Anda di halaman 1dari 19

BAB II

LANDASAN TEORI

2.1 Pengertian Electroplating

Dalam teknologi pengerjaan logam, proses electroplating dikategorikan

sebagai proses pengerjaan akhir (metal finishing). Secara sederhana,

electroplating dapat diartikan sebagai proses pelapisan logam, dengan

menggunakan bantuan arus listrik dan senyawa kimia tertentu guna

memindahkan partikel logam pelapis ke material yang hendak dilapis.

Pelapisan logam dapat berupa lapis seng (zink), galvanis, perak, emas,

brass, tembaga, nikel dan krom. Penggunaan lapisan tersebut disesuaikan dengan

kebutuhan dan kegunaan masing-masing material. Perbedaan utama dari pelapisan

tersebut selain anoda yang digunakan, adalah larutan elektrolisisnya. Dalam

penelitian yang baru belakangan ini (tahun 2004), dilakukan oleh Tadashi Doi dan

Kazunari Mizumoto, mereka menemukan larutan baru (elektrolisis) yang

dinamakan larutan citrate( kekerasan deposit mencapai 440 VHN).

Proses electroplating mengubah sifat fisik, mekanik, dan sifat teknologi

suatu material.Salah satu contoh perubahan fisik ketika material dilapis dengan

nikel adalah bertambahnya daya tahan material tersebut terhadap korosi, serta

bertambahnya kapasitas konduktifitasnya. Adapun dalam sifat mekanik, terjadi

perubahan kekuatan tarik maupun tekan dari suatu material sesudah mengalami

pelapisan dibandingkan sebelumnya.

5
6

Karena itu, tujuan pelapisan logam tidak luput dari tiga hal, yaitu untuk

meningkatkan sifat teknis/mekanis dari suatu logam, yang kedua melindungi

logam dari korosi, dan ketiga memperindah tampilan (decorative).

2.2 Fungsi Electroplating

Dalam teknologi pengerjaan logam, proses lapis listrik termasuk ke dalam

proses pengerjaan akhir (metal finishing). Adapun fungsi dan tujuan dari

pelapisan logam adalah sebagai berikut :

1. Memperbaiki tampak rupa (decoratif) misalnya ; pelapisan emas, perak,

kuningan dan tembaga.

2. Melindungi subtrat dan dekorasi, yaitu :

a. Melindungi subtrat dengan logam yang lebih mulia, misalnya; pelapisan

platina, emas dan baja.

b. Melindungi logam dasar dengan yang kurang mulia, misalnya ; pelapisan

seng dan baja.

3. Meningkatkan ketahanan produk terhadap gesekan (abrasi), misalnya ;

pelapisan chromium keras.

4. Memperbaiki kehalusan atau bentuk permukaan toleransi logam dasar

misalnya ; pelapisan nikel, chromium dan lain sebagainya.

5. Elektroforming, yaitu : membentuk benda kerja dengan cara endapan.


2.3 Prinsip Dasar Electroplating

Kita mengenal istilah anoda, katoda, larutan elektrolit. Ketiga istilah

tersebut digunakan seluruh literatur yang berhubungan dengan pelapisan material

khususnya logam dan diilustrasikan seperti pada Gambar 1.

Gambar 1. Anoda, katoda, dan elektrolit


(Gautama, 2009)

1. Anoda adalah terminal positif, dihubungkan dengan kutub positif dari sumber

arus listrik. Anoda dalam larutan elektrolit ada yang larut dan ada yang tidak.

Anoda yang tidak larut berfungsi sebagai penghantar arus listrik saja.,

sedangkan anoda yang larut berfungsi selain penghantar arus listrik, juga

sebagai bahan baku pelapis.

2. Katoda dapat diartikan sebagai benda kerja yang akan dilapisi, dihubungkan

dengan kutub negatif dari sumber arus listrik.

3. Elektrolit berupa larutan yang molekulnya dapat larut dalam air dan terurai

menjadi partikel-partikel yang bermuatan positf atau negatif.


