Anda di halaman 1dari 11

PENETAPAN SUSUNAN AYAT, SURAT

DAN RASM AL-QUR’AN

Yulia Rahmi
IAIN Bukittinggi
yuliabkt@gmail.com

Abstrak, Penetapan Susunan Ayat, Surat dan Rasm al-Qur’an. Kodifikasi al-
Qur’an pada masa Usman bin Affan melahirkan Mushaf Usmani sebagai hasilnya.
Setelah berlalunya masa kodifikasi, muncul perbincangan hangat tentang susunan atau
tertib ayat dan surat yang ada dalam al-Qur’an karena pada mushaf yang disusun oleh
Usman dan timnya ditemukan perbedaan dengan susunan ayat dan surat yang ada
pada mushaf-mushaf para shahabat lainnya. Para ulama sepakat tentang tauqifiynya
susunan ayat-ayat al-Qur’an (sesuai dengan yang ditetapkan oleh Nabi). Begitu pula
halnya dengan susunan surat-surat dalam al-Qur’an dipahami sebagai sesuatu yang
bersifat tauqifiy dari nabi, walaupun para ulama terdapat perbedaan pendapat namun
argumen atau dalil tauqifiynya susunan surat lebih kuat dibandingkan 2 argumen
lainnya yang berpendapat bahwa susunan surat-surat adalah ijtihadiy seluruhnya atau
pun pendapat yang menyatakan sebagiannya ijtihadiy dan sebagiannya tauqifiy.
Pembicaraan lain yang muncul adalah tentang rasmi al-Qur’an pada mushaf Usman.
Argumen dan dalil yang dikemukakan menunjukkan bahwa rasm al-Qur’an adalah
istilah untuk pola penulisan al-Qur’an yang disepakati oleh Usman bukan tauqifiy
daru Nabi, mengikutinya tidak wajib namun demikian rasm Usman tetap harus
dijadikan standarisai pola penulisan al-Qur’an.

Kata Kunci : Tauqifiy, Ijtihadiy, Ishthilahiy, Rasm Usman

Abstract, The Sequence of Verses, Surahs and Rasm of Quran. Codification of


Quran during the Utsman caliphate produced Usmani manuscripts (mushaf). After
the codification era, the controversy about the sequence of verses and surah in the
Quran appeared, because the manuscripts compiled by Usman and his team were
found to be different with manuscripts sequence from other Companions. The
scholars agreed on the tauqifiy of verses sequence in the Quran in which should be as
determined by the Prophet. Likewise, the sequence of verses in the Quran was
believable as something that is tauqifiy of the prophet. Although among the scholars
there were a different opinion, but the argument on its tauqifiy of surah squence was
stronger than two other arguments that defined, it was ijtihadiy entirely, or opinion
stated to apply ijtihadiy and tauqifiy partly. Another controversy that arose, was about
the the rasm of Quran in Usmani Manuscripts. The arguments that were presented
indicated that rasm of Quran was the term for the Quran’s writing pattern agreed by
Usman not tauqifiy of the Prophet. Following this pattern is not obligation, but the
rasm of Utsman must keep to be Standardization pattern in writing the Quran.

Keywords: Tauqifiy, Ijtihadiy, Ishthilahiy, Rasm Usman

185
186 JURNAL ULUNNUHA, Volume 6, Nomor 2, Desember 2017, hlm.185-196

PENDAHULUAN ‫اﳉﻤﻠﺔ ﻣﻦ ﻛﻼم اﷲ اﳌﻨﺪرﺟﺔ ﰲ ﺳﻮرة اﻟﻘﺮآن‬


Secara dogmatis umat Islam (Manna’ Khalil al-Qathan, 1983 : 139)
meyakini bahwa al-Qur’an merupakan “Susunan kata dari kalamullah yang
sumber ajaran agama yang utama, yang terdapat dalam sebuah surat dari al-
merupakan Kalamullah sekaligus Qur’an”
berfungsi sebagai mukjizat dan bukti ke-
Rasulan Muhammad. Senada dengan definisi tersebut,
az-Zarqaniy menambahkan bahwa ayat
Al-Qur’an pada periode Rasu- adalah :
lullah Saw, belum terkodifikasi namun
masih dalam bentuk manuskrip yang ‫ﻃﺎﺋﻔﺔ ذات ﻣﻄﻠﻊ و ﻣﻘﻄﻊ ﻣﻨﺪرﺟﺔ ﰲ ﺳﻮرة ﻣﻦ‬
tersebar di berbagai media. Usaha (az-Zarqaniy, 1990 : 339) ‫اﻟﻘﺮآن‬
pengumpulan al-Qur’an dilaksanakan
pada masa pemerintahan Khalifah Abu “Sekelompok kata yang mempunyai awal
Bakar Shiddiq, atas inisiatif Umar bin dan akhir yang termasuk dalam suatu
Khathab. Sedangkan kodifikasi al- surat al-Qur’an”
Qur’an terlaksana pada masa peme-
Beranjak dari definisi yang di-
rintahan Usman bin Affan, yang pada
kemukakan, dapat dipahami bahwa ayat
akhirnya al-qur’an yang telah dikodifi-
merupakan bagian dari surat yang ada
kasi dikenal dengan nama Mushhaf
dalam al-Qur’an, terdiri dari sejumlah
Usmaniy.
huruf yang memiliki batas permulaan dan
Pada mushhaf Usmaniy susunan penutup.
ayat dan surat al-Qur’an disusun berbeda
Ketika membahas susunan dan
dengan kronologis turun ayat al-Qur’an.
urutan ayat-ayat al-Qur’an, para ulama
Hal ini menjadi suatu polemik yang
sepakat bahwa susunan ayat yang ter-
memunculkan perbedaan dalam
dapat pada mushahf sekarang ini adalah
memahami tertib ayat dan surat yang ada
tauqify1 nabi Muhammad (as-Suyuthi,
dalam al-Qur’an. Bahkan juga
1979 : 62).
memunculkan perbedaan dalam pola
penulisan (rasm) al-Qur’an. Kesepakatan ini berdasarkan
kepada beberapa riwayat yang me-
SUSUNAN AYAT nunjukkan penetapan nabi tentang urutan
Ayat merupakan bagian dari al- / susunan dari ayat al-Qur’an, antara lain
Qur’an yang secara etimologi dapat :
berarti : ‫اﻟﻌﻼﻣﺔ‬, ‫اﻟﻌﱪة‬, ‫اﳌﻌﺠﺰة‬, ‫اﻷﻣﺮ‬
‫اﻟﻌﺠﺎﺋﺐ‬, dan ‫اﻟﱪﻫﺎن و اﻟﺪﻟﻴﻞ‬. (Abu Luwis ‫ْﺖ ِﻋْﻨ َﺪ‬ُ ‫ ُﻛﻨ‬:‫َﺎل‬ َ ‫ ﻗ‬،‫َﺎص‬ِ ‫ َﻋ ْﻦ ﻋُﺜْﻤَﺎ َن ﺑْ ِﻦ أَِﰊ اﻟْﻌ‬
Ma’luf, 1986 : 22) ‫ﺻﻠﱠﻰ اﷲُ َﻋﻠَْﻴ ِﻪ َو َﺳﻠﱠ َﻢ ﺟَﺎﻟِﺴًﺎ إِ ْذ‬
َ ‫ﷲ‬ ِ ‫ُﻮل ا‬ ِ ‫َرﺳ‬
Secara terminology, sebagai- ُ‫َﱴ ﻛَﺎ َد أَ ْن ﻳـُﻠْ ِﺰﻗَﻪ‬
‫ﺻ ﱠﻮﺑَﻪُ ﺣ ﱠ‬
َ ‫ﺼ ِﺮِﻩ ﰒُﱠ‬
َ َ‫َﺺ ﺑِﺒ‬
َ ‫َﺷﺨ‬
mana yang dijelaskan oleh Manna’
Khalil al-Qathan, bahwa ayat adalah : 1
Tauqifiy : Berdasarkan petunjuk dari
rasulullah dan ketentuan tersebut dating dari
Alllah melalui Jibril

