Anda di halaman 1dari 21

PENJABARAN MATERI

KELAS PENGENALAN BUDAYA JAWA YOGYAKARTA


PROGRAM ".IOG.]A ISTIMEWA"

UNGGAH-UNGGUH (SUBASITA)

KANTOR PEI-ATIHAN BAHASA DAN BUDAYA


UNIVERSITAS ATMA JAYA YOGYAKARTA
2013
UNGGAH-UNGGUH (SUBASITA)

Dalarn budaya .larva acapkali disebut istilah unggah-ungguh yang kalo tliartikern clalar.r.r
bahasa Indonesia kurang lebih beralti tata krama,/ sopan santlrn. Budaya.larva nremang kental
dengan nuansa sopan santunn)'a- Istilah-istilah yang menjunjung tinggi rasa sopan santul.r
dapat kita .jumpai clalam kehidupan schari-hari. temtama tli pedesaan. Bahkan dalam tata
bahasa jarva sendiri ada tingkatan-tingkatitn yarg menunjukkan tingkat kesopanan^ ada
klomo inggil. kromo alus" dan ncoko. N,{asing-nrasing p..1.}erapannya berbecla-beda, sesLrai
clengan lau,an bicara kita.

Unggah-Ungguh ini seringkali membuat gemas orang yang berasal dari luar br.rdaya jawa.
Karena dengan menerapkan unggah-ungguh ini kesam.rya orang Jawa itu kalo ngomong jadi
berbelit-belit dan panjang. Tapi itr:lah seninya orang Jawa. Bahkan dalam tingkat emosi
tertinggi pr"n, orang jawa masih akan memakai unggah-unggLrh.
(http://www.wonosari.com/t7000-unsea h-unsqu h . di/ovnload tgl !9 ,1gtt.stu.s Jal3)

SUBASITA

Subasita adalah unggah-ungguh, tatakama atau sopan santun. orang yang


tidak tahu subasita
dikatakan sebagai orang y*g .:d.grr.u" atau kurang ajar, tidak tahu tatakrama. pada
umumnya orang Jawa dianggap sopan-sanhrnnya tinggi. Sampai ada banyolan,
khususnya
ditujukan orang Jogja, dalam memberitahu orang yang menginjak kakinya pun
masih pakai
"nuwun sewu".

Mengenai "Subasita Jawa" saya baca di "Serat subasita" yang dikarang oleh
Ki
Padmasusastra Ngabehi wirapustaka di Surakarta, terbitan pangecapan (percetakan)
Budi
Utama di Surakarta pada tahun 1914. Ada di di www.sastra.ors dan telah telah saya
link di
"pages" pada kolom sebelah kanan laman blog ini. Isinya adalah kumpulan tatakrama
Jawa
yang dalam pendahuluan disebutkan oleh Ki padmasusastra sebagai berikut:

Materi unggah-ungguh kelas Jogja Istimewa - KPBB TAZ0I3/2074


Page 1
SArat Subasita punika kabmpaking tatakrama Jowi st*vatowis campuripun kalihan
tatekramd llalandi supados kenging kapirit ingkang tal<sih pant4s kakstantunakAn utawi
boftn, owit kAnc|nging tatakramanipun tiyang Jowi kindho dening pasrowungan kalihan
latakramanipun tiyang Walandi, punikn ingkang murba misesa panggAsanganipun fttiyang
Jawi, wajib dipun lampahi.

Pengertiannya kurangJebih adalah tatakrama Jawa bagaimanapun terpengaruh oleh


talakrama Belanda. Mengingat orang Jawa (saat itu tahun 1914) kehidupannya dikuasai
Belanda, maka tatakrama Belanda juga perlu diikuti. Bagaimanapun harus dipilah tatakrama
Jawa yang masih bisa dilestarikan karena sebagian telah luntur akibat pergaulan dengan
orang Belanda.

Menurut pendapat saya memang ada beberapa bagian dalam Serat Subasita yang sudah tidak
bisa dipakai pada abad 2l ini. Misalnya dalam hal menghormat orang yang lebih tinggi kapan
kita harus berdiri, kapan kita harus jongkok. Rasanya sekarang sudah tidak ada lagi orang
Jongkok. Jaman saya kecil memang pembantu di rumah selalu bersimpuh di lantai kalau
dipanggil Ibu. Sekarang mana ada pembantu jongkok di lantai.

Demikian pula ada beberapa hal yang harus disesuaikan, misalnya mengenai pakaian. Kapan
kita berpakaian a la Belanda, kapan kita berpakaian a la Jawa. Dua-duanya bagus. Berpakaian
seperti Belanda kelihatan "bregas" (gagah) sedangkan berpakaian Jawa dikatakan "merak ati"
(manis, menarik).

Urusan tatakrama bahrk, bersin, buang ingus dan meludah sudah menj adi perhatian, dikaitkan
dengan sopan santun dan kesehatan. Hal tersebut masih menjadi masalah pada masa ini.
Ketika pandemi "Influenza H1N1 Baru" yang dikenal umum sebagai Flu Babi merajalela di
dunia, kita benar-benar susah payah memberikan penyuluhan etika batuk dan bersin yang
benar.

Hal lain yang menarik adalah budaya Jawa sebenamya menghormati wanita. Salah satunya
adalah: Dilarang merokok di dekat wanita. Alasannya sederhana saja, tidak sopan dan
membuat sesak napas. Pada masa itu (tahun 1914) belum ada pengetahuan bahwa wanita
yang merokok aktif atau merokok pasif (tidak merokok tetapi terexpose asap rokok, bisa
karena dekat suaminya yang perokok ada berada di tempat umum yang penuh asap rokok)
berpotensi melahirkan bayi dengan berat badan lahir rendah (di bawah 2500 gram).

Subasita Jawa juga bersifat akomodatif. Maksudny4 kalau ada orang dengan budaya lain
maka harus kita hormati.

Saya coba untuk pilah danpilih hal-hal yang masih relevan untuk diangkat lagi pada jaman
sekarang. Saya coba kelompokkan dalam 9 posting. Sementara saya tambah satu tentang
"semu" dalam kaitan dengan subasita.

