Anda di halaman 1dari 23

MODUL SEMBILAN

SILANG LUAR

PENDAHULUAN

Silang luar (outbreeding) merupakan jenis perkawinan antar individu


yang tidak berkerabat dekat bahkan antar breed dan species. Program-program
persilangan antar breed telah banyak diterapkan untuk mendapatkan ternak
dengan produktivitas tinggi (final stock) maupun untuk menciptakan breed baru.
Program persilangan ternak perlu mempertimbangan berbagai faktor agar
memberikan hasil optimal. Oleh karena itu pengetahuan dan kompetensi
berkaitan dengan silang luar diperlukan agar implementasi program-program
persilangan ternak dapat terlaksana secara efektif dan efisien.

Melalui pembahasan tentang silang luar, pembaca (mahasiswa)


diharapkan memiliki kompetensi dalam memahami jenis-jenis sistem silang luar;
sistem outcrossing; jenis-jenis crossbreeding; mengidentifikasi keuntungan dan
kerugian crossbreeding; mengidentifikasi bangsa ternak baru hasil crossbreeding;
memahami persilangan antar species; sistem silang tatar dan mengidentifikasi
kelemahan dan kekurangan program silang tatar dalam peternakan. Hal lain
adalah kemampuan dalam memahami heterosis dalam peternakan.

Modul ini membahas materi terkait silang luar seperti pengertian dna jenis
silang luar; keuntungan dan kerugian jenis-jenis silang luar dan heterosis akibat
dari perkawinan silang luar. Juga membahas hasil-hasil kajian tentang silang luar
pada beberapa jenis ternak.

PENYAJIAN MATERI

Jenis-jenis silang luar

Silang luar atau outbreeding adalah perkawinan antar ternak-ternak yang


tidak berkerabat. Jenis-jenis sistem perkawinan ini adalah sebagai berikut:

MK:ILMU PEMULIAAN TERNAK, MODUL SEMBILAN: SILANG LUAR:, Hal IX -1


Jenis-jenis silang luar
1. Outcrossing
2. Crossbreeding 2.1. Criss-crosing
2.2. Triple crossing
2.3. Backcrossing
3. Persilangan antar species
4. Silang tatar

Outcrossing

Ini merupakan perkawinan antar ternak yang tidak berkerabat tetapi masih
dalam bangsa yang sama. Ternak-ternak yang dikawinkan tidak mempunyai
moyang bersama dari 4 sampai 6 generasi pertama dari silsilahnya. Keturunan
dari perkawinan ini disebut outcross.

Keuntungannya

a) Perkawinan ini sangat efektif untuk mengubah sifat-sifat yang dipengaruhi


oleh banyak gen aditif seperti produksi susu, laju pertumbuhan pada sapi
daging dan sebagainya.

b) Perkawinan ini merupakan suatu sistem yang efektif untuk meningkatkan


genetik bila dengan penuh perhitungan dikombinasikan dengan seleksi.

c) Perkawinan ini merupakan sistem yang terbaik bagi kebanyakan kelompok


ternak.

Crossbreeding

Crossbreeding atau silang bangsa merupakan perkawinan antara ternak-


ternak yang berasal dari bangsa yang berbeda. Sistem perkawinan ini biasanya
digunakan untuk menghasilkan ternak-ternak yang langsung dipasarkan dan tidak
digunakan sebagai ternak bibit untuk menghasilkan keturunan. Sangat umum
digunakan dipeternakan babi atau peternakan ayam untuk menghasilkan ayam
hibrida. Sistem ini juga diterapkan pada peternakan sapi potong dalam batas-batas
tertentu. Crossbreeding telah digunakan untuk meningkatkan produksi susu
dengan hasil yang cukup memuaskan. Sistem perkawinan ini juga sering
digunakan untuk memproduksi bangsa ternak baru.

MK:ILMU PEMULIAAN TERNAK, MODUL SEMBILAN: SILANG LUAR:, Hal IX -2


Criss-crossing

Criss-crossing adalah persilangan antara 2 bangsa ternak yang dilakukan


secara silih berganti. Sistem ini digunakan untuk memanfaatkan heterosis pada
induk dan anak. Contohnya: betina bangsa A dikawinkan dengan pejantan dari
bangsa B. Betina crossbred (tersilang bangsa) hasil perkawinan tersebut kemudian
dikawinkan dengan pejantan dari bangsa A lagi dan seterusnya. Melalui
persilangan seperti ini, dengan segera akan terbentuk ternak crossbred yang
mempunyai komposisi genetik 2/3 dari bangsa bapak yang terakhir digunakan dan
1/3 dari bangsa induknya.

A x B

AB (50%; 50%) x A

AB (75%;25%) x B

AB (37,5%; 62,5%) x A

AB (68,5%; 31,5%)

Triple crossing
Pada sistem perkawinan ini, tiga bangsa ternak dikawinkan secara rotasi.
Sistem ini juga disebut rotational crossing. Betina crossbred disilangkan dengan
pejantan bangsa murni secara rotasi. Contoh sistem perkawinan ini serta
perubahan komposisi genetik dari generasi ke generasi dapat dilihat pada diagram
perkawinan di bawah ini.

