Anda di halaman 1dari 12

TUGAS MANAJEMEN KEUANGAN

“PERSEDIAAN”

Mata Kuliah: Manajemen Keuangan


Disusun Oleh Kelompok 6:
1. Ashaby Alamsyah 20012010105
2. Dwi Rafly Wibowo 20012010161
3. Rani Maghfira 20012010178
4. Anggraini 20012010190
5. Bernika Maura Alfionita 20012010197
6. Ainan Salsabila 20012010199
7. Maulita Ayubi Rachma 20012010200

PROGRAM STUDI MANAJEMEN FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS


UPN VETERAN JAWA TIMUR, SURABAYA
2020/2021
1. Pengertian dan pemahaman tentang manajemen persediaan itu sendiri.
Oleh: Dwi Rafly Wibowo (20012010161)
Jawab:
Persediaan adalah bahan atau barang yang disimpan yang akan digunakan untuk
memenuhi tujuan tertentu, misalnya untuk digunakan dalam proses produksi atau
distribusi.Sedangkan manajemen persediaan adalah proses untuk mengatur persediaan
barang yang dimiliki oleh suatun instansi atau perusahaan.
Mulai dari cara memperoleh persediaan, penyimpanannya, sampai persediaan tersebut
dimanfaatkan atau dikeluarkan.Persediaan merupakan salah satu aset perusahaan yang
sangat berhubungan dengan penjualan maupun tingkat produksi.Sehingga, jika ada
masalah menyangkut mengenai persediaan akan langsung berpengaruh terhadap kerugian
bisnis.
Manajemen persediaan merupakan sistem-sistem untuk mengelola persediaan.
Bagaimana barang-barang persediaan dapat diklasifikasikan dan seberapa akurat catatan
persediaan dapat dijaga. Kemudian, kita akan mengamati kontrol persediaan dalam sektor
pelayanan. Manajer operasi diseluruh dunia telah menyadari bahwa manajemen
persediaan yang baik sangatlah penting. Di satu sisi, sebuah perusahaan dapat
mengurangi biaya dengan mengurangi persediaan. Di sisi lain, produksi dapat berhenti
dan pelanggan menjadi tidak puas ketika sebuah barang tidak tersedia.

2. Tujuan diadakan persediaan


Oleh: Dwi Rafly Wibowo (20012010161)
Jawab:
Tujuan manajemen persediaan adalah menentukan keseimbangan antara investasi persediaan
dengan pelayanan pelanggan. Anda tidak akan pernah mencapai sebuah strategi berbiaya
rendah tanpa manajemen persediaan yang baik.
• Batch Stock/Lot Size Inventory
Persediaan yang diadakan karenakita membeli atau membuat bahan-bahan atau
barang-barang dalam jumlah yang lebih besar dari jumlah yang dibutuhkan saat ini
• Fluctuation Stock
Persediaan yang diadakan untuk menghadapi fluktuasi permintaan konsumen yang
tidak dapat diramalkan.
• Anticipation Stock
Persediaan yang diadakan untuk menghadapifluktuasi permintaan yang dapat
diramalkan, berdasarkan pola.

Berdasarkan pernyataan di atas, dapat disimpulkan bahwa dengan adanya persediaan,


maka perusahaan dapat melakukan efisiensi produksi dan penghematan biaya angkut,
dapat menghadapi fluktuasi permintaan konsumenyang tidak dapat diramalkan atau tidak
beraturan serta untuk mengatasi jumlah pesanan yang telah diramalkan sebelumnya.,
dalam bahasa timbul mekanismeuntuk memilih variasi tertentu yang cocok untuk
keperluan tertentu yang disebutragam standar.

