SILANG LUAR
PENDAHULUAN
Modul ini membahas materi terkait silang luar seperti pengertian dna jenis
silang luar; keuntungan dan kerugian jenis-jenis silang luar dan heterosis akibat
dari perkawinan silang luar. Juga membahas hasil-hasil kajian tentang silang luar
pada beberapa jenis ternak.
PENYAJIAN MATERI
Outcrossing
Ini merupakan perkawinan antar ternak yang tidak berkerabat tetapi masih
dalam bangsa yang sama. Ternak-ternak yang dikawinkan tidak mempunyai
moyang bersama dari 4 sampai 6 generasi pertama dari silsilahnya. Keturunan
dari perkawinan ini disebut outcross.
Keuntungannya
Crossbreeding
A x B
AB (50%; 50%) x A
AB (75%;25%) x B
AB (37,5%; 62,5%) x A
AB (68,5%; 31,5%)
Triple crossing
Pada sistem perkawinan ini, tiga bangsa ternak dikawinkan secara rotasi.
Sistem ini juga disebut rotational crossing. Betina crossbred disilangkan dengan
pejantan bangsa murni secara rotasi. Contoh sistem perkawinan ini serta
perubahan komposisi genetik dari generasi ke generasi dapat dilihat pada diagram
perkawinan di bawah ini.
AB (50%; 50%) x C
Back crossing
Back crossing atau silang balik adalah perkawinan antara ternak crossbred
dengan ternak yang berasal dari salah satu bangsa orangtuanya yang telah
digunakan untuk menghasilkan ternak tersebut. Sistem perkawinan ini biasanya
digunakan dalam penelitian genetika, tetapi jarang digunakan oleh pemulia ternak
untuk menghasilkan ternak bibit maupun ternak komersil.
F1 : Tt
(tinggi)
Backcross I : Tt x tt
Tt Tt tt tt
Backcross II : Tt x TT
TT TT Tt Tt
2. Sistem ini merupakan alat yang baik untuk menghasilkan rekombinasi dalam
plasma nutfah (germ plasm) sehingga akan menimbulkan variasi fenotip baru.
Kemudian seleksi dapat digunakan untuk memfiksir variasi-variasi yang
diinginkan.
3. Sistem ini juga merupakan alat yang sangat bermanfaat dalam penelitian.
Australian Milking Zebu (AMZ) merupakan bangsa sapi perah baru yang
dikembangkan di Australia. Sapi ini dikembangkan terutama untuk digunakan di
daerah tropis. Sapi yang dikembangkan melalui persilangan sapi Sahiwal dari
Pakistan dan sapi Jersey dari Eropa ini, mempunyai 3 sifat unik yaitu toleran
terhadap panas, daya tahan yang baik terhadap kutu (ticks) dan tingkat produksi
susu serta lemak susu (butterfat) yang tinggi.
Silang tatar adalah perkawinan antara pejantan dari suatu bangsa murni
dengan betina-betina dan keturunan betinanya yang belum terdiskripsikan dari
generasi ke generasi.
Generasi Keturunan
Persentasi yang Persentase yang belum
digantikan terdiskripsikan
1 50 50
2 75 25
3 87,5 12,5
4 93,75 6,25
5 96,87 3,13
6 98,44 1,56
7 99,22 0,78
Dari Tabel 6.3 di atas terlihat bahwa semakin lama penerapan silang tatar
akan membuat komposisi genetik ternak-ternak yang belum terdiskripsikan makin
mendekati komposisi genetik bangsa murni. Perlu dicatat bahwa penerapan silang
tatar tidak bertujuan untuk menciptakan bangsa baru, tetapi hanya untuk
mentransfer sifat-sifat yang unggul dari bangsa murni ke ternak-ternak lokal yang
belum terdiskripsikan.
1. Melalui silang tatar, populasi lokal dapat ditingkatkan setara dengan bangsa
muri hanya dalam 7 sampai 8 generasi.
2. Pada tahap awal, program silang tatar dapat dimulai dengan biaya yang relatif
kecil dibandingkan dengan pembelian suatu populasi bangsa murni secara
keseluruhan.
4. Penerapan silang tatar merupakan permulaan yang baik bagi para pemulia
ternak yang masih baru, yang kemudian secara perlahan-lahan dapat beralih
menggunakan sistem perkawinan bangsa murni.
1. Kemanfaatan bangsa ternak murni tidak selalu lebih baik daripada ternak
lokal.
