Anda di halaman 1dari 52

Klasifikasi Jalan dan Spesifikasi

Berdasarkan UU RI No 38 Tahun 2004 tentang Jalan


mendefinisikan jalan adalah prasarana transportasi
darat yang meliputi segala bagian jalan, termasuk
bangunan pelengkap dan perlengkapannya yang
diperuntukkan bagi lalu lintas, yang berada pada
permukaan tanah, di atas permukaan tanah, di bawah
permukaan tanah dan/atau air, serta di atas
permukaan air, kecuali jalan kereta api, jalan lori, dan
jalan
kabel.
Klasifikasi Jalan dan Spesifikasi

Berdasarkan Undang – undang No 38 mengenai Jalan


maka jalan di klasifikasin menjadi 2 klasifikasi jalan
yaitu :
• Klasifikasi Jalan menurut Fungsi
• Klasifikasi Jalan Menurut Wewenang
• Klasifikasi Jalan Menurut Kelas Jalan
Klasifikasi Jalan dan Spesifikasi
• Klasifikasi Jalan menurut Fungsi
a. Sistem Jaringan Jalan Primer
✓ Jalan Arteri Primer
✓ Jalan Kolektor Primer
✓ Jalan Lokal Primer
b. Sistem Jaringan Jalan Sekunder
✓ Jalan Arteri Sekunder
✓ Jalan Kolektor Sekunder
✓ Jalan Lokal Sekunder
KLASIFIKASI JALAN
MENURUT FUNGSI
Klasifikasi Jalan dan Spesifikasi
Sistem Jaringan Jalan Primer
Sistem jaringan jalan primer merupakan sistem
jaringan jalan dengan peranan pelayanan distribusi
barang dan jasa untuk pengembangan semua
wilayah di tingkat nasional, dengan
menghubungkan semua simpul jasa distribusi yang
berwujud pusat-pusat kegiatan.
a. Sistem jaringan jalan primer disusun mengikuti
ketentuan pengaturan tata ruang dan struktur
pengembangan wilayah tingkat nasional, yang
menghubungkan simpul-simpul jasa distribusi.
Klasifikasi Jalan dan Spesifikasi
b. Jaringan jalan primer menghubungkan secara menerus
kota jenjang kesatu, kota jenjang kedua, kota jenjang
ketiga, dan kota jenjang dibawahnya sampai ke persil
dalam satu satuan wilayah pengembangan. Jaringan jalan
primer menghubungkan kota jenjang kesatu dengan
kota jenjang kesatu antar satuan wilayah
pengembangan.
c. Jaringan jalan primer tidak terputus walaupun memasuki
kota. Jaringan jalan primer harus menghubungkan
kawasan primer. Suatu ruas jalan primer dapat berakhir
pada suatu kawasan primer. Kawasan yang mempunyai
fungsi primer antara lain: industri skala regional, terminal
barang/pergudangan,pelabuhan, bandar udara, pasar
induk, pusat perdagangan skala regional/ grosir.
• Yang dimaksud dengan kota jenjang kesatu ialah
kota yang berperan melayani seluruh satuan wilayah
pengembangannya, dengan kemampuan pelayanan
jasa yang paling tinggi dalam satuan wilayah
pengembangannya serta memiliki orientasi keluar
wilayahnya
• Yang dimaksud dengan kota jenjang kedua ialah
kota yang berperan melayani sebagian dari satuan
wilayah pengembangannya dengan kemampuan
pelayanan jasa yang lebih rendah dari kota jenjang
kesatu dalam satuan wilayah pengembangannya
dan terikat jangkauan jasa ke kota jenjang kedua
serta memiliki orientasi ke kota jenjang kesatu
• Yang dimaksud dengan kota jenjang ketiga ialah
kota yang berperan melayani sebagian dari satuan
wilayah pengembangannya, dengan kemampuan
pelayanan jasa yang lebih rendah dari kota jenjang
kedua dalam satuan wilayah pengembangannya
dan terikat jangkauan jasa ke kota jenjang kedua
serta memiliki orientasi ke kota jenjang kedua dan
ke kota jenjang kesatu
Klasifikasi Jalan dan Spesifikasi

