Anda di halaman 1dari 11

MAKALAH

ILMU PEMULIAAN TERNAK


“Sistem Perkawinan”

Oleh :
Oni Aila Azurah
I011 20 1024

FAKULTAS PETERNAKAN
UNIVERSITAS HASANUDDIN
MAKASSAR
2021
BAB I
PENDAHULUAN

Latar Belakang
Pemuliaan ternak (animal breeding) merupakan salah satu bidang ilmu
yang mempelajari aplikasi cara-cara meningkatkan mutu genetik ternak. Pada
usaha peternakan, sebaik apapun pengelolaan (management) dan pakan (feeding)
yang diberikan kepada ternak, tetapi bila mutu genetik ternak rendah, maka
produktivitas yang diperoleh tidak akan optimal. Terdapat dua prinsip dasar untuk
meningkatkan mutu genetik ternak, yaitu sistem seleksi dan perkawinan (selection
and mating systems). Perkawinan dalam ilmu pemuliaan ternak dilakukan selain
untuk melanjutkan keturunan juga untuk menghasilkan keturunan yang lebih baik
dan sesuai dengan yang diharapkan baik secara intensitas maupun kualitas. Upaya
yang dilakukan dan merupakan cara paling efektif adalah mengawinkan pejantan
dan betina yang memiliki sifat-sifat yang dikehendaki (genetik) dan menghindari
perkawinan antar ternak yang memiliki sifat yang tidak dikehendaki, atau dapat
juga untuk memperbaiki sifat yang telah ada dengan mengawinkan terhadap
ternak yang memiliki sifat lebih baik.
Perkawinan merupakan suatu proses yang penting dalam tujuannya
memperbaiki mutu generasi berikutnya. Pada sistem perkawinan silang (cross
breeding), terdapat rotational cross breeding, terminal cross breeding, dan
rotaterminal system serta composit system. Terdapat aplikasi perkawinan pada
hewan-hewan, khususnya hewan ternak karena sangat berhubungan dengan
kebutuhan manusia dalam jumlah besar dan diperlukannya kualitas yang baik
demi menunjang kehidupan manusia itu sendiri.
Tujuan
Tujuan dari pembuatan makalah ini adalah:
 Untuk mengetahui definisi dari Rotation Cross Breeding (Perkawinan
Silang Sistem Rotasi),
 Untuk mengetahui aplikasi Rotation Cross Breeding (Perkawinan Silang
Sistem Rotasi) pada sapi.
Manfaat
Dari pembuatan makalah ini diharapkan mahasiswa(i) dapat mengetahui
definisi dari Rotation Cross Breeding (Perkawinan Silang Sistem Rotasi), serta
aplikasi perkawinan tersebut pada sapi.
BAB II
PEMBAHASAN

Ilmu Pemuliaan adalah ilmu yang mempelajari suatu teknik untuk


meningkatkan produksi ternak melalui genetika, untuk meningkatkan
produktifitas (sifatproduksi dan reproduksi) suatu ternak melalui peningkatan
mutu genetiknya dengan jalan melakukan seleksi dan perkawinan (breeding).
Dengan kata lain, Ilmu Pemuliaan Ternak berkaitan dengan manipulasi perbedaan
biologi diantara ternak untuk memperoleh keuntungan yang maksimal baik dalam
jangka waktu pendek maupun lama. Cara memanipulasinya dapat dilakukan
dengan dua cara yaitu seleksi dan breeding. Seleksi dilakukan untuk
meningkatkan rataan dalam suatu sifat kearah yang lebih baik dan diikuti oleh
peningkatan keseragaman atau dengan kata lain mengalami penurunan
keseragaman atau simpangan baku. Breeding dapat diketahui perbaikan genetik
ternak yang telah dikawinkan, baik yang nampak Homozigot Dominan atau
Homozigot Resesif. Secara umum, ilmu ini berusaha menjelaskan dan
menerapkan prinsip- prinsip genetika (dengan bantuan cabang- cabang biologi
lain) dalam kegiatan pemuliaan.