186
Yulia Rahmi, Penetapan Susunan Ayat, Surat dan Rasm al-Qur’an 187

" :‫َﺎل‬ َ ‫ﺼ ِﺮِﻩ ﻓَـﻘ‬


َ َ‫َﺺ ﺑِﺒ‬ َ ‫ ﰒُﱠ َﺷﺨ‬:‫َﺎل‬ َ ‫ ﻗ‬،‫ْض‬ ِ ‫ِﺎﻷَر‬ ْ‫ﺑ‬ telah dinasakhkan hukumnya dalam
‫ﺿ َﻊ َﻫ ِﺬ ِﻩ ْاﻵﻳَﺔَ َِﺬَا‬ َ َ‫َﺎﱐ ِﺟﱪِْﻳ ُﻞ ﻓَﺄَ َﻣﺮَِﱐ أَ ْن أ‬ ِ ‫أَﺗ‬ susunan ayat-ayat al-Qur’an karena hal
ini telah menjadi ketetapan dari Nabi.
‫اﻟْﻤ َْﻮ ِﺿ ِﻊ ِﻣ ْﻦ َﻫ ِﺬ ِﻩ اﻟﺴﱡﻮَرِة " }إِ ﱠن اﷲَ ﻳَﺄْ ُﻣ ُﺮ‬ Indikasi lain yang menjelaskan
‫َاﻹ ْﺣﺴَﺎ ِن َوإِﻳﺘَﺎ ِء ذِي اﻟْﻘُﺮَْﰉ َوﻳَـْﻨـﻬَﻰ‬ ِْ ‫ْل و‬ ِ ‫ﺑِﺎﻟْ َﻌﺪ‬ susunan dan urutan ayat itu bersifat
‫َﻋ ِﻦ اﻟْ َﻔ ْﺤﺸَﺎ ِء وَاﻟْ ُﻤْﻨ َﻜ ِﺮ وَاﻟْﺒَـ ْﻐ ِﻲ ﻳَﻌِﻈُ ُﻜ ْﻢ ﻟَ َﻌﻠﱠ ُﻜ ْﻢ‬ tauqifiy adalah bacaan nabi ketika shalat
yang mengurutkan susunan ayat-ayat al-
( Musnad Ahmad bin Hanbal {‫ﺗَ َﺬ ﱠﻛﺮُو َن‬ Qur’an dalam membacanya, atau pun
: no.17918) ketika beliau berkhutbah Jum’at,
Dari Usman bin Abi al-ash, ia ber- sebagaimana hadis-hadis shahih tentang
kata : “Aku sedang duduk di smaping bacaan Nabi Saw terhadap sejumlah surat
Rasulullah, tiba-tiba pandangannya sebagaimana surat al-Baqarah, Ali Imran
mnejadi tajam lalu kembali seperti dan An-Nisak (az-Zarqaniy : 347)
semula, kemudian beliau bersabda : Nabi Muhammad selalu me-
Jibrail telah dating kepadaku dan ngulangi hafalannya dihadapan Jibril
memerintahkan agar aku meletakkan pada setiap tahunnya, dan pada tahun
ayat ini dari surat ini ‫ْل‬
ِ ‫إِ ﱠن اﷲَ ﻳَﺄْ ُﻣ ُﺮ ﺑِﺎﻟْ َﻌﺪ‬ terakhir sebelum wafatnya Nabi sempat
‫َاﻹ ْﺣﺴَﺎ ِن َوإِﻳﺘَﺎ ِء ذِي اﻟْﻘُﺮَْﰉ َوﻳـَْﻨـﻬَﻰ َﻋ ِﻦ اﻟْ َﻔ ْﺤﺸَﺎ ِء‬ ِْ ‫و‬ dua kali mengulangi hafalannya. (Az-
‫وَاﻟْ ُﻤْﻨ َﻜ ِﺮ وَاﻟْﺒَـﻐْ ِﻲ ﻳَﻌِﻈُ ُﻜ ْﻢ ﻟَ َﻌﻠﱠ ُﻜ ْﻢ ﺗَ َﺬ ﱠﻛﺮُو َن‬ Zarqaniy : 346) Hal ini juga menjadi
bukti bahwa susunan ayat adalah tauqifiy
‫ ﻟِ ُﻌﺜْﻤَﺎ َن ﺑْ ِﻦ َﻋﻔﱠﺎ َن‬:‫ْﺖ‬ ُ ‫َﲑ ﻗُـﻠ‬ ِْ ‫ اﺑْ ُﻦ اﻟﱡﺰﺑـ‬:‫َﺎل‬ َ ‫ ﻗ‬ Nabi. Berdasarkan susunan ini pulalah
:‫َﺎل‬َ ‫}وَاﻟﱠﺬِﻳ َﻦ ﻳـُﺘَـ َﻮﻓـ ْﱠﻮ َن ِﻣْﻨ ُﻜ ْﻢ َوﻳَ َﺬرُو َن أَزْوَاﺟًﺎ{ ﻗ‬ yang diajarkan Nabi kepada para
‫ ﻓَﻠِ َﻢ ﺗَ ْﻜﺘُﺒُـﻬَﺎ؟ أ َْو‬،‫ﻗَ ْﺪ ﻧَ َﺴ َﺨْﺘـﻬَﺎ اﻵﻳَﺔُ اﻷُ ْﺧﺮَى‬ shahabat, sehingga susunan ayat yang
ada sekarang ini bebas dari ijtihad
ُ‫َﺧﻲ ﻻَ أُ َﻏﻴﱢـُﺮ َﺷْﻴﺌًﺎ ِﻣْﻨﻪ‬ ِ ‫ »ﻳَﺎ اﺑْ َﻦ أ‬:‫َﺎل‬ َ ‫ﺗَ َﺪ ُﻋﻬَﺎ؟ ﻗ‬ shahabat.
(Shahih al-Bukhari : no. «‫َﻣﻜَﺎﻧِِﻪ‬ ‫ِﻣ ْﻦ‬ SUSUNAN SURAT
4530) Kata surat secara etimologi be-
Ibnu Zubair berkata : Aku bertanya rasal dari kata ‫ اﻟﺴﻮر‬dengan makna ‫اﳌﻨﺰﻟﺔ‬
kepada Usman tentang ayat ini ‫وَاﻟﱠﺬِﻳ َﻦ ﻳـُﺘَـ َﻮﻓـ ْﱠﻮ َن‬ (posisi) (Abu Luwis Ma’luf : 362), surat
dari al-Qur’an telah dikenal, karena
‫ ِﻣْﻨ ُﻜ ْﻢ َوﻳَ َﺬرُو َن أَزْوَاﺟًﺎ‬telah dinasakhkan oleh ayat posisinya pada suatu tempat secara
yang lain, tetapi mengapa engkau masih berdampingan.
menulisnya ? atau membiarkannya?, ia
menjawab : Keponakanku aku tidak Secara terminology, definisi surat
mengubah sesuatu pun dari tempatnya. sebagaimana yang dikemukakan oleh az-
Zarqaniy adalah :
Riwayat-riwayat tersebut men-
jadi isyarat bahwa susunan ayat-ayat al- ‫ﻃﺎﺋﻔﺔ ﻣﺴﺘﻘﻠﺔ ﻣﻦ آﻳﺎت اﻟﻘﺮآن ذات ﻣﻄﻠﻊ‬
Qur’an adalah tauqifiy dari nabi sesuai ‫وﻣﻘﻄﻊ‬
dengan petunjuk dari Allah. Sehingga
Usman tetap memasukkan ayat-ayat yang
188 JURNAL ULUNNUHA, Volume 6, Nomor 2, Desember 2017, hlm.185-196

