Anda di halaman 1dari 20

TUGAS KE-III

MATA KULIAH MENULIS KARYA ILMIAH

KENNY GLORIA RUNTU (18402062)


KELAS C / SEMESTER V

JURUSAN PENDIDIKAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA


FAKULTAS BAHASA DAN SENI
UNIVERSITAS NEGERI MANADO
2020
SISTEMATIKA PENULISAN KARYA ILMIAH

Bab I Pendahuluan

1.Latar belakang masalah

Uraian singkat, jelas dan logis dari suatu kegiatan ilmiah untuk menjelaskan alasan teoritik
serta faktual mengapa permasalahan tersebut perlu dijawab melalui kegiatan penelitian.

2.Rumusan masalah

Pertanyaan kritis atau argumentasi yang fleksibel yang diambil intinya dari pernyataan umum
dari masalah peneltian, sebagaimana tercantum dalam latar belakang masalah. Rumusan
masalah selalu dibuat dalam bentuk pertanyaan yang dapat dioperasikan dalam suatu
penelitian.

3.Tujuan penelitian

Adalah uraiuan singkat serta jelas tentang tujuan apa yang hendak dicapai dalam penelitian
tersebut.

4.Manfaat penelitian

Uraian tentang hasil karya ilmiah apa saja yang diunggulkan dan dapat disumbangkan dari
hasil penelitian.

Bab II Kerangka teori

1.Landasan teori

Adalah seperangkat konsep batasan dan proposisi yang dapat menyajikan suatu pandangan
sistematis, tentang fenomena dalam penelitian dengan merinci hubungan antar variabel yang
bertujuan menjelaskan serta memprediksikan fenomena tersebut.

2.Hipotesis penelitian

Adalah kesimpulan sementara kerangka pemikiran seorang peneliti.

Bab III Metode penelitian

1. Jenis penelitian

a. Dari tujuan dasarnya

b. Dari tempat pelaksanaan penelitian

c. Dari tujuan umumnya


d. Dari sifat2 masalahnya

e. Dari ruang lingkup pengujiannya

2. Definisi konsep dan Operasional Variabel

Definisi konsep adalah konseptual tentang variable penelitian sedangkan definisi operasional
variabel yang berisi penjelasan secara sistematik dan operasional tentang bagaimana
mengukur variabel penelitian.

3. Populasi dan sampel penelitian

Populasi adalah keseluruhan dari subjek penelitian yang akan diteliti sedangkan sampel
adalah sebagian subjek penelitian yang dijadikan penelitian.

4. Jenis, sumber dan teori pengumpulan data

Uraian lengkap dan jelas tentang jenis data yang digunakan dalam penelitian, serta
bagaimana cara mengumpulkan data tersebut.

5. Teknik analisis/pengujian data

Penjelasan tentang bagaimana caranya pengolahan serta penganalisisan data penelitian


dilakukan.

Bab IV Pembahasan penelitian

1. Gambaran umum objek peneltian

Uraian secara umum objek penelitian yang akan diteliti.

2. Deskripsi hasil penelitian

Uraian hasil penelitian berdasarkan hasil data yang diperoleh dari lapangan.

3. Pengujian hipotesis

Uraian pemaparan data yang diperoleh dari lapangan penelitian untuk menguji apakah data
yang didapat itu mendukung hipotesis yang ada atau tidak. Jika mendukung berarti diterima
jika tidak berarti sebaliknya.

4. Interpelasi hasil pengujian hipotesis

Bab V Penutup

1. Daftar pustaka

· Kesimpulan

· Saran
2. Lampiran

EJAAN DAN PENULISAN KATA DALAM KARYA ILMIAH

Ejaan Adalah seperangkat aturan atau kaidah pelambang bunyi bahasa, pemisahan,
penggabungan, dan penulisanya dalam suatu bahas. Batasan tersebut menunjukan pengertian
kata ejaan berbeda dengan kata mengeja. Mengeja adalah kegiatan melafalakan huruf, suku
kata, atau kata, sedangakan ejaan adalah suatu sistem aturan yang jauh lebih luas dari sekedar
masalah pelafalan. Ejaan mengatur keseluruhan cara menuliskan bahasa dengan
menggunakan huruf, kata, dan tanda baca sebagai sarananya.
Ejaan merupakan kaidah yang harus dipatuhi oleh pemakai  bahasa demi keteraturan dan
keseragaman hidup, terutama dalam bahasa tulis. Keteraturan dalam bentuk akan
berimplikasi pada ketepatan dan kejelasan makna. Ibarat sedang menyetir kendaraan, ejaan
adalah rambu lalu lintas yang harus dipatuhi oleh setiap pengemudi. Jika para pengemudi
mematuhi rambu itu, terciptalah lalu lintas yang tertib, teratur, dan tidak semrawut.Seperti
itulah kira – kira bentuk hubungan antara pemakai dengan ejaan.
Ejaan yang berlaku sekarang dinamakan Ejaan Yang Disempurnakan (EYD). EYD yang
resmi mulai diberlakukan pada tanggal 16 Agustus 1972 ini memang upaya penyempurnaan
ejaan yang sudah dipakai selam dua puluh lima tahun sebelumnya yang dikenal dengan nama
Ejaan Republik atau Ejaan Soewandi (Menteri PP dan K Republik Indonesia pada tahun itu
diresmikan pada tahun 1947). Sebelum Ejaan Soewandi telah ada ejaan yang merupakan
ejaan pertama Bahasa Indonesia yaitu Ejaan Van Ophuysen (nama seorang guru besar
Belanda yang juga pemerhati bahasa) yang diberlakukan pada tahun 1901 oleh pemerintah
Belanda yang menjajah Indonesia pada masa itu. Ejaan Van Ophuysen tidak berlaku lagi
pada tahun 1947.

