“PERSEDIAAN”
3. Jenis persediaan
Oleh: Dwi Rafly Wibowo (20012010161)
Jawab:
Persediaan diklasifikasikan berdasarkan tahapan dalam proses produksi. Adapun uraian
dari jenis-jenis persediaan adalah sebagai berikut :
• Persediaan bahan baku (raw material stock )
4. Biaya apa saja yang perlu diperhatikan dalam manajemen persediaan (berikan rumus
setiap biaya tersebut dan dengan contoh hitungan)
Oleh : Ashaby Alamsyah (20012010105)
Jawab:
a. EOQ (Economic Order Quantity)
Contoh soal :
Permintaan x = 100 unit. Biaya pemesanan Rp. 100/pesanan. Biaya penyimpanan harian Rp.
0,02/ unit. Tentukan EOQ
Diket :
D = 100 unit
K = Rp. 100
h = Rp. 0,02
Jawab:
2√Dk √2 x 100 x 100
𝐸𝑂𝑄 = h
= 0,02
= 1000 unit.
b. EPQ (Economic Production Quantity)
Contoh soal:
Suatu perusahaan memproduksi peralatan mobil. Permintaan barang peralatan mobil
tersebut 6400 unit/ tahun. Peralatan seperti roda mobil dapat diproduksi sendiri dengan
kecepatan produksi 128 unit/tahun. Biaya se-up setiap siklus produksi Rp. 24 dan holding
cost Rp. 3 unit/tahun. Bila dalam setahun ada 250 hari perusahaan beroprasi. Tentukan
kebijakan perusahaan untuk komponen roda mobil tersebut.
Diket :
D = 6400 unit/ tahun
P = 128 x 250 = 32.000 unit/tahun
K = Rp. 24
h = Rp. 3 unit/tahun
jawab:
−𝑏±√2
𝐸𝑃𝑄 = 2𝑎
c. QUANTITY DISCOUNT
Contoh soal :
Sebuah pabrik membutuhkan bahan baku 2400 ton/ tahun. Ordering cost Rp. 350.000,
pabrik ditawari oleh supliyer.
Range Jumlah Harga/ unit Holding cost
5. Economic Order Quantity (EOQ) dalam persediaan, rumus dan contoh kasusnya
Oleh: Ainan Salsabila (20012010199)
Jawab:
● Pengertian EOQ
Economic Order Quantity adalah alat yang digunakan untuk membantu perusahaan
menentukan volume dan frekuensi pesanan yang diperlukan untuk memenuhi tingkat
permintaan, meminimalkan biaya pemesanan, dan penyimpanan persediaan.
● Rumus EOQ
EOQ = 2√(2SD) / H
S = Biaya pemesanan
D = Tingkat permintaan per tahun
H = Biaya penyimpanan (per tahun, per unit)
Jawab:
EOQ = √(2 x 12.000 x 200.000) / (4.000 x 10%)
= √(4.800.000.000) / (400)
= √ 12.000.000
= 3.464 unit
(Ainan Salsabila/20012010199)
Reorder point merupakan kondisi dimana bahan baku harus kembali dipesan sebelum
kehabisan persediaan. Perhitungan di dalamnya harus menggunakan jumlah angka
minimal tertentu sebagai batas untuk segera melakukan tingkat pemesanan lagi. Reorder
point adalah komponen yang sangat diperlukan dalam manajemen stok yang bertujuan
agar bisa menentukan batas minimal persediaan yang ada di gudang.
Reorder point membantu dalam memantau stok barang, sehingga tidak ada lagi produk
yang melimpah di gudang ketika tingkat permintaan sedang menurun. Salah satu yang
menjadi parameter utama dalam perhitungan reorder point adalah penentuan produk
dimasa lead time
Lead time adalah sebuah rentang waktu antara pemesanan sampai barang tersebut bisa
tiba di tangan konsumen. Sedangkan lead time demand yang terdapat di dalam reorder
point adalah jumlah perkiraan permintaan yang ada dalam jeda waktu tersebut.
Banyaknnya waktu yang dibutuhkan dalam reorder point sangat bergantung pada
jumlah produk barang, tingkat kesulitan barang tersebut, tempat, dll. Rumus lead time
demand adalah lead time dikali jumlah rata-rata penjualan setiap hari.
Rumus : Reorder point = lead time demand + safety stock
Sebagai Contoh :
Butik Sakinah adalah salah satu perusahaan yang membuat pakaian dan ingin memesan
suatu kain sebagai salah satu bahan produksi perusahaan. Kapasitas produksi yang
mampu mereka buat dalam waktu satu hari adalah sebanyak 2000 pcs. Lead time ataupun
waktu yang mereka butuhkan untuk memesan bahan baku dari pemasok adalah selama 20
hari.
Perusahaan tersebut mempunyai kebijakan untuk melebihkan persediaan bahan baku
sebanyak 10% sebagai safety stock. Jadi, berapakan nilai reorder point untuk bisa
memesan kembali kain untuk bahan baku produksi perusahaan Butik Sakinah tersebut?
Berikut ini adalah perhitungannya:
20 hari x 2.000 pcs = 40.000pcs
Safety stock: 10% x 40.000 pcs = 4.000 pcs
Jadi, lead time demand-nya adalah 4.000 pcs.