- PKN
(Pusat Kegiatan Nasional
-PKW
Pusat Kegiatan Wilayah
- (PKL)
Pusat Kegiatan Lokal
Klasifikasi Jalan Menurut Fungsi
a. Sistem Jaringan Jalan Primer
✓ Jalan Arteri Primer
Jalan arteri primer menghubungkan secara berdaya guna
antarpusat kegiatan nasional atau antara pusat kegiatan
nasional dengan pusat kegiatan wilayah. Sistem jaringan jalan
primer disusun berdasarkan rencana tata ruang dan pelayanan
distribusi barang dan jasa untuk pengembangan semua wilayah
di tingkat nasional, dengan menghubungkan semua simpul jasa
distribusi yang berwujud pusat-pusat kegiatan sebagai berikut:
• Menghubungkan secara menerus pusat kegiatan nasional,
pusat kegiatan wilayah, pusat kegiatan lokal sampai ke pusat
kegiatan lingkungan; dan
• Menghubungkan antarpusat kegiatan nasional, sebagai
contoh Jalur Pantura yang menghubungkan antara Sumatera
dengan Jawa di Merak, Jakarta, Semarang, Surabaya sampai
dengan Banyuwangi merupakan arteri primer.
Klasifikasi Jalan Menurut Fungsi
Karakterisitk Jalan Arteri Primer
• Jalan arteri primer didesain berdasarkan
kecepatan rencana paling rendah 60 (enam
puluh) kilometer per jam (km/h).
• Lebar Daerah Manfaat Jalan minimal 11
(sebelas) meter.
• Jumlah jalan masuk dibatasi secara efisien;
jarak antar jalan masuk/akses langsung
minimal 500 meter, jarak antar akses lahan
langsung berupa kapling luas lahan harus di
atas 1000 m2, dengan pemanfaatan untuk
perumahan.
• Persimpangan pada jalan arteri primer diatur
dengan pengaturan tertentu yang sesuai
dengan volume lalu lintas dan karakteristiknya.
Klasifikasi Jalan Menurut Fungsi
Karakterisitk Jalan Arteri Primer
• Harus mempunyai perlengkapan jalan yang cukup
seperti rambu lalu lintas, marka jalan, lampu lalu
lintas, lampu penerangan jalan, dan lain-lain.
• Jalur khusus seharusnya disediakan, yang dapat
digunakan untuk sepeda dan kendaraan lambat
lainnya.
• Jalan arteri primer mempunyai 4 lajur lalu lintas
atau lebih dan seharusnya dilengkapi dengan
median (sesuai dengan ketentuan geometrik).
• Apabila persyaratan jarak akses jalan dan atau
akses lahan tidak dapat dipenuhi, maka pada jalan
arteri primer harus disediakan jalur lambat
(frontage road) dan juga jalur khusus untuk
kendaraan tidak bermotor (sepeda, becak, dll)..
Klasifikasi Jalan Menurut Fungsi
Jalan Kolektor Primer
Jalan kolektor primer adalah jalan yang
dikembangkan untuk melayani dan
menghubungkan kota-kota antar pusat
kegiatan wilayah dan pusat kegiatan lokal
dan atau kawasan-kawasan berskala kecil
dan atau pelabuhan pengumpan regional
dan pelabuhan pengumpan lokal..
Klasifikasi Jalan Menurut Fungsi
Karakterisitk Jalan Kolektor Primer
• Jalan kolektor primer dalam kota merupakan
terusan jalan kolektor primer luar kota.
• Jalan kolektor primer melalui atau menuju kawasan
primer atau jalan arteri primer.
• Jalan kolektor primer dirancang berdasarkan
kecepatan rencana paling rendah 40 (empat puluh)
km per jam.
• Lebar badan jalan kolektor primer tidak kurang dari
7 (tujuh) meter.
• Jumlah jalan masuk ke jalan kolektor primer
dibatasi secara efisien. Jarak antar jalan
masuk/akses langsung tidak boleh lebih pendek
dari 400 meter.
• Kendaraan angkutan barang berat dan bus dapat
diizinkan melalui jalan ini.
Klasifikasi Jalan Menurut Fungsi
Karakterisitk Jalan Kolektor Primer
• Persimpangan pada jalan kolektor primer diatur dengan
pengaturan tertentu yang sesuai dengan volume lalu
lintasnya.
• Jalan kolektor primer mempunyai kapasitas yang sama
atau lebih besar dari volume lalu lintas rata-rata.
• Lokasi parkir pada badan jalan sangat dibatasi dan
seharusnya tidak diizinkan pada jam sibuk.
• Harus mempunyai perlengkapan jalan yang cukup seperti
rambu lalu lintas, marka jalan, lampu lalu lintas dan
lampu penerangan jalan.
• Besarnya lalu lintas harian rata-rata pada umumnya lebih
rendah dari jalan arteri primer.
• Dianjurkan tersedianya Jalur Khusus yang dapat
digunakan untuk sepeda dan kendaraan lambat lainnya.
• Persyaratan teknis jalan masuk ditetapkan oleh menteri.
Klasifikasi Jalan Menurut Fungsi
Jalan Lokal Primer
Jalan lokal primer adalah jalan yang
menghubungkan secara berdaya guna
pusat kegiatan nasional dengan pusat
kegiatan lingkungan, pusat kegiatan
wilayah dengan pusat kegiatan lingkungan,
antarpusat kegiatan lokal, atau pusat
kegiatan lokal dengan pusat kegiatan
lingkungan, serta antarpusat kegiatan
lingkungan
Klasifikasi Jalan Menurut Fungsi
Karakterisitk Jalan Lokal Primer
• Jalan lokal primer dalam kota merupakan
terusan jalan lokal primer luar kota.
• Jalan lokal primer melalui atau menuju kawasan
primer atau jalan primer lainnya. Jalan lokal
primer dirancang berdasarkan kecepatan
rencana paling rendah 20 (dua puluh) km per
jam.
• Kendaraan angkutan barang dan bus dapat
diizinkan melalui jalan ini.
• Lebar badan jalan lokal primer tidak kurang dari
6 (enam) meter.
• Besarnya lalu lintas harian rata-rata pada
umumnya paling rendah pada sistem primer
Klasifikasi Jalan dan Spesifikasi
Sistem Jaringan Jalan Sekunder
Sistem jaringan jalan sekunder merupakan sistem
jaringan jalan dengan peranan pelayanan distribusi
barang dan jasa untuk masyarakat di dalam kawasan
perkotaan

