Disusun oleh :
Kelompok 7
DEPARTEMEN KIMIA
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
INSTITUT PETANIAN BOGOR
BOGOR
2020
Latar Belakang
Perkembangan industri modern seringkali kurang memperhatikan kelestarian
lingkungan. Merkuri telah digunakan secara luas di berbagai bidang industri seperti
pertambangan emas dan batu bara, peralatan listrik, baterai, peralatan
semikonduktor, dan peralatan medis. Meskipun menguntungkan di berbagai
industri, namun merkuri dan turunannya berbahaya bagi ekosistem dan manusia.
Terkena paparan uap merkuri dapat menimbulkan efek buruk bagi sistem saraf,
saluran pencernaan, dan sistem kekebalan tubuh. Metilmerkuri adalah turunan
paling toksik di antara senyawa merkuri yang berkembang dari jenis merkuri
anorganik. Toksisitas metilmerkuri yang lebih tinggi dibandingkan dengan merkuri
anorganik lain, disebabkan oleh sifat lipofiliknya, karena cenderung
berbioakumulasi di dalam sel hidup. Oleh karena itu, merkuri di alam merupakan
bahan kimia penting yang harus dipantau secara terus-menerus. Baru-baru ini,
kolorimetri berbasis gambar digital digunakan sebagai alternatif bagi metode
konvensional, karena prosedur analitiknya yang ramah lingkungan, biayanya
murah, mudah dibawa karena portabel, dan sederhana untuk menganalisis senyawa
kimia. Rentang dinamis gambar digital yang diwakili oleh ruang warna merah-
hijau-biru atau MHB dari 0 hingga 255 absorban. Metode tersebut jauh lebih luas
rentang dinamisnya daripada metode kolorimetri atau spektrofotometri
konvensional yang memiliki rentang dinamis dari 0 hingga 2.0 absorbansi, sehingga
dapat meningkatkan sensitivitas deteksi.
Syarat utama dalam analisis kuantitatif menggunakan metode kolorimetri
adalah analit target yang akan diuji harus diwarnai terlebih dahulu. Ligan organik
dapat membuat logam tak berwarna menjadi logam berwarna. Namun, ligan
organik bersifat toksik dan kurang selektif terhadap target logam tertentu. Oleh
karena itu, banyak peneliti mengembangkan nanopartikel logam mulia sebagai
pemeriksa warna untuk mendeteksi ion merkuri. Nanopartikel emas dan perak
memiliki beberapa keunggulan dibandingkan ligan organik, yaitu dapat membuat
logam tak berwarna menjadi berwarna, sensitivitas yang lebih baik, selektivitas
yang lebih besar terhadap target logam tertentu, dan toksisitasnya lebih rendah.
Jenis kolorimetri berbasis digital gambar yang digabungkan dengan nanopartikel
logam mulia menjadi populer dalam mendeteksi ion merkuri. Namun, batas deteksi
(LOD) berada pada kisaran sub-ppm, yang mana masih terlalu tinggi untuk
mendeteksi kontaminasi merkuri dalam air minum. Oleh karena itu, sangat penting
untuk meningkatkan LOD dari metode kolorimetri yang diusulkan sebelumnya.
A. Tujuan
Penelitian ini bertujuan melaporkan metode kuantitatif untuk mendeteksi ion
merkuri pada tingkat ppb menggunakan nanopartikel perak sebagai probe dengan
penginderaan kolorimetri berbasis gambar serta membangun perangkat analitik
berbasis kertas (PAD) dan aplikasi smartphone untuk portabilitas yang lebih baik.
Metode
Bahan-bahan dan instrumen yang digunakan yaitu perak nitrat, asam askorbat,
trinatrium sitrat, garam kation untuk uji selektivitas dan bahan kimia lainnya.
Semua peralatan gelas dicuci dengan deterjen (5%), 4 M HCl dan air deionisasi
sebelum digunakan. Sampel air sungai disaring dengan kertas saring.
Spektrofotometer UV-visible, ICP-OES, kamera smartphone dengan 16 MP dan
flash dual-LED (Light Emitting Diode). Silver Nanoparticles (AgNP) disintesis dari
perak nitrat (AgNO3) dengan asam askorbat sebagai reduktor. 80 µL 0,1 M AgNO3
ditambahkan ke dalam 8 mL larutan yang mengandung asam askorbat (6 × 10−4
M) dan trisodium sitrat (3 × 10−3 M) dengan pengadukan konstan pada pH 7.0 dan
suhu 30ºC di atas hotplate. Koloid AgNP terbentuk setelah 15 menit dan ditandai
dengan munculnya warna coklat kekuningan. Karakterisasi lebih lanjut dari AgNP
dilakukan dengan spektrofotometer.
Gambar digital dari sampel dalam kuvet dan Perangkat Analisis Berbasis
Kertas atau Paper-Based Analytical Device (PAD) diambil dengan smartphone.
PAD dicetak pada kertas saring menggunakan printer yang dimodifikasi dengan
tinta hidrofobik dan spidol tinta permanen. Pemrosesan gambar digital dilakukan
dengan menggunakan perangkat lunak Photoshop untuk penyesuaian gambar,
MATLAB untuk ekstraksi warna RGB (Red-Green-Blue) dan Android Studio
untuk membuat aplikasi smartphone. Gambar digital dari kamera smartphone
dipindahkan ke komputer dan diproses dengan perangkat lunak Adobe Photoshop.