MK:ILMU PEMULIAAN TERNAK, MODUL SEMBILAN: SILANG LUAR:, Hal IX -3


A x B

AB (50%; 50%) x C

ABC (25%; 25%; 50%) x A

ABC (62,5%; 12,5%; 25%) x B

ABC (31,25%; 56,25%; 12,5%) x C

ABC (16,625%; 28,125%; 57,25%) x A

ABC (59,31%; 14,0625%; 28,625%)

Back crossing

Back crossing atau silang balik adalah perkawinan antara ternak crossbred
dengan ternak yang berasal dari salah satu bangsa orangtuanya yang telah
digunakan untuk menghasilkan ternak tersebut. Sistem perkawinan ini biasanya
digunakan dalam penelitian genetika, tetapi jarang digunakan oleh pemulia ternak
untuk menghasilkan ternak bibit maupun ternak komersil.

Silang balik antara ternak crossbred dengan salah satu bangsa


orangtuanya, yang diketahui susunan genetiknya akan memungkinkan analisa
susunan genetik dari anak-anak hasil persilangan ini (generasi F2). Jika individu
heterozigot dari generasi F1 disilang balikkan dengan ternak dari salah satu
bangsa orangtua homozigot resesif, maka keturunannya (F2) akan mempunyai
nisbah fenotip 1:1. Tetapi jika crossbred betina F1 disilang balik dengan pejantan
dari bangsa orangtua yang homozigot dominan, maka semua keturunannya (F2)
akan mempunyai fenotip yang sama.

MK:ILMU PEMULIAAN TERNAK, MODUL SEMBILAN: SILANG LUAR:, Hal IX -4


Orangtua : TT x tt
(tinggi) (kerdil)

F1 : Tt
(tinggi)

Backcross I : Tt x tt

Tt Tt tt tt

Nisbah fenotip hasil backcross (silang balik) adalah 1 tinggi : 1 kerdil.

Backcross II : Tt x TT

TT TT Tt Tt

Fenotip hasil backcross (silang balik) adalah semua tinggi.

Keuntungan dari penerapan crossbreeding

1. Sistem perkawinan ini merupakan alat yang penting untuk mengintroduksi


sifat-sifat yang diinginkan ke dalam suatu bangsa ternak baru.

2. Sistem ini merupakan alat yang baik untuk menghasilkan rekombinasi dalam
plasma nutfah (germ plasm) sehingga akan menimbulkan variasi fenotip baru.
Kemudian seleksi dapat digunakan untuk memfiksir variasi-variasi yang
diinginkan.

3. Sistem ini juga merupakan alat yang sangat bermanfaat dalam penelitian.

4. Ternak-ternak crossbred biasanya mempunyai pertumbuhan yang lebih cepat


dan vigor lebih tinggi daripada ternak-ternak inbred. Ternak-ternak tersebut
juga lebih ekonomis dibandingkan dengan orangtua-orangtua mereka. Mereka
tumbuh dengan cepat, memproduksi susu, wool dan telur yang lebih banyak

MK:ILMU PEMULIAAN TERNAK, MODUL SEMBILAN: SILANG LUAR:, Hal IX -5


daripada yang dihasilkan oleh orangtua mereka. Keadaan ini sebagian
disebabkan oleh fenomena heterosis.

Kerugian dari penerapan crossbreeding

1. Nilai pemuliaan (breeding merit) dari ternak-ternak crossbred biasanya sedikit


menurun disebabkan oleh sifat heterozigot dari susunan genetik mereka, dan
karena setiap ternak hanya menurunkan setengah dari bahan genetik yang
dimilikinya kepada keturunan mereka. Inilah sebabnya mengapa crossing
(persilangan) mempunyai suatu tendensi untuk merusak sifat-sifat yang telah
terbentuk dan menghancurkan kombinasi-kombinasi karakter yang telah lama
ada pada strain-strain ternak.

2. Crossbreeding memerlukan pemeliharaan dua atau lebih bangsa murni untuk


menghasilkan ternak crossbred. Hal ini menyebabkan penerapan
crossbreeding memerlukan investasi yang sangat besar.

Bangsa-bangsa ternak baru hasil crossbreeding

Crossbreeding telah digunakan untuk mengembangkan beberapa bangsa


ternak baru. Sistem ini memberikan dasar genetik yang luas darimana kombinasi
gen-gen baru dapat dibentuk untuk tujuan-tujuan tertentu melalui proses seleksi
dan silang dalam.

King Ranch di Kingsville, Texas, telah berhasil menciptakan bangsa sapi


baru yang diberi nama Santa Gertrudis dari hasil persilangan sapi Shorthorn dan
Brahman. Santa Gertrudis mempunyai komposisi genetik 3/8 Brahman dan 5/8
Shorthorn.

