
www.sovereign-publications.com
VNVN EBZBEJBSUJLBOTFCBHBJCFTBSOZBVTBIBZBOHEJMBLVLBOUJBQTBUV
Gambar 25. PLTA meman- TBUVBOXBLUVBUBVQFSVCBIBOFOFSHJUJBQTBUVBOTBUVBOXBLUV%BSJ
faatkan air yang mengalir
dari ketinggian tertentu
QFOHFSUJBOJOJ LJUBEBQBUNFSVNVTLBOEBZBTFCBHBJCFSJLVU
untuk menghasilkan listrik.
8
 1=
U
Δ&
1=
U

 ,FUFSBOHBO
 1 EBZB 8XBUU

 8 VTBIB +

 Ź&QFSVCBIBOFOFSHJ +

 U XBLUV T


 %BMBN 4*  TBUVBO EBZB BEBMBI XBUU 8
 4BUV XBUU TBNB EFOHBO
CFTBSOZBVTBIBZBOHEJMBLVLBOVOUVLNFOHVCBIFOFSHJZBOHEJNJMJLJCFO
EBTFCFTBSKPVMFUJBQEFUJL4BUVBOEBZBMBJOOZBTFMBJOXBUUBEBMBIIPSTF
QPXFS IQ
 4BUVBO JOJ TFSJOH EJHVOBLBO VOUVL NFOZBUBLBO EBZB ZBOH
EJNJMJLJTFCVBINFTJOIQTBNBEFOHBO8 VOUVLNFNQFSNVEBI
QFSIJUVOHBOEJCVMBULBONFOKBEJ8

 %BZBNFOVOKVLLBOLFDFQBUBOVTBIBZBOHEJMBLVLBOBUBVLFDFQBUBO
QFSVCBIBOFOFSHJEBSJTBUVCFOUVLLFCFOUVLZBOHMBJO4FCBHBJDPOUPI 
LJUBEBQBUNFNCBOEJOHLBOEVBBMBUQFNBOBTBJSMJTUSJLZBOHCFTBSOZB
8EBO8"QBCJMBBJSZBOHEJQBOBTLBOTBNB NBLBBMBUQFNBTBLBJS
8BLBONFOHVCBIFOFSHJMJTUSJLNFOKBEJFOFSHJQBOBTEVBLBMJMFCJI
DFQBUEBSJQBEBBMBUQFNBTBLBJSMJTUSJL8"SUJOZB BMBUQFNBTBLBJS
8NFNCVUVILBOXBLUVMFCJITFEJLJUEJCBOEJOHLBOBMBUQFNBTBLBJS
8VOUVLNFOBJLLBOTVIVZBOHTBNB*OJEJTFCBCLBOBMBUQFNBOBTBJS
8NFNQVOZBJEBZBMFCJICFTBSEJCBOEJOHLBOBMBUQFNBTBLBJS
8
 ,JUB LFNCBMJ LF LBTVT BJS ZBOH EJHVOBLBO QBEB 1-5" +JLB NBTTB
BJSNKBUVIEBSJLFUJOHHJBOIEBSJUVSCJO NBLBFOFSHJZBOHEJNJMJLJBJS
NFSVQBLBOFOFSHJQPUFOTJBM#FTBSOZBFOFSHJZBOHEJNJMJLJBJSNFSVQBLBO
FOFSHJQPUFOTJBM ZBOHEJSVNVTLBO
 &1NHI

120 Fisika Kelas XI


 &OFSHJ QPUFOTJBM JOJMBI ZBOH BLBO EJVCBI NFOKBEJ FOFSHJ MJTUSJL
+JLBFOFSHJQPUFOTJBMJOJEJVCBITFMVSVIOZBNFOKBEJFOFSHJMJTUSJL NBLB
CFTBSOZBFOFSHJMJTUSJLUJBQEFUJLZBOHEJIBTJMLBOBEBMBI
 8MJTUSJL&1BJSNHI
  
 +JLB BJS NFOHBMJS TFMBNB U TFLPO  NBLB CFTBS EBZB ZBOH EJIBTJMLBO
BEBMBI
8MJTUSJL
1=
U
 NHI
 1=
U
 /BNVO  VOUVL NFOHVCBI TFNVB FOFSHJ BJS NFOKBEJ FOFSHJ MJTUSJL
TFCFTBSTBOHBUNVTUBIJMEJMBLVLBO+JLBIBOZBη P P BJSZBOHEJVCBI
NFOKBEJFOFSHJMJTUSJL NBLBCFTBSOZBEBZBMJTUSJLZBOHEJIBTJMLBOTFCFTBS

 NHI
1= × ηPP
U

 ,FUFSBOHBO
ηFGJTJFOTJ

 "HBSLBMJBONBNQVNFOHVBTBJTVCCBCJOJ DFSNBUJMBIDPOUPITPBM
CFSJLVU

Cont o h
4FCVBI BJS UFSKVO ZBOH NFNQVOZBJ LFUJOH +BXBC
HJBO  N EJHVOBLBO VOUVL NFNVUBS 6OUVLNFODBSJ1 LJUBIBSVTNFODBSJNBTTB
UVSCJOEJEBTBSOZB4FLJUBS ¨NBJS BJSZBOHNFOHBMJSTFMBNBKBN
NFOHBMJSTFUJBQKBN NBTTBKFOJTBJSLH
N RBJS 7
N
+JLBHNTEBOIBOZBFOFSHJ
BJSZBOHEJVCBINFOKBEJFOFSHJMJTUSJL CFSBQB  s 

s  s 
  
EBZBMJTUSJLZBOHEJLFMVBSLBOHFOFSBUPS    s  LH
1FOZFMFTBJBO
 OFSHJQPUFOTJBMZBOHEJNJMJLJUJBQKBN
&
%JLFUBIVJ
IN &Q  NHIH
7 ¨N   s 
s  s 
ρBJSLHN  
   s  +
η =   
,BSFOB IBOZB  ZBOH EJVCBI NFOKBEJ
%JUBOZBLBO1 FOFSHJ MJTUSJL  NBLB FOFSHJ MJTUSJL ZBOH EJ
IBTJMLBOEBMBNKBNBEBMBI
 

Usaha dan Energi 121


8MMJTUSJL     s   s 
  s 

   s  + 
   XBUU
%BZBMJTUSJLZBOHEJIBTJMLBO
  .8
8  
1  MMJTUSJL
U +BEJ EBZBMJTUSJLZBOHEJIBTJMLBOBEBMBI
.8

 "JSZBOHNFOHBMJSEBSJLFUJOHHJBOUFSUFOUV BJSUFSKVO
UFSOZBUBEBQBU
EJNBOGBBULBO TFCBHBJ TVNCFS FOFSHJ MJTUSJL 1BEBIBM LJUB UBIV CBIXB
BJS NFSVQBLBO TBMBI TBUV EBSJ TFLJBO CBOZBL TVNCFS FOFSHJ *OJ CFSBSUJ
NBTJICBOZBLTVNCFSFOFSHJMBJOOZBZBOHEBQBUEJHVOBLBOTFCBHBJTVNCFS
FOFSHJ MJTUSJL /BI  VOUVL NFOBNCBI QFOHFUBIVBO LBMJBO  LFSKBLBO
&LTQFEJTJCFSJLVU
E kspedisi
Carilah artikel dari pelbagai sumber yang Buatlah sebuah karya tulis ilmiah berdasarkan
menjelaskan pemanfaatan beberapa sumber tema yang kalian pilih. Jika memungkinkan,
energi sebagai sumber tenaga listrik. Pilihlah buatlah sebuah model sederhana mengenai
salah satu dari beberapa tema berikut. pemanfaatan sumber energi tersebut hingga
1. Pemanfaatan angin sebagai sumber listrik. dapat dijadikan sebagai pembangkit tenaga
2. Nuklir sumber listrik masa depan. listrik. Kirimkan hasil karyamu pada lomba karya
3. Pembangkit Listrik Tenaga Surya yang ra- ilmiah remaja. Kumpulkan juga salinan hasil
mah lingkungan. karyamu kepada bapak/ibu guru yang akan me-
4. Gelombang laut, sumber tenaga listrik nilainya sebagai tugas proyek di semester ini.
yang belum tergali.

6OUVLNFOHVKJQFNBIBNBOLBMJBO TFMFTBJLBO6KJ,PNQFUFOTJCFSJLVU

Uji Komp et en s i
1. Sebuah mobil bergerak dengan gaya 100 N sejauh 20 m. Apabila
waktu tempuhnya 5 s, berapakah besar daya mobil tersebut?

2. Sebuah pesawat F-16 mempunyai mesin yang sanggup memberi-


5
kan daya dorong sebesar 10 N. Berapakah daya yang diberikan
mesin ketika pesawat mempunyai kecepatan 1.800 km/jam? Petun-
juk: gunakan konsep usaha-energi kinetik.

3. Fatimah menyetrika baju menggunakan setrika listrik berdaya 250


W selama 2 jam. Berapakah energi listrik yang dihabiskan setrika
tersebut? Jika biaya listrik per kWh adalah Rp 300,00, berapakah
biaya listriknya?
4. Seorang siswa bermassa 60 kg berlari mendaki tangga setinggi
4 m dalam waktu 3 s. Apabila diperkirakan percepatan gravitasi
adalah 10 m/s2, hitunglah
a) energi potensial murid,
b) daya yang digunakan siswa ketika mendaki tangga.

122 Fisika Kelas XI


5. Sebuah air terjun dengan ketinggian 75 m digunakan sebagai
pembangkit listrik. Turbin ditempatkan 5 meter di atas permukaan
air. Hanya sekitar 40% energi air yang diubah menjadi energi listrik.
2
Jika g = 10 m/s dan daya keluaran listrik yang dihasilkan adalah 70
MW, berapakah debit (volume) air yang mengalir tiap menitnya?

Inti Sari
1. Usaha merupakan hasil kali gaya dengan
1
perpindahannya, yang dirumuskan: EP = Fx
2
W = Fvs

W = Fs cos Q dimana F = k x

2. Prinsip usaha-energi menyatakan bahwa 1 2


Sehingga EP = kx
pada benda bergerak, usaha merupakan 2
perubahan energi kinetik benda, yang di-
tuliskan dalam bentuk persamaan:
5. Hukum Kekekalan Energi Mekanik me-
W = $EK nyatakan bahwa energi yang dimiliki suatu
sistem yang terisolasi selalu konstan. Hukum
1 2 1 2
W= mv 2 mv 2 Kekekalan Energi Mekanik dapat dituliskan
2 2 dalam bentuk persamaan:
1 2
EK = mv
EM1 = EM2
2
EK1 + EP1 = EK2 + EP2

3. Energi potensial merupakan energi yang di-


miliki benda karena kedudukannya. Energi
6. Daya merupakan banyaknya energi tiap
potensial gravitasi dirumuskan sebagai:
satu satuan waktu, yang dirumuskan sebagai:
Ep = mgh
W
P=
4. Energi potensial yang dimiliki pegas yang t
dikenai gaya F sehingga menyebabkan
perubahan panjang sebesar x dirumuskan
sebagai:

T elaah Istilah
Daya Besarnya usaha yang tiap satu satuan waktu Energi potensial Energi yang dimiliki benda karena
interaksinya dengan benda lain
Energi Kemampuan untuk melakukan usaha
Gaya konservatif Gaya yang memindahkan benda
Energi kinetik Energi yang dimiliki suatu benda
dalam medan konservatif
karena geraknya.
Usaha Hasil kali gaya dengan perpindahan

Usaha dan Energi 123


Ulangan Harian
P
" 1JMJIMBIKBXBCBOZBOHQBMJOHUFQBU B 
C P
D P
 'BINJ NFOEPSPOH TFCVBI NFKB EFOHBO E P
HBZB  / TFKBVI  N "QBCJMB 'BINJ F P
NFOEPSPOH NFKB UFSTFCVU EFOHBO TVEVU
PUFSIBEBQBSBIWFSUJLBM NBLBVTBIBZBOH  4FCVBI NPCJM CFSNBTTB  UPO CFSHFSBL
EJMBLVLBO'BINJBEBMBIy EFOHBOLFMBKVBOLNKBN&OFSHJLJOFUJL
B    L+ NPCJMUFSTFCVUBEBMBIy
C    L+ B L+
D  L+ C L+
E  L+ D L+
 F L+ E L+
 1FSKBMBOBO TF ' /
F  L+
CVBICVTEJOZB   4FCVBI TFQFEB CFSHFSBL EFOHBO LFMBKVBO
UBLBOEBMBNEJ W +JLB LFMBKVBOOZB EJVCBI NFOKBEJ  LBMJ
BHSBN CFSJLVU  LFMBKVBO TFNVMB  NBLB FOFSHJ LJOFUJLOZB
6TBIB ZBOH EJ NFOKBEJy
MBLVLBO CVT  4 N

   B &L
BEBMBIy C 
&L
B + D &L
C + E &L
D + F &L
E +
 %VB CVBI CFOEB ZBOH NBTJOHNBTJOH
F +
CFSNBTB  LH EBO  LH NFNJMJLJ FOFSHJ
LJOFUJLZBOHTBNBCFTBS#JMBCFOEBQFSUBNB
 4FPSBOH LVMJ CBOHVOBO NFOHBOHLBU TFLB CFSHFSBLEFOHBOLFMBKVBONT NBLBLF
SVOHTFNFOZBOHCFSNBTTBLHEBSJQFS MBKVBOCFOEBLFEVBBEBMBIy
NVLBBO UBOBI LF BUBT USVL "QBCJMB UJOHHJ B NT
CBLUSVLNEBSJQFSNVLBBOUBOBI VTBIB C NT
ZBOHEJMBLVLBOPMFILVMJCBOHVOBOUFSTFCVU D  NT
BEBMBIy E NT
B + F  NT
C +  4FCVBI LPUBL NF
D + MVODVS TFKBVI 
E + N EJ BUBT CJEBOH
F + NJSJOH TFQFSUJ QBEB X 

 6TBIB ZBOH EJMBLVLBO PMFI TVBUV HBZB UFS HBNCBS ,PUBL UFS
IBEBQNPCJMNBJOBOTBNBEFOHBOOPM BQB TFCVUCFSBUOZB/
CJMB BSBI HBZB EFOHBO QFSQJOEBIBO NPCJM 6TBIBZBOHEJMBLVLBOLPUBLBEBMBIy
NBJOBONFNCFOUVLTVEVUTFCFTBSy

124 Fisika Kelas XI


B +  'JLSJNFOHBOHLBUTFCVBICBMPLLBZVTFKBVI
C + NEFOHBOHBZB/TFMBNBT#FTBS
D + EBZBZBOHEJMBLVLBO'JLSJBEBMBIy
E  + B 8
F  + C L8
 4FCVBI NPCJM EFOHBO NBTTB N EBSJ LF D L8
BEBBO EJBN CFSHFSBL TFIJOHHB LFMBKVBOOZB E 8
NFODBQBJ W "QBCJMB NFTJO NPCJM UFSTFCVU F 8
NFNQVOZBJEBZBTFCFTBS1 XBLUVZBOHEJ  "JSUFSKVOZBOHLFUJOHHJBOOZBNNFOH
QFSMVLBONPCJMUFSTFCVUEBSJLFBEBBOEJBN BMJSLBO BJS TFCBOZBL  N TFUJBQ TFLPO
IJOHHBNFODBQBJLFMBKVBOWBEBMBI +JLBTFMVSVIFOFSHJQPUFOTJBMBJSLFUJLBKBUVI
EJVCBINFOKBEJFOFSHJMJTUSJLPMFIHFOFSBUPS 
B NW
EBZBZBOHEJIBTJMLBOHFOFSBUPSBEBMBIy
1
B ×L8
1
 C ×L8
C D ×L8
N W

E ×8
D 1
F ×8
NW

 4FCVBI CPMB CPXMJOH NFOHHFMJOEJOH QBEB


E 1
TFCVBI QBQBO EFOHBO LFNJSJOHBO P TJO
NW
 
+JLBQBQBOUFSTFCVUNFNQVOZBJ

F NW
UJUJLUFSUJOHHJ NEBOCPMBEJHFMJOEJOHLBO
1
EBSJUJUJLUFSUJOHHJUFSTFCVU NBLBLFDFQBUBO
CPMBTBBUEJUJUJLUFSFOEBIBEBMBIy
 3POBMEJOIPNFMBLVLBOUFOEBOHBOWPMJLF
B NT
UJLB CPMB CFSBEB QBEB LFUJOHHJBO  N EBSJ
C NT
UBOBI EFOHBO LFDFQBUBO  NT "QBCJMB
D NT
NBTTB CPMB   LH  LFMBKVBO CPMB QBEB LF
E NT
UJOHHJBONBEBMBI
F NT
B NT
C NT  4FCVBI SVEBM EJMVODVSLBO WFSUJLBM LF BUBT
D NT ,FUJLB SVEBM UFSTFCVU NFODBQBJ LFUJOHHJBO
E NT N LFMBKVBOOZBNT,FMBKVBOBXBM
F NT SVEBMBEBMBIy
B NT
 #FOEBCFSNBTTBLHEJMFNQBSLBOLFBUBT C NT
EFOHBOLFDFQBUBOBXBMNT FOFSHJQPUFO D NT
TJBM CFOEB LFUJLB CFSBEB EJ UJUJL UFSUJOHHJ E  NT
TFCFTBS F  NT
B +
C +
D +
E +
F +

Usaha dan Energi 125


# +BXBCMBIQFSUBOZBBOCFSJLVUEFOHBOCFOBS  4FCVBI LFMVBSHB NFNQVOZBJ UFMFWJTJ EFOHBO
EBZB8EBOUBQFSFDPSEFS8ZBOHNB
TJOHNBTJOH EJHVOBLBO TFMBNB  KBN UJBQ
 4FPSBOH LVMJ NFOHBOHLBU  LVJOUBM CFSBT
IBSJ#FSBQBFOFSHJMJTUSJLZBOHEJQBLBJUJBQ
#FSBQBLBIVTBIBZBOHUFMBIEJMBLVLBOLVMJ
CVMBO  "QBCJMB CJBZB MJTUSJL  QFS L8I 3Q
BQBCJMBCFSHFSBLN
  CFSBQBLBTCJBZBZBOHIBSVTEJCBZBS
 4FCVBIHBZBTFCFTBS/EJHVOBLBOVOUVL TFMBNBCVMBOUFSTFCVU
NFNJOEBILBO CFOEB  TFKBVI  N "QB
 %VB CVBI CFOEB EFOHBO NBTTB CFSUVSVU
CJMBNFNCFOUVLTVEVU¡UFSIBEBQCJEBOH
UVSVUNEBON.BTJOHNBTJOHEJJLBULBO
IPSJ[POUBM IJUVOHMBIVTBIBZBOHEJMBLVLBO
QBEB VKVOH UBMJ NFMBMVJ
HBZBUFSTFCVU
TFCVBI LBUSPM TFQFSUJ
 4FCVBICBUVEJUBSJLEFOHBOHBZBTFCFTBS EJUVOKVLLBO QBEB HBN
/TFIJOHHBCFSHFTFSTFKBVIN5FOUVLBO CBS 5FOUVLBO LFDFQBUBO
N
VTBIBZBOHEJMBLVLBOHBZBUFSTFCVUBQBCJMB  CBMPL KJLB CBMPL ZBOH
 B BSBIHBZBTFBSBIEFOHBOQFSQJOEBIBO MFCJICFSBUUFMBICFSHFSBL N
 C BSBIHBZBNFNCFOUVLTVEVUPUFSIB TFKBVI  N LF CBXBI N

 EBQCJEBOH H NT

 %VBPSBOHBOBLNFNJOEBILBOTFCVBILP  4FCVBI CVBI NBOHHB CFSNBTTB   HS
UBLLBZVEFOHBODBSBNFOEPSPOHOZB"OBL KBUVIEBSJLFUJOHHJBON5FOUVLBO
QFSUBNB NFOEPSPOH EFOHBO HBZB '   B FOFSHJ QPUFOTJBM NBOHHB LFUJLB CFSBEB
/ 4FNFOUBSB BOBL LFEVB NFOEPSPOHOZB QBEBLFUJOHHJBON
EFOHBO HBZB '   / )JUVOHMBI VTBIB C LFDFQBUBO NBOHHB LFUJLB NFOZFOUVI
UPUBMZBOHEJMBLVLBOPMFILFEVBBOBLUFSTF UBOBI
CVU D FOFSHJ LJOFUJL LFUJLB NFOZFOUVI UBOBI
 "NJS BLBO NFNCJEJL TFFLPS CVSVOH LV 
UJMBOH EFOHBO NFOHHVOBLBO LBUBQFM %JB
NFOHHVOBLBO TFCVBI CBUV EFOHBO NBTTB
HS,FUJLBLBSFULBUBQFMEJUBSJLTFQBOKBOH
DNEBOEJMFQBTLBO CBUVUFSTFCVUUFSMPO
UBSEFOHBOLFDFQBUBONT5FOUVLBO
 B FOFSHJLFOFUJL  4FFLPS MVNCBMVNCB CFSFOBOH EJ LF
 C LPOTUBOUBQFHBTLBSFU EBMBNBO  N EJ CBXBI QFSNVLBBO MBVU
 4FCVBI NJOJ USVL NFNQVOZBJ NBTTB UPUBM 5JCBUJCB MVNCBMVNCB UFSTFCVU NFMPODBU
  UPO .PCJM UFSTFCVU CFSHFSBL EFOHBO LFBUBTTFUJOHHJNEBSJQFSNVLBBOBJSMBVU
LFDFQBUBONT4FUFMBITFLPO LFDFQB LFNVEJBO NFOZFMBN MBHJ "QBCJMB HFTFLBO
UBOOZB NFOKBEJ  NT #FSBQBLBI CFTBS BOUBSB MVNCBMVNCB EFOHBO BJS EJBCBJLBO
HBZBEBOVTBIBZBOHEJMBLVLBONFTJONPCJM #FSBQBLBIQFSCFEBBOFOFSHJQPUFOTJBMZBOH
UFSTFCVU EJBMBNJMVNCBMVNCB 

126 Fisika Kelas XI


Kata
Kunci
Pada bab berikut, kalian akan mempelajari konsep momentum dan
impuls yang dapat digunakan untuk menjelaskan peristiwa tabrakan
atau tumbukan. Setelah mempelajari bab ini, kalian diharapkan mampu
memformulasikan konsep momentum dan impuls serta keterkaitan antara
• Momentum keduanya. Selanjutnya, kalian akan mampu mengaplikasikannya untuk
• Impuls menjelaskan kejadian sehari-hari. Kemampuan yang harus dimiliki lain-
• Hukum Kekekalan
nya adalah kemampuan untuk merumuskan Hukum Kekekalan Momen-
Momentum
tum untuk sistem tanpa gaya luar. Terakhir, kalian diharapkan mampu
menggabungkan hukum kekekalan energi dengan Hukum Kekekalan
• Tumbukan
Momentum untuk menganalilis pelbagai peristiwa tumbukan.
• Hukum Kekekalan Energi
• Tumbukan lenting
sempurna A Momentum dan Impuls
• Tumbukan tidak lenting
Konsep momentum dan impuls dapat digunakan untuk menjelaskan
beberapa peristiwa yang kita temui dalam kehidupan sehari-hari. Misalnya
melambungkan bola ketika ditendang, tabrakan dua mobil, benturan bola
yang memantul di lantai atau tembok, bahkan peristiwa peluncuran roket.
Untuk lebih memahami konsep momentum dan impuls, coba kalian dis-
kusikan beberapa jawaban dari pertanyaan pada Eureka berikut.

E ureka
Berdiskusilah dengan teman sebangku kalian untuk menjawab beberapa
pertanyaan berikut. Agar jawaban lebih mantap, kalian dapat melaku-
kan percobaannya terlebih dahulu.

1. Lemparkan sebuah bola kasti ke arah tembok dengan lemparan


yang tidak terlalu kuat. Lakukan lagi dengan gaya yang semakin
besar dari jarak yang sama. Bagaimanakah perbandingan jarak
yang ditempuh bola setelah memantul?

2. Ketika dua bola bilyard yang bemassa sama bergerak dengan


kelajuan sama bertabrakan tepat di tengah, bagaimanakah gerak
kedua bola setelah tabrakan? Bagaimana pula jika massa salah
satu bola jauh lebih besar dari massa bola satunya?
Bandingkan hasil diskusi kalian dengan hasil diskusi teman yang lain.

1. Momentum
Perhatikan kembali hasil diskusi kalian pada Eureka di atas. Ketika
melemparkan bola karet dengan massa tertentu ke arah tembok, berarti
kalian memberikan kecepatan pada bola. Sementara tembok dalam
keadaan diam. Pada saat itu dapat dikatakan bahwa bola mempunyai
momentum sedangkan tembok tidak memiliki moentum.
Untuk kasus bola bilyard kedua bola bergerak dengan kecepatan
tertentu. Dalam keadaan ini, setiap bola bilyard memiliki momentum.
Jika dua bola bilyard dengan massa sama bergerak dengan kecepatan sama

128 Fisika Kelas XI


(besar dan arah diperhatikan), maka momentum keduanya juga sama.
Sementara, jika massa salah satu bola lebih besar dari massa satunya dan
keduanya bergerak dengan kecepatan yang sama, maka bola dengan massa
lebih besar mempunyai momentum yang lebih besar. Sementara jika salah
satu dari dua bola bermassa sama bergerak dengan kecepatan lebih besar
dari kecepatan bola satunya, maka momentumnya juga lebih besar.
Dari penjelasan tersebut, kita dapat mengambil kesimpulan bahwa
momentum berbanding lurus dengan kecepatannya. Lebih khusus lagi,
Gambar 4.1 Bola dengan
momentum diartikan sebagai hasil kali antara massa benda dengan massa lebih besar yang
kecepatannya. Atau dapat dituliskan: bergerak dengan kecepat-
an sama dengan bola
  yang bermassa lebih kecil,
p = mv mempunyai momentum lebih
besar.

Keterangan:

p = momentum (kg m/s)
m = massa (kg)

v = kecepatan (m/s)
Perhatikan persamaan momentum tersebut. Kalian telah mengetahui
bahwa kecepatan merupakan besaran vektor, sementara massa merupakan
besaran skalar. Hasil kali besaran vektor dengan besaran skalar menghasil-
kan besaran vektor. Dengan demikian, momentum termasuk besaran
vektor yang mempunyai besar dan arah. Arah momentum searah dengan
kecepatan benda.

2. Impuls dan Perubahan Momentum v1

Momentum yang dimiliki benda selalu sama setiap saat apabila ke-
cepatannya tetap. Namun, jika kecepatannya berubah, momentumnya
juga berubah. Sebagai contoh, bola bilyard A semula bergerak dengan

kecepatan v 1. Beberapa saat kemudian bola A menumbuk bola B. Akibat-

nya, kecepatan bola A berubah menjadi v 2 dan bola B yang semula diam

akan bergerak dengan kecepatan v. Karena kecepatannya berubah, maka
bola A dan bola B dikatakan mengalami perubahan momentum. v2
Besarnya perubahan momentum dapat dicari dengan persamaan:
  
Δp = pakhir pawal
  
Δp = p2 p1
 
= mv2 mv1 Gambar 4.2 Perubahan
momentum terjadi pada
   benda yang mengalami
Δp = m (v2 v1 ) perubahan kecepatan.

Keterangan:

Δp = perubahan momentum (kgm/s)
m = massa benda (kg)

v 2 = kecepatan akhir (m/s)

v 1 = kecepatan awal (m/s)

Momentum dan Impuls 129


 m(v2 v1 )  Δp
F= F=
Δt Δt

Δt ∝ 0

 
Δp
F = lim
Δt →0 Δt

 dp
F=
dt

 Δp
F=
Δt
 
F Δt = Δpp

∑ F = ma


I = F Δt

I = Δp


Δp

v
 
v v

v
3. Sebuah bola golf dipukul dengan gaya 250 N. Apabila tongkat golf
menyentuh bola selama 0,005 s, hitunglah impuls dari bola tersebut.

4. Sebuah truk yang berjalan dengan kecepatan 15 m/s bertabrakan


dengan mobil yang bergerak dari arah yang berlawanan dengan
kecepatan 30 m/s. Massa truk dan mobil masing-masing adalah
6.000 kg dan 1.500 kg. Tentukan:
a. momentum truk sebelum tabrakan,
b. momentum mobil sebelum tabrakan,
c. momentum total dari mobil dan truk.

B Hukum Kekekalan Momentum

Untuk memahami Hukum Kekekalan Momentum, kita ambil con-


toh sebuah mobil truk yang bergerak dengan kelajuan tinggi. Mobil ini
tentunya mempunyai momentum yang besar. Ketika menabrak mobil
lain, misalnya sedan, yang diam, kecepatan truk akan berkurang, sedan-
gkan sedan akan bergerak. Ini berarti momentum mobil truk berkurang
dan momentum mobil sedan bertambah. Ini disebabkan karena truk
memberikan momentumnya pada mobil sedan. Dengan kata lain, mo-
mentum truk tidak hilang melainkan diberikan kepada sedan. Inilah salah
satu contoh yang menunjukkan Hukum Kekekalan Momentum.
Kita ambil contoh dua benda dengan massa m1 dan m2 yang ma-
 
sing-masing bergerak dengan kecepatan v 1 dan v 2. Ketika bertumbukan,
kedua benda akan memberikan gaya pada benda satunya yang sama besar
tetapi berlawanan arah. Hal ini sesuai dengan Hukum III Newton yang
menyatakan,
 
Faksi = − Freak

Jika benda 1 yang memberikan gaya aksi (Faksi), maka benda 2


melakukan reaksi. Dari pengertian impuls sebagai perubahan momentum,
kita mendapatkan,
  
Faksi Δt = m1v’1 − m1v1
  
Freaksi Δt = m2v2’ − m2v2

Jika kedua persamaan ini dijumlahkan, kita medapatkan persamaan,


     
( Faksi + Freaksi ) Δt = (m1v’1 − m1v1 ) + (m2v2’ − m2v2 )
 
Karena Faksi = − Freak, maka
   
0 = (m1v1’ − m1v1 ) + (m2v2’ − m2v2 )
   
m1v1 + m2v2 = m1v’1 − m2v2’
Persamaan terakhir menunjukkan bahwa jumlah momentum sebe-
lum dan sesudah tumbukan adalah sama. Ini merupakan bunyi Hukum
Kekekalan Momentum untuk tumbukan.

132 Fisika Kelas XI


Hukum momentum menyatakan bahwa jumlah momentum pada
suatu sistem sebelum dan sesudah tumbukan yang tidak dipengaruhi oleh
gaya dari luar adalah tetap.
Hukum ini dapat dituliskan dalam bentuk persamaan:
   
p1 + p2 = p’1 + p2’
   
m1v1 + m2v2 = m1v’1 + m2v2’

Keterangan:
m1 = massa benda pertama (kg)
m2 = massa benda kedua (kg)

v 1 = kecepatan benda pertama sebelum tumbukan (m/s)

v 2 = kecepatan benda kedua sebelum tumbukan (m/s)

v 1’ = kecepatan benda pertama setelah tumbukan (m/s)

v 2’ = kecepatan benda kedua setelah tumbukan (m/s)
Coba perhatikan persamaan Hukum Kekalan Momentum di atas.
Pada persamaan tersebut, benda 1 dan benda 2 dapat dianggap sebagai
suatu sistem. Momentum total pada sistem tersebut adalah jumlah mo-
mentum dari penyusun sistem tersebut. Jika sistem tersusun atas n benda,
maka:
    
psistem = p1 + p2 + p3 +  + pn

Dari bekal kalian pada bab sebelumnya, gaya luar pada sebuah sistem
benda dapat menyebabkan perubahan kecepatan. Jadi, jika tidak ada gaya
luar yang bekerja pada sistem, maka sistem tidak mengalami perubahan
kecepatan. Ini berarti sistem tidak mempunyai perubahan momentum.
Dengan kata lain, momentum sistem adalah konstan. Kenyataan ini diru-
muskan dalam Hukum Kekekalan Momentum Linear.
Hukum Kekekalan Momentum Linear menyatakan bahwa apabila
resultan gaya luar yang bekerja pada sistem benda sama dengan nol, maka
momentum total sistem benda tersebut adalah konstan.
Contoh sederhana penerapan Hukum Momentum Linear adalah
peluru yang ditembakkan dari senapan. Dalam hal ini, peluru, senapan,
dan orang yang memegang senapan dapat dianggap sebagai suatu sistem.
Peluru dapat melesat dari senapan disebabkan gaya internal sistem, bukan
gaya dari luar sistem. Sebelum peluru melesat, momentum total sistem
dapat dianggap nol, karena senapan, peluru, dan orang tidak mempunyai
kecepatan. Ketika peluru melesat dengan kecepatan tertentu, ia mempun-
yai momentum. Karena momentum semula sama dengan nol maka harus
ada momentum lain yang melawan momentum peluru. Momentum ini www.redbrush.org

dimiliki oleh senapan dan orang yang bergerak mundur ketika peluru me- Gambar 4.3 Ketika peluru melesat
meninggalkan senapan, orang
lesat ke depan. Inilah sebabnya ketika seorang serdadu menembak dengan dan senapan akan terdorong ke
senapan, dia akan tersentak ke belakang. belakang.

Momentum dan Impuls 133


Peristiwa peluru dan senapan dapat dijelaskan dalam bentuk persa-
maan berikut.
 
p = p’
   
(msen + mo + mp )v = msen v’ sen + movo’ + mpvp’
  
0 = msenv’ sen + movo’ + mpvp’
  
msen v ’sen + mo vo ’ = − mp vp ’
 
Karena, vsen = v0, maka
 
(msen + mo ) vo’ = −mpvp’

Dari persamaan tersebut, tempak jelas bahwa senapan dan orang yang
memegang juga memperoleh kecepatan yang arahnya berlawanan dengan
arah kecepatan peluru.
Sebenarnya masih banyak peristiwa lain yang dapat dijelaskan de-
ngan Hukum Kekekalan Momentum Linear. Untuk menambah wawasan
kalian, coba kerjakan Eureka berikut.

E ureka
Hukum Kekekalan Momentum dapat digunakan untuk menjelaskan
beberapa peristiwa sehari-hari. Terapkanlah Hukum Kekekalan Momen-
tum yang telah kalian pelajari untuk menjelaskan beberapa peristiwa
berikut.

1. Beberapa buah bola dengan massa berbeda dan terbuat dari


bahan yang sama dijatuhkan dari ketinggian yang sama. Bola
manakah yang akan memantul paling tinggi? Coba jelaskan de-
ngan Hukum Kekekalan Momentum.

2. Pada peristiwa ledakan bom, daerah yang mengalami kerusakan


biasanya berada pada radius tertentu. Ini berarti partikel bom me-
nyebar ke segala arah. Bagaimanakah penjelasan atas peristiwa
ini?

3. Roket membutuhkan gaya pendorong yang sangat besar agar


dapat meluncur. Gaya pendorong ini didapatkan dari gas
yang disemburkan. Jelaskan cara kerja gas pendorong roket ditin-
jau dari Hukum Kekekalan Momentum.

Lakukan diskusi untuk menjelaskan beberapa peristiwa tersebut


ditinjau dari konsep Hukum Kekekalan Momentum. Setelah itu, tuliskan
hasilnya dan presentasikan di depan kelas.

Dengan mengerjakan Eureka tersebut, kalian telah mengetahui


beberapa penerapan Hukum Kekekalan Momentum. Supaya kalian
lebih mendalami penggunaan Hukum Kekekalan Momentum, perhatikan
contoh soal berikut.

134 Fisika Kelas XI


   
m1v1 + m2v2 = m1v’1 + m2v2’

E M1 + E M 2 = E M1’ + E M 2’
( E K1 + EP1 ) + ( E K 2 + EP 2 ) = ( E K1’ + EP1’ ) + ( E K 2’ + EP 2’ )
E K1 + E K 2 + EP1 + EP 2 = E K1’ + E K 2’ + EP1’ + EP 2’
1 2
Ek = mv
2
Ep = mgh


v1
Ep =
1
kx
2 
2
v1
3. Jenis Tumbukan
Hukum Kekekalan Momentum berlaku pada semua jenis tumbukan.
Sedangkan Hukum Kekekalan Energi Mekanik hanya berlaku pada jenis
tumbukan tertentu saja. Untuk mengetahui jenis-jenis tumbukan, ker-
jakan Eureka berikut.

E ureka Mozaik
Lakukan kegiatan ini bersama teman di samping kalian. Kemudian
berdiskusilah untuk menganalisis fenomena yang teramati dengan meng- Ini adalah kawah Barringer
yang terdapat di dekat
gunakan Hukum Kekekalan Momentum dan Hukum Energi Mekanik.
Winslow, Arizona, Amerika
1. Gelindingkan dua buah bola bermassa sama secara berhadapan Serikat. Kawah ini terbentuk
pada garis lurus. Usahakan kecepatan kedua bola sama. Ke- akibat benturan me-
teor pada bumi. Hasilnya
tika bertabrakan, bagaimanakah gerak kedua bola tersebut
berupa cekungan dengan
setelah tabrakan? diameter kira-kira 1.200
meter (4.000 kaki) dengan
2. Jatuhkan sebuah bola karet dari ketinggian tertentu. Kemudian
kedalaman 50 meter (160
amatilah ketinggian maksimal yang dicapai bola setelah memantul.
kaki).
Lafferty, Peter, 2006
3. Lemparkan sebuah bola kepada temanmu. Mintalah teman kalian
untuk menangkap bola tersebut. Lakukan lemparan beberapa kali
dengan kecepatan yang berbeda. Amati gerak tubuh teman kalian
saat menangkap bola.

Bandingkan hasil diskusi kalian dengan hasil diskusi teman kalian

craters.gsfc.nasa.gov

Berdasarkan kegiatan sederhana pada Eureka tersebut, kalian telah


mengenal beberapa jenis tumbukan. Jenis-jenis tumbukan ini didasarkan
pada kelakuan benda setelah tumbukan. Secara garis besar, tumbukan
dibedakan menjadi tiga macam, yaitu tumbukan elastis sempurna
(lenting sempurna), tumbukan elastis sebagian (lenting sebagian), 
v1

v1
dan tumbukan tidak elastis (tidak lenting). Mari kita bahas ketiga jenis
tumbukan tersebut.

a. Tumbukan Elastis Sempurna (a) sebelum tumbukan

Coba kalian ingat kembali kegiatan nomor 1 pada Eureka sebelum-


nya. Ketika dua bola bermassa sama yang bergerak dengan kelajuan sama
bertabrakan, keduanya akan berbalik ke arah datangnya. Jika lantai cukup
licin, hingga tidak ada gaya gesek antara bola dengan lantai, keduanya (b) ketika tumbukan
akan berbalik dengan kelajuan yang sama dengan kelajuan semula. Ini  
v1 v1
merupakan salah satu contoh tumbukan elastis sempurna atau tumbukan
lenting sempurna.
Dalam kehidupan sehari-hari, memang sangat sulit menemukan
(c) setelah tumbukan
tumbukan lenting sempurna. Akan tetapi ilustrasi bola tersebut dapat di-
anggap sebagai tumbukan lenting sempurna. Namun dalam skala mikro, Gambar 4.5 Contoh dua
benda yang mengalami
tumbukan jenis ini dapat terjadi antarpartikel atau antaratom dalam suatu tumbukan lenting sempurna.
unsur atau molekul.
Momentum dan Impuls 137
   
m1v1 + m2v2 = m1v’1 + m2v2’

   
m1 (v1 − v’1 ) = m2 (v2’ − v2 )

E K1 + E K 2 = E K1’ + E K 2’
1 1 1 1
m1v12 + m2v22 = m1 (v1’)2 + m2 (v2’)2
2 2 2 2
m1 (v12 − v’1 2 ) = m2 (v2’ 2 − v22 )
m1 (v1 + v1’)(v1 − v1’) = m2 (v2 + v2’)(v2 − v2’)

m1 (v1 − v1’ ) = m2 (v2’ − v2 )

(v1 + v1’) = (v2’ + v2 )


(v1 − v2 ) = −(v1’ − v2’)

v1’ - v2’
e=−
v1 - v2

(v1 − v2 ) = −(v1’ − v2’)



v1

v1

   
v1 v1 v1 v1
EP awal + E K awal = EP akhir + E K akhir
1
mgh + 0 = 0 + mv 2
2

v = 2 gh
vb’ − v’l
e=−
vb − v l
v b’ − 0
e=−
vb − 0
vb’
e=−
vb
2 gh’
e=−
2 gh
v = 2 gh h’
e=−
h

h’ h’
e= − =
h h
  
mpvp + mbvb = (mp + mb ) v’
Prinsip kerja ayunan balistik didasarkan pada Hukum Kekekalan
Momentum dan Hukum Kekekalan Energi Mekanik. Sebuah peluru
yang ditembakkan pada balok akan bersarang dalam balok yang men-
gakibatkan balok mengayun dan mencapai ketinggian tertentu. Pada saat
vp
balok mengayun terjadilah perubahan energi kinetik yang dimiliki peluru
menjadi energi potensial. Apabila massa peluru, massa balok, ketinggian
ayunan diketahui, maka kecepatan peluru dapat dihitung. Perhatikan
Gambar 4.18.
Sekarang mari kita tinjau keadaan sesaat setelah peluru menumbuk
v’
balok. Pada saat ini berlaku Hukum Kekekalan Momentum yang diberi-
h
kan dengan persamaan:
  
Gambar 4.8 Ayunan balistik mpvp + mbvb = (mp + mb ) v’

Karena balok diam maka vb = 0, sehingga:


 
mpvp = (mp + mb ) v’

Nah, setelah peluru bersarang di balok keduanya akan bergerak


dengan kecepatan v’. Sehingga energi kinetik yang dimiliki adalah
1
(mp + mb ) v’2. Ketika balok dengan peluru ini berayun, Hukum Kekekal-
2
an Energi Mekanik akan berlaku yang dinyatakan dalam bentuk,

Ek1 + Ep1 = Ek2 + Ep2


1
(mp + mb ) v’2 + 0 = 0 + (mp + mb ) gh
2
v’2 = 2 gh

v’ = 2 gh

Jika persamaan ini disubstitusikan ke persamaan Hukum Kekekalan


Momentum didapatkan,
mpvp = (mp + mb ) 2 gh

mpvp = (mp + mb ) 2 gh

Keterangan:
vp = kelajuan peluru saat keluar senapan (m/s)
mp = massa peluru (kg)
mb = massa balok (kg)
g = percepatan gravitasi (m/s)
h = tinggi maksimal ayunan (m)

Untuk mengetahui penerapan persamaan tersebut, simaklah contoh


berikut.

