Anda di halaman 1dari 4

Pendahuluan

Meskipun kata wirausaha dan kewirausahaan mudah diucapkan,banyak orang yang belum mengerti
makna dan bedanya.Sebagian orang menganggap wirausaha sama dengan pengusaha yang
berhasil,yang mempunyai bisnis besar,mampu mempekerjakanbanyak orang,penampilannya perlente
dan necis, penghasilan besar, dll. Oleh karena itudalam sesi ini kita akan khusus mempelajaripengertian
wirausaha dan kewirausahaan.

Wirausaha adalah individu-individu yang berorientasi pada tindakan dan bermotivasi tinggi yang
mengambil resiko dalam mengejar tujuan. Wirausaha adalah orang yang selalu berubah dan
berkembang. Mempunyai sikap positif, kreatif, inovatif, dan citra diri yang sehat.Pada hakekatnya semua
orang adalah wirausaha dalam arti mampu berdiri sendiridalam emnjalankan usahanya dan
pekerjaannya guna mencapai tujuan pribadinya,keluarganya, masyarakat , bangsa dan negaranya, akan
tetapi banyak diantara kita yangtidak berkarya dan berkarsa untuk mencapai prestasi yang lebih baik
untuk masa depannya, dan ia menjadi ketergantungan pada orang lain, kelompok lain dan bahkan
bangsa dan Negara lainnya.

Berdasarkan pemahaman kewirausahaan di atas,maka seorang wirausaha harusmembuat perencanaan


yang tepat untuk memulai sebuah usaha. Dengan melakukan perencanaan usaha maka akan dapat
diukur kelayakan suatu usaha yang akan dilakukan.Pengetahuan tentang kewirausahaan dan
perencanaan usaha sangat diperlukanbagi para fasilitator/pendamping masyarakat dalam hal
mendorong tumbuhnya wirausaha berbasis potensi lokal yang ada. Ciri khas dari pendampingan
kewirausahaanini adalah munculnya wirausaha-wirausaha yang beretika. Artinya tidak hanya pelaku
yangterlibat dalam usaha tersebut dan menjaga keberlanjutan lingkungan yang ada.

Dalam mengembangkan kegiatan kewirausahaan,tahapan penting yang harus diperhatikanmeliputi :

1.Tahapan memulai usaha

Pada tahap ini seseorangyang berniat melakukan usaha harus mengetahui prinsip-prinsip pengelolaan
usaha/bisnis (menentukan jenis usaha, merancang usaha, mengelola sumberdaya yang ada, dari
komponen usaha hingga pemasarannya),secara efektif dan efisien, mengadministrasikan kegiatan usaha
juga pembukuan keuangan. Pada tahap iniwirausahawan harus memperhitungkan dan menyiapkan
segala sesuatu yang dibutuhkan sesuai dengan kapasitas dan peluang yang ada.

2.Tahapan melakukan usaha

Pada tahap ini seorang wirausahawan harus mengelola berbagai aspek yang terkaitdengan usaha yang
dipilih. Aspek ini mencakup manajerial kepemimpinan, permodalan,SDM pendukung, pengelolaan usaha
hingga ke pemasarannya. Untuk permodalan tidak hanya berbentuk materi juga rohani. Kepercayaan
dan keteguhan hati merupakan modal utama dalam usaha.

3.Mempertahankan usaha
Dalam menjalankan usaha harus bisa memberi kepuasan pada pelanggan dengan caramenyediakan
barang atau jasa yang berkualitas dan bermanfaat dengan watu tepatsesuai dengan kebutuhan.
Berdasarkan pada hasil yang telah dicapai dalam usahanya,perlu dianalisis perkembangannya dan
ditindaklanjuti sesuai dengan kondisi yang ada.

4.Mengembangkan usaha

Bila situasi mendukung pengembangan usaha dan asset usaha tersedia maka perluasanusaha menjadi
salah satu pilihan yang bisa diambil.Dalam mengembangkan usaha danmembuka usaha baru banyak
unsur ketidakpastian antara ide wirausaha dengan peluang,ketidakpastian antar sumber daya dengan
peluang juga ketidakpastian antara sumber daya dengan ide wirausaha. Oleh karena itu seorang
wirausaha dituntut siap menghadapi tantangan dan mampu mengambil resiko, mempunyai sifat optimis
serta sigap dalam pengambilan keputusan.

menuju puncak karir dalam berwirausaha, ada beberapa prinsip yang perlu diperhatikan diantaranya
yaitu :

1.Keyakinan dalam menentukan usaha

2.Keberanian dalam mengambil keputusan

3.Ambisi untuk maju dan berusaha

4.Kemauan untuk kerja keras

5.Bisa bekerjasama dengan orang lain

6.Penampilan yang baik

7.Motivasi untuk belajar tinggi

8.Terbuka dan pandai berkomunikasi.