3. Jenis persediaan
Oleh: Dwi Rafly Wibowo (20012010161)
Jawab:
Persediaan diklasifikasikan berdasarkan tahapan dalam proses produksi. Adapun uraian
dari jenis-jenis persediaan adalah sebagai berikut :
• Persediaan bahan baku (raw material stock )

persediaan barang- barang berwujud, seperti besi, kayu serta komponen-komponen


lainnyayang digunakan dalam proses produksi.
• Persediaan komponen-komponen rakitan (purchased parts/components)
Persediaan barang-barang yang terdiri dari komponen-komponenyang diperoleh dari
perusahaan lain, dimana secara langsung dapatdirakit menjadi suatu produk.
• Persediaan bahan pembantu atau penolong (supplies stock)
Persediaan barang-barang yang diperlukan dalam proses produksi, tetapitidak
merupakan bagian atau komponen barang jadi.
• Persediaan barang setengah jadi (work in process stock )
Persediaan barang-barang yang merupakan keluaran dari tiap-tiap bagian dalam
proses produksi atau yang telah diolah menjadi suatu bentuk, tetapi masih perlu di
proses lebih lanjut menjadi barang jadi.
• Persediaan barang jadi (finished good stock )
Persediaan barang- barang yang telah selesai diproses atau diolah dalam pabrik dan
siap untukdijual atau dikirim pada langganan.

4. Biaya apa saja yang perlu diperhatikan dalam manajemen persediaan (berikan rumus
setiap biaya tersebut dan dengan contoh hitungan)
Oleh : Ashaby Alamsyah (20012010105)
Jawab:
a. EOQ (Economic Order Quantity)
Contoh soal :
Permintaan x = 100 unit. Biaya pemesanan Rp. 100/pesanan. Biaya penyimpanan harian Rp.
0,02/ unit. Tentukan EOQ

Diket :
D = 100 unit
K = Rp. 100
h = Rp. 0,02

Jawab:
2√Dk √2 x 100 x 100
𝐸𝑂𝑄 = h
= 0,02
= 1000 unit.
b. EPQ (Economic Production Quantity)
Contoh soal:
Suatu perusahaan memproduksi peralatan mobil. Permintaan barang peralatan mobil
tersebut 6400 unit/ tahun. Peralatan seperti roda mobil dapat diproduksi sendiri dengan
kecepatan produksi 128 unit/tahun. Biaya se-up setiap siklus produksi Rp. 24 dan holding
cost Rp. 3 unit/tahun. Bila dalam setahun ada 250 hari perusahaan beroprasi. Tentukan
kebijakan perusahaan untuk komponen roda mobil tersebut.
Diket :
D = 6400 unit/ tahun
P = 128 x 250 = 32.000 unit/tahun
K = Rp. 24
h = Rp. 3 unit/tahun
jawab:
−𝑏±√2
𝐸𝑃𝑄 = 2𝑎
c. QUANTITY DISCOUNT

Contoh soal :
Sebuah pabrik membutuhkan bahan baku 2400 ton/ tahun. Ordering cost Rp. 350.000,
pabrik ditawari oleh supliyer.
Range Jumlah Harga/ unit Holding cost

R1 1 < Q1 < 500 10.000 0,24

R2 Q2 . 500 9250 0,20

Kebijakan perusahaan teerhadap penawaran supliyer :


√2X240X350.000
R1 𝑅1 = 0,24 X 10.000
= 836, 66 unit
√2𝑋2400𝑋350.000
R𝑅2 = 0,2 X 9250
= 952, 94 (953) unit

5. Economic Order Quantity (EOQ) dalam persediaan, rumus dan contoh kasusnya
Oleh: Ainan Salsabila (20012010199)
Jawab:

● Pengertian EOQ
Economic Order Quantity adalah alat yang digunakan untuk membantu perusahaan
menentukan volume dan frekuensi pesanan yang diperlukan untuk memenuhi tingkat
permintaan, meminimalkan biaya pemesanan, dan penyimpanan persediaan.

● Manfaat utama perhitungan EOQ


1. Meminimalkan biaya persediaan
2. Meminimalkan kehabisan stok
3. Meningkatkan efisiensi keseluruhan

● 3 Faktor dalam menghitung EOQ


1. Biaya penyimpanan (H)
Biaya penyimpanan bisa disebut dengan biaya tercatat mengacu pada total biaya
penyimpanan persediaan.
Rumus:
(Biaya penyimpanan + Gaji karyawan + Biaya peluang + Biaya depresiasi) / Total nilai
persediaan tahunan = Biaya penyimpanan / Penyimpanan persediaan

2. Permintaan tahunan (D)


Permintaan tahunan dapat dilihat dari data pesanan historis dari tahun ke tahunnya.

3. Biaya pemesanan (S)


Biaya pemesanan disebut juga biaya penyiapan dilakukan dengan basis per pesanan dan
termasuk biaya pengiriman dan penanganan.