A.    Etika dan Kode Etik Penulisan Karya Ilmiah


Etika dan kode etik yang lazim ditumbuhbudayakan dalam penulisan karya ilmiah harus
diikuti.Hak cipta dan paten dari segi hukum harus diikuti dan difahami dengan baik.Penulis
harus memahami etika penulisan karya ilmiah secara baik. Kode etik adalah norma-norma
yang telah diterima dan diakui oleh masyarakat dan citivitas akademik perlu diperhatikan
dalam penulisan karya ilmiah. Norma ini berkaitan dengan pengutipan, perujukan, perijinan
terhadap bahan yang digunakan, dan penyebutan sumber data ataupun informan.

B.     Bahasa dan Tanda Baca


Bahasa tulisan dapat dimengerti dengan baik bila kalimat-kalimat yang telah ditulis sesuai
dengan aturan-aturan yang berlaku dalam bahasa tersebut. Tanda baca berperan penting
dalam bahasa tulisan. Tanda baca yang tidak lengkap dapat menyebabkan isi tulisan sulit
dimengerti. Oleh karena itu dalam bab ini dibahas aturan-aturan penulisan tanda baca, kata-
kata serta judul-judul yang menjadi materi dalam tulisan tersebut.
Penulisan Tanda Baca
Penulisan tanda baca, kata, dan huruf mengikuti Pedoman Umum Ejaan Bahasa Indonesia
yang Disempurnakan, Pedoman Pembentukan Istilah, dan Kamus (Keputusan Mendikbud,
Nomor 0543a/U/487, tanggal 9 September 1987). Berikut ini beberapa kaidah penting yang
perlu diperhatikan.
- titik (.)

- koma (,)

- titik dua (:)

- tanda seru (!)

- tanda tanya (?)

- tanda persen (%)


semua yang di atas harus diketik rapat dengan huruf yang mendahuluinya.
Contoh:
Tidak Baku Baku
Sampel dipilih secara rambang . Sampel dipilih secara rambang.
Data dianalisis dengan teknik korelasi , AnovaData dianalisis dengan teknik korelasi, Anova,
,dan regresi ganda.                   dan regresi ganda.
... dengan teori ; kemudian ... ... dengan teori; kemudian ...
... sebagai berikut : ... sebagai berikut:
Hal itu tidak benar ! Hal itu tidak benar!
Benarkah hal itu ? Benarkah hal itu?
Jumlahnya sekitar 20 %. Jumlahnya sekitar 20%.
Tanda kutip ("...") dan tanda kurung () diketik rapat dengan huruf dari kata atau frasa yang
diapit.
Contoh:
Tidak Baku Baku
Kelima kelompok " sepadan ". Kelima kelompok "sepadan".
Tes tersebut dianggap baku ( standardized ). Tes tersebut dianggap baku (standardized).

Tanda hubung (-), tanda pisah (—), dan garis miring (/) diketik rapat dengan huruf yang
mendahului dan mengikutinya.
Contoh:
Tidak Baku Baku
Tidak berbelit - belit. Tidak berbelit-belit.
Ini terjadi selama tahun 1942 -1945. Ini terjadi selama tahun 1942-1945.
Semua teknik analisis yang dipakai di sini — Semua teknik analisis yang dipakai di sini—
kuantitatif dan kualitatif — perlu ditinjau. kuantitatif dan kualitatif—perlu ditinjau.
Dia tidak / belum mengaku. Dia tidak/belum mengaku.

Tanda sama dengan (=), lebih besar (>), lebih kecil (<), tambah (+), kurang (-), kali (x), dan
bagi (:) diketik dengan spasi satu ketukan sebelum dan sesudahnya.
Contoh:
Tidak Baku Baku
p=0,05 p = 0,05
p>0,01 p > 0,01
p<0,01 p < 0,01
a+b=c a+b=c
a:b=d a:b=d

Akan tetapi, tanda bagi () yang dipakai untuk memisahkan tahun penerbitan dengan nomor
halaman pada rujukan diketik rapat dengan angka yang mendahului dan mengikutinya.
Contoh:
Tidak Baku Baku
Sadtono (1980 : 10) menyatakan Sadtono (1980:10) menyatakan

Pemenggalan kata pada akhir baris (-) disesuaikan dengan suku katanya.
Contoh:
Tidak Baku Baku
Masalah ini perlu ditegas kan. Masalah ini perlu ditegas- kan.
Tidak dilakukan dengan mem-mbabi-buta. Tidak dilakukan dengan mem-babi-buta.