Australian Milking Zebu (AMZ) merupakan bangsa sapi perah baru yang
dikembangkan di Australia. Sapi ini dikembangkan terutama untuk digunakan di
daerah tropis. Sapi yang dikembangkan melalui persilangan sapi Sahiwal dari
Pakistan dan sapi Jersey dari Eropa ini, mempunyai 3 sifat unik yaitu toleran
terhadap panas, daya tahan yang baik terhadap kutu (ticks) dan tingkat produksi
susu serta lemak susu (butterfat) yang tinggi.

Hisardale merupakan bangsa domba baru yang dikembangkan di Punjab


melalui persilangan antara domba betina Bikaneri dan domba jantan Merino.

MK:ILMU PEMULIAAN TERNAK, MODUL SEMBILAN: SILANG LUAR:, Hal IX -6


Columbia merupakan bangsa domba baru yang dikembangkan oleh USDA
melalui persilangan antara domba jantan Lincoln dan domba betina Rambouillet.
Sedangkan Panama merupakan bangsa domba baru yang dikembangkan secara
pribadi oloeh James Laidlow dari Idaho melalui persilangan antara domba jantan
Rambouillet dan domba betina Lincoln.

Minnesota No.1 adalah bangsa babi baru yang dikembangkan melalui


persilangan antara babi Tamworth dan Landrace. USDA telah mengembangkan
Beltville No.1 yang adalah hasil persilangan antara babi Landrace dan Poland
China.

Pertimbangan untuk membentuk suatu bangsa ternak baru biasanya


muncul apabila kita tidak merasa puas dengan bangsa-bangsa ternak yang ada
karena kemanfaatannya tidak mampu memenuhi keinginan atau kebutuhan kita.
Disamping itu, karena kita tahu bahwa nilai manfaat dari bangsa-bangsa yang ada
dapat ditingkatkan dengan membuat kombinasi gen-gen baru dari dua bangsa atau
lebih yang mungkin akan menyebabkan keadaan saling melengkapi dalam sifat-
sifat yang berbeda.

Persilangan antar spesies

Melalui persilangkan dua spesies yang berbeda, kadang-kadang bisa


diperoleh individu jantan yang cukup baik. Mule merupakan contoh hasil
persilangan antar spesies yang cukup populer karena mempunyai arti komersil
yang cukup penting.

Keledai jantan x kuda betina = Mule


Kuda jantan x keledai betina = Hinny
Mule, sepanjang yang diketahui, hampir selalu steril. Demikian juga
dengan Hinny. Sebagai ternak kerja, performans Hinny lebih buruk daripada
Mule.
Persilangan sapi-sapi Eropa dan bison Amerika akan menghasilkan sapi
jantan steril tetapi betinanya fertil. Apabila sapi betina hasil persilangan tersebut
disilang balikkan dengan bison dan sapi jantan maka akan dihasilkan suatu bangsa
sapi baru yang disebut Cattalo.

MK:ILMU PEMULIAAN TERNAK, MODUL SEMBILAN: SILANG LUAR:, Hal IX -7


Silang tatar (Grading up)

Silang tatar adalah perkawinan antara pejantan dari suatu bangsa murni
dengan betina-betina dan keturunan betinanya yang belum terdiskripsikan dari
generasi ke generasi.

Dari definisi tersebut tampak bahwa silang tatar adalah penggunaan


pejantan-pejantan dari bangsa murni tertentu secara kontinyu di dalam suatu
populasi ternak yang bukan bangsa murni.

Penggunaan pejantan bangsa murni unggul secara terus menerus selama


beberapa generasi saja akan menyebabkan ternak-ternak dalam populasi yang
belum terdiskripsi akan mempunyai penampilan, tingkah laku dan nilai-nilai
praktis seperti bangsa murni. Tabel 9.1 berikut ini menunjukkan kecepatan
pejantan-pejantan bangsa murni dalam mengubah susunan genetik dari ternak-
ternak yang belum terdiskripsikan.

Tabel 9.1. Laju penggantian gen-gen dari ternak-ternak yang belum


terdiskripsikan sebagai hasil penerapan silang tatar dengan
menggunakan pejantan dari satu bangsa murni.

Generasi Keturunan
Persentasi yang Persentase yang belum
digantikan terdiskripsikan
1 50 50
2 75 25
3 87,5 12,5
4 93,75 6,25
5 96,87 3,13
6 98,44 1,56
7 99,22 0,78

Dari Tabel 6.3 di atas terlihat bahwa semakin lama penerapan silang tatar
akan membuat komposisi genetik ternak-ternak yang belum terdiskripsikan makin
mendekati komposisi genetik bangsa murni. Perlu dicatat bahwa penerapan silang
tatar tidak bertujuan untuk menciptakan bangsa baru, tetapi hanya untuk
mentransfer sifat-sifat yang unggul dari bangsa murni ke ternak-ternak lokal yang
belum terdiskripsikan.

