Yulia Rahmi
IAIN Bukittinggi
yuliabkt@gmail.com
Abstrak, Penetapan Susunan Ayat, Surat dan Rasm al-Qur’an. Kodifikasi al-
Qur’an pada masa Usman bin Affan melahirkan Mushaf Usmani sebagai hasilnya.
Setelah berlalunya masa kodifikasi, muncul perbincangan hangat tentang susunan atau
tertib ayat dan surat yang ada dalam al-Qur’an karena pada mushaf yang disusun oleh
Usman dan timnya ditemukan perbedaan dengan susunan ayat dan surat yang ada
pada mushaf-mushaf para shahabat lainnya. Para ulama sepakat tentang tauqifiynya
susunan ayat-ayat al-Qur’an (sesuai dengan yang ditetapkan oleh Nabi). Begitu pula
halnya dengan susunan surat-surat dalam al-Qur’an dipahami sebagai sesuatu yang
bersifat tauqifiy dari nabi, walaupun para ulama terdapat perbedaan pendapat namun
argumen atau dalil tauqifiynya susunan surat lebih kuat dibandingkan 2 argumen
lainnya yang berpendapat bahwa susunan surat-surat adalah ijtihadiy seluruhnya atau
pun pendapat yang menyatakan sebagiannya ijtihadiy dan sebagiannya tauqifiy.
Pembicaraan lain yang muncul adalah tentang rasmi al-Qur’an pada mushaf Usman.
Argumen dan dalil yang dikemukakan menunjukkan bahwa rasm al-Qur’an adalah
istilah untuk pola penulisan al-Qur’an yang disepakati oleh Usman bukan tauqifiy
daru Nabi, mengikutinya tidak wajib namun demikian rasm Usman tetap harus
dijadikan standarisai pola penulisan al-Qur’an.
185
186 JURNAL ULUNNUHA, Volume 6, Nomor 2, Desember 2017, hlm.185-196
186
Yulia Rahmi, Penetapan Susunan Ayat, Surat dan Rasm al-Qur’an 187
c. ﻗﺼﺎر اﳌﻔﺼﻞ, mulai dari surat al- shahabat tidak akan berbeda
Zilzalah sampai surat an-Nas. dalam penulisan tertib mushaf
mereka.
Berbeda halnya dengan susunan
ayat al-Qur’an yang disepakati sebagai b. Adanya riwayat dari Ibnu Abbas :
tauqifiy nabi, dalam persoalan susunan
dan urutan surat al-Qur’an terdapat
ْﺖ اﺑْ َﻦ ُ َِﲰﻌ:َﺎل َ ﻗ،َﻋ ْﻦ ﻳَﺰِﻳ َﺪ اﻟْﻔَﺎرِِﺳﻲﱢ
perbedaan pendapat ulama menjadi tiga ﻣَﺎ:ْﺖ ﻟِ ُﻌﺜْﻤَﺎ َن ﺑْ ِﻦ َﻋﻔﱠﺎ َن ُ ﻗُـﻠ:َﺎل َ ﻗ،ﱠﺎس ٍ َﻋﺒ
pendapat sebagai berikut : ْﰎ إ َِﱃ ﺑـَﺮَاءَ َة َوِﻫ َﻲ ِﻣ َﻦ ُْ ﲪََﻠَ ُﻜ ْﻢ أَ ْن َﻋ َﻤﺪ
1. Tertib surat-surat al-Qur’an selu- َﺎﱐ ِ َﺎل َوِﻫ َﻲ ِﻣ َﻦ اﳌَﺜ ِ َوإ َِﱃ ْاﻷَﻧْـﻔ،َاﳌﺌِﲔ
ruhnya adalah ijtihadiy para
shahabat. Pendapat ini dinisbahkan ﻓَ َﺠ َﻌْﻠﺘُﻤُﻮﳘَُﺎ ِﰲ اﻟ ﱠﺴْﺒ ِﻊ اﻟﻄﱢﻮَا ِل َوَﱂْ ﺗَ ْﻜﺘُﺒُﻮا
kepada Jumhur Ulama termasuk ،ِﱠﺣﻴﻢ ِﺑـَْﻴـﻨَـ ُﻬﻤَﺎ َﺳﻄَْﺮ ﺑِ ْﺴ ِﻢ اﻟﻠﱠ ِﻪ اﻟﺮﱠﲪَْ ِﻦ اﻟﺮ
Imam Malik dan Qadhi Abu Bakar ﺻﻠﱠﻰ اﷲُ َﻋﻠَْﻴ ِﻪ َ ﱠﱯ ﻛَﺎ َن اﻟﻨِ ﱡ:َﺎل ﻋُﺜْﻤَﺎ ُن َﻗ
al-Baqilaniy dan Abu Husain Ahmad
bin Faris. Pendapat ini didasarkan ْﺾ
َ َﺎت ﻓَـﻴَ ْﺪﻋُﻮ ﺑـَﻌ ُ َو َﺳﻠﱠ َﻢ ﳑِﱠﺎ ﺗَـﻨَـﺰُﱠل َﻋﻠَْﻴ ِﻪ ْاﻵﻳ
kepada beberapa alasan : ﺿ ْﻊ َﻫ ِﺬ ِﻩَ » :ُُﻮل ﻟَﻪ ُ َوﻳَـﻘ،ُُﺐ ﻟَﻪُ َﻣ ْﻦ ﻛَﺎ َن ﻳَ ْﻜﺘ
a. Adanya keberagaman tertib surat
pada mushaf-mushaf para
َﻛﺬَا،ْاﻵﻳَﺔَ ِﰲ اﻟﺴﱡﻮَرِة اﻟ ِﱠﱵ ﻳُ ْﺬ َﻛ ُﺮ ﻓِﻴﻬَﺎ
shahabat, sebelum masa kodi- :ُﻮل ُ َاﻵﻳـَﺘَﺎ ِن ﻓَـﻴَـﻘ
ْ َوﺗَـْﻨﺰُِل َﻋﻠَْﻴ ِﻪ ْاﻵﻳَﺔُ و،«َوَﻛﺬَا
fikasi.