Penggunaan Huruf
   Ejaan bahasa Indonesia menggunakan aksara Latin, yang terdiri dari 26 huruf. Setiap
huruf digunakan untuk melambangkan satu bunyi atau satu fonem, kecuali gabungan
huruf kh, ng, ny, dan sy yang juga digunakan untuk melambangkan satu bunyi, serta
huruf e yang digunakan untuk melambangkan dua buah bunyi. Sementara huruf qdan x hanya
digunakan pada kata serapan tertentu.
Secara ortografi[1], kita kenal adanya empat macam huruf, yaitu (1) huruf kapital, (2)
huruf biasa atau huruf kecil, (3) huruf miring, dan (4) huruf tebal (bold, fat).

Penggunaan Huruf Kapital

Huruf kapital atau sering juga disebut huruf besar digunakan pada  :

(a)     huruf pertama kata awal kalimat. Misalnya,

ü  Pada satu proses                                


ü  Apa maksudnya ?
ü  Kita tidak tahu maksudnya

(b)     huruf pertama pada kata pertama pada petikan langsung atau kalimat langsung,
ü  Hakim bertanya,  “Nama Saudara siapa ?”
ü  Poltak berseru, "Diam kau!"
ü  Petugas polantas berkata, " Tolong tunjukkan SIM dan STNK!"

(c)     huruf pertama kata atau ungkapan yang berhubungan dengan nama Tuhan, nama kitab suci,
nama agama, termasuk kata gantinya.  Misalnya  :

ü  Allah, Yang Mahakuasa, Yang Maha Pengasih; Quran, Weda, Islam, Kristen, Katolik.
ü  Bimbinglah hamba-Mu, ya Tuhan, ke jalan yang Engkau ridhoi.
ü  Mohon ampunlah kepada-Nya.

(d)     huruf pertama nama gelar kehormatan, keturunan, dan keagamaan yang diikuti nama diri.
Misalnya  :

ü  Mahaputera Yamin; Sultan Hasanudin; Haji Agus Salim; Imam Syafi'i; Nabi Muhammad.

Namun, kalau tidak diikuti nama diri, huruf kapital itu tidak digunakan. Misalnya,

ü  Tahun ini ia pergi naik haji.


ü  Beliau baru dinobatkan jadi sultan.
ü  Banyak orang mengaku nabi pada awal abad ke-21 ini.

(e)     huruf pertama unsur nama jabatan dan nama pangkat yang diikuti nama diri, atau yang
digunakan sebagai pengganti nama orang tertentu, nama instansi, atau nama tempat.
Misalnya  :

ü  Wakil Presiden Budiono.                    


ü  Sekretaris Jenderal Departemen Pertanian.
ü  Gubernur DKI Jaya.                          
ü  Profesor Doktor Bejo Suyanto.
        
                                     Namun, kalau tidak diikuti nama diri, nama jabatan, nama orang, nama
instansi atau nama tempat, huruf kapital itu tidak dipakai. Misalnya  :

ü  Siapa gubernur yang baru dilantik itu.


ü  Beberapa orang jenderal hadir di situ.
ü  Kemarin Letnan Jenderal Ahmad dilantik menjadi jenderal.

(f)     huruf pertama unsur-unsur nama orang. Contohnya  :


ü  Halim Perdana Kusuma.
ü  Wage Rudolf Supratman.                            
ü  Helvy Tiara Rosa.
         Namun, kalau nama orang itu digunakan sebagai nama benda, nama jenis, dan nama ukuran,
maka huruf kapital tidak digunakan. Contohnya  :

ü  mesin diesel
ü  10 volt
ü  5 ampere

(g)     huruf pertama nama bangsa, suku bangsa, dan nama bahasa. Contohnya  :

ü  bangsa Indonesia
ü  suku Batak                        
ü  bahasa Inggris
        
                                     Namun, kalau nama bangsa, nama suku bangsa dan nama bahasa itu
digunakan sebagai bentuk dasar sebuah kata turunan, huruf kapital itu tidak digunakan.
Contohnya  :

ü  mengindonesiakan kata asing              


ü  agak kejawa-jawaan                     
ü  wanita yang kebelanda-belandaan

(h)     huruf pertama nama tahun, nama bulan, nama hari, nama hari raya, dan nama peristiwa
sejarah. Contohnya  :

ü  tahun Hijriah
ü  bulan Agustus   
ü  hari Jumat         
ü  hari Natal
ü  Proklamasi Kemerdekaan Indonesia 