144 Fisika Kelas XI


 
I =F Δt
  
I = mv 2 − mv1

  
Δp = p 2 − p1
 
= mv 2 − mv1
  
Δp = m (v 2 − v1)
   
m1v1 + m2 v 2 = m1v1' + m2 v 2 '

− (v ' − v ')
A B
e=
v − v
A B

h'
e=
h

   
v ' − v ' = −(v − v )
1 2 1 2
Ulangan Harian

A Pilihlah jawaban yang paling tepat c. 10


d. 15
e. 20
1. Di bawah ini adalah pengertian dari impuls,
kecuali…. 5. Sebuah benda mengalami perubahan mo-
a. gaya sesaat mentum sebesar 3 kgm/s dalam waktu 0,05
b. momentum akhir dikurangi momen- sekon. Besar gaya yang mengakibatkan pe-
tum awal rubahan tersebut adalah . . . N.
c. vektor yang bersatuan kg m/s2 a. 0,06
d. besaran berdimensi [M][L][T]-1 b. 0,6
e. perubahan momentum c. 6
d. 60
2. Seorang anak bermain mobil-mobilan e. 600
bermassa 12 kg yang bergerak dengan ke-
cepatan 5 m/s. Momentum dan energi ki- 6. Sebuah benda jatuh bebas dari ketinggian
netik yang dimiliki mobil-mobilan tersebut 10 m di atas lantai. Jika koefisien restitusi
adalah…. antara bola dengan lantai 0,5, maka tinggi
a. 60 J dan 150 kg m/s pantulan pertama adalah….
b. 60 kg m/s dan 150 J a. 8 m
c. 75 kg m/s dan 150 J b. 7,5 m
d. 100 kg m/s dan 200 J c. 5 m
e. 60 J dan 200 kg m/s d. 2,5 m
3. Gambar di bawah S (m)
e. 2 m
menunjukkan grafik 7. Sebuah bola menumbuk tegak lurus
8
(s-t) dari gerak sebuah sebuah tembok dengan kecepatan 8 m/s.
benda yang masanya 6 4 Jika koefisien tumbukan yang dialami bola
kg. Momentum benda dengan tembok adalah 0,5, maka kelajuan
tersebut adalah . . . kg bola setelah memantul adalah….
0 1 2 t (s)
m/s. a. 16 m/s
a. 24 b. 10 m/s
b. 20 c. 8 m/s
c. 16 d. 6 m/s
d. 8 e. 4 m/s
e. 4
8. Seorang polisi menembakkan peluru de-
4. Seorang anak memukul bola tenis yang ngan masa 4 gram ke sebuah balok kayu
massanya 100 gr dengan gaya 10 N den- bermassa 5 kg. Peluru mengenai balok dan
gan sebuah pemukul. Bola menempel pada bersarang di dalamnya. Kecepatan peluru
pemukul selama 0,2 sekon. Kecepatan bola ketika mengenai balok 300 m/s. Kecepatan
waktu lepas dari pemukul adalah . . . m/s. sistem sekarang adalah….
a. 2 a. 0,36 m/s
b. 5 b. 0,24 m/s

148 Fisika Kelas XI


c. 0,18 m/s bergerak dalam arah yang berlawanan.
d. 0,09 m/s Perbandingan kecepatan kedua pecahan
e. 0,03 m/s 3 : 2. Perbandingan energi kinetik pecah-
9. Dimensi dari impuls adalah…. an bom pertama dan kedua adalah. . . .
a. [M][L][T]-1 a. 1 : 1
b. [M][L][T]-2 b. 2 : 3
c. [M][L]-2[T]-1 c. 3 : 2
d. [M][L2][T]-2 d. 4 : 9
e. [L][T]-2 e. 9 : 4

10. Sebuah benda yang memiliki massa 1 kg 14. Bola yang massanya 800 gram ditendang
bergerak dengan kelajuan 12 m/s. Benda dengan gaya 200 N. Bila lamanya kaki me-
ini bertabrakan dengan benda bermassa 2 nyentuh bola 0,04 sekon, maka bola akan
kg yang bergerak dengan kelajuan 24 m/s. melayang dengan kecepatan awal . . . m/s
Kelajuan masing–masing benda setelah a. 10
tabrakan adalah. . . . b. 9
a. 14 m/s dan 2 m/s c. 8
b. 14 m/s dan 4 m/s d. 6
c. 20 m/s dan 2 m/s e. 5
d. 28 m/s dan 4 m/s 15. Benda A yang semula mempunyai mo-
e. 28 m/s dan 14 m/s mentum p bertumbukan dengan benda B.
11. Sebuah benda yang bermassa 5 kg bergerak Setelah tumbukan, momentum benda A
dengan kecepatan 2 m/s menumbuk din- menjadi 3p. Perubahan momentum benda
ding secara tegak lurus. Akibatnya, benda B adalah. . . .
dipantulkan dengan kecepatan 1 m/s. Besar a. 4p
impuls yang dilakukan dinding pada benda b. 2p
saat tumbukan adalah.… c. p
a. 20 Ns d. –2p
b. 15 Ns e. –3P
c. 10 Ns
d. 5 Ns
e. 0 B Jawablah pertanyaan berikut dengan benar
12. Sebuah batu yang dilemparkan memiliki
1. Seorang pemain ski bermassa 60 kg melun-
momentum 25 Ns selama 0,05 sekon. Gaya
cur dengan kecepatan 54 km/jam. Ia kemu-
rata-rata yang diperlukan untuk menghenti-
dian mengerem dan berhenti mendadak
kan batu tersebut adalah….
dalam waktu 2 detik. Tentukan:
a. 510 N
a. momentum yang dimiliki saat bergerak,
b. 500 N
b. gaya pengereman,
c. 55 N
c. impuls yang bekerja pada saat penge-
d. 50 N
reman.
e. 25N
2. Sebuah bola ditendang seorang anak dengan
13. Sebuah bom yang diam tiba-tiba me-
gaya 50 N selama 0,5 sekon. Hitunglah
ledak dan pecah menjadi 2 bagian de-
selisih momentum pada awal dan akhir pu-
ngan perbandingan massa 1 : 2 yang
kulan.

Momentum dan Impuls 149


3. Seekor monyet berdiri di atas meja beroda c. Buktikan bahwa setelah tumbukan,
yang diam. Ketika melihat pisang yang bola putih akan berhenti dan bola
digantung, monyet melompat dari meja. merah bergerak dengan kelajuan sama
Massa monyet 10 kg dan massa meja 15 dengan kelajuan bola putih semula.
kg. Jika monyet melompat gaya 80 N dan
7. Sebuah benda bermassa 1 kg bergerak
sentuhan kaki monyet dengan bibir meja
dengan kecepatan 0,5 m/s menumbuk
terjadi selama 0,02 detik, tentukan:
benda lain bermassa 2 kg yang diam. Jika
a. impuls yang diberikan meja pada
tumbukkan kedua benda lenting sempurna,
monyet,
tentukan kecepatan kedua benda setelah
b. kecepatan gerak meja pada saat monyet
tumbukan.
melompat
8. Dua buah gerobak bergerak pada arah ber-
4. Sebuah bola kasti dilepaskan dari ketinggian
lawanan. Gerobak I yang massanya 30.000
4 m di atas lantai. Setelah menumbuk lantai,
gr mula-mula bergerak ke kanan dengan
bola dipantulkan setinggi 2 m. Tentukan:
kecepatan 10 m/s. Gerobak ini menabrak
a. kecepatan bola saat menumbuk lantai,
gerobak kedua yang massanya 50.000 gr
b. koefisien restitusi antara bola dan lantai,
yang mula-mula bergerak ke kiri dengan
c. tinggi pantulan kedua dan ketiga
kecepatan 5 m/s. Jika koefisien restitusi
5. Sebuah peluru dengan massa 4 gram ditem- pada saat terjadi tabrakan adalah 0,3, hi-
bakkan ke sebuah balok kayu bermassa 250 tunglah kecepatan kedua gerobak setelah
gram yang berada di atas lantai licin. Peluru tumbukan.
mengenai balok dan bersarang di dalamnya.
Jika kecepatan peluru ketika mengenai ba- 9. Sebuah benda dengan massa 2 kg jatuh
lok 30 m/det, hitunglah kecepatan balok bebas dari ketinggian 4 m terhadap lantai.
dan peluru. Setelah menumbuk lantai, benda tidak
lenting sama sekali. Hitunglah kalor yang
6. Bola putih pada permainan bola bilyar di- ditimbulkan oleh benda (dalam kalori).
sodok dengan gaya 30 N. Tongkat bilyar (1 kalori = 4,2 joule).
menyentuh bola putih selama 0,5 detik.
Setelah bergerak, bola putih menumbuk 10. Sebuah ayunan balistik mempunyai massa
bola merah yang massanya sama dengan sasaran 2,85 kg. Kemudian, sebuah peluru
massa bola putih yang diam, secara lenting yang massanya 0,15 kg ditembakkan. Setelah
sempurna. ditembakkan, peluru bersarang pada balok
a. Tentukan impuls yang diberikan tong- balistik dan berayun bersama. Jika tinggi
kat pada bola. ayunan yang terjadi 1,8 cm dan g = 10 m/s2,
b. Kecepatan yang dimiliki bola putih saat tentukan kecepatan peluru saat mengenai
menumbuk bola merah. balok.

150 Fisika Kelas XI


Latihan
Ulangan
Ulangan
Akhir
Akhir
Semester
Semester I

A Pilihlah jawaban yang paling tepat. a. 3 dan 0 d. 0 dan 3


b. 3 dan 6 e. –3 dan –5
c. 3 dan -1
1. Sebuah benda dilempar vertikal ke udara
dengan persamaan ketinggian, h (t) = 10t − 5. Posisi suatu benda yang bergerak lurus ver-
tikal dinyatakan dengan persamaan y(t) =
5t2 dengan h dalam meter dan t dalam
40t – 5t2, dengan y dalam m dan t dalam s.
sekon. Lamanya bola melayang di udara
Besar kecepatan benda saat t = 3 s adalah …
adalah . . . s.
m/s.
a. 0,5
a. 40 d. 10
b. 1
b. 30 e. 5
c. 2
c. 20
d. 2,5
e. 4 6. Posisi sebuah peluru yang ditembakkan ver-
tikal ke atas dinyatakan oleh persamaan y(t)
2. Sebuah benda bergerak lurus dengan de-
 = 60t – 15t2 meter. Ketinggian yang dicapai
ngan persamaan v ={4i + (t 2 +2t ) j } m/s. Bila
oleh peluru adalah … m.
posisi benda mula-mula di pusat koordinat,
a. 60 d. 30
perpindahan benda selama 3 sekon adalah
b. 50 e. 20
… m.
c. 40
a. 10 d. 40
b. 20 e. 50 7. Sebuah roket terdeteksi oleh radar pada
c. 30 koordinat (4 m, 5 m) pada waktu t1 = 0 s
dan (16 m, 21 m) pada waktu t2 = 4,05 s.
3. Sebuah partikel bergerak sesuai dengan
 Besar kecepatan rata-rata roket pada selang
persamaan posisi r =(t 2 − 4 )i + (3t 2 + 5) j , waktu tersebut adalah … m/s.
r dalam meter dan t dalam sekon. Kelajuan a. 6 d. 16
benda pada t = 1 sekon adalah … m/s. b. 8 e. 21
a. 2 d. 2 10 c. 10
b. 6 e. 6 10
c. 40 8. Perhatikan gambar di bawah ini. Jari-jari
roda I = 0,2 m, jari–jari roda II = 0,8 m, dan
4. Grafik perpindahan sebuah benda terhadap jari-jari roda III = 0,4. Jari-jari roda I dan III
waktu ditunjukkan pada gambar berikut. terhubung dengan tali. Jika kecepatan sudut
roda III = 30 rad/s , maka laju linier roda II
adalah … m/s.

a. 18 d. 48
Kecepatan benda pada saat t = 5 s dan t = 15 b. 28 e. 58
s adalah … m/s. c. 38

Latihan Ulangan Akhir Semester I 151


9. Sebuah partikel bergerak searah sumbu y menempuh sudut sesuai dengan persamaan
dengan persamaan kedudukan y(t) = 8t _ 2t
2
1 1
meter. Apabila partikel tersebut memiliki θ = ( t 2 + )π rad. Besar kecepatan sudut
6 6
persamaan tetap, lama gerak partikel sebe-
lum berubah arah adalah … s pada detik ke-3 adalah . . . rad/s.
a. 1 d. 4
b. 2 e. 5 1
a.
c. 3 6
1
10. Peluru A dan B ditembakkan dari senapan b. π
yang sama oleh seorang tentara. Peluru A 6
ditembakkan dengan sudut 30o dan peluru c.
1
o
B ditembakkan dengan sudut 60 . Perban- 3
dingan tinggi maksimum yang dicapai 1
peluru A dan B adalah . . . . d. π
3
a. 1 : 2
b. 1 : 3 e. π
c. 2 : 1 14. Pernyataan berikut yang benar adalah . . . .
d. 1 : 3 a. gaya gravitasi berbanding lurus dengan
e. 3 :1 jaraknya
11. Benda yang bergerak melingkar beraturan b. gaya gravitasi berbanding terbalik de-
memiliki sifat berikut, kecuali . . . . ngan jaraknya
a. kecepatan linear konstan c. gaya gravitasi berkurang terhadap
b. kecepatan sudut tetap kuadrat jaraknya
c. percepatan sudut konstan d. gaya gravitasi berbanding terbalik de-
d. jari-jari lintasan konstan ngan kedua massanya
e. arah kecepatan tetap e. gaya gravitasi sama dengan perkalian
12. Posisi sudut pentil pada roda sepeda yang kedua massanya
berjalan, dinyatakan dengan persamaan 15. Jarak rata-rata planet A dari matahari adalah
θ = (7 + 3t + t2) rad, maka: q. Sedangkan jarak rata-rata planet B adalah
(1) posisi sudut pada t = 2s adalah 17 rad. r. Jika planet A mempunyai periode revolusi
(2) kecepatan sudut pada t = 2s adalah 9 T dan r = 3 q, maka periode revolusi planet
rad/s. B adalah . . . .
(3) percepatan sudut pada t = 0 adalah 0 a. 3 T
2
rad/s . b. 3 3 T
(4) percepatan sudut konstan. c. 9 T
Pernyataan yang benar adalah pernyataan d. 27 T
nomor . . . . e. 81 T
a. (1), (2), dan (3) 16. Sebuah satelit berjarak 3 kali radius bumi
b. (1), (2), dan (4) diukur dari pusat bumi. Jika massa satelit 3
c. (2), (3), dan (4) ton dan gravitasi bumi 9,8 m/s2, gaya gravi-
d. (1) dan (4) tasi yang bekerja pada satelit tersebut adalah
e. (2) dan (3) . . . N.
13. Seorang anak memutar batu yang diikat a. 327,33
dengan tali. Setiap detik, batu tersebut b. 327

152 Fisika Kelas XI


c. 326,67 dengan gaya 50 N dan Munir dengan gaya
d. 326,33 40 N. Ternyata, meja berpindah sejauh 1 m
e. 325 ke arah Munir. Usaha total yang dilakukan
17. Massa benda A, B, dan C masing-masing 3 Ibnu dan Munir adalah … J.
kg, 4 kg, dan 5 kg, terletak pada sudut siku- a. 90 d. 20
siku. Apabila jarak AB = 5 m dan BC = 8 m, b. – 90 e. 10
gaya gravitasi total pada benda B adalah . . . c. 30
N.(diketahui: G = 6,67×10-11 Nm2 kg-2) 23. Kemampuan untuk melakukan usaha dise-
-7
a. 3,8 × 10 d. 3,8 × 10-10 but ….
-8
b. 3,8 ×10 e. 3,8 × 10-11 a. gaya d. newton
c. 3,8 ×10-9 b. joule e. energi mekanik
18. Sebuah benda yang mempunyai berat 50 N c. energi
digantungkan pada sebatang kawat yang ber- 24. Dari sumber-sumber energi di bawah ini,
diameter 0,1 cm dan panjang 1 m. Apabila yang memiliki efisiensi paling kecil adalah
pertambahan kawat adalah 0,5 cm, modulus ….
Young kawat adalah . . . Nm-2. a. cahaya d. listrik
a. 1,28 × 10-11 d. 4,54 × 1011 b. angin e. nuklir
11
b. 1,28 × 10 e. 2 × 1011 c. air
-11
c. 4,54 × 10 25. Sebuah sedan dengan massa 0,8 ton ber-
19. Sebuah kawat mempunyai panjang 1 m, gerak sejauh 10 m dalam waktu 2 s.
luas penampang 0,7 cm2, dan modulus Energi kinetik mobil tersebut adalah … kJ.
Young 109 Nm-2. Apabila sebuah beban a. 5 d. 2
yang bermassa 500 kg digantungkan pada b. 4 e. 1
kawat tersebut, pertambahan panjang kawat c. 3
adalah . . . cm. 26. Sebuah apel jatuh dari pohon setinggi 3 m.
a. 8 d. 20 Jika massa buah apel tersebut adalah 1,5 hg,
b. 12 e. 21 berapakah energi potensial maksimumnya?
c. 14 a. 4,5 kJ. d. 4,4 J.
20. Sebuah kawat logam mempunyai panjang b. 4,4 kJ. e. 1,5 J.
1 m, luas penampang 1 cm2, dan modulus c. 4,5 J.
Young 1010 Nm-2. Apabila diberi gaya sebe- 27. Perhatikan pelbagai gaya berikut.
sar 40 N, berapakah pertambahan energi (1) gaya berat
potensialnya? (2) gaya gesek
4 4
a. 4 × 10 J. d. 7 × 10 J. (3) gaya gravitasi umum
b. 6 × 10-4 J. e. 8 × 10-4 J. (4) gaya pegas
4
c. 6 × 10 J. Yang termasuk gaya konservatif dari gaya-
21. Sebuah kotak didorong sejauh 2 m dengan gaya di atas adalah …
menggunakan gaya sebesar 50 N. Usaha a. (1), (2), dan (3) d. (1)
yang dilakukan terhadap batu sebesar … J. b. (1) dan (3) e. (4)
a. 15 d. 75 c. (2) dan (4)
b. 25 e. 100 28. Sebuah bola dengan massa 0,1 kg dilempar-
c. 52 kan ke atas dari permukaan tanah dengan
22. Sebuah meja didorong oleh Ibnu dan Munir kelajuan awal 20 m/s. Apabila gesekan anta-
dengan arah berlawanan. Ibnu mendorong ra permukaan bola dengan udara diabaikan,

Latihan Ulangan Akhir Semester I 153


waktu yang diperlukan bola untuk kembali a. Nm d. Nm
ke permukaan tanah adalah … s. s
(g = 10 m/s2) b. Ns e. N
a. 5 d. 2 s
b. 4 e. 1
c. Nm s
c. 3
33. Berikut merupakan pengertian dari impuls,
29. Sebuah mobil mempunyai mesin yang
kecuali . . . .
menghasilkan gaya sebesar 1.000 N. Mobil
a. gaya sesaat
tersebut bergerak ke timur sejauh 100 m,
b. momentum akhir dikurangi momen-
kemudian ke selatan sejauh 50 m, dan ke
tum awal
timur sejauh 50 m. Usaha total yang dilaku- -1
c. vektor yang bersatuan kgms
kan mesin mobil tersebut adalah … kJ.
a. 200 d. 50 d. besaran berdimensi ML-1T
b. 150 e. 0 e. perubahan momentum
c. 100 34. Pada tumbukan berlaku hukum kekekalan
30. Sebuah benda bergerak pada lintasan ber- ....
bentuk lingkaran vertikal dengan jari-jari a. energi kinetik dan momentum
R. Saat di titik tertinggi lintasan, kecepatan b. energi
minimal benda agar tidak jatuh adalah . . . . c. momentum
d. energi kinetik
5 2 gR e. energi mekanik dan momentum
a. R d.
2 35. Seorang anak menjatuhkan bola. Bola itu
2 gR jatuh bebas dari ketinggian h dan memantul
b. R e.
5 setinggi h’. Besar koefisien restitusi antara
bola dengan lantai adalah . . . .
c. 5gR
31. Perhatikan gambar F (N) h’ h
a. d.
di samping. Sebuah 20 h h’
benda yang terletak h’
b. e. h . h’
pada permukaan da- 10 h
tar dan licin diberi- h’
kan sebuah gaya. c.
0 2 4 S (m) h
Jika benda bermassa
20 kg dan mula-mula bergerak dengan 36. Yang merupakan dimensi dari impuls,
kecepatan awal 1 m/s, berapakah energi adalah. . . .
kinetik benda setelah menempuh jarak 4 m? a. [M][L][T] -3 d. [M][L][T]2
-2
a. 30 joule. b. [M][L][T] e. [M][L]-1[T]
b. 40 joule. c. [M][L][T] -1
c. 60 joule. 37. Sebuah benda mengalami perubahan mo-
d. 70 joule. mentum 4 kgm/s dalam waktu 2 s. Perubah-
e. 80 joule. an momentum ini disebabkan oleh gaya
32. Satuan dari momentum adalah kg m , se- sebesar . . . N.
s a. 0,5 d. 4
hingga momentum dapat diartikan sebagai
massa dikalikan dengan kecepatan. Satuan b. 0,2 e. 8
lain yang dapat dipakai untuk momentum c. 2
adalah . . . .
154 Fisika Kelas XI
38. Bola bermassa 800 gram ditendang den- Tentukan:
gan gaya 200 N. Apabila lamanya kaki a. kecepatan sudut sebagai fungsi waktu,
menyentuh bola 0,04 sekon, maka bola b. percepatan sudut sebagai fungsi waktu,
akan melayang dengan kecepatan awal… c. besar percepatan sudut awal, dan
m/s. d. percepatan sudut pada saat t = 3s.
a. 10 d. 6 3. Jarak yang ditempuh titik materi bergerak
b. 9 e. 5 lurus sembarang dinyatakan dengan persa-
c. 8 2
maan r(t) = 4t – 8t + 4, (r dalam meter dan
39. Seorang anak melemparkan kelereng t dalam sekon). Berapakah besar kecepatan
dengan kecepatan awal v. Apabila anak partikel pada saat t = 5 s?
tersebut melemparkan kembali kelerengnya
dengan kecepatan dua kali semula, maka 4. Totti melakukan tendangan bebas sehingga
energi kinetik kelereng sekarang adalah . . . bola melambung dengan membentuk sudut
kali semula. 30o terhadap tanah. Bola tersebut mencapai
a. 1 jarak terjauh 25 m. Jika percepatan gravitasi
b. 2 di tempat itu sebesar 10 m/s2, tentukan:
c. 3 a. kelajuan awal akibat tendangan yang
d. 4 dilakukan.
e. 6 b. lama bola di udara,
c. koordinat tinggi maksimum bola,
40. Sebuah bola bermassa 1 kg mula-mula d. kelajuan bola ketika sampai di tanah.
diam. Bola ditendang dengan kecepatan 10
m/s. Jika waktu kontak bola dengan kaki 5. Ketika terjadi gempa bumi, sebuah lampu
penendang 0,25 sekon, maka besar gaya bermassa 50 gram yang tergantung pada ka-
rata-rata yang dialami bola adalah … N. bel sepanjang 30 cm berayun-ayun. Dalam
a. 50 d. 10 20 detik, lampu berayun sebanyak 20 kali.
b. 40 e. 2,5 Jika sudut ayunan kecil dan percepatan
c. 25 gravitasi bumi 10 m/s2, tentukan besar gaya
akibat gempa yang menyebabkan lampu
berayun.
B Jawablah pertanyaan berikut dengan benar. 6. Sebuah batu yang massanya 100 g dilem-
par vertikal ke atas dari permukaan ta-
1. Sebuah mobil bergerak dengan persamaan nah dengan kecepatan awal 25 m/s. Jika
r (t ) = 8 + 3t + 2t 2 + 5t 3 dengan r dalam me- percepatan gravitasi (g) = 9,8 m/s2, dengan
ter dan t dalam sekon, tentukan: menggunakan Hukum Kekekalan Energi,
a. kecepatan sebagai fungsi waktu, tentukan:
b. percepatan sebagai fungsi waktu, b. ketinggian maksimum batu,
c. besar percepatan awal, dan c. waktu yang diperlukan untuk sampai
d. besar percepatan pada saat t = 2s. kembali ke tanah,
d. energi kinetik batu pada saat di keting-
2. Sebuah roda mobil berputar terhadap
gian 10 m dari permukaan tanah,
poros sumbu z menurut persamaan
e. energi potensial batu saat t = 1 s.
⎛ rad ⎞ ⎛ rad ⎞ 2
θ ( t ) = 5rad − ⎜ 6 ⎟t + ⎜ 3 2 ⎟t + 7. Dua buah pegas mempunyai konstanta
⎝ s ⎠ ⎝ s ⎠ masing-masing k1 dan k2 dengan k1 < k2.
⎛ rad ⎞ 3 Untuk menyamakan pertambahan kedua
⎜ 2 3 ⎟t
⎝ s ⎠

Latihan Ulangan Akhir Semester I 155


pegas, manakah dari kedua pegas tersebut 12. Dua buah benda titik bermassa m1 = 10
yang membutuhkan usaha lebih kecil? kg dan m2 = 5 kg terletak berdekatan di
8. Neraca pegas digunakan untuk mengukur bidang datar licin. Sistem ini mendapat
batu dengan massa 20 g, ternyata meregang gaya impuls sehingga kedua benda bergerak
sepanjang 1 cm. Jika percepatan gravitasi masing-masing dengan laju v1 = 0,5 m/s dan
g = 9,8 m/s2, tentukan: v2 = 2,5 m/s dengan arah saling tegak lurus.
a. konstanta pegas, Berapakah besar gaya impuls yang bekerja
b. usaha yang dilakukan neraca pegas. pada sistem?
13. Sebuah benda bermassa 1 kg yang bergerak
9. Sebuah balok bermassa 2 kg bergerak dengan kelajuan 2 m/s menumbuk benda
dengan percepatan 3 m/s2 di atas sebuah lain bermassa 1 kg yang diam. Jika tum-
lantai licin. Beberapa saat kemudian, ba- bukan kedua benda lenting sempurna,
lok menumbuk sebuah pegas hingga pegas berapakah kecepatan benda pertama dan
mengalami pemampatan sejauh 1,5 cm. kedua sesaat setelah tumbukan?
Berapakah konstanta pegas tersebut?
14. Air terjun yang memiliki ketinggian 50
10. Amir akan membidik seekor burung ku- m mengalirkan air sebanyak 100 m3 tiap
tilang dengan menggunakan katapel. Dia sekon. Jika seluruh energi potensial air ke-
menggunakan sebuah batu dengan massa tika jatuh diubah menjadi energi listrik oleh
20 gr. Ketika karet katapel ditarik sepanjang generator, tentukan daya yang dihasilkan
40 cm dan dilepaskan, batu tersebut terlon- generator.
tar dengan kecepatan 10 m/s. Tentukan:
a. energi kinetik, 15. Sebuah mobil sedan bermassa 1.200 kg
b. konstanta karet. melaju dengan kecepatan 54 km/jam. Di be-
lakangnya, sebuah truk dengan massa 2.500
11. Peluru bermassa 4 gram ditembakkan ke kg melaju dengan kecepatan 72 km/jam.
sebuah balok kayu bermassa 6 kg. Peluru Sopir truk mengantuk sehingga menabrak
mengenai balok dan bersarang di dalamnya. mobil sedan tersebut. Apabila terjadi tum-
Apabila kecepatan peluru ketika mengenai bukan elastis sebagian dengan koefisien
balok 300 m/s, berapa kecepatan sistem restitusi ½, hitunglah kecepatan keduanya
setelah tumbukan? setelah tabrakan.

156 Fisika Kelas XI


Setelah mempelajari materi di bab ini, kalian akan mampu mem-

Kata
Kunci
formulasikan pengaruh momen gaya (torsi) terhadap gerak rotasi benda.
Selain itu, kalian dapat menggunakan persamaan Hukum II Newton
untuk menjelaskan gerak translasi, gerak rotasi, atau perpaduan keduanya.
Kalian juga akan dikenalkan dengan konsep momen inersia dan memfor-
• Torsi/momen gaya mulasikannya pada pelbagai bentuk benda tegar. Konsep yang berkaitan
• Sumbu rotasi dengan momen inersia adalah momentum sudut. Di bab ini, kalian akan
• Lengan gya dibimbing untuk memformulasikan Hukum Kekekalan Momentum
• Rotasi Sudut dan menggunakannya untuk menjelaskan beberapa peristiwa gerak
• Translasi rotasi. Terakhir, kalian diharapkan mampu menganalisis keseimbangan
• Momen inersia
benda tegar.
• Momentum sudut
Dengan menguasai materi di bab ini, kalian akan mampu menjelas-
kan cara kerja beberapa alat sederhana. Sebagai contoh, cara kerja crane,
• Benda Tegas
permainan jungkat-jungkit, penggunaan engsel pada pintu, pemakaian
kunci pas, perputaran roda, dan masih banyak aplikasi lainnya yang dapat
dijelaskan dengan momen gaya.

A Momen Gaya (Torsi)


Sebelum kita melangkah lebih jauh, coba kalian jawab pertanyaan-
pertanyaan pada Eureka di bawah ini.

E ureka
Diskusikan dengan teman sebangku kalian jawaban pertanyaan-per-
tanyaan di bawah ini.
1. Dua benda dengan massa berbeda akan dipindahkan menggu-
nakan crane secara bergantian. Untuk menjaga agar lengan crane
seimbang, bagaimanakah letak benda yang berat bila dibandingkan
benda yang lebih ringan?
2. Manakah yang lebih mudah digunakan, kunci inggris pendek atau
kunci inggris panjang untuk membuka baut yang sama?
3. Ketika kalian bermain jungkat-jungkit dengan orang yang lebih berat
dari berat tubuh kalian, bagaimanakah cara agar jungkat-jungkit
dapat seimbang?
4. Seorang pemain ice-skating terkadang melakukan gerak berputar
ditempat. Bagaimanakah kecepatan putar pemain tersebut jika
tangannya bersedekap dibandingkan ketika tangannya terentang.
Bagaimanakah penjelasan peristiwa ini ditinjau dari sudut pandang
fisika?
Konsultasikan jawabannya kepada guru kalian.

Dengan melakukan diskusi tersebut, kalian telah mengetahui arah


pembahasan materi pada bab ini. Di bab ini, kalian akan menemukan
penjelasan dan jawaban untuk pertanyaan-pertanyaan tersebut.

158 Fisika Kelas XI



τ

  
τ =r×F
τ = r F sin α

  τ
a x b = absin α

τ = F⊥ r τ = F r⊥
τ = ( F sin α ) r τ = F (r sin α )

τ
τ
τ
τ

τ1 τ2
    
τtot = τ1 + τ2 + τ3 +  + τn
 n

τtot = ∑ τi
i=1


τtot

τ1

τ2
τtot = − τ1 + τ2

τ1 = τ2
τ1 > τ2

τtot

τtot

τtot

F

 τ 
a α

F

a

F =ma

a∝ ∑F
a=
∑ F
m
F = mr α ∑ F=ma

rF = mr 2 α

n
I = ∑ mi ri 2
i=1

I = m1r12 + m2 r22 + m3r32 + . . .+ mn rn2


 
∑τ = Iα

M 2 2
I= ( R1 + R 2 )
R1
2 R2

2
MR 2 2
I= MR Ml
I= +
2
4 12

2 2
Ml Ml
I= I=
12 3

2 2
2 MR 2 MR
I= I=
5 3

2 2
MR 3 MR
I= I=
2 2
 
p =m v

 dp
F=
dt
 
m1 v1 = m2 v 2
I1 ω1 = I1 ω1

Keterangan:
I1 = momen inersia 1
ω1 = kecepatan sudut 1
I2 = momen inersia 2
ω2 = kecepatan sudut 2

Banyak peristiwa sehari-hari yang dapat dijelaskan dengan hukum


kekekalan momentum sudut. Salah satu contohnya adalah ketika kalian
berputar di tempat. Kalian berputar lebih lambat ketika tangan kalian
terentang, jika dibandingkan ketika tangan kalian lurus ke bawah. Apakah
penyebabnya? Perhatikan Gambar 5.8.
Ketika berputar dengan tangan direntangkan, tangan berada pada
(a)
jarak yang jauh dari sumbu putar yang membuat momen inersia menjadi
besar. Namun, ketika tangan tiba-tiba diluruskan ke bawah atau berse-
(b) dekap, momen inersia berubah menjadi lebih kecil. Perbedaan momen
Gambar 5.8 (a) Momen inersia inersia pada dua keadaan ini menyebabkan perbedaan kecepatan sudut.
besar, kecepatan sudut kecil.
(b) Momen inersia kecil, ke-
Perbedaan ini dapat dijelaskan dengan Hukum Kekekalan Momentum
cepatan sudut besar. Sudut. Ketika momen inersia besar, yaitu ketika tangan terentang, kecepat-
an sudutnya lebih kecill dibandingkan ketika tangan lurus ke bawah.
Sesuai dengan Hukum Kekekalan Momentum sudut, ketika tangan lurus
ke bawah, kecepatan sudutnya akan lebih besar karena momen inerianya
kecil.
Contoh lain penerapan hukum kekekalan momentum adalah orang
yang melakukan gerakan salto. Orang yang melakukan salto berusaha
mempercepat putaran tubuhnya ketika bergerak naik dengan cara
merapatkan dan menekuk tubuhnya. Dengan melakukan hal ini, berarti
momen inersia semakin kecil dan kecepatan sudutnya semakin besar.
Ketika bergerak turun, orang tersebut mencoba mengurangi kecepatan
members.aol.com
sudutnya dengan cara meluruskan badannya secara bertahap. Dengan
Gambar 5.9 Orang bersalto
menerapkan Hukum kekekalan
melakukan gerakan ini, momen inersia akan bertambah besar. Akibatnya,
Momentum Sudut. kecepatan sudutnya berkurang dan orang akan tiba kembali dengan posisi
tegak.
Untuk menambah wawasan kalian, kerjakan Ekspedisi berikut:

E kspedisi
Dari pelbagai sumber, baik internet maupun dengan kata-kata kalian sendiri bagaimana
media cetak, carilah minimal lima contoh peris- hukum kekekalan momentum sudut menjelas-
tiwa sehari-hari yang dapat dijelaskan dengan kan peristiwa tersebut. Publikasikan hasil pe-
Hukum Momentum Sudut. Kemudian, jelaskan nelusuran kalian di majalah dinding sekolah.

Bagaimanakah penerapan persamaan-persamaan pada momentum


sudut dalam menyelesaikan soal? Perhatikan contoh berikut ini.

170 Fisika Kelas XI


Kita telah mempelajari beberapa konsep fisika yang mendasari gerak
rotasi. Dalam kehidupan sehari-hari, kita sering menjumpai benda yang
melakukan gerak rotasi, misalnya roda. Namun, roda yang dipakai pada
kendaraan tidak hanya melakukan gerak rotasi, tetapi juga mengalami
perpindahan tempat, atau bergerak translasi. Bagaimanakah analisis fisika
menjelaskan kejadian tersebut? Ikuti terus penjelasan di bawah ini.

D Hukum II Newton pada Gerak Rotasi


Pada materi Gaya dan Gerak, kita telah menggunakan Hukum
II Newton untuk menjelaskan gerak sistem benda yang dihubungkan
dengan tali melalui katrol. Namun, pada pembahasan tersebut, gerak
katrol yang berotasi tidak diperhitungkan. Nah, bagaimanakah jika gerak
rotasi katrol diperhitungkan?
Selain masalah katrol, di subbab ini, kita juga akan menganalisis gerak
roda yang melakukan gerak translasi dan rotasi sekaligus. Namun, sebe-
lum membahas dua hal tersebut, coba kalian diskusikan pertanyaan pada
Eureka berikut.

E ureka
Berdiskusilah dengan teman sebangkumu untuk menemukan jawab-
an dari pertanyaan-pertanyaan di bawah ini.
1. Bagaimanakah bunyi Hukum I Newton, hukum II Newton, dan
Hukum III Newton?
2. Perhatikan gambar di samping ini. Gambarkan dia-
gram gaya-gaya yang berkerja pada sistem benda
tersebut. Abaikan gerak rotasi katrol.
3. Apakah yang akan terjadi jika seseorang mengerem
laju sepeda motornya di jalan yang licin?
4. Kita sering mengatakan roda mengalami slip. Apa-
kah arti slip? Bagaimanakah kaitannya dengan
gerak rotasi dan gerak translasi?
Presentasikan hasil diskusi kalian di depan teman-teman lainnya.

Dengan menjawab pertanyaan pada Eureka di atas, paling tidak ka-


lian ingat kembali materi yang telah lalu. Materi-materi tersebut berkaitan
erat dengan materi yang akan kita pelajari. Sekarang kita akan menganali-
sis gerak rotasi katrol yang digunakan untuk mengangkat benda. Untuk
itu, simaklah penjelasan berikut.
1. Momen Gaya pada Katrol
Di kelas X dan kelas XI semester 1, kalian telah mempelajari materi
dinamika partikel untuk gerak lurus (gerak linear). Pada Subbab kali ini,
kalian akan mempelajari dinamika rotasi yang didasari oleh Hukum II
Newton. Hukum II Newton tidak hanya dapat digunakan untuk me-
mecahkan masalah dinamika translasi, tetapi dapat juga digunakan untuk
menjelaskan dinamika rotasi.

172 Fisika Kelas XI


Contoh sederhana tentang dinamika rotasi yang dapat dijelaskan
dengan Hukum II Newton adalah gerak putaran katrol. Kita tahu, katrol r
sering digunakan untuk mengangkat atau memindahkan benda. Ketika
digunakan untuk mengangkat benda, katrol berputar pada sumbunya. T
FT
Dengan kata lain, katrol melakukan gerak rotasi. Perhatikan Gambar FT
FT

5.10.
Gaya apakah yang menyebabkan katrol berotasi? Gaya pada tali
yang digunakan atau gaya yang menyinggung katrol menyebabkan katrol
m
berotasi. Pada pembahasan di depan, kita telah menemukan persamaan:
 
∑τ = Iα
w

Gambar 5.10 Skema gaya-


gaya yang bekerja pada
katrol.
Persamaan tersebut merupakan persamaan Hukum II Newton untuk
gerak rotasi. Jika persamaan tersebut diterapkan pada gerak katrol, kita
mendapatkan persamaan berikut.

FT r − f r = I α

Jika katrol licin, maka f diabaikan, sehingga:

FT r = I α

Bagaimanakah kita mencari FT ? Untuk mencari FT kita harus tahu


arah gerak benda. Gerak benda mempunyai dua kemungkinan yaitu
bergerak ke bawah atau bergerak ke atas.
a. Jika benda bergerak ke bawah
Jika benda bergerak ke bawah, maka berlaku Hukum II Newton
sebagai berikut.
w – FT = ma
mg – FT = ma
FT = mg – ma

Kita juga tahu hubungan a dan α, yang dinyatakan dengan


a=αr

Jadi, persamaan rotasi pada katrol dapat dituliskan sebagai berikut.