● Rumus EOQ

EOQ = 2√(2SD) / H

S = Biaya pemesanan
D = Tingkat permintaan per tahun
H = Biaya penyimpanan (per tahun, per unit)

● Contoh kasus menghitung EOQ


PT Purnama pada tahun mendatang membutuhkan bahan baku sebanyak 12.000 unit. Harga
beli bahan baku per unit adalah Rp4.000. Biaya pemesanan untuk setiap kali melakukan
transaksi pemesanan kisaran Rp200.000, sedangkan carrying cost sebesar 10% dari nilai rata-
rata persediaan. Berapakah jumlah pemesanan yang paling ekonomis (EOQ)?

Jawab:
EOQ = √(2 x 12.000 x 200.000) / (4.000 x 10%)
= √(4.800.000.000) / (400)
= √ 12.000.000
= 3.464 unit

(Ainan Salsabila/20012010199)

6. Lead time dalam kebijakan persediaan


Oleh: (Maulita Ayubi Rachma, 20012010200)
Jawab:

Lead Time merupakan waktu tunggu pemesanan berarti waktu yang


dibutuhkan antara waktu pemesanan dan waktu penerimaan pesanan diketahui. Pada
proses pemesanan barang, mulai dari memesan sampai barang tersebut datang atau
siap digunakan, diperlukan jangka waktu yang bisa bervariasi misal beberapa jam
hingga beberapa bulan. Perbedaan waktu antara saat memesan barang sampai saat
barang datang dikenal dengan istilah waktu tunggu (lead time).
Lead time muncul karena setiap pesanan membutuhkan waktu dan tidak
semua pesanan bisa dipenuhi seketika, sehingga selalu ada jeda waktu. Lead time
sangat berguna bagi perusahaan yaitu pada saat persediaan mencapai nol, pesanan
akan segera tiba di perusahaan. Lead time diasumsikan dari waktu ke waktu selalu
tetap dan berulang dalam setiap periode. Akan tetapi dalam prakteknya lead time
banyak berubah-ubah, untuk mengantisipasinya perusahaan sering menyediakan
persediaan pengaman atau safety stock.
Komponen lead time
1. Waktu pemrosesan awal / waktu perencanaan : Waktu yang dibutuhkan untuk
menerima permintaan untuk stok ulang, memahaminya dan membuat pesanan
pembelian (saat membeli barang), atau membuat pekerjaan dalam kasus sebuah
perusahaan manufaktur.
2. Waktu proses : Waktu yang dibutuhkan setelah menerima pesanan pembelian
untuk mengadakan atau memproduksi barang.
3. Waktu tunggu : Waktu yang dibutuhkan antara pengadaan barang yang
diperlukan hingga saat proses produksi dimulai.
4. Waktu penyimpanan : Waktu item tinggal di gudang atau pabrik menunggu
pengiriman.
5. Waktu pengangkutan : Waktu yang dibutuhkan barang yang diproduksi untuk
berpindah dari gudang / pabrik ke pelanggan.
6. Waktu inspeksi : Waktu yang dihabiskan oleh pelanggan untuk memeriksa
produk untuk melihat apakah memenuhi spesifikasi. Juga mengacu pada waktu
yang diperlukan untuk menangani ketidaksesuaian dengan permintaan pesanan.
Beberapa cara dapat dilakukan perusahaan untuk mengurangi lead time pada
bisnis, yaitu perusahaan harus mengurangi aktivitas yang tidak menambah nilai
dengan melakukan pemetaan aliran nilai untuk mengidentifikasi dan menghapus
aktivitas non-nilai yang memperpanjang lead time. Perusahaan mengubah metode
pengiriman yang lebih cepat daripada metode pengiriman saat ini, beralih ke metode
pengiriman yang lebih fleksibel dapat mengurangi lead time secara
bertahap.Perusahaan menggunakan supplier lokal, jika bahan baku yang diimpor
tersedia secara lokal asalkan tidak mengurangi kualitas produk. Perusahaan
mengotomatisasi prosesnya yang terkadang penundaan lead time disebabkan oleh
kesalahan manusia, ketika orang yang bertanggung jawab untuk memesan penundaan
stok baru menghubungi pemasok. Perusahaan dapat menggunakan sistem VMI dan
VOI untuk mengisi stok secara otomatis saat hampir selesai sehingga mengurangi
lead time karena pemasok mendapat permintaan cukup awal sebelum perusahaan
mengalami kehabisan stock
Mengurangi lead time dapat mengelola inventori secara efisien dan lebih
banyak kas untuk bisnis. Dapat membuat bisnis lebih baik di mata konsumen dan
pada saat yang sama memiliki tingkat persediaan yang lebih tinggi sehingga setiap
pesanan bisa terpenuhi secara optimal.