(i)      huruf pertama nama geografi.  Contohnya  :

-  Asia Tenggara           -  Bukit Barisan


-  Gorontalo                  -  Danau Limboto     
-  Gunung Salak            -  Selat Sunda
-  Teluk Jakarta             -  Kali Brantas
        
                                     Namun, pada istilah geografi yang bukan merupakan nama diri, huruf
kapital tidak digunakan. Contohnya  :

ü  berlayar ke teluk
ü  mandi di kali
ü  menyeberangi selat   
ü  menuju arah utara     
         Pada nama geografi yang dipakai sebagai nama jenis, huruf kapital juga tidak digunakan.
Contohnya  :

-  garam inggris       -  gulajawa
-  salak bali              -  dodol garut
-  sate madura         -  pisang ambon

(j)      huruf pertama unsur-unsur nama negara, nama lembaga pemerintahan, dan nama dokumen
resmi; kecuali kata seperti, dan, atau, ataupun kepada. Contoh :   

ü  Republik Indonesia     
ü  Majelis Permusyawaratan Rakyat
ü  Departeman Pendidikan Nasional
ü  Keputusan Presiden Republik Indonesia Nomor 57, Tahun 1972         

         Namun, simak contoh berikut !    

ü  menurut undang-undang yang berlaku  
ü  menjadi sebuah negara republik      
ü  beberapa badan hukum              

(k)     huruf pertama setiap unsur bentuk ulang sempurna yang terdapat pada nama lembaga
pemerintahan, dan dokumen resmi. Contoh :

ü  Undang-Undang Dasar 1945                        


ü  Perserikatan Bangsa-Bangsa  
ü  Yayasan Ilmu-Ilmu Sosial
(1)     huruf pertama semua kata di dalam nama buku, majalah, surat kabar, dan judul karangan;
kecuali kata di, ke, dan, yang untuk; yang tidak terletak pada posisi awal. Contohnya :   

ü  Bukunya berjudul Membongkar Gurita Cikeas  


ü  Dia agen surat kabar Media Indonesia         
ü  Bacalah majalah Tempo minggu lalu

(m)    huruf pertama unsur singkatan nama gelar, pangkat, dan sapaan. Contohnya :

ü  Dr.  →  doktor          
ü  M.A.         →   master of art
ü  Prof.          →  profesor      
ü  Tn.  →   tuan            
ü  Sdr.           →  saudara                                                
(n)     huruf pertama kata perkerabatan seperti bapak, ibu, kakak, saudara, dan adik yang dipakai
sebagai kata ganti, kata sapaan, atau kata sebutan (pengacuan).  Contoh :

ü  "Kapan Bapak berangkat ?" tanya Hasan   


ü  Adik bertanya, "Itu apa, Bu ?"                  
ü  "Silakan duduk, Kak " kata Adi
ü  Besok Paman akan datang

         Namun, bila kata perkerabatan dipakai sebagai istilah perkerabatan, huruf kapital tidak
digunakan.

ü  Kita harus menghormati bapak dan ibu kita 


ü  Semua kakak dan adik saya sudah menikah 

(o)     huruf pertama kata ganti Anda.  Contoh :      

ü  Apakah Anda sudah berkeluarga ?    


ü  Surat Anda sudah kami terima      

Penggunaan Huruf Kecil

Huruf kecil digunakan pada tempat yang tidak menggunakan huruf kapital.

Penggunaan Huruf Miring

Huruf miring digunakan untuk  :   

(a)     menuliskan nama buku, nama majalah, dan nama surat kabar yang dikutip dalam tulisan.
Contoh :

ü  Bukunya berjudul Habis Gelap Terbitlah Terang


ü  Setiap pagi dia membaca koran Kompas
ü  Majalah Bahasa dan Sastra terbitan Pusat Bahasa

(b)     menuliskan istilah ilmiah, dan kata atau ungkapan asing yang ejaannya belum disesuaikan.
Contoh :

ü  Nama ilmiah nyamuk penyebab deman berdarah adalah aedes agypti


ü  Politik devide et empera pernah merajalela di negara kita
ü  Bailout pada Bank Century menjadi topik pembicaraan di DPR

(c)     menuliskan kata-kata yang dianggap belum baku. Contoh :


ü  Beliau memang nggak tahu
ü  Keadaan semakin semrawut
ü  Di sini kamu jangan berlaku neko-neko

(d)     menuliskan kata atau huruf yang dianggap penting dalam sebuah teks. Contoh :

Buatlah kalimat dengan kata apalagi dan kata lagi pula


Dalam bab ini tidak dibicarakan penulisan huruf kapital
Dia bukan menipu, melainkan ditipu

Penggunaan Huruf Tebal (bold, fat)

Penggunaan huruf tebal belum atau tidak diatur dalam pedoman EYD (ejaan yang
disempurnakan); tetapi tampaknya huruf tebal digunakan pada kata-kata yang dianggap
penting. Dalam tulisan tangan atau ketikan manual kata-kata yang akan dicetak tebal diberi
dua garis bawah.