Sistem jaringan jalan sekunder disusun berdasarkan


rencana tata ruang wilayah kabupaten/kota dan
pelayanan distribusi barang dan jasa untuk masyarakat
di dalam kawasan perkotaan yang menghubungkan
secara menerus kawasan yang mempunyai fungsi
primer, fungsi sekunder kesatu, fungsi sekunder kedua,
fungsi sekunder ketiga, dan seterusnya sampai ke
persil.
Klasifikasi Jalan Menurut Fungsi
a. Sistem Jaringan Jalan Sekunder
✓ Jalan Arteri Sekunder
Jalan arteri sekunder adalah jalan yang melayani
angkutan utama dengan ciri-ciri perjalanan jarak jauh
kecepatan rata-rata tinggi, dan jumlah jalan masuk
dibatasi seefisien,dengan peranan pelayanan jasa
distribusi untuk masyarakat dalam kota. Didaerah
perkotaan juga disebut sebagai jalan protokol.
Klasifikasi Jalan Sekunder adalah
• Jalan arteri sekunder menghubungkan :
kawasan primer dengan kawasan sekunder
kesatu, antar kawasan sekunder kesatu,
kawasan sekunder kesatu dengan kawasan
sekunder kedua, dan jalan arteri/kolektor
primer dengan kawasan sekunder kesatu
• jalan arteri sekunder dirancang berdasarkan kecepatan
rencana paling rendah 30 (tiga puluh) km per jam.
• Lebar badan jalan tidak kurang dari 8 (delapan) meter.
• Lalu lintas cepat pada jalan arteri sekunder tidak boleh
terganggu oleh lalu lintas lambat.
• Akses langsung dibatasi tidak boleh lebih pendek dari
250 meter.
• Kendaraan angkutan barang ringan dan bus untuk
pelayanan kota dapat diizinkan melalui jalan ini.
• Persimpangan pads jalan arteri sekunder diatur dengan
pengaturan tertentu yang sesuai dengan volume lalu
lintasnya.
• Jalan arteri sekunder mempunyai kapasitas same atau
lebih besar dari volume lalu lintas rata-rata.
• Lokasi berhenti dan parkir pada badan jalan sangat
dibatasi dan seharusnya tidak dizinkan pada jam
sibuk.
• Harus mempunyai perlengkapan jalan yang cukup
seperti rambu, marka, lampu pengatur lalu lintas,
lampu jalan dan lain-lain.
• Besarnya lala lintas harian rata-rata pada umumnya
paling besar dari sistem sekunder yang lain.
• Dianjurkan tersedianya Jalur Khusus yang dapat
digunakan untuk sepeda dan kendaraan lambat
lainnya.
• Jarak selang dengan kelas jalan yang sejenis lebih
besar dari jarak selang dengan kelas jalan yang lebih
rendah.
• Ciri – ciri Jalan Arteri Sekunder terdiri atas :
• Jalan arteri sekunder menghubungkan antara :
– Kawasan primer dengan kawasan sekunder kesatu;
– Antar kawasan sekunder kesatu;
– Kawasan sekunder kesatu dengan kawasan sekunder kedua;
– Jalan arteri/kolektor primer dengan kawasan sekunder
kesatu.
• Lalu lintas cepat pada jalan arteri tidak boleh terganggu
oleh lalu lintas lambat.
• Kendaraan angkutan barang ringan dan kendaraan
umum bus dapat diijinkan melalui jalan ini.
• Lokasi berhenti dan parkir pada badan jalan sangat
dibatasi dan seharusnya tidak diijinkan pada jam sibuk.
Klasifikasi Jalan Menurut Fungsi
a. Sistem Jaringan Jalan Sekunder
✓ Jalan Kolektor Sekunder
lan kolektor sekunder adalah jalan yang
melayani angkutan pengumpulan atau
pembagian dengan ciri-ciri perjalanan jarak
sedang, kecepatan rata-rata sedang, dan jumlah
jalan masuk dibatasi, dengan peranan pelayanan
jasa distribusi untuk masyarakat di dalam kota.
• Kriteria-kriteria jalan kolektor sekunder terdiri atas :
– Jalan arteri sekunder didesain berdasarkan kecepatan
rencana paling rendah 20 km/h.
– Lebar badan jalan kolektor sekunder tidak kurang dari 7
(tujuh) meter..
– Besarnya volume lalu lintas harian rata-rata pada
umumnya lebih rendah dari sistem arteri sekunder dan
sistem primer yang lain.
– Kendaraan angkutan barang berat tidak diizinkan melalui
fungsi jalan ini di daerah pemukiman.
– Lokasi parkir pada badan jalan-dibatasi.
– Harus mempunyai perlengkapan jalan yang cukup.
– Besarnya lalu lintas harian rata-rata pads umumnya lebih
rendah dari sistem primer dan arteri sekunder.
Klasifikasi Jalan Menurut Fungsi
a. Sistem Jaringan Jalan Sekunder
✓ Jalan Lokal Sekunder
Jalan lokal sekunder adalah menghubungkan
kawasan sekunder kesatu dengan perumahan,
kawasan sekunder kedua dengan perumahan,
kawasan sekunder ketiga dan seterusnya sampai
ke perumahan.
• Kriteria-kriteria jalan Lokal sekunder terdiri atas :
– Jalan lokal sekunder menghubungkan: antar kawasan
sekunder ketiga atau dibawahnya, kawasan sekunder
dengan perumahan.
– Jalan lokal sekunder didesain berdasarkan kecepatan
rencana paling rendah 10 (sepuluh) km per jam.
– Lebar badan jalan lokal sekunder tidak kurang dari 5
(lima) meter.
– Kendaraan angkutan barang berat dan bus tidak
diizinkan melalui fungsi jaIan ini di daerah pemukiman.
– Besarnya lalu lintas harian rata-rata pada umumnya
paling rendah dibandingkan dengan fungsi jalan yang
lain.
KLASIFIKASI JALAN
MENURUT WEWENANG
Klasifikasi Jalan Menurut Wewenang
• Menurut wewenang pembinaan jalan
dikelompokkan menjadi Jalan Nasional, Jalan
Propinsi, Jalan Kabupaten, Jalan Kotamadya
dan Jalan Khusus (Direktorat Jenderal Bina
Marga: 2006)