- Ubay bin Ka’ab menyusun
َﺎل ِﻣ ْﻦ أَوِﱠل ﻣَﺎ ُ َﺖ ْاﻷَﻧْـﻔ ِ َوﻛَﺎﻧ،ِﻚ َ ﻞ ذَﻟ َ ِْﻣﺜ
tertib mushafnya diawali آﺧ ِﺮِ َﺖ ﺑـَﺮَاءَةُ ِﻣ ْﻦ ْ أُﻧْﺰَِل َﻋﻠَْﻴ ِﻪ ﺑِﺎﻟْ َﻤﺪِﻳﻨَ ِﺔ َوﻛَﺎﻧ
dengan surat al-Fatihah, al- ًﺼﺘُـﻬَﺎ َﺷﺒِﻴ َﻬﺔ َﺖ ﻗِ ﱠ ْ ﻣَﺎ ﻧـَﺰََل ِﻣ َﻦ اﻟْ ُﻘﺮْآ ِن َوﻛَﺎﻧ
Baqarah kemudian an-Nisak,
Ali Imran kemudian al- َﺎك
َ ْﺖ أَﻧـﱠﻬَﺎ ِﻣْﻨـﻬَﺎ ﻓَ ِﻤ ْﻦ ُﻫﻨ ُ ﺼﺘِﻬَﺎ ﻓَﻈَﻨَـﻨ ﺑِِﻘ ﱠ
An’am. ُﺐْ َال َوَﱂْ أَ ْﻛﺘ ِ ﺿ ْﻌﺘُـﻬَﺎ ِﰲ اﻟ ﱠﺴْﺒ ِﻊ اﻟﻄﱢﻮ َ َو
- Ibnu MAs’ud menyusun
mushafnya diawali dengan . ﱠﺣﻴ ِﻢ ِﺑـَْﻴـﻨَـ ُﻬﻤَﺎ َﺳﻄَْﺮ ﺑِ ْﺴ ِﻢ اﻟﻠﱠ ِﻪ اﻟﺮﱠﲪَْ ِﻦ اﻟﺮ
surat al-Baqarah, an-Nisak, (Kutubuttis’ah : Abu daud : no.
786).
Ali Imran.
- Ali menyusun tertib mushaf- Dari Yazid al-Farisi ia berkata :
nya berdasarkan turunnya Aku mendengar Ibnu Abbas
wahyu yang dimulai dengan berkata : Aku bertanya kepada
surat al-‘Alaq, al-Mudatsir, Usman bin Affan :” Apakah yang
Qaf, al-Muzammil. (Az- menjadi alasanmu meletakkan
Zarqaniy : 353) surat Baraah yang termasuk
Berdasarkan perbedaan kategori al-miin dan surat al-
tertib mushaf para shahabat inilah Anfal yang merupakan al-
muncul pemahaman bahwa matsani, engkau tempatkan
seandainya tertib mushaf tersebut keduanya pada sab’u ath-thiwal
adalah tauqifiy tentu para dan tidak engkau tuliskan
bismillahirahmanirrahim antara
190 JURNAL ULUNNUHA, Volume 6, Nomor 2, Desember 2017, hlm.185-196
ُﻮل
ُ ﻗﺮأ َرﺳ:َﺎل َ ﺣﺪﻳﺚ ﺳﻌﻴﺪ ﺑْ ِﻦ ﺧَﺎﻟِ ٍﺪ ﻗ Selain itu mereka menuliskan tertib surat
َال
ِ ﺻﻠﱠﻰ اﷲُ َﻋﻠَْﻴ ِﻪ َو َﺳﻠﱠ َﻢ ﺑِﺎﻟ ﱠﺴْﺒ ِﻊ اﻟﻄﱢﻮ
َ اﻟﻠﱠ ِﻪ al-Qur’an hanya untuk kepentingan
pribadi untuk memudahkan mereka
«ِﰲ َرْﻛ َﻌ ٍﺔ dalam menghafalnya. Oleh karena tertib
أﻧﻪ ﻋﻠﻴﻪ اﻟﺼﻼة و اﻟﺴﻼم: رواﻩ اﺑﻦ أﰊ surat bukanlah ijtihad masing-masing
shahabat, maka para shahabat sepakat
ﻛﺎن ﳚﻤﻊ اﳌﻔﺼﻞ ِﰲ َرْﻛ َﻌ ٍﺔ menerima dan berpegang dengan tertib
Qadhi Abu Muhammad bin mushhaf yang disusun oleh Usman dan
Athiyah berpendapat bahwa Timnya, bahkan mereka bersedia
sebagian ayat-ayat al-qur’an meninggalkan tertib mushaf mereka
telah diketahui urutannya pada masing-masing dan rela membakarnya
masa Nabi seperti as-sab’u ath- karena tertib surat merupakan tauqifiy
thiwal, alhawamim dan dari Rasul.
