A. Definisi
Epistaksis dibagi menjadi 2 yaitu anterior (depan) dan posterior (belakang). Kasus
epistaksis anterior terutama berasal dari bagian depan hidung dengan asal perdarahan berasal
dari pleksus kiesselbach. Epistaksis posterior umumnya berasal dari rongga hidung posterior
melalui cabang a.sfenopalatina.
Epistaksis anterior menunjukkan gejala klinik yang jelas berupa perdarahan dari lubang
hidung. Epistaksis posterior seringkali menunjukkan gejala yang tidak terlalu jelas seperti
mual, muntah darah, batuk darah, anemia dan biasanya epistaksis posterior melibatkan
pembuluh darah besar sehingga perdarahan lebih hebat.
C. Tinjauan Keperawatan
PENGKAJIAN :
1. Biodata : Nama ,umur, sex, alamat, suku, bangsa, pendidikan, pekerjaan,,
2. Riwayat Penyakit sekarang :
3. Keluhan utama : biasanya penderita mengeluh sulit bernafas, tenggorokan.
4. Riwayat penyakit dahulu :
- Pasien pernah menderita penyakit akut dan perdarahan hidung atau trauma
- Pernah mempunyai riwayat penyakit THT
- Pernah menedrita sakit gigi geraham
5. Riwayat keluarga : Adakah penyakit yang diderita oleh anggota keluarga yang lalu yang
mungkin ada hubungannya dengan penyakit klien sekarang.
6. Riwayat spikososial
a. Intrapersonal : perasaan yang dirasakan klien (cemas/sedih0
b. Interpersonal : hubungan dengan orang lain.
7. Pola fungsi kesehatan
a. Pola persepsi dan tata laksana hidup sehat
- Untuk mengurangi flu biasanya klien mengkonsumsi obat tanpa memperhatikan efek
samping
b. Pola nutrisi dan metabolisme :
- biasanya nafsu makan klien berkurang karena terjadi gangguan pada hidung
c. Pola istirahat dan tidur
- selama inditasi klien merasa tidak dapat istirahat karena klien sering pilek
d. Pola Persepsi dan konsep diri
- klien sering pilek terus menerus dan berbau menyebabkan konsep diri menurun
e. Pola sensorik
- daya penciuman klien terganggu karena hidung buntu akibat pilek terus menerus (baik
purulen , serous, mukopurulen).
8. Pemeriksaan fisik
a. status kesehatan umum : keadaan umum , tanda vital, kesadaran.
b. Pemeriksaan fisik data focus hidung : rinuskopi (mukosa merah dan bengkak).
Data subyektif :
Data Obyektif
- Perdarahan pada hidung/mengucur banyak
- Gelisah
- Anemia
1. PK : Perdarahan
3. Cemas
4. Nyeri Akut
E. Perncanaan Keperawatan
1. PK : Perdarahan
INTERVENSI
(Diagnosa NANDA,NIC,NOC)
Kriteria : Frekuensi nafas normal, tidak ada suara nafas tambahan, tidak menggunakan
otot pernafasan tambahan, tidak terjadi dispnoe dan sianosis
3. Cemas
Tujuan : Cemas klien berkurang/hilang
Kriteria :
- Klien akan menggambarkan tingkat kecemasan dan pola kopingnya
- Klien mengetahui dan mengerti tentang penyakit yang dideritanya serta pengobatannya.
4. Nyeri Akut
DAFTAR PUSTAKA
1. Arif,Mansjoer, et al, 1999, Kapita Selekta Kedokteran, Edisi 3, Jilid 1, Media Aesculapius,
Jakarta..
2. Balai Penerbit. FK. UI. 1998. Buku Ajar Penyakit THT. Gaya Baru. Jakarta
Pengobatan
1. Epistaksis Anterior
• Epistaksis anterior Penderita sebaiknya duduk tegak agar tekanan vaskular berkurang dan
mudah membatukkan darah dari tenggorokan
• Epistaksis anterior yang ringan biasanya bisa dihentikan dengan cara menekan cuping
hidung selama 5-10 menit
• Jika tindakan diatas tidak mampu menghentikan perdarahan, maka dipasang tampon
anterior yang telah dibasahi dengan adrenalin dan lidocain atau pantocain untuk
menghentikan perdarahan dan mengurangi rasa nyeri
• Setelah perdarahan berhenti, dilakukan penyumbatan sumber perdarahan dengan
menyemprotkan larutan perak nitrat 20-30% (atau asam trichloracetat 10%) atau dengan
elektrokauter
• Bila dengan cara tersebut perdarahan masih terus berlangsung, maka diperlukan
pemasangan tampon anterior yang telah diberi vaselin atau salep antibiotika agar tidak
melekat sehingga tidak terjadi perdarahan ulang pada saat tampon dilepaskan. Tampon
anterior dimasukkan melalui lubang hidung depan, dipasang secara berlapis mulai dari
dasar sampai puncak rongga hidung dan harus menekan sumber perdarahan. Tampon
dipasang selama 1-2 hari.
• Jika tidak ada penyakit yang mendasarinya, penderita tidak perlu dirawat dan diminta
lebih banyak duduk serta mengangkat kepalanya sedikit pada malam hari. Penderita
lanjut usia harus dirawat.
2. Epistaksis posterior
• Pada epistaksis posterior, sebagian besar darah masuk ke dalam mulut sehingga
pemasangan tampon anterior tidak dapat menghentikan perdarahan.
• Perdarahan posterior lebih sukar diatasi karena perdarahan biasanya hebat dan sulit
melihat bagian belakang dari rongga hidung.
• Dilakukan pemasangan tampon posterior (tampon Bellocq), yaitu tampon yang
mempunyai tiga helai benang, 1 helai di setiap ujungnya dan 1helai di tengah. Tampon
dipasang selama 2-3 hari disertai dengan pemberian antibiotik per-oral untuk mencegah
infeksi pada sinus ataupun telinga tengah.
• Pada epistaksis yang berat dan berulang, yang tak dapat diatasi dengan pemasangan
tampon, perlu dilakukan pengikatan arteri etmoidalis anterior dan posterior atau arteri
maksilaris interna.
• Epistaksis akibat patah tulang atau septum hidung biasanya berlangsung singkat dan
berhenti secara spontan, kadang-kadang timbul kembali beberapa jam atau beberapa hari
kemudian setelah pembengkakan berkurang.
• Jika hal ini terjadi mungkin perlu dilakukan pembedahan terhadap patah tulang atau
pengikatan arteri.
• Pada penderita telangiektasi hemoragik herediter (kelainan bentuk pembuluh darah),
epistaksis yang hebat bisa menyebabkan anemia berat yang tidak mudah dikoreksi
dengan pemberian zat besi tambahan. Untuk mengatasi anemia, dilakukan pencangkokan
kulit ke dalam septum hidung.