Klasifikasi Jalan Menurut Wewenang
• Jalan Nasional
Yang termasuk kelompok jalan nasional adalah jalan
arteri primer, jalan kolektor primer yang
menghubungkan antar ibukota propinsi, dan jalan lain
yang mempunyai nilai strategis terhadap kepentingan
nasional. Penetapan status suatu jalan sebagai jalan
nasional dilakukan dengan Keputusan Menteri.
Klasifikasi Jalan Menurut Wewenang
• Jalan Provinsi
semua jalan raya sekunder, jalan kolektor yang berada
dalam wilayahnya, yang berfungsi untuk menjamin
kelancaran pengangkutan hasil produksi industri dan hasil
bumi, serta untuk mendistribusikan bahan kebutuhan
pokok masyarakat sehari-hari, yaitu dari ibu kota propinsi
ke kota-kota Kabupaten dan kota-kota disekitarnya
Yang termasuk kelompok jalan propinsi adalah:
• Jalan kolektor primer yang menghubungkan Ibukota
Propinsi dengan Ibukota Kabupaten/Kotamadya.
• Jalan kolektor primer yang menghubungkan antar
Ibukota Kabupaten/ Kotamadya
Klasifikasi Jalan Menurut Wewenang
• Jalan lain yang mempunyai kepentingan strategis
terhadap kepentingan propinsi.
• Jalan dalam Daerah Khusus Ibukota Jakarta yang
tidak termasuk jalan nasional.
• Penetapan status suatu jalan sebagai jalan propinsi
dilakukan dengan Keputusan Menteri Dalam Negeri
atas usul Pemerintah Daerah Tingkat I yang
bersangkutan, dengan memperhatikan pendapat
Menteri.
Klasifikasi Jalan Menurut Wewenang
• Jalan Kabupaten
merupakan jalan lokal dalam sistem jaringan jalan primer yang
tidak termasuk jalan yang menghubungkan ibukota kabupaten
dengan ibukota kecamatan, antaribukota kecamatan, ibukota
kabupaten dengan pusat kegiatan lokal, antarpusat kegiatan
lokal, serta jalan umum dalam sistem jaringan jalan sekunder
dalam wilayah kabupaten, dan jalan strategis kabupaten
semua ruas jalan sekunder dan jalan Iokal yang ada dalam
wilayahnya. Jadi Pemerintah daerah, baik pemerintah tingkat I
maupun tingkat II, masing-masing memikuI tanggung jawab
sepenuhnya atas aspek-aspek penyelenggaraan lalu-lintas dan
angkutan jalan raya di daerahnya.