KEWIRAUSAHAAN DALAM PASTORAL

Kewirausahaan (Entrepreneurship) sebagai proses berpikir dari seseorang (wirausaha) yang dapat
digambarkan sebagai berikut:

• proses mengidentifikasi VISI } - IDE

• Mengembangkan VISI } - INOVASI

• membawa visi ke hidup } - AKSI & KERJA

Kewirausahaan bukan hanya menjadi wilayah kajian ekonomi saja, tetapi juga terbuka untuk kajian
sosiologi dan teologi, termasuk di dalamnya psikologi.4 Untuk kajian sosiologi, aspek organisasi menjadi
hal yang cukup penting, sebab melalui organisasi, sebuah tindakan memperoleh konteks analisisnya.
Dalam kata lain, organisasi menjadi unit analisis kewirausahaan, di mana melalui itu, orang dengan
segala tindakannya bisa dilihat secara akademik. Sementara, untuk kajian teologis, aspek karakter dan
kepribadian juga bisa dianalisis, seperti sikap dan keberanian pengambilan keputusan apakah
didasarkan pada nilai-nilai tertentu, atau pada kebiasaan hidup yang telah membentuknya.

Kitab Kejadian, ayat 26-28, dikaitkan dengan tugas manusia, ada pertanyaan: apa arti ayat ini bagi tugas
atau panggilan kewirausahaan manusia? Kata “memenuhi” bumi tidak mesti diterjemahkan dalam arti
ada kekurangan, tetapi memperlihatkan kelimpahan ketika dunia/tanah dikerjakan dengan benar untuk
memenuhi kebutuhan manusia; karena itu kata berkuasa menjadi penting, bukan dalam arti, bebas
mengupayakannya tanpa batas. Berkuasa di sini bermakna retroaktif terhadap seluruh ciptaan yang lain:
memberi relasi yang baru dengan Tuhan, dan Gerhard von Rad menyebutnya: “Tuhan bisa meminta
tanggung jawab terhadap ciptaan lain melalui manusia”. Dengan kata lain “diberi kekuasaan berarti
harus bertanggung jawab”; sebab kekuasaan tanpa tanggung jawab tidak bermoral; karena itu supaya
terjadi keseimbangan segi tanggung jawab mesti lebih besar daripada kekuasaan.
Emanuel Gerrit Singgih10 menyatakan bahwa gereja memiliki tiga aspek dalam kehidupannya yaitu :
aspek Institusional/ persekutuan (koinonia), aspek Ritual (Kesaksian/marturia), dan aspek Etikal
(Pelayanan/Diakonia). Menurutnya gereja seringkali menunjukkan sikap yang berat sebelah. Peran etis
gereja perlu diperluas bukan saja terbatas pada orang-orang di dalam gereja tetapi juga persoalan-
persoalan yang ada di tengah masyarakat. Dengan demikian gereja tidak lagi akan dianggap sebagai
“tepian surga di bumi yang celaka”, melainkan sebagai persekutuan yang diutus dan berada di dalam
dunia.

Secara kongkrit peran itu perlu diwujudkan secara luas melalui program-program yang kongkrit dalam
masyarakat salah satunya dalam diakonia gereja. Memang peran etis gereja tak sebatas hanya dalam
karya diakonia. Namun dalam kesempatan ini saya ingin lebih fokus melihat peran diakonia gereja
karena terkait kuat dan erat dengan persoalan pengangguran, kemiskinan dan pemberdayaan ekonomi
warga jemaat dan masyarakat yang menjadi topik utama diskusi kita tentang kewirausahaan.

Josef Widyaatmaja 11 menguraikan bahwa bentuk diakonia terdiri dari diakonia karitatif, reformatif,
dan transformatif. Dalam sejarah, diakonia karitatif paling banyak disukai oleh gereja karena merupakan
diakonia warisan tradisi zending yang ditularkan pada gereja hasil pekabaran Injil di tanah jajahan.
Bentuk kedua adalah diakonia reformatif. Diakonia ini timbul sebagai jawaban gereja di era
pembangunan. Diakonia ini, walaupun jauh lebih baik daripada diakonia karitatif, dalam banyak hal
memiliki kelemahan karena tidak melakukan perubahan sosial yang mendasar. Sementara itu, diakonia
transformatif mengacu pada kegiatan gereja ketika merespon gerakan pembangunan di seluruh dunia
yang menciptakan jurang kaya dan miskin.

Pendampingan serta konseling oleh pastoral menjadi hal yang dibutuhkan dalam
kewirausahaan.Pendampingan pastoral dapat dilakukan secara pribadi ataupun berkelompok.tugas
utama seorang konselor dalam pendampingan pastoral adalah mengatasi masalah di balik emosi yang
ada pada klien, dengan menolong dan membimbing emosi yang kurang baik menuju emosi yang cerdas.
Dengan kecerdasan emosinya, maka klien dituntun untuk lebih berkepala dingin dan rasional di dalam
menghadapi masalahnya.

Anda mungkin juga menyukai