2. Ternak bangsa murni yang unggul dalam suatu lingkungan belum tentu unggul
pada lingkungan lainnya. Sapi perah yang dikembangkan di daerah beriklim
sedang sering mengalami penurunan produktivitas ketika dipelihara di daerah
tropis. Disamping itu, anak-anaknya juga tidak mampu menunjukkan vigor
dan daya reproduksi yang tinggi. Agar program silang tatar menjadi lebih
efektif maka bangsa murni yang dipakai harus mempunyai kemampuan untuk
berproduksi dengan baik di dalam lingkungan yang dipersiapkan untuk
keturunannya.
Heterosis
Heterosis bisa terjadi pada persilangan antar strain, bangsa, varietas atau
spesies. Salah satu penjelasan mengenai terjadinya heterosis adalah bahwa gen-
gen yang baik untuk reproduksi biasanya bersifat dominan terhadap alelnya.
Ketika suatu spesies atau bangsa berkembang, gen-gen dominan menjadi
homozigot. Tetapi gen-gen resesif (gen-gen yang berpengaruh buruk terhadap
reproduksi) juga menjadi homozigot dan hadir dalam frekuensi yang cukup tinggi.
Ketika satu bangsa ternak disilangkan dengan bangsa lainnya maka salah satu
bangsa ternak tersebut akan memberikan gen-gen dominanya untuk menutupi
gen-gen resesif yang diberikan oleh bangsa lainnya. Oleh sebab itu, keturunannya
akan mempunyai lebih banyak lokus dengan genotip dominan daripada kedua
orangtuanya dan memiliki vigor yang lebih tinggi.
F1 : AaBbCCDd
Koefisien heterosis
AB BA AA BB
2 2
Heterosis =
AA BB
2
Keterangan:
AB = rerata performans ternak crosbred dari pejantan A dan betina B
BA = rerata performans ternak crosbred dari pejantan B dan betina A
AA = rerata perfromans ternak perkawinan sesama bangsa A
BB = rerata performans ternak perkawinan sesama bangsa B
Tingkat heterosis yang yang dimiliki oleh ternak crosbred diukur dengan
koefisien hetrosis yang dinyatakan dalam persentase. Penyederhanaan formula di
atas sebagai berikut:
Psilangan Ptetua
%H x100%
Ptetua
Keterangan:
%H = koefisien heterosis
Psilangan = performans ternak silangan
Ptetua = performans bangsa tetua
Jenis-jenis heterosis
Pada persilangan yang melibatkan dua breed (termasuk silang balik) dan
tiga breed (rotasi) heterosis dibedakan menjadi heterosis individu (individual
heterosis) dan heterosis karena exploitasi sifat keindukan (maternal heterosis).
Kedua jenis heterosis ini menjadi pertimbangan utama dalam peternakan
komersial agar masing-masing jenis heterosis dimanfaatkan sefektif mungkin.
Keseimbangan baru terjadi antara heterosis individu dan induk setelah generasi
yang ke 8. Proporsi heterosis (individu dan induk) dari ternak-ternak crosbred
pada setiap generasi dapat diketahui dengan memperhatikan proporsi breed yang
membentuk genotip ternak crosbred.
1 1 1
2 BB) = 2 AA + 2 BB + heterosis individu (AB) + heterosis induk (AB).
Individu AB adalah heterozigot sehingga proporsi heterosis individu adalah
100% . Berhubung induk adalah breed murni maka potensi untuk heterosis induk
adalah 0%. Pada F2, (hasil perkawinan F1 betina dengan jantan A) menghasilkan
( 3 4 A 1 4 B) = 3
4 AA + 1
4 BB + heterosis individu (A x ( 1 2 A, 1
2
B) +
heterosis induk ( 1 2 A 1 2 B)
1 1
Heterosis individu = 2 ( heterosis AA) + 2 (heterosis AB).
Heterosis AA = 0% karena homozigous sedangkan heterosis AB = 100% (F1
adalah heterozygous) sehingga heterosis individu = 0% + 50% = 50%. Ternak
induk berasal dari generasi kedua sehingga heterosis induk = 100%. Dengan cara
yang sama dari generasi ke generasi (pada persilangan balik) maka didapatkan
proporsi heterosis individu dan induk pada setiap generasi seperti pada Tabel 9.2.
Clarke (1982)
PENUTUP
Ringkasan
1 Silang luar adalah perkawinan antar ternak yang tidak berkerabat. Jenis-
jenis silang luar adalah outcrossing, crossbreeding, persilangan antar
species dan silang tatar.