Sistem Perkawinan
Terdapat dua cara perkawinan yaitu perkawinan sebangsa (straight
breeding) dan perkawinan silang (cross breeding).
a. Perkawinan sebangsa (straight breeding), sesuai namanya yakni
mengawinkan ternak yang berasal dari satu bangsa dan bertujuan untuk
mempertahankan sifat-sifat asli/karakteristik tetuanya dari bangsa tersebut.
Perkawinan ini terbagi beberapa jenis:
 Pure Bred breeding, adalah perkawinan ternak-ternak murni tetapi
masih dalam satu bangsa. Cara ini digunakan untuk
mempertahankan sifat-sifat atau karakteristik suatu bangsa yang
memiliki sifat unggul.
 Inbreeding, yaitu perkawinan satu bangsa dengan kerabat dekat.
Terdapat dua macam perkawinan yaitu line breeding (perkawinan
ternak yang mempunyai garis keturunan yang sama, contohnya
perkawinan antara sepupu, dan close breeding (yakni perkawinan
dengan keluarga yang lebih dekat lagi, contohnya kakak dan adik,
bapak dengan anak).
 Outcrossing, adalah perkawinan yang berbeda kerabat pada satu
bangsa.
 Grading Up, adalah perkawinan yang digunakan untuk
meningkatkan mutu genetik ternak yang diskrib (tidak jelas asal
usulnya). Ternak dan kemudian keturunannya tersebut dikawinkan
secara terus menerus dengan ternak yang memiliki galur murni dan
sifat yang jelas diharapkan. Semakin sering dilakukan perkawinan
maka keturunannya akan semakin mendekati sifat yang diinginkan.
b. Perkawinan silang/antar bangsa (cross breeding), yakni perkawinan antara
dua bangsa atau lebih dan bertujuan untuk mendapatkan sifat yang tidak
terdapat pada tetuanya, misalnya pada bangsa ternak tipe perah yang
memiliki kandungan karkas sedikit, dan ingin dihasilkan tipe dwiguna,
maka harus dikawinkan dengan bangsa tipe pedaging. Keuntungan dari
crossbreeding ini adalah dapat meningkatkan Heterosis atau Hybrid vigor
serta Breed Complementary.

Dalam Crossbreeding terdapat 4 macam sistem, yakni :

1. Sistem Terminal (Terminal System)

Sistem ini merupakan salah satu sistem dari crossbreeding, yang

dimana dalam sistem ini menggunakan 2 breed/ bangsa yang berbeda.

Dalam sistem terminal ini, semua anak sapi hasil persilangan dijual

dan betina pengganti (female replacements) diambil dari betina di luar

kelompok. Betina yang dipilih sebagai induk yakni betina yang telah

melewati seleksi sehingga didapatkan betina yang baik, tingkat


produksi susu serta mothering ability yang baik. Sedangkan untuk

jantan, tingkat pertumbuhan serta karakteristik karkas yang baik

adalah merupakan hal yang sangat penting. Adapun keuntungan yang

diperoleh dengan adanya sistem ini adalah memungkinkan untuk

meningkatkan heterosis progeny sebesar 100% selain itu juga dapat

meningkatkan breed complementary. Selain itu, kekurangan yang

didapat dari sistem ini yakni diperlukan ladang pengembalaan

(pasture) yang memenuhi syarat baik kuantitas maupun kualitas,

karena mengingat dalam sistem ini yang terlibat adalah 2 kelompok

ternak sapi yang saling berbeda bangsa sehingga dimungkinkan juga

berbeda dalam mengkonsumsi pakan/ hijauan.

2. Sistem Rotasi (Rotational System)

Dalam sistem ini diperlukan 2 atau 3 bangsa ternak yang berbeda.

Secara umum terdapat dua macam sistem rotasi, yakni sistem rotasi 2

bangsa (Two-Breed Rotational Breed) dan sistem rotasi 3 bangsa

(Three-Breed Rotational Breed). Namun, sistem yang banyak

digunakan adalah sistem rotasi dengan menggunakan 3 bangsa ternak

yang berbeda. Sedikit pemaparan mengenai sistem rotasi 2 bangsa,

yakni ♀ dari breed A disilangkan dengan ♂ breed B, dan ♀ breed B

disilangkan dengan ♂ breed A. Sedangkan untuk sistem rotasi dengan

3 bangsa, dalam 1 peternakan terdiri dari 3 bangsa ternak, yang dimana

♀ breed A digunakan sebagai female replacements untuk kemudian

disilangkan dengan ♂ breed B. Ternak ♀  hasil  persilangan  tadi 

digunakan  sebagai  female  replacements  yang kemudian disilangkan

dengan ♂ breed C. Ternak ♀ hasil persilangan ini kemudian 

digunakan  sebagai  female  replacements  yang kemudian  akan

disilangkan dengan ♂ breed A.