MK:ILMU PEMULIAAN TERNAK, MODUL SEMBILAN: SILANG LUAR:, Hal IX -8


Penggunaan bangsa murni yang dapat beradaptasi dengan baik pada
kondisi lingkungan lokal sangat dianjurkan pada program silang tatar. Sebab
kalau tidak demikian, dikuatirkan ternak-ternak lokal yang ditingkatkan mungkin
nantinya tidak dapat beradaptasi dengan baik pada kondisi lingkungan lokal.

Keuntungan penerapan silang tatar

1. Melalui silang tatar, populasi lokal dapat ditingkatkan setara dengan bangsa
muri hanya dalam 7 sampai 8 generasi.

2. Pada tahap awal, program silang tatar dapat dimulai dengan biaya yang relatif
kecil dibandingkan dengan pembelian suatu populasi bangsa murni secara
keseluruhan.

3. Silang tatar dapat membantu membuktikan potensi dari pejantan dan


meningkatkan nilai jualnya.

4. Penerapan silang tatar merupakan permulaan yang baik bagi para pemulia
ternak yang masih baru, yang kemudian secara perlahan-lahan dapat beralih
menggunakan sistem perkawinan bangsa murni.

Keterbatasan silang tatar

1. Kemanfaatan bangsa ternak murni tidak selalu lebih baik daripada ternak
lokal.

2. Ternak bangsa murni yang unggul dalam suatu lingkungan belum tentu unggul
pada lingkungan lainnya. Sapi perah yang dikembangkan di daerah beriklim
sedang sering mengalami penurunan produktivitas ketika dipelihara di daerah
tropis. Disamping itu, anak-anaknya juga tidak mampu menunjukkan vigor
dan daya reproduksi yang tinggi. Agar program silang tatar menjadi lebih
efektif maka bangsa murni yang dipakai harus mempunyai kemampuan untuk
berproduksi dengan baik di dalam lingkungan yang dipersiapkan untuk
keturunannya.

Heterosis

MK:ILMU PEMULIAAN TERNAK, MODUL SEMBILAN: SILANG LUAR:, Hal IX -9


Heterosis atau hybrid vigor adalah suatu fenomena persilangan antara
ternak-ternak yang tidak berkerabat dimana keturunan yang dihasilkan dari
persilangan tersebut mempunyai vigor yang lebih tinggi daripada kedua
orangtuanya.

Heterosis bisa terjadi pada persilangan antar strain, bangsa, varietas atau
spesies. Salah satu penjelasan mengenai terjadinya heterosis adalah bahwa gen-
gen yang baik untuk reproduksi biasanya bersifat dominan terhadap alelnya.
Ketika suatu spesies atau bangsa berkembang, gen-gen dominan menjadi
homozigot. Tetapi gen-gen resesif (gen-gen yang berpengaruh buruk terhadap
reproduksi) juga menjadi homozigot dan hadir dalam frekuensi yang cukup tinggi.
Ketika satu bangsa ternak disilangkan dengan bangsa lainnya maka salah satu
bangsa ternak tersebut akan memberikan gen-gen dominanya untuk menutupi
gen-gen resesif yang diberikan oleh bangsa lainnya. Oleh sebab itu, keturunannya
akan mempunyai lebih banyak lokus dengan genotip dominan daripada kedua
orangtuanya dan memiliki vigor yang lebih tinggi.

Orangtua : Bangsa I x Bangsa II


AAbbCCdd aaBBCCDD

F1 : AaBbCCDd

Penyebab lain terjadinya heterosis atau hybrid vigor adalah


overdominansi, dimana keadaan heterozigot (Aa) menghasilkan fenotip yang lebih
unggul daripada keadaan homozigot baik dominan (AA) maupun resesif (aa).
Heterosis telah banyak dimanfaatkan dalam produksi ternak-ternak
komersil. Keberhasilan dalam mengekploitasi heterosis tergantung pada tingkat
keunggulan ternak crossbred dibandingkan dengan ternak bangsa murni
(purebred) serta besarnya biaya penggantian ternak-ternak bangsa murni.
Berdasarkan alasan ini, pemanfaatan heterosis lebih umum diterapkan pada
unggas, babi dan domba yang memiliki fertilitas tinggi dan biaya penggantian
ternak bangsa murni yang rendah. Apabila salah satu bangsa murni yang dipakai

MK:ILMU PEMULIAAN TERNAK, MODUL SEMBILAN: SILANG LUAR:, Hal IX -10


dalam crossbreeding lebih unggul dari ternak crossbred maka penerapan
crossbreeding tidak dianjurkan, karena tidak bermanfaat.