Penggunaan Tanda Baca

Dalam bahasa tulis, tanda baca ini sangat penting karena dengan adanya tanda baca itu
kita akan terbantu untuk dapat memahami suatu tulisan. Dalam sistem ejaan dikenal adanya
tanda baca titik (.), koma (,), titik koma (;), titik dua (:), tanda tanya (?), tanda seru (!), tanda
petik ("......"), tanda hubung (-), tanda pisah (—), tanda kurung ([......]), tanda garis miring (/),
dan tanda penyingkat ('). Bagaimana menggunakan tanda baca itu, dijelaskan di bawah.

Penggunaan Tanda Titik ( . )

(a)     Tanda titik digunakan pada akhir kalimat yang bukan pertanyaan atau seruan.
         Misalnya :

ü  Ayahku mantan anggota DPR.


ü  KPK menahan Anggodo Widjoyo kemarin.
ü  Partai koalisi mulai retak.

(b)     Tanda titik digunakan untuk memisahkan angka jam, menit, dan detik yang menunjukkan
waktu.
         Misalnya  :

ü  pukul 3.15.10 (pukul 3 lewat 15 menit 20 detik)


(c)     Tanda titik digunakan untuk memisahkan angka jam, menit, dan detik yang menunjukkan
jangka waktu.
         Misalnya : 
                         
ü  5.35.20 jam (5 jam, 35 menit, 20 detik)    
ü  0.25.30 jam (25 menit, 30 detik)       
ü  0.0.30 jam (30 detik)

(d)     Tanda titik digunakan untuk memisahkan bilangan ribuan atau kelipatannya.


         Misalnya :                                         

ü  Penduduk di desa itu ada 25.325 orang


ü  Harganya Rp 4.850.000,-
ü  Gempa di sana menelan 1.274 jiwa tewas

(e)     Tanda titik tidak digunakan untuk memisahkan bilangan ribuan atau kelipatannya yang tidak
menunjukkan jumlah.
         Misalnya  :

ü  Dia lahir tahun 1951 di Surabaya       


ü  Nomor teleponnya adalah 8657712        
ü  Nomor pendaftarannya adalah 2657718       

(f)     Tanda titik tidak digunakan pada akhir judul berita, judul karangan, judul tabel, dan
sebagainya.
         Misalnya  :

ü  Tabrakan Beruntun di Jalan Tol


ü  Habis Gelap Terbitlah Terang 
ü  Masalah Kawin Siri-di Indonesia

(g)     Tanda titik tidak digunakan di belakang (1) alamat pengirim dan tanggal surat; dan (2) nama
dan alamat penerima surat.
         Misalnya  :                           

ü  Jalan Taman Malaka Utara 5                         

Jakarta Timur
ü  25 Februari 2015

Penggunaan Tanda Koma ( , )

Tanda baca koma ( , ) digunakan dengan aturan sebagai berikut :


(a)     digunakan di antara unsur-unsur dalam suatu perincian atau pembilangan.
         Misalnya  :

ü  Yang hadir anggota fraksi Golkar, fraksi PDIP, fraksi PKS, dan fraksi Demokrasi
ü  Yang salah jawaban nomor 8, 9, 12, 13, dan 15

(b)     digunakan untuk memisahkan bagian kalimat setara yang satu dari bagian kalimat setara
lainnya yang didahului oleh konjungsi seperti tetapi dan melainkan.
         Misalnya :

ü  Saya ingin hadir, tetapi tidak diundang


ü  Yang menyusahkan rakyat bukan hanya penjahat, melainkan juga pejabat        

(c)     digunakan untuk memisahkan anak kalimat dari induk kalimat bila anak kalimat itu
mendahului induk kalimat.
         Misalnya :

ü  Karena sakit, dia tidak jadi datang     


ü  Kalau diundang, saya tentu datang    

Catatan  :       
         Kalau anak kalimat berada di belakang induk kalimat, maka tanda koma itu tidak digunakan.
Misalnya  :                                        

ü  Dia tidak jadi datang karena sakit      


ü  Saya tentu datang kalau diundang

(d)     digunakan di belakang kata atau ungkapan penghubung antar-kalimat yang terdapat pada
awal kalimat seperti jadi, oleh karena itu, akan tetapi, maka dan sebagainya.
         Misalnya  :

ü  Jadi, utangmu semua menjadi 10 juta rupiah


ü  Oleh karena itu, kita harus selalu waspada
ü  Akan tetapi, saya masih akan mencoba lagi tahun depan

(e)     digunakan di belakang kata seruan seperti oh, nah, aduh, ya, alangkah, dan kasihan di dalam
sebuah kalimat.
         Misalnya  :

ü  Oh, begitu ?
ü  Wah, bukan main besarnya!
ü  Hati-hati, ya, nanti jatuh

(f)     digunakan untuk memisahkan petikan langsung dari bagian lain dalam kalimat.
         Misalnya  :                      

ü  Kata ibu, "Saya senang sekali."   