Materi unggah-ungguh kelas Jogja Istimewa - KPBBTA2OT3/2014 Page 2


Subasita Jawa (1): Menqantuk dan Menguap

Subasita Jawa (2): Perilaku iari dan tangan

Subasita Jawa (3): Kentut. berak dan kencing

Subasita Jawa (4): Yanq keluar dari mulut

Subasita Jawa (5): Marah

Subasita Jawa (6): Bicara

Subasita Jawa (7): meniasa oanca indra

Subasita Jawa (8): Merokok

Subasita Jawa (9): Makan

Menahimi "semu" dalam pitutut subasita Jawa

Secara keseluruhan, apa yang ditulis dalam "serat subasita" sebenamya adalah unggah-
ungguh yang berlaku umum walaupun ada sentuhan Jawa-nya. Menjadi menarik karena
"Serat Subasita" ditulis pada tahun 1914, hampir 100 tahun yang lalu. psrilaku yang harus
diubah temyata banyak yang belum berubah pada tahwr 2012. Bahkan ada yang semakin
menjadi-jadi. Mendukring statement bahwa "Wong Jawa wis ilang Jawane" QwMM).

SUBASITA JAWA (1): MENGANTUK DAN MENGUAP

Mengantuk dan menguap adalah penyakit harian yang pasti kita alami dimana saja dan kapan
saja. Bila abad 2i kita sebut sebagai abad rapat dan seminar maka di tempat itu lah akan kita
jumpai orang mengantuk, menguap bahkan tidur. Karena abad 21 juga abad informatika
maka foto orang ngantuk apalagi kalau yang ngantuk itu orang penting cepat sekali beredar
kemana-mana.

Materi unggah-ungguh kelas Jogja Istimewa - KPBBTA2013/201,4 Page 3


Manusia setampan atau secantik apapun kalau sedang menguap tampak jelek sekali. Cobalah
sekali-sekali kalau sedang mengikuti peftemuan minta ke salah satu teman untuk memotret
kalau kebetulan kita menguap. Wah, kita akan terkagum-kagum sendiri meiihat wajah kita.
Tetapi sepertinya penyakit mengantuk termasuk penyakit yang tidak bisa dicegah.

MENGANTUK

Menurut "subasita" Jawa mengaltuk saat hadir dalam "pasamuwan" (pertemuan) dikatakan
"saru". Kalau kita kehilangan kemampuan komunikasi dalam pertemuan karena ngannrk
sebaiknya pulang saj4 tidur! Lebih celaka lagi kalau dalam pertemuan kita tak pernah lepas
dari kantuk, tetapi tatkala hidangan keluar kantuk pun hilang. Kita makan, bahkan dalam
porsi besar seolah mata dan mulut berdiri sendiri-sendiri. Selesai makan, kantuk hilang
diganti tidur. Kenapa kita tidak kasihan kepada diri kita sendiri?

MENGUAP

Dalam bahasa Jawa menguap disebut "Angob". Menguap terkait erat dengan kantuk. Tidak
ada kuap tanpa kaltr:k demikian pula tidak ada karrh:k tanpa kuap. Menguap juga merupakan
perilaku tidak sadar orang yang bosan.

oleh sebab itu kalau kita sedang menerima tamu baik di rumah maupun di kantor jangan
sekali-sekali menguap. Hal ini sama saja mengusir secara halus. Tentu saja yang bisa
merasakan hanya tamu yang "tansgao ine sasmita" dari bahasa tubuh tuan rumah. Bila kita
sebagai tuan rumah merasa akan "angob" carilah trik supaya tidak ketahuan tamu kita.
Apakah berdiri, pum-pura mengambil sesuatu di tempat lain atau cara lain yang pas.

Tamu juga jangan sampai menguap di depan tuan rumah. orang Jawa mengatakan .,degsura',
atau kurang ajar.

CATATAN

Sumber tulisan ini adalah "serat Srbasita" karangan Ki padmasusastra, Ngabehi wirapustaka
di Surakart4 tahun 1914, hampir 100 tahun yang lalu. Apakah jaman memang sudah berubah
sehingga pada abad 21 ini banyak orang tidak malu "angob" dan ,.nganhrk" di
muka umum?
Temrasuk melihat wajah jelek kita kalau sedang ..angob?,, Sumangga (IwMM)

Materi unggah-ungguh kelas Jogja lstimewa - KpBB TA20I3/20t4 Page 4


TUESDAY, APRIL 3,2OT2

SUBASITA JAWA (2): PERILAKU JARI DAN TANGAN

Anggota badan bagian atas kita adalah bagian yang banyak dilihat orang selain kepala. Lebih
khusus lagi adalah tangan dan jari-jari kita. Tiap hari kita ketemu orang dan tiap hari pula kita
bersalaman dengan orang. oleh sebab itu banyak diantara kita yang mengecat kuku dan
menghiasi jari-jemari kita dengan cincin. Ba}kan tidak cuma satu cincin saja di jari manis.
Sayangnya perilaku jari-jari kita sering tidak semahal hiasan yang bertengger disitu.

Ki Padmasusastra, Ngabehi wirapustaka di


surakarta, dalam serat Subasita, 1914
menyampaikaa seperti di bawah ini. Apakah masih relevan untuk abad sekarang, kita baca
bersama:

KUKUHITAM

ujung kuku yang hitam kotor membuat tidak nyaman omng yang merihat. sebaiknya
dipotong pendek, jangan biarkan kuku menjadi panjang karena pasti lebih mudah kemasukan
kotoran. Kalau memang piara kuku panjang ya harus rajin membersihkan. orang bertamu
kalau kelihatan kukunya kotor dianggap ..degsura,' (kurang ajar).

PERILAKU JARI-JARI TANGAN

Tidak boleh garuk-garuk di depan umum apalagi di pedemuan. Bisa disangka tubuh kita
banyak kutu atau jam'r oleh orang yang melihat. Kalau ada yang terasa gatal dan ingin
menggaruk, menyingkirlah sebentar ke tempat lain, atau ditekan saja pada pakaiaa di tempat
yang gatal dengan j ari .

