Anda di halaman 1dari 7

RESUME

TEKNIK PENULISAN KARYA ILMIAH

MODUL 5
MENULIS KARYA ILMIAH

DISUSUN OLEH:

ALIYAH (835435449)
DIMAS SOPIAN (835435718)
SITI HASANATUL PADILAH (835435908)

UNIVERSITAS TERBUKA

UPBJJ-UT SERANG
Kb 1
Berpikir Kritis, Analisis, Dan Sintensis Dalam Menuliskarya Ilmiah

A.   Hakekat dan contoh proses menulis

Sebagai motivator agar anda lebih berlatih, berikut diurai sekelumit analogi histeris
bagaimana proses menulis dijaman sekarang merupakan kegiatan yang ( cukup ) sentral bagi
tingkat keberadaan manusia modern.
Dizaman dahulu, orang lebih peduli pada perluasan wilayah kekuasaan yang
diidentikkan dengan penyebarluasan tingkat kebudayaan atau peradapan tinggi.
Julius Caesar, misalnya, adalah seorang tokoh yang berhasil dimasa lalu tersebut. Untuk
itu kiprah beliu diabadikan dalam slogam veni, vidi, vici ( saya dating, saya lihat, saya
taklukan ).
Dizaman sekarang, orang tidak begitu peduli pada perluasan wilayah. Bahkan antar
wilayah sekarang dikatan sebagai ’tidak terbatas’ ( borderless world ).

B.   Berpikir Kritis Atau Reflektif Tentang Hakekat Proses Menulis

Beberapa butir hasil pemikiran kritis atau reflektif atas tulisan tentang hakikat dan contoh
proses menulis adalah sebagai berikut:
Pertama, untuk member landasan keilmuan bagi refleksi yang kita lakukan harus
diperhatikan bahwa pada modul 3 telah disampaikan bahwa karakteristik karya ilmiah itu ada
tiga, yaitu logos, patos, dan etos.
Kedua, materi yang disajikan dalam kegiatan belajar ini 1 ini pada dasarnya adalah
sebuah karya tulis ilmiah. Sebagai karya ilmiah, tulisan ini melawati beberapa draf/tulisan
awal. Sama seperti umumnya tulisan lainya tulisan awal sering jauh berbeda dengan
tulisanbentuk akhir.
Ketiga, judul subbab ini berpikir kritis atau reflektif tentang hakikat proses menulis
menyatakan bahwa subbab ini mengurai atau merupakan refleksi/berfikir kritis tentang
subbab sebelumnya yang berjudul hakikat dan contoh proses menulis.
Keempat, melengkapi uraian dari ketiga butir uraian diatas adalah penjelasan tentang
‘makna’ yang dikandung judul kegiatan belajar ini, yaitu; berpikir kritis, analisis, dan sintesis
dalam menulis karya ilmiah.
Kelima, Anda perlu untuk mampu mengidentifikasi aspek – aspek logos, patos, dan etos
pada tulisan disubbab pertama kegiatan belajar ini. Contohnya, Aspek logos, pada tulisan
subbab pertama berupa anologi historis atau data factual ( lihat di table 5.1 ) misalnya,
ditemukan pada perbandingan prestasi Julius Caesar dan Mechele Foucault yang masing-
masing diabadikan dengan slogan veni, vidi, vici, dan he reads, he writes, he teaches.
Keenam, Anda perlu perhatikan bahwa ditulisan subbab pertama kegiatan belajar ini
terdiri atas tiga paragraph yang masing-masing terdiri beberapa kalimat.

C.    LESSON LEARNED ( PELAJARAN YANG DAPAT DIAMBIL )

Dalam Kegiatan Belajar Ini, anda perlu memahami hakikat dan proses menulis karya
ilmiah. Selain itu, yang lebih penting lagi adalah anda perlu mempraktekan pemahaman
tersebut sehingga anda tidak berhenti untuk terus menerus menulis karya ilmiah. Hal yang
perlu diingat ketika menulis karya ilmiah ialah anda harus menyesuaikan format penulisan
sesuai dengsn format yang diterapkan oleh penerbit. Lebih dari itu, anda juga dapat
mempraktekan atau melakukan kajian kritis seperti dicontohkan disubbab kedua dikegiatan
belajar 1 ini. Dalam melakukan kajian kritis, anda harus memperhatikan konteks
tulisan/’yang tersirat’ ( termasuk teori atau pandangan yang digunakan penulis dan jika perlu
profil pribadi penulis dapat disampaiakan ) dan teks/’yang tersurat’ mulai dari yang
subtansial ( meliput aspek logos, patos, dan etos ) sampai ke teknis detil seperti format
penulisan. Pengunaan format penulisan harus konsisten dari awal hingga akhir.
Kb 2
Bentuk Tulisan dan Bahasa dalam menulis Karya Ilmiah
bentuk tulisan karya imiah umumnya didominasi oleh narasi. Atau, lebih tepat lagi,
keterampilan menulis narasi merupakan keterampilan pokok dalam menulis karya ilmiah.
Keterampilan menulis karya ilmiah yang merupakan paduan narasi dan bentuk penyajian
lainya berupa tabel dan diagram adalah keterampilan lebih lanjut yang harus anda dikuasai.

