MAKALAH
Diajukan untuk Memenuhi Tugas pada Mata Kuliah: Entrepreneurship: Business
Plan
Dosen: Awang Dedy Kardeli, M.M.Pd.
Disusun oleh :
1
KATA PENGANTAR
Puji syukur atas kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, yang telah memberikan
kemudahan bagi kami sebagai penyusun untuk dapat menyelesaikan tugas ini tepat
pada waktunya. Makalah ini merupakan tugas dari mata kuliah Pengelolaan
Pendidikan, yang mana dengan tugas ini kami sebagai mahasiswa dapat mengetahui
lebih jauh dari materi yang diberikan dosen pengampu.
Makalah yang berjudul tentang “Motivasi Membangun Spirit
Enterpreneurship”. Mengenai penjelasan lebih lanjut kami memaparkannya dalam
bagian pembahasan makalah ini. Dengan harapan makalah ini dapat bermanfaat,
maka kami sebagai penyusun mengucapakan terima kasih kepada semua pihak yang
telah membantu menyelesaikan makalah ini.
Akhir kata kami ucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah
membantu saya dalam penyelesaian makalah ini. Saran dan kritik yang membangun
dengan terbuka kami terima untuk meningkatkan kualitas makalah ini.
Penyusun
2
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR........................................................................................................2
DAFTAR ISI......................................................................................................................3
3
BAB I
PENDAHULUAN
4
terhadap semangat membuka suatu usaha, karena kita dapat berdiskusi lebih bebas,
dibandingkan dengan orang lain, teman bisa memberikan dorongan, pengertian,
bahkan bantuan, tidak perlu takut terhadap kritikan.
1.3 Tujuan
Tujuan dari penulisan makalah ini adalah untuk mengetahui hakekat dari
kewirausahaan dan menjadi orang yang memiliki spirit kewirausahaan.
5
BAB II
TINJAUAN TEORITIS
2.1 Pengertian
Arti kata spirit dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia merupakan semangat
yang tinggi merupakan salah satu factor kemenangan.Spirit merupakan satu bagian
yang sangat prinsip atau yang dirasakan dalam kehidupan manusia dan merupakan
bagian dari suasana hati atau posisi emosi yang merupakan karakteristik gelora,
semangat, gairah, kegembiraan dalam melakukan suatu hal.
Semangat dan gairah merupakan hal yang menarik untuk dijelaskan lebih
detail. Tampaknya sama namun memiliki inti yang berbeda.
6
suatu pekerjaan karena ada unsur kecintaan, kesukaan, dan hobi di dalamnya
(love).Jadi, bukan semata-mata karena manfaat dan tujuannya.
Kewirausahaan pada hakekatnya adalah sifat, ciri dan watak seseorang yang
memiliki kemauan dalam mewujudkan gagasan inovatif kedalam dunia nyata secara
kreatif. Sedangkan yang dimaksud dengan seorang wirausahawan adalah orang–
orang yang memiliki kemampuan melihat dan menilai kesempatan-kesempatan
bisnis; mengumpulkan sumber daya-sumber daya yang dibutuhkan untuk mengambil
tindakan yang tepat, mengambil keuntungan serta memiliki sifat, watak dan kemauan
untuk mewujudkan gagasan inovatif kedalam dunia nyata secara kreatif dalam rangka
meraih sukses atau meningkatkan pendapatan.
7
BAB III
PEMBAHASAN
3.1 Spirit Wirausaha
Indonesia dengan segala sumber daya alam yang dimilikinya ternyata hanya
memiliki wirausaha tak lebih 0,18 persen dari total penduduknya. Secara historis dan
konsensus, sebuah negara minimal harus memiliki wirausaha 2 persen dari total
penduduk agar bisa maju. Untuk itu, bagi kita bangsa Indonesia sumber energy yang
dibutuhkan dalam kegiatan kewirausahaan atau kegiatan apapun adalah mempunyai
semangat dan gairah untuk mengerjakannya.Kedua-duanya adalah satu dan menjadi
sumber energy (motivasi) dalam berwirausaha. Kita juga buku dynamo stater atau
pematik agar sumber energy itu bisa ‘menyala’ (bergairah dan bersemangat) terus
menerus, yaitu komitmen dalam memilih jalan karir sebagai wirausaha yang sukses
dan cerdas. Kunci penting dalam menciptakan semangat kewirausahaan itu bisa
disebabkan oleh beberapa factor, yaitu:
8
menjalankan sebuah unit usaha.Keterampilan wirausaha itu ada pada setiap orang
termasuk mahasiswa, tetapi yang sering terjadi adalah kemampuan kewirausahaan
tidak dimunculkan, dioptimalkan dan digunakan sebagaimana mestinya.Hal itu terjadi
karena kita terjebak oleh pola pikir logika yang selalu mengutamakan kenyamanan,
bebas dari risiko, memilih solusi yang pasti sehingga kemampuan berpikir kita jarang
gunakan. Namun disisi lain ada juga orang yang memanfaatkan kemampuan
berwirausaha mereka dengan maksimal seiring dengan perkembangan dan kemajuan
teknologi dan bidang lainnya.