(mg − ma )r = I α
mgr − m(αr )r = I α
mgr − mr 2 α = I α

mgr = ( I +mr 2 ) α

Momentum Sudut dan Keseimbangan Benda Tegar 173


mgr
α=
I +mr 2

(mg + ma ) r = I α
mgr + m (α r ) r = I α
mgr + mr 2 α = I α
mgr = ( I − mr 2 ) α

mgr
α=
I − mr 2
Setelah kita menganalisis gerak rotasi katrol, sekarang kita akan meng-
analisis gerak menggelinding. Apakah pengertian gerak menggelinding?
Cari tahu jawabannya pada uraian selanjutnya.

2. Gerak Menggelinding
Ketika sepeda bergerak, roda sepeda berputar dan berpindah tempat.
Ini berarti roda melakukan gerak rotasi dan gerak translasi sekaligus. Gerak
roda sepeda ini disebut gerak menggelinding. Jadi, gerak menggelinding v
terjadi pada benda yang melakukan gerak rotasi dan translasi sekaligus. r

Perhatikan Gambar 5.11.


Bagaimanakah kita membedakan gerak rotasi, gerak translasi, dan Gambar 5.11 Roda sepeda
melakukan gerak translasi
gerak menggelinding? Perhatikan Gambar 5.12. Jika roda hanya bertran- dan rotasi sekaligus.
slasi, maka titik pusat O (disebut titik pusat massa) dan titik pada roda
(misal titik P dan Q) bergerak dengan kecepatan sama dan menempuh
jarak yang sama setiap waktu. Sementara ketika hanya berotasi, titik pu-
sat O tetap diam, tetapi titik P dan Q bergerak dengan kecepatan sudut

ω dan kecepatan linear v dengan arah berlawanan. Namun, ketika roda

menggelinding, titik pusat O bergerak dengan kecepatan v . Sementara itu,
kecepatan linear titik P sama dengan nol dan kecepatan linear titik Q sama

gbr 15 dengan 2v .

Q v Q v Q 2v

v=0
R
v ω ω v

P v P P
v
v=0

(a) (b) (c)

Gambar 5.12 (a) Gerak translasi. (b) Gerak rotasi. (c) Gerak menggelinding.

Sekarang mari kita tinjau gerak menggelinding. Gaya yang me-


nyebabkan roda berotasi adalah gaya yang bersinggungan dengan roda,
yaitu gaya gesek. Diagram gaya pada benda yang bergerak menggelinding
digambarkan pada Gambar 5.13.
Sesuai dengan Hukum II Newton, kita mendapatkan bentuk per-
samaan: Gambar 5.13 Gaya gesek me-
nyebabkan roda berotasi pada
Keterangan:
 pusat massanya.
  F = gaya yang menyebabkan benda bergerak (N)
∑ F = m aPM
   f = gaya gesek (N)
F − f = m aPM
m = massa benda (kg)

aPM = percepatan pusat massa (m/s2)

Kita tahu bahwa gaya gesek menyebabkan roda berotasi. Ini berarti
gaya gesek menyebabkan momen gaya di sumbu rotasi. Jadi, besar momen
gaya yang bekerja diberikan dengan persamaan:

Momentum Sudut dan Keseimbangan Benda Tegar 175


τ= f r
I PM α = fr
a
I PM PM = fr
r
a
f = I PM PM
r2

aPM
F − I PM = maPM
r2
I
F = (m+ PM ) aPM
r2

F
aPM =
I
m+ PM
r2
1
E K trans = mv 2
2

1
E K rot = m(r )2
2
1
E K rot = (mr 2 ) ω2
2

1
E K rot = I ω2
2
E K = E K trans + E K rot
1 1
E K = mv 2 + I ω2
2 2

ω Jika benda menggelinding dari ketinggian tertentu, selain mempuyai


energi kinetik, ia juga memiliki energi potensial. Energi total yang dimiliki
benda merupakan energi mekanik yang dirumuskan dengan persamaan
r berikut.

v
v E m = E K trans + E K rot + EP
h
1 1
E m = mv 2 + I ω2 + mgh
2 2
Gambar 5.14 Roda yang meng-
gelinding dari ketinggian tertentu Keterangan:
mempunyai energi kinetik trans-
lasi, energi kinetik rotasi, dan m = massa (kg)
energi potensial.
v = kelajuan linear (m/s)
2
I = momen inersia (kg m )
ω = kecepatan sudut terhadap poros (rad/s)
g = percepatan gravitasi (m/s2)
h = ketinggian benda
Untuk menganalisis gerak benda kita menggunakan Hukum Kekekalan
Energi Mekanik yang dinyatakan dalam bentuk persamaan:

E m1 = E m 2
E K trans1 + E K rot1 + EP1 = E K trans 2 + E K rot 2 + EP 2

Bagaimanakah penerapan Hukum Kekekalan Energi Mekanik untuk


menyelesaikan soal-soal yang berhubungan dengan gerak rotasi dan meng-
gelinding? Perhatikan contoh berikut.
Contoh
1. Sebuah roda dengan jejari 19 cm, dan Jawab:
bermassa 4,5 kg, berputar dengan kecepatan Untuk mencari energi kinetik, terlebih
50 rad/s. Jika roda dianggap silinder tipis dahulu kita mencari momen inersia roda.
berongga. Tentukanlah energi kinetik ro- Berdasarkan Tabel 5.1, momen inersia
tasi roda. untuk silinder tipis berongga adalah:
Penyelesaian : I = mr2
-1 2
Diketahui: = 4,5 (1,9 × 10 )
-2
m = 4,5 kg, = 4,5 ( 3,61 × 10 )
r = 19 cm = 1,9 × 10-1 m = 1,624 × 10
-1

ω = 50 rad/s = 0,1624 kg m2
Ditanyakan: Ek rot

178 Fisika Kelas XI


Δr dr Δθ dθ
v= = ω= =
Δt dt Δt dt
1
E = mv 2
K 2
ini, bola berada dalam keseimbangan statis. Artinya, bola tidak melaku-
kan gerak rotasi maupun gerak translasi atau bola dalam keseimbangan
rotasi dan keseimbangan translasi. Namun, jika bola berotasi di tempat,
bola tidak dapat dikatakan dalam keseimbangan rotasi. Demikian juga
ketika bola bertranslasi tanpa berotasi, bola tidak berada dalam keseim-
bangan translasi.
Berdasarkan contoh tersebut, kita dapat menyimpulkan bahwa:
Suatu benda tegar berada dalam keseimbangan statis jika benda seimbang
secara translasi dan seimbang secara rotasi. Jadi, syarat keseimbangan statis
ada dua yaitu seimbang translasi dan seimbang rotasi.
Keseimbangan translasi tercapai bila resultan gaya yang bekerja pada
benda sama dengan nol, atau

∑F = 0
Jika gaya diuraikan dalam bidang kartesius, maka:

∑F x =0
∑F y =0

Sementara keseimbangan rotasi dapat tercapai jika resultan momen


gaya sama dengan nol. Jadi, syarat keseimbangan rotasi adalah:

∑τ = 0
Jenis kesimbangan rotasi dapat ditemui pada pemain akrobat yang
berjalan di atas tali dengan membawa tongkat yang panjang. Pemain ini
memegang tongkat tepat di tengah-tengah. Akibatnya, gaya berat tongkat
pada setiap sisi sama besar. Gaya ini menimbulkan momen gaya pada
sumbu putar (tubuh pemain akrobat) sama besar dengan arah berlawan-
Microsoft Encarta Premium 2006
an, sehingga terjadi keseimbangan rotasi. Ini menyebabkan pemain lebih
Gambar 5.15 Tongkat
panjang digunakan pemain mudah berjalan di atas tali.
akrobat untuk menjaga Untuk mengetahui kegunaan persamaan keseimbangan benda tegar,
keseimbangan
perhatikan contoh berikut.

Contoh
1. Tiga orang anak bermain jungkat-jung- kanan penompang agar jungkat-jungkit
kit. Sebelah kanan penompang berisi seimbang.
anak bermassa 40 kg. Sementara sebe- Penyelesaian:
lah kiri berisi dua anak masing-masing Diketahui:
bermassa 35 kg, yang duduk pada jarak m1 = 40 kg
0,5 m dan 1 m dari penopang. Jika balok m2 = m3 = 35 kg
yang digunakan bermassa 8 kg, tentukan r2 = 0,5 m 0,5 m
letak tempat duduk anak di sebelah r3 = 1 m 1m r1

182 Fisika Kelas XI


Titik berat seperti ditunjukkan Gambar 5.16 adalah titik berat untuk
benda homogen (sebaran partikel merata di semua tempat). Bagaimanakah
1
2
t cara menentukan titik berat jika beberapa benda homogen digabung?
Untuk menentukan titik berat benda gabungan, kita dapat menentukan
dengan sistem koordinat. Kita ambil contoh dua buah batu bata yang di-
tumpuk seperti Gambar 5.17.
Bagaimanakah cara mencari titik berat dari gabungan kedua batu
1
3
t bata tersebut? Kita anggap batu bata adalah benda homogen. Jadi titik
berat pada setiap bata adalah tepat di titik tengah. Jika kita mengambil
sumbu koordinat seperti gambar, maka letak titik berat masing-masing
bata adalah di koordinat (x1,y1) dan di (x2,y2).
1
t Kalian tahu bahwa berat gabungan dari kedua batu
2
bata tersebut adalah jumlah berat dari masing-masing batu bata.
wgab = w1 + w2

Gambar 5.16 Letak titik berat


pada pelbagai benda.
Kita misalkan letak titik berat gabungan adalah pada koordinat
(x0,y0). Jika benda berotasi terhadap sumbu y, maka momen gaya yang
timbul adalah:
τgab = τ1 + τ2
x0wgab = x1w1 + x 2w2

Jadi, absis koordinat titik berat gabungan dapat dicari dengan per-
samaan:
Gambar 5.17 Letak titik berat x1w1 + x 2w2
benda gabungan x0 =
wgab
x1w1 + x 2w2
x0 =
w1 + w2

Jika sistem benda terdiri lebih dari dua benda, maka x0 dapat dicari
dengan persamaan:

x1w1 + x 2w2 +  + x nwn


x0 =
w1 + w2 + + wn

Atau dapat ditulis dalam bentuk:


n

∑xw
i=1
i i
x0 = n

∑w
i=1
i

184 Fisika Kelas XI


Sekarang, seandainya benda berotasi terhadap sumbu x, kita
mendapatkan ordinat titik berat gabungan (y0) dengan persamaan:

y1w1 + y2w2 + + ynwn


y0 =
w1 + w2 + + wn
n

∑yw i i
y0 = i=1
n

∑w i=1
i

Jadi, koordinat titik berat gabungan beberapa benda adalah Z (x0,y0).


Koordinat titik berat tersebut dapat kita perluas untuk menentu-
kan koordinat titik berat gabungan dari benda tiga dimensi, benda dua
dimensi, dan batang. Kita tahu bahwa gaya berat merupakan perkalian
massa dengan gravitasi (w = mg). Jika kita sustitusikan persamaan tersebut,
kita mendapatkan persamaan:
n n

∑ yimi ∑ym i i
x0 = i=1
n dan y0 = i=1
n

∑m i=1
i ∑m i=1
i

Keterangan: m = massa benda


Jika sistem terdiri dari benda-benda yang diketahui volumenya, kita
dapat mencari koordinat titik berat dengan persamaan berikut.
n n

∑ yV
i=1
i i ∑ yVi=1
i i
x0 = n dan y0 = n

∑V i=1
i ∑V
i=1
i

Keterangan: V = volume benda


Dengan mensubstitusikan persamaan V = At (luas kali tinggi), kita
mendapatkan bentuk persamaan berikut.
n n

∑ yi Ai ∑yA i i
x0 = i =1
n dan y0 = i=1
n

∑A
i=1
i ∑A
i=1
i

Keterangan: A = luas benda (m2)

Dari semua persamaan tersebut, koordinat titik berat adalah Z(x0,y0).


Momentum Sudut dan Keseimbangan Benda Tegar 185
1
2
b. Keseimbangan Labil
Keseimbangan labil merupakan keseimbangan dimana sesaat
setelah gangguan kecil dihilangkan, benda tidak kembali kedu-
dukan semula. Contoh dari keseimbangan ini adalah, sebuah
corong. Sebuah corong yang berdiri dengan bagian kecil di-
Gambar 5.19 Keseimbangan
bawah ketika diberi gangguan kecil, tidak dapat kembali kedu- labil.
dukan semula. Perhatikan Gambar 5.19.
c. Keseimbangan Netral
Keseimbangan netral, yaitu keseimbangan dimana gangguan
kecil tidak akan mempengaruhi keseimbangan benda. Con-
tohnya sebuah bola yang diberi gangguan. Dalam kedudukannya
yang baru, bola tetap seimbang. Perhatikan Gambar 5.20. Gambar 5.20 Keseimbangan
netral
Apakah ketiga jenis keseimbangan berkaitan dengan pergerakan ti-
tik berat benda setelah gangguan kecil dihilangkan? Jenis keseimbangan
berkaitan dengan pergerakan titik berat benda ketika gangguan kecil di-
hilangkan. Jika titik berat bergerak naik ketika diberi gangguan, maka ke-
seimbangan yang terjadi adalah keseimbangan stabil. Sedangkan jika titik
berat bergerak turun ketika diberi gangguan, maka keseimbangan benda
adalah keseimbangan labil. Namun, jika titik berat tetap walaupun ada
gangguan, maka keseimbangan benda adalah keseimbangan netral.
Untuk mengetahui sejauh mana kalian memahami materi di depan,
kerjakan Uji Kompetensi berikut.

U ji Kompet ensi
1. Sebutkan syarat-syarat keseimbangan. Sebutkan pula jenis-jeni ke-
seimbangan dan berikan contohnya, minimal 3 contoh untuk setiap
jenis keseimbangan.
2. Sebuah papan nama dengan panjang 1,5
m tergantung vertikal oleh kabel dan suatu
penompang. Pusat massa dari papan terle-
30o
tak di tengah-tengah. Jika berat papan 150 N
dan θ = 30o, tentukan:
a. tegangan kabel,
b. gaya dan arah gaya yang dilakukan
1,5 m
oleh penopang.
3. Fandi dengan massa
50 kg berdiri di sebuah
jembatan gantung ter-
buat dari bambu (lihat
gambar). Jika massa 4m 1,5 m
jembatan 50 kg dengan
panjang 4 m, dan Fandi
berdiri 1,5 m dari salah satu ujung jembatan, tentukan letak titik berat
jembatan tersebut dihitung dari salah satu ujung jembatan.

Momentum Sudut dan Keseimbangan Benda Tegar 187


4. Sebuah tangga homogen dengan panjang 5 meter yang mempu-
nyai berat 250 N, disandarkan di dinding. Seseorang dengan massa
50 kg sedang berada tepat di tengah tangga. Ujung tangga bawah
berada pada jarak 3 m dari dinding. Tentukan:
a. gambar gaya-gaya yang bekerja pada tangga.
b. gaya normal dinding pada ujung tangga.
c. gaya gesek lantai dengan tangga.
5. Tiga buah benda berbentuk segiempat dengan massa masing-
masing m1 = 2 kg, m2 = 3 kg, dan m3 = 4 kg tersusun seperti gambar
di bawah. Benda I berukuran 8 cm × 6 cm, benda II berukuran 10 cm
× 8 cm, dan benda III berukuran 14 cm × 10 cm. Tentukan letak titik
berat sistem benda tersebut.

I II

III

6. Seorang pemain akrobat dapat berjalan di atas tali dengan mem-


bawa sebuah tongkat panjang. Apakah tujuan penggunaan tongkat
panjang tersebut?

T elaah Istilah
Inersia Kecenderungan suatu benda untuk memper- Keseimbangan netral Keadaan dari sebuah benda,
tahankan keadaan diam jika diberi gangguan sedikit maka benda tetap
pada posisi yang baru
Keseimbangan Keadaan seimbang diantara
pengaruh-pengaruh gaya-gaya berlawanan Momentum linier Hasil kali massa suatu benda
dengan kecepatan sesaatnya
Keseimbangan stabil Keadaan sebuah benda jika
diberi gangguan sedikit akan kembali ketempat Momentum sudut Hasil kali momen inersia dengan
semula kecepatan sudutnya

Keseimbangan labil Keadaan suatu benda, jika di- Partikel Bagian kecil suatu materi / benda
beri gangguan maka benda akan berubah kedudu-
kannya

188 Fisika Kelas XI


Ek =EK translasi +EKrotasi


 dL
τ=
dt

 
∑ Fx = 0, ∑ Fy = 0


∑τ =0

I= ∑m r
i
i i
2
=m1r1 +m2r2 +m3r3 +...+mnrn

τ = Iα
Ulangan Harian

A Pilihlah jawaban yang paling tepat. 4. Sebuah benda berbentuk persegi panjang
mempunyai panjang 6 m dan lebar 4 m.
Pada benda bekerja gaya F1 = 40 N, F2 =
1. Faktor-faktor di bawah ini memengaruhi 15 N, F3 = 25 N, F4 = 20 N, F5 = 40 N, dan
gerak rotasi. F6 = 30 N seperti gambar. Besar momen
(1) letak sumbu rotasi gaya total terhadap poros melalui titik O
(2) kecepatan sudut adalah . . . .
(3) massa benda
(4) bentuk benda
Faktor yang mempengaruhi besarnya mo-
men gaya adalah . . . . O
a. (1) dan (3)
b. (2) dan (4)
c. (3) dan (4) a. 140 Nm
d. (2) dan (3) b. 145 Nm
e. (1) dan (4) c. 120 Nm
2. Benda bermassa 1 kg diikat dengan seutas d. 130 Nm
tali yang panjangnya 0,2 m. Kemudian, e. 135 Nm
benda diputar vertikal dengan kecepatan 5. Sebuah roda mempunyai momen inersia 15
sudut tetap. Ketika benda berada dititik 2
kg m . Roda tersebut berputar pada sumbu-
terendah, tali mengalami tegangan sebesar nya dengan percepatan sudut 3 rad/s. Besar
15 N. Jika g = 10 m/s2, maka kecepatan momen gaya yang memutar roda adalah . . . .
sudutnya adalah … rad/s. a. 5 Nm
a. 6 b. 18 Nm
b. 5 c. 12 Nm
c. 4 d. 9 Nm
d. 3 e. 45 Nm
e. 2
6. Sebuah bola pejal dengan jari-jari 10 cm
3. Percepatan sudut sebuah roda diberikan dan massa 5 kg berotasi dengan sumbu
oleh persamaan a = 20 t. Jika kecepatan sebagai porosnya. Bola mula-mula dalam
sudut awal adalah 10 rad, persamaan ke- keadaan diam. Kemudian bola mengalami
cepatan sudutnya adalah . . . . 2
percepatan sudut 0,2 rad/s . Besar momen-
2
a. ω = 10 t + 10 t tum sudut bola pada detik ke 10 adalah . . . .
2
b. ω = 20 t + 10 t a.
-2 2
2 × 10 kg m rad s
-1

3 × 10 kg m rad s-1
2 -1 2
c. ω = 10 t + 10 b.
d.
2
ω = 20 t + 10 c. 4 × 10-1 kg m2 rad s-1
2 d. 5 × 10-2 kg m2 rad s-1
e. ω = 20 t + 10 t
e. 6 × 10-1 kg m2 rad s-1

190 Fisika Kelas XI


7. Sebuah kelereng dengan berat 0,2 N dan 11. Perhatikan gam- y
6 cm
berjejari 0,5 cm bergerak pada kelajuan 1,5 bar di samping.
m/s sambil berputar. Total energi kinetiknya Letak titik berat 8 cm

adalah . . . . sistem benda ter-


-6
a. 9 × 10 J terhadap pusat
b. 8,25 × 10-6 J koordinat adalah 2,5 cm 3 cm 2,5 cm
-6
c. 6,25 × 10 J ….
d. 5 × 10-5 J a. (2,5) 0 x
-5
e. 4,5 × 10 J b. (4,4)
c. (4 ; 4,7)
8. Silinder homogen mempunyai jari-jari r d. (4 ; 4,9)
yang berada di puncak bidang miring, ke- e. (4,9 ; 4)
mudian menggelinding. Kelajuan saat tiba
di dasar bidang miring adalah . . . . 12. Benda pada gam-
300 600
1 bar disamping
a. 2 gh d. gh mempunyai be- T2 T1
2
rat 500 N di-
4 500 N
b. gh e. gantung pada
gh
3 keadaan diam.
3 Tegangan tali T1 dan T2 adalah . . . .
c. gh
4 a. 300 2 N dan 350 N
9. Benda yang mula-mula dalam keadaan b. 250 3 N dan 250 N
diam, resultan gaya pada benda sama de- c. 250 N dan 150 N
ngan nol, dan resultan torsi sama dengan d. 150 N dan 150 3 N
nol. Keadaan ini disebut keseimbangan. . . . e. 3 N dan 3 N
a. keseimbangan netral 13. Sebuah tangga de-
b. keseimbangan statis ngan berat 150 N 3m
c. keseimbangan stabil bersandar pada tem-
d. keseimbangan labil bok licin dan ber- 4m
e. keseimbangan mantap tumpu pada lantai.
10. Perhatikan gam- y
Amir dengan berat
450 N berdiri pada 60o
bar di samping. 3 w1
Jika w1 = 30 N, tangga (lihat gam-
w2 = 40 N, w3 = 2
w2 bar). Jika sistem seimbang, maka besar
25 N, titik berat gaya yang bekerja pada tembok adalah
w3
dari gambar terse- 1 ....
but berapa pada a. 1.010,5 N
koordinat . . . . 1,5 2 2,5 x b. 1.210 N
a. (1,7 ; 1,8) c. 1.081,5 N
b. (1,8 ; 1,6) d. 1.135,7 N
c. (1,6 ; 1,8) e. 1.081,6 N
d. (1,8 ; 1,7)
e. (1,7 ; 1,6)

Momentum Sudut dan Keseimbangan Benda Tegar 191


14. Pada gambar sistem 5. Sebuah silinder pejal menggelinding dari ke-
katrol di samping, B
adaan diam menuruni suatu bidang miring
C
berat benda A dan A dari ketinggian 2 m. Hitunglah kelajuan
E masing-masing E D linear silinder ketika tiba di dasar bidang?
30o
100 N dan 10 N.
Tali AC horisontal 6. Katrol dengan massa 5 kg
dan tali AB sejajar bidang. Jika bidang mi- dan jari-jari 15 cm dililiti r = 15 cm

ring dan katrol licin, maka sistem seimbang seutas tali. Pada ujung- 5 kg

untuk berat D sebesar . . . . ujung tali terikat benda


a. 50,5 N yang massanya 2 kg dan 3
b. 58,5 N kg, perhatikan gambar di 2 kg
c. 62,5 N samping. Tentukan per-
d. 72,5 N cepatan masing-masing 3 kg

e. 81,5 N benda.

15. Silinder pejal homogen dengan jejari r dan 7. Dua bola pejal identik menuruni bidang
tinggi 2r, dilubangi bagian atasnya. Lubang miring pada waktu yang bersamaan. Bola
tersebut berbentuk kerucut dengan jejari pertama meluncur (bertranslasi) dan bola
alas r dan tinggi r. Letak titik berat siliner yang kedua menggelinding. Manakah yang
ini dari bidang alasnya adalah. . . . lebih dahulu tiba di kaki bidang miring?
a. 0,35 r Jelaskan kaitannya dengan Hukum Kekekal-
b. 0,45 r an Energi.
c. 0,85 r 8. Perhatikan gambar di bawah ini. P, Q, R dan
d. 0,95 r S adalah kelereng dengan massa masing-
e. 1,5 r masing adalah 20 gr, 25 gr, 10 gr dan 15
gr. Keempat kelereng diletakkan pada se-
B Jawablah pertanyaan berikut dengan benar. batang kayu yang panjangnya 3 m, dengan
kedudukan AB = 20 dm, BC = 10 dm dan
CD = 5 dm. Tentukanlah letak titik berat
1. Kecepatan putar sebuah roda bertambah sistem tersebut.
secara tetap dari 2 rad/s menjadi 7 rad/s 3,5 m
dalam waktu 0,9 s. Jika diameter roda 90 P Q R S
mm, tentukanlah percepatan total yang di- A B C D
alami poros?
20 dm 10 dm 5 dm
2. Mengapa benda yang bergerak melingkar
beraturan tidak mengalami percepatan 9. Sebuah silinder berongga
10 cm
tangensial tetapi hanya mengalami perce- mempunyai jari-jari 10
patan sentripetal? cm dan tinggi 25 cm. Di
atas silinder ditempatkan 25 cm
3. Sebuah benda mengalami momen inersia
-4 2 setengah bola pejal de-
sebesar 4,5 × 10 kg m dan kecepatan
ngan jari-jari 10 cm. Ten-
sudut 15 rad/s. Agar benda berhenti dalam
tukanlah letak titik berat
waktu 3 sekon, berapa besar torsi yang harus
sistem?
dikerjakan benda?
4. Berikan dan jelaskan contoh penerapan hu- 10. Jelaskan perbedaan jenis-jenis keseimbang-
kum kekekalan momentum sudut. an. Berikan minimal 3 contoh untuk setiap
jenis keseimbangan.

192 Fisika Kelas XI


Di bab ini kita akan mempelajari sifat-sifat fluida, baik ketika diam

Kata
Kunci
(fluida statis) maupun ketika bergerak (fluida dinamis). Dengan mempe-
lajari bab ini, kalian diharapkan mampu memformulasikan hukum dasar
fluida statis dan fluida dinamis. Bukan hanya memformulasikannya, tetapi
kalian juga dituntut agar mampu menerapkannya dalam kehidupan se-
• Fluida statis hari-hari.
• Tekanan hidrostatis Ketika membahas fluida statis, kita akan mengenal beberapa konsep
• Hukum Archimedes yang saling berkaitan, yaitu tekanan hidrostatis, Hukum Archimedes,
• Hukum Pascall
Hukum Pascall, tegangan permukaan, kapilaritas, dan kekentalan zat
• Fluida dinamis
cair. Dengan melakukan percobaan sederhana, kalian diharapkan mampu
menerapkan konsep-konsep tersebut dalam kehidupan sehari-hari. Setelah
• Hukum Kontinuitas
itu, pada bahasan fluida dinamis, kalian akan berkenalan dengan konsep
• Asas Bernoulli
fluida ideal, Hukum Kontinuitas, dan Asas Bernoulli. Setelah mempelajari
konsep tersebut, kalian diharapkan mampu membuat alat peraga untuk
menunjukkan Asas Bernoulli.

A Fluida Statis

Telah kita ketahui bersama bahwa benda di sekitar kita terbagi


menjadi 3 macam, yaitu: benda padat, benda cair, dan gas. Benda padat
mempunyai ciri khas yakni bentuknya yang sulit berubah. Sementara itu,
benda cair dan gas mudah berubah dan mengalir. Karenanya, zat cair dan
gas dinamakan zat alir atau fluida.
Perlu kita ketahui bahwa fluida terbagi menjadi dua jenis, fluida tak
bergerak (fluida statis) dan fluida bergerak (fluida dinamis). Di subbab
ini, kita akan membahas fluida statis terlebih dahulu. Sementara fluida
dinamis akan kita bahas kemudian.
Baiklah untuk mengenal konsep fluida statis yang sangat dekat den-
gan kehidupan kita, coba kalian diskusikan beberapa pertanyaan pada
Eureka berikut.

E ureka
Berdiskusilah dengan teman sebangku kalian untuk mencari jawaban per-
tanyaan-pertanyaan berikut.
1. Ketika kita menempatkan 100 ml air pada gelas, kemudian dipin-
dahkan ke dalam botol, atau tempat lainnya, bagaimanakah
volume air tersebut? Bagaimana pula dengan bentuknya?
2. Menurut kalian, manakah yang lebih berat, besi 1 kg ataukah kayu
1 kg? Manakah pula yang lebih berat, besi ataukah kayu dengan
volume yang sama?
3. Menurut kalian, bagaimanakah kapal dapat terapung di permu-
kaan air? Mengapakah benda dapat mengapung, melayang, atau
tenggelam? Faktor apakah yang memengaruhinya?
4. Ada beberapa jenis hewan yang dapat berdiri atau berjalan di
permukaan air. Apakah yang menyebabkan hewan ini dapat ber-
jalan di permukaan air?

194 Fisika Kelas XI


5. Pada saat menyelam, kalian akan merasakan telinga bertambah
sakit ketika kedalaman semakin bertambah. Menunjukkan apakah
hal ini?
Konsultasikan hasil diskusi kalian kepada guru.

Beberapa peristiwa yang tertulis pada Eureka tersebut hanyalah seba-


gian kecil peristiwa yang berkaitan dengan fluida statis. Dari hasil diskusi,
kalian telah mengenal salah satu sifat benda cair, yaitu bentuknya yang
dapat berubah-ubah sesuai dengan tempatnya, walaupun volumenya
tetap.
Seperti telah dijelaskan sebelumnya, dalam subbab Fluida Statis, kita
Mozaik
akan membahas beberapa konsep, antara lain massa jenis zat, tekanan Massa jenis dari beberapa
hidrostatis, Hukum Pascal, Hukum Archimedes, tegangan permukaan, zat dapat kalian lihat pada
tabel 6.1 berikut.
kapilaritas, dan viskositas. Mari kita simak uraiannya bersama-sama.
Tabel 6.1 Massa jenis
beberapa zat
1. Massa Jenis Zat
Zat ρ (kg/m3)
Besi dan kayu dengan massa sama tentunya mempunyai berat yang 3
Aluminium 2,7 · 10
sama, karena berat tidak tergantung pada jenis benda. Akan tetapi, pada
Besi dan Baja 7,8 · 103
volume yang sama, besi lebih berat daripada kayu. Perbedaan ini disebab-
Tembaga 8,9 · 103
kan karena massa jenis besi lebih besar daripada massa jenis kayu.
Timah 1,13 · 104
Massa jenis (density) didefinisikan sebagai massa per satuan volume.
1,93 · 104
Massa jenis disimbolkan dengan ρ (rho) dengan satuan kg/m3. Massa Emas
Kayu (3 - 9) · 102
jenis suatu benda dapat dihitung dengan persamaan: o
Air (4 C) 1,025 · 103
m 6,8 · 102
ρ= Air laut
V Bensin 6,8 · 102
Udara 1,29
Keterangan:
3 Gas CO2 1,98
ρ = massa jenis zat (kg/m )
Uap air 0,598
m = massa benda (kg) o
(100 C)
V = volume benda (m3)
Giancolli, 2001, hlm. 325

Konsep massa jenis dapat digunakan untuk menjelaskan penyebab


benda dapat mengapung, melayang, atau tenggelam. Suatu benda dapat
mengapung jika massa jenisnya jauh lebih kecil daripada air. Inilah yang
menyebabkan kapal laut dapat mengapung di atas permukaan air. Walau-
pun kapal terbuat dari logam yang massa jenisnya lebih besar daripada air,
akan tetapi di dalam kapal terdapat ruangan kosong. Ruangan ini akan
memperbesar volume kapal yang mengakibatkan massa jenis kapal men-
jadi lebih kecil daripada massa jenis air.
Sementara itu, benda dapat melayang karena massa jenisnya hampir
sama dengan massa jenis air. Kemudian, jika massa jenis benda jauh lebih
Gambar 6.1 Benda mengapung
besar daripada massa jenis air, benda akan tenggelam. Untuk keterangan jika ρbenda ρair . Benda melayang
lebih jauh akan kalian dapatkan ketika membahas Hukum Archimedes. jika ρbenda = ρair . Benda tengge-
lam apabila ρbenda ρair .

Fluida 195
2. Tekanan Hidrostatis
Mozaik Ketika kita memberikan gaya pada suatu benda, berarti memberi
Penjelajah Kolam
tekanan pada benda tersebut. Besar tekanan yang dirasakan benda seban-
ding dengan besar gaya yang diberikan dan berbanding terbalik dengan luas
Apa yang membuat burung
di bawah tidak tenggelam? permukaan benda yang mendapatkan gaya tersebut. Sebagai contoh, ketika
Ternyata, dengan pintarnya kita berdiri dengan satu kaki, tanah akan mendapatkan gaya sebesar berat
burung tersebut memekar- tubuh kita. Ketika kita berbaring di atas tanah, tanah juga akan mendapat-
kan jari-jari panjangnya
supaya tekanan pada daun
kan gaya sebesar berat tubuh kita. Akan tetapi, tekanan yang diterima
berkurang. Akibatnya, saat tanah ketika kita berdiri lebih besar daripada ketika kita tidur, walaupun
berjalan dari satu daun gaya yang bekerja sama besar. Ini disebabkan karena luas permukaan tanah
tumbuhan air ke daun lain-
nya tidak tenggelam.
yang terkena gaya berbeda.
Besar tekanan yang diberikan oleh sebuah gaya dapat dihitung
dengan persamaan:
F
P=
A
Keterangan:
P = tekanan pada benda (N/m2 atau Pa)
www.honolulumagazine.com
F = gaya yang diberikan pada benda (N)
A = luas penampang bidang tekan (m2)

Konsep tekanan ini sangat berguna sekali saat kita membahas fluida.
Sebuah benda yang berada di dalam air akan mendapatkan tekanan dari
zat cair. Zat cair atau fluida yang diam memberikan tekanan sama besar
ke semua arah. Perhatikan gambar 6.2. Pada gambar tersebut, kita mem-
Gambar 6.2 Besar tekanan
bayangkan sebuah kubus kecil berada pada kedalaman tertentu dalam
fluida ke semua arah selalu suatu fluida. Kubus ini mendapatkan tekanan yang besarnya sama dari
sama.
segala arah. Apabila besar tekanan tidak sama, maka kubus akan bergerak.
Tekanan yang dirasakan kubus atau benda ini disebut tekanan hidro-
statika. Jadi:
F F Tekanan hidrostatika adalah tekanan yang diberikan fluida yang diam
F
pada kedalaman tertentu.
Sifat lain dari tekanan fluida adalah selalu diberikan tegak lurus bi-
dang. Misalnya, tekanan pada dinding bejana selalu tegak lurus dinding.
Gambar 6. 3 Tekanan yang di-
berikan fluida selalu tegak lurus Perhatikan Gambar 6.3. Jika ada komponen gaya yang sejajar permukaan
permukaan. dinding, maka fluida akan bergerak. Ini berarti sifat fluida statis tidak ber-
laku.
A
Besarnya tekanan hidrostatika pada kedalaman tertentu tergantung
pada kedalaman, massa jenis, dan luas permukaan. Kita ambil contoh cairan
dengan massa m yang dimasukkan pada gelas beker yang mempunyai luas
h
alas A dengan ketinggian h. Ini berarti, berat air yang menekan dasar gelas
adalah mg. Jadi, tekanan di dasar gelas akibat zat cair tersebut adalah:
F
K Ph =
Gambar 6.4 Tekanan hidro-
A
statika pada dasar gelas mg
ukur. Ph =
A
196 Fisika Kelas XI
m
ρ=
V
Hukum Utama Hidrostatika menyatakan bahwa semua titik yang
terletak pada kedalaman yang sama dan dalam fluida yang sama, besar
tekanan hidrostatikanya sama besar.
Apabila kita memasukkan berbagai jenis zat cair yang berbeda pada
satu bejana, akan tetap mempunyai tekanan hidrostatika di dasar bejana.
Bagaimana kita mengetahuinya? Ternyata, tekanan hidrostatika yang ter-
jadi pada dasar bejana merupakan total penjumlahan tekanan hidrostatika
pada masing-masing zat cair tersebut. Karena itu, kita dapat memperoleh
persamaan berikut.
n
Ph = ∑ ρi ghi = ρ1 gh1 + ρ2 gh2 + ... + ρn ghn
i =1

Gambar 6.6 menunjukkan sebuah tabung yang saling berhubung-


an atau biasa disebut bejana berhubungan. Bejana ini diisi fluida yang
berbeda jenis atau massa jenisnya berbeda. Kedua jenis fluida ini tidak
ρ1
hA hB akan bercampur, sehingga tinggi permukaannya berbeda. Melalui hukum
A ρ2 B
utama hidrostatika, kita dapat mencari tekanan hidrostatika yang sama
pada tabung tersebut. Kita dapat menentukan tekanannya di titik yang
Gambar 6.6 Tekanan hidro-
statika pada fluida yang terletak pada kedalaman sama. Misalnya, titik A dan B yang terletak pada
berbeda jenis. perbatasan dua fluida yang tidak bercampur. Maka, kita akan memperoleh
persamaan berikut.
Keterangan:
PhA = PhB 3
ρΑ = massa jenis fluida A (kg/m )
3
ρ A ghA = ρB ghB ρΒ = massa jenis fluida B (kg/m )
hA = ketinggian fluida A dari permukaan (m)
ρ A hA = ρB hB
hB = ketinggian fluida B dari permukaan (m)

Nah, sekarang tentunya kalian ingin mengetahui cara menggunakan


persamaan-persamaan yang telah dipelajari. Coba kalian perhatikan
contoh di bawah ini.

Contoh
1. Air di dalam sebuah tabung tingginya 30 Penyelesaian:
cm. Apabila massa jenis air 1.000 kg/m3 Diketahui:
dan percepatan gravitasi di tempat itu 10 h = 30 cm = 0,3 m
m/s2, tentukan: ρ = 1.000 kg/m3
a. besar tekanan hidrostatika di dasar g = 10 m/s2
tabung, jika tekanan udara luar Ditanyakan:
diabaikan, a. Ph
b. tinggi air raksa yang setara dengan b. h air raksa, dengan ρ = 13,6 × 103
tekanan hidrostatika soal (a), apabila kg/m3
massa jenis air raksa 13,6 × 103 kg/ Jawab:
3
m. a. Tekanan hidrostatika di dasar
tabung di cari dari persamaan:

198 Fisika Kelas XI


P0
3. Alat Ukur Tekanan
Tahukah kalian, alat apa yang digunakan untuk mengukur tekanan?
h
(tekanan
Alat untuk mengukur tekanan atmosfir atau tekanan luar disebut baro-
yang diukur) meter. Contohnya, barometer aneroid. Sementara itu, untuk mengukur
tekanan ruangan tertutup digunakan alat yang disebut manometer.
(a) Sebagai contoh manometer tabung terbuka dan pengukur tekanan ban.
Perhatikan Gambar 6.7. Alat-alat tersebut biasanya mengggunakan air
ruang raksa, air, atau alkohol.
fleksibel
Selanjutnya, bagaimanakah cara menghitung tekanan menggunakan
alat ukur tersebut? Ada beberapa persamaan yang dapat kita gunakan
(b)
untuk mengukur tekanan. Saat kita mengukur tekanan dengan menggu-
pembacaan
skala
nakan manometer tabung terbuka yang fluidanya berupa air raksa dan air,
tekanan
atmosfir kita dapat menggunakan persamaan berikut.
pegas
P = P0 + ρ gh

Kemudian, untuk mengukur tekanan udara luar atau tekanan atmos-


tekanan fer, kita dapat menggunakan barometer dengan persamaan berikut.
udara
pada ban (c) (d)
PA = ρ gh
Gambar 6.7 Pengukur tekanan;
(a) manometer tabung ter-
buka, Agar pemahaman kalian lebih lengkap, di bawah ini akan ditunjuk-
(b) pengukur arenoid,
(c) pengukur tekanan ban, kan beberapa penggunaan persamaan di atas. Coba kalian perhatikan
(d) barometer ruang ter- contoh berikut.
buka.

Contoh
Apabila tekanan di permukaan fluida pada Ditanyakan: P
manomater tabung terbuka sebesar 1 atm dan Jawab:
ketinggian air raksa 10 cm, tentukan besar Untuk mencari tekanan ruangan pada
tekanan ruangan pada manometer tersebut. manometer, gunakan persamaan:
4 3
Dengan, ρraksa = 1,36 × 10 kg/m dan P = P0 + ρ gh
g = 9,8 m/s2 = 1,01 × 105 + (1,3 × 104 9,8 0,1)
Penyelesaian: = 1,01 × 105 + 0,13 × 105
Diketahui:
= 1,14 ×105 Pa
P0 = 1 atm = 101 kPa = 101 × 103 Pa = 1,14 atm
h = 10 cm = 0,1 m
Jadi, tekanan di ruangan tersebut adalah 1,13
ρraksa = 1,36 × 104 kg/m3 atm.

200 Fisika Kelas XI


Untuk mengetahui tingkat pemahaman kalian, kerjakan soal-soal
pada Uji Kompetensi berikut.

Uji Kompetensi
1. Jumlah luas dua telapak kaki Haris 550 cm2. Jika berat badan Haris
60 kg, dan percepatan gravitasi 9,8 m/s2, berapakah tekanan pada
lantai yang diberikan Haris saat berdiri dengan satu kaki?

2. Sebuah meja yang mempunyai 4 kaki memberikan tekanan pada


lantai sebesar 10 N/m2. Apabila massa meja sebesar 50 kg dan
percepatan gravitasi di daerah itu 9,8 m/s2, berapa luas permukaan
setiap kaki meja?

3. Sebuah kapal selam berada di kedalaman 4.081,6 meter. Anggaplah


3
massa jenis air laut uniform yakni sebesar 1,25 kg/m . Bila tekanan
permukaan air laut 10 Pa dan percepatan gravitasi sebesar 9,8 m/s2,
5

berapakah tekanan air laut (tekanan hidrostatis) pada kedalaman


tersebut? Berapa pula tekanan total yang diterima kapal selam?