A.    TABEL DAN DIAGRAM

Dalam uraian tentang tabel dan diagram digunakan sumber acuan teknis tabel dan
diagram yang pada Microsoft Office Word dan Microsoft Office Excel. Untuk membuat
tabel kita baik Microsoft Office Word Maupun di Microsoft Office Excel. Tentunya masing-
masing mempunyai cara membuat yang tersendiri.

B.     DIAGRAM SEDERHANA

Untuk membuat diagram, kita harus mempunyai tabel seperti di perlihatkan pada tabel 5.2.

Penduduk Laki-laki 50,0

Perempuan 50,0
Struktur usia Laki-laki 0-14 Tahun 14,5
Laki-laki 15-64 Tahun 33,0
Laki-laki diatas 65 Tahun 2,6
Perempuan 0-14 Tahun 14,0
Perempuan 15-64 Tahun 32,8
Perempuan diatas 65 Tahun 3,2
Domisili Penduduk Kota 46,0
Penduduk Des 54,0
Tenaga Kerja Pertanian 45,0
Industry 16,0
Jasa 39,00
Pendidikan tenaga kerja Tidak tamat sekolah dasar 26,00
Sekolah Dasar 50/6
Sekolah menengah 18,4
perguruan tinggi 4,2

Sebagaimana diurai sebelumnya, menyajikan data seperti Tabel 5.2 sudah cukup untuk
menyampaikan data. Tabel data seperti Tabel 5.2 memerlukan narasi minimum yang harus
ada pada sebuah karya tulis ilmiah. Prinsip umumnya adalah tiada ada satu pun angka yang
terdapat dalam tabel/diagram yang tidak diuraikan dalam narasi.
Penyajian dengan paduan narasi dan dengan diagram seperti itu, selain memudahkan
pembaca memverifikasi narasi dan data dalam diagram, juga membuat penampilan karya
ilmiah lebih mengesankan dan lebih ‘cantik-komprehensif’.

C.     DIAGRAM PADUAN

Pada diagram 5.3 disajikan diagram-diagram yang menyajikan diagram dengan paduan 2
atau lebih variabel dan paduan 2 atau lebih jenis diagram.
Kembali ke topik, diagram paduan, diagram-diagram berikut hanyalah sekelumit yang
dapat digunakan.
1.      Diagram 5.3 ( a ) menyajikan diagram dengan paduan 2 variabel ( variable usia 0-4 tahun
untuk laki-laki dan perempuan, variable usia 15-64 tahun untuk laki-laki dan perempuan,
dst).
2.      Diagram 5.3( b ) menyajikan diagram dengan paduan 3 variabel perempuan atau laki-
laki usia 0-14 tahun, 15-64 tahun dan diatas 65 Tahun, dst).
3.      Diagram 5.3 ( c ) menyajikan paduan diagram line dan area untuk memvisualkan nilai ipa
dan matematika 7 Orang siswa.
4.     Diagram 5.3 ( d ) menyajikan panduan diagram line dan column (kolom) untuk
memvisualkan nilai, ipa, matematika, dan rata-rata ipa dan matematika 7 orang siswa.

D.    BAHASA INDONESIA BAKU

Dalam hal ini, bahasa yang digunakan tentu adalah bahasa Indonesia baku dengan ejaan
yang sudah disempurnakan (EYD). Berikut adalah sajian tentang sekelumit bahasa Indonesia
baku tersebut yang disarikan dari buku yang ditulis oleh suryaman ( 1985 ).Dasar-dasar
bahasa Indonesia baku, penerbit alumi, bandung.

