PENUGASAN JOURNAL READING

Comparison of acute appendicitis before and

within lockdown period in COVID-19 era: A
retrospective study from rural Nepal

Disusun Oleh :

Ryan Fahreza Munir 20712122

Pembimbing :

dr. Pramono Sargo, Sp. B

dr. Aji Pangki Asmaya, Sp. B

KEPANITERAAN KLINIK BAGIAN ILMU BEDAH

FAKULTAS KEDOKTERAN

UNIVERSITAS ISLAM INDONESIA

2021
A. Analisis PICO
1 Patient Acute appendicitis
2 Intervention Operative method, antibiotic (s)
3 Comparison Surgery, Appendectomy, COVID-19, cost
4 Outcomes Resolutions of symptom, length of stay, recurrence
of the disease, need for surgery, compare the
demographic and clinical parameters
5 Question How to compare the demographic and clinical
parameters between two subject before the onset
of lockdown and within the pandemic

B. Hasil Pencarian Jurnal

Pencarian jurnal dilakukan pada situs-situs pencarian jurnal seperti ncbi,
pubmed, science direct, dan google scholar dan didapatkan jurnal dengan
identitas sebagai berikut :

Judul Jurnal : Comparison of acute appendicitis before and within

lockdown period in COVID-19 era: A retrospective study from rural
Nepal
Peneliti : Suman Baral, Raj Kumar Chhetri, Neeraj Thapa
Tahun terbit : 06 January 2021
Penerbit : Department of Surgery, Lumbini Medical College,
Tansen, Palpa, Nepal
C. Resume Jurnal
Apendisitis akut (AA) adalah salah satu kedaruratan bedah yang
paling umum di seluruh dunia dengan risiko 7-8%. Pengobatan gold
standard untuk AA adalah operasi yang telah berlaku selama berabad-abad
namun tren terbaru telah berubah dan pedoman diterbitkan mengenai
pengobatan konservatif dengan antibiotik untuk pengelolaan apendisitis
tanpa komplikasi. Rekomendasi pedoman Yerusalem 2020 termasuk
membahas Manajemen Non-Operatif (NOM) dengan antibiotik sebagai
alternatif yang aman untuk operasi pada pasien tertentu dengan AA tanpa
komplikasi dan tidak adanya usus buntu, mempertimbangkan kemungkinan
kegagalan dan salah mendiagnosis radang usus buntu yang rumit. Dapat
diasumsikan bahwa jumlah kasus darurat mungkin berkurang selama
pandemi seiring dengan peningkatan kasus rumit karena keterlambatan
datang ke rumah sakit. Ini berlaku dalam kasus selanjutnya, bagaimanapun,
yang pertama mungkin tidak setuju adalah negara berpenghasilan rendah,
terutama di pelayanan tersier yang dibuka meskipun ada ketakutan akan
COVID 19 sementara rumah sakit swasta lainnya ditutup. Itu berarti kita
cenderung menerima lebih banyak kasus darurat daripada yang dialami
sebelumnya.

Tujuan utama dari penelitian ini adalah untuk meneliti dampak

penyakit coronavirus 2019 (COVID-19) pada insiden, demografi, dan
karakteristik pasien di Apendisitis Akut dibandingkan dengan durasi waktu
yang sama, sebelum dan setelah lockdown dimulai di negara tersebut.
Semua pasien yang dirawat untuk operasi dengan diagnosis AA merupakan
pasien 90 hari sebelum dimulainya lockdown oleh pemerintah Nepal pada
24 Maret 2020 dan 90 hari pasca lockdown. Pasien yang mendapatkan terapi
laparoskopi, operasi terbuka atau dikelola secara konservatif adalah subjek
penelitian ini, adapun pasien dengan komplikasi seperti perforasi apendiks
dan abses juga dimasukkan dalam penelitian ini. Pasien yang dirawat 90 hari
sebelum lockdown dikategorikan sebagai Group A (42 pasien) sedangkan
pasien yang dirawat 90 hari setelah lockdown dikategorikan sebagai Group
B (50 pasien).