.
Klasifikasi Jalan Menurut Wewenang
Jalan Kabupaten
• Yang termasuk kelompok jalan Kabupaten adalah:
• Jalan kolektor primer yang tidak termasuk jalan
nasional dan jalan propinsi.
• Jalan lokal primer
• Jalan sekunder dan jalan lain yang tidak termasuk
dalam kelompok Jalan Nasional, Jalan Propinsi dan
Jalan Kotamadya.
• Penetapan status suatu jalan sebagai jalan
Kabupaten dilakukan dengan Keputusan Gubernur
Kepala Daerah Tingkat I, atas usul Pemerintah
Daerah Tingkat II yang bersangkutan
Klasifikasi Jalan Menurut Wewenang
• Jalan Kotamadya
• Yang termasuk kelompok Jalan Kotamadya adalah
jaringan jalan sekunder di dalam Kotamadya.
Penetapan status suatu ruas jalan arteri sekunder dan
atau ruas jalan kolektor sekunder sebagai Jalan
Kotamadya dilakukan dengan keputusan Gubernur
Kepala Daerah Tingkat I atas usul Pemerintah Daerah
Kotamadya yang bersangkutan. Penetapan status suatu
ruas jalan lokal sekunder sebagai jalan Kotamadya
dilakukan dengan Keputusan Walikotamadya Daerah
Tingkat II yang bersangkutan
• jalan umum dalam sistem jaringan jalan sekunder yang
menghubungkan antarpusat pelayanan dalam kota,
menghubungkan pusat pelayanan dengan persil,
menghubungkan antarpersil, serta menghubungkan
antarpusat permukiman yang berada di dalam kota
Klasifikasi Jalan Menurut Wewenang
• Jalan Khusus
Yang termasuk kelompok jalan khusus adalah jalan
yang dibangun dan dipelihara oleh instansi/badan
hukum/perorangan untuk melayani kepentingan
masing-masing. Penetapan status suatu ruas jalan
khusus dilakukan oleh instansi/badan
hukum/perorangan yang memiliki ruas jalan khusus
tersebut dengan memperhatikan pedoman yang
ditetapkan oleh Menteri Pekerjaan Umum
Fungsi Jalan dikaitkan dengan Penanggung
Jawab Pembinaan
STATUS FUNGSI PERENCANAAN PELAKSANAAN
AP MENTERI MENTERI
NASIONAL
KP 1 MENTERI MENTERI
KP 2 MENTERI PEMDA TK. I
PROPINSI
KP 3 MENTERI PEMDA TK. I
LP MENTERI PEMDA TK. II
KABUPATEN
AS, KS, LS PEMDA TK. II PEMDA TK. II
KOTA AS, KS, LS PEMDA TK. II PEMDA TK. II
KLASIFIKASI JALAN
MENURUT KELAS JALAN
KLASIFIKASI MENURUT KELAS JALAN
• Kelas jalan diatur dalam Undang-Undang Nomor
22 tahun 2009 tentang Lalu lintas dan Angkutan
Jalan. Jalan dikelompokkan dalam beberapa kelas
berdasarkan:
a. Fungsi dan intensitas lalu lintas guna
kepentingan pengaturan penggunaan jalan dan
kelancaran lalu lintas angkutan jalan.
b. Daya dukung untuk menerima muatan sumbu
terberat dan dimensi kendaraan bermotor.
Pengelompokan jalan menurut Kelas Jalan terdiri
dari:
KLASIFIKASI MENURUT KELAS JALAN
• Pengelompokan jalan menurut Kelas Jalan
terdiri dari:
• Jalan Kelas I