Karena electroplating adalah suatu proses yang menghasilkan lapisan tipis

logam di atas permukaan logam lainnya dengan cara elektrolisis, maka perlu kita

ketahui skema proses electroplating tersebut.

2.4 Skema Proses Electroplating

Perpindahan ion logam dengan bantuan arus listrik melalui larutan elektrolit

sehinnga ion logam mengendap pada benda padat yang akan dilapisi. Ion logam

diperoleh dari elektrolit maupun berasal dari pelarutan anoda logam di dalam

elektrolit. Pengendapan terjadi pada benda kerja yang berlaku sebagai katoda.

Gambar 2. Skema proses electroplating


(Gautama, 2009)

Mekanisme terjadinya pelapisan logam adalah dimulai dari dikelilinginya

ion-ion logam oleh molekul-molekul pelarut yang mengalami polarisai. Di dekat

permukaan katoda, terbentuk daerah Electrical Double Layer (EDL) yang

bertindak seperti lapisan dielektrik. Adanya lapisan EDL memberi beban

tambahan bagi ion-ion untuk menembusnya. Dengan gaya dorong beda potensial

listrik dan dibantu oleh reaski-reaksi kimia, ion-ion logam akan menuju
permukaan katoda dan menangkap elektron dari katoda, sambil mendeposisikan

diri di permukaan katoda. Dalam kondisi equilibrium, setelah ion-ion mengalami

discharge menjadi atom-atom kemudian akan menempatkan diri pada permukaan

katoda dengan mula-mula menyesuaikan mengikuti susunan atom dari material

katoda.

Contoh sederhana dari proses electroplating adalah electroplating tembaga

dimana logam dilapisi (tembaga) digunakan sebagai anoda dan larutan elektrolit

mengandung ion logam yang akan dilapisi (Cu2 + pada contoh ini).

Tembaga berada larutan pada anoda karena dilapisi di katoda. Konsentrasi

konstan Cu2+ dijaga dalam larutan elektrolit yang mengelilingi elektroda.

2.5 Logam Tembaga (Cu)

Tembaga (Cu) adalah logam dengan nomor atom 29, massa atom 63,546,

titik lebur 1083 °C, titik didih 2310 °C, jari-jari atom 1,173 A° dan jari-jari ion

Cu2+ 0,96 A°. Tembaga adalah logam transisi (golongan I B) yang berwarna

kemerahan, mudah regang dan mudah ditempa. Tembaga bersifat racun bagi

makhluk hidup.Isoterm adsorpsi merupakan suatu keadaan kesetimbangan yaitu

tidak ada lagi perubahan konsentrasi adsorbat baik di fase terserap maupun pada

fase gas atau cair. Isoterm adsorpsi biasanya digambarkan dalam bentuk kurva

berupa plot distribusi kesetimbangan adsorbat antara fase padat dengan fase gas

atau cair pada suhu konstan. Isoterm adsorpsi merupakan hal yang mendasar

dalam penentuan kapasitas dan afinitas adsorpsi suatu adsorbat pada permukaan

adsorben, (Nadia, 2008).


Tembaga adalah logam yang secara jelas mengalami proses akumulasi
dalam tubuh hewan seiring dengan pertambahan umurnya, dan ginjal merupakan
bagian tubuh ikan yang paling banyak terdapat akumulasi Tembaga. Paparan
Tembaga dalam waktu yang lama pada manusia akan menyebabkan terjadinya
akumulasi bahan-bahan kimia dalam tubuh manusia yang dalam periode waktu
tertentu akan menyebabkan munculnya efek yang merugikan kesehatan penduduk
((Deobrich, 2009).

