Bab I Pendahuluan
Uraian singkat, jelas dan logis dari suatu kegiatan ilmiah untuk menjelaskan alasan teoritik
serta faktual mengapa permasalahan tersebut perlu dijawab melalui kegiatan penelitian.
2.Rumusan masalah
Pertanyaan kritis atau argumentasi yang fleksibel yang diambil intinya dari pernyataan umum
dari masalah peneltian, sebagaimana tercantum dalam latar belakang masalah. Rumusan
masalah selalu dibuat dalam bentuk pertanyaan yang dapat dioperasikan dalam suatu
penelitian.
3.Tujuan penelitian
Adalah uraiuan singkat serta jelas tentang tujuan apa yang hendak dicapai dalam penelitian
tersebut.
4.Manfaat penelitian
Uraian tentang hasil karya ilmiah apa saja yang diunggulkan dan dapat disumbangkan dari
hasil penelitian.
1.Landasan teori
Adalah seperangkat konsep batasan dan proposisi yang dapat menyajikan suatu pandangan
sistematis, tentang fenomena dalam penelitian dengan merinci hubungan antar variabel yang
bertujuan menjelaskan serta memprediksikan fenomena tersebut.
2.Hipotesis penelitian
1. Jenis penelitian
Definisi konsep adalah konseptual tentang variable penelitian sedangkan definisi operasional
variabel yang berisi penjelasan secara sistematik dan operasional tentang bagaimana
mengukur variabel penelitian.
Populasi adalah keseluruhan dari subjek penelitian yang akan diteliti sedangkan sampel
adalah sebagian subjek penelitian yang dijadikan penelitian.
Uraian lengkap dan jelas tentang jenis data yang digunakan dalam penelitian, serta
bagaimana cara mengumpulkan data tersebut.
Uraian hasil penelitian berdasarkan hasil data yang diperoleh dari lapangan.
3. Pengujian hipotesis
Uraian pemaparan data yang diperoleh dari lapangan penelitian untuk menguji apakah data
yang didapat itu mendukung hipotesis yang ada atau tidak. Jika mendukung berarti diterima
jika tidak berarti sebaliknya.
Bab V Penutup
1. Daftar pustaka
· Kesimpulan
· Saran
2. Lampiran
Ejaan Adalah seperangkat aturan atau kaidah pelambang bunyi bahasa, pemisahan,
penggabungan, dan penulisanya dalam suatu bahas. Batasan tersebut menunjukan pengertian
kata ejaan berbeda dengan kata mengeja. Mengeja adalah kegiatan melafalakan huruf, suku
kata, atau kata, sedangakan ejaan adalah suatu sistem aturan yang jauh lebih luas dari sekedar
masalah pelafalan. Ejaan mengatur keseluruhan cara menuliskan bahasa dengan
menggunakan huruf, kata, dan tanda baca sebagai sarananya.
Ejaan merupakan kaidah yang harus dipatuhi oleh pemakai bahasa demi keteraturan dan
keseragaman hidup, terutama dalam bahasa tulis. Keteraturan dalam bentuk akan
berimplikasi pada ketepatan dan kejelasan makna. Ibarat sedang menyetir kendaraan, ejaan
adalah rambu lalu lintas yang harus dipatuhi oleh setiap pengemudi. Jika para pengemudi
mematuhi rambu itu, terciptalah lalu lintas yang tertib, teratur, dan tidak semrawut.Seperti
itulah kira – kira bentuk hubungan antara pemakai dengan ejaan.
Ejaan yang berlaku sekarang dinamakan Ejaan Yang Disempurnakan (EYD). EYD yang
resmi mulai diberlakukan pada tanggal 16 Agustus 1972 ini memang upaya penyempurnaan
ejaan yang sudah dipakai selam dua puluh lima tahun sebelumnya yang dikenal dengan nama
Ejaan Republik atau Ejaan Soewandi (Menteri PP dan K Republik Indonesia pada tahun itu
diresmikan pada tahun 1947). Sebelum Ejaan Soewandi telah ada ejaan yang merupakan
ejaan pertama Bahasa Indonesia yaitu Ejaan Van Ophuysen (nama seorang guru besar
Belanda yang juga pemerhati bahasa) yang diberlakukan pada tahun 1901 oleh pemerintah
Belanda yang menjajah Indonesia pada masa itu. Ejaan Van Ophuysen tidak berlaku lagi
pada tahun 1947.
- koma (,)
Tanda hubung (-), tanda pisah (—), dan garis miring (/) diketik rapat dengan huruf yang
mendahului dan mengikutinya.