3. Sistem Kombinasi (Rotaterminal System)

Sistem  kombinasi  ini  merupakan  sistem  crossbreeding  yang

mengkombinasikan antara sistem rotasi (rotational system) dengan

sistem terminal  (terminal  system).  Dimana  sistem  rotasi  berfungsi 

untuk menyediakan female replacements (♀) dengan jalan persilangan

antara breed A dengan breed B (A*B Rot) sedangkan sistem terminal

berfungsi untuk menghasilkan keturunan yang kemudian akan dijual

(marketed calf). Sehingga secara sederhana dapat dirumuskan bahwa

[T * (A*B)].

4. Sistem Komposit (Composite System)

Composite  berarti  keturunan  baru.  Yakni  dimana  crossbreeding

digunakan untuk membentuk keturunan baru/ komposit. Setelah

keturunan tersebut terbentuk maka akan dibentuk sebuah kawasan atau

kelompok untuk breed baru tersebut. Keuntungan  dari  keturunan 

komposit  mencangkup  kemudahan manajemen, konsistensi heterosis

yang tinggi dan seringkali bahwa keturunan baru ini dapat berkembang

biak dalam suatu lingkungan yang ideal untuk dikembangkan secara

khusus.

Sistem Rotasi (Rotational System)

Persilangan rotasi secara sederhana berarti dua atau lebih bibit yang
berasal dari pejantan yang berbeda dikawinkan secara berurutan dengan
sekelompok betina yang dikelompokkan berdasarkan keturunan pejantan mereka.
Dua, tiga bahkan empat keturunan pejantan mungkin digunakan. Pada sebuah
sistem sederhana yang menggunakan dua keturunan, spai dari keturunan A
dikawinkan dengan pejantan dari keturunan B yang menghasilkan pedet yang
akan dikawinkan kembali sebagai pejantan turunan A. Dalam sebuah rotasi tiga
keturunan, progeny dari hasil perkawinan pejantan turuna A dengan sapi turunan
B dikawinkan dengan pejantan turunan C. Progeny betina dari hasil persilangan
tadi dikawinkan kembali dengan pejantan keturuna A untuk kelanjutan kehidupan
pemuliaan mereka. Jumlah m inimum dari kelompok yang digabungkan adalah
setara dengan jumlah dari keturunan pejantan.

Sebuah peningkatan 10-20 % dari bobot anak sapi yang dihasilkan


persapi yang dikelompokkan dapat diperoleh dari dua rotasi keturuna (criss-
cross). Sebuah peningkatan yang lebih besar pada bobot anak sapi yang dihasilkan
per sapi yang digabungkan dapat diperoleh dari tiga rotasi keturunan.

Pada sebuah sisitem persaingan rotasi, setiap keturunan memberikan


konstribusi kekuatan dan kelemahannnya secara settara dalam beberapa tahun.
Tingkat heterosis yang dicapai tergantung pada jumlah keturunan yang diikut
sertakan (semakin banyak keturunan semakin tinggi tingkat heterosis).
Bagaimanapun dalam sebuah sistem persilangan rotasi, variabilitas diantara
progeny akan lebih menyulitkan untuk memenuhi spesifikasi pasar secara
konsisten, sehingga penggunaan keturuna n yang tidak berbeda secara radikal
lebih dianjurkan. Semua hewan dalam kelompok mengambil manfaat ari hybrid
vigour untuk pertumbuhan dan sifat-sifat induk betina. Semua betina yang berasal
dari sistem persilangan rotasi tersedia secara potensial untuk seleksi sebagai
pengganti. Hal ini meningkatkan intensitas seleksi dan kemungkinan perbaikan
genetis yang berkelanjutan. Sistem-sistem rotasi mempertimbangkan pasar hewan
dan pergantian pemulia di masa depan. Persilangan rotasi memliki kemungkinan
kesulitan manajemen dalam kelompok-kelompok pemulia spesifik tersebut yang
harus dikawinkan dengna keturunan pejantan spesifik.

Poin-poin penting persilangan rotasi diantaranya:

 Sistem ini menghasilkan betina penggantinya sendiri.


 Hybrid vigour bertahan, menghasilkan peningkatan 10-20 % bobot sapi.
 Sapi-sapi dapat dibiarkan merumpu sebagai kelompok hampir sepanjang tahun
karena mereka hanya butuh dipisahkan berdasarkan kelompok pejantan pada
saat perkawinan.
 Beberapa variabilitas akan terjadi pada beberapa progeni terantung keturunan
yang dipilih.
 Turunan dengan sifat indukan betina yang baik harus digunakan sebagai
progeni betina dari semua keturunan pejantan yang dipelihara.