Koefisien heterosis

Heterosis (untuk setiap karakter) ternak crosbred hasil perkawinan dua


bangsa ternak dapat diilustrasikan melalui persilangan bangsa A dan B seperti
berikut:

AB  BA AA  BB

2 2
Heterosis =
AA  BB
2
Keterangan:
AB = rerata performans ternak crosbred dari pejantan A dan betina B
BA = rerata performans ternak crosbred dari pejantan B dan betina A
AA = rerata perfromans ternak perkawinan sesama bangsa A
BB = rerata performans ternak perkawinan sesama bangsa B

Tingkat heterosis yang yang dimiliki oleh ternak crosbred diukur dengan
koefisien hetrosis yang dinyatakan dalam persentase. Penyederhanaan formula di
atas sebagai berikut:

Psilangan  Ptetua
%H  x100%
Ptetua

Keterangan:
%H = koefisien heterosis
Psilangan = performans ternak silangan
Ptetua = performans bangsa tetua

Koefisien heterosis dari suatu karakter dapat dihitung bila performans


ternak silangan (crosbred) dan kedua bangsa tetuanya untuk karakter termaksud
telah diketahui. Misalnya persilangan antara sapi Simental dan sapi Bali dan
diketahui bahwa pertambahan bobot harian untuk kedua bangsa sapi masing-
masing 0,75 kg dan 0,25 kg sedangkan pertambahan bobot harian ternak
crosbred (Hereford x Bali) adalah 0.60 kg. Maka koefisien heterosis :

MK:ILMU PEMULIAAN TERNAK, MODUL SEMBILAN: SILANG LUAR:, Hal IX -11


0,60  0,50
%H  x100% = 20%
0,50

Jenis-jenis heterosis

Pada persilangan yang melibatkan dua breed (termasuk silang balik) dan
tiga breed (rotasi) heterosis dibedakan menjadi heterosis individu (individual
heterosis) dan heterosis karena exploitasi sifat keindukan (maternal heterosis).
Kedua jenis heterosis ini menjadi pertimbangan utama dalam peternakan
komersial agar masing-masing jenis heterosis dimanfaatkan sefektif mungkin.
Keseimbangan baru terjadi antara heterosis individu dan induk setelah generasi
yang ke 8. Proporsi heterosis (individu dan induk) dari ternak-ternak crosbred
pada setiap generasi dapat diketahui dengan memperhatikan proporsi breed yang
membentuk genotip ternak crosbred.

Pada persilangan rotasi dengan melibatkan hnaya dua breed (misalnya


tetua awal jantan dari breed A dan betina dari breed B) mendapatkan F1 dengan

genotip ternak adalah ( 1 2 AA, 1


2 BB) atau dapat dideskripsi sebagai ( 1
2 AA,

1 1 1
2 BB) = 2 AA + 2 BB + heterosis individu (AB) + heterosis induk (AB).
Individu AB adalah heterozigot sehingga proporsi heterosis individu adalah
100% . Berhubung induk adalah breed murni maka potensi untuk heterosis induk
adalah 0%. Pada F2, (hasil perkawinan F1 betina dengan jantan A) menghasilkan

keturunan crosbred dengan genotip ( 3 4 A 1 4 B) yang dapat diekspresikan :

( 3 4 A 1 4 B) = 3
4 AA + 1
4 BB + heterosis individu (A x ( 1 2 A, 1
2

B) +

heterosis induk ( 1 2 A 1 2 B)

1 1
Heterosis individu = 2 ( heterosis AA) + 2 (heterosis AB).
Heterosis AA = 0% karena homozigous sedangkan heterosis AB = 100% (F1
adalah heterozygous) sehingga heterosis individu = 0% + 50% = 50%. Ternak
induk berasal dari generasi kedua sehingga heterosis induk = 100%. Dengan cara
yang sama dari generasi ke generasi (pada persilangan balik) maka didapatkan
proporsi heterosis individu dan induk pada setiap generasi seperti pada Tabel 9.2.

MK:ILMU PEMULIAAN TERNAK, MODUL SEMBILAN: SILANG LUAR:, Hal IX -12


Tabel 9.2. Proporsi relativ heterosis pada setiap generasi dibandingkan dengan
F1 pada persilangan rotasi dua breed ternak
Proporsi breed Proporsi breed
Generasi Breed pada ternak pada keturunan Heterosis (%)
Pejantan betina
A B A B induk Individu
1 A 0 1 1/2 ½ 0 100
2 A ½ ½ 3/4 1/4 100 50
3 B ¾ ¼ 3/8 5/8 50 75
4 A 3/8 5/8 11/16 5/16 75 63
5 B 11/16 5/16 11/32 21/32 63 69
6 A 11/32 21/32 43/64 21/64 69 66
7 B 43/64 21/64 43/128 85/128 66 67
8 A 43/128 85/128 171/256 85/256 67 67
Sumber: Gregory and Cundiff (1980).

Pada persilangan rotasi melibatkan 3 breed ternak (misalnya breed A, B


dan C) proprosi heterosis individu dan induk pada generasi pertama masing-
masing 100% dan 0%. Pada F1 proporsi breed pada ternak untuk breed A, B
dan C masing-masing ½, ½ dan 0. Ternak F1 adalah crosbred sehingga
heterozygous yang berarti heterosis individu = 100%, Semua tetua adalah breed
murni sehingga heterosis induk = 0%. Proporsi heterosis individu dan induk pada
setiap generasi sesuai dengan perkawinan rotasi dari 3 breed dapat dilihat pada
Tabel 9.3. Keseimbangan antara heterosis individu dan induk tercapai setelah
generasi ke – 8.