Perilaku lain dari jari-jari tangan kita yang sering di luar kesadaran adalah nrenggosok-gosok
mata (Jawa: ucek-ucek). Mungkin ada yang mengganjal, atau terasa gatal, atau ada

Materi unggah-ungguh kelas Jogja Istimewa - KPBB TAZOI3/2014 Page 5


kotorannya (Jawa: blobok). Orang yang melihat merasa tidak enak. Kalau terpaksa" gunakan
saputangan atau tissue bersih.

Demikian pula lubang teling4 merupakan sasaran tidak sadar jari-jari kita. Mengorek
lubang telinga dengan jari memang nyaman bagi si empunya jari. Lobang telinga memang
sering gatal. Mungkin karena ada kotoramya (Jawa: Cureg). Orang yang melihat, rasanya
pasti "eneg", kata orang Jawa.

Satu lagi lobang yang amat sering jadi tujuan jari adalah lobang hidung. Kita
seringmembersihkan kotoran di hidung (Jawa: upil) dengan jari.lni juga perilaku
"degsura" yang kira-kira paling banyak kita lakukan di luar kesadaran. Sampai ada
"cangkriman" Jawa: Apa sing mlebr.rne lenceng metune bengkong? (apa yang masuknya lurus
keluamya bengkok? Jawabannya tentusaja orang mencari "upil". Demikian pula pemah saya
baca teka-teki bahasa Indonesia, mengapa kayu di bagian bawah meja permukaannya kasar?
Jawabarmya: Karena banyak upil dileletkan disitu.

Yang ini mungkin tidak terlalu menjijikkan tetapi tidak sopan. Yaitu bila muka kita terasa
berminyak kemudian kita usap pakai tangan. ?akailah saputangan atau tissue. Sedapat-
mungkin sebelum kita bertemu seseorang kalau muka kita berminyak, kita bersihkan dulu.
Saya ingat pemah mendampingi pimpinan ke suatu desa di atas bukit yang harus ditempuh
dengan jalan kaki. Sebelum masuk rumah pak Kades, boss saya bilang: .,Bersihkan muka
dulu, sisir rambut, supaya tidak kelihatan nggilani".

Perilaku di atas menunjukkan hal-hal yang tidak pantas karena ada unsur "menjijikkan".
(Blobok, Cureg, Upil). Bayangkan saja kita sedang bincang-bincang dengan orang, orang itu
kuku jarinya kotor, kemudian selama perbincangan dia sempat uthik-uthik upil". selesai
bicara, dia berpamitan, mengulurkan tangan mengajak bersalaman. Mau tidak diterima, kita
yang jadi tidak sopan (degsura), kalau diterima kita merasa jijik.

MEMBERIKAN SESUATU

Memberikan sesuatu yang ada pegangan atau pangkalnya maka yang kita hadapkan pada si
penerima adalah bagian pangkal atau pegangan. Bagian ujung atau bagian tajam menghadap
ke diri kita. Bila kita melakukan sebaliknya, termasuk perilaku "degsura", tidak sop.n.
Contoh: memberikan pisau, tongkat, payung.

GERAK TANGAN SAAT BICARA

Dalam budaya Jawa, berbicara dengan tangan bergerak kesana-kemari (Jawa: tangan
srawean) dianggap perilaku tidak sopan. Mungkin ini agak spesifik Jawa karena di tempat
lain hal ini tidak menjadi masalah. Dalam hal ini kita tidak boleh begitu saja ,.nggebyah
uyah" bahwa orang yang bicara dengan tangan ..srawean" adalah orang ,,degsura',.

Materi unggah-ungguh kelas Jogja Istimewa - KPBBTAZ0I3/2014 Page 6


MENUNJUKKAN SESUATU

Memrnjukkan sesuatu sebaiknya dengan ibu jari (empol) jangan dengan jari telunjuk, karena
hal ini termasuk perilaku "degs,ra". Apalagi dengan mengacungkan kaki, amat tidak sopan.
Sering kita tidak sadar, saat sedang berdiri sementara tangan masih pegang sesuatu, kemudian
kita menunjukkan sesuatu yang letaknya di lantai dengan ... ujung kaki kita.

Bulan Maret lalu ada reuni teman-teman FK UGM yang usianya sebagian besar di atas 55
tahun. Ada yang iseng mengumpulkan foto "olah jari,, mereka. Temyata banyak yang
menggunakan 'Jari telunjuk" untuk memrnjukkan sesuatu. Komentamya kurang-lebih:
Perilaku jari orang yang pemah jadi boss. Sayang saya tidak hadir waktu itu. (IwMM)

THURSDAY, APRIL 5,2012

SUBASITA JAWA (3): KENTUT, BERAK DAN KENCING

sumber tulisan ini ada.lz*r "Serat subasita" karangan Ki padmasusastra,


Ngabehi wirapustaka
di surakarta, tahun 1914. Apakah orang Jawa kira-kira 100 tahun yang lalu perilaku
to etnya
masih amburadul sehingga dimasukkan dalam buku tentang sopar-santun,
entahrah. Daram
penulisannya, ki Padmasusastra j uga mengaitkan dengan perilaku
orang Beranda pada saat itu

KENTUT

Kalau ada cangkriman: "Nembak mengisor kena mendhuwur" (nembak


ke bawah kena di
atas) tidak ada jawaban lain selain kentut. Kentut merupakan kebutuhan.
orang yang tidak
bisa kenfut akan berurusan dengan dokter, sementara orang yang ,,ngentutan,,
akan berurusan
dengan "subasita" walaupun bisa lucujuga.

Materi unggah-ungguh kelas jogja Istimewa _ K?BBTAZ0I3/20t4


Page 7
Kalau kita terpaksa "kebrojolan" kentut apalagi keluar bunyi, cepat-cepatlah mohon maaf
pada teman di dekat kita. Jangan diam-diam saja. Mereka pasti memaafkan walaupun dalam
hati berkata "asem kecut". wanita sering malu mengakui padahal kentut tidak memberlakan
gender.