7. Reorder point dalam penentuan produk dimasa lead time


Oleh: Bernika Maura Alfionita (20012010197)
Jawab:

Reorder point merupakan kondisi dimana bahan baku harus kembali dipesan sebelum
kehabisan persediaan. Perhitungan di dalamnya harus menggunakan jumlah angka
minimal tertentu sebagai batas untuk segera melakukan tingkat pemesanan lagi. Reorder
point adalah komponen yang sangat diperlukan dalam manajemen stok yang bertujuan
agar bisa menentukan batas minimal persediaan yang ada di gudang.
Reorder point membantu dalam memantau stok barang, sehingga tidak ada lagi produk
yang melimpah di gudang ketika tingkat permintaan sedang menurun. Salah satu yang
menjadi parameter utama dalam perhitungan reorder point adalah penentuan produk
dimasa lead time
Lead time adalah sebuah rentang waktu antara pemesanan sampai barang tersebut bisa
tiba di tangan konsumen. Sedangkan lead time demand yang terdapat di dalam reorder
point adalah jumlah perkiraan permintaan yang ada dalam jeda waktu tersebut.
Banyaknnya waktu yang dibutuhkan dalam reorder point sangat bergantung pada
jumlah produk barang, tingkat kesulitan barang tersebut, tempat, dll. Rumus lead time
demand adalah lead time dikali jumlah rata-rata penjualan setiap hari.
Rumus : Reorder point = lead time demand + safety stock
Sebagai Contoh :
Butik Sakinah adalah salah satu perusahaan yang membuat pakaian dan ingin memesan
suatu kain sebagai salah satu bahan produksi perusahaan. Kapasitas produksi yang
mampu mereka buat dalam waktu satu hari adalah sebanyak 2000 pcs. Lead time ataupun
waktu yang mereka butuhkan untuk memesan bahan baku dari pemasok adalah selama 20
hari.
Perusahaan tersebut mempunyai kebijakan untuk melebihkan persediaan bahan baku
sebanyak 10% sebagai safety stock. Jadi, berapakan nilai reorder point untuk bisa
memesan kembali kain untuk bahan baku produksi perusahaan Butik Sakinah tersebut?
Berikut ini adalah perhitungannya:
20 hari x 2.000 pcs = 40.000pcs
Safety stock: 10% x 40.000 pcs = 4.000 pcs
Jadi, lead time demand-nya adalah 4.000 pcs.
Menghitung reorder point dari perusahaan tersebut dengan menggunakan rumus:
ROP = lead time demand + safety stock
Jadi, Butik Sakinah akan melakukan reorder point ke pihak pemasok ketika jumlah
persediaannya 66.000 pcs agar tingkat persediaannya bisa cukup hingga pesanan
selanjutnya sudah tiba.