Contoh:
Tidak Baku Baku
Tidak berbelit - belit. Tidak berbelit-belit.
Ini terjadi selama tahun 1942 -1945. Ini terjadi selama tahun 1942-1945.
Semua teknik analisis yang dipakai di sini — Semua teknik analisis yang dipakai di sini—
kuantitatif dan kualitatif — perlu ditinjau. kuantitatif dan kualitatif—perlu ditinjau.
Dia tidak / belum mengaku. Dia tidak/belum mengaku.
Tanda sama dengan (=), lebih besar (>), lebih kecil (<), tambah (+), kurang (-), kali (x), dan
bagi (:) diketik dengan spasi satu ketukan sebelum dan sesudahnya.
Contoh:
Tidak Baku Baku
p=0,05 p = 0,05
p>0,01 p > 0,01
p<0,01 p < 0,01
a+b=c a+b=c
a:b=d a:b=d
Akan tetapi, tanda bagi () yang dipakai untuk memisahkan tahun penerbitan dengan nomor
halaman pada rujukan diketik rapat dengan angka yang mendahului dan mengikutinya.
Contoh:
Tidak Baku Baku
Sadtono (1980 : 10) menyatakan Sadtono (1980:10) menyatakan
Pemenggalan kata pada akhir baris (-) disesuaikan dengan suku katanya.
Contoh:
Tidak Baku Baku
Masalah ini perlu ditegas kan. Masalah ini perlu ditegas- kan.
Tidak dilakukan dengan mem-mbabi-buta. Tidak dilakukan dengan mem-babi-buta.
Penggunaan Huruf
Ejaan bahasa Indonesia menggunakan aksara Latin, yang terdiri dari 26 huruf. Setiap
huruf digunakan untuk melambangkan satu bunyi atau satu fonem, kecuali gabungan
huruf kh, ng, ny, dan sy yang juga digunakan untuk melambangkan satu bunyi, serta
huruf e yang digunakan untuk melambangkan dua buah bunyi. Sementara huruf qdan x hanya
digunakan pada kata serapan tertentu.
Secara ortografi[1], kita kenal adanya empat macam huruf, yaitu (1) huruf kapital, (2)
huruf biasa atau huruf kecil, (3) huruf miring, dan (4) huruf tebal (bold, fat).
Huruf kapital atau sering juga disebut huruf besar digunakan pada :
(b) huruf pertama pada kata pertama pada petikan langsung atau kalimat langsung,
ü Hakim bertanya, “Nama Saudara siapa ?”
ü Poltak berseru, "Diam kau!"
ü Petugas polantas berkata, " Tolong tunjukkan SIM dan STNK!"
(c) huruf pertama kata atau ungkapan yang berhubungan dengan nama Tuhan, nama kitab suci,
nama agama, termasuk kata gantinya. Misalnya :
ü Allah, Yang Mahakuasa, Yang Maha Pengasih; Quran, Weda, Islam, Kristen, Katolik.
ü Bimbinglah hamba-Mu, ya Tuhan, ke jalan yang Engkau ridhoi.
ü Mohon ampunlah kepada-Nya.
(d) huruf pertama nama gelar kehormatan, keturunan, dan keagamaan yang diikuti nama diri.
Misalnya :
ü Mahaputera Yamin; Sultan Hasanudin; Haji Agus Salim; Imam Syafi'i; Nabi Muhammad.
Namun, kalau tidak diikuti nama diri, huruf kapital itu tidak digunakan. Misalnya,
(e) huruf pertama unsur nama jabatan dan nama pangkat yang diikuti nama diri, atau yang
digunakan sebagai pengganti nama orang tertentu, nama instansi, atau nama tempat.
Misalnya :
ü mesin diesel
ü 10 volt
ü 5 ampere
(g) huruf pertama nama bangsa, suku bangsa, dan nama bahasa. Contohnya :
ü bangsa Indonesia
ü suku Batak
ü bahasa Inggris
Namun, kalau nama bangsa, nama suku bangsa dan nama bahasa itu
digunakan sebagai bentuk dasar sebuah kata turunan, huruf kapital itu tidak digunakan.
Contohnya :
(h) huruf pertama nama tahun, nama bulan, nama hari, nama hari raya, dan nama peristiwa
sejarah. Contohnya :
ü tahun Hijriah
ü bulan Agustus
ü hari Jumat
ü hari Natal
ü Proklamasi Kemerdekaan Indonesia
ü berlayar ke teluk
ü mandi di kali
ü menyeberangi selat
ü menuju arah utara
Pada nama geografi yang dipakai sebagai nama jenis, huruf kapital juga tidak digunakan.