4. Pada kegiatan eksplorasi laut, seorang ilmuwan menyelam sampai


kedalaman 6 meter. Apabila massa jenis air laut uniform sebesar 1,2
103 g/cm3, tekanan permukaan air laut 105 Pa, dan percepatan gravi-
tasi sebesar 9,8 m/s2, berapa tekanan hidrostatis air laut? Berapa pula
tekanan total yang diterima ilmuwan tersebut?

5. Alat ukur tekanan pada kapal selam yang berada pada kedalaman
400 m mendeteksi tekanan hidrostatis sebesar 4,67 104 Pa dan
5
tekanan yang diterima kapal selam sebesar 1,48 10 Pa. Berapa
massa jenis air laut jika percepatan gravitasinya sebesar 9,8 m/s2?
Berapa atm tekanan pada permukaannya?

Hukum-hukum Dasar Fluida Statis


B
dan Penerapannya

Di SMP/MTs kelas VII, kalian sebenarnya sudah mempelajari dan


membuktikan hukum-hukum dasar fluida statik. Hukum dasar fluida
statik yang dimaksud meliputi Hukum Pascal dan Hukum Archimedes.
Bagaimana penjelasan dari hukum-hukum tersebut? Mari kita ulas kem-
bali pada materi di bawah ini. F1

A2
1. Hukum Pascal A1
Di depan, kita telah mempelajari konsep tekanan hidrostatika dan F2

pengaruh tekanan udara luar. Tekanan yang diberikan fluida ini selalu
tegak lurus dengan permukaan dinding. Ketika kita menambahkan tekan-
Gambar 6.8 Penambahan
an ke dalam fluida, maka tekanan fluida akan bertambah secara merata di tekanan pada A1 akan menam-
setiap bagian fluida. Inilah salah satu hal yang mendasari Hukum Pascal. bah tekanan di seluruh fluida
dengan besar yang sama.

Fluida 201
Kita ambil contoh bejana berhubungan berbentuk U yang masing-
Mozaik masing permukaan dilengkapi dengan piston. Perhatikan Gambar 6.11.
Ketika tekanan ditambahkan pada fluida dengan cara menekan piston
pertama (piston 1 dengan luas permukaan A1) maka tekanan ini akan
diteruskan ke segala arah dengan besar yang sama.
Hal inilah yang pertama kali ditemukan oleh ilmuwan Perancis,
Blaise Pascal (1623-1662).
Ia menyatakan bahwa tekanan yang diberikan pada suatu fluida
dalam ruang tertutup akan diteruskan ke segala arah dengan sama besar.
Pernyataan ini dikenal dengan Hukum Pascal.
www.philothek.de Perhatikan kembali Gambar 6.8. Jika gaya F1 diberikan pada piston
Blaise Pascal (1623-1662) A1, maka tekanan fluida akan bertambah. Akibatnya, piston kedua (A2)
adalah ahli fisika yang akan mendapatkan tekanan yang sama dengan tekanan yang diberikan
berasal dari Prancis. Selain
pada A1. Jadi, pada kedua piston berlaku persamaan:
penemu Hukum Pascal,
Ia juga dikenal sebagai
bapak probabilitas, ahli P1 = P2
matematika, filsafat, sas-
F1 F2
trawan, dan biarawan.
=
Ketika berumur 12 tahun, A1 A2
ia sudah dapat menguasai
dalil dan ajaran Euclides. A
Umur 16 tahun, ia menulis
F2 = 2 F1
A1
buku tentang kerucut. Ia
juga menciptakan kalkula-
tor pertama di dunia. Keterangan:
Setyawan, Lilik Hidayat, 2004, hlm. 125
F1 = gaya pada piston 1 (N)
F2 = gaya pada piston 2 (N)
2
A1 = luas piston 1 (m )
A2 = luas piston 2 (m2)

Skema pada Gambar 6.11 dan persamaan tersebut merupakan prin-


sip kerja dari pelbagai peralatan, misalnya pompa hidrolik, rem hidrolik,
dan dongkrak hidrolik.

a. Dongkrak Hidrolik atau Lift Hidrolik


Perhatikan Gambar 6.10. Gambar tersebut adalah gambar dongkrak
mobil hidrolik yang dapat digunakan untuk mengangkat mobil. Dong-
krak hidrolik bekerja berdasarkan Hukum Pascal. Bisakah kalian menjelas-
kan cara kerja dongkrak mobil tersebut?
Ketika menggunakan dongkrak mobil, hal pertama yang dilakukan
adalah memompa untuk memperbesar tekanan. Ketika tekanan udara di
dalam dongkrak meningkat, maka udara akan mendorong penyangga ke
atas, sehingga dapat mengangkat mobil. Inilah salah satu kelebihan Hu-
kum Pascal. Kita dapat mengangkat mobil yang berat hanya dengan alat
yang begitu kecil. Dongkrak mobil yang lebih besar biasanya digunakan
dok. PIM
dibengkel. Skema dongkrak ini sama dengan Gambar 6.9.
Gambar 6.9 Dongkrak mobil. Supaya pengetahuan kalian lengkap, perhatikan contoh berikut ini.

202 Fisika Kelas XI


Selain itu, gaya apung suatu benda akan sama dengan berat fluida yang dipindahkan
oleh benda tersebut. Archimedes, ahli matematika Yunani, adalah orang yang menemukan
kejadian tersebut, sehingga orang menamakannya Hukum Archimedes.

B. Tujuan Percobaan
Melalui eksperimen ini, kalian diharapkan mampu:
1. menemukan berat benda di fluida lebih kecil daripada berat benda di udara,
2. menemukan gaya apung ke atas sama dengan berat fluida yang dipindahkan,
3. membuktikan kebenaran Hukum Archimedes.

C. Alat dan Bahan


1. gelas beker besar
2. gelas ukur
3. neraca timbangan atau neraca pegas
4. air
5. beberapa balok kayu kecil dengan massa berbeda

D. Langkah Kerja
1. Isilah gelas beker besar dengan menggunakan air sampai penuh.
2. Letakkan gelas ukur di bawah moncong bibir dari gelas beker-
besar. Pastikan pula jika ada air yang tumpah dari gelas beker besar
dapat mengalir ke gelas ukur
3. Kemudian, ambillah satu balok kecil sebagai beban. Timbanglah
beban tersebut di udara dengan menggunakanneraca pegas. Catat
hasil yang kalian peroleh.
4. Masukkan beban yang masih terkait dengan neraca pegas
ke dalam gelas beker yang berisi air. Amati dan catat skala
yang ditunjukkan neraca pegas.
5. Amati dan ukurlah volume air yang tumpah/dipindahkan pada gelas ukur saat balok
masuk ke dalam gelas beker besar.
6. Ulangi langkah 3 sampai 5 untuk balok/beban yang berbeda-beda. Amati dan catat
hasilnya.

E. Pembahasan
1. Tulislah besaran-besaran yang kalian amati dan catat dalam tabel berikut. Kemudian,
hitung beberapa besaran yang ada. Perlu diketahui jika massa jenis air ρF = 1 kg/m
3

2
dan percepatan gravitasi (g) = 9,8 m/s .
No. wu (N) wa (N) V’ (m3) w1’ = wu - wa w2’ = ρF gV’ (N)

1.
2.
3.
dst.
Keterangan:
wu = berat balok di udara
wa = berat balok di air
w1’ = selisih berat balok di udara dan di air
w2’ = berat air yang dipindahkan ke dalam gelas ukur
V’ = volume air yang dipindahkan ke dalam gelas ukur = volume balok di dalam air
2. Bahaslah perbandingan selisih berat balok di udara dan berat balok di air (w1’) dengan
berat air yang dipindahkan ke dalam gelas ukur (w2’).
3. Apa yang memengaruhi gaya apung balok ketika di dalam gelas beker besar?
4. Buat kesimpulan dari eksperimen yang kalian lakukan ini. Laporkan di depan teman dan
guru kalian.

204 Fisika Kelas XI


Apa hasil yang kalian peroleh pada Eksperimen di atas? Apabila kalian
melakukannya dengan baik, kalian akan mendapatkan pengetahuan baru
yang menakjubkan. Kalian dapat membuktikan Hukum Archimedes. Per-
hatikan uraian berikut.
Dari hasil percobaan, kalian mendapatkan bahwa berat benda di
udara berbeda dengan berat benda di dalam fluida. Suatu benda yang
diukur beratnya di dalam fluida lebih ringan daripada ketika diukur di
udara. Ini disebabkan karena ketika di dalam fluida, benda mendapatkan
gaya ke atas, yang disebut gaya apung. Sementara, jika benda yang diukur
di udara hanya dipengaruhi oleh gaya gravitasi saja.
Hasil Eksperimen membuktikan bahwa, besarnya gaya apung meru- h1
F1
A
pakan selisih gaya yang disebabkan tekanan fluida dari bawah benda den- h2
gan tekanan fluida dari atas benda. Perhatikan Gambar 6.11. h = h2 - h1
Berdasarkan gambar tersebut, kita dapat merumuskan besarnya gaya
F2
apung sebagai berikut.
Fa = F2 − F1 Gambar 6.11 Di dalam fluida,
selain mendapatkan gaya
Fa = ρf gA (h2 − h1) gravitasi ke bawah, benda
Fa = ρf gAh juga mendapatkan gaya
apung ke atas.
Keterangan:
Fa = ρf gVb Fa = gaya apung (N)
ρf = massa jenis fluida (kg/m3)
Vb = volume benda di dalam fluida (m3)

Dari persamaan tersebut, Vb adalah volume benda, sedangkan


ρf adalah massa jenis fluida. Sementara itu, ρf gVb = mf g yang
tidak lain adalah berat fluida yang dipindahkan dengan volume
sama dengan volume benda. Dengan demikian, dapat diambil
kesimpulan bahwa:
Besarnya gaya apung yang bekerja pada benda yang dimasukkan ke
dalam fluida, sama dengan berat fluida yang dipindahkannya.
Inilah yang telah ditemukan Archimedes (287-212 SM). Hukum
tersebut kemudian disebut sebagai Hukum Archimedes.
Untuk mengetahui penerapan Hukum Archimedes, pahamilah
contoh di bawah ini.
Contoh
2
Sebuah batu dimasukkan ke dalam bejana g = 9,8 m/s
yang berisi penuh fluida. Jika fluida yang Ditanyakan: Fa
tumpah setelah batu dimasukkan sebesar 0,2 Jawab: Untuk mencari besar gaya apung yang
m3 dan massa jenis fluida 1,5 kg/m3 serta per- dialami batu, gunakan persamaan:
cepatan gravitasi bumi = 9,8 m/s2, berapakah
gaya apung yang dialami oleh batu? Fa = ρ g V
= 1,5 × 9,8 × 0,2
Penyelesaian: = 2,94 N
Diketahui:
ρ = 1,5 kg/m3 Jadi, gaya apung yang dialami batu adalah
V = 0,2 m3 2,94 N.
Fluida 205
Ada beberapa kejadian yang berkaitan dengan Hukum Archimedes.
Di depan telah disebutkan bahwa apabila benda dimasukkan ke dalam
sebuah fluida, maka ada tiga keadaan yang mungkin, yakni terapung,
melayang, atau tenggelam. Di depan kita telah membahas syarat sebuah
benda dapat mengapung, melayang, atau tenggelam. Nah, sekarang kita
akan meninjau syarat tersebut berdasarkan Hukum Archimedes.

a. Benda Tenggelam
Fa
Fa w Sebuah benda disebut tenggelam apabila seluruh bagian benda
berada pada dasar fluida. Keadaan ini terjadi karena berat benda lebih
besar daripada gaya apung fluida. Perhatikan Gambar 6.13.
Ketika berada di dasar fluida, selain mendapatkan gaya ke atas, benda
w juga mendapatkan gaya normal dari dasar wadah. Dengan menggunakan
Gambar 6.13 Benda tenggelam Hukum I Newton, kita mendapatkan persamaan:
FB + N = wb
ρf gVb + N = ρb gVb
Mozaik
N = gVb (ρb − ρf )

Berdasarkan persamaan tersebut, syarat benda agar tenggelam


adalah:
ρb ρf

www.inria.fr
Jadi, agar benda dapat tenggelam pada suatu fluida, maka massa jenis-
Archimedes (287-212 SM) nya harus lebih besar daripada massa jenis fluida.
adalah ilmuwan Yunani
yang tinggal di Syracuse, b. Benda Melayang
Sisilia. “Eureka” adalah
kata yang pertama muncul Sebuah benda dikatakan melayang bila posisi benda berada di
ketika ia dapat memecah- tengah-tengah fluida atau benda tidak berada di dasar atau permukaan
kan cara mengukur berat
kandungan emas yang
fluida. Perhatikan Gambar 6.13. Gambar tersebut memperlihatkan gaya-
terdapat dalam mahkota gaya yang bekerja pada benda yang melayang. Berdasarkan Hukum I
rajanya. Newton, kita mendapatkan persamaan:
Fa = wb
ρf gVb = ρb gVb

Fa ρf = ρb
Fa = w
Jadi, benda yang dimasukkan ke dalam fluida akan melayang apabila
massa jenis benda sama dengan massa jenis fluida.
w
Gambar 6.13 Benda melayang c. Benda Mengapung
Sebuah benda akan disebut mengapung jika seluruh atau sebagian
benda berada pada permukaan fluida. Perhatikan Gambar 6.14.

206 Fisika Kelas XI


Ketika sebuah benda terapung di permukaan fluida, maka ada bagian Fa

benda yang tercelup dan ada bagian yang di luar fluida. Kenyataan ini
memberikan konsekuensi volume fluida yang dipindahkan tidak sama
dengan volume benda. Volume fluida yang dipindahkan akan sama
Fa = w
dengan volume benda yang tercelup. w
Berdasarkan gambar tersebut, kita dapat menuliskan persamaan:

Fa = wb Keterangan: Gambar 6.14 Benda mengapung

ρ f gVc = ρb g Vb Vc = volume benda yang tercelup


Vb = volume total benda
ρb
Vc = Vb
ρf

Dari persamaan tersebut, agar benda terapung maka volume benda


yang tercelup lebih kecil daripada volume benda total. Ini memberikan
konsekuensi massa jenis benda lebih kecil daripada massa jenis fluida, atau
di tuliskan dalam bentuk
ρb ρf
Setyawan, Lilik H. 2004, hlm. 7

Demikianlah penerapan hukum Archimedes pada kejadian benda


mengapung, melayang, dan tenggelam. Untuk mengetahui penerapan
Hukum Archimedes dalam penyelesaian soal-soal, pelajarilah contoh berikut.

Contoh
1. Sebuah benda dimasukkan ke dalam = 14,4 cm3
gelas ukur yang berisi air hingga teng- Jadi, volume benda tersebut 14,4 cm3.
gelam. Ketinggian air semula adalah 10 2. Sebuah balok kayu berukuran 30 cm ×
cm. Setelah benda dimasukkan, keting-
30 cm × 200 cm mengapung di lautan
gian air menjadi 12 cm. Jika luas alas
dengan 50% volumenya tercelup dalam
gelas 7,2 cm2, tentukan volume benda
air. Jika massa jenis air laut 1,025 × 103
tersebut.
kg/m3, tentukan massa jenis kayu.
Penyelesaian:
Diketahui: Penyelesaian:
h1 = 10 cm Diketahui:
h2 = 12 cm Vb = 30 × 30 × 200 = 180.000 cm3
A = 7,2 cm2 = 0,18 m3
Ditanyakan: Vb Vc = 50% × 0,18
Jawab: = 0,09 m3
Untuk mencari volume benda, yang 3 3
harus diingat adalah volume benda ρf = 1,025 × 10 kg/m
sama dengan volume air yang dipindah Ditanyakan: ρb
kan. Jadi: Jawab:
Vb = A (h2 - h1) Untuk mencari massa jenis benda, kita
= 7,2 × (12 −10) dapat menggunakan persamaan:

Fluida 207
Lalu, bagaimana cara kapal laut mengapung? Saat akan mengapung,
air laut dalam rongga akan dipompa keluar dan digantikan dengan udara.
Akibatnya, udara akan menekan air laut keluar melewati katup bagian
Mozaik
Keistimewaan
bawah kapal. Dengan demikian, berat kapal selam akan lebih ringan,
Lumba-lumba
sehingga badan kapal dapat terapung. Apakah hal yang teris-
timewa dari lumba-lumba?
proses melayang/ proses
terapung menyelam tenggelam mengapung terapung Ternyata, lumba-lumba
menjadi inspirasi tersendiri
katub
terbuka bagi para insinyur kapal
udara katup udara selam Jerman.
keluar tertutup masuk
Para insinyur tersebut
meniru desain kulit lumba-
lumba untuk diterapkan
pada lapisan luar kapal
selam. Dengan lapisan
yang sama seperti lumba-
katub terbuka katub terbuka
air laut masuk air laut keluar lumba, kapal selam dapat
menaikkan kecepatan
hingga 250% dari kecepat-
Gambar 6.15 Mekanisme mengapung dan tenggelam pada kapal selam.
an asalnya.

3) Galangan Kapal
Tidak berbeda dengan prinsip kerja kapal selam, pada galangan ka-
pal juga berlaku Hukum Archimedes. Galangan kapal difungsikan untuk
memperbaiki kapal yang rusak atau membuat kapal baru. Dalam hal ini,
Microsoft Encarta Premium 2006
permukaan galangan kapal dibuat lebih luas sehingga volumenya lebih
besar daripada kapal yang akan diangkat.
Saat kapal akan dimasukkan, galangan kapal diisi dengan air laut
terlebih dahulu sehingga turun ke dalam laut. Setelah itu, kapal laut dapat
masuk. Setelah kapal masuk, air laut yang masuk di dalam galangan kapal
dipompa keluar. Dengan demikian, galangan kapal dapat naik kembali ke
permukaan dengan kapal ada di atasnya. Untuk selanjutnya, kapal dapat
diperbaiki. a) Saat dinding rangkap masih berisi air

4) Balon Udara
Telah kita ketahui jika udara juga termasuk fluida. Oleh karena itu,
hukum-hukum yang terjadi pada fluida dapat pula terjadi pada udara.
Dengan demikian, prinsip Archimedes dapat berlaku pula. Lalu, bagaima-
na kaitannya dengan balon udara? Balon udara biasanya diisi dengan gas
b) Saat dinding rangkap telah kosong
Helium (He) yang mempunyai massa jenis lebih kecil dibandingkan massa
jenis udara di sekeliling balon. Karenanya, gaya apung udara lebih besar Gambar 6.18 Mekanisme kerja
galangan kapal
daripada berat balon itu sendiri, sehingga balon udara dapat bergerak naik
saat dilepaskan.
5) Hidrometer
Hidrometer merupakan alat yang berfungsi untuk mengukur kerapat-
an zat cair atau massa jenis zat cair. Hidrometer ini terbuat dari tabung
kaca berskala yang ujung bawahnya dibebani butiran timbal.

Fluida 209
m
hbf =
A ρf
Sebagai tugas proyek kalian di semester ini, kerjakan Eureka berikut
bersama kelompok kalian.

E ureka
Kalian telah mempelajari Hukum Pascal dan Hukum Archimedes.
Tugas kalian sekarang adalah merancang suatu alat yang dapat di-
gunakan untuk membuktikan kebenaran Hukum Pascal dan Hukum
Archimedes. Buatlah rancangan kalian sedemikian rupa sehingga layak
disebut sebagai karya ilmiah. Kalian dapat menggunakan beberapa
bahan yang ada di sekitar kalian, sehingga tidak perlu membeli. Leng-
kapilah rancangan percobaan kalian dengan dasar teori yang kuat dan
kerangka berpikir yang rasional. Setelah alat kalian jadi, ambillah data
secukupnya untuk membuktikan bahwa alat kalian sudah sesuai dengan
Hukum Pascal dan Hukum Archimedes. Jangan lupa untuk selalu me-
ngonsultasikan setiap langkah yang ditempuh kepada guru kalian.
Kerjakan tugas ini selama kurang lebih tiga bulan. Kumpulkan hasil
rancangan beserta laporan data percobaan kalian kepada guru. Guru
akan menilai hasil atau produk kalian sebagai tugas proyek di semester
ini.

Kalian telah mempelajari penjelasan mengenai hukum dasar fluida


statis secara panjang lebar. Untuk menguji kompetensi yang kalian kuasai,
kerjakan soal-soal pada Uji Kompetensi berikut.

Uji Kompetensi
1. Sebuah dongkrak hidrolik terdiri dari dua buah tabung yang saling
berhubungan. Masing-masing tabung mempunyai sebuah peng-
hisap. Diameter penghisap tabung pertama sebesar 7 cm dan dia-
meter penghisap tabung kedua sebesar 42 cm. Bila sebuah mobil
berbobot 2,4 ton berada di atas tabung kedua, berapa gaya yang
diperlukan pada tabung pertama supaya mobil dapat terangkat?
(diketahui: g = 9,8 m/s1)

2. Sebuah dongkrak hidrolik terdiri dari dua buah tabung yang saling
berhubungan. Diameter tabung kedua dua kali lebih besar daripada
tabung pertama. Jika sebuah mobil yang mempunyai bobot 2 ton
berada di atas tabung kedua, berapa gaya yang diperlukan pada
tabung pertama supaya mobil dapat terangkat? (percepatan gravi-
tasi bumi (g) 9,8 m/s)

3. Sebuah tabung yang berdiameter 25 cm diisi dengan air. Kemudian,


sebuah balok besi dimasukkan ke dalam tabung tersebut hingga
tinggi airnya bertambah 2 cm. Hitunglah volume balok besi dan gaya
apung yang dialami balok.

4. Sebuah balok kayu dimasukkan ke dalam air. Bila balok kayu mem-
3 3
punyai massa jenis 0,7 gr/cm dan volumenya 12 cm , apakah balok
kayu tersebut mengapung, mengambang atau tenggelam? Berapa
volume kayu yang berada di dalam air?

Fluida 211
C Gejala Fluida Statis

Fluida statis atau fluida yang diam, ternyata juga mempunyai


gejala-gejala tertentu. Untuk mengenali gejala-gejala pada fluida statis, coba
kalian diskusikan beberapa peristiwa pada Eureka berikut.

E ureka
Diskusikan beberapa peristiwa yang sering kita temukan dalam kehidu-
pan sehari-hari berikut.
1. Ketika bermain balon sabun, kita dapat membuat lapisan tipis air
sabun pada alat peniupnya. Menunjukkan apakah kejadian ini?
2. Pada saat menggunakan kompor, minyak yang berada di bawah
dapat naik pada sumbu. Menurut kalian, bagaimanakah hal ini
terjadi?
3. Ketika kita memasukkan benda tertentu ke dalam air, mungkin
benda ini akan tenggelam. Akan tetapi, jika dimasukkan ke dalam
oli atau cairan yang lebih kental, benda belum tenggelam. Faktor
apakah yang menyebabkannya?

Konsultasikan hasil diskusi kalian kepada guru.

Beberapa peristiwa pada Eureka yang telah kalian diskusikan, meru-


pakan beberapa contoh gejala pada fluida statis. Gejala tersebut antara lain
tegangan permukaan, kapilaritas, dan kekentalan zat cair. Berikut akan
kita bahas satu per satu gejala tersebut.
1. Tegangan Permukaan
Banyak kejadian sehari-hari yang menunjukkan tegangan permukaan.
Nyamuk dapat berjalan di atas air merupakan salah satu contoh akibat
adanya tegangan permukaan zat cair. Sebelum kita membahas tegangan
permukaan lebih jauh, terlebih dahulu kita mendefinisikan pengertian
adhesi dan kohesi.
Adhesi adalah gaya tarik-menarik antara partikel-partikel yang
tidak sejenis. Sementara kohesi adalah gaya tarik-menarik antar partikel-
pertikel yang sejenis.
Contoh peristiwa adhesi adalah kapur tulis yang menempel di papan
tulis. Dalam kejadian ini, partikel pada papan tulis menarik partikel kapur
sehingga partikel kapur menempel di papan tulis. Contoh lainnya adalah
menempelnya debu pada kaca. Sementara contoh kohesi adalah tarik-
menarik antar partikel air atau partikel lainnya.
Seekor nyamuk atau benda-benda lain seperti silet, jarum yang me-
ngapung di atas permukaan air disebabkan permukaan zat cair (fluida) itu
seakan-akan berperilaku seperti membran yang teregang karena tegangan.
Tegangan ini bekerja sejajar dengan permukaan sehingga memunculkan
gaya tarik antar molekul (kohesi). Efek yang mempengaruhi kejadian ini
disebut tegangan permukaan.

212 Fisika Kelas XI


Tegangan permukaan didefinisikan sebagai gaya per satuan panjang A D

yang bekerja pada arah tegak lurus dengan permukaan zat cair.
Perhatikan Gambar 6.18. Dari gambar tersebut, besarnya tegangan
permukaan fluida dapat dicari dengan persamaan: F l

F Keterangan:
γ= γ = tegangan permukaan (N/m)
l F = gaya (N) B C

l = panjang permukaan (m) Gambar 6.18 Selaput suatu


fluida
Kemudian, apabila zat cair mempunyai dua permukaan yakni per-
mukaan atas dan bawah (2l), tegangan permukaannya dapat dicari dengan
persamaan berikut.
F
γ=
2l

Untuk memperluas permukaan selaput fluida, maka ruas OP digeser


dengan gaya sebesar F melawan gaya kohesi (Fk) fluida sepanjang x. Secara
matematis, usaha (W) untuk memperluas permukaan selaput fluida adalah
sebagai berikut.
W = gaya (F ) × jarak perpindahan (Δx)
= ( γ l ) Δx

W = γ ΔA ΔX

Gambar 6.19 Usaha yang


Oleh karena itu, berdasarkan persamaan sebelumnya, kita mem- dilakukan untuk memperluas
selaput suatu fluida
peroleh persamaan tegangan permukaan zat cair saat selaputnya diperluas
sebagai berikut.
W
γ=
ΔA

Keterangan:
γ = tegangan permukaan (N/m atau J/m2)
F = gaya tegangan permukaan (N)
l = panjang permukaan fluida (m)
W = usaha untuk memperluas permukaan zat cair (J)
Δx = perubahan panjang permukaan fluida (m)
ΔA = perubahan luas permukaan fluida (m2)
Salah satu contoh bahan yang dapat menurunkan tegangan permu-
kaan air adalah sabun dan deterjen. Zat-zat ini dinamakan dengan surfac-
tant. Sabun dan deterjen ini akan mempermudah penghilangan kotoran
pada serat-serat atau lekuk-lekuk kecil pada benda.
Untuk mempermudah pemahaman kalian, perhatikan contoh
berikut ini.

Fluida 213
Pada kejadian ini, pipa yang digunakan dinamakan pipa kapiler.
Oleh karena itu, gejala kapilaritas adalah gejala naik turunnya zat cair
dalam pipa kapiler. Perhatikan Gambar 6.20. Permukaan air dalam pipa
kapiler akan berbeda dengan permukaan air raksa.
Permukaan air dalam pipa kapiler berbentuk cem-
θ
bung, sedangkan permukaan air raksa berbentuk θ
cekung. Permukaan zat cair yang berbentuk cekung
raksa air
atau cembung disebut meniskus. Permukaan air
pada dinding kaca yang berbentuk cekung dise-
but meniskus cekung, sedangkan permukaan air (a) (b)

raksa yang berbentuk cembung disebut meniskus Gambar 6.20 (a) Permukaan air raksa pada pipa kapiler
berbentuk cembung, (b) Permukaan air pada pipa kapiler
cembung. berbentuk cekung.

Penyebab dari gejala kapiler adalah adanya adhesi dan kohesi. Pada
gejala kapilaritas pada air, air dalam pipa kapiler naik karena adhesi antara
partikel air dengan kaca lebih besar daripada kohesi antar partikel airnya.
Sebaliknya, pada gejala kapilaritas air raksa, adhesi air raksa dengan kaca
lebih kecil daripada kohesi antar partikel air raksa. Oleh karena itu, sudut
kontak antara air raksa dengan dinding kaca akan lebih besar daripada
sudut kontak air dengan dinding kaca.
Lalu, adakah cara untuk menentukan besarnya kenaikan atau penu-
runan permukaan zat cair dalam pipa kapiler? Kita dapat menghitungnya
dengan menggunakan persamaan berikut.

2γ cos θ
y=
ρ gr

Keterangan:
y = besar kenaikan atau penurunan zat cair dalam pipa kapiler (m)
γ = tegangan permukaan (N/m)
θ = sudut kontak
ρ = massa jenis zat cair (fluida) (kg/m3) F

g = percepatan gravitasi (m/s2) pipa


θ

r = jari-jari pipa kapiler (m) kapiler


pipa kapiler

Sudut kontak pada persamaan tersebut sudut kontak menunjukkan y θ

sudut yang terbentuk oleh dinding bejana dengan garis singgung permu-
y
kaan cairan. Perhatikan Gambar 6.21. Apabila sudut kontak lebih kecil θ
o o
atau sama dengan 90 (θ ≤ 90 ), maka permukaan cairan pada pipa kapiler air raksa
lebih tinggi daripada permukaan air pada bejana. Dengan kata lain, per-
mukaan cairan pada pipa kapiler akan naik. Sedangkan jika sudut kontak F
o o
lebih besar dari 90 (θ > 90 ), permukaan air pada pipa kapiler akan turun. Gambar 6.21 Hubungan sudut
kontak dengan permukaan air
Perhatikan contoh cara menghitung besar kenaikan atau penurunan pada pipa kapiler
zat cair pada contoh soal berikut.

Fluida 215

Fv

v

 
Av
Fv = η
h
Kita telah mempelajari gejala-gelaja pada fluida statis. Untuk menguji
kompetensi yang kalian miliki, kerjakan Uji Kompetensi berikut.

Uji Kompetensi
1. Sebuah pipa kapiler yang mempunyai diameter 2 mm, dimasukkan
ke dalam air. Jika besar γ = 1 N/m, tentukan kenaikan air jika sudut
kontaknya 60o?
2. Sebuah kawat yang berbentuk U diberi seutas kawat kecil AB yang
mempunyai massa 0,2 gr seperti pada gambar di samping ini. Kemu-
dian, kawat tersebut dicelupkan ke air sabun sehingga saat diangkat
terbentang lapisan sabun. Karena pengaruh tegangan permukaan
fluida, kawat kecil tersebut condong ke atas. Supaya tidak condong,
kawat kecil tersebut diberi beban. Jika panjang AB 10 cm dan te-
gangan permukaan lapisan sabun 0,025 N/m, hitunglah beban yang
diberikan supaya kawat kecil menjadi lurus atau seimbang.

A B

3. Bola besi berjari-jari 2 cm dimasukkan ke dalam tabung yang berisi


oli. Bila koefisien viskositas oli 3,0 × 10-2 Pa s dan kecepatan bola besi
0,3 m/s, tentukan gaya viskositasnya.

D Fluida Dinamis
Pada bab sebelumnya, kalian telah membahas bagian fluida yang tidak
bergerak atau fluida statis. Pelbagai pengetahuan telah kalian dapatkan.
Mulai dari pengertiannya, hukum-hukum yang berlaku, serta penerapan
fluida statis dalam keseharian. Nah, subbab ini akan membahas berbagai
pengertian yang berkaitan dengan fluida dinamis.

1. Fluida Ideal dan Fluida Sejati


Ada tiga syarat jika fluida ingin dikatakan sempurna atau ideal.
Pertama, fluida tersebut tidak kompresibel atau tidak terpengaruh oleh
tekanan. Artinya, jika fluida terkena tekanan, tidak terjadi perubahan
volume. Kedua, saat fluida sedang bergerak tidak mengalami gesekan
dengan zat di sekitarnya. Ketiga, fluida tersebut mengalir dengan kecepat-
an konstan atau alirannya stasioner.
Fluida yang sering kalian lihat di alam ini disebut fluida sejati. Flu-
ida sejati ini mempunyai sifat-sifat tertentu, antara lain bila mendapatkan
tekanan volumenya akan mengalami perubahan. Keadaan ini biasa disebut
kompresibel. Selain itu, saat mengalir fluida mengalami gesekan dengan
zat yang ada di sekitarnya. Misalnya, air yang mengalir di dalam tabung,
tentu akan mengalami gesekan dengan dinding tabung. Inilah salah satu
penyebab kecepatan fluida tidak konstan atau tidak stasioner. Jadi, ke-
simpulannya sifat fluida ini berkebalikan dengan fluida ideal.

218 Fisika Kelas XI


2. Pelbagai Jenis Aliran Fluida
Saat mengalir, ternyata fluida tersebut tidak kategorikan pada satu
jenis aliran saja. Akan tetapi, ada beberapa jenis aliran, yaitu: aliran (a)

stasioner, aliran lurus atau laminer, dan aliran turbulen. Kapan pelbagai
jenis aliran fluida ini dapat terjadi? Perhatikan Gambar 6.23.
Aliran stasioner terjadi apabila suatu fluida melalui garis alir (stream-
line) yang sama dengan garis alir fluida yang mengalir di depannya. Garis
alir merupakan lintasan yang ditempuh fluida saat bergerak. (b)
Kemudian, fluida akan mempunyai aliran lurus atau laminer, jika
Gambar 6.23 (a) Aliran
garis alir yang saling bersebelahan dilalui partikel fluida dengan mulus. Se- lurus atau laminer, (b) aliran
lain itu, garis alir ini juga tidak saling bersilangan, sehingga partikel fluida turbulen.

menuju arah yang sama.


Selanjutnya, fluida juga bisa mempunyai aliran turbulen. Biasanya
aliran inilah yang sering terjadi. Fluida akan mengalaminya bila garis alir
yang dilalui terdapat lingkaran-lingkaran yang tidak beraturan, bentuknya
kecil dan menyerupai pusaran.
Nah, itulah jenis-jenis aliran yang dapat terjadi pada fluida. Kalian pasti
sudah memahaminya. Baiklah, kita lanjutkan pada bahasan berikutnya.

3. Persamaan Kontinuitas
Sebelum membahas Persamaan Kontinuitas, ada baiknya terlebih
dahulu kita mengetahui definisi pengertian debit.
Debit aliran (Q) adalah besaran yang menunjukkan banyaknya
volume fluida yang melewati suatu penampang dalam waktu tertentu.
Debit aliran dapat dihitung dengan rumus:
V Keterangan:
Q= 3
Q = debit aliran (m /s)
t
V = volume fluida yang mengalir (m3)
t = selang waktu fluida mengalir (s)
Sementara itu, jika fluida mengalir pada suatu pipa, maka volume
A v
fluida yang mengalir merupakan perkalian luas penampang pipa dengan
jarak yang ditempuh selama t detik, perhatikan gambar 6.24. Jadi, dengan x
mensubstitusikan persamaan V = A x dan x = v t, kita mendapatkan rumus
untuk menghitung debit air sebagai berikut. Gambar 6.24 Fluida mengalir
dengan kecepatan v pada
Keterangan: suatu penampang dengan
Q = Av luas A.
A = luas penampang tempat fluida mengalir (m2)
v = laju aliran fluida (m/s) A1

Lalu, bagaimanakah dengan debit fluida yang mengalir melalui dua A2


V1 V2
ujung dengan luas penampang berbeda? Perhatikan Gambar 6.25. Sesuai
dengan kenyataan, ternyata debit fluida yang melalui penampang A1 sama
dengan debit yang melalui penampang A2. Untuk kejadian seperti pada
Gambar 6.25 Aliran fluida
Gambar 6.25, kita dapat menuliskan persamaan: dengan luas penampang
yang berbeda

Fluida 219
Q1 = Q2
A1 v1 = A2 v2
A1 v1
=
A2 v2
Kita dapat melakukan penurunan untuk mendapatkan persamaan Ber-
noulli. Bagaimana caranya? Pada saat fluida mengalir di titik 1, usaha yang
dilakukan oleh tekanan P1 pada pipa dengan luas penampang A1 adalah:
W1 = F1 Δl1
W1 = P1 A1 Δl1
Sementara, usaha yang dilakukan oleh tekanan P2 pada pipa dengan
luas penampang A2 adalah:
Mozaik W2 = −P2 A2 Δl2
Tanda negatif ini muncul karena gaya yang diberikan fluida melawan
arah gerak fluida. Usaha juga dilakukan oleh gaya gravitasi, yakni dari
titik 1 ke titik 2 adalah sebagai berikut.
Wg = −mg (h2 - h1)
Persamaan ini bertanda negatif karena arah gerakan fluida ke atas
melawan gaya gravitasi. Dengan demikian, kita akan memperoleh usaha
total W yang dilakukan fluida sebagai berikut.
www.mathematik.ch
Wtot = W1 + W2 + Wg
Daniel Bernoulli(1.700-
Wtot = P1 A1 Δl − P2 A2 l2 − mgh2 + mgh1
1.782), adalah orang Swiss,
Menurut hukum Kekekalan Energi, usaha yang dilakukan fluida
yang berasal dari keluarga
pakar matematika. Dia sama dengan perubahan energi kinetik benda, sehingga:
banyak membuat temuan-
temuan yang sangat pen-
W = ΔEk
ting dalam ilmu ukur ruang. 1 1
Selain itu, sumbangsih P1 A1 Δl − P2 A2 Δl 2 − mgh2 + mgh1 =
mv22 − mv12
cemerlang yang memelo- 2 2
pori penemuan pesawat m
yaitu tulisannya tentang Dengan mensubstitusikan A Δl = V = , kita mendapatkan per-
hidrodinamika. samaan: ρ
dari pelbagai sumber m m 1 1
P1 − P2 − mgh2 + mgh1 = mv22 − mv12
ρ ρ 2 2
Dengan mengalikan kedua ruas dengan faktor ρ , kita mendapatkan
persamaan: m
1 1
P1 − P2 − ρ gh2 + ρ gh1 = ρ v22 − ρ v12
2 2
Nah, persamaan di atas dapat kita ubah dalam bentuk:
P1 + ½ ρv12 + ρgh1 = P2 + ½ ρv22 + ρgh2

Persamaan tersebut adalah persamaan Bernoulli. Karena titik 1 dan


2 diambil sembarang pada penampang, maka persamaan tersebut dapat
dituliskan secara umum sebagai berikut.

2
P + ½ ρv + ρgh = tetap

222 Fisika Kelas XI


Keterangan:
P = tekanan (N/m2) g = percepatan gravitasi (m/s2)
ρ = massa jenis fluida (kg/m3) h = tinggi pipa pada tanah (m)
2
v = kecepatan aliran fluida (m/s )
Hukum Bernoulli hanya membahas tekanan fluida yang tidak
kompresibel, viskositasnya diabaikan, dan alirannya stasioner. Tekanan
di dalam fluida juga dipengaruhi oleh kecepatan fluida tersebut.
Kalian dapat memahami uraian materi dengan memerhatikan
contoh berikut.

Contoh
1. Δl2 2. Δl2
v2 = 3 m/s v2
Δl1 P2 Δl1 P2
A1 A2 A2
A1
Δh = 2 m
v1 = 5 m/s h2 v1 h2 = 10 cm
P1 P1
h1 h1 = 2 cm

Pada pipa dengan luas penampang serba Sebuah pipa silinder yang dialiri air
sama mengalir air dari bawah ke atas. Jika diletakkan mendatar. Perhatikan gam-
perbedaan ketinggian daerah alirannya bar. Kecepatan aliran air pada penampang
adalah 2 meter dan besarnya laju aliran air pertama yaitu 3 m/s. Sementara, pada
tampak seperti pada gambar, tentukanlah penampang kedua kecepatan alirannya 9
perbedaan tekanan air di dalam pipa se- m/s. Apabila tekanan pada penampang
hingga air dapat mengalir ke atas. pertama adalah 4.000 N/m2, hitung
Penyelesaian: tekanan di penampang kedua.
Diketahui: Penyelesaian:
ρ = 1×103 kg/m3 v2 = 3 m/s Diketahui:
v1 = 5 m/s Δh = 2 m v1 = 3 m/s
v2 = 6 m/s
Ditanyakan: P1 – P2
h1 = 2 cm = 0,02 m
Jawab: Untuk mencari selisih tekanan,
h2 = 10 cm = 0,1 m
kita dapat mempergunakan persamaan:
P1 = 4.000 N/m2
P1 – P2 = ½ ρv22 – ½ ρv12 + ρgh2 – ρgh1
Ditanyakan: P2
P1 – P2 = ½ρ (v22 – v12) + ρg (h2 – h1) Jawab:
3 3
Untuk mencari P2, gunakan persamaan:
P1 – P2 = ½ × (1 · 10 ) × (9 – 25) + (1 · 10 )
× 10 × 2 P1 + ½ ρv12 + ρgh1 = P2 + ½ ρv22 + ρgh2
= (– 8 × 103) + (20 × 103) 3 2 3
4.000 + ( ½ × (1×10 ) × 3 ) + (1× 10 ) × 9,8 ×
= 12 × 103 0,02) = P2 + (½ × (1· 103) × 62) + (1× 103) ×
= 1,2 × 104 9,8 × 0,1)
Jadi, perbedaan tekanan air di dalam 8.696 = P2 + 1.516
pipa adalah 1,2 × 104 N/m2. Tekanan di P2 = 7.180 N/m
2

bawah lebih besar daripada tekaanan di Jadi, tekanan luas penampang kedua
atas, sehingga air dapat naik. adalah 7.180 N/m2.