8. Safety stock
Oleh: Rani Maghfiratul Layli (20012010178)
Jawab:

Pengertian Safety Stock Adalah


Assauri menjelaskan bahwa stok pengaman atau safety stock adalah suatu
persediaan yang dipersiapkan oleh perusahaan guna mencegah adanya kekurangan
persediaan ketika kondisi permintaan pasar sedang tidak pasti. Faktor yang berdampak
besar pada persediaan ini memerlukan jangka waktu tertentu sebelum barang yang
dipesan tiba.
Sedangkan Chase, Jacobs dan Aquilano berpendapat bahwa safety stock adalah
sejumlah persediaan produk yang dijumlahkan dengan permintaan awal pada perkiraan
total permintaan barang di waktu yang akan datang. Jadi berdasarkan penjelasan para ahli
di atas, bisa kita simpulkan bahwa safety stock adalah suatu metode untuk meminimalisir
adanya kecurangan persediaan suatu produk dagang.
Dalam sistem akuntansi perusahaan dagang, sistem safety stock ini dimanfaatkan
guna menghitung kuantitas suatu produk barang. Untuk itu, diperlukan perhitungan
khusus agar persediaan produk bisa memenuhi permintaan pelanggan.
Peran Penting Safety Stock
Safety stock atau stok pengaman ini memiliki peran yang sangat penting di
dalam supply chain management. Sistem ini dibuat untuk bisa memaksimalkan
keuntungan, mengantisipasi adanya fluktuasi permintaan pasar dan lebih memudahkan
jadwal produksi barang.
Seperti yang kita tahu bahwa hukum persediaan dan juga permintaan selalu
dipengaruhi dengan kondisi pasar, jika kondisi pasar selalu bergerak dinamis, maka
perusahaan harus menerapkan safety stock agar bisa mengantisipasi perubahan
permintaan dan bisa mengambil keuntungan yang lebih banyak.
Safety stock juga diperlukan untuk menentukan tingkat persediaan secara tepat.
Jika persediaan terlalu banyak, maka perputaran uang pun akan berhenti dalam modal
dagang perusahaan. Sebaliknya, bila terlalu sedikit persediaan, maka perusahaan akan
mengalami stock out.
Beberapa faktor yang membuat perusahaan mengalami stock out adalah
fluktuasi demand, penerapan forecast yang tidak akurat, serta lead time yang sangat
beragam. Untuk itu safety stock bisa digunakan untuk menekan stock out dengan cara
perbandingan jumlah service level yang berbanding lurus dengan stock out.
Contoh sederhananya, perusahaan ABC memberikan taksiran service
level sebanyak 98%, itu artinya 2% purchase order dari stock out hanya 98% yang
mampu diproses. Angka tersebut bisa diperoleh dari perhitungan rumus safety stock.
Permasalahan yang Muncul Akibat Perhitungan Safety Stock yang Tidak Tepat
Sering kali sistem persediaan perusahaan mengalami masalah utama pada jumlah
barang yang diperlukan, baik itu bahan baku ataupun barang jadi. Sering kali juga
perusahaan mengalami sebagian persediaan yang kurang, sedangkan pada sebagian
lainnya mengalami persediaan yang terlalu banyak.
Permasalahan ini tentunya akan memberikan dampak yang besar pada kelancaran
proses produksi, seperti terjadi waktu tunggu yang lama yang bisa meningkatkan lead
time, sehingga proses produksi akan mengalami penyimpangan dari jadwal yang
sebelumnya sudah direncanakan.
Cara Menghitungnya
Dalam penghitungan service level, Anda bisa menggunakan rumus SS yang bisa
dilihat berdasarkan data actual demand. Selanjutnya, dilakukan perhitungan standar
deviasi lalu dikalikan dengan safety factor. Berikut ini adalah rumus lengkapnya.

Safety Stock = safety factor × standar deviasi atau, Safety Stock = Z×√((PC/T)×σD)

Keterangan:

Berdasarkan rumus diatas, maka diketahui bahwa Z adalah safety factor, PC


adalah performance cycle, σD adalah standar deviasi dan T adalah siklus periode demand
Safety Stock = (Penjualan maksimal harian × Waktu tunggu maksimal) – (Penjualan rata-
rata harian × Waktu tunggu rata-rata)

Perhitungan pada rumus ini diangkat dengan menggunakan reorder point, dan hanya
digunakan saat perubahan pasat terjadi dalam jangka waktu yang lama atau lebih dari 2
tahun. Perhitungan reorder point ini masih bisa diperbaiki bersamaan
dengan penyusunan laporan laba rugi setiap 3 bulan sekali.

9. Berilah contoh hitungan dalam menentukan jumlah produk di masa lead time
Oleh: Listiana Anggraini (20012010190)
Jawab:

Contoh hitungan dalam menentukan jumlah produk di masa lead time penjualan tas kulit impor
dari thailand. supplier selalu memiliki stok barang dan siap mengirimkan barang kapan saja.
Namun untuk pengepakan barang, mereka butuh waktu dua hari. Setelah itu, pesanan akan masuk
ke dalam logistik dan membutuhkan waktu selama enam hari ke pelabuhan. Dari pelabuhan,
barang akan dikirim dari singapura ke Indonesia selama 35 hari. Sesampainya di pelabuhan,
barang melalui proses pemeriksaan di bea cukai yang butuh waktu seminggu, baru kemudian
dikirimkan ke toko Anda lewat jalan darat selama empat hari.

