Laporan Pendahuluan Hiperpireksia Nakula 4
Laporan Pendahuluan Hiperpireksia Nakula 4
HIPERPIREKSIA
A. KONSEP DASAR
1. Definisi
Demam adalah salah satu gejala yang dapat membedakan apakah seorang itu
sehat atau sakit. Demam adalah kenaikan suhu badan di atas 38 oC. Hiperpireksia
adalah suatu keadaan dimana suhu tubuh lebih dari 41,1oC atau 106oF (suhu
rectal).2
Hiperpireksia adalah suatu keadaan demam dengan suhu >41,5°C yang dapat
terjadi pada pasien dengan infeksi yang parah tetapi paling sering terjadi pada
pasien dengan perdarahan sistem saraf pusat (Dinarello & Gelfand, 2005).
Hiperpireksia adalah keadaan suhu tubuh di atas 41,10 C. Hiperpereksia
sangat berbahaya pada tubuh karena dapat menyebabkan berbagai perubahan
metabolisme, fisiologi dan akhirnya kerusakan susunan saraf pusat.3 Pada
awalnya anak tampak menjadi gelisah disertai nyeri kepala, pusing, kejang serta
akhirnya tidak sadar. Keadaan koma terjadi bila suhu >430 C dan kematian terjadi
dalam beberapa jam bila suhu 430 C sampai 450 C.14
2. Etiologi
29-59% demam berhubungan dengan infeksi, 11-20% dengan penyakit
kolagen, 6-8% dengan neoplasma, 4% dengan penyakit metabolik dan 11-12%
dengan penyakit lain. 1 Penyebab hiperpireksi ialah : infeksi 39%, infeksi dengan
kerusakan pusat pengatur suhu 32%, kerusakan pusat pengatur suhu saja 18%, dan
pada 11% kasus disebabkan oleh Juvenille Rheumatoid Arthritis, infeksi virus dan
reaksi obat. Dari 28 penderita hiperpireksia terdapat 11 penderita (39%)
disebabkan oleh infeksi diantaranya 7 penderita disebabkan oleh kuman gram
negatif yang mengenai traktus urinaria 4 penderita, intraabdominal 2 penderita dan
1 penderita pada paru. Sedang 9 penderita (32%) disebabkan oleh gabungan antara
infeksi dan kerusakan pusat pengatur suhu. Selain itu 5 penderita (18%)
disebabkan oleh kerusakan pusat pengatur suhu. Tiga penderita (11%) tidak
diketahui penyebabnya. 1,2
Sesuai dengan patogenesis, etiologi demam yang dapat mengakibatkan
hiperpireksia dapat dibagi sebagai berikut:
a. Set point hipotalamus meningkat
1) Pirogen endogen
Infeksi
Keganasan
Alergi
panas karena steroid
penyakit kolagen
Suhu tubuh diatur oleh hipotalamus melalui sistem umpan balik yang rumit.
Hipotalamus karena berhubungan dengan talamus akan menerima seluruh impuls
eferen. Saraf eferen hipotalamus terdiri atas saraf somatik dan saraf otonom.
Karena itu hipotalamus dapat mengatur kegiatan otot, kelenjar keringat, peredaran
darah dan ventilasi paru. Keterangan tentang suhu bagian dalam tubuh diterima
oleh reseptor di hipotalamus dari suhu darah yang memasuki otak. Keterangan
tentang suhu dari bagian luar tubuh diterima reseptor panas di kulit yang
diteruskan melalui sistem aferen ke hipotalamus. Keadaan suhu tubuh ini diolah
oleh thermostat hipotalamus yang akan mengatur set point hipotalamus untuk
membentuk panas atau untuk mengeluarkan panas.
5. Pathways
Demam tinggi
hipertermi
Sumber :https://id.scribd.com/doc/146012967/Pathway-demam
6. Komplikasi
a. Dehidrasi : demam ↑penguapan cairan tubuh
b. Kejang demam : jarang sekali terjadi (1 dari 30 anak demam).
Sering terjadi pada anak usia 6 bulan sampai 5 tahun. Serangan
dalam 24 jam pertama demam dan umumnya sebentar, tidak
berulang. Kejang demam ini juga tidak membahayan otak
7. Pemeriksaan penunjang
Sebelum meningkat ke pemeriksaan- pemeriksaan yang mutakhir,
yang siap tersedia untuk digunakan seperti ultrasonografi, endoskopi atu
scanning, masih pdapat diperiksa bebrapa uji coba darah, pembiakan
kuman dari cairan tubuh/ lesi permukaan atau sinar tembus rutin.
Dalam tahap berikutnya dapat dipikirkan untuk membuat diagnosis
dengan lebih pasti melalui biopsy pada tempat- tempat yang dicurigai.