“Sekelompok (ayat) yang berdiri sendiri 3. An-Naml, dinamakan juga dengan


yang memiliki permulaan dan penutup”. Sulaiman.
4. At-Taubah, dinamakan juga dengan
Menurut Manna’ Khalil al- al-Bara’ah.
Qathan :
Penamaan surat tersebut dila-
‫ اﳉﻤﻠﺔ ﻣﻦ آﻳﺎت اﻟﻘﺮآن ذات اﳌﻄﻠﻊ و اﻗﻠﻬﺎ ﺛﻼث‬tarbelakangi oleh beberapa hal, antara
‫ آﻳﺎت‬lain :
“sejumlah ayat-ayat al-Qur’an yang 1. Kandungan atau kisah yang paling
mempunyai permulaan dan akhir, mi- menonjol pada surat tersebut.
nimal terdiri dari 3 ayat” 2. Keistimewaan dari makhluk yang
dijadikan nama surat, yang terdapat
Sedangkan az-Zarkasyi mende- ’ibrah dari pembuatan makhluk
finisikan surat sebagai berikut : tersebut.
‫ﻗﺮآن ﻳﺸﺘﻤﻞ ﻋﻠﻰ آي ذوات ﻓﺎﲢﺔ و ﺧﺎﲤﺔ و اﻗﻠﻬﺎ‬ 3. Tema sentral yang ada pada surat
tersebut.
‫ ﺛﻼث آﻳﺎت‬4. Permulaan ayat dari surat, yang
biasanya terdiri dari huruf
“Bacaan yang mencakup ayat-ayat yang muqaththa’ah.
memiliki awal pembukaan dan penutup
minimal terdiri dari 3 ayat. Para ulama mengklasifikasikan
surat-surat dalam al-Qur’an kepada
Berdasarkan definisi-definisi beberapa kategori :
yang dikemukakan oleh para ulama
tersebut dapat dipahami bahwa surat 1. ‫ اﻟﻄﻮال‬atau ‫ اﻟﺴﺒﻊ اﻟﻄﻮال‬yaitu tujuh
adalah sekumpulan ayat yang menimal surat yang panjang-panjang, terdiri
terdiri dari 3 ayat yang memiliki per- dari : al-Baqarah, Ali Imran, An-
mulaan dan akhir. Nisak, Al-Maidah, al-an’am, al-A’raf
Sebagian ulama cenderung dan Yunus.
menetapkan bahwa nama-nama surat 2. ‫ اﳌﺌﻮن‬yaitu surat-surat al_qur’an yang
dalam al-Qur’an sebagiannya telah di- terdiri dari 100 ayat atau lebih,
tetapkan oleh Nabi Muhammad, dan seperti surat an-Nahl, Hud dan Yusuf.
sebagiannya diberikan oleh para sha- 3. ‫ اﳌﺜﺎﱏ‬yaitu surat-surat yang kurang
habat. Nama-nama surat yang tidak dari 100 ayat, seperti al-Ahzab, al-
merupakan ketetapan nabi pada Hajj, al-Qashash.
umumnya adalah surat-surat yang 4. ‫ اﳌﻔﺼﻞ‬yaitu surat-surat pendek yang
memiliki lebih dari satu nama (Hasa- terdapat pada susunan akhir al-
nuddin AF, 1995 : 74), antara lain : Qur’an. Bagian ini dibagi kepada 3
1. Al-Fatihah, dinamakan juga dengan kelompok :
Ummu al-Qur’an, Sab’u al-Matsani, a. ‫ ﻃﻮال اﳌﻔﺼﻞ‬mulai dari surat al-
al-Kafiyat. Hujurat sam pai surat al-Buruj.
2. Al-Maidah, dinamakan juga dengan b. ‫اواﺳﻂ اﳌﻔﺼﻞ‬, mulai dari surat ath-
al-‘Uqud, al Munqizat. Thariq sampai surat al-Bayyinah.
Yulia Rahmi, Penetapan Susunan Ayat, Surat dan Rasm al-Qur’an 189