Bangsa kita barangkali termasuk tukang kentut (mungkin pengaruh makanan kita) yang malu
mengakui (padahal kentut kita amat bau apalagi kalau suka makan pete). Sehingga di internet
banyak kita jumpai banyolan tentang kentut, salah satunya adalah ini:

Sikap dan perilaku orangdari berbagai negara kalau kentut: orang Amerika bilang "Excuse
me"; orang Inggris bilang "Pardon me"; Orang Singapura bilang .,I am sony,,; orang
Indonesia pasti bilang "Not me, not me". lelucon bertopik kentut ini masih banyak di intemet,
silakan cari sendiri.

BERAK

Kebelet berak juga sesuatu yang tidak bisa ditahan. Dalam "subasita" Jawa termasuk tidak
sopan, tetapi mau tidak mau, suka tidak suka, kalau sedang bertamu kita harus berterusterang,
minta ijin dan mohon maaf pada tuan rumah. Bila kita menjadi tuan rumah harus cukup arif
untuk memberi ijin. oleh sebab itu wc kita harus selalu bersih. Sehingga kalau ada tamu kita
tidak malu mempersilakan tamu kita untuk menggunakannya.

KENCII{G

Tatakrama Jawa masih membolehkan bila kita bertamu dan kebelet pipis, mohon ijin
kepada
tuan rumah untuk menggunakan kamar kecilnya. walau demikian sedapat mungkin,
sebelum
bertamu kita selesaikan dulu perkencingan ini sehingga tidak perlu mengganggu toilet
yang empunya rumah. 'rusan

Dikaitkan dengan tatakrama Belanda pada masa itu, masalah toilet adalah rahasia.
Tidak ada
orang Belanda pamit kencing. Jadi kita harus empan papan. Kalau bertamu
ke rumah orang
Belanda, ya jangan pamit kencing.

Rumus umum, kalau bertamu selain bawa oleh-oleh kalau bisa jangan meninggalkan
kotoran
di rumah yang kita datangi (IwMM)

Materi unggah-ungguh ketas Jogja Istimewa _ KpBB T A2U,3j2U.4


Page 8
FR]DAY, APRIL 6, 2012

SUBASITA JAWA (4): YANG KELUAR DAT{I MULUT DAN HIDUNG

Segala sesuatu yang keluar dari mulut dan hidung kita, bisa benda atau bunyi, amat tidak
mengenakkan bagi orang yang mellihat atau mendengamya. Apa yang keluar, bisa akibat
penyakit, bisa pula karena perilaku. Bila karena penyakit, mestinya kita tak usah keluar
apalagi bertamu. Bila karena perilaku seharusnya bisa diperbaiki- Apa yang ditulis oleh Ki
Padmasusastra, Ngabehi wirapustaka di Surakarta, tahun 1914, dalam Serat Subasita
rasanva
masih relevan untuk saat ini.

MELUDAH

Di negara kita ini masih banyak orang merudah sebarang tempat, tetapi tidak
ada tanda
larangan meludah (Jawa: Idu) sebarangan prus denda seperti halnya di cina.
Merudah
sembarangan disamping tidat sopan juga memudahkan penularan penyakit.
Tatakrama Jawa
masih mengijinkan kita meludah (dikaitkan dengan kebiasaan .,nginang', pada
masa itu).
Tetapi harus meludah di tempat yang telah ditetapkan (disebut paidon). waktu
merudah
mulut dilindungi dari samping dengan tangan. Dikaitkan dengan budaya Belanda yang
tidak
mengijinkan meludah, maka kalau sedang bersama orang Belanda (Serat
Subasita ditulis
tahun 1914) upayakan untuk tidak meludah.

BUANG INGUS

Terkait dengan tatakrama dan penularan penyakit, jangan bualg ingus (Jawa: :
Ingus umbel
dan tindakan membuang ingus : sisi) sembarang tempat dan suasana.
Memang perilaku yang
"nggilani" apalagi didukung bunyi "sentrap-sentrup" dari hidung karena kita
berupuya
mengisap ingus yang mau keluar. Ketika daya tampung rongga hidung
sudah maksimal kita
buang dengan memijat hidung pakai ibu jari dan jari telunjuk lalu udara
kita dorong keras-
keras melalui hidung. Ingus yang tertampung di tangan kita kibaskan
dan sisa yang tertinggal
kita usapkan ke baju atau dinding atau apa saja yang dekat dengan kita.
Kenapa tidak pakai

Materi unggah-ungguh kelas Jogja Istimewa - KpBB TAZO73/2014


Page 9
saputangan atau tissue dan kita keluarkan dengan bunyi minimal. syukur kalau bisa
menyingkir dulu dari orang banyak, baru srijuntuk membuan g umbel.

BtrRSIN

Bersin (Jawa: wahing) bisa terjadi karena banyak hal. Rangsangan debu halus, alergi atau
sakit flu. Bersin juga terkait dengan penularan penyakit dan tatakama. Bila kita bersih
sebaiknya menoleh ke samping kiri atau kanan yang tidak ada orang dan mulut kita lindungi
dengan telapak tangan. Bila keluar ingus bersihkan dengan saputangan atau tissue. Bersin
kalau terjadi memang sulit dicegah dan ditahan, tetapi sedapat mungkin upayakan supaya
suaranya tidak terlalu membuat orang lain tidak nyaman.

BATUK

Batuk juga amat terkait dengan penularan penyakit dan tatakrama. penyakit Tuberkulosis
amat terkait dengan batuk. Sakit krfluenza mempunyai gejala batuk, juga bersin, keluar
ingus
dan pasti meludahkan dahak (Jawa: riak). Ketika tahun 2009 dunia mengarami pandemi
Influenza H1Nl yang secara salah kaprah disebut "Flu Babi". Kementerian Kesehatan
melancarkan kampanye penyuluhan perilaku Hidup Bersih dan Sehat besar-besarzm,
khususnya mengenai "cough Ethics", tatakrama batuk. Batuk dan bersin sedapat
mungkin
menoleh, lindungi dengan tangan atau lengan baju. Masih ditambah "pakai
masker,, supaya
apa yang kita batukkan atau bersinkan tidak mengenai orang lain.