Dalam hal ini, gambar smartphone berfungsi sebagai spektrofotometer yang
menganalisis cahaya yang melewati koloid AgNP. Nilai rata-rata warna RGB
diekstraksi dari gambar menggunakan software MATLAB. Plot dari nilai warna
RGB terhadap konsentrasi standar, menghasilkan kurva hiperbola. Untuk
mendapatkan plot linier untuk penggunaan selanjutnya, nilai warna RGB awal
diubah menjadi skala logaritmik mengikuti rumus turunan hukum Lambert-Beer
sebagai berikut
𝑅0 𝐺0 𝐵0
𝐼𝑅 =𝑙𝑜𝑔 𝑙𝑜𝑔 ; 𝐼𝐺 =𝑙𝑜𝑔 𝑙𝑜𝑔 ; 𝐼𝐵 = 𝑙𝑜𝑔
𝑅𝑠 𝐺𝑠 𝐵𝑠
Kuvet juga berperan dalam meningkatkan limit deteksi. Hal ini disebabkan
oleh permukaan kuvet yang rata yang dapat membantu mencapai hasil pengukuran
yang akurat dan presisi dengan gambar digital. Kuvet yang digunakan sebagai
wadah sampel dan lampu LED putih dari pencahayaan studio foto dapat membantu
membedakan konsentrasi merkuri pada tingkat ppb (Gambar 2 dan Tabel 1).
Gambar 3 menunjukkan plot tingkat ppm di mana intensitas warna biru berbanding
lurus dengan konsentrasi merkuri. Warna biru akan memiliki linieritas terbaik
dengan slope tertinggi karena biru merupakan warna komplemen dari AgNP yang
berwarna coklat kekuningan. Sedangkan warna merah dan hijau bukan merupakan
warna komplemen dari AgNP sehingga tidak akan memiliki linieritas sebaik warna
biru dan slopenya rendah. Oleh karena itu, warna biru digunakan untuk perhitungan
lebih lanjut. Limit deteksi yang dicapai sebesar 0.86 ppb.
Tabel 1 Intensitas dan nilai warna MHB kurva kalibrasi merkuri pada tingkat ppb
Nilai Warna Intensitas Warna
Konsentrasi Hg(II) (ppb)
M H B M H B
0 132 127 38.1 0 0 0
1 133 129 38.9 2.87 5.24 10.3
2 133 130 39.6 3.15 8.23 17.2
3 134 132 40.3 6.39 17.0 24.7
4 134 132 40.9 5.23 14.9 31.7
Gambar 3 Gambar digital larutan standar yang mengandung 1 sampai 4
ppb ion merkuri, dan kurva kalibrasi yang sesuai dengan
warna biru sebagai warna komplemen dari AgNP yang
berwarna coklat kekuningan memberikan slope yang
tertinggi. Bilah kesalahan dihitung dari tiga ulangan
3. Eksperimen Pemulihan
Untuk memvalidasi metode yang diusulkan, kami melakukan eksperimen
pemulihan dari sampel nyata, yang memiliki matriks sampelnya sendiri,
menggunakan metode penambahan standar dan spiking sampel. Air sungai yang
dekat dengan titik pengaruh penambangan emas artisanal dan skala kecil di provinsi
Bengkulu dipilih sebagai sampel sasaran. Untuk metode kolorimetri berbasis citra
digital, konsentrasi merkuri ditentukan dari intensitas warna Biru dengan
menggunakan persamaan Lambert-Beer (Gambar S4), mengikuti metode dalam
makalah yang kami terbitkan sebelumnya [8]. Hasilnya ditunjukkan pada Tabel 2,
menggunakan pendekatan cairan dan PAD, dengan ICP-OES sebagai metode
referensi untuk uji akurasi. Akurasi, dihitung sebagai persen kesalahan metode
kolorimetri berbasis gambar digital yang diusulkan, kurang dari 2,4%. Ketepatan
metode yang diusulkan, dihitung sebagai persen deviasi standar relatif (RSD) dari
tiga analisis ulangan, lebih baik dari 2,5%. Oleh karena itu, akurasi dan presisi
memuaskan.
Kandungan ion merkuri yang tinggi dalam air sungai di daerah penambangan
emas (yaitu 81,7 ppb) menunjukkan bahwa penggunaan merkuri untuk ekstraksi
emas mencemari badan air. Pelepasan merkuri ke dalam air sungai akan mencemari
air segarbiotat yang masuk ke dalam tubuh manusia, sebagai hasil dari
bioakumulasi merkuri pada ikan.
Daftar Pustaka
Firdaus ML, Aprian A, Meileza N, Hitsmi M, Elvia R, Rahmidar L, Renat K. 2019.
Smartphone coupled with a paper-based colorimetric device for sensitive
and portable mercury ion sensing. Journal Chemosensors. 7(25) :1-9.
Melieza N, Firdaus ML, Elvinawari. 2018. Analisis ion merkuri (II) menggunakan
nanopartikel perak termobilisasi pada kertas saring. Jurnal Pendidikan
Dan Ilmu Kimia. 2(2) :191-197.