c. ‫ﻗﺼﺎر اﳌﻔﺼﻞ‬, mulai dari surat al- shahabat tidak akan berbeda
Zilzalah sampai surat an-Nas. dalam penulisan tertib mushaf
mereka.
Berbeda halnya dengan susunan
ayat al-Qur’an yang disepakati sebagai b. Adanya riwayat dari Ibnu Abbas :
tauqifiy nabi, dalam persoalan susunan
dan urutan surat al-Qur’an terdapat
‫ْﺖ اﺑْ َﻦ‬ ُ ‫ َِﲰﻌ‬:‫َﺎل‬ َ ‫ ﻗ‬،‫َﻋ ْﻦ ﻳَﺰِﻳ َﺪ اﻟْﻔَﺎرِِﺳﻲﱢ‬
perbedaan pendapat ulama menjadi tiga ‫ ﻣَﺎ‬:‫ْﺖ ﻟِ ُﻌﺜْﻤَﺎ َن ﺑْ ِﻦ َﻋﻔﱠﺎ َن‬ ُ ‫ ﻗُـﻠ‬:‫َﺎل‬ َ ‫ ﻗ‬،‫ﱠﺎس‬ ٍ ‫َﻋﺒ‬
pendapat sebagai berikut : ‫ْﰎ إ َِﱃ ﺑـَﺮَاءَ َة َوِﻫ َﻲ ِﻣ َﻦ‬ ُْ ‫ﲪََﻠَ ُﻜ ْﻢ أَ ْن َﻋ َﻤﺪ‬
1. Tertib surat-surat al-Qur’an selu- ‫َﺎﱐ‬ ِ ‫َﺎل َوِﻫ َﻲ ِﻣ َﻦ اﳌَﺜ‬ ِ ‫ َوإ َِﱃ ْاﻷَﻧْـﻔ‬،َ‫اﳌﺌِﲔ‬
ruhnya adalah ijtihadiy para
shahabat. Pendapat ini dinisbahkan ‫ﻓَ َﺠ َﻌْﻠﺘُﻤُﻮﳘَُﺎ ِﰲ اﻟ ﱠﺴْﺒ ِﻊ اﻟﻄﱢﻮَا ِل َوَﱂْ ﺗَ ْﻜﺘُﺒُﻮا‬
kepada Jumhur Ulama termasuk ،ِ‫ﱠﺣﻴﻢ‬ ِ‫ﺑـَْﻴـﻨَـ ُﻬﻤَﺎ َﺳﻄَْﺮ ﺑِ ْﺴ ِﻢ اﻟﻠﱠ ِﻪ اﻟﺮﱠﲪَْ ِﻦ اﻟﺮ‬
Imam Malik dan Qadhi Abu Bakar ‫ﺻﻠﱠﻰ اﷲُ َﻋﻠَْﻴ ِﻪ‬ َ ‫ﱠﱯ‬ ‫ ﻛَﺎ َن اﻟﻨِ ﱡ‬:‫َﺎل ﻋُﺜْﻤَﺎ ُن‬ َ‫ﻗ‬
al-Baqilaniy dan Abu Husain Ahmad
bin Faris. Pendapat ini didasarkan ‫ْﺾ‬
َ ‫َﺎت ﻓَـﻴَ ْﺪﻋُﻮ ﺑـَﻌ‬ ُ ‫َو َﺳﻠﱠ َﻢ ﳑِﱠﺎ ﺗَـﻨَـﺰُﱠل َﻋﻠَْﻴ ِﻪ ْاﻵﻳ‬
kepada beberapa alasan : ‫ﺿ ْﻊ َﻫ ِﺬ ِﻩ‬َ » :ُ‫ُﻮل ﻟَﻪ‬ ُ ‫ َوﻳَـﻘ‬،ُ‫ُﺐ ﻟَﻪ‬ُ ‫َﻣ ْﻦ ﻛَﺎ َن ﻳَ ْﻜﺘ‬
a. Adanya keberagaman tertib surat
pada mushaf-mushaf para
‫ َﻛﺬَا‬،‫ْاﻵﻳَﺔَ ِﰲ اﻟﺴﱡﻮَرِة اﻟ ِﱠﱵ ﻳُ ْﺬ َﻛ ُﺮ ﻓِﻴﻬَﺎ‬
shahabat, sebelum masa kodi- :‫ُﻮل‬ ُ ‫َاﻵﻳـَﺘَﺎ ِن ﻓَـﻴَـﻘ‬
ْ ‫ َوﺗَـْﻨﺰُِل َﻋﻠَْﻴ ِﻪ ْاﻵﻳَﺔُ و‬،«‫َوَﻛﺬَا‬
fikasi.
- Ubay bin Ka’ab menyusun
‫َﺎل ِﻣ ْﻦ أَوِﱠل ﻣَﺎ‬ ُ ‫َﺖ ْاﻷَﻧْـﻔ‬ ِ ‫ َوﻛَﺎﻧ‬،‫ِﻚ‬ َ ‫ﻞ ذَﻟ‬ َ ْ‫ِﻣﺜ‬
tertib mushafnya diawali ‫آﺧ ِﺮ‬ِ ‫َﺖ ﺑـَﺮَاءَةُ ِﻣ ْﻦ‬ ْ ‫أُﻧْﺰَِل َﻋﻠَْﻴ ِﻪ ﺑِﺎﻟْ َﻤﺪِﻳﻨَ ِﺔ َوﻛَﺎﻧ‬
dengan surat al-Fatihah, al- ً‫ﺼﺘُـﻬَﺎ َﺷﺒِﻴ َﻬﺔ‬ ‫َﺖ ﻗِ ﱠ‬ ْ ‫ﻣَﺎ ﻧـَﺰََل ِﻣ َﻦ اﻟْ ُﻘﺮْآ ِن َوﻛَﺎﻧ‬
Baqarah kemudian an-Nisak,
Ali Imran kemudian al- ‫َﺎك‬
َ ‫ْﺖ أَﻧـﱠﻬَﺎ ِﻣْﻨـﻬَﺎ ﻓَ ِﻤ ْﻦ ُﻫﻨ‬ ُ ‫ﺼﺘِﻬَﺎ ﻓَﻈَﻨَـﻨ‬ ‫ﺑِِﻘ ﱠ‬
An’am. ‫ُﺐ‬ْ ‫َال َوَﱂْ أَ ْﻛﺘ‬ ِ ‫ﺿ ْﻌﺘُـﻬَﺎ ِﰲ اﻟ ﱠﺴْﺒ ِﻊ اﻟﻄﱢﻮ‬ َ ‫َو‬
- Ibnu MAs’ud menyusun
mushafnya diawali dengan . ‫ﱠﺣﻴ ِﻢ‬ ِ‫ﺑـَْﻴـﻨَـ ُﻬﻤَﺎ َﺳﻄَْﺮ ﺑِ ْﺴ ِﻢ اﻟﻠﱠ ِﻪ اﻟﺮﱠﲪَْ ِﻦ اﻟﺮ‬
surat al-Baqarah, an-Nisak, (Kutubuttis’ah : Abu daud : no.
786).
Ali Imran.
- Ali menyusun tertib mushaf- Dari Yazid al-Farisi ia berkata :
nya berdasarkan turunnya Aku mendengar Ibnu Abbas
wahyu yang dimulai dengan berkata : Aku bertanya kepada
surat al-‘Alaq, al-Mudatsir, Usman bin Affan :” Apakah yang
Qaf, al-Muzammil. (Az- menjadi alasanmu meletakkan
Zarqaniy : 353) surat Baraah yang termasuk
Berdasarkan perbedaan kategori al-miin dan surat al-
tertib mushaf para shahabat inilah Anfal yang merupakan al-
muncul pemahaman bahwa matsani, engkau tempatkan
seandainya tertib mushaf tersebut keduanya pada sab’u ath-thiwal
adalah tauqifiy tentu para dan tidak engkau tuliskan
bismillahirahmanirrahim antara
190 JURNAL ULUNNUHA, Volume 6, Nomor 2, Desember 2017, hlm.185-196