DEHEM

"Dehem" adalah batrrk-batuk ringan dan buatan ... ehemm, ehemm. Biasanya
orang bertamu,
Assalamualaikum, belum ada sahutan lalu dehem dehem. sekedar
menunjukkan kalau di ruar
ada orang, supaya tuan rumah keluar. Tidak disebut sebagai perbuatan
tidak sopan. Dehem
yang tidak sopan adalah dehem bila kita sedang berada
di dekat atau berpapasan dengan
wanita. Hal ini dianggap menggoda dan termasuk perilaku ,.degsura".

BERSENDAWA

Lain bangsa lain budaya. walaupun dalam budaya Jawa gregercen ata', antob dianggap
kurang sopan, di tempat lain ada yang berraku sebaliknya. Jadi
dalam masarah s"ndu*u,-kitu
harus bijak, liharlihat dulu sedang bersama siapa.

CEGUKAN

Cegukan (hiccup) bisa karena tersekat makanan atau penyakit,


tidak bisa berhenti maupun
dicegah' walaupun suaranya tidak mengenakkan, orang yang
melihat orang rain cegukan
reaksinya bisa tertawa sampai kasihan. orang yang cegukan
sebaiknya menyingkir dahulu
sampai cegukannyp berhenti. Kalau berkepanjangan lebih
baik pulang saja.
Materi unggah-ungguh kelas Jogja Istimewa _ K?BBTAZO:.3/Zffi
Page 10
PENUTUP

Semua yang keluar dari mulut dan hidung kita, terkait dengan dua hal: penyakit dan
"subasita". Penyakit bisa menular (Influenza, Tuberculosis) bisa tidak menular (cegukan).
Adab dalam hal batuk, bersin, meludah dan buang ingus dan dikaitkan dengan subasita Jawa
sebenamya sudah ada sejak lama, tetapi sampai sekaralg masih harus diingatkan. Selama
bangsa kita masih menganggap "Flu itu sakit biasa" maka batuk dan bersin akan dianggap
biasa pula. Dulu waktu sekolah di Amerika Serikat, saya pemah batuk beberapa kali di kelas.
Dosen selesai mengajar mendatangi saya: "Iwan kalau kamu sakit, pulang saja, istirahat satu
dua hari". Saya tahu maksudnya, supaya tidak menulari yang lain. Memang benar demikian.
Kalau kita batuk dan bersin kemudian meludah dan bualg ingus, ingatlah etikanya harus
bagaimana. Tapi kalau sakit, pulang dan istirahat di rumah. Ini juga tatakrama (IwMM)

SUNDAY, APRIL 8, 2OI2

SUBASITA JAWA (5); MARAH

Apa yang ditulis oleh Ki Padmasirsastra Ngabehi Wirapustaka di Surakarta, 1914 dalam Serat
Subasita mengenai "marah" adalah tatakrama bila kita menerima tamu atau bertamu. Intinya:
Menahan diri, jangan marah.

MARAH SAAT MENERIMA TAMU

Bila sedang menerima tamu jangan marah kepada siapapun. Bila ada salahnya, biarkanlah
dulu, marahlah atau luruskan kesalahannya setelah tamu pulang. Marah saat menerima tamu
akan membuat tamu merasa tidak nyaman, bahkan bisa merasa diusir secara halus, sehingga
tamu pamit pulang. Apa kita tidak menyesal?

Materi unggah-ungguh kelas Jogja lstimewa - KPBB TA2O1,3 /20L4 Page 1L


Sebuah pitutur yang aneh barangkali. Mungkinkah kita marah saat menerima tamu? Bisa saja.
Banyak hal bisa membuat kita marah. oleh sebab itu Ki Padmasusastra mengingatkan kita
semua. Sering juga kita sudah tahu tetapi lupa. Sebagai contoh, saat pembantu rumah tangga
membawa minuman teh panas dalam gelas, yang mestinya dalam cangkir, maka istri kita
ngamuk hebat. Mestinya tunda dulu marahrya setelah tamu pulang. Kepada tamu sampaikan
maaf bahwa pembantu kita masih baru, belum tahu unggah-ungguh. Pembantu kalau masih
baru, mana tahu bedanya balwa teh panas hams disajikan dalam cangkir sedangkan es teh
dalam gelas. Apalagi dia juga kita buat bingung karenb tidak tahu reasoningnya mengapa
untuk tukang kebun kita suruh buatkan teh dalam gelas yang besar, bukan cangkir_

IKUT MARAII SAAT BER.TAMU

Demikian pula bila kita sedang bertamu. Jangan ikut memarahi kalau tamu sedang marah
kepada seseorang. Misalnya tuan rumah memarahi anaknya, pembantunya atau orang lain
yang pas datang saat kita bertamu. Disamping membuat orang yang dimarahi tidak senang
kepada kita, belum tentu tuan rumah suka kalau kita ikut campur unrsannya. Biarkanlah ia
marah dan sikap terbaik kita adalah pura-pura tidak tahu.

CATATAN

Di atas adalah adab marah saat bertamu atau menerima tamu yang berlaku pula di pergaulan
yang lebih luas. Dalam Pitutur Kumoulan 4 dapat dibaca bahwa kalau kita harus marah maka:
kendalikan dulu hati yang panas, kalau bisa yang mau kita marahi kita suruh menyingkir atau
kita yang menyingkir (supaya tidak keluar amarah) dan kalau harus marah jangan berlebihan
(angan kehilangan akal sehat). IwMM

MONDAY, APfuIL 9, 2012

SUBASITA JAWA (6): BICARA

Materi unggah-ungguh kelas Jogja Istimewa - K?BBTAZOI3/2014 Page 12


Benar kata peribahasa "Berbicara peliharalah lidah" atau ,.Mulutmu harimau kamu',,
maknanya kita harus hati-hati dengan pembicaraan kita. Dalam "Serat Subasita" bukan "isi"
pembicaraan yang dibahas melainkan "cara" kita bicara

Apa saja yang termasuk "degsura" dalam cara kita bicara?