Fluida 223
5. Penerapan Hukum Dasar Fluida Dinamis dalam
Kehidupan Keseharian
Banyak sistem kerja suatu alat yang menggunakan prinsip hukum dasar
fluida dinamis. Terutama, yang berkaitan dengan persamaan kontinuitas dan
hukum/persamaan Bernoulli. Dapatkah kalian menyebutkan contohnya?
Berikut akan dibahas beberapa penerapan hukum dasar fluida dinamis.
a. Penerapan Persamaan Kontinuitas
Ada beberapa penerapan persamaan kontinuitas dalam keseharian
di sekitar kita. Misalnya, mekanisme aliran darah dalam sistem sirkulasi
manusia. Kita dapat mengukur perbedaaan kelajuan darah saat darah me-
ngalir dari jantung ke aorta, kemudian ke arteri-arteri utama. Selanjutnya,
ke arteri kecil dan diteruskan ke sejumlah pembuluh kapiler.
Selain itu, saluran pemanas ke ruangan juga menggunakan penerapan
persamaan kontinuitas. Kita dapat menentukan besarnya saluran pemanas
yang digunakan untuk menghangatkan ruangan dengan persamaan ini
jika laju udara dan volume ruangan diketahui.
b. Penerapan Hukum/Persamaan Bernoulli dalam Berbagai
Peralatan
Sayap mobil F1 yang mengadopsi prinsip kerja daya angkat pesawat
terbang merupakan salah satu penerapan Hukum Bernoulli. Selain itu, juga
pada prinsip kerja karburator mobil atau motor, teorema Toricelli, tabung
venturi, dan penyemprot nyamuk serta masih banyak yang lainnya.
Nah, kesemuanya bekerja berdasarkan perbedaan tekanan fluida.
Maksudnya, pada daerah aliran fluida rendah akan memberikan tekanan
yang lebih besar. Sementara, pada aliran fluida yang tinggi, tekanan pada
daerah tersebut akan menjadi lebih rendah. Supaya lebih jelas, kalian
dapat memerhatikan uraiannya sebagai berikut.
1) Teorema Toricelli
Bagaimana bentuk bak penampungan air di rumah kalian? Ketika
keran dibuka, air dapat keluar dengan kelajuan tertentu yang dapat di-
v2 = 0
hitung. Perhatikan Gambar 6.29.
y1 - y2
Anggaplah luas penampang bak penampungan jauh lebih besar
dibandingkan luas penampang keran. Ini berarti kecepatan air yang ter-
v1
dapat pada bak akan mendekati nol (v2 ≈ 0). Selanjutnya, karena per-
mukaan bak terbuka terhadap atmosfir, maka tekanan pada bak dan kran
Gambar 6.29 Teorama
Toricelli sama besar (P1 = P2). Dengan demikian, berdasarkan persamaan Bernoulli,
pernyataan di atas dapat kita tuliskan dalam bentuk persamaan berikut.
1 2
ρv1 + ρ gy1 = ρ gy2
2

atau

v1 = 2 g ( y2 − y1 )

224 Fisika Kelas XI


v1 = 2 gh

Persamaan inilah yang dinamakan teorema Torricelli. Penamaan


teorema ini didasarkan pada nama orang yang menemukannya yakni
Evangelista Torricelli, murid Galileo. Persamaan tersebut menunjukkan
jika air yang keluar dari keran mempunyai kelajuan yang sama seperti laju
benda yang jatuh bebas dengan ketinggian h. Untuk selanjutnya, laju air
yang keluar dari keran ini dinamakan laju efflux.
2) Efek Venturi
Saat fluida mengalir melalui sebuah pipa dengan penyempitan mirip
seperti kerongkongan, maka luas penampangnya menjadi kecil. Padahal
luas penampang pipa sebelumnya berukuran besar. Akibatnya, laju fluida
saat melalui pipa sempit akan semakin besar, sehingga tekanannya akan
menjadi kecil. Inilah yang dimaksud efek venturi.
Efek venturi menyatakan bahwa “apabila laju fluida bertambah, P1
P2
A1 v1 v2
tekanan fluidanya akan berkurang”. A2
Kalian dapat memerhatikan ilustrasinya pada Gambar 6.30.
Gambar 6.30 Tabung venturi
Karena kedua bagian pipa mempunyai ketinggian yang sama (y1 = y2),
maka persamaan Bernoulli bisa kita tuliskan dengan bentuk persamaan
berikut.

1 1
P1 + ρ v12 = P1 + ρ v2 2
2 2
atau
1
P + ρ v 2 = konstan
2

3) Daya Angkat Pesawat Terbang


F2 > P2 A
Mungkin kalian bertanya dalam hati, apakah yang membuat pesawat
v2 > v1 v2
dapat terbang naik dan turun dengan nyaman? Ternyata, itu semua dapat
terjadi karena pengaruh dari sayap pesawat. Mekanisme kerja sayap pe-
sawat dapat kalian pelejari dari gambar 6.31. v1

Udara yang meluncur di atas sayap yang melengkung harus menem- F1 = P1 A


puh jarak yang lebih jauh dibandingkan udara yang meluncur di bawah
Gambar 6.31 Sistem kerja
sayap. Karena itu, udara di atas sayap meluncur lebih cepat. Kecepatan sayap pesawat terbang.
yang bertambah ini menyebabkan tekanan udara di atas sayap menjadi
lebih rendah. Tekanan bawah sayap yang lebih besar menyebabkan sayap
terangkat.
Besar gaya angkat pada sayap pesawat terbang dapat kita hitung
menggunakan persamaan berikut.

Fluida 225
F1 − F2 = ( P1 − P2 ) A
1
F1 − F2 = ρ (v2 2 − v12 ) A
2
Kemudian, uap bahan bakar ini akan mengalir sampai pada tempat
pembakaran yang merupakan sumber energi dari penggerak motor atau
mobil. Jadi, prinsip kerja dari karburator adalah adanya perbedaan tekan-
an antara ruang venturi dengan bejana penampung tempat bensin.
5) Penyemprot Nyamuk atau Sejenisnya
Cara kerja penyemprot nyamuk atau parfum adalah jika pengisap
pompa ditekan, udara yang melewati pipa venturi akan mempunyai ke-
lajuan yang sangat besar, sehingga tekanannya menjadi rendah. Akibatnya,
cairan obat nyamuk yang ada pada tabung akan naik dan ikut keluar ber-
sama udara.
Semakin besar gaya yang diberikan pada pengisap, semakin besar pula
laju udara pada venturi, sehingga semakin banyak pula cairan obat nyamuk Gambar 6.34 Penyemprot
nyamuk dan sejenisnya
yang keluar bersama udara. Ini menunjukkan bahwa alat penyemprot
nyamuk atau alat yang sejenisnya bekerja berdasarkan prinsip Bernoulli.
6) Tabung Venturimeter
Salah satu penerapan efek venturi adalah tabung venturimeter.
Venturimeter merupakan alat yang digunakan untuk mengukur kelajuan
fluida. Bahkan, saat ini sudah dirancang untuk digunakan untuk mengu-
kur kecepatan darah dalam arteri. Cara kerja venturimeter dapat dijelas-
kan sebagai berikut.
Suatu fluida bermassa jenis ρ mengalir di dalam tabung dengan luas
penampang A1. Kemudian, masuk ke dalam tabung dengan luas penampang
yang lebih sempit, A2. Kedua bagian tabung ini dihubungkan dengan manom- P2
A1 P1 v1 v2
eter zat cair yang diisi air raksa dengan massa jenis ρ’. Selanjutnya, akan kita A2
h
ketahui tinggi perbedaan air raksa di dalam manometer, sehingga kecepatan
fluida di dalam tabung venturi dapat ditentukan. Perhatikan Gambar 6.35.
Melalui prinsip Bernoulli pada efek venturi, tekanan hidrostatis di dua Gambar 6.35 Venturimeter
dengan manometer.
titik, dan persamaan kontinuitas, kita akan memperoleh persamaan berikut.

2 (ρ ’ − ρ) gh
v1 =
⎛ ⎛ A ⎞2 ⎞
ρ ⎜ ⎜ 1 ⎟ − 1⎟
⎜ ⎝ A2 ⎠ ⎟
⎝ ⎠

Keterangan:
v1 = kecepatan aliran fluida berpenampang besar (m/s)
ρ = massa jenis fluida yang melewati tabung venturi (kg/m3)
ρ’ = massa jenis fluida dalam manometer (kg/m3)
g = percepatan gaya gravitasi (m/s2)
2
A1 = luas penampang tabung besar (m )
A2 = luas penampang tabung sempit (m2)
Baiklah, untuk membantu kalian dalam memahami penggunaan
persamaan di atas, simaklah contoh berikut ini.

Fluida 227
1
P2 = P1 + ρ v12
2
2ρ ’ gh
v=
ρ
Kita telah membahas panjang lebar mengenai fluida dinamis. Nah,
untuk menguji kemampuan kalian, kerjakan Uji Kompetensi berikut.

Uji Kompetensi
1. Berapakah kecepatan air rata-rata dalam pipa yang berdiameter 5
3
cm dan menghasilkan air 2,5 m setiap jam?

2. Perhatikan gambar di samping. Air memancar 2m A


dari lubang-lubang kecil pada dinding tabung.
4m
Berapakah perbandingan lokasi pancuran air B
mengenai tanah dari titik C untuk pancuran 2m C
dari lubang A dan B?

3. Sebuah pipa penyalur dengan diameter dalam 20 cm dihubungkan


dengan kran berdiameter dalam 2 cm. Andaikan kecepatan rata-rata
air pada kran adalah 4 m/s, tentukan kecepatan rata-rata air pada
pipa penyalur utama yang ditimbulkannya.

4. Sebuah pipa berdiameter 28 cm disambung dengan pipa lain yang


berdiameter 10 cm. Kecepatan aliran air pada pipa besar adalah
5 2
1,2 m/s pada tekanan 10 N/m . Kedua pipa dalam posisi horisontal
3
dan massa jenis air 1 gr/cm , berapa tekanan yang terjadi pada pipa
kecil?
5. Sebuah bak berbentuk silinder dengan penampang yang cukup be-
sar berisi air setinggi 145 cm. Pada ketinggian 125 cm dari dasar bak
terdapat lubang yang bocor.
a. Hitunglah kecepatan pancaran air yang keluar dari lubang
yang bocor.
b. Apabila diameter lubang 4 cm, hitunglah debit air yang
keluar dari lubang aliran pada lubang bocor tersebut.
2
6. Sebuah pesawat terbang mempunyai luas penampang sayap 40 m .
Pada suatu kecepatan tertentu, udara yang mengalir di atas sayap
mempunyai kecepatan 20 m/s. Sementara, udara yang mengalir
di bawah sayap mempunyai kecepatan 35 m/s. Apabila massa jenis
udara 1,3 kg/m3, hitunglah besar gaya angkat sayap pesawat ter-
sebut.

7. Sebuah tabung venturi mempunyai perbandingan luas penampang


pipa besar dengan pipa kecil sama dengan 4 : 1. Sementara, perbe-
daan tinggi air raksa di dalam manometer adalah 3 cm. Andaikan
massa jenis air 1 gr/ cm3, massa jenis air raksa 13,6 gr/ cm3, dan per-
cepatan gravitasi 9,8 m/s2, tentukan kecepatan aliran air pada tabung
venturi dengan luas penampang sempit.

8. Tabung pitot digunakan untuk mengukur gas dengan massa je-


nis 0, 0082 kg/m3 yang mengalir di dalam sebuah pipa dengan luas
penampang 0,024 m2. Apabila perbedaan tinggi air raksa di dalam
manometer sebesar 4,5 cm dan massa jenis air raksa sebesar 13,6 x
103 kg/m3, tentukan debit gas di dalam pipa.

230 Fisika Kelas XI


F
P=
A

V
F Q=
γ= t
l

2 γ cosθ
y=
ρ gr
2 (ρ' - ρ) gh
1 v1 =
P+
2
ρ v =konstan ⎛ ⎛ A ⎞2 ⎞
2 ρ ⎜ ⎜ 1 ⎟ - 1⎟
⎜ ⎝ A2 ⎠ ⎟
⎝ ⎠
a. 0,3 d. 1,2 8. Pipa mendatar mempunyai ujung dengan
b. 0,7 e. 1,4 luas penampang masing-masing 200 mm2
2
c. 1,0 dan 100 mm . Jika air mengalir dari pe-
2 nampang besar dengan kecepatan 2 m/s,
5. Kayu berbentuk kubus dengan sisi-sisi b
3 kecepatan air pada penampang kecil adalah
melayang pada perbatasan dua zat cair se- adalah...m/s.
perti gambar (panjang b dalam m). a. ¼ d. 2
b. ½ e. 4
c. 1
9. Perhatikan gambar.

2m air
A
Jika tekanan atmosfer p, maka gaya yang 20 cm

bekerja pada bidang bawah kubus sama 80 cm

dengan ....
Kecepatan air yang keluar dari lubang A
b ⎡⎢( D + d ) g + ⎤⎥
3 p adalah ... m/s.
a.
⎣ b⎦ a. 4 d. 10
4 3⎡ b. 6 e. 14
b ⎢(3D + d ) g + ⎤⎥
3p
b. c. 8
27 ⎣ b ⎦
b 3 ⎡⎢( D − d ) g + ⎤⎥
3 p 10. Sebuah pipa silinder lurus memiliki dua
c. macam penampang. Diameter penampang
⎣ b ⎦
4 3⎡ kecil adalah setengah kali diameter penam-
b ⎢(3D − d ) g + ⎤⎥
d. 3p
pang besar, dan diletakkan horizontal.
27 ⎣ b ⎦ Tekanan pada penampang kecil 2×10-5 N/m2
4 3⎡
b ⎢( D + d ) g + ⎤⎥
e. p dan kelajuannya 3 m/s. Tekanan air pada
27 ⎣ b⎦ penampang besar adalah...N/m2.
6. Sebuah balok kayu dengan volume 10-4 m3, a. 1,325 × 105 d. 2,750 × 105
5
dimasukkan ke dalam air. Jika 0,6 bagian b. 1,500 × 10 e. 3,000 × 105
5
muncul di atas air, maka besar gaya ke atas c. 2,675 × 10
yang dimiliki balok adalah adalah…N. 11. Sebuah pipa venturimeter mempunyai luas
a. 5 × 105 d. 4 × 10-1 penampang A1 = 5 cm2 dan A2 = 4 cm2.
5
b. 4 × 10 e. 1 × 10-1 Apabila g = 10 m/s2, kecepatan air (v) yang
c. 1 × 105 memasuki pipa venturimeter adalah…m/s.
7. Sebuah jarum yang panjangnya 5 cm di- a. 3 d. 9
b. 4 e. 25
letakkan berlahan-lahan di atas permukaan
c. 5
air yang mempunyai tegangan permukaan
sebesar 7,3 × 10-2 N/m. Berat jarum maksi- 12. Perhatikan gambar berikut ini.
mum agar tidak tenggelam adalah ....
-2 -3
a. 7,3 × 10 N d. 3,65 ×10 N
-2
b. 3,65 × 10 N e. 3,65 × 10-4 kg
-3
c. 7,3 × 10 N

Fluida 233
Jarak X adalah…m. 3. Di dalam sebuah tabung terdapat 6 liter
a. 5 d. 20 larutan alkohol (campuran alkohol dan air).
b. 10 e. 25 Banyaknya air di dalam larutan tersebut 2
c. 15 kali lebih banyak daripada alkohol. Jika
13. Sebuah balon dengan diameter 10 m berisi tabung berdiameter 14 cm, dan massa jenis
udara panas. Kerapatan udara dalam balon alkohol 0,8 gr/cm3, berapa tekanan hidro-
75% kerapatan udara luar (kerapatan udara statis di dasar tabung?
luar 1,3 kg/m3). Besar massa total maksimum 4. Pada sebuah kaca terdapat dua tetesan cair-
penumpang dan beban yang masih dapat an yang satu cenderung bulat dan yang lain
diangkut balon adalah ... kg. cenderung pipih. Manakah yang tegangan
a. 0 d. 510 permukaannya lebih kecil? Mengapa?
b. 1,3 e. 680
5. Sebuah jarum bermassa 1,5 gr dan panjang-
c. 170
nya 5 cm diletakkan berlahan-lahan di atas
14. Sebuah pipa berdiameter 1 m bercabang permukaan air sehingga tidak tenggelam. Hi-
menjadi dua. Diameter pipa pertama yakni tunglah tegangan permukaan air minimum ?
0,5 m dan kecepatan alirannya 0,3 m/s. Ke- 6. Sebuah tabung terdapat dua saluran lu-
mudian, diameter pipa kedua yakni 0,8 m. bang pada dindingnya dan menghadap ke
Kecepatan aliran dalam pipa berdiameter 1 atas. Diameter lubang pertama lebih besar
m adalah ... m/s. daripada lubang kedua. Jika tabung tersebut
a. 0,459 d. 0,269 terisi air penuh, manakah dari kedua lubang
b. 0,440 e. 0,249 yang semburan airnya lebih tinggi?
c. 0,300
7. Air mengalir melalui pipa yang diameternya
15. Setetes air hujan yang berdiameter 2 mm berbeda-beda. Pada pipa yang diameternya
dan bermassa jenis 960 kg/m3 jatuh di 7 cm kecepatan fluida adalah 0,2 m/s.
dalam udara. Jika koefisien viskositas udara Berapa kecepatan air pada penampang yang
1,8 × 10-5 Ns/m2 dan massa jenisnya 1,3 luasnya 100 cm2?
kg/m3, kecepatan maksimum tetesan air
8. Jelaskan cara kerja penyemprot parfum.
hujan adalah ....
a. 116 km/jam d. 115 m/s 9. Air mengalir melalui pipa yang diameter-
b. 115 km/jam e. 464 km/jam nya berbeda-beda. Diameter pipa pertama
c. 116 m/s adalah 5 cm dan diameter pipa kedua adalah
8 cm. Ketika air mengalir pada pipa per-
tama, kecepatan fluida adalah 0,5 m/s dan
B Jawablah pertanyaan berikut dengan benar tekanannya 20 × 103 N/m2. Berapa tekanan
air ketika mengalir pada pipa kedua?
1. Sebuah balon udara dilepas dari permukaan
10. Udara yang mengalir pada bagian atas sayap
bumi naik ke atas. Apakah balon udara terse-
sebuah pesawat mempunyai kecepatan 70
but terus naik sampai tak berhingga? Jelaskan.
m/s, dan pada bagian bawahnya 63 m/s.
2. Haris memasukkan air ke dalam kantong plas- Jika berat pesawat 10.500 N dan massa jenis
tik sampai penuh. Lalu, kantong dimasukkan udara 1,3 kg/m3, berapakah gaya angkut
ke dalam bak mandi yang penuh air. Carilah pesawat tersebut?
persamaan untuk menghitung gaya yang di-
berikan Haris untuk menahan kantong plastik
air agar tidak jatuh ke dasar bak mandi?

234 Fisika Kelas XI


Latihan Ulangan Tengah Semester II

A Pilihlah jawaban yang paling tepat. 4. Seorang pemain akrobat memutar besi yang
ujungnya diberi bola api padat bermassa
1. Besaran yang ditimbulkan oleh gaya di seki- 400 gram dan 500 gram. Orang tersebut
tar sumbu putar adalah . . . . memegang besi pada jarak 1 m dari bola
a. gaya sentripetal 400 gram. Jika panjang besi 3 m dan
b. momen gaya massanya diabaikan, maka momen inersia
c. momen inersia sistem tersebut adalah . . . kgm.
d. momentum sudut a. 2,4 d. 1,2
e. energi kinetik b. 1,5 e. 0,9
c. 1,4
2. Perhatikan gambar. Seseorang menekan se-
batang besi bermassa 500 gram pada salah 5. Seorang pemain ice skating melakukan gerak
satu ujungnya dengan gaya 100 N. Ujung memutar. Jika tangannya direntangkan ia
besi satunya terpasang pada engsel. Jika gaya mampu melakukan 2 putaran tiap detik.
diberikan membentuk sudut 30o, panjang Namun, jika ia merapatkan tangannya
besi 1 m, dan g = 10 m/s2, maka besar mo- di samping badan, ia mampu melakukan
men gaya yang bekerja pada engsel adalah . . . . putaran 180 putaran tiap menit. Jika mo-
men inersia ketika tangan direntangkan
2
12,5 kgm , momen inersia ketika tangannya
dirapatkan sebesar . . . . .
a. 12,5 kgm2 d. 6,5 kgm2
b. 10 kgm2 e. 4,33 kgm2
2
c. 8,33 kgm
6. Seseorang menggunakan katrol berjejari 10
a. 55 Nm cm dan bermassa 1 kg untuk mengangkat
b. 53,25 Nm beban seberat 40 N. Katrol yang digunakan
c. 52,5 Nm berupa silinder pejal dengan I = ½ mr2.
d. 50,25 Nm Kecepatan sudut katrol adalah . . . rad/s2.
e. 40,5 Nm a. 80/7
3. Dua orang anak masing-masing bermassa b. 40/35
25 kg dan 30 kg sedang bermain jungkat- c. 8/7
jungkit. Papan jungkat-jungkit yang digu- d. −40/35
nakan mempunyai panjang 4 m dengan e. −80/7
sumbu tepat di tengahnya. Jika anak dengan 7. Sebuah roda dengan jejari 10 cm dan ber-
massa 25 kg duduk pada jarak 1,8 m dari massa 4,5 kg berputar dengan kecepatan
sumbu, maka agar seimbang anak kedua 50 rad/s. Jika roda dianggap silinder tipis
harus duduk pada jarak . . . dari sumbu.
berongga dengan I = mr2, maka energi
a. 1,5 d. 0,9 kinetik roda tersebut adalah . . . .
b. 1,4 e. 0,5 a. 1.125 J d. 56,25 J
c. 1,2 b. 562,5 J e. 11,25 J
c. 112,5 J
Ulangan Tengah Semester II 235
8. Sebuah bola pejal dengan massa 6 kg yang a. 22 N d. 16 N
memiliki jari-jari 0,1 m bergerak dengan b. 20 N e. 14 N
kelajuan 20 m/s sambil berotasi. Energi c. 18 N
kinetik bola pejal tersebut adalah . . . . 12. Air laut mempunyai massa jenis 1,025 g/
a. 1.680 cm3. Jika g = 9,8 m/s2 dan tekanan udara
b. 1.200 luar 1 atm, maka tekanan hidrostatis pada
c. 680 kedalaman 50 m dari permukaan air laut
d. 480 sebesar . . . kPa.
e. 120 a. 502,25 d. 6,03
9. Tiga buah batu bata b. 60,3 e. 5,025
dengan massa 800 c. 50,25
gram disusun seper- 13. Perhatikan gambar. Dari gambar diketahui
ti gambar. Jika pan- luas permukaan piston pertama adalah 25
jang batu bata 20 20
2
cm dan luas permukaan piston kedua 40
cm dan lebarnya cm2. Beban seberat 1.000 N diletakkan
12 cm, maka letak pada piston kedua. Agar piston pertama
titik keseimbangan sistem tersebut ber- tidak naik, maka harus diletakkan beban
ada pada koordinat . . . . seberat . . . .
1 1
a. (18 , 13 ) d. (3 , 24)
3 3
1 1
b. (13 , 18) e. (24 , 3 )
3 3 A1 A2
1
c. (13 , 18 )
3
10. Silinder pajal homo-
gen dengan jejari r dan a. 1.625 N d. 500 N
tinggi 2r, dilubangi b. 1.500 N e. 250 N
bagian atasnya. Lu- c. 625 N
bang tersebut berben-
14. Sebuah benda akan melayang di dalam
tuk kerucut dengan
suatu cairan jika . . . .
jejari alas r dan tinggi r. Letak titik berat
a. ρbenda > ρcairan
siliner ini dari bidang alasnya adalah. . . .
b. ρbenda = ρcairan
a. 0,35 r
c. mbenda > mcairan
b. 0,45 r
d. mbenda = mcairan
c. 0,85 r
e. wbenda = wcairan
d. 0,95 r
e. 1,5 r 15. Sebuah jarum dengan panjang 5 cm diletak-
kan erlahan-lahan di atas permukaan air
11. Sebuah bola besi dengan berat di udara 20 yang mempunyai tegangan permukaan se-
N diikat dengan tali dan dimasukkan ke besar 7,3 × 10-2 N/m. Berat jarum maksi-
dalam suatu fluida. Jika massa jenis fluida mum agar tidak tenggelam adalah ....
0,8 g/cm3, massa jenis besi 8 g/cm3, dan
g = 10 m/s2, maka besar tegangan talinya a. 7,3 × 10-2 N
adalah . . . . b. 3,65 × 10-2 N

236 Fisika Kelas XI


c. 7,3 × 10-3 N a. 58.500 N d. 2.925 N
-3
d. 3,65 ×10 N b. 29.250 N e. 292,5 N
e. 3,65 × 10-4 N c. 5.850 N
16. Sebuah balok kayu berukuran 30 cm × 30 20. Perhatikan gambar. Jika A1 = 5 cm2 dan
2 2 3
cm × 200 cm mengapung di lautan dengan A2 = 3 cm , g = 10 m/s , dan ρair = 1 g/cm ,
30% volumenya tercelup dalam air. Jika maka kecepatan air yang masuk pipa besar
massa jenis air laut 1,025 × 103 kg/m3, maka adalah ....
massa jenis kayu adalah . . . kg/m3.
3
a. 3,075 × 10
b. 3,075 × 102
c. 3,075
d. 3,075 × 10-2
-3
e. 3,075 × 10
17. Sebuah drum dengan tinggi 1,5 m dan luas
alasnya 3 m2 diisi air melalui sebuah pipa. a. 3 m/s d. 9 m/s
Waktu yang diperlukan untuk mengisi b. 4 m/s e. 25 m/s
drum dari keadaan kosong hingga penuh c. 5 m/s
adalah 5 menit. Debit air yang keluar dari
pipa adalah . . . .
a. 15 m3/s B Jawablah pertanyaan berikut dengan benar
b. 1,5 m3/s
c. 15 liter/s 1. Seorang anak memutar sebuah tongkat
d. 1,5 liter/s sepanjang 1 m dan bermassa 200 gram
e. 0,015 liter/s dengan sumbu putar di salah satu ujungnya.
18. Pada sebuah pipa yang berdiameter A, air Tongkat tersebut dapat berputar sebanyak
mengalir dengan kelajuan v. Jika kemudian 3 putaran per detik. Jika anak memutar
air melewati pipa berdiameter 1/3 A, maka tongkat dengan sumbu di tengah, hitunglah
kelajuan aliran air menjadi . . . jumlah putaran yang terjadi tiap 5 menit.
2. Seorang pemain ice skating melakukan gerak
a. 1 d. 3v memutar. Jika tangannya direntangkan ke
v
9 samping, ia mampu melakukan 4 putaran
1 tiap detik. Namun, jika ia merapatkan
b. v e. 9v tangannya di samping badan, ia mampu
3
melakukan 240 putaran tiap menit. Jika
c. v momen inersia ketika tangan direntangkan
15 kgm2, tentukan momen inersia ketika
19. Sebuah pesawat terbang mempunyai luas
tangannya dirapatkan.
penampang sayap masing-masing 140 m2.
Pada suatu kecepatan tertentu, udara yang 3. Seseorang menendang bola yang diam
mengalir di permukaan sayap sisi atas dengan gaya 20 N. Akibatnya, bola meng-
mempunyai kecepatan 90 m/s. Sementara, gelinding sejauh 30 m dalam waktu 5 detik.
udara yang mengalir pada permukaan sayap Jika bola mempunyai diameter 20 cm dan
sisi bawah mempunyai kecepatan 60 m/s. massanya 0,8 kg, tentukan:
Apabila massa jenis udara 1,3 kg/m3, gaya a. momen inersia bola,
angkat pada sayap pesawat tersebut sebesar b. energi kinetik bola,
.... c. kecepatan bola pada saat t = 3 detik.

Ulangan Tengah Semester II 237


4. Sebuah silinder pejal menggelinding di 7. Sebuah dongkrak hidrolik terdiri dari dua
bidang miring sepanjang 10 m dari keting- buah tabung yang saling berhubungan.
gian 4 meter. Silinder tersebut mempunyai Masing-masing tabung mempunyai sebuah
diameter 35 cm, panjang 40 cm, dan massa penghisap. Diameter penghisap tabung per-
15 kg. Jika silinder menggelinding dengan tama sebesar 7 cm dan diameter penghisap
kecepatan awal 0,5 m/s, tentukan: tabung kedua sebesar 42 cm. Bila sebuah
a. momen inersia silinder, mobil berbobot 2,4 ton berada di atas
b. energi kinetik silinder, tabung kedua, berapa gaya yang diperlukan
c. kecepatan silinder ketika mencapai pada tabung pertama supaya mobil dapat
dasar bidang. terangkat? (diketahui: g = 9,8 m/s2)
5. Sebuah kubus 8. Sebuah balok kayu dimasukkan ke dalam
dengan sisi 40 air. Bila balok kayu mempunyai massa jenis
3 3
cm diberi lu- 0,7 gr/cm dan volumenya 12 cm , apakah
bang berbentuk balok kayu tersebut mengapung, mengam-
silinder dengan bang atau tenggelam? Berapa volume kayu
diameter 20 cm. yang berada di dalam air?
Perhatikan gam- 9. Sebuah pipa penyalur dengan diameter 20
bar. Tentukan le- cm dihubungakan dengan pipa keran de-
letak titik berat ngan diameter 2 cm. Andaikan kecepatan
kubus tersebut dilihat dari titik A. rata-rata air dalam pipa keran adalah 4 m/s,
6. Sebuah kapal selam menyelam sampai tentukan kecepatan rata-rata air dalam pipa
kedalaman 5.000 meter. Anggaplah massa penyalur utama yang ditimbulkannya.
jenis air laut uniform yakni sebesar 1,02 10. Sebuah tabung venturi mempunyai per-
3
kg/m . Bila tekanan permukaan air laut bandingan luas penampang pipa besar de-
10 Pa dan percepatan gravitasi 9,8 m/s2,
5
ngan pipa kecil sama dengan 4 : 1. Semen-
berapa tekanan air laut (tekanan hidrostatis) tara, perbedaan tinggi air raksa di dalam
yang pada kedalaman tersebut? Berapa pula manometer adalah 3 cm. Andaikan massa
tekanan total yang diterima kapal selam? jenis air 1 gr/ cm3, massa jenis air raksa 13,6
3 2
gr/ cm , dan percepatan gravitasi 9,8 m/s ,
tentukan kecepatan aliran air pada tabung
venturi dengan luas penampang sempit.

238 Fisika Kelas XI


Setiap benda, baik cairan, padatan, maupun gas tersusun atas atom-
atom, molekul-molekul, atau partikel-partikel. Pada bab ini, kita akan
Kata
Kunci
mempelajari sifat-sifat gas secara keseluruhan sebagai hasil rata-rata
kelakuan partikel-partikel penyusun gas. Sifat-sifat gas dapat dibedakan
menjadi sifat makroskopis dan sifat mikroskopis. Sifat makroskopis gas
• Gas ideal
dapat kita amati dan kita ukur, seperti temperatur, tekanan, dan volume.
Sementara sifat mikroskopis tidak bisa diamati dan diukur, seperti ke-
• Teori Kinetik Gas
lajuan, massa tiap-tiap partikel penyusun inti, momentum, serta energi
• Derajat kebebasan
yang dikaitkan dengan tingkah laku partikel gas.
• Energi kinetik
Dalam mempelajari sifat-sifat gas, kita akan bersinggungan dengan
• Energi dalam
hukum-hukum gas ideal. Hukum-hukum ini meliputi energi kinetik gas,
• Equipartisi energi kecepatan rata-rata partikel gas ideal, dan asas equipartisi energi. Setelah
menguasai materi tersebut, kalian diharapkan mampu menerapkan hu-
kum-hukum gas ideal untuk menjelaskan persoalan fisika sehari-hari.

A Gas Ideal

Oksigen, nitrogen, hidrogen, uap air, bahkan udara di sekitar kita


merupakan contoh gas. Gas-gas tersebut tersusun atas atom-atom, par-
tikel-partikel, atau molekul yang sangat kecil. Gas merupakan keadaan
benda atau zat yang mempunyai sifat unik. Salah satunya, partikel-partikel
penyusunnya selalu bergerak acak (sangat bebas). Selain itu, gas juga dapat
mengisi seluruh ruangan yang ditempatinya. Konsep yang mempelajari
sifat-sifat gas berdasarkan kelakuan partikel/molekul penyusun gas yang
bergerak acak disebut Teori Kinetik Gas.
Kompresor, pompa sepeda, air mendidih, dan beberapa peristiwa
lainnya dapat dijelaskan dengan teori kinetik gas. Nah, sebelum melang-
kah lebih jauh, jawablah pertanyaan-pertanyaan pada Eureka di bawah
ini.

E ureka
Diskusikan dengan teman sebangku kalian jawaban pertanyaan-per-
tanyaan berikut.
1. Bagaimanakah cara kerja kompresor?
2. Jika dipanaskan di tengah terik mentari, ban sepeda dapat
meletus. Coba kalian jelaskan mengapa ini bisa terjadi?
3. Apakah yang akan terjadi jika kalian membuka botol minuman ber-
soda yang dikocok terlebih dahulu? Apakah yang menyebabkan
kejadian itu?
4. Jika kita meniup balon karet, balon tersebut tidak bisa melayang di
udara. Namun, jika kita mengisikan gas tertentu, misalnya gas hidro-
gen, balon dapat melayang. Bagaimanakah ini terjadi?
Presentasikan hasil diskusi kalian di depan teman-teman yang lain.

240 Fisika Kelas XI


Tingkah laku udara di dalam kompresor atau ban, gas karbondioksida
di botol minuman bersoda, dan gas di dalam balon karet, dan masih ba-
nyak peristiwa lainnya merupakan sebagian contoh sifat-sifat gas. Sifat-si-
fat ini dapat dijelaskan dengan teori kinetik gas. Dalam mempelajari teori
kinetik gas, kita mengasumsikan gas mempunyai sifat-sifat yang ideal (gas
ideal). Bagaimanakah pengertian gas ideal? Pelajari dengan saksama uraian
berikut.

1. Pengertian Gas Ideal


Dalam pembahasan teori kinetik gas, suatu gas digambarkan sebagai
partikel-partikel (molekul-molekul) di dalam ruang tertutup yang selalu
bergerak dari waktu ke waktu. Partikel-partikel ini menumbuk dinding
ruangan dan memberikan tekanan. Pada pembahasan lebih lanjut, dibuat
beberapa asumsi untuk menggambarkan model gas yang ideal sebagai
berikut.
a. Gas ideal terdiri dari partikel-partikel yang disebut molekul-
molekul dalam jumlah besar. Molekul ini dapat berupa atom
maupun kelompok atom.
b. Ukuran partikel gas dapat diabaikan terhadap ukuran wadah.
c. Setiap partikel gas selalu bergerak dengan arah sembarang
(acak). Artinya, semua molekul bergerak ke segala arah dengan
pelbagai kelajuan.
d. Partikel gas terdistribusi merata pada seluruh ruangan dalam
wadah.
e. Partikel gas memenuhi hukum newton tentang gerak.
f. Setiap tumbukan yang terjadi (baik tumbukan antar molekul
maupun tumbukan molekul dengan dinding) adalah tumbukan
lenting sempurna dan terjadi pada waktu yang sangat singkat.

Sifat-sifat gas semacam ini tidak dapat kita temukan. Akan tetapi,
model gas ideal dapat didekati dengan gas yang berada pada tekanan ren-
dah dan temperatur kamar. Lalu, bagaimanakah persamaan-persamaan
yang berlaku pada gas ideal?

2. Persamaan Umum Gas Ideal


Dalam pembahasan keadaan gas, ada tiga besaran yang saling ber-
hubungan. Besaran-besaran tersebut adalah tekanan (P), volume (V),
dan temperatur mutlak (T). Hubungan ketiga besaran ini telah dipelajari
dan diteliti oleh para ilmuwan. Untuk mengetahui bagaimana hubungan
ketiga variabel tersebut, mari kita pelajari beberapa hukum mengenai gas
ideal.

Teori Kinetik Gas 241


a. Hukum Boyle
Hukum Boyle menjelaskan hubungan tekanan dengan volume. Con-
toh sederhana yang menggambarkan hubungan volume dengan tekanan
adalah pompa sepeda. Pompa sepeda terdiri dari sebuah tabung, selang
dan klep. Klep ini berfungsi mendorong udara keluar dari tabung, sekali-
gus menarik udara luar agar masuk tabung. Perhatikan Gambar 7.1.
Ketika kalian menekan klep berarti memperbesar tekanan, yang
mengakibatkan volume udara di dalam tabung mengecil. Sementara, jika
menarik klep berarti mengurangi tekanan dan volume udara dalam tabung
bertambah besar. Contoh ini menandakan adanya hubungan antara tekan-
Klep an dan volume.
Seorang ilmuwan yang menyelidiki hubungan volume dengan
Tabung tekanan gas adalah Robert Boyle (1627-1691). Boyle telah menyelidiki
udara
hubungan tekanan dan volume gas dalam wadah tertutup pada tempera-
Gambar 7.1 Pompa sepeda tur tetap.
terdiri atas tabung udara
dan klep yang bisa digerak- Boyle menemukan bahwa hasil kali tekanan dan volume gas pada
kan. temperatur tetap adalah konstan.
Hukum ini kemudian dikenal sebagai Hukum Boyle. Secara
matematis, Hukum Boyle dituliskan dalam bentuk,

PV = konstan

Atau,
P1V1 = P2V2

Keterangan:
2
P1 = tekanan gas awal (N/m )
3
(atm) V1 = volume gas awal (m )
PA
A P2 = tekanan gas akhir
B
V2 = volume akhir
PB
T tetap
Dari persamaan Hukum Boyle tersebut, hubungan tekanan dan
VA VB 3
V (m ) volume pada temperatur tetap dapat digambarkan dalam bentuk grafik
Gambar 7.2 Grafik hubungan
seperti Gambar 7.2. Berdasarkan grafik tersebut, ketika tekanan dinaik-
tekanan dan volume pada kan dua kali, volumenya akan turun setengah kali semula. Ini menanda-
temperatur tetap.
kan bahwa, jika salah satu variabel berubah, maka variabel lainnya ikut
berubah. Perhatikan contoh berikut.
Contoh
7 cm
Sebuah tabung dengan diameter 7 cm diberi Penyelesaian:
klep yang dapat bergerak bebas. Perhatikan Diketahui: lihat gambar
klep
gambar. Jika klep ditekan dengan gaya 5 N, F1 = 5 N
posisi piston berada 10 cm dari dasar tabung. d = 7 cm F1
Tentukan tekanan udara di dalam tabung, jika h1 = 10 cm 10 cm
5 cm
piston berada 5 cm dari dasar tabung. h2 = 5 cm

242 Fisika Kelas XI


V ∝T
V
= konstan
T
V1 V2
=
T1 T2
P
= koonstan
T
P1 P2
=
T1 T2
M ozaik d. Hukum Boyle-Gay Lussac
Ketiga hukum keadaan gas yang telah kita pelajari, yaitu hukum
Boyle, hukum Charles, dan hukum Gay Lussac dapat digabungkan
menjadi satu persamaan. Hasil gabungan ketiga hukum tersebut dikenal
sebagai hukum Boyle-Gay Lussac. Hukum ini dinyatakan dalam bentuk
persamaan,

PV
= konstan
wikimedia.org
T
Joseph Louis Gay Lussac
(1778-1850) adalah ahli Persamaan tersebut dapat dituliskan dalam bentuk lain sebagai berikut.
fisika dan kimia dari Pran-
cis. Ia melakukan pelbagai
penelitian tentang sifat P1 V1 P2 V2
gas. Ia juga menyempur-
=
T1 T2
nakan hukum Boyle dan
mengatakan bahwa untuk
sejumlah gas tertentu, per- Berdasarkan persamaan tersebut, kita dapat mengatakan bahwa PV
bandingan antara tekanan
dan suhu pada volume
berbanding lurus dengan T, dan dituliskan:
konstan akan selalu tetap.
PV ∝ T
Setyawan, Lilik H. 2004 hlm 66

Untuk mengganti tanda kesebandingan pada persamaan tersebut,


kita memerlukan suatu konstanta. Permasalahannya sekarang adalah
berapa besar konstanta tersebut? Jika kita mempunyai gas di dalam ruang
tertutup, jumlah molekul gas di ruang tersebut akan tetap, walaupun tem-
peratur, volume, maupun tekanannya berubah. Ketika salah satu besaran
tersebut berubah, besaran lain juga ikut berubah. Namun, jika kita me-
nambahkan sejumlah molekul ke dalam ruang tersebut, tekanan gas akan
bertambah besar. Seandainya dinding ruang bersifat elastis, maka volume
gas juga bertambah. Hal ini dapat kalian lihat pada proses peniupan
balon, seperti tampak pada Gambar 7.5
Berdasarkan keterangan tersebut, dapat disimpulkan? Bahwa, besar
tekanan, volume, dan temperatur gas di dalam ruangan tertutup dipenga-
dok. PIM
ruhi oleh jumlah molekul gas. Jadi, persamaan di atas perlu ditambahkan
Gambar 7.5 Meniup balon ber-
arti menambah jumlah molekul faktor jumlah molekul gas (N).
di dalam balon. Ini menyebab-
kan volume balon bertambah PV ∝ NT
besar.