2.5.1 Sifat – Sifat Tembaga

Tembaga merupakan salah satu logam ringan yang paling banyak

dimanfaatkan oleh manusia selain karena kelimpahannya yang besar di alam juga

disebabkan sifat-sifat yang dimiliki oleh tembaga. Tembaga mempunyai sifat-sifat

unggul antara lain mempunyai laju korosi yang lambat, konduktivitas termal dan

elektrik yang baik, relatif lunak dan mudah dikerjakan misalnya dicetak,

diekstrusi, ditarik, dipres, ditempa dan dirol. Tembaga adalah suatu logam yang

diambil dari biji dasar pada Copperpryites. Copperpryites adalah tanah tambang

dimana tembaga bereaksi secara kimia dengan besi dan belerang = CuFeS2. Serta

logam ini mempunyai kemurnian pada hantaran panas dengan suhu 20˚C sebesar

0,941 Cal/cm derajat/ detik.Dalam pemurnian tembaga untuk keperluan industri

biasanya terdapat unsur-unsur gas yang memberikan pengaruh terhadap berbagai

sifat. Oksigen merupakan unsur yang penting yang berhubungan erat dengan

kadar hidrogen dan belerang. Tembaga banyak digunakan untuk komponen dan

produk elektrik, peralatan rumah tangga, bodi automobil dan pesawat. Sedangkan,

laju korosi tembaga yang rendah banyak dimanfaatkan untuk melapisi logam lain

yang mempunyai laju korosi tinggi misalnya baja. Pelapisan tembaga pada baja
dapat mengontrol atmosfer korosi dari baja, meningkatkan konduktifitas elektrik

dan termal baja, (Mahdi, 2009).

Sifat – Sifat tembaga mempunyai banyak sifat baik yang menguntungkan

untuk dikembangkan dalam bidang industri kelistrikan, antara lain :

1. Logam ringan

Merupakan salah satu logam yang ringan, beratnya sekitar 8906 kg/m³.Oleh

karena itu tembaga banyak menggantikan peranan baja dalam berbagai hal seperti

pada kendaraan, peralatan rumah.

2. Tahan karat

Beberapa logam lain mengalami pengikisan bila terkena oksigen, air atau

bahan kimia lainnya. Reaksi kimia akan menyebabkan korosi pada logam

tersebut.

3. Penghantar listrik dan panas yang baik

Kotoran pada tembaga akan memperkecil/ mengurangi daya hantar

listriknya. Selain itu, daya hantar panasnya juga tinggi oleh karenanya tembaga

juga dipakai untuk kelengkapan bahan radiator, ketel, dan alat kelengkapan

pemanasan.

2.5.2 Sifat-Sifat Fisika Tembaga

Tembaga diperlukan untuk pelapisan lanjut dengan nikel yang kemudian yang

kemudiandilakukan pelapisan akhir khrom


1. Logam berwarna kemerah-merahan dan berkilauan

2. Dapatditempa, dibengkokandanmerupakanpenghantarpanasdan listrik

3. Titik leleh : 1.0830C, titik didih : 2.3010C

4. Berat jenis tembaga sekitar 8,96 gr/cm3

2.5.3 Sifat-Sifat Kimia Tembaga

1. Dalam udara kering sukar teroksidasi, akan tetapi jika dipanaskan akan

membentukoksidatembaga (CuO)

2. Dalam udara lembab akan diubah menjadi senyawa karbonat atau karat

basa, menurutreaksi : 2Cu+ O2+ CO2+ H2O → (CuOH)2CO3

3. Tidakdapat bereaksi denganlarutan HCl encermaupun H2SO4encer

4. Dapat bereaksi dengan H2SO4pekat maupun HNO3encer dan pekatCu +

H2SO4→ CuSO4+2H2O + SO2Cu + 4HNO3pekat → Cu(NO3)2+ 2H2O +

2NO23Cu + 8HNO3encer → 3Cu(NO3)2+ 4H2O+ 2NO5.

Pada umumnya lapisan Tembaga adalah lapisan dasar yang harus dilapisi lagi

denganNikel atau Khrom. Pada prinsipnya ini merupakan proses pengendapan logam

secaraelektrokimia,digunakan listrik arus searah (DC). Jenis elektrolit yang digunakanadalah

tipe alkali dantipeasam.Untuktipealkali komposisi larutan dan kondisi, (Mahdi, 2009).