Pertama, adalah "bicara dengan suara keras". Tatakrama Jawa memang mengajarkan agar
kita tidak bicara keras-keras, apalagi kalau posisi kita dekat dengan teman bicara kita.

Ke du4 adalah "bicara dengan berbisik-bisik" apalagi kalau ada orang lain lagi disamping
temaa bisik-bisik kita. Ada peluang kita disangka "ngrasani" orang itu. Kalau memang ada
pembicaraan yang bersifat rahasia, keluar dulu ke tempat lain supaya tidak dicurigai bicara
yang bukan-bukan.

Ke tiga, jangan bicara sambil tertawa karena termasuk degsura. Tidak bolehkan kita
tertawa? Boleh-boleh saja kalau memang ada yang lucu, .tapi bukan kita tertawa sambil
bicara. Sudah semestinya pula kita tidak teriawa atas apa yang kita bicarakan. yang tertawa
mestinya teman bicara kita. Kalau toh kita harus tertawa, ya setelah selesai bicara. Tertawa
dalam pitutur Jawa harus "empan papan"

Ke empat, bicara "celometan" didepan orang tua dan wanita adalah "degsura". wanita boleh
mengusir laki-laki yang bicara "celometan',.

Ke lim4 tidak bicara multitafsir di depan wanita. Multitafsir berarti mengandung rahasia,
konotasinya hati kita tidak bersih. walaupun wanita itu sudah akrab seperti saudara, tetap
dianggap "murang tata".

Ke enam, memotong pembicaraan orang rain. Jadi dengarkan dulu sampai orang seresai
bicara, baru menimpali. Memotong atau menyela apalagi kemudian mengambil
alih adalah
tindakan degsura. Bila kita terlarjur memotong kemudian sadar akan kesalahan kita,
cepat-
cepatlah mohon maaf.

Ada teman orang Jawa jug4 bertanya: Apa orang Jawa kalau ngomong harus ditata ya.
sebenarnya juga tidak tetapi ada tatakama dalam bicara khususnya menghadapi
orang yang
lebih tua dan wanita. walau demikian sifat anteng" menens dan jatmika adalah yang
lebih
baik, paling tidak menurut ukuran dulu.

Materi unggah-ungguh kelas Jogja Istimewa - KpBB TA201.3J2Cil.4


Page 13
WEDNESDAY, APRIL 1 I, 2012

SUBASITA JAWA (7): MENJAGA


PANCA INDRA

Pancaindera adalah pengliha,*


n-ldengaran pengecap (lidah), penciuman
(hrdung) dan perasaan (perabaan). 1y"), "ore' ltelinga),
1914 adalah empat hal yang tersebut
vang ditulis ri pua-urrrustra daram
serat subasita,
kenal sebagai rasa ,.raba', diganti
pert"_", *d;;;! ,"ruUhi. .
O"rura,, yang urnum kita
rasa ,.hati,,.

PENGLIHATAN

Kalau berbicara dengan wanita supaya


membersihkan diri dari pikiran kotor,
bicara dengan sesama pria. Mara anggap saja
adalah jendela jiwa. raii t ati-trati
Melirik adalah pantangan besar karena bicara dengan wanita.
yang tersembunyi dan dipancarkan
-"ri.it ai*gg"p .luugui hasrat tidak baik
"".-irrun
melalui perilaku tiJak sopan dari mata.

PENDENGARAN

Bila ada orang berbicara rahasia, jangan tergelitik untuk ikut


dengarkan atau kalau kita masih mendengarkan. Jangan
dengan peribahasa ana catur
terangsaig *rJ .""a*r*, lebih baik menyingkir. Sesuai
mungkur

PENGECAP

Kalau mendapat suguhan makanan


atau kue jangan terlalu lahap tetapi juga jangan
enggan' Terlalu lahap sepertinya keiihatan
menunjukkan kita ini orang rakus. Apalagi
makan masih bawa pulang. Tindakan sudah ikut
aqguk ngibqakg ini ,n"rnututan. Makan terlalu sedikit
juga tidak sopan. Masih
lebih baik bil;lid; ,-fi
samasekali. Tapi jangan sampai kita
mencela bahwa makanannya tidak
enak.

Materiunggah-unggut
@ Page 14
PENCIUMAN

Penciuman disini terkait dengan bau badan. Menarik bahwa pada tahun 1914 Ki
Padmasusastra sudah menjelaskan bahwa menggunakan wewangian termasuk tatakrama.
Bahkan sudah menjelaskan tentang bedanya parfum pria dan parfum wanita. Disebutkan
bahwa pria menggunakan pendel enz dan wanita menggunakan melati enz. Maksudnya
supaya omng tahu sebelum melihat: Yang datang pria atau wanita. Barangkali pengaruh
Belanda.

PERASAAN HATI

Memelihara perasaan orang yang kita datangi adaiah arnat penting. Perasaan hati adalah yang
paling penting dalam memelihara hubunga:r silaturahmi kita dengan sesama manusia. Satu
catatan yang perlu diperhatikan kalau kita bertamu. bagaimanapun gayengnya jangan sampai
tuan rumah bosan lebih dahulu. Lebih baik kita pamit sebelum tuan rumah merasa cukup. Hal
ini tidak merugikan kedua belah pihak, justru mengawetkan tali persaudaraan.

CATATAN

Dalam berhubungan dengan sesama manusi4 kita memang harus menggunakan pancaindera
secara optimal sesuai norma kemasyarakatan yang berlaku. Ki padmasusastra tidak
memasukkan indera perabaan dan mengganti dengan perasaan hati karena perabaan memang
hanya kita gunakan satu kali maksimum dua kali yaitu saat bersalaman ketemu dan
bersalaman berpisah ( IwMM..t.