Leukositosis lebih dari 10000/mm3 terlihat pada 20 pasien pada

kelompok A sementara 39 pasien menunjukkan leukositosis pada kelompok
B yang signifikan secara statistic (P = 0,002). Durasi nyeri menunjukkan
perbedaan yang signifikan secara statistik antara kedua kelompok (P =
0,004). Rata-rata skor Alvarado keseluruhan adalah 6,54 ± 1,9 sementara itu
lebih tinggi pada pasien kelompok B. {7.22±1.4 di grup B vs 5.74±2.1 di
grup A, nilai P=0,0001}. Durasi waktu operasi meningkat pada kelompok B
dibandingkan dengan kelompok A dengan signifikansi statistik. Di antara
total pasien; 2 kasus memiliki apendiks normal, 63 memiliki apendisitis
tanpa komplikasi sementara 19 memiliki apendisitis rumit yang mencakup
7 pasien di kelompok A dan 12 pasien di kelompok B. Durasi rawat inap
pasca operasi cenderung menurun pada pasien yang dioperasi setelah
lockdown dimulai. (3,86 vs 3,04 hari, nilai P = 0,0001). Total pasien yang
mengalami perforasi berjumlah 16 orang yang terdiri dari 10 pasien era
COVID dan 6 sebelum lockdown. Tingkat perforasi meningkat sebesar
5,8%. Dua belas pasien pada kelompok B mengalami apendisitis dengan
komplikasi sedangkan pada kelompok A terdapat 7 pasien dengan
komplikasi apendisitis.

Alasan terbesar dalam keadaan ini bisa jadi karena penutupan rumah
sakit swasta di sekitar wilayah tersebut setelah lockdown dimulai
berdasarkan tempat tinggal pasien. Ini semakin memperburuk status
penyakit pasien yang berkembang ke kompleksitas yang dapat dicontohkan
oleh peningkatan tingkat perforasi dan kasus rumit. Studi kami
menunjukkan tingkat perforasi yang hampir sama meskipun ada sedikit
peningkatan tingkat perforasi pada kelompok B sebesar enam persen
dibandingkan dengan pasien kelompok A (20% vs 14,2%) meskipun secara
statistik tidak signifikan, sementara total kasus dengan komplikasi
meningkat sekitar 7% (16,67% vs 24%).

Selama masa sulit COVID-19, jumlah kasus AA, durasi perawatan

di rumah sakit dan kasus rumit serta tingkat perforasi cenderung meningkat
dibandingkan dengan kohort sebelum pandemi. Apendiktomi harus menjadi
pengobatan andalan karena pendekatan konservatif dalam ketakutan akan
pandemi mungkin tidak efektif dari segi biaya di negara-negara
berpenghasilan rendah.
D. Critical Appraisal
Critical appraisal menggunakan form yang didapat dari CASP-UK.net
untuk jurnal khusus randomized controlled trial. Proses appraisal dilakukan
pada jurnal ini untuk menilai apakah jurnal ini layak baca dan dapat
diterapkan pada populasi lokal pembaca.
 Comparison of acute appendicitis before and within lockdown period in COVID-19 era: A retrospective study from rural Nepal
Study and citation: ........................................................................................................................

Yes No Can’t tell

1. o o
Pada penelitian ini, peneliti telah menuliskan
CONSIDER: populasi yang dipelajari dan komparasi serta tujuan
Was the study designed to assess the outcomes dari penelitian. Hal ini telah tertulis dalam bagian
of an intervention? introduksi penelitian.
Is the research question ‘focused’ in terms of: " The main aim of this study was to compare the
• Population studied demographic and clinical parameters between two
• Intervention given cohorts before the onset of lockdown and within
• Comparator chosen the pandemic."
• Outcomes measured?
Yes No Can’t tell
. o o o
Dalam proses pengelompokan ke dalam kelompok peneliti
CONSIDER: melakukannya secara retrospektif, yaitu waktu pasien
datang ke RS (sebelum/sesudah lockdown), demografi,
• How was randomisation carried out? Was manifestasi klinis, dan operatif. Hal ini tertulis dalam bagian
the method appropriate? method.
• Was randomisation sufficient to eliminate "A retrospective analysis was performed between two groups
systematic bias? A and B, who presented with acute appendicitis three months
prior to and after initiation of lockdown on March 24 2020
• Was the allocation sequence concealed respectively in one of the tertiary centers of Nepal. These two
from investigators and participants? cohorts were compared indemographics, clinicopathological
characteristics and surgical aspects of acute appendicitis. "
Yes
o No
o Can’t
o tell
3.
Pada penelitian ini, tidak ada pasien yang
CONSIDER: mengalami loses to follow up sehingga semua
• Were losses to follow-up and exclusions sampel dilakukan analisa sesuai dengan
after randomisation accounted for? kelompoknya masing-masing. Penelitian ini juga
• Were participants analysed in the study berjalan sesuai dengan rencana awal.
groups to which they were randomised
(intention-to-treat analysis)?
• Was the study stopped early? If so, what
was the reason?