2.5.4 Pelapisan Tembaga

Aplikasi yang paling penting dari pelapisan tembaga adalah sebagai suatu

lapisan dasar padapelapisan baja sebelum dilapisi tembaga dari larutan asam yang

biasanya di ikuti denganpelapisan nikel dan crom.Tembaga atau Cuprum

merupakan logam yang banyak sekali di gunakan, karena mempunyaisifat

hantaran arus dan panas yang baik. Tembaga di gunakan untuk pelapisan dasar
karenadapat menutup permukaan bahan yang di lapis dengan baik.Pelapisan dasar

tembaga di perlukan untuk pelapisan lanjut dengan nikel yang kemudiandiakhiri

dengan pelapisan krom.Untuk kebutuhan pelapisan tembaga sendiri, sangat di

perlukan untuk pemakaian listrik.Dalam hal ini pelapisan tembaga di lakukan dua

kali pelapisan tembaga. yang pertama dilakukan pelapisan tembaga cyanid dan di

akhiri pelapisan tembaga asam, di mana pada pelapisan asam, ketebalan lapisan

tembaga bisa di sesuaikan, sesuai dengan ketebalan yang diinginkan.Semakin

tebal lapisan tembaga asam maka daya tahan baja lebih awet dan baik, (Hasan,

2016).

2.5.5 Larutan Pelapisan Tembaga

Dalam operasi pelapisan, kondisi operasi penting untuk diperhatikan karena

kondisi tersebut menentukan keberhasilan proses pelapisan serta mutu pelapisan

yang dihasilkan.

Adapun hal-hal yang perlu diperhatikan dalam pelapisan adaalah :

1. Rapat Arus (Current Density)

Rapat arus adalah bilangan yang menyatakan jumlah arus listrik yang mengalir

perluas unit elektroda. Terbagi dalam 2 macam yaitu rapat arus yang

diperhitungkan ialah rapat arus katoda yaitu banyakna arus listrik yang

diperlukan untuk mendapatkan atom-atom logam pada tiap satuan luas

benda yang akan dilapis. Rapat arus dapat di atur, makin tinggi raat arus,

makin meningkat kecepatan pelapisan dan dapat memperkecil

ukuran/bentuk kristal. Tetapi bila rapat arus terlalu tinggi akan


mengekibatkan lapisan kasar, bersisik dan akan terbakar/hitam. Satuan arus

dinyatakan dalam Amp/dm2 atau Amp/ft2 atau Amp/in2.

2. Tegangan Arus (Voltage)

Seperti di jelaskan sebelumnya bahwa pada proses lapis listrik, tegangan

yang digunakan harus konstan sehingga yang di variablekan hanyalah

ampere saja. Maksudnya adalah bila Luas Permukaan benda kerja

bervariasi, maka rapat aruslah yang di variasikan sesuai dengan

ketentuan,sedangkan tegangannya tetap.

3. Temperatur Larutan

Temperatur larutan dapat mempengaruhi hasil lapisan. Kenaikan temperatur

larutan menyebabkan bertambahnya ukuran kristal. Pada temperature yang

tingi, daya larut bertambah besar dan terjadi: penguraian garam logam yang

menjadikan tingginya konduktifitas serta menambah mobilitas ion logam,

tetapi viskositas jadi berkurang, sehingga endapan ion logam pada katoda

akan lebih cepat sirkulas.

4. pH Larutan

pH digunakan untuk menentukan derajat keasaman suatu larutan

elektrolitdan dalam operasi lapis listrik, pH berarti juga pOH-. pH larutan

dapat diatur/diukur dengan alat ukur pH meter atau colorimeter.Tujuan

menentukan derajat keasaman ini adalah untuk melihat atau mengecek

kemampuan dari larutan dalam menghasilkan lapisan yang lebih baik.