THARSDAY, APRIL 12, 201 2

SUBASITA JAWA (8): MEROKOK

Materi unggah-ungguh kelas Jogja Isrimewa - KqBBTA20I3/201,4 Page 15


Yang dibahas dalam serat Subasita, karangan Ki Padmasusastr4 Ngabehi wirapustaka di
Surakarta, 1914 adalah sopan santun orang merokok saat bertarnu. Bukan larangan merokok.
Bagaimanapun tidak merokok adalah yang paling baik. Saya tulis karena rasanya masih ada
yang relevan unhrk jaman sekarang, walaupun tinjauannya hanya dari sisi tatakrama, bukan
dari sisi kesehatan. Tetapi kalau diperhatikan, orang yang menggunakan etika ini dalam
urusan merokok, sebenamya nyaris tidak ada peluang untuk merokok, kecuali dia sendirian
dan tidak ada orang lain di dekatnya.

BERTAMU

Merokok saat bertamu merupakan perilaku "degswa". Kalau dalam perjalanan kita merokok,
kemudian sampai di rumah yang kita tuju rokok masih panjang, jangan sayang membuang
jauh-jauh puntung yang masih panjang itu (matikan dulu apinya). Jangan sampai kita masuk
rumah atau kantor orang dalam keadaan kebal-kebul merokok.

Jangan merokok rokok kita sendiri, tunggulah sampai ditawari rokok oleh tuan rumah. Jadi
kalau tuan rumah tidak merokok ya jangan merokok. pada jaman sekarang masih banyak
- perokok yang tidak bisa menahan diri kalau bertarnu baik di rumah,ikartor sesama perokok
maupun bukan perokok. Tuan rumah yang perokok barangkali tidak memasalahkan tetapi
yang bukan perokok pasti metasa tidak senang walaupun tidak diungkapkan.

Setelah rokok suguhan habis, iangan terus mentang-mentang boleh merokok laiu menyalakan
rokoknya sendiri. Hal ini tidak sopan karena diarggap meremehkan suguhan. Kalau masih
ingin merokok ya tunggu sampai tuan rumah menawari lagi. Mudah-mudahan saja tuan
rumahnya perokok berat dan menawari lagi, sehingga bisa sambung-menyambung dengan
lancar.

Kalau yang ditawarkan cerutu, sedangkan kita tidak kuat merokok cerutu, maka kita boleh
menolak dengan alasan bahwa cerutu terlalu berat, kemudian mohon ijin merokok
rokok kita
sendiri. Tetapi kalau tuan rumah kemudian menyodorkan rokok yang bukan
cerutu, tidak ada
alasan bagi kita untuk merokok punya kita sendiri.

MENERIMATAMU

Eyang saya dulu pegawai Belanda dan perokok. Seterah merdeka prur di rumahnya
masih
menyediakan cerutu, rokok putih dan tembakau shag maupun pipa. Bila ada tamu, yang
ditawarkan adalah cerutu dan rokok putih yang tersimpan dalam kotak bagus.

Dalam Serat subasita disebutkan bila kita punya cerutu dan rokok putih tersimpan dalam
satu
"slepen" (tempat rokok), pilih yang bagus, ditarik sedikit supaya mudah mengamb nya,
kemudian lebih sopan kalau menawarkan cerutunya lebih dahulu.Habis itu nyalakan
sekali
rokoknya. Kalau tamu memilih sigaretnya, itu cerita lain. Boleh-boleh saja.

Materi unggah-ungguh kelas fogja Istimewa * KpBB TAZ0j,3/2014


Page 16
MEROKOK DI DEPAN WANITA

Unggah-ungguh Jawa pada dasamya menghormati wanita. Kita tidak boleh merokok di dekat
wanita. Tidak hanya membuat sesak napas tetapi juga tidak sopan. Saat itu orang barangkali
belum tahu bahwa orang yang tidak merokok kalau dekat dengan orang yang sedang
merokok sebenamya termasuk merokok juga, yang disebut perokok pasif. Perokok pasif pun
berisiko untuk terkena kanker paru. Demikian pula untuk wanita harnil sebagai perokok pasif
pun punya risiko melahirkan bayi dengan berat badan rendah

Budaya Belanda pada masa itu membolehkan merokok di dekat wanita, asal minta ijin dan
diberi ijin. Dengan catatan asap tidak boleh lari ke arah wanita di dekat kita. Kalau mengarah
ke wanita di dekat kit4 asap tersebut harus kita usir. Entah dengan tangan atau dengan alat
lain. Ya kalau begitu lebih baik tidak usah merokok

CATATAN

Jangan lupa ini adalah tulisan tahun 1914. Jaman sekarang aturan mengenai rokok sudah
semakin ketat. Penyuluhan mengenai bahaya rokok unnrk diri sendiri maupun orang lain juga
sudah cukup gencar. Ancaman denda besar untuk orang yang merokok di tempat larangim
merokok juga sudah ada, tapi dimana-mana masih banyak orang merokok.

subasita merokok di atas, kaiau kita terapkan demi keselamatan orang lain, sebenamya bisa
membatasi hasrat orang ingin merokok, kalau ia mau melaksanakan. Contohnya:

(1) Pasti tidak akan ada orang merokok di dalam kendaraan umum, karena disitu pasti ada
wanita, berarti tidak boleh merokok.

(2) Ketika bertamu, kalau hitungan kasar persentase perokok adalah 30 persen maka peluang
kita untuk merokok kira-kira hanya satu banding tiga. Itupun kalau ditawari. Kalau tidak
ditawari, ya ngaplo karena dilarang merokok rokoknya sendiri (IwMM).

Materi unggah-ungguh kelas Jogja Istimewa - KpBB TA2OI3/201,4 Page 17


SATURDAY, APR]L 14, 2OI2

SUBASITA JAWA (9): MAKAN

Makan adalah hal penting. Dalam hubungan dengan makan bersama orang lain, baik kita
sedang bertamu disuguhi makanan, sebagai tuan rumah menytguhkan makanan maupun
makan bersama teman-teman di restoran, rumusnya hanya satu, jangan sampai kita membuat
orang lain merasa tidak nyaman. Perilaku-perilaku yang bisa membuat orang lain kehilangan
nafsu makan atau perilaku tidak sopan ditulis oleh Ki Padmasusastra Ngabehi wirapustaka di
Surakarta, 1914 dalam Serat Subasita sebagai berikut:

MENGUNYAH MAKANAN

Dikunyah pelan pelan dan jangan menimbulkan bunyi (Jawa: kecap). orang yang kalau
makan "kecap" disamping "saru" juga membuat "enek" orang lain. Apalagi kalau yang
dimasukkan mulut terlalu banyak kemudian nasi yang kita kunyah kelihatan dari luar. oleh
sebab itu kalau mengunyah makanan jangan sambil bicara dan bibir harus tertutup.