Contohnya :
- garam inggris - gulajawa
- salak bali - dodol garut
- sate madura - pisang ambon
(j) huruf pertama unsur-unsur nama negara, nama lembaga pemerintahan, dan nama dokumen
resmi; kecuali kata seperti, dan, atau, ataupun kepada. Contoh :
ü Republik Indonesia
ü Majelis Permusyawaratan Rakyat
ü Departeman Pendidikan Nasional
ü Keputusan Presiden Republik Indonesia Nomor 57, Tahun 1972
ü menurut undang-undang yang berlaku
ü menjadi sebuah negara republik
ü beberapa badan hukum
(k) huruf pertama setiap unsur bentuk ulang sempurna yang terdapat pada nama lembaga
pemerintahan, dan dokumen resmi. Contoh :
(m) huruf pertama unsur singkatan nama gelar, pangkat, dan sapaan. Contohnya :
ü Dr. → doktor
ü M.A. → master of art
ü Prof. → profesor
ü Tn. → tuan
ü Sdr. → saudara
(n) huruf pertama kata perkerabatan seperti bapak, ibu, kakak, saudara, dan adik yang dipakai
sebagai kata ganti, kata sapaan, atau kata sebutan (pengacuan). Contoh :
Namun, bila kata perkerabatan dipakai sebagai istilah perkerabatan, huruf kapital tidak
digunakan.
Huruf kecil digunakan pada tempat yang tidak menggunakan huruf kapital.
(a) menuliskan nama buku, nama majalah, dan nama surat kabar yang dikutip dalam tulisan.
Contoh :
(b) menuliskan istilah ilmiah, dan kata atau ungkapan asing yang ejaannya belum disesuaikan.
Contoh :
(d) menuliskan kata atau huruf yang dianggap penting dalam sebuah teks. Contoh :
Penggunaan huruf tebal belum atau tidak diatur dalam pedoman EYD (ejaan yang
disempurnakan); tetapi tampaknya huruf tebal digunakan pada kata-kata yang dianggap
penting. Dalam tulisan tangan atau ketikan manual kata-kata yang akan dicetak tebal diberi
dua garis bawah.
Dalam bahasa tulis, tanda baca ini sangat penting karena dengan adanya tanda baca itu
kita akan terbantu untuk dapat memahami suatu tulisan. Dalam sistem ejaan dikenal adanya
tanda baca titik (.), koma (,), titik koma (;), titik dua (:), tanda tanya (?), tanda seru (!), tanda
petik ("......"), tanda hubung (-), tanda pisah (—), tanda kurung ([......]), tanda garis miring (/),
dan tanda penyingkat ('). Bagaimana menggunakan tanda baca itu, dijelaskan di bawah.
(a) Tanda titik digunakan pada akhir kalimat yang bukan pertanyaan atau seruan.
Misalnya :
(b) Tanda titik digunakan untuk memisahkan angka jam, menit, dan detik yang menunjukkan
waktu.
Misalnya :
(e) Tanda titik tidak digunakan untuk memisahkan bilangan ribuan atau kelipatannya yang tidak
menunjukkan jumlah.
Misalnya :
(f) Tanda titik tidak digunakan pada akhir judul berita, judul karangan, judul tabel, dan
sebagainya.
Misalnya :
(g) Tanda titik tidak digunakan di belakang (1) alamat pengirim dan tanggal surat; dan (2) nama
dan alamat penerima surat.
Misalnya :
Jakarta Timur
ü 25 Februari 2015
ü Yang hadir anggota fraksi Golkar, fraksi PDIP, fraksi PKS, dan fraksi Demokrasi
ü Yang salah jawaban nomor 8, 9, 12, 13, dan 15
(b) digunakan untuk memisahkan bagian kalimat setara yang satu dari bagian kalimat setara
lainnya yang didahului oleh konjungsi seperti tetapi dan melainkan.
Misalnya :
(c) digunakan untuk memisahkan anak kalimat dari induk kalimat bila anak kalimat itu
mendahului induk kalimat.
Misalnya :
Catatan :
Kalau anak kalimat berada di belakang induk kalimat, maka tanda koma itu tidak digunakan.
Misalnya :
(d) digunakan di belakang kata atau ungkapan penghubung antar-kalimat yang terdapat pada
awal kalimat seperti jadi, oleh karena itu, akan tetapi, maka dan sebagainya.
Misalnya :
(e) digunakan di belakang kata seruan seperti oh, nah, aduh, ya, alangkah, dan kasihan di dalam
sebuah kalimat.
Misalnya :
ü Oh, begitu ?