Perkembangan ilmu pengetahuan, social, ekonomi, politik, budaya,
teknologi, kesejahteraan telah menciptakan gap dia antara factor-faktor yang
mempengaruhi perkembangan.Gap yang muncul akan menyebabkan perubahaan
status social, perilaku, gaya hidup, kebutuhan, keinginan selera, dan sebagainya
sehingga bisa membangkitkan sebuah inspirasi bisnis sehingga pada akhirnya
memunculkan peluang bisnis.
Munculnya peluang bisnis yang baru akan menstimulus munculnya
entrepreneur-entrepreneur muda. Hal inilah yang mendorong muculnya spirit of
entrepreneurship seiring dengan perubahan dan perkembangan ekonomi. Ada
beberapa factor yang menstimulus spirit of entrepreneurship, yaitu:
1. Evolusi produk
Peubahan produk akan menimbulkan perubahan kebutuhan yang
memunculkan sebuah peluang baru.
2. Evolusi ilmu pengetahuan
Perubahan ilmu pengetahuan akan menimbulkan inspirasi produk baru dan
begitu seterusnya.
3. Prubahan gaya hidup, selera, dan hobi
Peubahan gaya hidup akan menimbulkan keinginan akan produk yang
berbeda.
4. Perubahan teknologi
Berkembangnya teknologi dan semakin canggihnya teknologi akan
menciptakan produk, suasana, dan gaya hidup yang berbeda.
5. Perubahan budaya
Perkembangan gaya hidup, pendapatan, selera, teknologi, dan sebagainya
akan mengubah budaya seseorang, sehingga hal ini mempengaruhi kebutuhan
akan produk yang berbeda di setiap tempat.
9
Joseph A. Schumpeter, ekonom asal Austria yang kemudian menetap di
Amerika (1883 – 1950) mengatakan bahwa perilaku dan sifat entrepreneur yang khas
adalah kemampuannya, kecerdasannya dan keberaniannya yang ditopang oleh
ketetapan hatinya dan keteguhan jiwanya untuk melancarkanusaha yang serba baru
dengan melihat pada kemungkinan-kemungkinan potensial di masa depan dan
berhasil menjelmakan menjadi kenyataan efektif.
Satu hal dari pandangan Schumpeter yang menggugah adalah penilainnya
tentang entrepreneur yang sama sekali berbeda dengan pengusaha (businessman).
Entrepreneur memiliki “sikap jeli” terhadap kemungkinan potensial yang terbayang
dalam perkembangan masa depan, kemudian mampu merintis dan mengatur inovasi,
menempuh pola baru dalampenggunaan sumber dana dan daya produksi dalam suatu
kombinasi optimal yang baru pula (neue Kombination).
Entrepreneur cenderung menggunakan enerjinya untuk melakukan dan membangun
suatu kegiatan, ketimbang hanya melakukan pengamatan dan analisis. Dengan
visinya, entrepreneur itu dengan sadar memperhitungkan risiko, baik secara personal
maupun finansial dan kemudian melakukan apa saja agar bisa mengurangi risiko dan
kemungkinan gagal. Kewirausahaan adalah kemampuan untuk mengindera (sensing)
suatu peluang, ketika yang lain masih melihatnya sebagai suatu yang kontradiksi, dan
membingungkan. Entrepreneur itu memiliki know-how bagaimana menemukan
sesuatu, merangkai, dan mengendalikan sumber-sumber (yangkadang-kadang
dimiliki oleh orang lain) untuk mewujudkan tujuannya.