2 Crossbreeding atau silang bangsa merupakan perkawinan antara ternak-
ternak yang berasal dari bangsa yang berbeda. Misalnya sapi Brahman
dengan sapi Bali.
3 Criss-crossing adalah persilangan antara 2 bangsa ternak yang dilakukan
secara silih berganti.
4 Triple crossing adalah persilangan tiga bangsa ternak yang dikawinkan
secara rotasi. Betina crossbred disilangkan dengan pejantan bangsa murni
secara rotasi
5 Back crossing (silang balik) adalah perkawinan antara ternak crossbred
dengan ternak yang berasal dari salah satu bangsa orangtuanya yang telah
digunakan menghasilkan ternak tersebut.
Psilangan Ptetua
%H x100%
Ptetua
10 Silang tatar (grading up) adalah perkawinan antara pejantan dari suatu
bangsa murni dengan betina dan keturunan betinanya yang belum
terdiskripsikan dari generasi ke generasi. Silang tatar tidak bertujuan
untuk menciptakan bangsa baru, tetapi hanya untuk mentransfer sifat-sifat
yang unggul bangsa murni ke ternak lokal yang belum terdiskripsikan.
11 Melalui silang tatar, populasi lokal dapat ditingkatkan setara dengan
bangsa murni dalam 7 sampai 8 generasi. Pada generasi tersebut
komposisi genetik ternak-ternak yang belum terdiskripsikan makin
mendekati komposisi genetik bangsa murni (antara 99% - 100%).
Tugas Modul
1. Apa yang dimaksud dengan:
a. outbreeding d. cris crossing
b. outcrossing e. back crossing
c. crossbredding f. rotasional crossing
2. Uraikan tentang silang tatar dalam program perbaikan mutu genetik ternak
local.
5. Jelaskan tujuan utama persilangan antar ternak sapi tipe potong dengan tipe
perah dalam peternakan komersial.
Latihan Modul
Silanglah satu pilihan paling tepat agar pernyataan pernyataan berikut benar.
No Pernyataan Pilihan
1 Sistem perkawinan berikut Outcrossing A
Crossbreeding B
termasuk silang luar, kecuali:
Close breeding C
Umpan Balik
Kerjakan dan diskusikan secara kelompok pertanyaan-pertanyaan yang ada
pada tugas modul. Usahakan menjelaskannya secara lisan dan sistematis dalam
kelompok anda. Penjelasan lisan tersebut mengindikasikan kemampuan anda
berkomunikasi sekaligus menncerminkan tingkat penguasaan konsep yang anda
miliki.
- 69% = kurang
Apabila anda mencapai tingkat penguasaan 80% atau lebih, anda dapat
meneruskan mempelajari modul lain. Tetapi kalau nilai anda berada di bawah
80% maka anda harus mengulangi mempelajari modul ini terutama pada bagian
yang anda belum menguasainya.
Kunci Jawaban Latihan Modul
No Jawaban Ulasan
1 C Closebreeding termasuk inbreeding (silang dalam)
2 A Perkawinan antar ternak sebangsa yang tidak berkerabat dekat
3 A Perkawinan sebangsa namun tidak berkerabat dekat untuk
menghindari depresi silang dalam
4 B Perkawinan antar breed (crossbreeding)
5 C Meningkatkan heterozigositas
6 A Persilangan secara bergantian
7 B Peningkatan nilai pemuliaan
8 B Antar species
9 B Memperbaiki kualitas ternak lokal yang belum terdeksripsikan
dengan jelas
10 A Produksi susu berasal yang diwariskan dari breed sapi perah
Becker, W.A. 1975. Manual of Quantitative Genetics. 2th Ed. Washington State
University, Washington.
Belcher, C. G.. and R. R. Frahm. 1979. Productivity of two year old crossbreed
cows producing three breed cross calves. Journal of Animal Science 49:
1195 – 1206.
Clarke, J. N. 1982. Mating plans and their effects in sheep improvement. In:
Sheep Production. Vol. I : 111 – 142. Edited By: Wickham, G. A. and
M. F. McDonald.
Plasse, D. 1973. Crossing Zebu, native and European breeds in Venezuela and
other parts of Latin America. Crossbreeding beef cattle, Series 2.
University of Florida Press.
Kata Ulasan
Backcross Persilangan kembali suatu individu dengan bangsa tetuanya
MODUL SEMBILAN
SILANG LUAR
Oleh:
R. A. B. TALIB
FAKULTAS PETERNAKAN