Umumnya untuk larutan yang bersifat basa/alkali.derajat keasaman (pH)

nya berkisar antara 11-14, sedangkan untuk larutan asam, pH-nya berkisar
4,5-5,6. Untuk mengatur nilai pH sesuai dengan yang diinginkan, digunakan

sodium atau potassium hydroksida dan atau asam sulfat untuk larutan yang

bersifat asam.

5. Proses Pengerjaan Akhir ( Post Treatment)

Benda kerja yang telah dilakukan proses lapis listrik biasanya di bilas dan

dikeringkan. Tetapi kadang-kadang perlu juga dilakukan pengerjaan lanjut

seperti misalnya dipasifkan atau di beri lapis

pelindung chromat (chromatting) atau lapis lindung transparan yaitu dengan

Iaquar. Proses ini dilakukan dengan caradipping biasa, tetapi untuk lapis

lindung dengan lacquar biasa secara electro dan dipping, (Hasan, 2016).

2.6 Pengujian Kekerasan

Uji Kekerasan adalah pengujian yang paling efektif untuk menguji

kekerasan dari suatu material, karena dengan pengujian ini kita dapat dengan

mudah mengetahui gambaran sifat mekanis suatu material. Meskipun pengukuran

hanya dilakukan pada suatu titik, atau daerah tertentu saja, nilai kekerasan cukup

valid untuk menyatakan kekuatan suatu material. Dengan melakukan uji keras,

material dapat dengan mudah digolongkan sebagai material ulet atau getas. Salah

satu sifat mekanik bahan yang paling penting adalah kekerasan, untuk mengetahui

nilai kekerasan dari suatu bahan, dilakukan pengujian kekerasan menurut suatu

metode tertentu, pengujian kekerasan ini bertujuan untuk :


1. Memperoleh harga kekerasan suatu logam

2. Mengetahui perubahan suatu sifat dan perubahan suatu kekerasan dari

logam setelah di Heat Treatment.

3. Mengetahui kekerasan baja terhadap kecepatan pendinginan.

4. Mengetahui perbedaan kekerasan yang disebabkan oleh media pendingin.

Gambar 2.3 Alat Uji Kekerasan (Hardness Test)


(UPTD LIK Takaru Tegal)
2.6.1 Macam – Macam Metode Pengujian Kekerasan

Dalam pengujian kekerasan terdapat beberapa metode yang bisa digunakan

antara lain : metode brinell, metode Vickers, dan metode Rockwell.

1. Metode Pengujian Brinell

Gambar 2.4 Pengujian Brinell


(Novotest, 2016)

Uji kekerasan metode brinell ini paling pertama diterima secara luas dan

standar yang ditemukan oleh J.A Brinell pada tahun 1990. J.A Brinell mengujinya

dengan cara melakukan indentansi pada permukaan specimen. Indentor berupa

bola baja yang memiliki variasi beban dari 500kg sampai 1500kg untuk

intermediate hardness dan 3000kg untuk hard metal. Pada material yang sangat

keras digunakan bola karbida untuk memperkecil distorsi indentor. Prinsip dari

pengujian kekerasan ini adalah dengan menekan indentor selama waktu 30 detik.

Lalu diameter hasil indentasi diukur dengan menggunakan mikrosop optik.


Kekerasan brinell adalah besar beban indentor per luas permukaan hasil indentasi.

Dapat dirumuskan sebagai berikut nilai kekerasan (BHN) :

Gambar 2.5 Rumus Pengujian Brinell


(Novotest, 2016)

a. Kelemahan dari metode Brinell yaitu dalam pengujiannya tidak dapat

digunakan pada benda yang tipis dan kecil. Begitu juga dengan halnya uji

brinell tidak dapat digunakan pada material yang sangat lunak maupun

sangat keras.

b. Keuntungan dari metode Brinell adalah pada pengujiannya tidak dapat

dipengaruhi oleh permukaan material yang kasar dan bekas penekan yang

cukup besar sehingga mudah diamati (Novotest, 2016).


2.7 Baja

Baja paling banyak dipakai sebagai bahan industri yang merupakan sumber

sangat besar, dimana sebagian ditentukan oleh nilai ekonominya, tetapi yang

paling penting karena sifat-sifatnya yang bervariasi.