Menghitung reorder point dari perusahaan tersebut dengan menggunakan rumus:
ROP = lead time demand + safety stock
Jadi, Butik Sakinah akan melakukan reorder point ke pihak pemasok ketika jumlah
persediaannya 66.000 pcs agar tingkat persediaannya bisa cukup hingga pesanan
selanjutnya sudah tiba.
8. Safety stock
Oleh: Rani Maghfiratul Layli (20012010178)
Jawab:
Safety Stock = safety factor × standar deviasi atau, Safety Stock = Z×√((PC/T)×σD)
Keterangan:
Perhitungan pada rumus ini diangkat dengan menggunakan reorder point, dan hanya
digunakan saat perubahan pasat terjadi dalam jangka waktu yang lama atau lebih dari 2
tahun. Perhitungan reorder point ini masih bisa diperbaiki bersamaan
dengan penyusunan laporan laba rugi setiap 3 bulan sekali.
9. Berilah contoh hitungan dalam menentukan jumlah produk di masa lead time
Oleh: Listiana Anggraini (20012010190)
Jawab:
Contoh hitungan dalam menentukan jumlah produk di masa lead time penjualan tas kulit impor
dari thailand. supplier selalu memiliki stok barang dan siap mengirimkan barang kapan saja.
Namun untuk pengepakan barang, mereka butuh waktu dua hari. Setelah itu, pesanan akan masuk
ke dalam logistik dan membutuhkan waktu selama enam hari ke pelabuhan. Dari pelabuhan,
barang akan dikirim dari singapura ke Indonesia selama 35 hari. Sesampainya di pelabuhan,
barang melalui proses pemeriksaan di bea cukai yang butuh waktu seminggu, baru kemudian
dikirimkan ke toko Anda lewat jalan darat selama empat hari.
Data ini menunjukkan bahwa supplier harus memiliki stok dompet kulit untuk dijual sampai
pengiriman barang yang berikutnya tiba. Penjual juga harus siap menghadapi permintaan dari
pelanggan terhadap barang tersebut. Jangan sampai kehabisan stok sebelum barang yang dipesan
dari supplier datang.
untuk menghitung demand ini, yaitu dengan mengalikan angka lead time dengan rata-rata
penjualan per-hari. Misalkan penjual menjual 15 dompet kulit per hari, maka lead time
demand bisnis Anda adalah:
artinya penjual harus menyediakan 405 tas kulit untuk mengantisipasi pesanan dari pelanggan
Anda sampai barang yang dikirim oleh supplier tiba.
Just In Time adalah sebuah sistem untuk mengurangi waktu produksi serta waktu
respons dari pemasok dan pelanggan. Just In Time bertujuan untuk menghindari
terjadinya kelebihan jumlah produksi, persediaan yang berlebihan, pemborosan dalam
waktu penungguan, mendapatkan kualitas, menekan biaya, dan mencapai waktu
penyerahan seefisien mungkin. Perusahaan menghapus seluruh pemborosan selama
proses produksi sehingga mampu menyerahkan produknya tepat waktu sesuai dengan
permintaan. Perusahaan memproduksi hanya sebanyak jumlah yang diminta konsumen
dan pada saat dibutuhkan. Mereka meminimalkan persediaan bahan mentah, pekerjaan
dalam proses dan barang jadi. Dengan begitu, mereka dapat mengurangi biaya
pemeliharaan maupun kerusakan akibat penimbunan barang.
Contoh pada sebuah perusahaan manufaktur Laptop, perusahaan tersebut harus
dapat menerima model keyboard display yang benar dan dalam jumlah yang dibutuhkan
untuk satu hari produksi, pemasok keyboard display tersebut diharapkan untuk dapat
mengirimkannya dan tiba di gudang produksi dalam batas waktu yang sangat singkat.
Sistem permintaan bahan-bahan produksi demikian biasanya disebut dengan “Pull
System”.
Keuntungan Just In Time yaitu perusahaan dapat mengurangi biaya persediaan
dengan menghemat ruang penyimpanan sehingga mengurangi biaya sewa dan asuransi
pergudangan. Perusahaan membuat persediaan hanya jika itu sesuai kebutuhan produksi
dan permintaan, sehingga modal kerja rendah dan sedikit yang terikat di persediaan.
Perusahaan dapat menghindari penumpukan produk jadi yang tidak terjual dengan
memproduksi barang sesuai dengan permintaan. Perusahaan dapat mengurangi waktu
pengaturan dengan memiliki tata letak pabrik yang efisien, menstandarisasi desain produk,
mengintegrasikan pemasok dengan jadwal produksi dan melatih tenaga kerja untuk lebih
fleksibel dan inovatif. Dengan sistem Just In Time perusahaan dapat mengurangi biaya
produksi sehingga struktur biaya yang rendah mendukung keunggulan kompetitif dan
profitabilitas yang tinggi.
Kekurangan Just In Time yaitu perusahaan akan sulit untuk memenuhi permintaan
yang mendadak tinggi karena pada kenyataannya tidak ada produk jadi yang lebih.
Keterlambatan pengiriman oleh satu pemasok akan berdampak pada semua jadwal
produksi yang telah direncanakan. Perusahaan sulit melakukan perbaikan ulang pada
bahan-bahan produksi atau produk jadi yang mengalami kecacatan karena tingkat
persediaan bahan-bahan produksi dan produk jadi yang sangat minimum.