Tekanan, volume, dan temperatur pada gas yang berbeda mempunyai


karakteristik yang berbeda, walaupun jumlah molekulnya sama. Untuk itu
diperlukan satu konstanta lagi yang dapat digunakan untuk semua jenis
gas. Konstanta tersebut adalah konstanta Boltzman (k). Jadi, keseban-
dingan PV ∝ NT dapat dituliskan dalam bentuk persamaan berikut.

PV = NkT

246 Fisika Kelas XI


Keterangan:
P = tekanan gas (Pa)
n = jumlah mol gas (mol)
3
V = volume gas (m )
3 2
a = 0,364 Jm /mol
-5 3
b = 4,27 × 10 m /mol
a dan b adalah tetapan Van Der Walls.

Untuk menguji sejauh mana kalian menguasai materi di depan,


kerjakan Uji Kompetensi di bawah ini.

Uji Kompetensi
1. Berikan 5 contoh kejadian sehari-hari yang dapat menjelaskan hukum
Boyle, Hukum Charles, dan Hukum Gay Lussac.
2. Dua mol gas nitrogen pada tekanan 2 × 105 Pa, dan temperatur 27o C,
mempunyai volume 1×10-3 m3. Berapakah volume gas nitrogen terse-
but jika tekanannya menjadi 2 kali lipat tekanan semula, dan suhunya
menjadi 310 K?
3. Volume suatu gas ideal pada tekanan 1×105 Pa adalah 2 dm3. Agar
volumenya menjadi 2 kali lipat dari volume semula, sampai berapa
atmosfer tekanan harus diberikan kepada gas tersebut pada tem-
peratur 50oC?
4. Sebuah balon karet berbentuk bola dengan jejari 14 cm diisi gas
helium (Mr He = 2). Jika tekanan gas 2 atm pada temperatur 25oC,
berapakah jumlah molekul gas He yang berada di dalam balon?

B Teori Kinetik Gas

Kita telah membahas pengertian dan beberapa hukum gas ideal.


Salah satu sifat gas ideal adalah molekul-molekulnya dapat bergerak bebas
(acak). Sekarang kita akan membahas pengaruh gerak molekul-molekul
gas terhadap sifat gas secara umum dengan Teori Kinetik Gas. Beberapa
konsep yang dibicarakan dalam teori kinetik gas antara lain tekanan akibat
gerak molekul gas, kecepatan molekul gas, dan energi kinetik gas.

1. Tekanan Gas
Tekanan gas yang akan kita bahas adalah tekanan gas akibat gerak
molekul. Telah dibahas di depan bahwa setiap molekul gas terus bergerak
secara acak. Jika gas tersebut berada di dalam ruangan tertutup, molekul-
molekulnya akan menumbuk dinding ruangan dengan kecepatan terten-
tu. Tekanan gas di dalam sebuah ruangan tertutup sama dengan tekanan
gas pada dindingnya akibat ditumbuk molekul gas. Gaya tumbukan yang
merupakan laju momentum terhadap dinding inilah yang memberikan
tekanan gas.

Teori Kinetik Gas 249


  
Δp = p2 − p1
  
Δp = m − v y − mv y
 
Δp = − 2mv y


Δp
2L
Δt = 
vy

Sementara banyaknya tumbukan atau frekuensi tumbukan yang ter-


jadi pada selang waktu tertentu dinyatakan dengan persamaan,
1
Jumlah tumbukan = kali.
2L

vy

vy
Jumlah tumbukan = kali
2L

Suatu besaran yang berhubungan erat dengan perubahan momentum


adalah impuls. Impuls atau perubahan momentum diartikan sebagai hasil
perkalian gaya dengan selang waktu yang sangat pendek. Jadi, impuls yang
diterima dinding saat bertumbukan dengan molekul adalah:
 
F Δt = Δp
 
F Δt = 2 mv y

Dari persamaan tersebut, gaya yang diterima dinding akibat tumbuk-


an sebuah molekul adalah:

 2 mv y
F=
Δt

vy
Dengan memasukkan nilai Δt = , kita mendapatkan persamaan,
2L

 mv y2
F=
L

Keterangan:

F = gaya pada dinding (N)
m = massa sebuah molekul (kg)
vy = kecepatan gerak molekul (m/s)
L = panjang rusuk kubus.
Dengan adanya gaya yang bekerja pada dinding, berarti dinding
mendapat tekanan dari molekul-molekul gas. Tekanan yang dialami din-
ding dinyatakan dengan persamaan berikut.

 F
Py =
A

 mv y 2
Py =
AL

Teori Kinetik Gas 251



 mv y 2
Py =
V


 Nmv y2
Py =
V

 Nmvx2
Px =
V
 Nmvz2
Pz =
V


Px

Pz

   
P = Px = Py = Pz

2 2 2 2
v = vx + vy + vz

v 2 = vx 2 + v y 2 + vz 2
v 2 = 3v x2 = 3v y2 = 3vz2
1
v x2 = v y2 = vz2 = v 2
3

1
Nm( v 2 )
P= 3
V

1 Nmv 2 1
P= PV = Nmv 2
3 V 3

M

V

1
P = ρ v2
3
1
PV = Nmv 2
3

1
PV = mv 2
3

2 1
PV = ( mv 2 )
3 2

1 2
mv
2

2
PV = E k
3

3
Ek = PV
2

3
Ek = NkT
2
3
E k = nRT
2

3
E k = kT
2
3
E k = RT
2

3
Ek = kT
2

1 2 3
mv = kT
2 2
2 3kT
v =
m
Kelajuan molekul gas sesungguhnya dinyatakan sebagai akar rata-
rata kuadrat kelajuan (root mean square = rms). Jadi, kelajuan molekul
gas dinyatakan sebagai kelajuan rms yang dapat dituliskan dalam bentuk
persamaan:

vrms = v 2
3kT
vrms =
m

Keterangan:
vrms = kelajuan molekul gas (m/s)
k = konstanta Boltzman
m = massa satu molekul gas (kg)
R
Dengan mensubstitusikan persamaan Mr = mNA dan k = ke
NA
dalam persamaan tersebut, kita mendapatkan persamaan:

⎛ R ⎞
3⎜ ⎟T
⎝ NA ⎠
vrms =
⎛ Mr ⎞
⎜ ⎟
⎝ NA ⎠

3RT
vrms =
Mr

Untuk menambah wawasan kalian, kerjakan Ekspedisi di bawah ini.

E kspedisi
Dengan mensubstitusikan persamaan massa jenis RT
1. P= ρ
M Mr
gas ( ρ = ) dengan M = Nm (M = massa gas,
V
M 3P
m = massa satu molekul gas), dan n = pada 2. v rms =
Mr ρ

persamaan-persamaan yang telah kalian pela- Konsultasikan hasil pekerjaan kalian kepada
jari, selidikilah kebenaran persamaan-persamaan Bapak atau Ibu Guru.
berikut.

Teori Kinetik Gas 257


Kita telah mempelajari teori kinetik gas yang meliputi tekanan, energi
kinetik, dan kecepatan molekul gas. Energi kinetik yang telah kita pelajari
di depan berlaku pada gas yang terdiri dari satu macam atom (gas mono-
atomik). Bagaimanakah jika di dalam ruangan tertutup terdapat gas yang
terdiri dari dua atom (gas diatomik)? Kalian akan mengetahuinya dengan
mempelajari uraian di bawah ini.

C Teori Ekuipartisi dan Energi dalam Gas

Kalian tentunya mengetahui bahwa di udara terdapat pelbagai


macam gas. Gas-gas di udara ada yang berupa atom yang berdiri sendiri
atau gas-gas yang merupakan senyawa, yang terdiri dari dua atom atau
lebih. Gas yang terdiri dari satu macam atom disebut gas monoatomik,
seperti gas helium (He). Sementara gas yang terdiri dari dua atom disebut
gas diatomik, seperti gas oksigen (O2), gas nitrogen (N2), dan gas hidro-
gen (H2). Sedangkan gas yang terdiri dari tiga atom atau lebih disebut
gas poliatomik, seperti uap air (H2O), gas karbondioksida (CO2), dan gas
etana (C2H6).
Energi kinetik yang telah kita bahas di depan berlaku untuk gas
monoatomik. Lalu, bagaimanakah persamaan energi kinetik untuk gas-
gas diatomik atau gas poliatomik? Ikuti terus keterangan selanjutnya.

1. Teori Ekuipartisi
Sesuai anggapan dasar teori kinetik gas, partikel-partikel gas senan-
tiasa bergerak. Pada gas monoatomik, molekul gas bergerak secara translasi
dengan arah gerak pada sumbu x, y, dan z. Dari penjelasan di depan, persa-
maan energi kinetik gas monoatomik dituliskan dalam bentuk
3
E K = kT
2

Angka 3 pada persamaan energi kinetik tersebut sebenarnya meru-


pakan jumlah energi kinetik akibat gerak molekul pada sumbu x, sumbu
y, dan sumbu z, dengan kecepatan vx, vy, dan vz. Jadi:

EK = EKx + EKy + EKz


1 1 1
E K = mv x + mv y + mv z
2 2 2

Dari persamaan tersebut dapat dikatakan bahwa gas monoatomik


menyerap energi dari tiga arah, yaitu arah x, arah y, dan arah z. Dari
keadaan ini, dapat dikatakan bahwa gas monoatomik mempunyai tiga
derajat kebebasan. Tiga derajat kebebasan ini disebabkan gerak translasi
molekul gas. Lalu, bagaimanakah dengan gas diatomik?

Teori Kinetik Gas 259


Gas diatomik mempunyai dua atom yang saling berikatan. Akibat-
nya, setiap atom akan berputar mengelilingi atom lainnya. Gerak berputar
ini disebut gerak rotasi. Karena setiap atom berputar mengelilingi atom
lainnya, maka ada dua gerak rotasi. Selain melakukan gerak rotasi, kedua
atom juga melakukan gerak translasi, seperti gas monoatomik. Jadi, gas
diatomik melakukan 5 gerak yaitu, 3 gerak translasi dan 2 gerak rotasi.
Apakah akibat dari 5 macam gerak yang dilakukan gas diatomik?
Dengan adanya 5 macam gerak, berarti gas diatomik menyerap energi
dari 5 arah. Ini berarti gas diatomik mempunyai 5 derajat kebebasan.
Lalu, berapakah energi yang dimiliki gas diatomik? Untuk mencari besar
energi kinetik gas diatomik, kita dapat menggunakan teori ekuipartisi energi.
Teori ekuipartisi menyebutkan bahwa Suatu sistem molekul-
molekul gas pada temperatur mutlak T dengan tiap molekul memi-
liki f derajat kebebasan, maka rata-rata energi mekanik per molekul
(EM ) dan rata-rata energi kinetik permolekul (EK ) adalah sama, yaitu
1
sebesar f ( kT ).
2
Nah, berdasarkan teori ekuipartisi energi tersebut, maka energi ki-
netik pada gas diatomik adalah sebesar:

1 Keterangan:
EK = f ( kT )
2 f = derajat kebebasan

Untuk gas diatomik,


1
EK = 5 ( kT )
2

EK = 5 kT
2

Teori ekuipartisi energi dapat dijelaskan sebagai berikut.


Energi kinetik rata-rata setiap molekul gas adalah sebesar 1 kT
2
yang berhubungan dengan derajat kebebasan yang dimiliki sebuah
molekul. Tiap derajat kebebasan memperlihatkan cara molekul meman-
faatkan energi.
Energi sebuah molekul yang bergerak secara translasi akan bertam-
bah dalam sekejap. Ini disebabkan tumbukan molekul dengan molekul
lain. Tumbukan ini akan mendistribusikan ulang energi tambahan agar
keadaan gas kembali seimbang. Energi ini terbagi rata di antara energi
kinetik translasi dalam arah x, y dan z. Sesuai dengan teori ekuipartisi di
atas, energi kinetik translasi yang terdistribusi adalah:

1 1 1
E K = mv x2 + mv 2y + mv z2
2 2 2

260 Fisika Kelas XI


Distribusi energi kinetik pada arah x, y, z dapat dilihat pada gambar 7.7.

EKz

EK

EKy
EKx

Gambar 7.7 Komponen energi kinetik pada gerak translasi.

Untuk gas diatomik, selain melakukan gerak translasi, tiap molekul


berinteraksi dengan molekul lain. Interaksi ini menyebabkan gerak rotasi
ataupun vibrasi. Untuk gas diatomik pada temperatur sedang (± 500 K),
memiliki lima derajat kebebasan, yaitu tiga dari gerak translasi dan dua
dari gerak rotasi. Energi kinetik gas diatomik karena gerak translasi dan
rotasi dinyatakan dengan persamaan barikut.

1 1 1 1 1
E K = mv x2 + mv 2y + mv z2 + I x’ ωx’2 + I y’ ω y’2
2 2 2 2 2

Jika molekul gas melakukan gerak vibrasi, maka energinya sebesar:

1 1 1 1 1
E K = mv x2 + mv 2y + mv z2 + Kx 2 + Ky 2
2 2 2 2 2

Dengan, K adalah konstanta gaya efektif dari pegas khayal.

Kalian mungkin pernah mendengar istilah tenaga dalam atau energi


dalam. Dengan energi dalam, orang bisa melemparkan benda dari jarak
jauh. Namun, samakah pengertian energi dalam ini dengan energi dalam
yang akan kita bahas selanjutnya? Mari kita ikuti uraian berikutnya.

2. Energi Dalam Gas


Kita telah mempelajari teori ekuipartisi energi. Energi kinetik yang
dihasilkan gas tersebut berasal dari gerak molekul. Selain energi tersebut,
gas tidak memiliki energi lain. Energi kinetik inilah yang disebut de-
ngan energi dalam (U). Jika di dalam ruang tertutup terdapat sejumlah
molekul gas, maka besar energi dalam merupakan jumlah energi kinetik
seluruh molekul gas yang terdapat dalam ruang tersebut. Jadi, berapakah
besar energi dalam yang dimiliki gas pada ruang tertutup?
Kita tahu bahwa satu buah molekul gas akan menghasilkan energi
3
kinetik sebesar kT .
2

Teori Kinetik Gas 261


Berdasarkan prinsip ini, gerak Brown berasal dari tumbukan molekul-
molekul fluida. Sementara partikel-partikel yang tergantung mendapatkan
tenaga kinetik rata-rata yang sama seperti molekul-mololekul fluida terse-
but. Ukuran partikel-partikel yang tergantung tersebut adalah sangat besar
bila dibandingkan dengan molekul fluida. Akibat adanya partikel yang
cukup besar dan banyaknya molekul, maka tumbukan dengan partikel
dapat terjadi setiap saat.

2. Penguapan
Coba kalian memanaskan beberapa liter air di sebuah wadah meng-
gunakan kompor atau heater. Sebelumnya, tandai ketinggian air pada
gelas mengunakan spidol. Tunggulah sampai mendidih dan biarkan be-
berapa menit. Setelah itu, lihatlah ketinggian air di dalam wadah tersebut.
Apa yang terjadi? Ternyata ketinggian air berkurang. Ini disebabkan terjadi
penguapan, yang berarti ada sebagian air yang berubah dari fase cair men-
dok. PIM jadi fase gas (uap air).
Gambar 7.8 Akibat pemanasan, Proses penguapan dapat dijelaskan dengan dasar teori kinetik.
sebagian air berubah menjadi Molekul-molekul air tarik-menarik satu sama lain. Gaya tarik-menarik
uap air.
ini membuat molekul air berdekatan pada fase cair. Jika terjadi kenaikan
temperatur, molekul-molekul air akan bergerak lebih cepat yang berarti
energi kinetiknya tinggi. Molekul air yang mempunyai energi kinetik
tinggi mampu melawan gaya tarik molekul lain. Akibatnya, molekul
dengan energi kinetik tinggi dapat terlepas dari ikatan molekul lain, dan
berubah ke fase gas. Akan tetapi, jika molekul tidak memiliki kecepatan
yang memadai untuk berubah ke fase gas, maka ia akan tertarik kembali
ke permukaan air.

3. Kelembaban
Dalam kehidupan sehari-hari, kita kadang mengatakan bahwa udara
di sekitar kita kering atau lembab. Keadaan ini disebut kelembaban udara.
Ketika kelembaban udara ini disebabkan oleh kandungan uap air di udara.
Semakin banyak uap air di suatu tempat, semakin lembab udara di tempat
tersebut.
Kelembaban udara ini biasanya dinyatakan dengan kelembaban
relatif. Bagaimanakah cara menghitung kelembaban relatif? Kelembaban
relatif merupakan perbandingan tekanan parsial air terhadap tekanan uap
jenuh pada temperatur tertentu.

tekanan parsial dari H2O


Kelembaban relatif = × 100 %
tekanan uap jenuh dari H2O

Kelembaban relatif sebesar 40–50 persen merupakan kelembaban op-


timum untuk kesehatan dan kenyamanan. Jika kita berada di suatu ruang-
an yang mempunyai kelembaban tinggi, biasanya pada hari yang panas,
akan memperkecil penguapan cairan tubuh. Sementara kelembaban yang
rendah dapat menyebabkan efek kekeringan pada kulit dan selaput lendir.

264 Fisika Kelas XI


4. Difusi pada Organisme Hidup
Apakah yang dimaksud dengan difusi? Difusi merupakan peristiwa
bergeraknya suatu zat dari konsentrasi tinggi menuju konsentrasi rendah.
Peristiwa difusi dapat kalian perhatikan ketika meneteskan zat pewarna
ke dalam gelas berisi air. Zat pewarna yang mempunyai konsentrasi lebih
tinggi daripada konsentrasi air, akan menyebar ke seluruh air, walaupun
kalian tidak mengaduk air. Pencampuran ini disebabkan oleh gerakan
molekul yang acak.
Difusi dapat juga terjadi dalam gas. Sebagai contoh, asap hasil pemba- secure.edventures.com

karan akan menyebar di udara. Jika kita mempunyai ruang tertutup yang Gambar 7.9 Pewarna yang
diteteskan ke air akan menye-
berisi gas, maka molekul gas yang mempunyai konsentrasi tinggi akan bar secara difusi.
bergerak menuju konsentrasi rendah. Gerak molekul gas akan terhenti
jika konsentrasi di setiap bagian seimbang.
Difusi sangat penting bagi organisme hidup. Misalnya, difusi gas kar-
bon dioksida (CO2) pada tumbuhan. Kita tahu bahwa tumbuhan mem-
butuhkan CO2 untuk proses fotosintesis. CO2 dari luar ini akan berdifusi
dari luar daun ke dalam melalui stomata. Selain tumbuhan, pada hewan
juga terjadi difusi, yakni pertukaran gas oksigen dan gas karbondioksida.
Pada proses pernapasan manusia, oksigen dimasukan ke paru-paru. Oksi-
gen ini berdifusi melintasi jaringan paru-paru dan pembuluh darah.
photoart 3
Peristiwa-peristiwa yang telah dijelaskan di atas, melibatkan gerak
Gambar 7.10 Asap hasil pem-
molekul gas. Ini berarti, peristiwa tersebut dapat dijelaskan dengan teori bakaran menyebar di udara.
kinetik gas.
Uji Kompetensi
1. Berikan contoh peristiwa difusi di sekitar kalian.
2. Jelaskan peristiwa difusi gas karbondioksida dari udara sehingga
dapat dimanfaatkan untuk proses fotosintesis.
3. Jelaskan menggunakan teori kinetik gas terjadinya peristiwa-peris-
tiwa berikut.
a. Ketika udara dingin, tenggorokan kita terasa kering.
b. Ban yang dibiarkan di bawah terik matahari akan meletus.
c. Air akan mendidih pada temperatur 100oC jika tekanan udara
luar 1 atm. Akan tetapi, di daerah pegunungan, air akan men-
didih di bawah temperatur 100oC.
d. Air yang dimasak akan lebih cepat mendidih jika panci ditutup
rapat, daripada jika dibiarkan terbuka.

I nti Sar i
1. Gas ideal adalah gas yang memiliki asumsi- b. Ukuran partikel gas dapat diabaikan ter-
asumsi sebagai berikut. hadap ukuran wadah.

a. Gas ideal terdiri atas partikel-partikel c. Setiap partikel gas selalu bergerak de-
(atom-atom maupun molekul-molekul) ngan arah sembarang (acak)
dalam jumlah yang besar.

Teori Kinetik Gas 265


3P
v rms =
ρ

1
Em = Ek = f( kT)
2

PV = nRT
2. Massa jenis suatu gas ideal pada temperatur 7. Di samping adalah grafik Ek
T dan tekanan P adalah ρ. Apabila tekanan hubungan energi kinetik
gas tersebut dinaikkan menjadi 2P sedang- rata-rata (EK) satu mo
kan suhunya diturunkan menjadi 0,5T, lekul gas monoatomik p
maka massa jenis gas tersebut menjadi.... pada temperatur mutlak
a. 0,5ρ d. 4ρ (T). Berdasarkan grafik
b. ρ e. 8ρ tersebut, besar konstanta q T
c. 2ρ Boltzman adalah....
3. Suatu gas ideal dalam ruang tertutup mem-
punyai suhu 39ºC. Energi kinetik partikel- 2p 3q
a. d.
nya EK0. Bila energi kinetiknya naik menjadi 3q 2p
3 EK0, suhunya menjadi.... 3p p
a. 780ºC d. 169ºC b. e.
2q q
b. 507ºC e. 97,5ºC 2q
c. 234ºC c.
3p
4. Dua buah tabung A dan tabung B berisi gas
ideal dan dihubungkan dengan pipa. Volume 8. Bila massa jenis suatu gas adalah 2 kg/m3
tabung penghubung dapat diabaikan. Gas dan tekanannya 24 × 106 N/m2, kecepatan
A berada pada temperatur 450ºC dan gas B rata-rata molekul gas tersebut adalah . . . .
berada pada temperatur 150ºC. Bila di dalam a. 20 m/s d. 50 m/s
tabung A terdapat N molekul, dan di dalam b. 30 m/s e. 60 m/s
tabung B terdapat 3N molekul, maka volume c. 40 m/s
gas B adalah . . . .
9. Besar energi dalam satu mol gas pada tem-
a. 0,5 VA d. 4 VA
peratur −73ºC adalah . . . .
b. VA e. 6 VA 3
a. 2,5 J d. 2,5 × 10 J
c. 2 VA 3
b. 25 J e. 25 × 10 J
5. Molekul suatu gas ideal pada temperatur c. 2,5 × 102 J
tertentu mempunyai kelajuan vrms = v. Gas
tersebut dipanaskan sehingga tekanannya 10. Sebuah tabung berisi 1 mol gas oksigen pada
meningkat menjadi enam kali tekanan temperatur 427ºC. Jika pada temperatur
semula dan volumenya bertambah menjadi itu oksigen memiliki 7 derajat kebebasan,
dua kali volume semula. Dengan demikian, energi dalam 1 mol gas oksigen adalah....
-23
kelajuan rms molekul-molekul gas men- (k= 1,38 × 10 J/K)
4
jadi.... a. 2,04 × 10 J d. 20,4 ×103 J
a. 12v d. 3v b. 20,4 × 104 J e. 204 J
6v c. 2,04 × 103J
b. 6v e.
c. 3v 11. Gas hidrogen berada pada temperatur 25ºC.
6. Balon berbentuk bola dengan volume 4.000 Jika diketahui konstanta Boltzman 1,38 ×
-23
cm3, berisi gas helium. Jika tekanan gas 10 J/K dan massa molekul hidrogen 2,106
-27
Helium 2 × 105 N/m2, dan energi kinetik sma (1 sma = 1,66 × 10 kg), maka besar
rata-rata tiap molekul (atom) adalah 4 ×1022 energi total rata-rata molekul gas hidrogen
joule, maka di dalam balon terdapat ... tersebut adalah ... J.
partikel Helium. a. 1,239×10-20 d. 5,540×10-20
-20
a. 4 × 1024 d. 1,33 × 1024 b. 1,870×10 e. 6,240×10-20
24 -20
b 3 × 10 e. 0,75 × 1024 c. 3,740×10
c. 2 × 1024
Teori Kinetik Gas 267
12. Energi dalam dari 0,2 mol gas oksigen di 5. Gas berada di dalam sebuah ruangan ter-
dalam ruangan tertutup yang suhunya 400 tutup dengan volume 9 L, suhu 36ºC, dan
K adalah. . . . tekanan 5 atm. Kemudian gas dipanasi
a. 166,29 J d. 4.958,7 J sampai suhu 76ºC, ternyata volumenya
b. 1662,9 J e. 3.325 J berkurang 3 L. Berapa persen pertambahan/
c. 332,5 J pengurangan tekanan gas tersebut?
13. Energi dalam dari gas diatomik yang me- 6. Tentukan besar energi dalam dari 5 mol gas
miliki derajat kebebasan 7 pada temperatur hidrogen (H2) pada temperatur 700K.
700 K adalah 34,9 kJ. Jumlah mol gas terse- 7. Gas hidrogen semula bertekanan 8 atm. Jika
but adalah. . . . 1
a. 1 mol d. 4 mol bagian massa gas hidrogen keluar, tentu-
4
b. 2 mol e. 5 mol kan besar tekanan gas sekarang.
c. 3 mol
8. Dalam suatu campuran gas pada temperatur
14. Energi kinetik rata-rata suatu gas mono- 20ºC, tekanan masing-masing gas sebagai
-21
atomik adalah 6,62 × 10 J, temperatur gas berikut. Hidrogen 100 mmHg, metana 200
tersebut adalah .... (k = 1,38 × 10-23 J) mmHg, karbondioksida 360 mmHg, dan
a. 27ºC d. 57ºC etana 90 mmHg. (Mr H2 = 2; Mr CO2 =
b. 47ºC e. 62ºC 44; Mr metana =16; dan Mr etana = 30).
c. 52ºC Tentukan tekanan total campuran, dan
15. 20 gram gas monoatomik bersuhu 227ºC. persentase massa karbon dioksida.
Diketahui massa molekul relatif gas tersebut 9. Bejana bervolume 2 liter yang dilengkapi
14,01 gram/mol dan R = 8,314 J/mol K. kran di tengah-tengah, berisi gas oksigen
Energi total molekul-molekul gas tersebut pada temperatur 300K dan tekanan 1 atm.
sebesar . . . . Sistem dipanasi hingga suhunya menjadi
a. 89.014 J d. 8.901,4 J 400K dengan kran terbuka. Kran lalu ditu-
b. 59.343 J e. 5.934,3 J tup dan bejana dibiarkan mendingin kem-
c. 35.901 J bali sampai temperatur semula. (a) Berapa-
kah tekanan akhir? (b) Berapa gram oksigen
B Jawablah pertanyaan berikut dengan benar yang masih terdapat dalam bejana tersebut?
1. Jelaskan karakteristik gas ideal. 10. Sebuah gelembung udara, dengan jari-jari 5
mm terbentuk di dasar telaga pada kedalam-
2. Sebutkan dan jelaskan hukum-hukum gas
an 2 m. Temperatur gelembung tersebut
ideal. o
4 C dan naik ke permukaan air yang su-
o
3. Sebuah tangki berisi gas oksigen dengan hunya 27 C. Jika temperatur gelembung
massa atom relatif 16 gr/mol. Jika tempera- selalu sama dengan temperatur di seki-
tur gas 20ºC, tentukan (a) energi kinetik tarnya, berapakah jari-jari gelembung udara
translasi rata-rata setiap molekul, dan (b) ketika sampai dipermukaan air? (Diketahui
kecepatan efektif setiap molekul. tekanan udara luar 1 atm).
4. Molekul gas argon pada temperatur 10ºC
mempunyai energi kinetik rata-rata 5.200
joule. Apabila suhunya dinaikkan menjadi 4
kali temperatur semula, hitunglah kenaikan
energi rata-ratanya.

268 Fisika Kelas XI


Di kelas X semester 2, kalian telah mempelajari materi Suhu dan
Kata
Kunci
Kalor. Sementara pada bab sebelumnya, kalian telah mempelajari materi
Usaha dan Energi dan materi Teori Kinetik Gas. Nah, pada di bab ini kita
akan mempelajari keterkaitan antara ketiga materi yang telah kita pelajari
tersebut, yaitu hubungan suhu atau temperatur gas dengan usaha atau
• Termodinamika
energi.
• Kalor Dengan mempelajari materi di bab ini, kalian diharapkan mampu
• Sistem menggambarkan perubahan keadaan gas dalam diagram P – V. Selain itu,
• Kapasitas kalor kalian juga mampu memformulasikan Hukum I Termodinamika dan Hu-
• Kalor jenis kum II Termodinamika, serta mengaplikasikannya pada masalah fisika se-
• Proses termodinamika hari-hari. Dengan pemahaman terhadap hukum-hukum termodinamika,
• Energi dalam kalian akan mampu menggambarkan aliran energi pada beberapa alat,
• Mesin kalor yang disebut mesin kalor seperti AC dan lemari es serta beberapa alat lain-
• Siklus carnot nya. Selain mesin kalor, kalian juga mengenal mesin Carnot yang bekerja
berdasarkan Hukum Termodinamika.

A Kalor, Usaha, dan Hukum I Termodinamika

Sebelum mempelajari materi di bab ini, ada baiknya kalian membuka


kembali materi Usaha dan Energi, Teori Kinetik Gas pada bab sebelum-
nya, dan materi Suhu dan Kalor di kelas X. Untuk membantu kalian
dalam mengingat materi tersebut, coba kerjakan Eureka berikut.

E ureka
Berdiskusilah dengan teman di samping kalian untuk menemukan
jawaban dari pertanyaan-pertanyaan berikut.

1. Adakah perbedaan suhu dan panas (kalor)? Jika ada, dimanakah


letak perbedaanya?
2. Bagaimanakah penjelasan Hukum Boyle, Hukum Charles, dan
Hukum Gay Lussac tentang gas ideal?
3. Ketika mempelajari teori kinetik gas, kalian telah mengetahui
adanya hubungan antara suhu dan energi kinetik gas. Coba kalian
jelaskan.
4. Dari materi yang telah dipelajari diketahui bahwa suhu berhubu-
ngan dengan energi dan energi berhubungan dengan usaha. Coba
jelaskan dengan kata-katamu sendiri hubungan suhu dan usaha.

Konsultasikan hasil diskusi kalian kepada bapak/ibu guru.

Berdasarkan hasil diskusi yang kalian lakukan, bagaimanakah hubung-


an suhu/temperatur dan usaha? Untuk mengetahui keterkaitan suhu dan
usaha, kita perlu mempelajari Termodinamika yaitu ilmu yang mempela-
jari hubungan antara kalor (panas) dengan usaha.

270 Fisika Kelas XI


F
p=
A
n 1 n+1
∫ (p t ) dt = pt +C
n +1

b
n 1
∫ (p t ) dt = p
a n +1
n+1 n+1
b −a
Sehingga, usaha yang dilakukan sistem selama proses berlangsung
adalah:
v2

W = ∫ P dV
v1

Sedangkan usaha yang dilakukan lingkungan pada sistem adalah:


v2

W = − ∫ P dV
v1

Berdasarkan hubungan tersebut, kita dapat menggambarkan grafik


hubungan tekanan (P) dan volume (V) seperti gambar 8.2. Pada grafik
tersebut, usaha pada sistem dinyatakan dengan luas daerah di bawah grafik
(daerah yang diarsir). Gambar 8.2 Grafik hubungan
Perhatikan contoh berikut tekanan (P) dan volume (V).

Contoh
Gas oksigen sebanyak 0,25 liter di dalam Ditanyakan: W
tabung dipanaskan hingga memuai menjadi Jawab:
0,3 liter. Jika tekanan gas 1 atm, berapakah Untuk menghitung usaha yang dilakukan
usaha yang dilakukan gas oksigen tersebut? gas, kita dapat menggunakan persamaan
Penyelesaian: berikut.
Diketahui: W = P ΔV
V1 = 0,25 liter = 2,5 × 10-4 m3 W = P (V2 – V1)
V2 = 0,3 liter = 3 × 10-4 m3 = (1 × 105) (3 × 10-4 – 2,5 × 10-4)
P = 1 atm = 1 × 105 N/m2 =5J
Jadi, usaha yang dilakukan gas adalah 5 J

Kita telah membahas usaha yang dilakukan sebuah sistem. Lalu,


bagaimanakah hubungan usaha dengan kalor?
Mozaik
2. Hukum I Termodinamika
Pada abad XIX, seorang
saintis, James Presscott
Pada saat membicarakan teori kinetik gas, kalian telah mengenal kon-
Joule menyatakan bahwa
sep energi dalam suatu gas yang dipengaruhi suhu gas. Karena dipengaruhi energi tidak dapat dicip-
oleh suhu, energi dalam gas disebut juga energi termal. Ketika suhu ber- takan dan tidak dapat
dimusnahkan. Energi hanya
tambah, energi dalam gas juga bertambah. Bisakah kalian menjelaskan
dapat berubah dari bentuk
alasannya? energi satu ke bentuk
Jika suatu gas dengan volume tetap dipanaskan, maka suhu gas ber- energi lainnya. Para saintis
tambah. Akibat kenaikan suhu ini, molekul-molekul gas bergerak lebih menyebutnya sebagai
Hukum Kekekalan Energi.
cepat yang mengakibatkan tumbukan antara molekul dengan dinding Sementara perubahan
lebih banyak. Tumbukan ini menyebabkan tekanan gas bertambah. Selain bentuk energi disebut
tekanan yang bertambah besar, energi kinetik gas juga meningkat. Dengan transformasi energi.

pertambahan energi kinetik berarti energi dalam gas juga bertambah.


Termodinamika 273
Q
C=
ΔT

Keterangan:
Q = jumlah kalor yang diterima (J)
ΔT = perubahan suhu gas (K)
-1
C = kapasitas kalor gas (JK )

Pada bab Teori Kinetik Gas, kalian telah memahami bahwa suhu
bergantung pada volume dan tekanan. Artinya, untuk menaikkan suhu
pada volume sedikit lebih mudah daripada volume banyak. Demikian juga
dengan tekanan. Untuk menaikkan suhu pada tekanan tinggi lebih mudah
daripada menaikkan suhu pada tekanan rendah. Hal yang perlu kalian
pahami juga bahwa kita bisa membuat salah satu variabel dari tiga variabel
(suhu, volume, dan tekanan) tetap. Tetapi kita tidak bisa membuat dua
variabel tetap sekaligus.
Ketika kita membuat volume tetap, perubahan suhu akan menyebab-
kan perubahan tekanan gas. Sementara jika kita mempertahankan tekanan
gas agar tetap, kenaikan suhu akan memperbesar volume. Perubahan
tekanan dan volume ini menyebabkan kalor yang digunakan untuk me-
naikkan suhu gas sebesar 1 K juga berubah. Untuk ini didefinisikan dua
macam kapasitas kalor sebagai berikut.

a. Kapasitas Kalor pada Volume Tetap (Cv)


Kapasitas kalor pada volume tetap dinyatakan dalam bentuk per-
samaan:
Qv
Cv =
ΔT
Keterangan:
Cv = kapasitas kalor pada volume tetap.
Qv = jumlah kalor yang ditambahkan
ΔT = perubahan suhu (K)

Kalian telah mengetahui bahwa sistem melakukan usaha jika ada


perubahan volume (ΔV). Namun, pada keadaan volume tetap, tidak
terjadi perubahan volume (ΔV = 0). Ini berarti usaha yang dilakukan gas
sama dengan nol (W = 0). Akibatnya, kalor yang diberikan pada sistem
(diterima sistem) digunakan untuk menaikkan energi dalam sistem. Jadi,
jika volume tetap berlaku persamaan:

Qv = ΔU

276 Fisika Kelas XI


Qp
Cp =
ΔT

Q p = ΔU + W

3
Q p = p ΔV + nR ΔT
2
3
= nR ΔT + nR ΔT
2
Besar kapasitas kalor pada tekanan tetap, dapat dicari dengan persamaan:

Qp
Cp =
ΔT
5
C p = nR
2

Berdasarkan persamaan kapasitas kalor pada volume tetap (Cv) dan


kapasitas kalor pada tekanan tetap (Cp), kita mendapatkan persamaan,

5 3
C p − C V = nR − nR
2 2
C p − C V = nR

Untuk 1 mol gas (n = 1) berlaku persamaan:


Cp − Cv = R
Selain kapasitas kalor, terdapat besaran lain yaitu kalor jenis. Kalor
jenis didefinisikan sebagai kapasitas kalor per satuan massa. Definisi lain-
nya kalor jenis diartikan sebagai banyaknya kalor yang diperlukan untuk
menaikkan suhu 1 gram zat sebesar 1 K. Kalor jenis disimbolkan dengan
huruf c (c kecil), dan mempunyai satuan J/kg K. Secara matematis, kalor
jenis dituliskan dalam bentuk:

C
c=
m

Keterangan:
c = kalor jenis (J/kg K)
C = kapasitas kalor (J/K)
m = massa gas (kg)
Dalam membahas gas, satuan massa jarang dipakai. Sebagai gantinya
digunakan satuan mol. Untuk itu didefinisikan juga satuan kalor jenis
molar yang diartikan sebagai kapasitas kalor tiap mol gas. Dalam defi-
nisi lain, kalor jenis molar didefinisikan sebagai banyaknya kalor yang di-
butuhkan untuk menaikkan suhu 1 mol zat sebesar 1 K. Kalor jenis molar
disimbolkan dengan c* (c bintang) dan mempunyai satuan joule per mol
kelvin (J/mol K). Kalor jenis molar dinyatakan dalam persamaan,

C
c* =
n

Keterangan:
c* = kalor jenis molar (J/mol K)
C = kapasitas kalor (J/kg)
n = jumlah mol (mol)

278 Fisika Kelas XI


c*v c*p

Cv Cv
cv = c*v =
m n
Cp Cp
cp = c*p =
m n

c*v

c*p
4. Proses-proses Termodinamika
Kalian masih ingat persamaan gas menurut Hukum Boyle, Hukum
Charles, dan Hukum Gay Lussac? Coba kalian buka kembali materi Teori
Kinetik Gas di bab sebelumnya. Boyle, Charles, dan Gay Lussac menyeli-
diki perilaku gas jika salah satu variabel dibuat tetap. Boyle menyelidiki
perilaku gas jika suhunya dibuat tetap. Charles menyelidiki perilaku gas
jika tekanan dibuat tetap. Sementara Gay Lussac menyelidiki perilaku
gas jika volume dibuat tetap. Untuk mengingat kembali materi pada bab
sebelumnya, kerjakan Ekspedisi berikut.

E kspedisi
Kalian telah mempelajari hukum-hukum yang volume (V) untuk setiap hukum yang berlaku
berlaku pada gas ideal di bab sebelumnya. pada gas ideal. Cocokkan hasilnya dengan
Gambarkan grafik hubungan tekanan (p) dan hasil teman lain.

Keadaan-keadaan yang dibuat oleh oleh Boyle, Charles, dan Gay Lus-
sac tersebut dapat terjadi dalam proses termodinamika. Secara garis besar,
proses-proses termodinamika dibagi menjadi 4 macam, yaitu isotermik,
isokhorik, isobarik, dan adiabatik. Bagaimanakah karakteristik keempat
proses termodinamika tersebut? Mari kita bahas satu per satu keempat
proses tersebut.

a. Proses Isotermik
Kalian masih ingat bunyi Hukum Boyle? Hukum Boyle menyatakan
bahwa pada suhu konstan tekanan gas berbanding terbalik dengan
volumenya. Keadaan yang sesuai dengan Hukum Boyle disebut isotermik.
(Isotermal). Jadi, proses isotermik adalah proses perubahan keadaan
sistem pada suhu tetap. Menurut Hukum Boyle, pada proses ini berlaku
persamaan berikut.
P V = konstan

Suhu pada proses isotermik dipertahankan tetap, sehingga ΔT = 0.


3
Dari persamaan ΔU = nR ΔT , didapatkan ΔU = 0. Berdasarkan persa-
2
maan perubahan energi dalam ( ΔU = Q − W ), didapatkan bahwa usaha
yang dilakukan sama dengan jumlah kalor yang diberikan. Jadi, pada
proses isotermik berlaku persamaan berikut.