mufasshal dan sebagainya sesuai
Selain itu riwayat dari Ibnu
dengan kebijakan orang
Abbas yang dipakai oleh kelompok
setelahnya. (Manna’ Khalil al-
pertama, merupakan hadis gharib2. Yang
Qathan : 357)
hanya ditemukan pada jalur riwayat dari
Dari ketiga pendapat tentang ‘Auf dari Yazid al-Farisi dari Ibnu
tertib surat-surat dalam al-Qur’an, ter- Abbas. Berdasarkan penelitian, ternyata
lihat bahwa masing-masing kelompok terdapat cacat pada sanadnya, dimana
memiliki argumen dan alasan. Namun Yazid al-Farisi dinilai sebagai rawi
pendapat yang kedua dipandang dapat Majhul3. Kualitas rawinya tersebut
dijadikan hujjah dibandingkan 2 menempatkan riwayat ibnu Abbas ini
pendapat yang lain. Di samping argument menjadi tertolak dan tidak bias dijadikan
yang dikemukakan oleh kelompok kedua hujjah untuk menetapkan bahwa tertib
di atas, ada beberapa alasan lain yang surat adalah ijtihadiy.
mendukung pendapat tersebut dan
Pada dalil lain yang digunakan
sekaligus menunjukkan kelemahan dari
oleh kelompok ketiga, sama sekali tidak
argumen kelompok pertama dan ketiga.
dapat dipahami sebagai landasan yang
Para shahabat memiliki masing- menunjukkan bahwa sebagian durat
masing mushaf pribadi yang saling adalah tauqifiy dan sebagian lainnya
berbeda dalam tertib suratnya, hal ini adalah ijtihadiy, bahkan dalil-dalil yang
belum bisa dijadikan dalil bahwa tertib dikemukakan tersebut menunjukkan
mushaf adalah ijtihadiy. bahwa tertib/susunan surat berasal dari
Berbedanya tertib surat pada Rasul (tauqifiy).
mushaf para shalabat dapat diakibatkan
22
dari faktor belum turunnya al-Qur’an Hadis Gharib : Hadis yang
diriwayatkan hanya dari satu jalur periwayatan
secara lengkap sehingga para shahabat
pada setiap thabaqat atau sebagian thabaqat
menuliskan mushaf sesuai dengan 3
Rawi Majhul : Rawi hadis yang tidak
informasi yang mereka terima dan tertib diketahui identitasnya, sehingga jalur riwayat
yang telah mereka dengar dari Rasul. yang terdapat rawi majhul, dinilai sebagai jalur
yang tidak muttashil.
192 JURNAL ULUNNUHA, Volume 6, Nomor 2, Desember 2017, hlm.185-196
REFERENSI
AF, HAsanuddin, Perbedaan Qira’at dan As-Suyuthi, Jalaluddin, al-Itqan fi ‘Ulum
Pengaruhnya terhadap al-Qur’an, Libanon : Dar al-
Istinbath Hukum dalam al- Fikr, 1979
Qur’an, Jakarta : PT. Raja
Tsa’labi, Abdul Fatih Ismail, Rasm al-
Grafindo Persada, 1995 Mushaf wa al-Ihtijaj fi al-
Farjani, Muhammad Rajab, Kaifa Na- Qiraat, Mesir : Maktabah al-
taaddab ma’a al-Mushaf, t.tp : Nahdah, t.th.
Dar al-I’tisham, 1978 Al-Yasu’i, Abu Luwis Ma’luf, al-Munjid
Al-Qathan, Manna’ Khalil, Mabahits fi fi al-Lughah wa al-A’lam,
‘ulum al-Qur’an, Beirut : Beirut : Dar al-Masyriq, 1986
Muassasah al-Risalah, 1983 Az-Zarqaniy, Muhammad Abdul
As-Shalih, Subhi, Mabahits fi ‘Ulum al- ‘Adzim, Manahil al-‘Irfan fi
Qur’an, Beirut : Libanon, dar ‘Ulum al-Qur’an. Juz .I, Beirut
al-‘Ilmi, 1985 : Dar al-Kutub al-‘Ilmiyah,
1990
Shihab, Quraish, Mukjizat al-Qur’an,
Jakarta : Mizan, 1998