Pengetahuan mengenai sifat-sifat baja merupakan keharusan apabila

seseorang akan menggunakan baja sebagai pilihan untuk suatu bagian struktur.

Sifat mekanis yang sangat penting pada baja dapat diperoleh dari uji tarik. Uji ini

melibatkan pembebanan tarik sampel baja dan bersamaan dengan itu dilakukan

pengukuran beban dan perpanjangan sehingga akan diperoleh tegangan dan

regangan.

2.7.1 Baja Karbon

Baja karbon adalah paduan besi dan karbon dimana unsur karbonnya sangat

menentukan sifat mekanik dan fisik, sedangkan unsur paduan yang lainnya

bersifat sebagai pendukung.

Karbon merupakan elemen pengeras besi yang efektif dan murah, oleh

karena itu sejumlah besar baja komersial hanya mengandung sedikit elemen

paduan.

Baja karbon dapat diklasifikasikan menjadi 3 bagian, yaitu :


1. Baja karbon rendah (C < 0.3 %) ; baja karbon rendah memeliki kekuatan

sedang dengan keuletan yang baik dan biasa banyak dijumpai sebagai material

pembuatan jembatan, bangunan gedung atau kapal laut.

2. Baja karbon sedang (C 0.3 – 0.7 %) ; baja karbon sedang mampu dikuens

untuk membentuk martensit dan setelah penemperan dihasilkan ketangguhan

dengan kekuatan yang baik. Penemperan dilakukan pada suhu (350 – 550 oC ).

Sehingga dapat dipergunakan untuk material as roda, poros, roda gigi, dan rel.

3. Baja karbon tinggi ( C 0.7 – 1.7 %) ; baja karbon tinggi umumnya dikeraskan

dengan kuens dan ditemperingan pada 250o C untuk menghasilkan kekuatan

dan keuletan yang memadai untuk per, die danperkakas potong. Keterbatasan

penggunanan tejadi karena kemampukerasan yang kurang baik dan pelunakan

cepat yang terjadi pada pada temperatur sedang. (Smallman, 2000)

Dalam penelitian ini baja yang digunakan adalah ST 37.Baja yang

penulisannya diawali dengan ST, maka bilangan yang mengikutinya menunjukkan

kekuatan tarik minimum (dalam kg/mm2) yang dimiliki baja tersebut.Jadi, baja

tipe ST 37 menunjukkan bahwa baja ini mempunyai kekuatan tarik ≤ 37 kg/mm 2.

Baja ST 37 merupakan baja karbon kelas rendah, karena mempunyai

kandungan karbon k urang dari 0.3 % dan lebih dari 99 % besi.Baja karbon kelas

rendah ini mudah ter oksidasi, memiliki kekutan yang relatif rendah, keuletan

yang baik, dan banyak diaplikasikan untuk tabung, pipa dan k omponen mesin

berkekutan rendah, (Andinata, 2012 ).


2.7.2 Baja Paduan

Baja paduan adalah paduan besi dengan beberapa unsur. Misalnya Mn, Cr,

Ni, Co, Si, Mo dan V. Unsur Mn dan Cr berfungsi sebagai meningkatkan

kemampukerasan dan secara umum menghambat pelunakan dan penemperan. Ni

memperkuat ferrit dan meningkatkan kemampukerasan serta ketangguhan.Co

memperkuat ferrit dan menghambat pelunakan pada penemperan.Si menghambat

dan mengurangi perubahan volume ketika terjadi transformasi martensit.Dan baik

Mo dan V menghambat penemperan dan menghasilkan pengerasan sekunder.Pada

baja paduan-rendah atau sedang, dengan kandungan paduan total sekitar 5 %,

kandungan paduan terutama ditentukan oleh persyaratan kemampukerasan dan

penemperan meski pengerasan larutan padat dan pembentukan karbida juga

penting, (Smallman, 2000).