Dalam sistem ini diperlukan 2 atau 3 bangsa ternak yang berbeda. Secara
umum terdapat dua macam sistem rotasi, yakni:
 Sistem rotasi 2 bangsa (Two-Breed Rotational Breed), dan
 Sistem rotasi 3 bangsa (Three-Breed Rotational Breed).

1. Sistem Rotasi 2 Bangsa (Two-Breed Rotational Breed)


Sedikit pemaparan mengenai sistem rotasi 2 bangsa, yakni ♀ dari breed A
disilangkan dengan ♂ breed B, dan ♀ breed B disilangkan dengan ♂ breed A.
Dalam sistem ini, akan didapatkan peningkatan heterosis sebesar 66%. Pada
keturunannya akan memiliki 2/3 gen dari bangsa induknya, sedangkan 1/3 gen
berasal dari bangsa lain.
2. Sistem rotasi 3 bangsa (Three-Breed Rotational Breed)
Sedangkan untuk sistem rotasi dengan 3 bangsa, dalam 1 peternakan
terdiri dari 3 bangsa ternak, yang dimana ♀ breed A digunakan sebagai female
replacements untuk kemudian disilangkan dengan ♂ breed B. Ternak ♀  hasil 
persilangan  tadi  digunakan  sebagai  female  replacements  yang kemudian
disilangkan dengan ♂ breed C. Ternak ♀ hasil persilangan ini kemudian 
digunakan  sebagai  female  replacements  yang kemudian  akan disilangkan
dengan ♂ breed A.
            Adapun keuntungan yang diperoleh dari sistem rotasi 3 bangsa ini adalah
dapat meningkatkan heterosis atau hybrid vigor lebih tinggi 20% - 21%
dibandingkan dengan sistem rotasi 2 bangsa, yakni sebesar 86% - 87%.
Disamping itu kerugian yang diperoleh dalam sistem ini adalah kesulitan dalam
pemeliharaan bila dibandingkan dengan sistem rotasi dengan 2 bangsa.
            Mengingat bahwa dalam sistem ini menggunakan 3 bangsa ternak yang
berbeda,  sehingga  juga  dibutuhkan  pasture  yang  dapat  mencukupi
maintenance (kebutuhan sehari-hari) dari ternak tersebut, serta pakan yang
tersedia harus sesuai dengan A.I (animal unit) agar tidak terjadi overgrazing (  ∑ 
ternak  >  hijauan  )  dan  undergrazing  (∑  ternak  <  hijauan)..
Pengaplikasian
Program kawin silang pada sapi potong dapat dilakukan dengan
menggunakan dua, tiga atau lebih sapi yang berbeda bangsa sebagai populasi
dasarnya. Akan tetapi hasil perkawinan silang tiga bangsa sapi (three-breed
rotation) mempunyai derajat heterosis lebih tinggi daripada perkawinan silang dua
bangsa sapi (two-breed system). Secara teoritis, respon potensi heterosis dapat
mencapai 87% dari respon maksimum (FRAHM, 1998). HAMMACK (1998)
melaporkan, bahwa perkawinan tiga bangsa pada sapi potong dapat menaikan
bobot sapih 23% dibandingkan perkawinan dua bangsa yang hanya 8,3%.
Misalnya program kawin silang 3 bangsa sapi potong yang terdiri dari
bangsa sapi PO, Limousin (L) dan Simmental (S), yang menghasilkan F2 : ½ L ¼
PO ¼ S atau ½ S ¼ PO ¼ L sebagai sapi potong komersial atau final stock.
Keberhasilan dari program kawin silang ini selain dilihat pada aspek heterosis
pada beberapa sifat produksi sapi potong, tentunya juga harus dilihat pada
ketersediaan aspek daya dukung lingkungan guna menjamin keberlanjutan
program serta jaminan terhadap sapi turunan yang dihasilkan untuk dapat
menampilkan prestasi produksi sesuai dengan potensi genetik yang dimiliki.
BAB III
PENUTUP

Kesimpulan
Perkawinan merupakan suatu proses yang penting dalam tujuannya
memperbaiki mutu generasi berikutnya. Pada sistem perkawinan silang (cross
breeding), terdapat rotational cross breeding, terminal cross breeding, dan
rotaterminal system serta composit system. Terdapat aplikasi perkawinan pada
hewan-hewan, khususnya hewan ternak karena sangat berhubungan dengan
kebutuhan manusia dalam jumlah besar dan diperlukannya kualitas yang baik
demi menunjang kehidupan manusia itu sendiri.

Anda mungkin juga menyukai