ü  "Saya gembira sekali", kata bapak, "karena terpilih jadi anggota DPR."

(g)     digunakan di antara nama orang dan gelar akademik yang mengikutinya untuk
membedakannya dari singkatan nama diri, nama keluarga atau marga.
         Misalnya  :     

ü  Dr. Ahmad Dimyati, S.H  


ü  Ny. Komala Sari, MA.
ü  Abdul Aziz, M. Hum.

(h)     digunakan di muka angka persepuluhan atau di antara rupiah dan sen yang dinyatakan
dengan angka.
         Misalnya  :  
ü  12,5 Cm     
ü  Rp 1.255,25       

(i)      digunakan untuk mengapit keterangan tambahan (aposisi) yang sifatnya tidak membatasi.
         Misalnya  :          

ü  Ruhut Sitompul, anggota pansus dari partai Demokrat, sering membuat ulah
ü  Sukarno, presiden pertama RI, dimakamkan di Blitar
ü  Banyak anggota DPR, dari fraksi mana pun, disinyalir sering bolos dari sidang

(j)   dapat digunakan untuk menghindari salah baca dan salah paham di belakang keterangan yang
terdapat pada awal kalimat.
         Misalnya  :

ü  Dalam pembinaan dan pengembangan bahasa, kita memerlukan sikap yang sungguh-sungguh
ü  Atas bantuan Agus, Karyadi mengucapkan banyak terima kasih
ü  Menurut keterangan bapak, Iskandar adalah anggota DPRD yang baru dilantik

(k)     tidak digunakan untuk memisahkan petikan langsung dari bagian lain yang mengiringnya
dalam kalimat jika petikan langsung itu berakhir dengan tanda tanya atau tanda seru.
         Misalnya  :                                            

ü  "Saudara bekerja di mana?" tanya ayah     


ü  "Ayo kita serang !" teriaknya keras-keras       

Penggunaan Tanda Koma ( ; )


Tanda titik koma dapat digunakan untuk memisahkan bagian-bagian kalimat yang
sejenis dan setara.
Misalnya  :

ü  Malam semakin larut; pekerjaan belum selesai juga; aku jadi bingung
ü  Ayah membaca koran di ruang tamu; ibu sibuk di dapur; adik mengerjakan PR; saya sendiri
asyik menonton televisi

Catatan :    

Jika kita lihat contoh di atas, sebenarnya tanda titik koma itu bisa diganti dengan tanda koma.

Penggunaan Tanda Titik Dua ( : )

Tanda titik dua dapat digunakan :

(a)     pada akhir suatu pernyataan lengkap jika diikuti rangkaian atau pemerian.

         Misalnya  :

ü  Kita sekarang memerlukan perabot rumah tangga: kursi, meja, dan lemari
ü  Hanya ada dua pilihan bagi pejuang kemerdekaan itu: hidup atau mati

Namun, bila rangkaian kata itu merupakan pelengkap (objek) yang mengakhiri pernyataan,
tanda titik dua itu tidak perlu digunakan.

ü  Kita memerlukan kursi, meja, dan lemari


ü  Fakultas ini memiliki jurusan pendidikan anak terbelakang dan anak usia dini

(b)     sesudah kata atau ungkapan yang memerlukan pemerian.


         Misalnya  :

Ketua                   :   Abdul Aziz
Sekretaris             :   Ny. Sarbini
Bendahara           :   Ny. Waluyo
Tempat sidang     :   Gedung A, ruang 208
dst.
PENULISAN KATA DALAM KARYA ILMIAH

Penulisan kata dapat dikelompokkan atas kata dasar, kata turunan, kata ulang, kata
gabungan, kata depan, partikel, dan kata ganti.
1.    Kata Dasar
Kata yang berupa kata dasar ditulis satu kesatuan.
Contoh:
Buku ini buku baru
Kelas itu penuh sesak
Siswa sedang makan nasi
2.    Kata Turunan
Kata turunan adalah kata dasar yang telah berubah karena mendapatkan imbuhan baik
itu awalan, sisipan, dan akhiran.Kata dasar tersebut telah dirangkai dengan imbuhan-imbuhan
itu.Dari contoh-contoh ini diharapkan dapat mengingat kembali aturan- turan yang berlaku
dalam bahasa Indonesia.
Contoh:
berkembang biak
melipatgandakan
memberitahukan
berwisata
belajar
beri tahukan
merindukan
pascasarjana
dasawarsa
dwiwarna

3.    Kata Ulang
Bentuk kata ulang harus ditulis lengkap dengan kata hubung. Contoh: pura-pura, mata-
mata, hura-hura, mondar-mandir, sayur-mayur, undang undang, kupu-kupu, lauk-pauk.