keduanya. Usman menjawab : mushaf, namun diletakkan


Adalah Nabi Saw ketika turun terpisah, seperti surat-surat yang
beberapa ayat, beliau memanggil dibuka dengan musabbihat (ayat-
beberapa penulis wahyu dan ber- ayat yang dimulai dengan tasbih
kata kepadanya : “Letakkan ayat kepada Allah) tidak diletakkan
ini pada surat yang menyebutkan secara berurutan tapi diselingi
di dalamnya tentang ini dan ini. dengan surat lain. Sebagaimana
Ketika turun satu atau dua ayat surat at-Taghabun dengan surat
maka beliau akan memerin- al-Jumu’ah yang diselingi oleh
tahkan seperti demikian. Surat surat al-Munafiqun. Demikian
al-Anfal termasuk surat yang pula surat al-Hasyar dan as-Shafat
pertama yang diturunkan di yang diselingi oleh surat al-
Madinah dan surat Baraah Mumtahanah. Jika tertib surat
termasuk surat terakhir yang adalah ijtihad tentunya ayat-ayat
diturunkan. Kisah pada surat al- yang senada akan diletakkan
Anfal mirip dengan kisah pada berdekatan bukannya terpisah
surat Baraah, sehingga aku seperti pada susunan mushaf yang
mengira bahwa surat Baraah ada sekarang.
adalah bagian dari surat al- b. Tidak seorang pun shahabat yang
Anfal, karena itu aku letakkan keberatan dengan tertib surat
pada as-sab’u ath-thiwal dan yang disusun oleh USman,
tidak aku tuliskan antara kesepakatan tersebut tidak akan
keduanya bis- terwujud bila tertib surat bukan
millahirrahmanirrahim. tauqifiy. Bahakan mereka
bersedia melepaskan mushaf
Riwayat tersebut menje- mereka masing-masing. (az-
laskan bahwa tertib surat Baraah Zarqaniy : 354-355)
dan al-Anfal dituliskan berdasar- c. Melihat kepada riwayat-riwayat
kan ijtihad dari Usman, hal ini yang menjelaskan bahwa
menggambarkan bahwa usman Rasulullah telah membaca be-
telah berijtihad untuk menen- berapa surat secara berurutan
tukan tertib dalam mushhaf. dalam shalat, diantaranya riwayat
dari Ibnu Abi Syaibah yang
2. Tertib Mushaf seluruhnya adalah menyatakan bahwa nabi pernah
tauqifiy dari Nabi, sebagaimana membaca beberapa surat
tauqifiynya tertib ayat. Pendapat ini mufasshal dalam satu rakaat.
dinisbahkan kepada Abu Bakar al- (Manna’ Khalil al-Qathan : 141)
Anbari, Abu Ja’far an-Nuhas dan at- 3. Susunan surat-surat al-Qur’an
Thibiy. Pendapat ini berdasarkan sebagiannya tauqifiy dan sebagian
kepada alasan : lagi ijtihadiy. Pendapat ini didasar-
a. Surat-surat yang mirip isinya ti- kan kepada riwayat-riwayat yang
dak diletakkan berurutan dalam menerangkan tentang tauqifiynya
beberapa surat antara lain :
Yulia Rahmi, Penetapan Susunan Ayat, Surat dan Rasm al-Qur’an 191