. Yes No Can’t tell

o o o
o o

o o o

. o
CONSIDER:
• Were the baseline characteristics of each
study group (e.g. age, sex, socio-economic
group) clearly set out?
• Were there any differences between the
study groups that could affect the
outcome/s?
Yes o
No o tell
Can’t
Sampel memiliki profil demografik dan karakteristik saat
admisi yang hampir sama.
"All the patients admitted for surgery with the diagnosis of
AA, 90 days prior to initiation of lockdown by
Nepal government on March 24 2020 and 90 days post
lockdown were included in the study." “Patient
demography, clinicopathological variables along
with intraoperative findings were determined.”

2
6. Yes No Can’t tell
o o o
Dalam penelitian ini tidak dijelaskan
mengenai terapi yang diberikan karena
CONSIDER: peniliti hanya membandingkan pada data
• Was there a clearly defined study protocol? retrospektif
• If any additional interventions were given
(e.g. tests or treatments), were they similar
between the study groups?
• Were the follow-up intervals the same for
each study group?

Yes No Can’t tell

7. o o o
Pengukuran dalam luaran atau outcome
penelitian ini telah dituliskan. Untuk nilai
CONSIDER: p juga telah dilampirkan dalam tiap
• Was a power calculation undertaken? analisa statistik.
• What outcomes were measured, and were "During the adversity of COVID-19,
they clearly specified? number of cases of AA, duration of
• How were the results expressed? For presentation to hospital
binary outcomes, were relative and
absolute effects reported? and complicated cases along with the
• Were the results reported for each perforation rate tend to increase in
outcome in each study group at each
follow-up interval? comparison to the cohort before the
• Was there any missing or incomplete data? pandemic."
• Was there differential drop-out between the
study groups that could affect the results?
• Were potential sources of bias identified?
• Which statistical tests were used?
• Were p values reported?

Yes No Can’t tell

CONSIDER:
• Were confidence intervals (CIs) reported?
. o
CONSIDER:
• What was the size of the intervention or
treatment effect?
• Were harms or unintended effects
reported for each study group?
• Was a cost-effectiveness analysis
undertaken? (Cost-effectiveness analysis
allows a comparison to be made between
different interventions used in the care of
the same condition or problem.)
o o o
Penelitian ini tidak menuliskan berapa
persen confidence interval yang
digunakan namun menuliskan nilai p
pada setiap analisanya.
Yes No Can’t tell
o o
Penelitian ini merupakan research article,
sehingga hasil dari penelitian ini dapat
dijadikan acuan untuk penelitian setelahnya.
"We believe as the duration of the study is 3
months pre and post COVID era within lockdown
and with the limited number of cases, the
statistics may not be fully relied upon as this
may be misleading as exemplified in the
perforation rates between two groups. Also, this
is a single center analysis of the patients with a
smaller sample size which might not cover all
the demographic and clinical aspects of the
cohorts."

3
 . Yes No Can’t tell
o o o
Meskipun sampel pada penelitian ini dan
CONSIDER: populasi lokal tidak sama, namun perbedaan
• Are the study participants similar to the ini masih dapat ditoleransi. Outcome pada
people in your care? penelitian ini menunjukkan bahwa terjadi
• Would any differences between your peningkatan kasus apendisitis
population and the study participants alter
tanpa/dengan komplikasi.
the outcomes reported in the study?
• Are the outcomes important to your
population?
• Are there any outcomes you would have
wanted information on that have not been
studied or reported?
• Are there any limitations of the study that
would affect your decision?

Yes No Can’t tell

o o o
Dalam penelitian ini tidak menjelaskan
CONSIDER: intervensi/terapi
• What resources are needed to introduce
this intervention taking into account time,
finances, and skills development or training
needs?
• Are you able to disinvest resources in one
or more existing interventions in order to
be able to re-invest in the new
intervention?

Record key points from your critical appraisal in this box. What is your
conclusion about the paper? Would you use it to change your practice or to recommend changes to
care/interventions used by your organisation? Could you judiciously implement this intervention
without delay?
During the adversity of COVID-19, number of cases of AA, duration of presentation to
hospital and complicated cases along with the perforation rate tend to increase in
comparison to the cohort before the pandemic. Appendectomy should be the
mainstay of treatment as the conservative approach in the fear of the pandemic might
not be cost effective in areas of lowincome countries.