2.8 Faktor-Faktor Yang Berpengaruh Terhadap Kualitas Pelapisan

Tembaga

Beberapa parameter yang dapat mempengaruhi pelapisan logam diantaranya

adalah konsentrasi larutan, rapat arus, temperatur dan waktu pelapisan.

2.8.1 Komposisi Larutan

Elektrolit adalah zat-zat yang dapat menghantarkan arus listrik. Pada

dasarnya elektrolit yang dipergunakan dalam bentuk larutan asam/basa dicampur

dengan air murni. Air murni yang dimaksudkan adalah air yang tidak

mengandung zat yang dapat merubah sifat elektrolit.dengan tujuan antara lain:
a. Unsur logam yang dideposisikan (dilarutkan)

b. Membentuk kompleks dengan ion logam deposisinya

c. Menyediakan sarana hantaran listrik

d. Stabilisasi larutan

e. Stabilisasi tingkat keasaman (pH)

f. Mengubah/mengatur bentuk fisik deposit

g. Membantu larutan anoda

h. Mengatur sifat-sifat lain larutan/depositnya.

Larutan elektrolit yaitu zat-zat yang dilarutkandalam air murni yang dapat

menjembatani partikel-partikel bermigrasi dari anoda ke katoda.Konsentrasi ini

akan berkaitan dengan nilai pH dari larutan. Pada larutan elektrolit nikel

mempunyai batas-batas pH yang diijinkan agar proses tersebut berlangsung baik,

berkisar antara 2 – 4,5. Jika nilai pH melebihi dari nilai yang diijinkan maka akan

terjadi sumuran pada permukaan produk dan lapisan nikel kasar pada permukaan

benda yang dilapisi.

Dalam proses pelapisan nikel temperatur elektrolit juga sangat menetukan

hasil pelapisan temperatur diatur sesuai dengan ketentuan yang ada, untuk

meratakan distribusi ion nikel agar supaya ketebalan yang diperoleh sama maka

dalam proseselekktroplating dibutuhkan pengaduk dengan menggunakan udara

dengan cara dihembuskan melaluikompresor kedalam elektrolit, bisa juga secara

mekanik yaitu diaduk langsung dengan menggunakan pengaduk.

Arus yang digunakan juga harus disesuaikan dengan luasan permukaan yang

dilapisi dimana semakin luas permukaan yang dilapisi maka arus yang digunakan
juga harus semakain besar, tapi bukan bearti boleh melebihi ketentuan yang sudah

ada. Keasaman (pH) 2 – 4,5 merupakan salah satu faktor yang penting dalam

proses elektroplating maka dari itu dalam prosesnya pH ini harus dipertahankan,

untuk mempertahankan ini maka digunakan asam borak.

2.8.2 Rapat Arus

Rapat arus adalah harga yang menyatakan jumlah arus listrik yang mengalir

persatuan luas permukaan elektroda.Terbagi dalam dua macam rapat arus anoda

dan rapat arus katoda. Pada proses lapis listrik rapat arus yang diperhitungkan

adalah rapat arus katoda, yaitu banyaknya arus listrik yang diperlukan untuk

mendapatkan atom-atom logam pada tiap satuan luas permukaan benda kerja yang

akan dilapis. Untuk proses elektroplating ini faktor rapat arus memegang peranan

sangat penting, karena akan mempengaruhi efisiensi pelapisan, reaksi reduksi

oksidasi dan difusi dari hasil pelapisan pada permukaan benda yang dilapisi.

2.8.3 Temperatu dan Waktu Pelapisan

Temperatur terlalu rendah dan rapat arus yang cukup optimum akan

mengakibatkan hasil pelapisan menjadi kasar dan kusam, tetapi jika temperatur

tinggi dengan rapat arus yang optimum maka hasil pelapisan menjadi tidak

merata. Waktu pelapisan akan mempengaruhi terhadap kuantitas dari hasil

pelapisan yang terjadi dipermukaan produk yang dilapis.

Anda mungkin juga menyukai