MENGGIGIT MAKANAN

Ja.ngan menggigit daging kemudian ditarik dengan tangan. Atau memotong (Jawa: nyuwil)
dengan kedua tangan. Potongan daging jangan besar-besar. yang pas dengan mulut kita
sehingga tidak sulit mengunyahnya. Perhatian bagi yang suka "mengeremus,' tulang mud4
kalau makan bersama orang lain sebaiknya tunda dulu hasrat ,,mengeremus,, tulang muda.
Hal ini amat tidak sopan.

TUSUKGIGI

Hati-hati menggunakan tusuk gigi. Mencukil makanan yang terselip jangan demonstratif,
tutuplah dengan tangan. Makanan yang tercungkil (Jawa: slilit) sebaiknya ditelan saja (toh
sama dengan yang barusan kita makan). sekari-kali jangan kita tiup keluar dan jatuh entah

Materi unggah-ungguh kelas jogja Istimewa - K?BBTA201,3/201,4 Page 18


kemana. Bisa saya tahu-tahu nempel di jidat orang di seberang kita. Meletakkan cukilan
makanan di piring pun bisa membuat mual sebelah kita kalau ia sensitif.

BERSENDAWA

Bersendawa sebenamya diperbolehkan, tetapi kalau kita makan bersama orang banyak yang
berbeda adat istiadatnya hendaknya kita mampu menahan diri.

MENGAMBIL MAKANAN DAN MENYELESAIKAN MAKAN

Jangan meraih lauk yang jauh dari kita walaupun enak.


Ambil yang dekardekat saja, kecuali
ditawarkan dan tempat lauk didekatkan ke kita. Mengambil nasi dan lauk jangan terlalu
banyak. Disamping tidak sopan kalau kemudian tidak habis akan semakin memalukan.
Upayakan kita bisa menyelesaikan makan bersama-sama dengan yang lain, walaupun
tatakama tuan rumah, ia menyelesaikan makan setelah yang lain selesai.\

KULIT BUAH

Bila hidangan penutup adalah buah yang masih lengkap dengan kuritnya, misal pisang,
ieruk,
duku, klengkeng, salak, dll buangrah kulit di piring atau di tempat yang telah
disediakan.
Jangan diletakkan di taplak meja atau dibuang begitu saja.

KEPERCAYAAN

Budaya Jawa akomodatif terhadap kepercayaan orang rain. Mengenai


sisa makanan pun
setidakaya ada dua aliran yang dianut orang Jawa. pertama
kalau kita makan harus bersih.
Artinya jangan ada sisa nasi sebutirpun. Nanti Dewi sri menangis.
Hal ini saya tulis
dalam Dewi Sri: Ikut mendidik anak. yang kedua, disisakan
sekitar satu suap. simbol untuk
tidak menghabiskan "kamukten" atau simbol supaya anak cucu
masih bisa menikmati rejeki.
Bisa juga sengaja disisakan karena sisa makanan (utamanya
orang besar) dipakai *ntuk
ngalap berkah oleh orang kecil.- Tentang piring bersih atau
disisakan tidak ada yang
memasalahkan. Yang penting kalau disisakan ya ditata yang
rapi di pinggir, jangan
berserakan

CATATAN

Pitutur di atas bukan "table manners" atau etiket makan yang


dikaitkan juga dengan peralatan
makan. Kalau bicara tentang "table manners" tentunya masih
banyak yang harus kiia patuhi.
Kita bisa bingung memilih sendok, garpu, pisau, dan mungkin piring
atau g"lus yung harus
kita pakai' saya suka menyebut pitutur di atas sebagai etiket makan
saja- tanpa
memperhatikan alat makan. Tetapi dalam urusan makan temyata
lebih nyaman makan di
rumah bersama keluarga. Etiket dijaga tetapi ketika harus
"ngrokoti" tulang atau ,,ngremus,,
kepala ikan, melonggarkan sopan santun dapat dihilangkan
sejenak (IwMM)

Materi unggah-ungguh kelas jogja Irtt-"-" lKpBETA 201ffi Page 19


SATURDAY, SEPTEMBER 2 2, 2 O] 2

MEMAHAMI "SEMU'' DALAM PITUTUR SI]BASITA .IAWA


Tatakama atau subasita Jawa pada umumnya kita terima dari orang tua atau yang dituakan
secara verbal. Bisa disampaikan oleh bapak ibu kita, Kakek dal nenek, pak
Dhe dan Budhe,
Pak Lik dan Bu Lik, dan juga guru setelah kita masuk sekolah. yang sering
kita terima
adalah: Apa yang harus dilai.ukan supaya kita tidak dianggap ,.murang tata,,,
tetapi tidak
dijelaskan "mengapa harus demikian,'

Bagi anak yang "mbangun turut,, sama orang tua karena wajibnya orang muda adalah
mematuhi apa dhawu}nya orang tua, tidak ada kata lain kecuali "ngestokaken
dhawuh,'. Bagi
anak yang berpikiran kitis, mereka akan merasa bahwa tindak tanduknya
serba tidak benar
tanpa alasan yang jelas. Untuk pola pikir jaman sekarang memang
sulit dimengerti. Mengapa
pitutur saja disamarkan seperti "cangkrimar" (teka+eki) yang ujung-ujungnya
malah bikin
bingung.

Sumber referensi
Blog Iwan M. Muliono http://iwanmu
didownload tanggal 19 Agustus 2013

Materi unggah-ungguh ketas Jogja IrtG"." _iFnn@ Page 20

Anda mungkin juga menyukai