Modal paling mendasar menjadi wirausahawan adalah tekad dankeberanian
mengambil dan menghitung resiko. Tanpa ini, diberi modal sebesar apapun, tidak
akan pernah menjadi wirausahawan. Kalau sudah ada keberanian, kita beri
kesempatan bagaimana mengelola bisnis dengan baik.
Kewirausahaan adalah lebih kepada spirit, bukan sekedar yang terlihat secara kasat
mata.Bisa saja orang yang sehari-harinya berbisnis tapi di dalam dirinya tidak
terdapat spririt kewirausahaan.
Sikap mental dan kepribadian merupakan unsur penting sebagai dasar dan titk
tolak mencapai keberhasilan bisnis. Orang tidak dapat memperbaiki dan
mempertinggi kepribadiannya, bila mereka tidak percaya diri atas kemampuan yang
10
dimiliki. Amanah, jujur, disiplin, tekun, selalu berpandangan positif adalah bagian
dari sikap mental seorang wirausaha. Dengan demikian orang akan terbatas dari rasa
khawatir mengenai diri dan akan menghadapi kehidupan beserta masalahnya secara
realistis karena itu diusahakan:
Sifat yang menjadi landasan bagi suatu kepribadian unggul menawan perlu selalu
diperbaiki, hilangkan faktor-faktor yang negatif dan selalu dikembangkan faktor-
faktor yang positif sebagai dasarnya.
Kelemahan sikap mental adalah sikap mental negatif dan tingkah laku yang
ersumber pada sikap berpikir negatif. Oleh Koentjaraningrat dalam kebudayaan,
mentalitet dan pembangunan menyatakan kelemahan mental bangsa Indonesia yaitu:
Melihat keterbatasan dan kelemahan yang ada, maka bantuan pemerintah untuk
mendorong tumbuh dan kegairahan usaha swasta kecil maupun sedang sangat
diperlukan. Namun perlu disadari bahwa kunci keberhasilan terletak pada dirinya
sendiri, yaitu pada sikap mental dan kepribadiannya. Sikap mental dan kepribadian
wiraswasta adalah modal dasar wirausaha. Sikap mental dan kepribadian merupakan
unsur penting sebagai dasar dan titik tolak mencapai hasil dalam perjuangan hidup.
Pembinaan mental dan kepribadian ini dapat dikatakan lebih menitikberatkan
kepada, kejujuran, ketekunan, keuletan, kemauan, tangggung jawab, percaya diri,
rajin berdaya upaya, tidak cepat putus asa, pemikiran diri sendiri, tidak mengharap
belas kasihan, lebih banyak berpikir dan berbuat kreatif, dan sebagainya. Kepribadian
adalah keseluruhan dari sifat-sifat jasmani, pikiran, jiwa dan watak seseorang
sehinggga membedakan seseorang dari orang lain, baik dalam individualitas maupun
budi pekertinya. Kepribadian yang baik merupakan kekuatan menciptakan sesuatu
11
yang menakjubkan, dan memiliki nilai paling tinggi untuk mencapai suatu
keberhasilan. Kemauan keras dapat diartikan adanya komitmen yang tinggi dalam
diri seorang, sehingga tidak akan pernah menyerah sebelum berhasil memperoleh
cita-citanya. Beberapa yang dapat dilakukan untuk menumbuhkan keyakinan yang
kuat dalam jiwa kita adalah sebagai berikut:
1. Kita harus mengenal diri kita sendiri sebagai makhluk yng memiliki kelemahan,
tetapi memperoleh anugerah kekuatan dari Tuhan untuk mengatasi kelemahan
kita.
2. Kita harus percaya kepada diri sendiri bahwa kita memiliki potensi yang tidak
kurang kuatnya dengan yang dimiliki orang lain.
3. Kita harus mengetahui dengan jelas terhadap tujuan-tujuan serta kebutuhan kita
dimana kita bisa mendapatkannya, bagaimana cara mendapatkannya serta kapan
dan beberapa lama target waktu untuk mencapainya.