Tabel 9.3. Proporsi relativ heterosis setiap generasi dibandingkan dengan F1


pada persilangan rotasi tiga breed ternak
Gene-rasi Breed Proporsi breed pada betina Proporsi breed Proporsi heterosis
Pejanta pada keturunan dari (%F1)
n A B C A B C induk individu
1 A 0 1 0 1/2 1/2 0 0 100

MK:ILMU PEMULIAAN TERNAK, MODUL SEMBILAN: SILANG LUAR:, Hal IX -13


2 C ½ ½ 0 1/4 1/4 2/4 100 100
3 B ¼ ¼ 2/4 1/8 5/8 2/8 100 75
4 A 1/8 5/8 2/8 9/16 5/16 2/16 75 88
5 C 9/16 5/16 2/16 9/32 5/32 18/32 88 88
6 B 9/32 5/32 28/32 9/64 37/64 18/64 88 84
7 A 9/64 37/64 18/64 73/128 37/128 18/128 84 86
8 C 73 37 18 73/256 37/256 146/256 86 86
128 128 128

Clarke (1982)

PENUTUP
Ringkasan
1 Silang luar adalah perkawinan antar ternak yang tidak berkerabat. Jenis-
jenis silang luar adalah outcrossing, crossbreeding, persilangan antar
species dan silang tatar.
2 Crossbreeding atau silang bangsa merupakan perkawinan antara ternak-
ternak yang berasal dari bangsa yang berbeda. Misalnya sapi Brahman
dengan sapi Bali.
3 Criss-crossing adalah persilangan antara 2 bangsa ternak yang dilakukan
secara silih berganti.
4 Triple crossing adalah persilangan tiga bangsa ternak yang dikawinkan
secara rotasi. Betina crossbred disilangkan dengan pejantan bangsa murni
secara rotasi
5 Back crossing (silang balik) adalah perkawinan antara ternak crossbred
dengan ternak yang berasal dari salah satu bangsa orangtuanya yang telah
digunakan menghasilkan ternak tersebut.

6 Crossbreeding telah digunakan untuk mengembangkan beberapa bangsa


ternak baru seperti Santa Getrudis dan Australian Milking Zebu. Sistem
ini memberikan dasar genetik yang luas darimana kombinasi gen-gen baru
dapat dibentuk untuk tujuan-tujuan tertentu melalui proses seleksi dan
silang dalam.
7 Heterosis atau hybrid vigor adalah suatu fenomena persilangan antara
ternak-ternak yang tidak berkerabat dimana keturunan yang dihasilkan
dari persilangan tersebut mempunyai vigor yang lebih tinggi daripada

MK:ILMU PEMULIAAN TERNAK, MODUL SEMBILAN: SILANG LUAR:, Hal IX -14


kedua orangtuanya. Heterosis dimungkinkan oleh aksi kerja gen bersifat
overdominasi yaitu bentuk heterozigot menghasilkan fenotip lebih unggul
dari homozigot.
8 Heterosis telah banyak dimanfaatkan dalam produksi ternak-ternak
komersil. Keberhasilan dalam mengekploitasi heterosis tergantung pada
tingkat keunggulan ternak crossbred dibandingkan dengan ternak bangsa
murni (purebred) serta besarnya biaya penggantian ternak-ternak bangsa
murni.
9 Tingkat heterosis diukur dengan koefisien hetrosis yang dinyatakan dalam
persentase menggunakan formula sebagai berikut:

Psilangan  Ptetua
%H  x100%
Ptetua

keterangan: %H = koefisien heterosis, Psilangan = performans ternak


silangan
dan Ptetua = performans bangsa tetua

10 Silang tatar (grading up) adalah perkawinan antara pejantan dari suatu
bangsa murni dengan betina dan keturunan betinanya yang belum
terdiskripsikan dari generasi ke generasi. Silang tatar tidak bertujuan
untuk menciptakan bangsa baru, tetapi hanya untuk mentransfer sifat-sifat
yang unggul bangsa murni ke ternak lokal yang belum terdiskripsikan.
11 Melalui silang tatar, populasi lokal dapat ditingkatkan setara dengan
bangsa murni dalam 7 sampai 8 generasi. Pada generasi tersebut
komposisi genetik ternak-ternak yang belum terdiskripsikan makin
mendekati komposisi genetik bangsa murni (antara 99% - 100%).
Tugas Modul
1. Apa yang dimaksud dengan:
a. outbreeding d. cris crossing
b. outcrossing e. back crossing
c. crossbredding f. rotasional crossing

2. Uraikan tentang silang tatar dalam program perbaikan mutu genetik ternak
local.

3 Jelaskan pelaksanaan program persilangan antar bangsa sapi potong di


Indonesia.