ΔU = 0 dan Q =W

Jika suhu sistem dijaga konstan, berapa besar usaha yang dilakukan?
Pada penjelasan sebelumnya, kita telah mendapatkan persamaan usaha
yang dilakukan sistem jika tekanan (P) dan volume (V) berubah setiap
saat. Usaha pada keadaan ini dinyatakan dengan persamaan berikut.

280 Fisika Kelas XI


V2 P

W = ∫ P dV
V1
P2 A
nRT
Dengan mensubstitusikan persamaan P = , didapatkan A’

persamaan berikut. V B
T tinggi
V2 P1 T rendah
nRT B’
W = ∫V V dV V2 V1 V
1
Gambar 8.3 Grafik hubungan tekanan
V2 dan volume pada proses isotermal.
dV
W = nRT ∫
V1
V

⎛V ⎞
W = nRT ln ⎜ 2 ⎟
⎝ V1 ⎠

Grafik hubungan tekanan (P) dan volume (V) pada proses isotermik
dapat kalian lihat pada Gambar 8.3. Dari grafik tersebut, usaha yang di-
lakukan sistem dinyatakan dengan luas daerah di bawah kurva (daerah
yang diarsir).
P
b. Proses Isokhorik A

Setelah membahas proses termodinamika pada suhu tetap, sekarang


B
kita akan membahas proses pada volume tetap. Hukum yang menjelas-
kan perilaku gas pada volume tetap adalah Hukum Gay Lussac. Menurut V
hukum Gay Lussac, jika volume dijaga konstan, maka tekanan gas akan Gambar 8.4 Grafik hubungan
berbanding lurus dengan suhu gas. Keadaan gas jika volumenya dibuat tekanan dan volume pada
proses isokhorik
tetap disebut keadaan isokhorik. Sementara proses perubahan sistem pada
volume tetap disebut proses isokhorik.
Pada proses isokhorik, sistem tidak mengalami perubahan volume,
walaupun sejumlah kalor memasuki atau keluar sistem. Ini memberikan Mozaik
pengertian bahwa sistem tidak melakukan atau menerima usaha. Dengan
kata lain, usaha yang dilakukan sistem atau yang dilakukan lingkungan
pada sistem sama dengan nol (W = 0). Grafik hubungan tekanan dengan
volume untuk proses isokhorik dapat kalian lihat pada Gambar 8.4.
Jadi, pada proses isokhorik berlaku persamaan:
W=0 dan ΔU = Q Upload.wikimedia.org

Boyle dan Gay Lussac


c. Proses Isobarik adalah ilmuwan fisika
Proses isobarik merupakan proses perubahan sistem pada tekanan yang memberikan gagas-
tetap. Jika sejumlah kalor diberikan kepada sistem dengan tekanan tetap, an-gagasan dalam teori
Termodinamika. Keduanya
volumenya akan bertambah seiring pertambaham kalor yang masuk. Ini berhasil merumuskan
berarti sistem melakukan usaha. Berdasarkan uraian tersebut, pada proses hukum-hukum yang
isobarik berlaku persamaan: berkaitan dengan masalah
termodinamika.
W = P ΔV
pelbagai sumber
W = P (V2 – V1)
Termodinamika 281
Perubahan energi dalam sistem dinyatakan dengan persamaan berikut.
P

ΔU = Q – W
A B

Menurut hukum Gay Lussac, pada proses isobarik berlaku

V V1 V2
= konstan atau =
V1 V2 V T T1 T2
Gambar 8.5 Grafik hubungan
tekanan (P) dan volume (V) Berdasarkan persamaan ini, grafik hubungan tekanan dan volume
pada proses isobarik. untuk proses isobarik dapat kalian lihat pada Gambar 8.5.

d. Proses Adiabatik
Proses termodinamika selain proses isotermik, isokhorik, dan isobarik
adalah proses adiabatik. Proses adiabatik adalah proses perubahan sistem
tanpa ada kalor yang masuk atau keluar dari sistem. Walaupun tidak ada
kalor yang masuk atau keluar, tetapi suhunya tidak tetap. Proses adiabatik
dapat dilakukan dengan cara menutup sistem serapat-rapatnya, sehingga
wadah termos dari
cairan tidak ada pertukaran kalor dengan lingkungan.
plastik / logam
dingin/
panas selubung kaca Contoh alat yang dapat menjelaskan proses adiabatik adalah termos.
bersegel dengan
bagian dalam hampa Bagian dalam termos terbuat dari selubung kaca yang bagian dalamnya
hampa hampa udara. Selubung kaca ini dilapisi dengan lapisan logam yang tipis
bantalan agar dengan tujuan untuk memantulkan panas. Dengan kontruksi seperti ini,
selubung kaca
tidak bergerak tidak terjadi pertukaran kalor dengan lingkungan.
Gambar 8.6 Termos dibuat
Pada proses adiabatik berlaku persamaan:
sedemikian rupa agar tidak
terjadi pertukaran kalor antara PVγ=C
lingkungan dengan bagian
dalam termos.
Atau,
γ γ
1 1 = P2V2
PV

Selain itu, juga berlaku:


γ γ
1 1 = P2V2
PV
T V γ −1 = konstan
T1V1γ −1 = T2 V2γ −1

Keterangan:
cp γ = konstanta la place
Dengan, γ =
cv cp = kalor jenis pada tekanan konstan
cv = kalor jenis pada volume konstan

Pada proses adiabatik, tidak ada kalor yang masuk atau keluar. Jadi,
pada proses adiabatik berlaku persamaan berikut.

282 Fisika Kelas XI


1
W = ( p1V1 − p2V2 )
γ −1
W = ncv (T2 − T1 )
W = −ncv (T1 − T2 )
6. Suatu sistem yang terdiri dari 2 mol gas pada tekanan tetap,
mengalami kenaikan suhu 30 K. Tentukan:
a. kapasitas kalor sistem tersebut pada tekanan tetap,
b. usaha yang dilakukan sistem,
c. perubahan energi dalam sistem,
d. kapasitas kalor sistem pada volume tetap
e. kapasitas kalor molar sistem.

7. Tentukan kapasitas kalor molar 16 g oksigen pada tekanan


tetap. (Mr O2 = 16)

Kita telah mempelajari proses-proses termodinamika. Suatu sistem


dapat mengalami proses-proses termodinamika yang berlangsung secara
berurutan dan dapat kembali ke keadaan awalnya. Kejadian ini disebut
siklus termodinamika.

B Siklus Termodinamika

Untuk membahas siklus termodiamika, marilah kita tinjau sebuah


sistem gas di dalam silinder yang dilengkapi piston. Piston ini dibuat
sedemikian rupa, sehingga tidak ada molekul gas yang dapat masuk atau
keluar sistem. Jika kita melakukan perubahan pada variabel tekanan, vo-
lume, atau suhu, maka keadaan sistem akan berubah. Perubahan keadaan
sistem disebabkan oleh usaha yang dilakukan atau diterima sistem. Besar
usaha yang dilakukan tergantung pada urutan proses yang dilakukan.
Kalian mungkin pernah mendengar istilah sepeda motor dengan me-
sin dua langkah atau mesin empat langkah. Langkah-langkah pada mesin
tersebut merupakan serangkaian proses termodinamika. Bagaimanakah
mesin empat langkah bekerja? Coba kalian perhatikan Gambar 8.8. Cara
kerja mesin empat langkah seperti yang ditunjukkan pada gambar tersebut
dapat dijelaskan sebagai berikut.
katup
katup pembuangan
katup masuk pembuangan (terbuka)
(terbuka) (tertutup)
ke pipa
campuran pembuangan
gas-udara kedua busi kedua
dari karburator silinder (membakar) cincin
katup katup
piston tertutup tertutup

batang
penghubung
poros
engkol

masukan kompresi pengapian pemuaian pembuangan


(penekanan) (tenaga pendorong)
Hewitt, Paul G, 2002, hlm 350

Gambar 8.8 Skema cara kerja mesin empat langkah.

Termodinamika 285
Gambar (a). Bahan bakar dari karburator masuk ke dalam silinder
ketika piston turun, yang menyebabkan volume bertambah. Proses ini
adalah proses pemuaian isotermal. Gambar (b), silinder penuh berisi ba-
han bakar. Kemudian piston bergerak naik. Karena tidak ada kalor yang
masuk atau keluar, maka proses ini termasuk proses penyusutan adiaba-
tik. Gambar (c), terjadi penyusutan isotermal, sampai piston menumbuk
busi, dan terjadi percikan api. Gambar (d), setelah piston menumbuk
busi (pemantik api), terjadi pembakaran bahan bakar. Ini menyebabkan
suhu sistem naik. Akibatnya, di dalam silinder terjadi pemuaian adiaba-
tik. Gambar (e), terjadi penyusutan isotermik dan pembuangan gas dari
silinder. Setelah itu, keadaan gas di dalam silinder kembali ke keadaan
semula, yaitu gambar (a).
Proses yang terjadi pada mesin empat langkah merupakan salah satu
contoh siklus termodinamika. Untuk mencari besar usaha yang terlibat
pada siklus termodinamika, marilah kita ambil contoh sederhana.
Jika sistem melakukan serangkaian proses, maka usaha yang dihasilkan
merupakan jumlah usaha dari beberapa proses yang dilakukan. Perhati-
kanlah diagram P versus V pada Gambar 8.9. Gambar tersebut merupakan
grafik hubungan tekanan dan volume pada suatu siklus termodinamika.
Berdasarkan grafik, siklus termodinamika yang terjadi terdiri dari empat
proses. Keempat proses tersebut dapat dijelaskan sebagai berikut.
Proses I. Proses pemuaian dari A ke B secara isobarik. Pada proses ini,
P sistem menyerap kalor dari lingkungan sebesar QAB dan melakukan usaha
A B sebesar WAB. Besarnya usaha ditunjukkan oleh luas daerah ABFE. Seba-
P1
gian kalor yang diserap digunakan untuk menambah energi dalam sistem,
sehingga suhu sistem bertambah. Penambahan suhu ini menyebabkan
P2
D C
volume berubah dari V1 menjadi V2. Setelah volume gas mencapai titik
maksimal, terjadilah proses II.
Proses II. Akibat penambahan volume, terjadi penurunan tekanan
E F V
sistem. Jadi proses II merupakan proses penurunan tekanan dari B ke C se-
Gambar 8.9 Grafik hubungan cara isokhorik. Proses ini berlangsung beberapa saat sehingga suhu sistem
tekanan (P) dan volume (V)
pada siklus termodinamika.
menurun. Pada proses ini tidak ada usaha yang terlibat.
Proses III. Akibat penurunan suhu, terjadi proses pemampatan
sistem dari C ke D secara isobarik. Pada proses ini, sistem melepas kalor
sebesar QCD dan sistem menerima usaha dari lingkungan (W bernilai nega-
tif ) sebesar WCD. Besar WCD dinyatakan oleh luas daerah CDEF. Akibat
pelepasan kalor oleh sistem, energi dalam sistem berkurang sehingga suhu-
nya turun.
Proses IV. Penurunan suhu pada proses III akan berhenti sampai
sistem mempunyai volume tertentu. Volume ini akan bertahan beberapa
saat (isokhorik). Akibat penurunan pada proses III, tekanan sistem akan
naik. Jadi, proses IV merupakan proses kenaikan tekanan dari D ke A
secara isokhorik. Pada proses ini, sistem tidak melakukan usaha atau me-
nerima usaha (W = 0). Kemudian, sistem kembali ke kedudukan semula
sambil menyerap kalor dari lingkungan.

286 Fisika Kelas XI


Kalian telah mengetahui bahwa kalor yang masuk ke sistem hanya
sebagian yang digunakan untuk melakukan usaha. Sementara sebagian
lagi digunakan untuk menambah energi dalam sistem. Sebuah mesin
(bisa dianggap sebagai sistem) akan sangat baik jika mampu mengubah
semua kalor menjadi usaha. Akan tetapi hal ini sangat sulit dicapai. Perban-
dingan antara jumlah kalor yang masuk dan usaha yang dilakukan mesin
dinyatakan sebagai efisiensi mesin.
Bila sistem dianggap sebagai suatu mesin yang mengubah kalor men-
jadi usaha, efisiensi mesin (η) dinyatakan sebagai perbandingan anatara
usaha yang dihasilkan mesin dengan jumlah kalor yang diserapnya. Jadi,
efisiensi mesin dirumuskan sebagai berikut.
W
η= × 100 0 0
Q

Keterangan:
η = efisiensi mesin (%)
W = Usaha yang dilakukan sistem dalam satu siklus (J)
Q = kalor yang diserap sistem (J)
Kita telah mempelajari hubungan antara kalor, usaha, dan hukum
termodinamika. Bagaimanakah penerapan materi yang tersebut dalam
kehidupan sehari-hari? Kalian akan mendapatkan jawabannya setelah
mempelajari uraian di bawah ini.

C Penerapan Hukum I Termodinamika

1. Mesin Kalor/Mesin Bahang (Heat Engine)


Jika kalor yang masuk ke dalam sistem lebih besar daripada kalor yang
keluar sistem dan usaha yang dilakukan sistem, maka sistem itu disebut
mesin kalor (heat engine). Mesin ini digunakan untuk menghasilkan usaha
yang keluar secara kontinu dengan cara melakukan siklus secara berulang-
ulang. Jika Q1 adalah kalor yang diserap sistem, Q2 adalah kalor yang
dilepas sistem, dan W adalah usaha yang dilakukan sistem (mesin), maka
efisiensi mesin dinyatakan dengan persamaan
W
η= × 100 0 0
Qmasuk

Karena proses ini adalah siklik (proses siklus), maka ΔU = 0. Sesuai


dengan hukum I Termodinamika
ΔU = ΔQ – W
Dengan, ΔQ = Qmasuk – Qkeluar
ΔQ = Q1 – Q2
W = Q1 – Q2

288 Fisika Kelas XI


Sehingga,

⎛ Q − Q2 ⎞
η=⎜ 1 ⎟ × 100 0 0
⎝ Q1 ⎠
⎛ Q ⎞
η = ⎜1 − 2 ⎟ ×100 0 0
⎝ Q1 ⎠

Keterangan:
η = efisiensi mesin
Q1 = jumlah kalor yang masuk (J)
Q2 = jumlah kalor yang keluar (J)

Prinsip kerja mesin kalor dapat digambarkan seperti gambar 8.10.


Dari gambar tersebut, kalor Q1 yang masuk mesin digunakan untuk
melakukan usaha dan menambah energi dalam sistem. Akan tetapi, tidak
semua kalor digunakan. Ada sebagian kalor yang dikeluarkan yakni Q2.
Transformasi kalor menjadi usaha dapat diperoleh dari dua macam
mesin, yaitu mesin bakar eksternal (external combustion engine) seperti me-
Gambar 8.10 Diagram
sin Stirling dan mesin uap, serta mesin bakar internal (internal combustion skematis aliran energi pada
engine) seperti mesin bensin dan mesin diesel. mesin kalor.

2. Mesin Carnot (Siklus Carnot)


Siklus Carnot merupakan Siklus Carnot ditunjukkan dengan
diagram P versus V pada gambar 8.12 di bawah. Proses yang terjadi
pada siklus Carnot dapat dijelaskan sebagai berikut. a b
Pemuaian
isotermik
1) Proses 1, proses dari A ke B, yaitu proses pemuaian secara
isotermik. Proses ini menyerap kalor Q1 dari sumber
bersuhu tinggi T1 dan seluruhnya diubah menjadi TL TH
QH
P
usaha sebesar W1. a
d a b c
2) Proses 2, proses dari B ke C, yaitu pemuaian Penekanan QH Pemuaian
adiabatik b adiabatik
secara adiabatik. Pada proses ini, sistem TH
dQ
tidak menyerap atau melepas kalor, tetapi L c TL
Q= 0 V
melakukan usaha sebesar W1 dan suhunya berkurang. Q=0

3) Proses 3, proses dari C ke D, yaitu pemampatan secara isotermik. c d


Penekanan
Pada proses ini sistem melepas kalor ke tempat bersuhu rendah isotermik
T2 sebesar Q2 dan melakukan usaha yang berharga negatif. Besar
usaha itu W3.
QL
4) Proses 4, proses dari D ke A, yaitu pemampatan secara adiabatik.
Pada proses ini, sistem tidak menyerap atau melepas kalor, tetapi Gambar 8.11 Grafik hubungan
tekanan dan volume pada
melakukan usaha yang berharga negatif, besarnya W4, serta suhu siklus Carnot.
sistem naik.

Termodinamika 289
Tandon suhu Diagram aliran arus pada sistem ini dapat ditunjukkan seperti Gam-
tinggi (T1)
bar 8.12. Usaha total yang dihasilkan mesin dalam satu siklus adalah
Q1

W = W1 + W2 + W3 + W4
W
Q2 W = Q1 – Q2
Tandon suhu
tinggi (T2) Keterangan:
Q1 = kalor yang diserap mesin
Gambar 8.12 Diagram aliran
energi sistem pada siklus Q2 = kalor yang dilepas mesin
Carnot.

Efisiensi mesin carnot dapat dicari dengan persamaan berikut.


Mozaik ⎛ Q − Q2 ⎞
η=⎜ 1 ⎟ × 100 0 0
⎝ Q1 ⎠
⎛ Q ⎞
η = ⎜1 − 2 ⎟ ×100 0 0
⎝ Q1 ⎠

Karena besar Q sebanding dengan suhu, maka efisiensi kesin karnot


dapat dicari dengan persamaan,
www.nnbb.com

Nicolas Leonard Sadi ⎛ T ⎞


Carnot (1796-1832) seorang η = ⎜1 − 2 ⎟ × 1000 0 0
ilmuwan Perancis, pada ⎝ T1 ⎠
tahun 1824 mengemukakan
gagasan tentang mesin
ideal secara teori. Mesin ini
Keterangan:
berdasarkan suatu proses T1 = suhu pada tandon (reservoir) tinggi
siklik sederhana termodi- T2 = suhu pada tandon (reservoir) rendah
namika. Gagasan Carnot
ini dikenal sebagai siklus Perhatikan contoh berikut.
Carnot.
Setyawan, Lilik Hidayat, 2004, hlm. 28

Contoh
1. Sebuah mesin melakukan usaha sebesar Ditanyakan
6.000 J. Kalor yang dibuang mesin ke a. Q1
tandon suhu rendah sebesar 2.000 J. Ten- b. η
tukan: Jawab:
a. kalor yang diserap mesin dari tandon a. Kalor yang diserap mesin dari tan-
suhu tinggi, don suhu tinggi di cari dari persa-
b. efisiensi mesin. man:
Penyelesaian: W = Q1 – Q2
Diketahui: Q1 = W + Q2
Q2 = 2.000 J Q1 = 6.000 J + 2.000 J
W = 6.000 J = 8.000 J

290 Fisika Kelas XI


4. Metabolisme Manusia
Mozaik Manusia dan hewan melakukan kerja. Kerja dilakukan dalam ham-
pir seluruh aktivitas manusia dan hewan. Kerja membutuhkan energi. di
Ketika melakukan kegiatan
berarti kita membakar, dalam tubuh manusia dan hewan terjadi proses perubahan energi. Proses
sejumlah energi di dalam ini disebut metabolisme. Untuk lebih mudahnya kita pakai diri kita, yaitu
tubuh yang tersimpan manusia. Kita dapat menggunakan Hukum I Termodinamika, ΔU = Q – W.
dalam timbunan lemak
dan otot tubuh. Energi
Jika kita melakukan kerja terus-menerus, semakin lama tubuh kita
yang dilepaskan ini diubah akan lelah. Karena itu perlu tambahan energi agar stamina kita bisa pulih.
menjadi panas atau kalor. yang menjadi sumber energi bagi tubuh kita adalah makanan. Akan tetapi
Sebagian kalor berfungsi
untuk menjaga keseimban-
energi dalam tubuh kita tidak dipertahankan oleh aliran kalor ke dalam
gan suhu tubuh sehingga tubuh kita. Pada suatu sistem tertutup, energi dalam berubah sebagai hasil
dapat bekerja pada suhu aliran kalor atau usaha yang dilakukan. Pada sistem terbuka, seperti pada
yang tepat. Sedang seba-
gian lagi dibuang.
hewan, energi dalam dapat mengalir secara bebas, baik ke dalam maupun
keluar. Karena itu, ketika suhu lingkungan lebih tinggi dari tubuh, tubuh
dari pelbagai sumber menyerap kalor dari lingkungan, akan tetapi tubuh tidak menggunakan
kalor yang diserap tersebut untuk menunjang proses vitalnya.
Pada saat menyantap makanan, berarti kita memasukkan membawa
energi masuk ke dalam tubuh kita, yang kemudian menaikkan energi
dalam U pada tubuh. Energi ini digunakan untuk melakukan kerja atau
usaha.
Untuk mengetahui sejauh mana kalian menguasai materi di depan,
kerjakan Uji Kompetensi berikut.
Uji Kompetensi
1. Jelaskan proses-proses yang terjadi pada siklus Carnot.

2. Sebutkan dan jelaskan penerapan Hukum I Termodinamika


dalam kehidupan sehari-hari.

3. Jelaskan proses yang terjadi pada mesin empat langkah atau


mesin empat tak?

4. Suatu mesin Carnot mempunyai efisiensi 40% jika dipasang


pada suhu reservoir tinggi 700 K. Tentukan efisiensi mesin Carnot
jika dipasang pada reservoir tinggi 900 K.

5. Sebuah mesin melakukan usaha sebesar 700 kJ. Kalor yang


dibuang mesin ke tandon suhu tinggi sebesar 300 kJ. Tentukan:
a. kalor yang diserap mesin dari tandon suhu tinggi
b. efisiensi mesin.

Hukum I Termodinamika telah kita pelajari. Sekarang marilah kita


pelajari Hukum II Termodinamika pada uraian di berikut ini.

D Hukum II Termodinamika
Ketika memegang ujung besi sementara ujung satunya dipanaskan,
tangan kita akan terasa panas. Kejadian ini menunjukkan adanya aliran
kalor dari ujung besi yang dipanaskan ke ujung besi yang dipegang. Jadi,
kalor mengalir dari sistem yang bersuhu tinggi ke sistem yang bersuhu
292 Fisika Kelas XI
rendah. Sekarang, ketika kalian memegang salah satu ujung besi semen-
tara ujung satunya dimasukkan ke dalam air es, tangan kita tidak merasa
dingin. Kejadian ini menunjukkan bahwa kalor tidak dapat mengalir dari
sistem bersuhu rendah menuju sistem bersuhu tinggi. Dua kenyataan ini
merupakan salah satu rumusan Hukum II Termodinamika. Untuk menge-
tahui lebih jauh tentang Hukum II Termodinamika, simaklah penjelasan
berikutnya. Gambar 8.14 Kalor dapat
mengalir dari suhu tinggi ke
suhu rendah.
1. Hukum II Termodinamika
Tandon suhu B
Di kelas X semester II, kalian telah mempelajari materi Suhu dan tinggi (T2)

Kalor. Salah satu materi yang dipelajari pada bab tersebut adalah Asas
Black. Menurut Asas Black, kalor berpindah dari benda bersuhu tinggi ke
benda bersuhu lebih rendah. Ini dapat kita lihat pada kejadian yang telah
diterangkan di muka. Asas Black ini sesuai dengan Hukum II Termodi-
namika.
Tandon suhu A
Hukum II Termodinamika menjelaskan tiga rumusan mengenai per- rendah (T1)
pindahan kalor sebagai berikut. Ta T1
(a)
a. Kalor tidak mungkin berpindah dari sistem bersuhu rendah
ke sistem bersuhu tinggi secara spontan. Tandon suhu B
tinggi (T2)
Clausius mempunyai perumusan bahwa tidaklah mungkin memin-
dahkan kalor dari tandon yang bersuhu rendah ke tandon yang bersuhu
Q2
lebih tinggi tanpa dilakukan usaha. W
Berdasarkan Gambar 8.15 (a), kalor tidak mungkin pindah dari A ke
Q1
B tanpa usaha. Jadi untuk memindahkan kalor dari A ke B harus disertai
adanya usaha dari luar (Gambar 4.15(b)). Tandon suhu A
rendah (T1)

b. Tidak ada mesin yang mengubah seluruh kalor yang masuk Ta T1


menjadi usaha. (b)

Hukum II Termodinamika menurut Kelvin Planck adalah tidak ada Gambar 8.15 (a) Tanpa
usaha, kalor tidak mungkin
mesin yang bekerja dalam satu siklus dapat mengubah kalor menjadi usaha berpindah dari tandon suhu
seluruhnya. Gambar 8.16(a) menunjukkan proses yang tidak mungkin ter- rendah ke tendon suhu tinggi.
(b) Kalor dapat berpindah
jadi. Sedangkan Gambar 8.16(b) menunjukkan proses mesin mengubah dari tendon suhu rendah
kalor menjadi usaha. Kalor Q1 sebagian menjadi usaha W dan sisanya Q2 ke tendon suhu tinggi jika
sistem dikenai usaha (sistem
sebagai kalor yang dibuang. menerima usaha).
Tandon suhu
tinggi (T1)

Q1
Tandon bersuhu T

Q W
Q2

W
Tandon suhu
rendah (T2)

(a) (b)

Gambar 8.16 (a) Keadaan mesin yang tidak mungkin terjadi. (b) keadaan mesin yang
dapat terjadi yaitu mengambil kalor dari tendon bersuhu tinggi dan digunakan sebagian
untuk usaha, dan sebagian lagi dilepaskan ke tendon bersuhu rendah

Termodinamika 293
Mesin yang bekerja di antara tandon suhu tinggi T1 dan tandon suhu
rendah T2 mempunyai efisiensi:

⎛ Q ⎞
η = ⎜1 − 2 ⎟ × 100 0 0
⎝ Q1 ⎠

c. Jika suatu sistem mengalami perubahan secara spontan, maka


perubahan akan berarah sedemikian rupa sehingga entropi sistem
akan bertambah, atau akan tetap nilainya.
Entropi (s) merupakan perubahan keadaan pada sistem yang seim-
bang. Perubahan entropi (Δs) dalam suatu sistem dirumuskan sebagai
berikut.
ΔQ
Δs =
T

Mengenai entropi, akan kita bahas lebih jauh pada materi kemudian.
Sebelum kita masuk materi entropi, marilah kita bahas terlebih
dahulu materi berikut ini.
2. Proses Reversibel dan Irreversibel
Proses reversibel disebut pula proses terbalikan. Sementara proses
irreversibel disebut proses tak terbalikan. Untuk memahami arti proses
reversibel dan ireversibel, marilah bahas contoh berikut.
Menurut Hukum I Termodinamika, energi bersifat kekal. Dari pro-
ses-proses yang telah kita pelajari, ada suatu proses yang memungkinkan
suatu sistem mengubah kalor yang diterimanya menjadi usaha seluruh-
(a) nya. Karena energi bersifat kekal, maka besar Q dapat berubah seluruhnya
menjadi usaha W, atau sebaliknya seluruh usaha W dapat berubah men-
jadi kalor Q. Atau berlaku persamaan
Q =W Keterangan:
W =Q Δs = perubahan entropi (JK-1)
ΔQ = perubahan besar kalor (J)
(b)
Namun, menurut Hukum II Termodinamika, kejadian berubahnya
usaha oleh sistem menjadi kalor tidak mungkin terjadi. Jadi, kalor dapat
berubah menjadi usaha adalah mungkin. Akan tetapi, proses sebaliknya,
usaha berubah menjadi kalor tidaklah mungkin terjadi. Kejadian ini
merupakan proses irreversibel.
Contoh konkret, sebuah gelas jatuh dari atas meja kemudian pecah.
(c)
Gambar 8.17 Proses dari a sampai
Kejadian ini sangat mungkin terjadi. Akan tetapi, kejadian sebaliknya,
c sangat mungkin terjadi. Akan yaitu pecahan gelas akan bersatu membentuk gelas dan berada di atas meja
tetapi, proses sebaliknya dari c ke
a tidak pernah terjadi.
lagi tidak mungkin terjadi. Inilah contoh proses irreversibel. Contoh lain
dari proses irreversibel adalah jika air panas dicampur dengan air es. Pada

294 Fisika Kelas XI


dQr
ΔS = ∫
T
Qr
ΔS =
T

T2
dT
S2 − S1 v = ∫ C v
T1 T

T2
S2 − S1 v = ΔS = C v ln
T1
Jika proses reversibel terjadi pada tekanan tetap, perubahan entro-
pinya adalah sebagai berikut.
T2
dT
( S2 − S1 ) v = ∫ C p
T1 T

Jika Cp dianggap tetap, maka:

T2
( S2 − S1) v = ΔS = C p ln
T1

4. Perubahan Entropi dalam Proses Ireversibel (Pengayaan)


Perubahan entropi, seperti yang dirumuskan dalam persamaan di
ΔQ
depan, Δs = berlaku untuk proses reversibel. Namun, karena entropi S
T
adalah variabel keadaan, maka nilai perubahannya hanya ditentukan oleh
keadaan awal dan akhir proses. Jadi, pada proses ireversibel boleh meng-
gunakan rumus entropi pada proses reversibel, asalkan keadaan awal dan
akhir proses ini sama.
Jika proses terjadi pada tekanan tetap Cp, maka:
T2
ΔSbenda = S2 − S1 = C p ln
T1
T
Karena T2 > T1, maka kalor masuk ke dalam benda, dan ln 2 ber-
nilai positif. Dalam keadaan ini, entropi naik. T1
Suhu reservoir tetap (T2), karena itu perubahan entropinya sama de-
ngan perubahan entropi pada proses isotermik reversibel.
dt
ΔSreservoir = ∫
T2

dQ = Cp dT, sehingga:
T
1 2

ΔSreservoir = C p ∫ dT
T2 T1
T2 − T1
ΔSreservoir = C p
T2
Karena kalor keluar dari reservoir, maka:
T2 − T1
ΔSreservoir = − C p
T2

Perubahan entropi total adalah:

296 Fisika Kelas XI


⎛ T T −T ⎞
ΔS = ΔSbenda + ΔSreservoir = C p ⎜⎜ ln 2 − 2 1 ⎟⎟
⎝ T1 T2 ⎠

Bagaimanakah Hukum II Termodinamika diterapkan dalam kehidup-


an sehari-hari? Untuk mengetahuinya, pelajari uraian di bawah ini.
5. Penerapan Hukum II Termodinamika
Penerapan Hukum II Termodinamika dapat kita lihat pada pelbagai
produk teknologi, antara lain lemari es dan penyejuk udara (AC). Bagai-
manakah Hukum II Termodinamika diterapkan dalam alat-alat tersebut?
Mari kita bahas satu per satu.

a. Lemari Es
Salah satu penerapan Hukum II Termodinamika adalah lemari es QH QL
(refrigerator). Prinsip kerja lemari es berdasarkan rumusan Clausius yang
menyatakan bahwa untuk memindahkan kalor (Q1) dari dalam refrigera-
tor yang bersuhu rendah ke refrigerator bersuhu lebih tinggi diperlukan
usaha. (a)

Kalian mungkin bertanya-tanya mengapa bagian luar le- katup


pemuai
mari es terasa hangat, padahal di dalamnya dingin. Prinsip kerja
lemari es adalah mengambil kalor dari daerah bersuhu dingin tekanan tinggi
(bagian dalam lemari es) dan mengeluarkannya pada daerah
gulungan gulungan
bersuhu tinggi (bagian luar lemari es). Untuk mengeluarkan kondensor pendingin
(di luar (di dalam
kalor dari tempat bersuhu rendah ke tempat bersuhu tinggi lemari es) lemari es)
diperlukan usaha (W). Karena bagian dalam kekurangan kalor, QL (dari dalam
QH (keluar)
maka suhunya akan rendah, sebaiknya bagian luar terasa hangat lemari es
ke gulungan)
karena menerima kalor dari dalam. Bagian-bagian lemari es dan
skema prinsip kerja lemari es dapat kalian lihat pada Gambar uap
uap
8.18. tekanan tekanan
tinggi rendah
Untuk lemari es atau mesin yang serupa, efisiensi din-
yatakan dengan koefisien pendingin (w). Koefisien pendingin kompresor
dirumuskan sebagai:
(b)
Q1
η= × 100 0 0 Gambar 8.18 (a) Diagram pertu-
W karan kalor pada lemari es. (b)
Bagian-bagian lemari es.
Berdasarkan hukum termodinamika, Q2 = W + Q1, atau
W = Q2 – Q1. Jadi: Keterangan:
Q1 η = koefisien pendingin
η= × 100% W = usaha luar yang dilakukan pada
Q2 − Q1
mesin
⎛ Q1 ⎞ Q = jumlah kalor yang diserap dari
η=⎜ − 1 ⎟ × 100% 1
Q
⎝ 2 ⎠ tandon suhu rendah
Q2 = jumlah kalor yang dikeluarkan
padatandon suhu tinggi
Termodinamika 297
3
C v = nR
2

⎛ T2 T2 − T1 ⎞
ΔS= ΔSbenda + ΔSreservoir = Cp ⎜ ln − ⎟⎟

⎝ T1 T2 ⎠
T elaah Istilah
Efisiensi mesin Perbandingan antara usaha yang Proses isobarik Proses perubahan keadaan sistem
dihasilkan mesin dengan jumlah kalor yang diserap- pada tekanan tetap
nya
Proses irreversibel Suatu proses yang tidak dapat
Entropi Perubahan keadaan pada sistem yang balik keadaan awalnya
seimbang
Proses reversibel Proses yang tidak menghasilkan
Kapasitas kalor Jumlah kalor yang diperlukan entropi
untuk menaikkan suhu gas satu Kelvin
Reservoir Benda yang suhunya tidak berubah wa-
Proses adiabatik Proses perubahan keadaan laupun sejumlah kalor mengalir keluar atau masuk
sistem tanpa ada kalor yang masuk atau keluar dari ke dalamnya
sistem
Siklus Proses yang membawa sistem kembali ke
Proses isotermal Proses perubahan keadaan sistem keadaan semula (awal)
pada suhu tetap
Termodinamika Ilmu yang mempelajari hubungan
Proses isokhorik Proses perubahan keadaan sistem antara kalor dengan usaha dan energi
pada volume tetap

Ulangan Harian

A Pilihlah jawaban yang paling tepat. c. P d. P


P2
1. Suatu gas ideal yang mengalami proses iso- P2
barik, maka: P1 P1
(1) suhu gas berubah
(2) jumlah partikel gas tetap V1 = V2 V
V1 V2
(3) tekanan gas tetap e. P

Jawaban yang benar adalah . . . . P2


a. (1) dan (2)
P1
b. (1) dan (3)
c. (2) dan (3) V1 V2 V
d. (2) saja
3. Untuk menaikkan suhu 3 mol helium
e. (1), (2), dan (3)
sebesar 2oC pada tekanan tetap, diperlukan
2. Dari diagram-diagram hubungan tekanan usaha sebesar … J. (R = 8,31 J mol-1 K-1)
P terhadap volume V berikut, proses yang a. 8,310 d. 33,24
menghasilkan kerja ditunjukkan oleh dia- b. 16,62 e. 49,86
gram . . . . c. 24,93 P
5
a. P b. P 4. Dari diagram hu-
P2 bungan P terhadap
P1 = P2 V di bawah ini, be-
P1
sar usaha yang di- 2
lakukan gas selama
V1 V2 V
V1 V2 V proses adalah … J
2 5 V

300 Fisika Kelas XI


P (Pa)
10. Suatu gas ideal 5 P Q
5 . 10
a. 6 d. 10,5 mengalami pro-
b. 9 e. 15 ses seperti ditun-
c. 9,5 jukkan pada gam- 2 . 105
S R
5. Suatu gas menyerap kalor dari lingkungan bar. Usaha yang
sebesar 100 kalori. Pada saat yang sama, gas dilakukan gas
2 5 V (m3)
menerima usaha sebesar 200 kalori. Perubah- tersebut adalah
an energi dalam gas adalah. . . . ....
a. 100 joule d. 420 joule a. 9,0×105 J d. 2,0×106 J
b. 240 joule e. 720 joule b. 1,0×106 J e. 2,5×106 J
c. 300 joule c. 1,5×106 J

6. Suatu gas volumenya 2×10-2 m3. Volume gas 11. Grafik hubungan tekanan terhadap volume
tersebut dinaikkan menjadi 5 kali lipat dari di bawah ini yang menunjukkan proses iso-
volume semula. Jika gas melakukan usaha barik adalah . . . .
sebesar 5·103 J, maka tekanan gas adalah … a. P d. P
-2 P1
Nm . P1 = P2
a. 5,00 × 102 d. 6,50 × 104 P2
4
b. 6,25 × 10 e. 7,00 × 105
5
c. 6,25 × 10 V1 V2 V
V V
7. Reservoir dari suatu mesin Carnot bersuhu
500 K dan 2.000 K. Jika kalor yang diserap b. P e. P
mesin sebesar 5.000 J, usaha yang dilakukan P1 P
mesin tersebut adalah ... joule.
a. 1.250 d. 5.250 P2

b. 1.500 e. 5.500 V V
c. 3.750 V1 V2 V

c. P
8. Suatu mesin menggunakan reservoir suhu P1
tinggi 800 K dan mempunyai efisiensi
25 %. Untuk menaikkan efisiensi mesin P2
menjadi 50 %, suhu reservoir tinggi harus
dinaikkan menjadi … K. V1 V2 V

a. 1.100 d. 1.400
b. 1.200 e. 1.500 12. Di antara lima mesin Carnot berikut yang
c. 1.300 mempunyai efisiensi mesin terbesar adalah
....
9. Mesin Carnot mengambil panas sebesar
1.000 kalori dari sumber panas yang ber- Suhu tinggi Kalor yang Usaha
suhu 1.000 K dan melepas panas pada ling- reservoir (K) diserap (J) mesin (J)
kungan yang bersuhu 800 K. Usaha yang a. 500 1000 500
dilakukan mesin adalah … kalori.
b. 600 900 300
a. 200 d. 800
b. 240 e. 900 c. 700 1.000 800
c. 400 d. 800 2.000 1.600
e. 900 300 100

Termodinamika 301
13. Usaha yang dilakukan lingkungan pada lakukan piston sewaktu piston mengalami
suatu gas yang mengalami pemampatan kompresi sehingga jaraknya menjadi 12,5
dari 20 m3 menjadi 15 m3 pada tekanan 2 cm dari dasar tabung?
atm adalah . . . J. 5. Gas oksigen bersuhu 37oC dipanaskan
5
a. 2,0 × 10 d. 1,5 × 106 secara isobarik sampai suhunya menjadi
5 6
b. 2,5 × 10 e. 2,5 × 10 370 K pada tekanan 2 atm. Jika diketahui
6
c. 1,0 × 10 volume gas 2 liter, tentukan usaha luar yang
dilakukan gas oksigen tersebut.
14. Mesin Carnot bekerja di antara suhu 527
o
C dan 277 oC. Jika kalor yang diberikan 6. Sejumlah gas pada tekanan 3 atm dimam-
dari tandon suhu tinggi sebesar 2 kJ, patkan secara isotermik pada suhu 25oC
efisiensi mesin adalah . . . . sehingga volumenya menjadi 0,25 kali volu-
a. 30 % d. 31,25 % me semula. Hitunglah tekanan akhir gas.
b. 30,25 % e. 35,01 % 7. Dalam suatu siklus, sebuah mesin meng-
c. 31,15 % ambil kalor sebanyak 350 J dari reservoir
15. Suatu gas ditekan ke silinder bersuhu 327oC dan memindahkannya ke
atas sehingga suhunya reservoir bersuhu 127oC.
o
tetap, sebesar 27 C, a. Hitunglah efisiensi mesin tersebut.
seperti ditunjukkan gas b. Usaha yang dilakukan mesin pada satu
pada gambar. Selama siklus.
piston
kompresi pada gas
8. Sebuah mesin membakar bensin pada suhu
telah dilakukan usaha
500 K. Mesin tersebut mempunyai suhu
sebesar 650 J. Perubah-
rendah 77 oC. Hitunglah efisiensi maksi-
an entropi yang dialami gas adalah … J/K
mum mesin tersebut.
a. 2,72 d. −2,40
b. 2,20 e. −2,72 9. Sebuah mesin menghasilkan energi sebesar
c. −2,20 3.000 J. Dari energi tersebut, seperempat-
nya dibuang ke berbagai bagan mesin dan
B Jawablah pertanyaan berikut dengan benar sistem pendinginnya. Tentukan:
a. besar usaha yang dilakukan mesin.
1. Jelaskan pengertian dari istilah-istilah beri- b. efisiensi mesin.
kut.
a. proses isotermik 10.
b. proses isobarik
Panas Dingin
c. proses isokhorik
d. proses adiabatik
2. Sebutkan dan jelaskan aplikasi Hukum- Gambar di atas menunjukkan bejana yang
hukum Termodinamika. dibagi 2 bagian dengan volume sama.
3. Hitunglah usaha yang dilakukan oleh gas Kedua bagian tersebut berisi gas yang sama
yang memuai dari 2 m3 menjadi 5 m3 pada dengan jumlah massa yang sama (1 g). Suhu
tekanan 2 atm. gas pada bejana panas 77 oC, dan bejana
yang dingin 10 oC. Jika gas di dalam bejana
4. Sebuah piston mempunyai jarak 15 cm panas suhunya berkurang menjadi 70 oC,
dari dasar tabung yang diameternya 6,5 tentukan perubahan entropi pada gas di
cm. Jika tekanan efektif dalam silinder dalam bejana panas. (Diketahui: cv(gas) = 745
0,5×106 Pa, berapakah usaha yang di- J kg-1 K-1).