1. Berkemauan keras.
2. Berkeyakinan kuat atas kekuatan pribadi sehingga diperlukan:
a. Pengenalan diri.
b. Kepercayaan pada diri sendiri.
c. Pemahaman tujuan dan kebutuhan.
3. Kejujuran dan tanggung jawab yang tinggi sehingga diperlukan adanya:
a. Moral yang tinggi.
b. Disiplin diri sendiri.
4. Ketahanan fisik.
a. Kesehatan jasmani dan rohani.
b. Kesabaran
c. Ketabahan.
5. Ketekunan dan keuletan untuk bekerja keras.
6. Pemikiran yang konstruktif dan kreatif.
12
Sikap mental wirausaha juga dapat ditingkatkan dengan menumbuhkan
kepekaan jiwa wirausaha terhadap arti lingkungan. Dengan memiliki kepekaan
terhadap arti lingkungan maka wirausaha akan lebih berhasil dalam menyusun
strategi serta bentuk usaha atau bentuk pelayanan bagi orang-orang yang
mengharapkan bantuannya. Hal-hal yang harus diperhatikan agar para
wirausahawan memilki rasa peka terhadap arti lingkungan bagi kehidupannya,
antara lain:
1. Pengenalan terhadap arti lingkungan.
2. Kepedulian terhadap kondisi lingkungan yang berada disekitarnya.
3. Rasa syukur tehadap atas segala yang diperoleh atau dimiliki.
4. Keinginan yang besar untuk menggali dan mendayagunakan sumber-sumber
ekonomi lingkungan setempat.
5. Kepandaian untuk mengahargai dan memanfaatkan waktu secara efektif
Motivasi berasal dari bahasa latin yang berarti “movere” yang berarti to move
atau menggerakkan (Steers dan Porter, 1991). Sedangkan Suriasimantri berpendapat
bahwa motivasi merupakan dorongan, hasrat, atau kebutuhan seseorang untuk berperilaku
tertentu guna mencapai tujuan tertentu. Motif akan menghasilkan mobilisasi energi
(semangat) dan menguatkan perilaku seseorang, serta kendaraan untuk membawa dan
mengarahkan perilaku seseorang (Beck, 1990). Seseorang memiliki minat berwirausaha
karena adanya motif tertentu, yaitu motif berprestasi (achievement motive). Motif
berprestasi merupakan nilai sosial yang menekankan pada hasrat untuk mencapai yang
terbaik guna mencapai kepuasan secara pribadi (Gede A.S dalam Suryana, 2003). Faktor
dasar yang melandasi motivasi adalah kebutuhan yang harus dipenuhi. Maslow (1934)
menjelaskan teori motivasi dengan menjelaskan tingkatan kebutuhan sebagai landasan
13
yang melatar belakangi lahirnya motivasi bagi seseorang, yaitu (1) kebutuhan fisik
(physiological needs), kebutuhan akan keamanan (security needs), kebutuhan harga diri
(esteem needs) dan kebutuhan akan aktualisasi diri (self-actualization needs). Faktor yang
mempengaruhi timbulnya motivasi terdiri atas faktor pendorong dan faktor pemelihara
(Herzberg). Faktor pendorong timbulnya motivasi terdiri atas kebersihan, pengakuan,
kreativitas dan tanggung jawab, sedangkan faktor pemelihara motivasi meliputi
lingkungan kerja, insentif kerja, hubungan kerja dan keselamatan kerja. Kebutuhan
berprestasi wirausaha terlihat dalam bentuk tindakan untuk melakukan sesuatu yang lebih
baik dan lebih efisien dibandingkan sebelumnya. Ciri-ciri seorang wirausaha yang
memiliki motif berprestasi menurut Suryana (2003) adalah (1) ingin mengatasi sendiri
kesulitan dan persoalan-persoalan yang timbul pada dirinya,(2) selalu memerlukan umpan
balik yang segera untuk melihat keberhasilan atau kegagalannya (3) memiliki tanggung
jawab personal yang tinggi, (4) berani menghadapi resiko dengan penuh perhitungan, (5)
menyukai tantangan dan melihat tantangan secara seimbang. Berdasarkan teori atribusi
Weiner (Gedler, 1991) ada 2 (dua) hal penyebab seseorang berhasil atau berprestasi
dalam usaha, yaitu penyebab instrinsik dan ekstrinsik. Penyebab instrinsik terdiri atas (1)
kemampuan, (2) usaha, (3) suasana hati atau mood, seperti kelelahan dan kesehatan.