4.    Kata Depan
Kata depan, di, ke, dari ditulis terpisah dari kata yang mengikutinya, kecuali di dalam
gabungan kata yang sudah dianggap sebagai satu kata seperti kepada dan daripada.
Contoh:
Ibu pergi ke Bandung
Paman datang dari Bali
Kakak tiba di Singapura

5.    Kata Ganti orang


Kata ganti ku dan kau ditulis serangkai dengan kata-kata yang mengikutinya. –ku, –mu
dan –nya ditulis serangkai dengan kata yang mendahuluinya.
Contoh: Bukuku dan bukumu tertinggal di meja perpustakaan. Apa pun yang kaumiliki tidak
dapat dipinjam.

Partikel
Partikel –lah, –kah, –tah ditulis serangkai dengan kata yang mendahuluinya.
Contoh:
Marilah kita berangkat ke kampus.
Siapkah yang menang dalam pertandingan nanti?

Partikel pun ditulis terpisah dengan kata yang mendahuluinya kecuali untuk kata-kata
yang telah dianggap terpadu benar seperti meskipun, adapun, kendatipun, maupun,
sungguhpun, andaipun, biarpun, bagaimanapun, dan kalaupun.
Contoh:  Dia pun mengetahui sindikat tersebut.
Mobil-mobil besar pun diijinkan melewati jalan ini.

Penulisan Judul
Penulisan judul yang umum digunakan dalam penulisan karya ilmiah sangat penting
untuk diuraikan di sini. Dengan demikian keseragaman dalam tulisan karya ilmiah yang
diatur dengan panduan ini dapat diperoleh. Judul Bagian dan Sampul Depan Laporan Judul
Bagian ditulis dengan gaya penulisan semua huruf kapital. Bila terdiri atas beberapa baris,
maka baris pertama paling panjang dan baris berikutnya lebih pendek serta ditulis dengan
gaya di tengah-tengah.
Contoh:
PENGEMBANGAN MESIN PENDINGIN HEMAT ENERGI
STUDI TEKNO EKONOMI DALAM PERANCANGAN MESIN

Judul Bab
Judul bab ditulis dengan gaya penulisan huruf pertama kapital kecuali partikelatau kata
depan.
Contoh:
Bab III
Prosedur Optimasi dan Formulasi
Bab I
Pendahuluan
Bab IV
Pengujian dan Analisis

Judul Sub bab


Judul bab juga ditulis dengan gaya penulisan huruf pertama kapital kecuali partikel atau kata
depan.
Contoh:
Subbab pada Bab II
2.2 Ulasan Singkat Penelitian Terdahulu
2.3 Prinsip Dasar
Subbab pada Bab III
3.3 Metode Optimasi dan Parameter Studi
3.4 Penurunan Formulasi dan Pemrograman

Penyingkatan Kata
Tulis penuh semua singkatan seperti: dan lain lain, dan sebagainya, dan seterusnya (bukan
ditulis dengan cara ini: dll., dsb., dst.). Penyingkatan suatu istilah dapat diberlakukan, bila
memang istilah tersebut panjang dan terlalu sering muncul dalam teks.Untuk penyingkatan
ini, kepanjangan istilah tersebut harus dimuculkan pertama kali ketika istilah tersebut pertama
kalinya disebutkan dalam teks.

Penggunaan dan Penulisan Istilah Asing


Sesuai dengan fungsi bahasa Indonesia sebagai bahasa nasional, istilah-istilah keilmuwan
ataupun teknik yang telah dibakukan sebaiknya digunakan dengan benar. Istilah-istilah asing
yang sudah punya pandaan dalam bahasa Indonesia, sebaiknya penggunaan istilah Indonesia
yang diutamakan.

Penulisan kutipan
Dalam penulisan karya tulis ilmiah, seorang penulis sering meminjam pendapat, atau ucapan
orang lain yang terdapat pada buku, majalah, bahkan bunyi pasal dalam peraturan perundang-
undangan. Untuk itu seorang penulis harus memperhatikan prinsip-prinsip mengutip, yaitu:
a.       Tidak mengadakan pengubahan naskah asli yang dikutip. Kalaupun perlu mengadakan
pengubahan, maka seorang penulis harus memberi keterangan bahwa kutipan tersebut telah
diubah. Caranya adalah dengan memberi huruf tebal, atau memberi keterangan dengan tanda
kurung segi empat;
b.      Bila dalam naskah asli terdapat kesalahan, penulis dapat memberikan tanda [sic!] langsung
di belakang kata yang salah. Hal itu berarti bahwa kesalahan ada pada naskah asli dan penulis
tidak bertanggung jawab atas kesalahan tersebut;
c.       Apabila bagian kutipan ada yang dihilangkan, penghilangan itii dinyatakan dengan cara
membubuhkan tanda elipsis (yaitu dengan tiga titik). Penghilangan bagian kutipan tidak
boleh mengakibatkan perubahan makna asli naskah yang dikutip (lihat contoh  pada lampiran
1, halaman 19).
Cara mengutip:
a.       Kutipan langsung terdiri dari tiga baris atau kurang
Cara menulis kutipan langsung yang panjangnya sampai dengan tiga baris, adalah sebagai
berikut:
1.      kutipan diintegrasikan dengan naskah;
2.      jarak antara baris dengan baris dua spasi;
3.      kutipan diapit dengan tanda kutip;
4.      akhir kutipan diberi nomor urut penunjukan yang diketik setengah spasi ke atas.