Total lead time: 2 + 6 + 35 + 7 + 4 = 54 hari

Data ini menunjukkan bahwa supplier harus memiliki stok dompet kulit untuk dijual sampai
pengiriman barang yang berikutnya tiba. Penjual juga harus siap menghadapi permintaan dari
pelanggan terhadap barang tersebut. Jangan sampai kehabisan stok sebelum barang yang dipesan
dari supplier datang.

untuk menghitung demand ini, yaitu dengan mengalikan angka lead time dengan rata-rata
penjualan per-hari. Misalkan penjual menjual 15 dompet kulit per hari, maka lead time
demand bisnis Anda adalah:

Lead Time Demand = Lead Time x Rata-Rata Penjualan per-Hari


54 x 15 = 810

artinya penjual harus menyediakan 405 tas kulit untuk mengantisipasi pesanan dari pelanggan
Anda sampai barang yang dikirim oleh supplier tiba.

10. Just in time


Oleh: Maulita Ayubi Rachma (20012010200)
Jawab:

Just In Time adalah sebuah sistem untuk mengurangi waktu produksi serta waktu
respons dari pemasok dan pelanggan. Just In Time bertujuan untuk menghindari
terjadinya kelebihan jumlah produksi, persediaan yang berlebihan, pemborosan dalam
waktu penungguan, mendapatkan kualitas, menekan biaya, dan mencapai waktu
penyerahan seefisien mungkin. Perusahaan menghapus seluruh pemborosan selama
proses produksi sehingga mampu menyerahkan produknya tepat waktu sesuai dengan
permintaan. Perusahaan memproduksi hanya sebanyak jumlah yang diminta konsumen
dan pada saat dibutuhkan. Mereka meminimalkan persediaan bahan mentah, pekerjaan
dalam proses dan barang jadi. Dengan begitu, mereka dapat mengurangi biaya
pemeliharaan maupun kerusakan akibat penimbunan barang.
Contoh pada sebuah perusahaan manufaktur Laptop, perusahaan tersebut harus
dapat menerima model keyboard display yang benar dan dalam jumlah yang dibutuhkan
untuk satu hari produksi, pemasok keyboard display tersebut diharapkan untuk dapat
mengirimkannya dan tiba di gudang produksi dalam batas waktu yang sangat singkat.
Sistem permintaan bahan-bahan produksi demikian biasanya disebut dengan “Pull
System”.
Keuntungan Just In Time yaitu perusahaan dapat mengurangi biaya persediaan
dengan menghemat ruang penyimpanan sehingga mengurangi biaya sewa dan asuransi
pergudangan. Perusahaan membuat persediaan hanya jika itu sesuai kebutuhan produksi
dan permintaan, sehingga modal kerja rendah dan sedikit yang terikat di persediaan.
Perusahaan dapat menghindari penumpukan produk jadi yang tidak terjual dengan
memproduksi barang sesuai dengan permintaan. Perusahaan dapat mengurangi waktu
pengaturan dengan memiliki tata letak pabrik yang efisien, menstandarisasi desain produk,
mengintegrasikan pemasok dengan jadwal produksi dan melatih tenaga kerja untuk lebih
fleksibel dan inovatif. Dengan sistem Just In Time perusahaan dapat mengurangi biaya
produksi sehingga struktur biaya yang rendah mendukung keunggulan kompetitif dan
profitabilitas yang tinggi.
Kekurangan Just In Time yaitu perusahaan akan sulit untuk memenuhi permintaan
yang mendadak tinggi karena pada kenyataannya tidak ada produk jadi yang lebih.
Keterlambatan pengiriman oleh satu pemasok akan berdampak pada semua jadwal
produksi yang telah direncanakan. Perusahaan sulit melakukan perbaikan ulang pada
bahan-bahan produksi atau produk jadi yang mengalami kecacatan karena tingkat
persediaan bahan-bahan produksi dan produk jadi yang sangat minimum.

Anda mungkin juga menyukai