‫ُﻮل‬
ُ ‫ ﻗﺮأ َرﺳ‬:‫َﺎل‬ َ ‫ ﺣﺪﻳﺚ ﺳﻌﻴﺪ ﺑْ ِﻦ ﺧَﺎﻟِ ٍﺪ ﻗ‬ Selain itu mereka menuliskan tertib surat
‫َال‬
ِ ‫ﺻﻠﱠﻰ اﷲُ َﻋﻠَْﻴ ِﻪ َو َﺳﻠﱠ َﻢ ﺑِﺎﻟ ﱠﺴْﺒ ِﻊ اﻟﻄﱢﻮ‬
َ ‫اﻟﻠﱠ ِﻪ‬ al-Qur’an hanya untuk kepentingan
pribadi untuk memudahkan mereka
«‫ِﰲ َرْﻛ َﻌ ٍﺔ‬ dalam menghafalnya. Oleh karena tertib
‫ أﻧﻪ ﻋﻠﻴﻪ اﻟﺼﻼة و اﻟﺴﻼم‬: ‫ رواﻩ اﺑﻦ أﰊ‬ surat bukanlah ijtihad masing-masing
shahabat, maka para shahabat sepakat
‫ﻛﺎن ﳚﻤﻊ اﳌﻔﺼﻞ ِﰲ َرْﻛ َﻌ ٍﺔ‬ menerima dan berpegang dengan tertib
Qadhi Abu Muhammad bin mushhaf yang disusun oleh Usman dan
Athiyah berpendapat bahwa Timnya, bahkan mereka bersedia
sebagian ayat-ayat al-qur’an meninggalkan tertib mushaf mereka
telah diketahui urutannya pada masing-masing dan rela membakarnya
masa Nabi seperti as-sab’u ath- karena tertib surat merupakan tauqifiy
thiwal, alhawamim dan dari Rasul.
mufasshal dan sebagainya sesuai
Selain itu riwayat dari Ibnu
dengan kebijakan orang
Abbas yang dipakai oleh kelompok
setelahnya. (Manna’ Khalil al-
pertama, merupakan hadis gharib2. Yang
Qathan : 357)
hanya ditemukan pada jalur riwayat dari
Dari ketiga pendapat tentang ‘Auf dari Yazid al-Farisi dari Ibnu
tertib surat-surat dalam al-Qur’an, ter- Abbas. Berdasarkan penelitian, ternyata
lihat bahwa masing-masing kelompok terdapat cacat pada sanadnya, dimana
memiliki argumen dan alasan. Namun Yazid al-Farisi dinilai sebagai rawi
pendapat yang kedua dipandang dapat Majhul3. Kualitas rawinya tersebut
dijadikan hujjah dibandingkan 2 menempatkan riwayat ibnu Abbas ini
pendapat yang lain. Di samping argument menjadi tertolak dan tidak bias dijadikan
yang dikemukakan oleh kelompok kedua hujjah untuk menetapkan bahwa tertib
di atas, ada beberapa alasan lain yang surat adalah ijtihadiy.
mendukung pendapat tersebut dan
Pada dalil lain yang digunakan
sekaligus menunjukkan kelemahan dari
oleh kelompok ketiga, sama sekali tidak
argumen kelompok pertama dan ketiga.
dapat dipahami sebagai landasan yang
Para shahabat memiliki masing- menunjukkan bahwa sebagian durat
masing mushaf pribadi yang saling adalah tauqifiy dan sebagian lainnya
berbeda dalam tertib suratnya, hal ini adalah ijtihadiy, bahkan dalil-dalil yang
belum bisa dijadikan dalil bahwa tertib dikemukakan tersebut menunjukkan
mushaf adalah ijtihadiy. bahwa tertib/susunan surat berasal dari
Berbedanya tertib surat pada Rasul (tauqifiy).
mushaf para shalabat dapat diakibatkan
22
dari faktor belum turunnya al-Qur’an Hadis Gharib : Hadis yang
diriwayatkan hanya dari satu jalur periwayatan
secara lengkap sehingga para shahabat
pada setiap thabaqat atau sebagian thabaqat
menuliskan mushaf sesuai dengan 3
Rawi Majhul : Rawi hadis yang tidak
informasi yang mereka terima dan tertib diketahui identitasnya, sehingga jalur riwayat
yang telah mereka dengar dari Rasul. yang terdapat rawi majhul, dinilai sebagai jalur
yang tidak muttashil.
192 JURNAL ULUNNUHA, Volume 6, Nomor 2, Desember 2017, hlm.185-196

Indikasi lain yang menjelaskan Metode Khusus pada penulisan kitab


bahwa susunan surat adalah tauqifiy yang disetujui oleh Usman.
adalah pernyataan al-Kirmaniy, seba-
gaimana dikutip oleh as-Suyhuthi, bahwa Sedangkan az-Zarqaniy men-
susunan dan urutan ayat al-Qur’an jelaskan bahwa yang dimaksud dengan
sebagaimana susunan yang sekarang rasm al-Qur’an atau rasm mushaf adalah
berdasarkan kepada susunan surat al- :
Qur’an yang terdapat di Lauh Mahfuz. ‫رﺳﻢ اﳌﺼﺤﻒ ﻳﺮاد ﺑﻪ اﻟﻮﺿﻊ اﻟﺬى ارﺗﻀﺎﻩ ﻋﺜﻤﺎن‬
(as-Suyuthi : 64-65) berdasarkan hal ini
pula Nabi membacakan di hadapan Jibril (az-Zarqniy : ‫ﰲ ﻛﺘﺎﺑﻪ ﻛﻠﻤﺎت اﻟﻘﺮآن وﺣﺮوﻓﻪ‬
A.S. setiap tahun, dan pada tahun 369)
terakhir kehidupannya, Nabi sempat Dapat dipahami bahwa yang
membacanya dua kali. dimaksud dengan rasm al-Qur’an adalah
penulisan al-Qur’an dengan berpedoman
RASM AL-QUR’AN kepada kaidah-kaidah kebahasaan seperti
Rasm secara etimologi dapat : hazaf, ziyadah, badal, washal dan
berarti : ‫( اﻷﺛﺮ‬bekas), ‫( اﻟﺘﻤﺜﻴﻞ‬perumpa- fashal sebagaimana yang kita temui pada
maan), mendeskripsikan sesuatu dengan tulisan al-Qur’an yang ada sekarang.
pena atau tulisan bergambar, ‫اﻟﻨﻘﺲ‬ Pada sejarahnya, penulisan dan
lukisan/ukiran)
pengeditan al-Qur’an dari segi tulisan
Abdul Fatih Ismail Tsa’labi dan dialektika dilakukan oleh empat
menjelaskan bahwa rasm secara bahasa orang shahabat yang diketuai oleh Zaid
adalah : bin Tsabit di bawah pengawasan Usman
bin Affan. Mushaf ini kemudian dikenal
‫ اﻟﺮﺳﻢ أﺻﻠﻪ اﻷﺛﺮ اﻟﻜﺘﺎﺑﺔ وﻫﻮ ﺗﺼﻮﻳﺮ اﻟﻜﻠﻤﺔ‬dengan nama mushaf Usmaniy. Penulisan
‫ ﲝﺮوف ﻫﺠﺎﺋﻬﺎ ﺑﺘﻘﺪﻳﺮ اﻹﺑﺘﺪاء ﺎ واﻟﻮﻗﻮف ﻋﻠﻴﻬﺎ‬al-Qur’an tersebut mengikuti kaidah-
(Abdul faith Ismail Tsa’labi, t.th : 9) kaidah khusus yang telah disebutkan di
atas.
Rasm berasal dari “atsar”, maksudnta
corak penulisan terhadap ucapan dengan Setelah rampungnya penulisan
huruf hijaiyah dengan menentukan ulang al-Qur’an tersebut, muncul per-
ibtida’ dan waqaf. tanyaan di kalangan umat Islam tentang
statusnya apakah tauqifiy atau isthilahiy,
Bila dihubungkan dengan al-
yang kenudian sangat erat hubungannya
Qur’an, maka rasm al-Qur’an berarti
dengan hukum mengikuti pola penulisan
bentuk-bentuk penulisan terhadap bacaan
dari rasm tersebut.
al-Qur’an. Yang secara terminology
dikemukakan oleh Manna’ Khalil al- Terdapat tiga pendapat tentang
Qathan : persoalan rasm ini :
‫ﻃﺮﻳﻘﺔ ﺧﺎﺻﺔ ﰲ اﻟﻜﺘﺎﺑﺔ ارﺗﻀﺎﻫﺎ ﳍﻢ ﻋﺜﻤﺎن‬ 1. Jumhur ulama, diantaranya Ibnu
(Manna’ Khalil al-Qathan : 146) Mubarak mengutip pendapat gurunya
Abdul Aziz ad-Dabbagh, bahwa rasm
al-qur’an adalah tauqifiy. Pola
Yulia Rahmi, Penetapan Susunan Ayat, Surat dan Rasm al-Qur’an 193