Sedangkan lokus penyebab ekstrinsik meliputi (1) sukar tidaknya tugas, (2) nasib baik
atau keberuntungan dan (3) pertolongan orang lain.
b) Selalu Perspektif
14
dicapainya dan akan terus mencari peluang baru untuk memperbaiki dan mengembangkan
kehidupan usahanya agar lebih baik dibandingkan yang sudah dicapainya.
15
Tahap 7 : Implementasi (Implementation) Inisiatif (ide-ide) (Tahap-1) Kreativitas (daya
cipta) (Tahap-2) Inovasi (penerapan kreativitas) (Tahap-3) Bagan 2. Tahap – Tahap
Inovasi Jurnal Ilmu dan Budaya, Vol. 40, No.56,Mei 2017 6560
Memiliki perilaku inovatif tinggi merupakan salah satu kunci dari semangat
berwirausaha. Sebenarnya setiap orang dibekali talenta atau jiwa wirausaha walaupun
dalam derajat kapabilitas yang berbeda-beda. Jika jiwa wirausaha atau talenta tersebut
diberikan wadah yang baik, maka perkembangan dan kemajuannya akan memberikan
hasil sebagaimana mana yang diharapkan. Jiwa wirausaha yang terdapat pada setiap
orang itu tumbuh karena beberapa hal (1) setiap orang pasti memiliki cita-cita, impian dan
harapan untuk meningkatkan kualitas hidup, (2) setiap orang mempunyai intuisi untuk
bekerja dan berusaha, (3) setiap orang mempunyai daya imajinasi yang dapat digunakan
untuk berfikir kreatif, (4) setiap orang mempunyai kemampuan untuk belajar sesuatu
yang sebelumnya tidak dikuasainya. Oleh sebab itu Suryana (2003) menunjukkan adanya
kiat-kiat berwirausaha yang sukses dan dapat diterapkan pada berbagai tingkatan IQ
adalah sebagai berikut : 1) Digerakkan oleh ide dan impian (visi). 2) Lebih mengandalkan
kreativitas. 3) Menunjukkan keberanian. 4) Percaya pada hoki, tetapi lebih percaya pada
dunia nyata. 5) Melihat masalah sebagai peluang. 6) Memilih usaha sesuai hobi dan
minat. 6) Mulai dengan modal seadanya. 7) Senang mencoba hal baru. 8) Selalu bangkit
dari kegagalan, dan 9) Tidak mengandalkan gelar akademis semata-mata.
16
Instruksi Presiden Nomor 4 Tahun 1995 memberikan petunjuk tentang semangat
kewirausahaan yang meliputi : 1) Mempunyai kemauan kuat untuk berusaha dengan
semangat mandiri; 2) Mampu membuat keputusan yang tepat dan berani mengambil
resiko; 3) Kreatif dan innovatif;; 4) Tekun, teliti dan produktif; 5) Berkarya dengan
semangat kebersamaan dan etika bisnis yang sehat.
Etos kerja akan membentuk suatu produktivitas sedangkan tanggung jawab akan
menumbuhkan wirausaha yang adil dan bertanggung jawab terhadap semua pemangku
kepentingan (stakeholder) yang berhubungan dengan usaha dan hasil usahanya. Dalam
pengertian bisnis modern, tanggung jawab tersebut ditunjukkan dengan adanya tanggung
jawab sosial (social responsibility) antara lain dengan melindungi stakeholder dan
lingkungannya dari adanya kerugian moril maupun material atas keberadaan perusahaan
dan hasil produksinya. Mengenai etos kerja Max Weber menyatakan bahwa etos kerja
orang Jerman adalah rasional, disiplin tinggi, kerja keras, berorientasi pada kesuksesan
material, hemat dan bersahaja, tidak mengumbar kesenangan dan investasi. Sinamo H.J
(1999) mengembangkan 8 (delapan) etos kerja unggulan yang meliputi unsur-unsur : 1)
Kerja itu suci, kerja adalah panggilanku dan aku sanggup bekerja benar. 2) Kerja itu
sehat, kerja adalah akutualisasiku dan aku sanggup bekerja keras. 3) Kerja itu rahmat,
kerja adalah terimakasihku dan aku sanggup bekerja tulus. 4) Kerja itu amanah dan kerja
adalah tanggung jawabku dan aku sanggup bekerja tuntas. 5) Kerja itu seni, kerja adalah
kesukaanku dan aku snggup bekerja kreatif. 6) Kerja itu ibadah, kerja adalah
pengabdianku dan aku sanggup bekerja bersungguh-sungguh. 7) Kerja itu mulia, kerja
adalah pelayananku dan aku sanggup bekerja sempurna. 8) Kerja itu kehormatan, kerja
adalah kewajibanku dan aku sanggup bekerja unggul
17
baru dengan jalan mengkombinasikan sumber daya Sikap dan Perilku Wirausahawan
yang ada disekitarnya melalui pengembangan teknologi baru, menemukan pengetahuan
baru, menemukan cara baru untuk menghasilkan barang dan jasa yang berbeda dari
kompetitornya secara lebih efisien, memperbaiki produk yang sudah ada dan menemukan
cara baru untuk memberikan kepuasan kepada para konsumennya.