302 Fisika Kelas XI


Latihan Ulangan Kenaikan Kelas

A Pilihlah jawaban yang paling tepat. 8. Sumber energi yang menghasilkan energi
dalam jumlah besar adalah . . . .
1. Perbandingan jarak yang ditempuh dengan a. air d. angin
selang waktu yang dibutuhkan disebut . . . . b. nuklir e. panas bumi
a. jarak d. kelajuan c. cahaya
b. perpindahan e. percepatan
9. Besarnya energi potensial suatu benda di-
c. kecepatan
pengaruhi oleh . . . .
2. Roni berjalan ke selatan sejauh 30 m, lalu ke a. massa, posisi, dan gravitasi
timur sejauh 40 m. Perpindahan yang diala- b. massa, kecepatan, dan gravitasi
minya adalah . . . m. c. massa, kecepatan, dan posisi
a. 30 d. 60 d. massa, ketinggian posisi, dan kecepatan
b. 40 e. 70 e. kecepatan dan massa
c. 50
10. David Beckham menendang bola yang
3. Seorang tentara meluncurkan roket jarak diam, sehingga bergerak dengan kecepatan
dekat dari atas tebing dengan ketinggian 20 m/s. Jika massa bola 0,5 kg, besar impuls
125 m pada arah horizontal. Rudal itu me- saat kaki menyentuh bola adalah . . . kg m/s.
luncur dengan kecepatan awal 50 m/s. Jika a. 40 d. 10
percepatan gravitasi sebesar 10 m/s2, jarak b. 30 e. 5
yang ditempuh rudal dihitung dari dasar c. 20
tebing adalah . . . . m
11. Pemburu menembak burung dengan sena-
a. 175 d. 275
pan seberat 4 kg. Peluru bermassa 25 g de-
b. 200 e. 300
ngan kecepatan 50 m/s, kecepatan senapan
c. 250
setelah menembakkan peluru adalah . . . .
4. Sebuah yoyo yang dimainkan seorang anak a. 2 m/s ke belakang d. 3 m/s ke depan
menghasilkan 180 putaran/menit. Freku- b. 3 m/s ke belakang e. 4 m/s ke depan
ensi putaran yoyo sebesar . . . Hz. c. 2 m/s ke depan
a. 180 d. 20
12. Tumbukan lenting sempurna bila . . . .
b. 90 e. 3
a. e = 1 d. 0 < e <1
c. 60
b. e < 1 e. e = 0
5. Sebuah batu di bumi bermassa 1 kg. Jika c. e > 1
batu tersebut dibawa ke sebuah planet yang
13. Jarak sumbu roda belakang dan roda depan
massanya 5 kali massa bumi dan jari-jarinya
sebuah sepeda motor adalah 1,2 m. Motor
2 kali jari-jari bumi, maka berat batu men-
tersebut mempunyai massa 150 kg. Jika
jadi . . . . N
pusat massa sepeda motor terletak ditengah-
a. 12,5 d. 9,5
tengah antara roda depan dan belakang, be-
b. 11,5 e. 8,5
ban yang diterima kedua roda adalah . . . N.
c. 10,5
a. 1.500 d. 600
6. Satuan usaha menurut sistem SI adalah . . . . b. 1.200 e. 300
a. joule d. watt c. 750
b. newton e. hooke
14. Sebuah roda bergigi dengan jejari 25 cm
c. meter
dan massa 1 kg berputar dengan kecepatan
7. Seekor kerbau menarik pedati dengan gaya 300 rpm. Momen inersia roda gigi tersebut
100 N. Usaha yang dilakukan kerbau saat adalah . . . kgm2.
pedati bergerak sejauh 10 m adalah . . . kJ a. 0,05 d. 0,02
a. 1 d. 1.000 b. 0,04 e. 0,01
b. 10 e. 10.000 c. 0,03
c. 100
Latihan Ulangan Kenaikan Kelas 303
15. Sebuah bola pejal bermassa 0,5 kg dan jari- 22. Sifat fluida ideal adalah . . . .
jarinya 15 cm ditendang hingga berputar a. volume dapat berubah karena pengaruh
dengan kecepatan 60 rpm. Momentum tekanan
sudut bola tersebut adalah . . . kg rad/s. b. massa jenis dapat berubah karena pe-
a. 0,05 d. 0,02 ngaruh tekanan
b. 0,04 e. 0,01 c. dapat berpindah tanpa ada gesekan
c. 0,03 d. mengalami gesekan saat berpindah
16. Budi mempunyai massa 50 kg dan luas e. garis alir bebas
telapak kaki 200 cm2. Jika percepatan gravi- 23. Berat molekul karbon adalah 12 g/mol. Jika
tasi 10 m/s2, tekanan yang diterima lantai di bilangan Avogadro (NA) adalah 6,02 × 1023
tempat Budi berpijak adalah . . . N/m2 mol-1, massa molekul karbon adalah . . . kg.
a. 25.000 d. 22.000
b. 24.000 e. 21.000 a. 2 × 10-26 d. 5 × 10-26
-27
c. 23.000 b. 2 × 10 e. 5 × 10-27
-23
c. 5 × 10
17. Jika percepatan gravitasi 10 m/s2 dan massa
jenis air 1 gram/cm3, maka tekanan hidro- 24. Di dalam 8 gram oksigen (Mroksigen = 16 g/mol)
statis pada kedalaman 2 m dari permukaan terdapat jumlah atom sebanyak . . . atom
air adalah . . . Pa. a. 12 × 1023 d. 3 × 1023
23
a. 5 d. 2 b. 8 × 10 e. 5 × 1022
23
b. 4 e. 1 c. 6 × 10
c. 3 25. Kelajuan rms dari molekul oksigen dalam
18. Sebuah dongkrak hidrolik terdiri atas dua udara bersuhu 0oC adalah . . . . m/s.
buah tabung yang saling berhubungan. (k = 1,38 × 10-23 J/K)
Diameter salah satu tabung dua kali lebih a. 650 d. 653
besar dari tabung lainnya. Perbandingan b. 651 e. 654
gaya pada tabung pertama dengan tabung c. 652
kedua adalah . . . . 26. Energi kinetik translasi rata-rata dari suatu
a. 1 : 4 d. 2 : 1 molekul gas bermassa m pada suhu T, dan
b. 3 : 4 e. 3 : 4 tetapan Boltzmann k adalah . . . .
c. 1 : 2
3 2
19. Sebuah batu dimasukkan ke dalam gelas a. kT d. mv2
yang penuh berisi air. Jika volume air yang 2 3k
tumpah sebesar 0,5 m3, gaya tekan ke atas 3 3kT
b. kT e.
yang dialami batu adalah . . . N. 2m m
a. 4,5 d. 6 1 2
b. 5 e. 7 c. mk
c. 5,3 2
27. Suatu gas mempunyai massa jenis sebesar
20. Sebuah batu akan tenggelam jika dimasuk-
1,5 kg/m3 pada temperatur kamar. Laju rms
kan ke dalam air. Hal ini disebabkan . . . .
molekul-molekul gas tersebut adalah . . . m/s.
a. Wbatu > Fatas
a. 459 d. 450
b. Wbatu < Wair
b. 456 e. 447
c. V ρbatu g = V ρair g
c. 453
d. ρbatu < ρair
e. massa batu < massa air 28. Energi kinetik translasi 2 mol gas ideal pada
21. Gaya tarik-menarik antara molekul-molekul suhu 0oC adalah . . . kJ. (R = 8,314 kJ/kmol K)
yang tidak sejenis disebut . . . . a. 7,1 d. 6,6
a. kohesi d. ikatan b. 7,0 e. 6,0
b. adesi e. ion c. 6,8
c. radisai

304 Fisika Kelas XI


29. Suatu gas ideal mempunyai massa jenis ρ e. seluruh kalor yang masuk ke mesin dapat
dan laju rms sebesar v. Tekanan gas tersebut diubah seluruhnya menjadi usaha
adalah . . . . 35. Suatu gas di dalam tabung tertutup yang
1 1 2 dipanasi mengalami kenaikan energi sebesar
a. mv2 d. ρv
2 3 1.000 J. Selama pemuaian, gas menyerap
1 1 kalor sebanyak 2.500 J. Usaha luar yang
b. ρmv2 e. ρmv2 dilakukan gas adalah . . . J
3 3
a. 1.500 d. 4.567
1 2
c. ρv b. 3.500 e. 5.500
2 c. 4.500
30. Pada suatu ruang pendingin terdapat 1 atom 36. Kapasitas kalor suatu gas yang mengalami
hidrogen tiap 1 cm3 udara. Temperatur ru- proses isokhorik adalah . . . nR.
angan tersebut 730C di bawah nol. Laju rms 2 5
a. d.
atom-atom hidrogen yang terdapat dalam 3 2
ruangan tersebut adalah . . . m/s. 3 3
b. e.
(R = 8,314 kJ/kmol K; Ar hidrogen 1 kg/ 2 5
kmol) 2
a. 2,2 × 103 d. 2,5 × 103 c.
3 5
b. 2,3 × 10 e. 2,6 × 103
c. 2,4 × 10 3 37. Suatu gas memiliki kapasitas kalor pada
tekanan tetap sebesar 650 J/kg K. Kapasi-
31. Pada soal nomor 36, tekanan yang dihasil- tas kalor gas pada volume tetap adalah . . .
kan atom hidrogen sebesar . . . . J/kg K.
a. 2,6 × 10-15 Pa d. 2,7 × 10-15 Pa a. 370 d. 400
-16
b. 2,6 × 10 Pa e. 2,7 × 10-16 Pa b. 380 e. 410
-17
c. 2,6 × 10 Pa c. 390
32. Gas oksigen yang mempunyai Ar = 16 38. Mesin carnot bekerja dengan suhu tinggi
kg/kmol dan gas karbon dengan Ar = 12 60oC dan suhu rendah 30oC. Efisiensi me-
kg/kmol berada pada suhu yang sama. sin tersebut adalah . . . %.
Perbandingan energi kinetik oksigen dan a. 60 d. 20
karbon adalah . . . . b. 50 e. 0,5
a. 1,33 d. 0,45 c. 30
b. 0,90 e. 1
c. 0,75 39. Sebuah mesin menyerap kalor dari tandon
suhu tinggi sebesar 26 kJ. Sedangkan kalor
33. Besar usaha yang dilakukan lingkungan ter- yang dibuang ke tandon suhu rendah sebe-
hadap 32 g oksigen (Mr O = 16) yang meng- sar 20 kJ. Usaha yang dilakukan mesin dan
alami pemampatan dari 30 liter menjadi 20 efisiensi mesin adalah . . . .
liter pada tekanan 2 atm adalah . . . . kJ. a. 8 kJ dan 53 % d. 4 kJ dan 43 %
a. 2 × 106 d. 1 × 104 b. 6 kJ dan 43 % e. 4 kJ dan 33 %
6
b. 1 × 10 e. 2 × 103 c. 6 kJ dan 33 %
4
c. 2 × 10
34. Hukum I Termodinamika menyatakan . . . . 40. Sebuah lemari es mempunyai daya sebesar 350
a. kalor yang diterima gas digunakan watt. Jika dalam 1 menit, mesin memindah-
untuk menambah energi dalamnya kan kalor sebesar 5 kJ dari dalam lemari es ke
b. kalor yang dilepas sama dengan kalor lingkungan, berapakah jumlah total kalor yang
yang diterima diterima lingkungan dalam waktu 1 hari?
c. usaha yang dilakukan gas digunakaan a. 507,2 kJ. d. 610,2 kJ.
untuk menyerap kalor dari luar b. 508,2 kJ. e. 611,2 kJ.
d. tidak mungkin dibuat mesin yang dapat c. 509,2 kJ.
mengubah seluruh kalor menjadi usaha

Latihan Ulangan Kenaikan Kelas 305


B Jawablah pertanyaan berikut dengan benar 7. Sebuah benda de-
ngan berat 50 N
1. Posisi mobil yang sedang melaju setiap saat digantung pada tali
ditinjau dari awal geraknya diberikan dengan (lihat gambar di

persamaan r = (2t 2 + t )i + t 3 j . Tentukan: samping). Hitunglah
a. persamaan kecepatan dan percepatan tegangan tali A.
mobil. 8. Jelaskan pengertian dari istilah-istilah berikut.
b. kecepatan dan percepatan mobil saat t = 2 s a. Proses isobarik c. Proses isotermik
2. Sebuah piringan hitam berputar sebanyak 2 b. Proses isokhorik d. Siklus carnot
kali tiap detik. Tentukan (a) frekuensi putaran, 9. Afif dan Munir akan menaikkan masing-ma-
(b) kecepatan sudut, (c) periode, dan (d) sudut sing satu kardus buku bermassa 20 kg ke atas
yang ditempuh selama 1 menit. mobil bak terbuka. Afif menaikkan kotak ke
3. Tentukan besar gaya gravitasi bumi dan atas mobil tanpa perantara alat, sedangkan
medan gravitasi bumi yang dialami pesawat Munir menaikkan kotak dengan papan miring
bermassa 500.000 ton jika: sepanjang 2 m. Apabila ketinggian bak mobil
a. pesawat berada di permukaan bumi. dari tanah adalah 1 m, hitunglah perbandingan
b. pesawat berada pada ketinggian 1 kali usaha yang dilakukan keduanya. (g = 10 m/s2)
jejari bumi dari permukaan bumi.
c. pesawat berada pada ketinggian 2 kali 10. Sebuah beban bermassa 100 gram digan-
jejari bumi dari permukaan bumi. tungkan pada pegas. Akibatnya, pegas yang
(diketahui jejari bumi = 6,4 × 106 m semula mempunyai panjang 5 cm bertambah
dan massa bumi = 5,98 × 1024 kg). menjadi 7,5 cm. Jika g = 10 m/s2, tentukan
(a) konstanta pegas, (b) usaha yang dilakukan
4. Sebuah benda bermassa 500 gram dijatuhkan beban, dan (c) energi potensial pegas.
dari ketinggian 10 m di atas pegas yang mem-
punyai konstanta 500 N/m. Jika percepatan 11. Di dalam pipa minyak bumi berdiameter
30 cm, minyak bergerak dengan kelajuan 3
gravitasi di tempat tersebut 10 m/s2, tentukan:
m/s. Hitunglah debit minyak yang mengalir
a. energi potensial gravitasi yang dimiliki
tiap detik.
benda pada kedudukan semula.
b. pemendekan yang dialami pegas. 12. Gas oksigen (Mr = 32 kg/kmol) dan gas
c. kecepatan benda saat menyentuh pegas. nitrogen (Mr = 28 kg/kmol) berada pada
d. energi potensial pegas. temperatur yang sama. Tentukan (a) per-
bandingan energi kinetik oksigen dengan
5. Seorang pemain biliar membidik bola nomor nitrogen dan (b) perbandingan laju rata-rata
5. Saat dipukul, bola putih bergerak dengan oksigen dengan nitrogen.
kecepatan 2 m/s. Jika tumbukan bola putih
dengan bola nomor 5 berupa tumbukan 13. Mobil bermassa 1.000 kg bergerak dengan ke-
lenting sempurna, tentukan kecepatan ma- cepatan 10 m/s. Dari arah berlawanan, mobil
sing-masing bola setelah tumbukan. bermassa 1.500 kg bergerak dengan kecepatan
8 m/s, sehingga terjadi tabrakan dan kedua
6. Dua orang pesumo mendorong kotak dari mobil bergerak menjadi satu. Tentukan ke-
arah berlawanan. Pesumo I mendorong ke cepatan kedua mobil setelah tabrakan.
kanan dengan gaya 350 N, sedangkan pesu-
mo II mendorong kotak ke kiri dengan gaya 14. Jelaskan prinsip Hukum I Termodinamika
360 N, sehingga kotak berpindah 2 m ke dan Hukum II Termodinamika.
kiri. Berapa usaha pesumo I dan II? Berapa 15. Suatu gas ideal berekspansi secara isotermik
pula usaha totalnya? hingga volumenya menjadi 20 liter. Berapak-
ah usaha yang dilakukan gas tersebut jika
volume awal 5 liter dan tekanan awal 2 atm?

306 Fisika Kelas XI


Ulangan
KunciAkhir
Jawaban
Semester

Ulangan Harian Bab I 9. a. 0,05 m


b. 0
A Pilihlah jawaban yang paling tepat. c. 4 detik
1. D 9. B 15. C d. 0,025 cos 12 t
3. E 11. E 17. A e. –0,0125 2 sin 12 t
5. D 13. B 19. A f. 0,986 N/m
7. C
Latihan Ulangan Tengah
B. Jawablah pertanyaan berikut dengan benar.
Semester I
 
1. a. r0 = − 4i + 5 j c. v = 4i − 10 j
 3 A Pilihlah jawaban yang paling tepat.
rt = 8i − 5 j v= 2 61
 3 1. D 7. D 13. A 17. A
b. s = 12i − 10 j d. v = 0,61 m/s 3. C 9. B 15. C 19. A
s = 2 61 5. D 11. E
3. a. b. 15.50 WIB
B. Jawablah pertanyaan berikut dengan benar.
c. 8,75 km
1. 52,5 m/s
3. a. 26 km/jam
b. 2 km/jam2
c. (2 26 – 2 5 ) km/jam
5. terbukti d. 2 km/jam2
8. a. 6 rad/s2 d. t3 + t2 + 5t 5. a. 33,32 m
b. 2 rad/s2 e. 175 rad b. 4 detik
7. a. 4,87 × 106 N c. 1,09 × 105 N
c. 32 rad/s2
b. 3,04 × 10 N
5
9. a. 1,08 rad/s2 c. 10,07 rad/s 9. a. 4,8 × 105 N/m2 c. 4,98×108 N/m2
65
b. 12 rad/s b. 10-3

Ulangan Harian Bab II Ulangan Harian Bab III

A Pilihlah jawaban yang paling tepat. A Pilihlah jawaban yang paling tepat.

1. A 5. A 9. A 13. C 1. D 5. A 9. E 13. D
3. E 7. C 11. A 15. B 3. D 7. E 11. E 15. D

B. Jawablah pertanyaan berikut dengan benar. B. Jawablah pertanyaan berikut dengan benar.

1. gbln = 1,63 m/s2 = 1 gbumi 1. 0J


6
3. 5,147 × 10-10 N 3. a. 250 N b. 125 2 N
5. a. 5 × 108 N/m2 5. a. 1 joule b. 1,25 N/m
b. 1,8 × 10-3 7. Energi tiap bulan = 1,35 kWh
c. 2,8 × 1011 N/m2 Biaya 1 bulan = Rp 675,00
7. a. 1 N b. 2 mm
Kunci Jawaban 307
9. a. 20 joule c. 20 joule Ulangan Harian Bab V
b. 10 2 m/s
A Pilihlah jawaban yang paling tepat.
Ulangan Harian Bab IV 1. C 5. E 9. B 13. A
3. C 7. A 11. E 15. D
A Pilihlah jawaban yang paling tepat.

1. C 5. D 9. A 13. E B. Jawablah pertanyaan berikut dengan benar.

3. A 7. E 11. B 15. C 1. 0,215 m/s


3. 22,5 Nm
B. Jawablah pertanyaan berikut dengan benar.
5. 5,16 m/s
1. a. 900 Nm/s c. 900 N/s 7. v trans = 2 gh
b. 450 N v gelinding = 4 gh
3
3. a. 1,6 Ns b. 0,064 m/s
Bola yang bertranslasi sampai terlebih
5. 0,47 m/s
dahulu
7. v untuk benda 1 kg = -1,5 m/s
9. (10 ; 13,82)
v untuk benda 2 kg = 2 m/s
9. 19,2 kal Ulangan Harian Bab VI

Latihan Ulangan Akhir A Pilihlah jawaban yang paling tepat.


Semester I 1. C 5. D 9. A 13. C
3. E 7. C 11. A 15. C
A Pilihlah jawaban yang paling tepat.
B. Jawablah pertanyaan berikut dengan benar.
1. C 11. C 21. E 31. D
3. D 13. E 23. C 33. D 1. Tidak. Semakin ke atas massa jenis udara
5. D 15. B 25. E 35. C semakin kecil. Ketika massa jenis udara
7. A 17. E 27. B 37. C sama dengan massa jenis balon maka balon
9. B 19. A 29. A 39. D tidak bisa naik.
3. 5.115 N/m2
B. Jawablah pertanyaan berikut dengan benar. 5. 15 N/m
 7. 7,7 × 10-2 m/s
1. a. v = 3 + 4t + 15 t2 c. 4 m/s2
 9. 2,011 × 104 N/m
b. a = 4 + 30t d. 64 m/s2
3. 32 m/s
Latihan Ulangan Tengah
5. 0,19 N
Semester II
7. Pegas 1
9. 400 N/m
11. 0,2 m/s A Pilihlah jawaban yang paling tepat.
13. v1’ = 0 1. B 7. D 13. C 17. C
v2’ = 2 m/s searah dengan v1 3. A 9. A 15. D 19. B
15. v1’ = 60,1 km/jam 5. C 11. C
v2 = 69,01 km/jam
B. Jawablah pertanyaan berikut dengan benar.

1. 3.600 putaran
3. a. 0,02 kgm2 c. 1,8 m/s
b. 23,4 joule
308 Fisika Kelas XI
5. Z0 (20,20,20) b. proses perubahan keadaan sistem pada
7. 3,92 × 103 N tekanan tetap.
9. 0,4 m/s c. proses perubahan keadaan sistem pada
volume tetap.
Ulangan Harian Bab VII d. proses perubahan keadaan sistem tanpa
ada kalor yang masuk atau keluar dari
A Pilihlah jawaban yang paling tepat. sistem.
1. C 5. D 9. B 13. D 3. 600 kJ
3. E 7. D 11. D 15. E 5. 30 kJ
7. a. 63 %
B. Jawablah pertanyaan berikut dengan benar. b. 220,5 joule
9. a. 2.250 joule
1. a. Gas ideal terdiri dari partikel-partikel b. 75 %
yang disebut molekul-molekul dalam
jumlah besar.
Latihan Ulangan Kenaikan
b. Ukuran partikel gas dapat diabaikan
Kelas
terhadap ukuran wadah.
c. Setiap partikel gas selalu bergerak
A Pilihlah jawaban yang paling tepat.
dengan arah sembarang (acak).
d. Partikel gas terdistribusi merata pada 1. D 11. B 21. B 31. A
seluruh ruangan dalam wadah. 3. C 13. C 23. A 33. A
e. Partikel gas memenuhi hukum newton 5. A 15. C 25. A 35. A
tentang gerak. 7. A 17. D 27. E 37. C
f. Setiap tumbukan yang terjadi (baik 9. A 19. B 29. D 39. C
tumbukan antar molekul maupun tum-
bukan molekul dengan dinding) adalah B. Jawablah pertanyaan berikut dengan benar.
tumbukan lenting sempurna dan ter- 
1. a. v = (4 t + 1) i + 3 t2 j
jadi pada waktu yang sangat singkat. 
a=4+6t
3. a. 6,069 × 10-21 joule
b. v trans = 478, 54 m/s b. v = 15 m/s
5. 69,2 % a = 12,65 m/s2
7. 6 atm 3. a. Fg = 4,87 × 109 N
9. a. 1,3 atm g = 9,74 m/s2
b. 1,5 liter b. Fg = 1,22 × 109 N
g = 2,435 m/s2
Ulangan Harian Bab VIII c. Fg = 5,41 × 108 N
g = 1,082 m/s2
A Pilihlah jawaban yang paling tepat. 5. vputih = 0 m/s
1. E 5. C 9. B 13. C v5 = 2 m/s
3. C 7. C 11. A 15. A 7. 500 N
9. 1 : 1 atau wAfif = wMunir
B. Jawablah pertanyaan berikut dengan benar. 11. 0,21 m3/s
13. 8,8 m/s
1. a. proses perubahan keadaan sistem pada 15. 3,0 ×106 Ns
suhu tetap.

Kunci Jawaban 309


Indeks
H R
A Hukum Kontinuitas 198 rotasi 260, 261
Archimedes 208, 215 Hukum Hooke 62 S
Hukum Archimedes 198, 208, 214 Huygen, Cristian 55 sistem 271, 272, 273, 274, 275, 276, 280,
B I 281, 282, 283, 284, 285, 293,
benda tegar 158, 182 impuls 128, 129, 130, 131, 136, 148, 294, 295, 302
Bernoulli, Daniel 226 149, 150, T
asas Bernoulli 198
J tekanan hidrostatis 201, 202, 203, 206,
Boyle 279, 280, 281
Joule, James Prescott 273 236,
Boyle, Robert 242
K teori kinetik gas 270, 273, 276,
Brown, Robert 263
kalor 244, 270, 271, 274, 275, 276, 277, termodinamika 269, 270, 281, 287, 288,
C 290, 291, 292, 298, 299, 300
278, 279, 282, 286, 287, 288,
Carnot 270, 289, 290, 291, 292, 301, 302 proses termodinamika 270,
289, 290, 291, 292, 293, 294,
siklus Carnot 270, 289, 290, 279, 280, 281, 283, 285
295, 296, 297, 298, 301
292 Torricelli, Evangelista 230
kalor jenis 270, 275, 278, 279,
Charles 270, 280 torsi 158, 159, 191, 192
282
Charles, Jacques 243 translasi 158, 172, 175, 178, 182, 192
kapasitas kalor 275, 276, 277,
D 278, 279, 284, 285, 299, 300 tumbukan 128, 132, 133, 136, 137, 140,
derajat kebebasan 259, 260, 261, 262, kecepatan 2, 3, 4, 5, 6, 7, 8, 9, 10, 11, 149, 150
267, 268 12, 13, 14, 15, 16, 17, 18, 19, tumbukan lenting sempurna
daya 120, 123, 125, 126 20, 24, 25, 28, 29, 32, 33, 334, 128, 137, 140
Descartes 55 35, 36, 37, 38, 39, 40, 41, 42, tumbukan tidak lenting 128,
E 58, 71, 80 140
Einstein, Albert 263 kecepatan sudut 2, 31, 32, 33, U
elastisitas 44, 59, 60, 78, 79 34, 35, 40, 41, 42, 71, 80 usaha 87, 89, 95, 98, 99, 101, 102, 103,
energi 89, 90, 91, 95, 98, 99, 101, 104, Keppler, Johannes 50 104, 105, 115, 120, 123, 124
105, 106, 110, 113, 114, 115, Hukum Keppler 50 V
116, 117, 118, 120, 123, 126 koefisien restitusi 140, 148, 150, vektor posisi 2, 3, 4, 5, 6, 7, 8, 9, 12, 13,
energi dalam 90 L 34, 39, 41
energi kinetik 95, 101, 105, 106, lengan gaya 159, 160, 161,
110, 113, 114, 123, 124, 126
energi potensial 95, 98, 99,
M
mesin kalor 270, 288, 290, 299
101, 105, 106, 110, 113, 114,
modulus elastisitas 44, 59, 60, 79
120, 123, 125
momentum 128, 129, 132, 133, 134,
equipartisi energi 271
137, 144, 148, 149,
Hukum Kekekalan Energi 105,
momentum sudut 158, 170,
106, 113, 115, 116, 118
188, 190, 192
F Hukum Kekekalan Momentum
Faucoult, Leon 76 128, 132, 133, 134, 137, 144
fluida dinamis 198, 223, 229, 235 momen gaya 158, 172, 175, 182, 184,
fluida Statis 198, 199, 200, 206, 190
215, 216, 217, 223 momen inersia 158, 170, 178, 188, 190,
G 192
gas ideal 240, 247, 248, 249, 262, 267, N
268 Newton, Sir Isaac 44, 46, 49, 51
Gay Lussac 245, 246, 248, 249, 266,
270, 280, 281, 282
P
Pascall, Blaise 206
Joseph Louis 246
Hukum Pascall 198, 199, 206,
gerak 2, 3, 10, 11, 13, 16, 19, 22, 23, 24,
207
28, 30, 31, 32, 40, 41, 42
percepatan 2, 18, 19, 22, 24, 40, 41, 42,
gerak harmonis sederhana
45, 48, 54, 55, 58, 69, 73, 76, 77,
75, 76, 77
78, 79, 80
grafik sinusoidal 71
percepatan sudut 30, 31, 35,
gravitasi 44, 45, 48, 54, 55, 80
40, 41, 42
medan gravitasi 44, 48, 78, 80,
perpindahan 2, 18, 19, 31, 39
posisi sudut 2, 31, 35, 40, 41, 42

310 Fisika Kelas XI


Daftar Pustaka
Badan Standar Nasional Pendidikan (BSNP). 2006. Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar: Mata
Pelajaran Fisika Untuk SMA/MA. Jakarta: BSNP.
Basar, Khairul dan Novitrian. 2005. Soal Jawab Fisika Dasar: Mekanika dan Thermofisika, jilid 1.
Jakarta: Salemba Teknika.
Bridgman, Roger. 2000. Jendela Iptek: Teknologi. Jakarta: Balai Pustaka.
Bueche, Frederik J. 2005. Seri Buku Scaum: Teori dan Soal-Soal Fisika, edisi ke-8. Jakarta: Erlangga.
Challoner, Jack. 2000. Jendela Iptek: Energi. Jakarta: Balai Pustaka.
Chew, Charles dan Leong See Cheng. 2001. Comprehensive Physics For ‘0’ Level Science. Singapore:
Federal Publication, Ministry of Education.
Farndon, John dan Ian Graham. 2005. Seri Pustaka Sains: Menemukan Sains. Bandung: Pakar Raya.
Farndon, John. 2005. Seri Pustaka Sains: Ilmuwan Besar. Bandung: Pakar Raya.
Giancoli, Douglas C. 2001. Fisika, jilid 1, edisi ke-5. Jakarta: Erlangga.
_____. 2001. Fisika, jilid 2, edisi ke-5. Jakarta: Erlangga.
Halliday, David dan Robert Resnick. 1995. Fisika, jilid 1, edisi ke-3. Jakarta: Erlangga.
_____. 1995. Fisika, jilid 2, edisi ke-3. Jakarta: Erlangga.
Harian Kompas, 27 Agustus 2006.
Hemera Technologies Inc. 2005. 50,000 Photo Art (CD). Cambridgeshire: Global Software
Publishing Ltd. Program.
Hewitt, Paul G. 2002. Conceptual Physics, Ninth Edition. San Fransisco: Addicon Wesley.
Jargodzki, Cristopher P dan Franklin Potter. 2005. Mania Fisika. Bandung: Pakar Raya.
Lafferty, Peter. 2000. Jendela Iptek: Gaya dan Gerak. Jakarta: Balai Pustaka.
Microsoft Encarta Premium 2006 (DVD).
Oxtoby. 2001. Prinsip-prinsip Kimia Modern, jilid 1, edisi ke-4, cet. ke-1. Jakarta: Erlangga.
Parker, Steve. 2005. Tanya & Jawab Ensiklopedi Sains & Teknologi, cet. ke-1. Bandung: Pakar Raya.
Setyawan, Lilik Hidayat. 2004. Kamus Fisika Bergambar. Bandung: Pakar Raya.
Tong, Chung Kam, dkk. 2001. Manhattan Physics 2. Hong Kong: SNP Manhattan Press.
_____. 2001. Manhattan Physics 3. Hong Kong: SNP Manhattan Press.
Van Cleave, Janice. 2004. A+ Proyek-Proyek Fisika. Bandung: Pakar Raya.

Daftar Pustaka 311


Wiese, Jim. 2004. Ilmu Pengetahuan Kuno. Bandung: Pakar Raya.
_____. 2005. Sains di Taman Bermain. Bandung: Pakar Raya.
_____. 2005. Sains dalam Sulap. Bandung: Pakar Raya.
_____. 2005. Sains Detektif. Bandung: Pakar Raya.
Woodford, Chris. 2006. Jejak Sejarah Sains: Cahaya, cet. ke-1. Bandung: Pakar Raya.
Yahya, Harun. 2003. Keajaiban Desain di Alam. Jakarta: Global Media.
_____.2003. Penciptaan Alam Raya. Jakarta: Global Media.
Young, Loo Wan, dkk. 2001. Science in Focus Physics for GCE ’N’ Level. Singapore: Longman.
Sumber Situs Web:
http:\\campus.umr.edu, 20/08/2006, 09.05 WIB.
http:\\craters.gsfc.nasa.gov, 18/10/2006, 14.10 WIB.
http:\\encyclopedia.quicksek, 10/11/2006, 10.05 WIB.
http:\\formula1_media.rivals.net, 12/07/2006, 10.10 WIB.
http:\\hidrometer_static.howstuffworks.com, 20/10/2006, 08.50 WIB.
http:\\joule_th.physik.unifrankfurt.de, 15/09/2006, 09.50 WIB.
http:\\members.aol.com, 25/08/2006, 11.20 WIB.
http:\\secure.edventures.com, 21/10/2006, 09.15 WIB.
http:\\upload.wikimedia.org, 16/09/2006, 11.10 WIB.
http:\\wikimedia.org, 27/08/2006, 10.45 WIB.
http:\\www.allied2.com, 10/11/2006, 08.50 WIB.
http:\\www.anbg.gov.an/biography/biog-pics/brown.robert.com, 21/10/2006, 10.30 WIB.
http:\\www.annekaringlass.com, 10/09/2006, 08.50 WIB.
http:\\www.canterbury.ac.ne, 10/11/2006, 09.30 WIB.
http:\\www.explore-st-andrews.com, 12/09/2006, 10.25 WIB.
http:\\www.gym.vrcz, 03/11/2006, 11.45 WIB.
http:\\www.honolulumagazine.com, 10/09/2006, 09.10 WIB.
http:\\www.horaz.com, 07/11/2006, 10.15 WIB.
http:\\www.indopos.co.id, 31/10/2006, 11.35 WIB.
http:\\www.inria.fr, 05/11/2006, 09.30 WIB.
http:\\www.ioncmaste.ca, 14/09/2006, 13.50 WIB.
http:\\www.kimpraswil.go.id, 01/11/2006, 08.30 WIB.
http:\\www.mathematik.ch, 12/11/2006, 09.15 WIB.
http:\\www.moc.noaa.gov, 14/09/2006, 14.10 WIB.
http:\\www.nnbb.com, 01/11/2006, 09.05 WIB.
http:\\www.nolimitscoaster.com, 10/10/2006, 09.30 WIB.
http:\\www.philothek.de, 02/11/2006, 13.20 WIB.
http:\\www.photo.net, 12/10/2006, 09.45 WIB.
http:\\www.pilotundluftschiff.de, 05/11/2006, 10.15 WIB.
http:\\www.pogo.org.uk, 08/11/2006, 11.20 WIB.
http:\\www.redbrush.org, 13/10/2006, 11.25 WIB.
http:\\www.sovereign-publications.com, 07/11/2006, 09.20 WIB.
http:\\www.sportrider.com, 19/10/2006, 08.40 WIB.
http:\\www.usatoday.com, 05/11/2006, 09.35 WIB.
http:\\www.weight-lifting-world.com, 13/10/2006, 10.30 WIB.
http:\\www.wikimedia.org, 03/11/2006, 10.30 WIB.

312 Fisika Kelas XI


Lampiran
Apendiks C
DATA MATAHARI, BUMI, DAN BULAN
Matahari Bulan
Massa 1,99 × 1030 kg 32,1740 ft/s2
Jari-jari 5
6,96 × 10 km Laju lintasan rata-rata 29,770 m/s
3
Massa jenis rata-rata 1,410 kg/m 18,50 mi/s
Gravitasi permukaan 274 m/s2 Laju sudut 7,29 × 10−5 rad/s
Temperatur permukaan 6000 K Konstanta mataharib 1340 W/m2
Kecepatan radiasi seluruhnya 3,92 × 10 W26
Medan magnet (Washington D.C.) 5,7 × 10−5 T
Momen dipol magnet 8,1 × 1022 A.m2
Bumi
Atmosper standar 1,013 × 105 Pa
Massa 5,98 × 1024 kg
14,70 lb/in.2
Jari-jari khatulistiwa 6,378 × 106 m
760,0 mm-Hg
3963 mi c
Massa jenis udara kering pada STP 1,29 kg/m3
Jari-jari kutub 6,357 × 10 m 6
Laju bunyi dalam udara 331,4 m/s
3950 mi Kering pada STP 1089 ft/s
Jari-jari sebuah bola yang 6,37 × 106 m 742,5 mi/h
volumenya sama 3600 mi a
Nilai ini, yang disetujui oleh Komite umum mengenai Berat dan Ukuran
dalam tahun 1901, mengaproksimasi nilai pada garis lintang 45o di permu-
Massa jenis rata-rata 5522 kg/m3
kaan laut.
Percepatan gravitasia 9,80665 m/s2 b
Ini adalah kecepatan per satuan luas pada mana tenaga surya jatuh, pada
arah masuk normal, persis di luar atmosper bumi.
c
STP = temperatur dan tekanan standar (standard temperature)

Tabel Titik Berat Beberapa Benda


Benda Berbentuk Garis/Busur
Gambar Nama Letak titik berat Keterangan

y0 1
Garis lurus y 0 = AB Z = di tengah-tengah
A Z B 2 AB
AB = tali busur AB
Z Busur lingkaran AB AB = busur AB
A R y0 B y0 = ⋅R R = jari − jari
AB
M lingkaran

Z Busur setengah
y0 2R R = jari -jari lingkaran
lingkaran y0 =
M π

Lampiran 313
Benda Berbentuk Bidang Homogen

Gambar Nama Letak titik berat Keterangan


y
A B Jaring lingkaran AB 2 AB = tali busur AB
y0 = × R
R y AB 3 AB = busur AB
0
x R = jari -jari lingkaran
M

Setengah lingkaran 4R R = jari -jari lingkaran


y0 =
Z 3π

Benda Berbentuk Ruang Homogen

Gambar Nama Letak titik berat Keterangan

Z0 Selimut setengah bola 1 R = jari -jari lingkaran


y0 = R
y0 2
M

Selimut limas 1 t = tinggi limas


y0 = t
3

Selimut kerucut 1 t = tinggi kerucut


y0 = t
3

Benda Berbentuk Padat Homogen

Gambar Nama Letak titik berat Keterangan

Setengah bola 1 R = jari -jari lingkaran


y0 = R
2

t Setengah bola 1
y0 = t t = tinggi limas
Z y0 4

Kerucut 1 t = tinggi kerucut


y0 = t
Z 4
y0

314 Fisika Kelas XI


Buku ini telah dinilai oleh Badan Standar Nasional Pendidikan (BSNP) dan telah dinyatakan
layak sebagai buku teks pelajaran berdasarkan Peraturan Menteri Pendidikan Nasional
Republik Indonesia Nomor 27 Tahun 2007 tanggal 25 Juli 2007 tentang Penetapan Buku

l
l
Teks Pelajaran yang Memenuhi Syarat Kelayakan untuk Digunakan dalam Proses

Maksum
Abdul Haris Humaidi
Pembelajaran.

henomenon. Perhatikan alam sekitar. Begitu indah dan


P teratur. Hukum-hukum fisika mampu menjelaskan
fenomena-fenomena itu dengan akurat.

appen. Setelah memerhatikan alam, biasakan untuk selalu


H bertanya, How could it happen? Bagaimana semua itu
terjadi? Pupuklah sikap kritis dengan tak henti bertanya.

each!! Ya, berteriaklah! Ekspresikan kegembiraan kalian,


Y begitu menemukan jawaban atas pertanyaan-pertanyaan
yang bergolak dalam pikiran.

FISIKA
cientific. Peganglah teguh sikap ilmiah, karena dengannya
S kalian akan menjadi pribadi yang jujur dan adil dalam proses
panjang meraih pengetahuan.

mplementation. Implementasikan pengetahuan kalian dalam


I aktivitas sehari-hari. Dengan demikian, kalian berusaha
menempatkan fisika bukan hanya sebagai mata pelajaran
sekolah, namun juga sebagai ilmu yang bermanfaat besar bagi
kehidupan.

ombat. Bertempurlah! Biasakan diri dengan iklim


C kompetisi. Dengan begitu, semangat kalian akan
senantiasa utuh, tak mudah puas dengan hasil yang telah
tercapai.

cholar. dengan menguasai ilmu pengetahuan dan


S
SMA/MA Kelas XI
berpegang teguh pada sikap ilmiah, jadilah the real scholar,
seorang terpelajar sejati.

ISBN: 978-979-068-802-5 (no jilid lengkap)


ISBN: 978-979-068-806-3
Harga Eceran Tertinggi (HET) Rp16.373,-

Anda mungkin juga menyukai