4. Jelaskan konsep heterosis dalam persilangan antar bangsa ternak dengan

MK:ILMU PEMULIAAN TERNAK, MODUL SEMBILAN: SILANG LUAR:, Hal IX -15


menggunakan sebuah contoh perhitungan menyangkut persentase
heterosis.

5. Jelaskan tujuan utama persilangan antar ternak sapi tipe potong dengan tipe
perah dalam peternakan komersial.

6. Jelaskan tentang persilangan antar species (pengertian, tujuan, contoh-


contoh dan dampak genetik pada progeny).

Latihan Modul
Silanglah satu pilihan paling tepat agar pernyataan pernyataan berikut benar.
No Pernyataan Pilihan
1 Sistem perkawinan berikut Outcrossing A
Crossbreeding B
termasuk silang luar, kecuali:
Close breeding C

2 Pemerintah mendatangkan Outcrossing A


pejantan sapi Bali dari Timor Crossbreeding B
untuk memperbaiki mutu sapi Close breeding C
Bali di Sulawesi Selatan. Sistem
perkawinan demikian disebut:
3 Sistem perkawinan yang palingOutcrossing A
Crossbreeding B
efektif untuk perbaikan mutu
Close breeding C
genetik ternak dalam suatu
populasi sekaligus
mempertahankan kemurniannya
adalah
4 Perkawinan antara sapi Brahman Outcrossing A
Crossbreeding B
dan sapi Bali dikelompokan
Close breeding C
dalam program
5 Persilangan antar bangsa ternak Menciptakan breed baru A
Mendapatkan final stock B
dimaksudkan untuk tujuan
Meningkatkan homozigositas C
berikut, kecuali
6 Persilangan antara 2 bangsa Criss-crossing A
Back-crossing B
ternak yang dilakukan secara
Grading Up C

MK:ILMU PEMULIAAN TERNAK, MODUL SEMBILAN: SILANG LUAR:, Hal IX -16


silih berganti untuk
memanfaatkan heterosis pada
induk dan anak
7 Berikut adalah hal-hal yang Peningkatan nilai pemuliaan A
berkaitan dengan program ternak crosbred
Penurunan nilai pemuliaan ternak B
crossbreeding, kecuali:
crosbred
Memerlukan populasi bangsa- C
bangsa murni sebagai penopang
program
8 Mule dan Hinny merupakan Antar bangsa A
Antar species B
hasil persilangan
Antar strain C

9 Penerapan program silang tatar Menciptakan bangsa baru A


Memperbaiki mutu ternak lokal B
bertujuan untuk:
Meningkatkan homozigositas C

10 Persilangan ternak tipe perah Pproduksi susu A


dengan tipe daging umumnya Produksi daging B
diarahkan untuk mendapatkan Produksi tulang C
keturunan crosbred calon induk
yang memiliki kemampuan
……………… lebih banyak dari
pada crosbred betina hasil
persilangan antara sesama breed
tipe potong

Umpan Balik
Kerjakan dan diskusikan secara kelompok pertanyaan-pertanyaan yang ada
pada tugas modul. Usahakan menjelaskannya secara lisan dan sistematis dalam
kelompok anda. Penjelasan lisan tersebut mengindikasikan kemampuan anda
berkomunikasi sekaligus menncerminkan tingkat penguasaan konsep yang anda
miliki.

Cocokkan jawaban anda untuk pertanyaan pada latihan modul dengan


jawaban yang ada di kunci jawaban latihan modul. Hitunglah jumlah jawaban
anda yang benar, kemudian gunakan rumus yang ada berikut ini untuk mengetahui
tingkat penguasaan anda mempelajari materi modul ini.

MK:ILMU PEMULIAAN TERNAK, MODUL SEMBILAN: SILANG LUAR:, Hal IX -17


Tingkat penguasaan = Jumlah jawaban anda yang benar x 100%
Jumlah latihan
Arti tingkat penguasaan yang anda capai:

90% - 100% = baik sekali

80% - 89% = baik

70% - 79% = cukup

- 69% = kurang

Apabila anda mencapai tingkat penguasaan 80% atau lebih, anda dapat
meneruskan mempelajari modul lain. Tetapi kalau nilai anda berada di bawah
80% maka anda harus mengulangi mempelajari modul ini terutama pada bagian
yang anda belum menguasainya.
Kunci Jawaban Latihan Modul

No Jawaban Ulasan
1 C Closebreeding termasuk inbreeding (silang dalam)
2 A Perkawinan antar ternak sebangsa yang tidak berkerabat dekat
3 A Perkawinan sebangsa namun tidak berkerabat dekat untuk
menghindari depresi silang dalam
4 B Perkawinan antar breed (crossbreeding)
5 C Meningkatkan heterozigositas
6 A Persilangan secara bergantian
7 B Peningkatan nilai pemuliaan
8 B Antar species
9 B Memperbaiki kualitas ternak lokal yang belum terdeksripsikan
dengan jelas
10 A Produksi susu berasal yang diwariskan dari breed sapi perah

MK:ILMU PEMULIAAN TERNAK, MODUL SEMBILAN: SILANG LUAR:, Hal IX -18


KEPUSTAKAAN

Banerjee, G.C. 1980. A Textbook of Animal Husbandry. Oxford and IBH


Publishing Co., New Delhi.