Berani mengambil resiko tidak sama dengan spekulasi. Artinya resiko yang
ditanggung oleh seorang wirausahawan adalah resiko yang sudah diperhitungkan secara
matang. Richard Cantillon adalah orang yang pertama menggunakan istilah entrepreneur
dan mengatakan bahwa entrepreneur adalah seseorang yang berani menanggung resiko.
Keberanian menanggung resiko yang disertai perhitungan yang mapan merupakan
karakteristik wirausaha yang unggul. Keberanian untuk menangung resiko juga
merupakan peubah pertama yang mendorong timbulnya inisiatif dan mendorong sifat
untuk menyukai usaha-usaha yang lebih menantang. Namun, resiko yang menjadi nilai
dalam kewirausahaan adalah resiko yang sudah diperhitungkan dan penuh realistis.
Pilihan terhadap alternatif resiko yang diambil tergantung pada beberapa faktor, yaitu : 1)
Daya tarik setiap alternatif. 2) Kesediaan untuk menanggung kerugian. 3) Perhitungan
terhadap peluang sukses atau gagal. Selain itu, kemampuan untuk melalukan pilihan
terhadap alternatif resiko yang diambil tergantung dari beberapa faktor, yaitu : 1)
Keyakinan pada diri sendiri. 2) Kesediaan untuk menggunakan kemampuan dalam
mencari peluang dan kemungkinan mendapatkan keuntungan. 3) Kemampuan untuk
menilai situasi resiko secara realistis. Keberanian dalam mengambil resiko terkait
langsung dengan kepercayaan pada diri sendiri. Dengan demikian, semakin besar
keyakinan seseorang pada kemampuan sendiri, maka semakin besar pula keberaniannya
dalam mengambil resiko yang diperhitungkannya sebagai tindakan yang kreatif inovatif.
Oleh sebab itu, orang yang berani mengambil resiko diketemukan pada pada orang-orang
yang kreatif dan inovatif dan merupakan bagian terpenting dari perilaku kewirausahaan
(Suryana, 2003).
Selalu mencari peluang dimaknakan bahwa seorang wirausaha yang mempunyai jiwa
kewirausahaan harus memberikan tanggapan positif terhadap peluang yang ada dalam
kaitannya dengan mendapatkan keuntungan untuk usahanya (organisasi bisnis) atau
18
memberikan pelayanan yang lebih baik kepada masyarakat (organisasi nirlaba). Pakerti
(1997), mengartikan kewirausahaan sebagai tanggapan terhadap peluang usaha yang
terungkap dalam seperangkat tindakan serta membuahkan hasil berupa organisasi usaha
yang melembaga, produktif dan inovatif. Stevenson memahami kewirausahaan sebagai
suatu pola tingkah laku manajerial yang terpadu dalam upaya pemanfaatan peluang-
peluang yang tersedia tanpa mengabaikan keterbatasan sumber daya yang dimiliki dan
Drucker menekankan bahwa seorang wirausaha harus mampu mengalihkan alokasi
sumber dayanya dari bidang-bidang yang memberikan hasil rendah ke bidang lain yang
memberikan hasil tinggi. Pada akhirnya Mossi menyatakan bahwa wirausaha adalah
seseorang yang merasakan adanya peluang, mengejar peluang-peluang yang sesuai
dengan situasi dirinya dan percaya bahwa kesuksesan merupakan suatu hal yang dapat
dicapai.