• Jalan Kelas II
• Jalan Kelas III
• Jalan kelas Khusus
KLASIFIKASI MENURUT KELAS JALAN
• Jalan Kelas I
Jalan Kelas I adalah jalan arteri dan kolektor yang dapat
dilalui Kendaraan Bermotor dengan ukuran lebar tidak
melebihi 2.500 milimeter, ukuran panjang tidak melebihi
18.000 milimeter, ukuran paling tinggi 4.200 milimeter,
dan muatan sumbu terberat 10 ton.
• Jalan Kelas II
Jalan Kelas II adalah jalan arteri, kolektor, lokal, dan
lingkungan yang dapat dilalui Kendaraan Bermotor
dengan ukuran lebar tidak melebihi 2.500 milimeter,
ukuran panjang tidak melebihi 12.000 milimeter, ukuran
paling tinggi 4.200 milimeter, dan muatan sumbu terberat
8 ton.
KLASIFIKASI MENURUT KELAS JALAN
• Jalan Kelas III
Jalan Kelas III adalah jalan arteri, kolektor, lokal, dan
lingkungan yang dapat dilalui Kendaraan Bermotor
dengan ukuran lebar tidak melebihi 2.100 meter, ukuran
panjang tidak melebihi 9.000 milimeter, ukuran paling
tinggi 3.500 milimeter, dan muatan sumbu terberat 8 ton.
Dalam keadaan tertentu daya dukung Jalan Kelas III dapat
ditetapkan muatan sumbu terberat kurang dari 8 ton.
• Jalan Kelas Khusus
Jalan Kelas Khusus adalah jalan arteri yang dapat dilalui
Kendaraan Bermotor dengan ukuran lebar melebihi 2.500
milimeter, ukuran panjang melebihi 18.000 milimeter,
ukuran paling tinggi 4.200 milimeter, dan muatan sumbu
terberat lebih dari 10 ton
KLASIFIKASI JALAN
MENURUT JENIS JALAN
KLASIFIKASI MENURUT JENIS JALAN
• Jalan raya berdasarkan jenis jalan dapat dibedakan
menjadi 2 (Dua) jenis, yaitu
– Jalan exspress way,
– free way,

• Jalan cepat (exspress) sesungguhnya adaIah jalan


raya primer atau jalan arteri, akan tetapi pada jalan
exspress prioritas jalan diberikan pada kendaraan
untuk lalu lintas menerus (bergerak Iurus). Pada
daerah persimpangan yang arus Ialu lintasnya saling
memotong (Crossing) jalan raya utama seharusnya
dilengkapi dengan persimpangan jalan yang tidak
sebidang (Flyover).
KLASIFIKASI MENURUT JENIS JALAN
• Kecepatan kendaraan rata-rata diperkenankan
hingga 100 kilometer/jam, dan disertai dengan
pengendalian jalan masuk yang dibatasi secara
efisien. Pengendalian jalan masuk ini dilakukan
secara penuh/sebagian terhadap pemakai jalan dan
penghuni di daerah sekitarnya.
KLASIFIKASI MENURUT JENIS JALAN
• Jalan bebas hambatan (free way) adalah jalan raya
arteri yang memungkinkan kendaraan bergerak
dengan kecepatan lebih dari 100 kilometer/jam
dengan tanpa mengalami rintangan apapun, baik
rintangan yang disebabkan oleh adanya
persimpangan jalan, oleh gerakan kendaraan
membelok, maupun oleh para penyeberang jalan.

Anda mungkin juga menyukai