Becker, W.A. 1975. Manual of Quantitative Genetics. 2th Ed. Washington State
University, Washington.

Belcher, C. G.. and R. R. Frahm. 1979. Productivity of two year old crossbreed
cows producing three breed cross calves. Journal of Animal Science 49:
1195 – 1206.

Clarke, J. N. 1982. Mating plans and their effects in sheep improvement. In:
Sheep Production. Vol. I : 111 – 142. Edited By: Wickham, G. A. and
M. F. McDonald.

Dalton, D.C. 1985. An Introduction to Practical Animal Breeding. Collins,


London.

Falconer, D. S. 1989. Introduction to Quantitative Genetics. Longman Scientific


and Technical, Essex.

Gaines, J. A., G. V. Richardon, W. H. McClure, D. W. Vogt, R. C. Carter,


1967. Heterosis from crossing among British breeds of beef cattle:
Carcass characteristics. Journal of Animal Science 26: 1217 - 1225.

Gaines, J. A., W. H. McClure, D. W. Vogt, R. C. Carter, C. M. Kincaid. 1966.


Heterosis from crossing among British breeds of beef cattle: Fertility and
calf performance to weaning. Journal of Animal Science 25: 5 - 13.

Gregory, Y. K. E. and L.V. Cundiff. 1980. Crossbreeding in beef cattle.


Journal of Animal Science 51: 1224 – 1242.

Hardjosubroto, W. 1994. Aplikasi Pemuliabiakan Ternak di Lapangan.


Gramedia Widiasarana Indonesia, Jakarta.

MK:ILMU PEMULIAAN TERNAK, MODUL SEMBILAN: SILANG LUAR:, Hal IX -19


Johnson, R. K. and I. T. Omtved. 1973. Evaluation of purebreds and two breed
crosses in swine: Reproductive performance. Journal of Animal Science
37: 1279 – 1288.

Johnson, R. K.; Omtved I. T. and L. E. Walters. . 1973. Evaluation of purebreds


and two breed crosses in swine: Feedlot performance and carcass merit.
Journal of Animal Science 37: 18 – 26.

Lamond, D. R. 1973. Reproductive and weaning performance of straightbred


and crossbred cattle in Australia and New Zealand. Crossbreeding beef
cattle, Series 2. University of Florida Press.

Lasley, J.F. 1987. Genetics of Livestock Improvement. Prentice Hall of India,


New Delhi

Pattie, W.A. 1993. Lecture Notes on Animal Breeding. University of


Queensland, Brisbane.

Plasse, D. 1973. Crossing Zebu, native and European breeds in Venezuela and
other parts of Latin America. Crossbreeding beef cattle, Series 2.
University of Florida Press.

Turner, J. W. B.; B. R. Farthing. and G. R. Roberton. 1968. Heterosis in


reproductive performance of beef cows. Journal of Animal Science 27:
336 – 338.

Warwick, E.J., Astuti, J.M. dan Hardjosubroto, W. 1983. Pemuliaan Ternak.


Gadjah Mada University Press, Jogyakarta

MK:ILMU PEMULIAAN TERNAK, MODUL SEMBILAN: SILANG LUAR:, Hal IX -20


SENARAI

Kata Ulasan
Backcross Persilangan kembali suatu individu dengan bangsa tetuanya

Grading up Salah satu cara perbaikan mutu ternak dengan jalan


menyilangkan ternak-ternak betina dengan ternak jantan
dari bibit murni

Heterosis Pengukuran kuantitatif rataan keunggulan anak terhadap


rataan tetuanya

Hybrid vigour Istilah kualitatif heterosis

Outbreeding System persilangan yang melibatkan individu –individu


yang hubungan kekerabatan lebih jauh dari rataan
kekerabatan kelompoknya

Populasi Kelompok besar individu yang memiliki bangsa dan species


tertentu

MK:ILMU PEMULIAAN TERNAK, MODUL SEMBILAN: SILANG LUAR:, Hal IX -21


BAHAN AJAR MANDIRI
ILMU PEMULIAAN TERNAK

MODUL SEMBILAN

SILANG LUAR

Oleh:
R. A. B. TALIB

FAKULTAS PETERNAKAN

MK:ILMU PEMULIAAN TERNAK, MODUL SEMBILAN: SILANG LUAR:, Hal IX -22


UNIVERSITAS NUSA CENDANA
2010

MK:ILMU PEMULIAAN TERNAK, MODUL SEMBILAN: SILANG LUAR:, Hal IX -23

Anda mungkin juga menyukai