ü Wah, bukan main besarnya!
ü Hati-hati, ya, nanti jatuh
(f) digunakan untuk memisahkan petikan langsung dari bagian lain dalam kalimat.
Misalnya :
(g) digunakan di antara nama orang dan gelar akademik yang mengikutinya untuk
membedakannya dari singkatan nama diri, nama keluarga atau marga.
Misalnya :
(h) digunakan di muka angka persepuluhan atau di antara rupiah dan sen yang dinyatakan
dengan angka.
Misalnya :
ü 12,5 Cm
ü Rp 1.255,25
(i) digunakan untuk mengapit keterangan tambahan (aposisi) yang sifatnya tidak membatasi.
Misalnya :
ü Ruhut Sitompul, anggota pansus dari partai Demokrat, sering membuat ulah
ü Sukarno, presiden pertama RI, dimakamkan di Blitar
ü Banyak anggota DPR, dari fraksi mana pun, disinyalir sering bolos dari sidang
(j) dapat digunakan untuk menghindari salah baca dan salah paham di belakang keterangan yang
terdapat pada awal kalimat.
Misalnya :
ü Dalam pembinaan dan pengembangan bahasa, kita memerlukan sikap yang sungguh-sungguh
ü Atas bantuan Agus, Karyadi mengucapkan banyak terima kasih
ü Menurut keterangan bapak, Iskandar adalah anggota DPRD yang baru dilantik
(k) tidak digunakan untuk memisahkan petikan langsung dari bagian lain yang mengiringnya
dalam kalimat jika petikan langsung itu berakhir dengan tanda tanya atau tanda seru.
Misalnya :
ü Malam semakin larut; pekerjaan belum selesai juga; aku jadi bingung
ü Ayah membaca koran di ruang tamu; ibu sibuk di dapur; adik mengerjakan PR; saya sendiri
asyik menonton televisi
Catatan :
Jika kita lihat contoh di atas, sebenarnya tanda titik koma itu bisa diganti dengan tanda koma.
(a) pada akhir suatu pernyataan lengkap jika diikuti rangkaian atau pemerian.
Misalnya :
ü Kita sekarang memerlukan perabot rumah tangga: kursi, meja, dan lemari
ü Hanya ada dua pilihan bagi pejuang kemerdekaan itu: hidup atau mati
Namun, bila rangkaian kata itu merupakan pelengkap (objek) yang mengakhiri pernyataan,
tanda titik dua itu tidak perlu digunakan.
Ketua : Abdul Aziz
Sekretaris : Ny. Sarbini
Bendahara : Ny. Waluyo
Tempat sidang : Gedung A, ruang 208
dst.
PENULISAN KATA DALAM KARYA ILMIAH
Penulisan kata dapat dikelompokkan atas kata dasar, kata turunan, kata ulang, kata
gabungan, kata depan, partikel, dan kata ganti.
1. Kata Dasar
Kata yang berupa kata dasar ditulis satu kesatuan.
Contoh:
Buku ini buku baru
Kelas itu penuh sesak
Siswa sedang makan nasi
2. Kata Turunan
Kata turunan adalah kata dasar yang telah berubah karena mendapatkan imbuhan baik
itu awalan, sisipan, dan akhiran.Kata dasar tersebut telah dirangkai dengan imbuhan-imbuhan
itu.Dari contoh-contoh ini diharapkan dapat mengingat kembali aturan- turan yang berlaku
dalam bahasa Indonesia.
Contoh:
berkembang biak
melipatgandakan
memberitahukan
berwisata
belajar
beri tahukan
merindukan
pascasarjana
dasawarsa
dwiwarna
3. Kata Ulang
Bentuk kata ulang harus ditulis lengkap dengan kata hubung. Contoh: pura-pura, mata-
mata, hura-hura, mondar-mandir, sayur-mayur, undang undang, kupu-kupu, lauk-pauk.
4. Kata Depan
Kata depan, di, ke, dari ditulis terpisah dari kata yang mengikutinya, kecuali di dalam
gabungan kata yang sudah dianggap sebagai satu kata seperti kepada dan daripada.
Contoh:
Ibu pergi ke Bandung
Paman datang dari Bali
Kakak tiba di Singapura
Partikel
Partikel –lah, –kah, –tah ditulis serangkai dengan kata yang mendahuluinya.
Contoh:
Marilah kita berangkat ke kampus.
Siapkah yang menang dalam pertandingan nanti?