b.      Kutipan langsung terdiri lebih dari tiga baris

1.      Sebuah kutipan langsung yang terdiri lebih dari tiga baris, ditulis sebagai berikut:
2.      kutipan dipisahkan dari naskah dengan jarak 3 spasi;
3.      jarak antara baris dengan baris satu spasi;
4.      kutipan bisa diapit tanda kutip, bisa juga tidak;
5.      akhir kutipan diberi nomor urut penunjukan yang diketik setengah spasi ke atas;
6.      seluruh kutipan diketik menjorok ke dalam antara 5-7 ketikan;

c.       Kutipan tidak langsung


Dalam kutipan tidak langsung penulis tidak mengutip naskah sebagaimana adanya,
melainkan mengambil sari dari tulisan yang dikutip.
Cara menulis kutipan seperti ini adalah sebagai berikut:
1.      kutipan diintegrasikan dengan naskah;
2.      jarak antara baris dua spasi;
3.      kutipan tidak diapit dengan tanda kutip;
4.      akhir kutipan diberi nomor urut penunjukan yang diketik setengah spasi ke atas.
5.      Penulisan sumber kutipan
Seorang penulis yang mengutip pendapat orang lain harus mencantumkan sumber kutipan
yang bersangkutan.
Ada tiga cara penulisan sumber kutipan, yaitu:
a.       American Psycological Associations Manual (APA)
Mencantumkan langsung sumber kutipan di akhir kutipan yang ditulis dalam tanda kurung.
Contoh: (Soerjono Soekanto, 1983: 23), artinya:
Kutipan tersebut diambil dari buku karangan Soerjono Soekanto yang terbit tahun 1983 pada
halaman 23.
Dalam penulisan sumber semacam ini, tidak mudah untuk langsung menemukan dari sumber
mana/apa kutipan tersebut diambil. Pembaca sulit mengetahui judul buku yang dikutip.
Seyogyanya pada setiap akhir bab dibuat daftar pustaka. Adapun cara menuliskan Daftar
Pustaka dengan cara ini ialah, 1) nama pengarang; 2) tahun terbit; 3) judul; 4)cetakan/edisi;
5) nama kota; 6) nama penerbit.
b.       Modern Language Associations Handbook (MLA):
Memberi nomor urut pada setiap akhir kutipan, kemudian menulis sumber kutipannya di
akhir bab, pada lembar khusus yang disebut "Catatan" Cara menuliskan sumber kutipan sama
seperti menulis pada Catatan Kaki.
Contoh :
Catatan
1. Buchari Zainun, Manajemen dan Motivasi(Jakarta: Balai Aksara, 1979), hal. 27.
2. A. Hamzah, Hukum Pidana Ekonomi,cet.II, (Jakarta: Erlanqga, 1977), hal. 21.

c. Chicago Manual of Style (Kate L. Turabian):


Cara yang lazim adalah dengan memberikan nomor unit kutipan, kemudian sumber kutipan
ditulis pada kaki halaman diawali dengan nomor urut kutipan. Sumbe:r kutipan dipisahkan
dari naskah dengan garis lurus sepanjang lima belas ketikan, diapit oleh ruang kosong
masing-masing empat kait (spasi).
Catatan kaki diketik menjorok ke dalam 5-7 ketikan dan dilanjutkan pada baris berikutnya
dimulai pada margin kiri dengan jarak satu spasi, sedangkan jarak antara baris terakhir satu
catatan dengan baris pertama catatan kaki berikutnya, dua spasi. Keuntungan cara penulisan
sumber kutipan dengan catatan kaki ialah, jika pada suatu ketika penulis ingin
membandingkan dengan sumber lain, atau penulis ingin menerangkan suatu tulisan yang
bukan menjadi konteks penulisan. Apabila menerangkan sesuatu langsung pada naskah
dianggap akan mengganggu kesinambungan tulisan, maka dengan catatan kaki keterangan
tentang sesuatu tersebut dapat dilakukan. Hal itu tidak akan mengganggu naskah dimaksud.

DAFTAR PUSTAKA
https://blog.ruangguru.com/sistematika-karya-tulis-ilmiah

http://adtyaemby.blogspot.com/2012/06/ejaan-dan-tanda-baca-dalam-karya-tulis.html

http://ikadekbikakurniawan039.blogspot.com/2014/03/makalah-kaidah-penulisan-huruf-
dan.html

http://bahasaindonesiasmpppgt12unib.blogspot.com/2015/05/penggunaan-eyd-dalam-karya-
ilmiah.html?m=1

Anda mungkin juga menyukai