19
dana, serta mentransformasikannya menjadi output dan memasarkannya secara
efisien, sedangkan innovative entrepreneur adalah wirausaha yang perilaku dan
kemampuannya lebih menonjol dalam bidang kreativitas, inovasi serta menonjol
dalam mengantisipasi dan menghadapi resiko.
Memiliki kemampuan manajerial merupakan salah satu aspek yang harus ada
pada setiap wirausaha. Kemampuan manajerial merupakan kemampuan untuk
mengambil keputusan usaha dan melaksanakan seluruh fungsi manajemen, yaitu
membuat rencana usaha, mengorganisasikan usaha, mengelola usaha (termasuk
mengelola sumber daya manusia), melakukan publikasi/promosi hasil usaha dan
mengontrol pelaksanaan usaha. Seluruh kemampuan manajerial harus dilakukan
secara konsisten dan terintegrasi sehingga seluruh aspek manajerial tersebut tidak
saling kontra produktif terhadap pencapaian tujuan organisasi. Kemampuan
manajerial seorang wirausahawan harus mampu membuat organisasi menjadi “fit”
dengan lingkungannya. Suatu organisasi (khususnya organisasi bisnis) harus dinamis
dan fleksibel, dikelola oleh manajer yang bervisi ke depan dan mempunyai
lingkungan kerja yang kondusif. Selain itu, pengembangan organisasi atau
perusahaan harus didasarkan atas visi, misi dan tujuan yang jelas sehingga dapat
berkembang (sukses) dan hidup untuk selama-lamanya (going concern.
(a) Percaya diri dan sikap mandiri yang tinggi untuk berusaha mencari
penghasilan dan keuntungan melalui perusahaan.
(b) Mau dan mampu mencari dan menangkap peluang usaha yang
menguntungkan serta melakukan apa saja yang perlu untuk memanfaatkannya.
20
(c) Mau dan mampu bekerja keras dan tekun dalam menghasilkan barang dan
jasa, serta mencoba cara kerja yang lebih tepat dan efisien
(d) Mau dan mampu berkomunikasi, tawar menawar dan musyawarah dengan
berbagai pihak yang besar pengaruhnya pada kemajuan usaha terutama para
pembeli/pelanggan (memiliki kemampuan salesmanship).
(e) Menghadapi hidup dan menangani usaha dengan terencana, jujur, hemat dan
disiplin.
(f) Mencintai kegiatan usahanya dan perusahaannya serta lugas dan tangguh
tetapi cukup luwes dalam melindunginya
(g) Mau dan mampu meningkatkan kapasitas diri sendiri dan kapasitas
perusahaan dengan memanfaatlkan dan memotivasi orang lain
(Leadership/Managerialship) serta melakukan perluasan dan pengembangan usaha
dengan resiko yang moderat.
21
BAB IV
PENUTUP
4.1 Kesimpulan
Kewirausahaan pada hakekatnya adalah sifat, ciri dan watak seseorang yang
memiliki kemauan dalam mewujudkan gagasan inovatif kedalam dunia nyata secara
kreatif. Entrepreneur memiliki “sikap jeli” terhadap kemungkinan potensial yang
terbayang dalam perkembangan masa depan, kemudian mampu merintis dan
mengatur inovasi, menempuh pola baru dalampenggunaan sumber dana dan daya
produksi dalam suatu kombinasi optimal yang baru pula.
4.2 Saran
Demikian yang dapat kami sampaikan dan tulisan dalam makalah ini , jika
ada kekurangan maka kami selaku penulis memohon maaf yang sebesar besarnya
serta besar harapan kami untuk mendapatkan saran-saran yang bermanfaat.
22
DAFTAR PUSTAKA
http://puputalfianti.blogspot.com/2014/05/v-behaviorurldefaultvmlo.html
http://smart-pustaka.blogspot.com/2011/05/spirit-kewirausahaan.html
http://karindingawi.blogspot.com/2013/02/mengembangkan-sikap-pribadi-
wirausaha.html
23