Partikel pun ditulis terpisah dengan kata yang mendahuluinya kecuali untuk kata-kata
yang telah dianggap terpadu benar seperti meskipun, adapun, kendatipun, maupun,
sungguhpun, andaipun, biarpun, bagaimanapun, dan kalaupun.
Contoh: Dia pun mengetahui sindikat tersebut.
Mobil-mobil besar pun diijinkan melewati jalan ini.
Penulisan Judul
Penulisan judul yang umum digunakan dalam penulisan karya ilmiah sangat penting
untuk diuraikan di sini. Dengan demikian keseragaman dalam tulisan karya ilmiah yang
diatur dengan panduan ini dapat diperoleh. Judul Bagian dan Sampul Depan Laporan Judul
Bagian ditulis dengan gaya penulisan semua huruf kapital. Bila terdiri atas beberapa baris,
maka baris pertama paling panjang dan baris berikutnya lebih pendek serta ditulis dengan
gaya di tengah-tengah.
Contoh:
PENGEMBANGAN MESIN PENDINGIN HEMAT ENERGI
STUDI TEKNO EKONOMI DALAM PERANCANGAN MESIN
Judul Bab
Judul bab ditulis dengan gaya penulisan huruf pertama kapital kecuali partikelatau kata
depan.
Contoh:
Bab III
Prosedur Optimasi dan Formulasi
Bab I
Pendahuluan
Bab IV
Pengujian dan Analisis
Penyingkatan Kata
Tulis penuh semua singkatan seperti: dan lain lain, dan sebagainya, dan seterusnya (bukan
ditulis dengan cara ini: dll., dsb., dst.). Penyingkatan suatu istilah dapat diberlakukan, bila
memang istilah tersebut panjang dan terlalu sering muncul dalam teks.Untuk penyingkatan
ini, kepanjangan istilah tersebut harus dimuculkan pertama kali ketika istilah tersebut pertama
kalinya disebutkan dalam teks.
Penulisan kutipan
Dalam penulisan karya tulis ilmiah, seorang penulis sering meminjam pendapat, atau ucapan
orang lain yang terdapat pada buku, majalah, bahkan bunyi pasal dalam peraturan perundang-
undangan. Untuk itu seorang penulis harus memperhatikan prinsip-prinsip mengutip, yaitu:
a. Tidak mengadakan pengubahan naskah asli yang dikutip. Kalaupun perlu mengadakan
pengubahan, maka seorang penulis harus memberi keterangan bahwa kutipan tersebut telah
diubah. Caranya adalah dengan memberi huruf tebal, atau memberi keterangan dengan tanda
kurung segi empat;
b. Bila dalam naskah asli terdapat kesalahan, penulis dapat memberikan tanda [sic!] langsung
di belakang kata yang salah. Hal itu berarti bahwa kesalahan ada pada naskah asli dan penulis
tidak bertanggung jawab atas kesalahan tersebut;
c. Apabila bagian kutipan ada yang dihilangkan, penghilangan itii dinyatakan dengan cara
membubuhkan tanda elipsis (yaitu dengan tiga titik). Penghilangan bagian kutipan tidak
boleh mengakibatkan perubahan makna asli naskah yang dikutip (lihat contoh pada lampiran
1, halaman 19).
Cara mengutip:
a. Kutipan langsung terdiri dari tiga baris atau kurang
Cara menulis kutipan langsung yang panjangnya sampai dengan tiga baris, adalah sebagai
berikut:
1. kutipan diintegrasikan dengan naskah;
2. jarak antara baris dengan baris dua spasi;
3. kutipan diapit dengan tanda kutip;
4. akhir kutipan diberi nomor urut penunjukan yang diketik setengah spasi ke atas.
1. Sebuah kutipan langsung yang terdiri lebih dari tiga baris, ditulis sebagai berikut:
2. kutipan dipisahkan dari naskah dengan jarak 3 spasi;
3. jarak antara baris dengan baris satu spasi;
4. kutipan bisa diapit tanda kutip, bisa juga tidak;
5. akhir kutipan diberi nomor urut penunjukan yang diketik setengah spasi ke atas;
6. seluruh kutipan diketik menjorok ke dalam antara 5-7 ketikan;
DAFTAR PUSTAKA
https://blog.ruangguru.com/sistematika-karya-tulis-ilmiah
http://adtyaemby.blogspot.com/2012/06/ejaan-dan-tanda-baca-dalam-karya-tulis.html
http://ikadekbikakurniawan039.blogspot.com/2014/03/makalah-kaidah-penulisan-huruf-
dan.html
http://bahasaindonesiasmpppgt12unib.blogspot.com/2015/05/penggunaan-eyd-dalam-karya-
ilmiah.html?m=1