Juga dapat dilakukan pemeriksaan seperti angiografi, aortografi, atau
limfangiografi.
· panas
Diskusikan tetang pentingnya
pengaturan suhu dan
kemungkinan efek negative
· dari kedinginan
Berikan obat antipiretik
· sesuai dengan kebutuhan
Gunakan matras dingin dan
mandi air hangat untuk
mengatasi gangguan suhu
tubuh sesuai dengan
kebutuhan
· Lepasakan pakaian yang
berlebihan dan tutupi pasien
dengan hanya selembar
pakaian.
Vital Sign Monitoring
§ Monitor TD, Nadi, Suhu, dan
RR
§ Catat adanya fluktuasi tekanan
darah
§ Monitor vital sign saat pasien
berdiri, duduk dan berbaring
§ Auskultasi TD pada kedua
lengan dan bandingkan
§ Monitor TD, Nadi, dan RR
pernapasan
§
Monitor suara paru
§
Monitor pola pernapasan
abnormal
§
Monitor suhu, warna dan
kelembaban kulit
§
Monitor sianosis perifer
§
Monitor adanya tekanan nadi
yang melebar , bradikardi,
peningkatan sistolik (Chusing
Triad)
§
Identifikasi penyebab dari
perubahan vital Sign
2. Resiko injury Setelah dilakukan tindakan Sediakan lingkungan yang
berhubungan keperawatan selama …x aman untuk pasien
dengan infeksi 24 jam, pasien tidak Identifikasi kebutuhan
mikroorganisme mengalami injury. keamanan pasien sesuai
Risk Injury dengan kondisi fisik dan
Kriteria Hasil : fungsi kognitif pasien dan
§ Klien terbebas dari cidera riwayat penyakit terdahulu
§ Klien mampu menjelaskan pasien
cara/metode untuk Menghindari lingkungan
mencegah injury atau yang berbahaya misalnya
cedera memindahkan perabotan
§ Klien mampu menjelaskan Memasang side rail tempat
factor resiko dari tidur
lingkunga atau perilaku Menyediakan tempat tidur
personal yang nyaman dan bersih
§ Mampu memodifikasi gaya Meletakan saklar lampu
hidup untuk mencegah ditempat yang mudah
injury dijangkau pasien
§ Menggunakan fasilitas Membatasi pengunjung
kesehatan yang ada Memberikan penerangan
§ Mampu mengenali yang cukup
perubahan status kesehatan Menganjurkan keluarga
untuk menemani pasien
Mengontrol lingkungan dari
kebisingan
Memindahkan barang-
barang yang dapat
membahayakan
Berikan penjelasan pada
pasien dan keluarga atau
pengunjung adanya perubahan
status kesehatan dan penyebab
penyakit.
3 Resiko Setelah dilakukan tindakan Fluid management:
kekurangan keperawatan selama …x Pertahankan catatan intake
volume cairan 24 jam, fluid balance dan output yang akurat
dengan faktor dengan kriteria hasil : Monitor status
resiko faktor yang Mempertahankan urine dehidrasi( kelembaban
mempengaruhi output sesuai dengan usia membrane mukosa, nadi
kebutuhan cairan dan BB, BJ urine normal, adekuat, tekanan darah
(hipermetabolik) HT normal ortostatik)
Tekanan darah, nadi, Monitor vital sign
suhu tubuh dalam batas Monitor asupan makanan/
normal cairan dan hitung intake kalori
Tidak ada tanda- tanda harian
dehidrasi, elastisitas turgor Lakukan terapi IV
kulit baik, membrane Monitor status nutrisi
mukosa lembab, tidak ada Berikan cairan
rasa haus yang berlebihan. Berikan cairan IV pada
suhu ruangan
Dorong masukan oral
Berikan penggantian
nasogastrik sesuai output
Dorong keluarga untuk
membantu pasien makan
Anjurkan minum kurang
lebih 7-8 gelas belimbing
perhari
Kolaborasi dokter jika tanda
cairan berlebih muncul
memburuk
Atur kemungkinan transfusi
DAFTAR PUSTAKA
Darlan Darwis. (1981). Penatalaksanaan Kegawatan Pediatrik, Beberapa Masalah dan
Penanggulangan, Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia. Jakarta.
F. Keith Battan, MD, FAAP, Glenn Faries, MD. (2007). Chapter 11: Emergencies &
Injuries. Current Pediatric Diagnosis & Treatment, Eighteenth Edition, the
McGraw-Hill Companies; by Appleton & Lange.
Richard C. Dart, MD, PhD. (2007). Chapter 12: Poisoning. Current Pediatric Diagnosis
& Treatment, Eighteenth Edition, the McGraw-Hill Companies; by Appleton &
Lange.