penulisannya bukan berasal dari Maka menurut pendukung pendapat


ijtihad para shahabat, sebab penulisan ini, penulisan mushaf pun harus
al-Qur’an telah ada semenjak zaman sesuai atau mengikuti bentuk pe-
Rasulullah dan tidak mengkun nulisan pada rasm al-Qur’an, karena
mereka sepakat dalam hal yang terjadinya ijma’ atas rasm Usman
bertentangan dengan kehendak tersebut menunjukkan tidka boleh
Rasulullah, sehingga wajib mengikuti beralih kepada yang lain.
pola penulisan rasm al-Qur’an. (az- 2. Sebagian Ulama berpendapat bahwa
Zarqaniy : 377-378) rasm al-qur’an bukan tauqifiy dari
Pendapat ini, mengutip satu riwayat Nabi, tetapi suatu istilah yang
sebagai pendukungnya, yang disepakati oleh usman dan diterima
menjelaskan bahwa nabi meletakkan baik oleh umat Islam, sehingga dari
undang-undang penulisan wahyu kesepakatan tersebut wajib mengikuti
seperti perkataan beliau kepada penulisan rasm Usman dan tidak
Muawiyah sebagai salah seorang boleh menyalahinya. Di antara ulama
penulis wahyu : yang mendukung pendapat ini adalah
‫"أﻟﻖ اﻟﺪواة وﺣﺮف اﻟﻘﻠﻢ وأﻧﺼﺐ اﻟﺒﺎء وﻓﺮق‬ Imam Malik, beliau pernah ditanya
apakah boleh menulis al-Qur’an de-
‫اﻟﺴﲔ وﻻ ﺗﻌﻮر اﳌﻴﻢ وﺣﺴﻦ اﷲ وﻣﺪ اﻟﺮﲪﻦ‬ ngan kaidah hijaiyah, maka Malik
‫وﺟﻮد اﻟﺮﺣﻴﻢ وﺿﻊ ﻗﻠﻤﻚ ﻋﻠﻰ أذﻧﻚ‬ menjawab tidak kecuali menurut tata
"‫اﻟﻴﺴﺮى ﻓﺈﻧﻪ أذﻛﺮ ﻟﻚ‬ cara penulisan pertama, (Subhi as-
Shaleh : 276) yaitu rasm al-Qur’an.
Letakkan wadah tinta, miringkan 3. Sekelompok ulama berpendapat
pena, luruskan ba, renggangkan sin, bahwa rasm al-Qur’an hanyalah
jangan butakan (tanpa lubang) mim, istilahi dan tidak terlarang menya-
perbaikilah tulisan Allah, panjangkan lahinya. Di antara ulama yang
ar-Rahman, baguskan ar-Rahim, dan mendukung pendapat ini adalah Ibn
letakkan penamu di atas telinga Khaldun dna Qadhi Abu Bakar.
kirimu, karena akan lebih Pendapat ini berlandaskan kepada
mengingatkanmu. argumen bahwa di dalam al-Qur’an
ataupun mafhumnya tidak pernah
Argumen lain yang digu-nakan
ditemukan penjelasan yang
sebagai penguat pendapat ini adalah mewajibkan penulisan rasm al-
penambahan dan pengu-rangan huruf Qur’an dengan rasm tertentu, dan
dalam penulisan ayat al-Qur’an, tidak juga ditemukan adanya perintah
seperti lafaz ‫ ﺳﻌﻮ‬pada surat an-Naba’ meninggalkan rasm tertentu, begitu
dan penambahan huruf pada ‫ﺳﻌﻮا‬ pula dalam sunnah dan qiyas-qiyas
pada surat al-Hajj, penulisan seperti syar’i. bahkan sunnah sendiri
itu memiliki rahasia yang memperbolehkan menggunakan rasm
tersembunyi, jadi tidak mungkin mana saja yang mudah, karena rasul
ditulis tanpa ketetapan dari memerintahkan menulis tanpa
Rasul.(Subhi al-Shalih, 1985 : 276) menjelaskan jenis rasm yang
194 JURNAL ULUNNUHA, Volume 6, Nomor 2, Desember 2017, hlm.185-196