E.     TULISAN BAKU

Beberapa ketentuan tulisan baku adalah sebagai berikut:


1.      Penulisan nama orang itu sesuai dengan keinginan orang yang bersangkutan .
2.      Huruf pertama gelar (kehormatan, keturunan, agama), jabatan, pangkat yang diikuti nama
orang ditulis dengan huruf capital.
3.      Nama jabatan yang di ikuti nama daerah ditulis dengan huruf kecil.
4.      Kecuali kata tugas, setiap nama sebuah buku, majalah, surat kabar,judul karangan ,judul
puisi /syair, bab buku, dan nama-nama mata atau mata mata kuliah pelajran ditulis
dengan huruf besar.
5.      Kata sang dan si ditulis dengan huruf awal kapital jika merupakan bagian dari nama diri
dan ditulis dengan hururf awal kecil dalam pemakaian lainya.
6.      Kata maha yang selalu muncul bersama-sama dengan kata lain ditulis menjadi satu kata,
kecuali kata yang diikutinya berawalan.
7.      Gunakan tanda penghubung (-) jika mengunakann gabungan kata.
8.      Unsure yang hanya muncul dalam gabungan dengan kata lain ( tidak dapat berdir
sendiri ) harus ditulis serangkai.
9.      Penulisan kata depan di dan ke ditulis terpisah dari kata yang menyertainya.

F.      EJAAN BAKU

Beperapa ejaan lama yang sudah dibakukan atau disempurnakan adalah sebagi berikut.

Ejaan Lama EYD (Ejaan Yang disempurnakan )


dj – djurang j – jurang
tj - tjotjok c – cocok
j – jakin y – yakin
nj – njanjian ny – nyanyian
sj – sjarat sy – syarat
ch – chawatir kh – khawatir
oe – djoeanda u – juanda

Selain itu, beberapa serapan istilah atau kata asing mengakibatkan bahasa Indonesia
memiliki cukup banyak gugusan konsonan. Berikut beberapa contoh gugus konsonan
dimaksud dan pemakaiannya.

1.      Gugus Komponen Awal


bl – memblokade pr – mempropagandakan
dr – mendrop sk – menskors
gi – mengglobalkan sp – mensponsori
gr – menggranat st – menstabilkan
kl – mengklasifikasikan str – merestrukturisasi
kr – mengkritik tr – mentransmigrasikan
pi – memplagiat sl – menslogankan

2.      Gugus Komponen Akhir

ks – kompleks ps – klips, elips


id – android rm – klorofrom
if – golf m – modrn
lk – talkshow rs – Mars
lm – film, helm rt – ekstrovert
ns – ambulans rps – korps
it – kobalt rts – kuarts
nk – bank, tank rk – Denmark

G.    KOSA KATA BAKU

Berikut terdapat beberapa contoh kata- kata baku dan non baku

Baku Non baku Baku Non baku


Telur Telor Kemarin Kemaren
Nasihat Nasehat Senin Senen
Hakikat Hakekat Kaidah Kaedah
Mengubah Merubah Ikhlas Ihlas
Ikhtiar Ihtiar Insaf Insyaf
Asas Azas Izin Ijin
Rezeki Rejeki Zaman Jaman
Loka karya Lokakarya Margasatwa Marga satwa
Tata niaga Tataniaga Suku bangsa Sukubangsa
Analisis Anlisa Apotek Apotik
Konduite Kondite Subjektif Subyektif
Standardisasi Standarisasi Telepon Tilpun
Musim hujan Musim penghujan Sistematis sistimatis
Frase Frasa Ambulans Ambulan
Esai Esei Zona Zone
Telegram Tilgram Tim Team
H.    TATA BAHASA BAKU

1.      Tata Bentuk

Non Baku Baku


Hama itu merusak tanaman Hama itu merusakkan tanaman
Prestasi solah kita tahun ini lebih baik di Prestasi sekolah kita tahun ini lebuh
banding tahun lalu. baik dibandingkan dengan prestasi
tahun yang lalu.

2.      Tata Kalimat

Non Baku Baku


Bukan warna merah yang saya pilih, Bukan warna merah yang saya pilih,
tetapi warna hijau. melainkan warna yang hijau.
Ket: perlawanan merah dan hijau
(dianggap) mutlak.
Ket: perlawan pandai dan rajin tidak
(dianggap) mutlak.

I.       LAFAL BAKU

Indonesia yang memiliki ratusan bahasa daerah dengan lafal sendir-sendiri tentu
memerlukan standarisasi lafal demi kelancaran dan keefektifan komunikasi lisan. Dengan
lafal standar , disebutkan oleh koentjono (suryaman, 1985: 110), perhatian para peserta
komunikasi lisan lebih dipusatkan pada isi komunikasi, penilaian atau sosiasi tidak
menguntungkan terhindar, serta perbedaan lafal dikurangi, sehingga dapat tumbuh rasa
bangga memiliki bahasa kesatuan dan dengan demikian persatuan bangsa diperkokoh.

Anda mungkin juga menyukai