digunakan. Oleh sebab itu tidak ada Pada kenyataannya informasi


keharusan mengikuti penulisan rasm tentang rasm tidak pernah ditemukan,
Usman karena rasm hanya sekedar walau pun pendapat pertama berdalil
symbol atau isyarat. (az-Zarqaniy : dengan riwayat dari Mu’awiyah tentang
380-381) penetapan bentuk-bentuk huruf, namun
Dalam menyikapi perbedaan tidak dapat dipahami sebagai tauqifnya
pendapat tersebut, penulis sependapat rasm al-Qur’an, sebab riwayat tersebut
dengan Subhi as-Shalih yang menyatakan hanya menjelaskan bentuk-bentuk
bahwa keutamaan berpegang pada rasm penulisan terhadap huruf dan kalimat
al-Qur’an adalah suatu masalah yang tertentu bukan menunjukkan pola atau
secara mendasar berbeda dengan kaidah penulisan terhadap rasm al-
pendapat yang memandang pola Qur’an seperti : hazf, badal, ziyadah dan
penulisan al-Qur’an tauqifiy atau lainnya.
ishthilahiy. (Subhi-as-Shalih : 278) hal
tersebut adalah 2 persoalan berbeda, Di samping itu, seandainya rasm
sehingga pendapat kedua dan ketiga al-Qur’an adalah tauqifiy, tentunya istilah
terlihat sejalan dalam hal rasm al-Qur’an yang dipakai adalah rasm nabawy bukan
adalah ishthilahiy, dalam arti istilah yang rasm usmaniy, hal ini dipertegas lagi
dipakai pada pola penulisan yang dengan keterangan yang menyatakan
dilaksanakan oleh Usman dan timnya. bahwa pada saat terjadi perbedaan antara
Hanya saja kedua pendapat ter- Zaid bin Tsabit dengan anggota tim
sebut berbeda dalam hal menentukan lainnya (yang seluruhnya adalah orang
hokum mengikuti penulisan dengan rasm Quraisy) pada lafaz ‫ اﻟﺘﺎﺑﻮة‬dan ‫اﻟﺘﺎﺑﻮت‬,
al_Qur’an yang ditetapkan Usman. Maka maka Usman memerintahkan untuk
dalam pola penulisan (rasm) al-Qur’an, mengikuti penulisan menurut bahasa
penulis lebih sependapat dengan Quraisy maka dipilihlah lafaz ‫اﻟﺘﺎﺑﻮت‬.
pendapat yang menyatakan bahwa rasm Sedangkan dalam hukum me-
al-Qur’an bukanlah tauqifiy, namun ngikuti penulisan rasm Usman, penulis
hanya merupakan istilah yang digunakan berpendapat bahwa hal tersebut tidak
pada pola penulisan yang ditetapkan oleh wajib, karena tidak ada dalil yang me-
Usman dan tim penyusunan mushaf, nunjukkan wajibnya penulisan mushaf
dengan alasan bahwa apabila rasm al- dengan rasm Usman atau pun lainnya.
Qur’an tauqifiy tentunya akan ditemukan Tetapi rasm Usman tetap harus dijadikan
informasinya secara mutawatir, sesuai standarisasi dalam pola penulisan al-
dengan mutawatirnya al-Qur’an, karena Qur’an.
setiap kali al-Qur’an turun, nabi selalu
memerintahkan para sekretarisnya untuk PENUTUP
menuliskannya dan menjelaskan lang- Para ulama sepakat menyatakan
sung hal-hal yang terkait dengan ayat bahwa susunan ayat-ayat al-Qur’an
yang diturunkan, seperti letak/ posisinya merupakan hal yang bersifat tauqifiy,
dalam suatu surat. yaitu berdsarkan petunjuk dari Nabi
Muhammad Saw.
Yulia Rahmi, Penetapan Susunan Ayat, Surat dan Rasm al-Qur’an 195

Berbeda dengan hal tersebut, dapat perbedaan pendapat. Ada yang


dalah hal tertib dan susunan surat ter- menilai rasm al-Qur’an adalah tauqifiy
dapat perbedaan pendapat para ulama, dan ada yang menilai bukan tauqifiy tapi
ada yang berpendapat tertib surat tau- hanya istilah yang disetujui oleh Usman
qifiy ada yang berpendapat ijtihadiy dalam menetapkan pola penulisan al-
bahkan ada yang berpendapat sebagian Qur’an. Berdasarkan argumen yang
tauqifiy sebagian ijtihadiy. Dalam hal ini dikemukakan dapat disimpulkan bahwa
pendapat yang menyatakan tertib surat rasm Usman bukan tauqify namun hanya
adalah tauqifiy memiliki argumen yang sitilah yang disepakati oleh Usman yang
lebih kuat dibandingkan dua pendapat tidak wajib mengikuti pola penulisan
lainnya. rasm Usman, namun tetap harus
dijadikan standarisai pola penulisan al-
Sedangkan dalam menyikapi
Qur’an.
permasalahan rasm al-Qur’an juga ter-

REFERENSI
AF, HAsanuddin, Perbedaan Qira’at dan As-Suyuthi, Jalaluddin, al-Itqan fi ‘Ulum
Pengaruhnya terhadap al-Qur’an, Libanon : Dar al-
Istinbath Hukum dalam al- Fikr, 1979
Qur’an, Jakarta : PT. Raja
Tsa’labi, Abdul Fatih Ismail, Rasm al-
Grafindo Persada, 1995 Mushaf wa al-Ihtijaj fi al-
Farjani, Muhammad Rajab, Kaifa Na- Qiraat, Mesir : Maktabah al-
taaddab ma’a al-Mushaf, t.tp : Nahdah, t.th.
Dar al-I’tisham, 1978 Al-Yasu’i, Abu Luwis Ma’luf, al-Munjid
Al-Qathan, Manna’ Khalil, Mabahits fi fi al-Lughah wa al-A’lam,
‘ulum al-Qur’an, Beirut : Beirut : Dar al-Masyriq, 1986
Muassasah al-Risalah, 1983 Az-Zarqaniy, Muhammad Abdul
As-Shalih, Subhi, Mabahits fi ‘Ulum al- ‘Adzim, Manahil al-‘Irfan fi
Qur’an, Beirut : Libanon, dar ‘Ulum al-Qur’an. Juz .I, Beirut
al-‘Ilmi, 1985 : Dar al-Kutub al-‘Ilmiyah,
1990
Shihab, Quraish, Mukjizat al-Qur’an,
Jakarta : Mizan, 1998

Anda mungkin juga menyukai